TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman
II.1.1 Deskripsi Tanaman
Tanaman Legundi (Vitex trifolia L) merupakan tanaman perdu,
tumbuh tegak mempunyai tinggi 1-4 m. Tumbuh pada tempat yang panas,
tandus dan berpasir. Ditemukan tanaman ini tumbuh liar pada hutan jati,
semak belukar dan sebagai tanaman pagar (Parapat, 2014).
Vitex trifolia Linn. tergolong ke dalam anggota Verbenaceae yang
memiliki sekitar 270 spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis
dan beberapa spesies juga ditemukan di daerah yang beriklim sedang
(Natheer et al., 2012). Tanaman Legundi merupakan tanaman perdu atau
pohon dengan tinggi yang bisa mencapai 6 meter dengan ciri morfologi
batang menyebar dan berambut halus dengan sistem perakaran adventif,
bunga majemuk berkumpul dalam suatu tandan yang keluar dari ujung
tangkai serta berwarna berwarna biru keunguan atau ungu. Tumbuhan ini
tumbuh di daerah berpasir dan memiliki kemampuan untuk mengikat pasir
dan menahan semburan garam dari laut (Chan dan Tangah, 2016).
II.1.2 Klasifikasi Tanaman
II.4 Kapsul
II.4.1 Definisi Kapsul
Kapsul adalah sediaan yang mengandung satu macam bahan obat
atau lebih yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang
umumnya dibuat dari gelatin (Suparman, 2019). Kapsul dapat
didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam bahan
obat atau lebih bahan yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah
kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Kebanyakan kapsul
yang beredar di pasaran adalah kapsul yang semuanya dapat ditelan oleh
pasien. Selain itu terdapat sediaan kapsul yang dapat disisipkan ke dalam
rektum sehingga obat dilepaskan dan diabsorbsi di tempat tersebut, atau
isi kapsul dapat dipindahkan dari cangkang gelatin dan digunakan sebagai
pengukur yang dini dari obat-obat bentuk serbuk. Cangkang dapat larut
dan dipisahkan dari isinya. 1. Kapsul Lunak (Soft Capsule): berisi bahan
obat berupa minyak/larutan obat dalam minyak. 2. Kapsul keras (Hard
Capsule): berisi bahan obat yang kering (Ansel, 2011).
II.4.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul
1. Beberapa keuntungan sediaan kapsul gelatin keras diantaranya
adalah (Augsburger, 2000 ; Lachman, 1994):
a. dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat
b. mudah untuk ditelan
c. mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan dan
tekanan yang dibutuhkan
d. dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis obat pada
kebutuhan yang mendadak
e. bahan obat terlindung dari pengaruh luar (cahaya, kelembaban)
2. Kerugian sediaan kapsul adalah (Ansel, 1989 ; Augsburger, 2000):
a. garam kelarutan tinggi umumnya tidak dapat digunakan pada
kapsul gelatin keras
b. kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang
c. peralatan pengisi kapsul mempunyai kecepatan yang lebih lambat
dibanding mesin pencetak tablet
II.4.3 Macam-Macam Kapsul
Ada dua macam kapsul yaitu kapsul cangkang keras dan lunak
(Ansel, 1989) :
1. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya terbuat dari gelatin berkekuatan
gel relatif tinggi. Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi
gelatin dari campuran kulit dan tulang sering digunakan untuk
mengoptimalkan kejernihan dan kekerasan cangkang. Kapsul
cangkang keras dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang
sesuai. Kapsul cangkang keras juga dapat mengandung zat warna
yang diizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi, bahan
opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras
seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan-bahan ini
mengandung air antara 10% dan 15%
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (kadangkadang
disebut gel lunak) atau bahan lain yang sesuai membutuhkan
metode produksi skala besar. Cangkang gelatin lunak sedikit lebih
tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi
dengan penambahan senyawa poliol seperti sorbitol atau gliserin.
Perbandingan bahan plastisasi kering terhadap gelatin kering
menentukan kekerasan cangkang dan dapat diubah untuk
penyesuaian dengan kondisi lingkungan dan juga sifat isi kapsul.
Seperti cangkang keras, komposisi cangkang mengandung pigmen
atau pewarna yang diizinkan, bahan opak seperti titanium dioksida
dan pengawet. Bahan pengharum dapat ditambahkan, selain itu
sukrosa hingga 5% dapat dimasukkan sebagai pemanis dan untuk
menhasilkan cangkang yang dapat dikunyah. Cangkang gelatin
lunak umumnya mengandung 6% hingga 13% air. Umumnya
kapsul cangkang lunak diisi dengan cairan. Khususnya bahan aktif
dilarutkan atau disuspensikan dalam bahan pembawa cair
II.4.4 Ukuran Cangkang Kapsul
Kapsul cangkang keras terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang
terbesar yaitu 000 hingga ukuran terkecil yaitu 5. Berikut ini adalah tabel
ukuran cangkang kapsul dan volume yang mampu diisikan kedalamnya.
Tabel 2.1 Ukuran Cangkang Kapsul (Bhaat, 2007)
5 0,13 90
4 0,21 145
3 0,30 210
2 0,37 260
1 0,50 350
0 0,68 475
00 0,95 665
000 1,37 960
Penentuan berat isi kapsul dapat dihitung dengan rumus berikut :
Berat isi kapsul = BJ mampat serbuk formulasi x volume kapsul Atau
dengan cara melakukan orientasi terlebih dahulu terhadap cngkang kapsul
yang akan digunakan dengan menggunakan bahan obat yang akan
dimasukkan.
II.4.5 Komposisi Kapsul
Bahan - bahan penyusun kapsul antara lain (Augsburger,1996 ;
Ansel, 1989) :
1. Pengisi
Pengisi sering digunakan untuk meningkatkan bulk dari suatu
formula, yang paling banyak digunakan sebagai pengisi kapsul antara
lain pati, laktosa dan dikalsium fosfat. Sebagai seorang formulator
maka perlu mempertimbangkan kelarutan dari bahan obat dan bahan
pengisi yang akan digunakan karena akan berpengaruh pada disolusi
obat. Contoh pengisi adalah amilum, amilum jagung, kalsium difosfat,
dan lain-lain.
2. Pelincir
Pelincir digunakan untuk meningkatkan fluiditas serbuk. Adanya
partikel berupa fine akan melapisi bulk dan akan menghambat fluiditas
serbuk. Konsentrasi pelincir yang digunakan untuk menghasilkan
fluiditas yang optimum pada umumnya adalah kurang dari 1% atau
antara 0,25- 0,50%. Contoh bahan yang digunakan sebagai pelincir
antara lain talk, corn starch dan magnesium stearat.
3. Lubrikan
Formulasi kapsul biasanya mensyaratkan adanya lubrikan sama
seperti formulasi tablet. Lubrikan yang umumnya dipakai
dalamformulasi tablet dan kapsul antara lain magnesium stearat dan
asam stearat. Peningkatan konsentrasi lubrikan hidrofobik seperti
magnesium stearat akan memperlambat pelepasan bahan obat
karena membuat formula semakin hidrofobik. Namun ada
pengecualian, dalam suatu formula kapsul akan bergantung juga pada
pengisi yang digunakan. Pengisi yang mudah larut maka akan dapat
mencegah pelepasan obat yang lambat akibat peningkatan
konsentrasi lubrikan. Contoh lubrikan dan glidan adalah talk, aerosil,
Mg stearat
4. Disintegran
Penggunaan disintegran dalam suatu formula kapsul tergantung
pada proses atau metode pengisian yang digunakan. Efisiensi
disintegran tergantung pada konsentrasi yang digunakan pada
umumnya antara 2-4% untuk menghasilkan disolusi yang cepat.
5. Adsorben
Digunakan untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh
kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas campuran, dan
menghindari lembab akibat reaksi antar bahan. Contoh adsorben
adalah Mg oksida, Mg karbonat, aerosil.
b. Sudut istirahat
Cara uji ini juga merupakan uji untuk menentukan sifat aliran massa. Uji
ini dilakukan dengan menggunakan corong, dimana serbuk atau massa
dialirkan melalui corong, kemudian diukur jari-jari dan tinggi dari serbuk
yang jatuh ke bawah (Voight, 1989).
Tabel 2.3 Sudut Istirahat dan Kategorinya
Sudut Istirahat () Kategori
25°C - 30°C Istimewa
31°C - 35°C Baik
36°C - 40°C Cukup Baik
41°C - 45°C Agak Baik
46°C - 55°C Buruk
56°C - 65°C Sangat Buruk
≥ 65°C Sangat Buruk Sekali
Nama : Polivinilpirolidon
RM/BM : (C6H9NO)n/ 2500-3000000
Pemerian : berupa serbuk putih atau putih kekuningan;
berbau lemah atau tidak berbau
Kelarutan : mudah larut dalam air, etanol (95%) P,
kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P
pH : 3,0 – 7,0
Stabilitas : Stabil pada suhu 110 – 130 0C ; Mudah
terurai dengan adanya udara dari luar ; Dapat
bercampur dengan air ; Stabil bila disimpan
ditempat kering.
Inkompatibilitas : Ditambahkan thimerosol akan membentuk
senyawa kompleks. Kompatibel terhadap
gerak organik alami, resin sintetik dan
senyawa lainnya. Akan terbentuk senyawa
sulfathiazole, sodium salisilat, asam
salisilat, fenol barbital dan komponen
lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk (15-25℃),
dan kering.
Nama : MALTODEXTRIN
RM/BM : C12H22O11 / 342.30
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau
Kelarutan : Bebas larut dalam air, sedikit larut dalam
etanol 95%
Ph : 4,0-7,0
Stabilitas : Maltodekstrin harus disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas :Pada Ph tertentu dan kondisi suhu
maltodekstrin mungkin mengalami reaksi
dengan asam amino, dan tidak kompatibel
dengan oksidator kuat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Talk (Dirjen POM 1979; Rowe et al., 2009)
Chan, E. W. C., Baba, S., Chan, H. T., Kainuma, M., & Tangah, J. (2016).
Medicinal plants of sandy shores: a short review on Vitex trifolia L.
and Ipomoea pes-caprae (L.) R. Br. Indian Journal of Natural
Products and Resources, 7(2), 107–115
Lachman L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri (Ed. 3, jilid 2). (Siti
Suyatmi, penerjemah), Depok: UI Press, hal. 797-798, 831-834
Natheer, S. E., Sekar, C., Amutharaj, P., Rahman, M. S. A., & Khan, K. F.
(2012). Evaluation of antibacterial activity of Morinda citrifolia,
Vitex trifolia and Chromolaena odorata. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology, 6(11), 783–788.