Nama : Mardilah
NIM : N11116530
Kelompok :6
Golongan : Senin Siang
Asisten : Nurul Mukhlisa Nasir
PENDAHULUAN
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk
definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya merujuk pada senyawa yang
ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,
tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran
(Phyllanthus niruri L.) ialah metode sokhlet dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (2).
sampel meniran (Phyllanthus niruri L.) telah siap, maka dilakukan proses
penguapan pelarut agar didapatkan senyawa murni yang bebas dari pelarut.
Kemudian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) siap untuk dilakukan uji
metode sokhlet hingga sampel siap untuk digunakan. Oleh sebab itu dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Meniran
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
letak daunnya berseling (Deccussate), bentuk daun bulat telur (ovale), ujung
daunnya tumpul, pangkalnya membulat, memiliki tepi daun yang rata (Entire),
memiliki anak daun 15-24, memiliki panjang ± 1,5 cm, lebar ± 7 mm, dan
berwarna hijau. Daun meniran ini termasuk pada tipe daun yang tidak lengkap
yaitu pada bagian daun bertangkai karena tanaman ini hanya memiliki tangkai
berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat jelas, mahkota bunga
kecil dan berwarna putih.Kapsul diameter 2.5 mm, bulat, halus nyaris lobed (5).
dalam daun, batang dan akar ramuan. Senyawa lain yang terkandung dalam
(3).
II.2. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya Daun kupu-kupu
hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni. minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum) (4).
belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
1. Pengambilan sampel
diperlukan sebuah cara yang khusus karena sampel yang akan diambil
memiliki sifat yang berbeda dengan sampel yang lainnya, begitu pula
Berikut ini akan diuraikan secara singkat cara pengambilan sampel yang
d. Kayu (Lignum), diambil dari cabang atau batang, kulit dikelupas dan
dipotong-potong kecil.
e. Daun (Folium), diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima dari
f. Bunga (Flos), dapat berupa kucup, bunga mekar atau mahkota bunga
h. Buah (Fructus), dapat berupa buah matang, buah muda, dipetik dengan
tangan.
maksimum (pukul 10:00– 12:00). Perlu diingat bahwa ada komponen kimia
yang dapat berinteraksi dengan alat yang digunakan pada saat sampel
komponen yang ada dalam sampel tersebut, seperti halnya penggunaan pisau
2. Sortasi Basah
dipanen, dengan tujuan untuk mengurangi bahan alam rusak (berjamur) yang
ikut terbawa. Disebut basah karena masih terdapat kandungan air yang banyak
3. Pencucian
4. Perajangan
bahan alam dan memperluas luas daerah kontak bahan alam untuk
mengurangi kadar air dalam bahan alam dengan tujuan untuk mencegah
derajat halus serbuk simplisia nabati dan simplisia hewani, tidak ada bagian
keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia, cara yang boleh
Untuk mendapat
Nomor pengayak Ukuran (µm)
derajat kehalusan
Masukkan 25-100 g serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang
dengan arah putaran horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan
keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai pengayakan praktis
Lakukan penetapan seperti pada serbuk kasar kecuali contoh tidak lebih
serbuk lain yang cenderung menggumpal dan dapat menyumbat lubang, sikat
yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan
kimia dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada pengayak yang
dapat digoyang secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan
pengayak (6).
1. Suhu penyimpanan
Suhu dingin tidak lebih dari 8℃, Lemari pendingin mempunyai suhu
antara 2oC– 8oC, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20℃
dan -10℃. Suhu sejuk antara 8℃ dan 15℃. Kecuali dinyatakan lain, bahan
yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu
yang di atur antara 5℃ dan 30℃. Suhuhqangat antara 30℃ dan 40℃. Suhu
medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari
terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang
termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam
3. Kemurnian Simplisia
4. Benda asing
organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme, serangga
dan binatang lain maupun kotoran hewan . Simplisia tidak boleh menyimpang
bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir , atau menunjukan adanya
debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik
asing (4).
asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing
termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi
(4).
kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105oC , keringkan pada suhu
penetapan hingga bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu
penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5oC dan 10oC dibawah
suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan
Dalam hal khusus jika bahan tidak mengandung minyak menguap/ atsiri
dan sisa pelarut organik menguap identik dengan kadar air, yaitu kandungan
yang hilang pada proses pengeringan. Nilai atau rentang yang diperbolehkan
timbang seksama 1-2 g simplisia dalam botol timbang dangkal tertutup yang
sebelumnya sudah dipanaskan dan ditara, ratakan bahan dalam botol timbang
5-10 mm, masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada
botol dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam eksikator hingga suhu
ruang.
Bobot awal – Bobot akhir
X 100 %
Susut pengeringan = Bobot awal
dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu
batas kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu
maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini
dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10% (7).
sehinggga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
atau hewani menurut cara yang cocok. Diluar pengaruh matahari langsung (8).
dimana adanya perbedaan konsentrasi di dalam sel bahan alam dan diluar sel
osmosis atau pelarut akan melewati membran sel semipermeabel bahan alam
saat yang sama pula, semua senyawa metabolit sekunder yang dapat larut
1. Maserasi
nenyari zat aktit yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
stirak, benzoin dan lain-lain. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara
(9).
Gambar 2. Alat maserasi Gambar 3. Alat perkolasi
2. Perkolasi
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prosesnya terdiri dari tahap
3. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative konstan dengan
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna
(10).
balik (10).
5. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanasan air
(bejana infus tercelup dalam air penangas air mendidih), temperatur terukur
6. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama yaitu selama 30 menit
7. Destilasi
bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan
parsial. Senyawa menguap akan terikut dengan fase uap air dari ketel secara
kontinu dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa
1. Ukuran Bahan
semakin luas pula permukaan bahan sehungga semakin banyak yang dapat
diekstrak, tetapi ukuran bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak
2. Suhu Ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat pada suhu tinggi, tetapi suhu ekstraksi
disesuaikan dengan kandungan senyawa yang ada pada suatu sampel. Jika
senyawa yang akan diekstraksi tahan terhadap suhu tinggi maka proses
ekstraksi baik dilakukan pada suhu tinggi, sedangkan jika senyawa yang akan
diekstraksi tidak tahan pemanasan maka proses ekstraksi dilakukan pada suhu
3. Pelarut
Hal-ha; yang perlu diperhatikan adalah daya melarutkan, titik didih, toksisitas,
(daya atau sifat racun), mudah tidaknya terbakar dan sifat korosif (11).
penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa tersebut
yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar,
dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
2. Selektif
keadaan uap.
II.5. Evaporasi
cair. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk mengurangi volume
1. Suhu
penguapan, suhu juga dapat merusak bahan yang diuapkan, seperti alkaloida
yang terurai pada suhu 100oC. Hormon, enzim, dan antibiotic lebih peka
penguapan dapat berjalan dengan cepat dan peruraian bahan dapat ditekan
lain (9).
2. Kelembaban
tersebut (9).
3. Cara penguapan
Panic penguapan dan alat penyuling akan menghasilkan produk bentuk cair
atau padat. Penguapan lapis tipis menghasilkan produk bentuk cair. Umumnya
cara pemekatan tidak dilakukan dengan lebih dari satu cara (9).
4. Konsentrasi
Pada penguapan cairan akan menjadi lebih pekat sehingga kadar bentuk
padatnya makin bertambah. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan titik didih
larutan tersebut. dengan kenaikan suhu dan kadar zat padat akan
pemindahan panas.
dimana heat exchanger, pompa dan unit pemisah cairan-uap merupakan unit
alat-alat yang kita rangkai sendiri. Jika diamati secara sekilas (baik itu dari segi
sistem kerjanya), tampak alat ini hampir mirip dengan vertical tube evaporator
heater memiliki harga yang lebih murah karena dirakit sendiri. Hanya saja alat
ini memerlukan area/ruang yang luas karena memiliki unit-unit yang terpisah.
Cara kerja falling film evaporator yakni cairan akan mengalir ke bawah
kemudian membentuk film pada sekeliling dinding dalam pipa. Aliran yang
terjadi disebabkan oleh adanya gaya berat serta gesekan uap. Uap yang telah
terbentuk akan turun ke bawah, walaupun ΔT kecil tapi siklus aliran tetap
berjalan baik karena adanya gaya gravitasi. Luas permanasan jauh lebih besar
belum terjadi secara signifika karena volumenya kecil. Kapasitas alat ini
Prinsip kerja jenis evaporator ini sebenarnya hampir mirip dengan Long
Tube Vertical Evaporator. hanya dibedakan dari alat pemanas dan pemisah
uap yang letaknya terpisah. Seperti halnya forced circulation evaporator with
external heater yang dapat dirakit sendiri, namun kurang kompak karena
unitnya terpisah-pisah. Nama lain evaporator ini yakni Rising Film Evaporator
Jenis evaporator ini berbentuk tabung vertikal dan ada juga yang
sumbu tabung terdapat suatu alat berbentuk batangan yang dapat diputar serta
dilengkapi sirip-sirip. Fungsi dari batangan tadi yaitu untuk mengalirkan cairan,
dimana saat batangan tersebut berputar maka cairan akan bergerak ke bawah
dan kemudian terlempar ke bagian tepi tabung yang panas. Selanjutnya cairan
yang telah panas akan kembali terlempar ke bagian tengah tabung. Perlu
diketahui bahwa pada bagian atas tabung terdapat ruang pemisah antara uap
dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Dari segi harga, evaporator ini
yang tinggi serta konstruksinya tergolong sulit. Nama lain dari agiated film
bentuk horizontal).
Pada jenis evaporator ini akan terjadi kontak langsung antara cairan
dalam bagian tengah tabung terdapat ruang yang berfumgsi sebagai ruang
pada pengematan energi, karena panas yang terbuang sudah tidak dapat lagi
dimanfaatkan
Jenis dari evaporator ini digunakan memadatkan larutan atau dengan kata
lain yakni untuk memperoleh produk bersifat padat. pemanasannya terdiri dari
dua jenis, yakni internal heating dan external heating. Untuk pemanasan
diturunkan, penguapan dengan aliran gas, beku kering, vakum desikator dan
dipercepat oleh labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya dan dipercepat oleh adanya penurunan tekanan.
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke
METODE KERJA
III.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat rotary evaporator,
alat sokhletasi, baskom, beaker, benang godam, botol coklat, cawan porselen,
III.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, etil asetat, kertas
saring, koran, sak obat, tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.), tissue.
pada bagian herba yaitu seluruh bagian tanaman yang ada diatas permukaan
hal ini agar proses pengeringan bisa lebih cepat. Meniran dikeringkan dengan
sudah kering kemudian disimpan dalam sak obat besar untuk digunakan pada
tahap selanjutnya.
II.2.2. Ekstraksi
memanjang, lalu diikat ujung atas dan bawahnya. Setelah itu, sampel
ini digunakan etil asetat dimasukkan kedalam labu alas bulat sebanyak 250 ml.
ekstrak pada labu alas bulat diambil dan dimasukkan kedalam wadah.
menggunakan pelarut etil asetat dalam wadah toples bening. Setelah 3 hari
metode vakum dengan alat rotary evaporator. Suhu alat diatur 60 oC sesuai
prinsip alat rotary evaporator yaitu menguapkan pelarut dibawah titik didihnya,
dalam hal ini digunakan pelarut etiol asetat yang titik didihnya 77oC, kemudian
yang lain diuapkan dengan cara diangin-anginkan dan diatas penangas air.
BAB IV
PEMBAHASAN
penyakit diantaranya Gonore, sembelit, diabetes, dan lainnya. Oleh sebab itu
minggu pagi sekitar pukul 9.30 wita, bagian tanaman yang diambil yaitu herba,
bagian yang tumbuh diatas permukaan tanah. Setelah itu, sampel disortasi
basah dari pengotor yang tidak dibutuhkan, lalu dilakukan pencucian sampel
di air mengalir agar sampel bebas dari kotoran tanah dan tidak
permukaan dengan cara bagian daun dan batang dipisahkan agar proses
pengeringan lebih cepat. Setelah itu, sampel dikeringkan dengan cara diangin-
metode tersebut.
simplisia dan pelarut etil asetat 250 ml yang kemudian didapatkan hasil ekstrak
pelarut etil asetat, kemudian didapatkan hasil ekstrak lebih banyak. Alasan
penggunaan pelarut etil asetat karena memiliki titik didih yang cukup rendah
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ekstrak yang lebih kental. Metode
dibawah titik didihnya. Serta sebagian ekstrak ada juga yang diuapkan dengan
yang digunakan sebanyak 350 ml dan didapatkan ekstrak kental yang hampir
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
lebih dilengkapi lagi agar melancarkan proses praktikum, dan untuk praktikan
10. Ditjen POM. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departeman Kesehatan RI.Halaman. 10-12. 2000.
11. Ditjen POM. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.1992.
12. Rahayu, S.S.Pelaksanaan Proses Evaporasi.2009. diakses tanggal 5
Maret 2018.
Ditimbang
Serbuk 40 g
meniran
Lampiran 3. Gambar Hasil Praktikum
Pengeringan Pengemasan