Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Tanaman obat didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian atau
seluruh tanaman tersebut digunakan sebagai obat ramuan tradisional. Tanaman
obat berfungsi sebagai ramuan alami untuk mengobati berbagai penyakit yang
seringkali timbul. Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu
terus dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan
(Harriana, 2008).
Dalam penggunaan tanaman obat dapat digunakan dengan cara diminum,
ditempel, untuk mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaanya dapat memenuhi
konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Hingga sekarang pengobatan tradisional masih diakui keberadaanya dikalangan
masyarakat luas. Salah satu pengobatan yang sedang trend saat ini adalah ramuan
tanaman obat secara empiris. Tanaman empiris itu sendiri berupa rempah- rempah,
tanaman pagar, tanaman buah, tanaman sayur, bahkan tanaman liar juga dapat
dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Departemen kesehatan
mengklasifikasikan obat tradisional sebgai jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka. Obat tradisional sendiri masih memiliki berbagai senyawa sehingga
khasiat obat tradisional mungkin terjadi dengan adanya interaksi antar senyawa
yang mempunyai pengaruh lebih kuat dalam tanaman yang dapat dibuktikan
dalam fitofarmaka (Hariana, 2008)
2.1.1 Fitokimia
Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia
suatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara
alamiah dan fungsi biologisnya, isolasi dan perbandingan komposisi senyawa
kimia dari bermacam-macam jenis tanaman (Harborne, 1987).
Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam
tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji),

3
terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida,
antrakuinon, flavonoida, glikosida jantung, saponin (steroid dan hiterpenoid),
tanin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Dengan
tujuan pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk
mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan
(Robinson, 1995).
Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif
suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang
bermanfaat bila diujikan dengan sistem biologi atau bioassay (Harborne, 1987).
Menurut (Djamal, 2010) senyawa fitokimia berupa :
1. Senyawa fenol
meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik. Senyawa fenol yang telah ada di alam
telah banyak diketahui strukturnya bahkan jumlahnya telah mencapai ribuan.
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Beberapa golongan
bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tannin adalah
senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolik dijumpai pada protein,
alkaloid dan diantara terpenoid
2. Senyawa isoprenoid
merupakan pigmen yang bewarna kuning jingga atau merah. Pigmen yang
banyak terdapat dalam tanaman maupun hewan. Pigmen tersebut disebut
lipokromik pigmen karena dapat larut dalam minyak.
3. Senyawa terpen
adalah suatu golongan senyawa yang sebagian besar terjadi dalam dunia
tumbuh-tumbuhan. Di dalam tanaman banyak terdapat senyawa terpenoids.
Terpenoid merupakan oligomer dan isoprene
4. Senyawa alkaloid
merupkan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam tanaman.
Biasanya dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang. Alkaloid
memiliki efek yang baik untuk kesehatan diantaranya pemicu system syaraf.

4
Menaikan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang dan
obat penyakit jantung
5. Senyawa steroid
termasuk golongan senyawa triterpenoid didalamnya terkandung
siklopenta perhidrofenanten yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin
siklopentana. Senyawa steroid juga banyak ditemukan pada jaringan tumbuhan.
Tiga senyawa fitosterol terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol,
stigmasterol, dan kampesterol.
2.1.2 Simplisia
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), simplisia adalah bahan alam
yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapan juga
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Menurut Amin (2009), simplisia terbagi atas tiga golongan yaitu:
1. Simplisia nabati
Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat
tanaman. Eksudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel
yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari
tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani
Simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral
Simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Kemudian yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda asing
pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia
nabati harus bebas serangga, fragmen hewan, atau kotoran hewan tidak boleh
menyimpang bau, dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau cendawan,
atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya, pada perhitungan penetapan kadar
abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air, sari yang larut
dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum

5
ditetapkan susut pengeringannya. Sedangkan susut pengeringan sendiri adalah
banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara
pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150o hingga bobot
tetap (Harborne, 1987).
2.1.3 pembuatan simplisia
Menurut Widyaningsih (2004), pembuatan simplisia merupakan proses
memperoleh simplisia dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang
dikehendaki. Cara pembuatan simplisia ada sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh
tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang
muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman
lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk
simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.
a. Waktu pengumpulan atau panen
Menurut Onrizal (2005), kadar kandungan zat aktif suatu simplisia
ditentukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan
lingkungan tempat tumbuhnya. Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai
berikut :
1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi
masak, contohnya daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi
pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil
daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum
buah masak
4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus),
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.

6
b. Bagian Tanaman
1. Klika batang/klika/korteks
Menurut Agoes (2009), Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelu
D pas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan cara
berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika yang
mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang
bukan terbuat dari logam.
2. Batang (Caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan
panjang dan diameter tertentu.
3. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-potong
kecil.
4. Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu secara
manual.
5. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau
mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
6. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan
tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7. Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu.
8. Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik dengan
tangan.

7
9. Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan
memotongnya.
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan simplisia dari
benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian
tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya
bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan
pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda asing,
materi/sampel dijemur dulu ±1 hari kemudian dipotong-potong kecil dengan
ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis
simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia
harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin
cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap
perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama
dan mudah berjamur (Gunawan dan Mulyani, 2002).
4. Pengeringan
Menurut Saifudin A, dkk (2011), tujuan pengeringan pada tanaman atau
bagian tanaman adalah:
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan
dalam jangka relatif lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh jamur
atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang

8
selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air yang
dainjurkan adalah kurang dari 10 %.
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.
a. Pengeringan alamiah
Menurut Saifudin A, dkk (2011), tergantung dari kandungan zat aktif
simplisia, pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu,
kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relatif stabil oleh
panas).
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung,
umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat
aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan menggunakan alat yang dapat diatur suhu,
kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5. Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Menurut Saifudin A, dkk (2011), sortasi kering dilakukan sebelum
pewadahan simplisia bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian
tanaman yang tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi basah.
Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan pada tempat yang
dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik
tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan suatu
jaminan yang memadai terhadap isinya, wadah dari logam tidak dianjurkan agar
tidak berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan penyimpanan simplisia harus
diperhatikan suhu, kelembaban udara dan sirkulasi udara ruangannya.

9
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Daun Paku (Pteridium aquilinum.)
a. Klasifikasi (Heyne, 1987)
Regnum : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Dennstaedtiaceae
Gambar 2.2.1
Genus : Pteridium (Pteridiumm
Spesies : Pteridium aquilinum L. IaquilinumL.)
b. Morfologi
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang memiliki panjang 5 – 10 m.
Akar rimpang yang memenjat tinggi, kuat, pipih persegi. Tangkai daun 10 – 20
cm, kuat. Daun menyirip tunggal 1,5 – 4 cm, mengkilap, daun mudanya berwarna
merah muda, merah kerap kali keungu-unguan, bertekstur lembut dan tipis,
semakin dewasa daunnya mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan
pada akhirnya menjadi hijau tua dan keras. Daun berbentuk lanset, ujungnya
meruncing, tepinya bergerigi dan pangkalnya membulat (Steenis, 2003).
c. Kandungan
Tanaman pteridium aquilinum mengandung zat steroid, triterpenoid,
alkaloid, glikosida, flafonoid, dantanin ((Robinson, 1995).
d. Manfaat
Bagi masyarakat Dayak Kalimantan Tengah tumbuhan paku merupakan
makanan favorit, kelakai dimasak dengan cara dioseng-oseng, sayur bening atau
direbus untuk lalapan. Berdasarkan studi empiris daun dan batang kelakai muda
dipergunakan oleh masyarakat suku Dayak sebagai suplemen penambah darah,
obat awet muda, penambah ASI pada ibu yang sedang menyusui, obat tekanan
darah tinggi, pereda demam dan mengobati sakit kulit (Maharani, dkk., 2005).

10
2.2.2 Mengkudu (Morinda cintrifolia L)
a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 1989)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae Gambar 2.2.2
Genus : Morinda (Morinda Citrifolia)

Spesies : Morinda citrifolia L.


b. Morfologi
Tanaman mengkuduadalah salah satu tanaman yang sudah dimanfaatkan
sejak lama hampir di seluruh belahan dunia. Di negeri Cina, laporan-laporan
mengenai khasiat tanaman mengkudutelah ditemukan pada tulisan-tulisan kuno
yang dibuat pada masa dinasti Han sekitar 2000 tahun lalu. Di Hawaii,
mengkudumalah telah dianggap sebagai tanaman suci karena ternyata tanaman ini
sudah digunakan sebagai obat tradisional sejak lebih dari 1500 tahun lalu.
Mengkudutelah diketahui dapat mengobati berbagai macam penyakit, seperti
tekanan darah tinggi, kejang, obat menstruasi, artistis, kurang nafsu makan,
artheroskleorosis, gangguan saluran darah, dan untuk meredakan rasa sakit
(Djauhariya2003).
c. Kandungan
Mengkudu atau Noni memiliki banyak zat aktif yang sangat berkhasiat
dalam mencegah dan mengatasi berbagai penyakit senyawa tersebut berupa
terpenoid, zat anti bakteri, scopoletin, Xeronine dan Proxeronine(Solomon 1999).
d. Manfaat
Tanaman mengkudu adalah salah satu tanaman yang sudah dimanfaatkan
sejak lama hampir di seluruh belahan dunia. Di Cina, tanaman mengkudu telah
ditemukan pada tulisan-tulisan kuno yang dibuat pada masa dinasti Han sekitar
2000 tahun lalu. Di Hawaii, mengkudu malah telah dianggap sebagai tanaman
suci karena ternyata tanaman ini sudah digunakan sebagai obat tradisional sejak
lebih dari 1500 tahun lalu. Mengkudu telah diketahui dapat mengobati berbagai

11
macam penyakit,seperti tekanan darah tinggi, kejang, obat menstruasi,
artistis,kurang nafsu makan, artheroskleorosis, gangguan saluran darah, dan untuk
meredakan rasa sakit (Djauhariya 2003).
2.2.3 Pinus Pocosin (Pinus serotina)
a. Klasifikasi ( Moore et al, 2008)
Regnum : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae Gambar 2.2.3
Pinus Serotina
Genus : Pinus
Spesies : Pinus serotina
b. Morfologi
Pinus Pocosin memiliki bentuk yang agak kecil dibandingkan pinus
lainnya, yaitu dengan tinggi dibawah 30 meter. Memiliki dan yang berbentuk
seperti jarum dengan panjang 13-16 cm. Kulit batang yang gelap bersisik ketika
muda, dan menjadi coklat saat menua ( Grup spesialis conifer,1998)
c. Kandungan
Pinus pada umumnya memiliki banyak kandngan kimia didalamnya. Pada
kulit batang khususnya memiliki kandungan senyawa flavonoid yang merupakan
senyawa kimia yang berefek sebagai antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi
(Afdhil dan Anggun, 2016)
2.2.4 Bunga Asoka(Saraca indica)
a. Klasifikasi (Bambang dkk. 2011 )
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae Gambar 2.2.4
Saraca Indica
Genus : Saraca
Spesies : Saraca indica

12
d. Morfologi
Bunga asoka merupakan tanaman semak yangberasal dari daerah Asia
Tropi dengan tinggi mencapai 2 m, berbatang tegak, AB 22 berkayu bulat, dengan
percabangan simpodial, berdaun lebar, tunggal berbentuk lonjong, pangkal
meruncing. Bunga berupa majemuk dengan tandan ramping membentuk seperti
payung di ujung batang, kuntum bunga berwarna merah, berkelamin dua, kelopak
bentuk corong, benang sari empat, kelapa sari melekat pada mahkota (Arizon,
2010)
e. Kandungan
Adapun kandungan yang terdapat pada bunga asoka tidak lain adalah
flovonoid, saponin dan tanin. Flavonoid dalam hal ini memiliki fungsi sebagai
antioksidan alami yang dipercaya dapat menjaga kesehatan tubuh, sedangkan
saponin merupakan jenis glikosida dan tanin adalah senyawa kimia yang biasanya
digunakan untuk membentuk protein kompleks Berdasarkan uji laboratorium yang
telah dilakukan mendapatkan fakta penting yaitu kulit kering yang terdapat pada
asoka yang telah dihaluskan akan mengeluarkan senyawa tanin dan senyawa
organik yang mengandung besi. Sedangkan pada kulit kayunya terapat senyawa
catachin dan tannin (Ganiswara, 1995)
f. manfaat
Tanaman Asoka dapatberkhasiat mengobati disentri, diare, obat luka
memar dan juga sebagai antioksidan (Maliana, 2013)
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995 ; Rowe, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46Hg/mol


3C OH
Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang
tidak berasap.

13
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai disinfektan dan antiseptik
2.3. 2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Untuk membersihkan dsampel..

14

Anda mungkin juga menyukai