Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah dengan aneka ragam
fauna maupun flora. Maraknya penggunaan obat herbal di Indonesia berhubungan
dengan banyaknya jenis tumbuhan di negeri ini. Obat-obatan herbal dibuat dari
tumbuhan atau campuran dari ekstrak tumbuhan untuk mengobati penyakit atau
menjaga kesehatan.
Masyarakat di Indonesia tidak ragu menggunakan obat dari bahan alam,
karena dibuat dari bahan alami, masyarakat pun berpikir obat herbal aman untuk
dikonsumsi terutama jika obat itu telah turun temurun secara tradisional. Apabila
obat herbal ini dibandingkan dengan jenis obat-obatan yang lain, seperti obat-
obatan kimia (sintesis) maka kita akan mendapatkan beberapa keunggulan dari
obat herbal diantaranya adalah obat herbal tidak memiliki efek samping, obat
herbal dapat mengobati penyakit-penyakit tertentu yang tidak dapat disembuhkan
secara tuntas oleh obat kimia, obat herbal memiliki harga yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan obat sintesis, dan yang terakhir adalah kita dapat
menyajikan obat herbal sendiri tanpa menggunakan bantuan dokter atau tenaga
medis lainnya. Salah satu bidang yang berperan dalam kesehatan serta pembuatan
obat secara tradisional adalah farmasi.
Salah satu bidang yang berperan dalam kesehatan serta pembuatan obat
secara tradisional adalah farmasi. Farmasi dalam bahasa Yunani disebut dengan
“Farmakon” (medika/obat). Farmasi sendiri yaitu seni dan ilmu dalam penyediaan
bahan-bahan sumber alam dan bahan sintesis yang sesuai untuk didistribusikan
dan juga dipakai dalam pengobatan serta pencegahan suatu penyakit. Pada
umumnya, farmasi meliputi pengetahuan mengenai identifikasi, kombinasi,
analisa dan juga standarisasi obat serta pengobatan. Termasuk juga sifat-sifat obat
dan distribusinya serta dalam hal penggunaannya.
Untuk mengetahui cara pembuatan obat herbal yang baik dan benar maka
kita memerlukan suatu pengetahuan atau ilmu, adapun ilmu yang berkaitan erat
dengan obat herbal adalah fitokimia, dimana ilmu ini merupakan ilmu yang

1
mempelajari tentang senyawa sumber obat yang berasal dari alam terutama dari
tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan obat.
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organik (Meric, 2006).
Sumber daya alam organik adalah gudang senyawa kimia yang sangat
potensial sebagai sumber-sumber senyawa baru yang. Senyawa-senyawa ini
sangat berguna dalam pengobatan dan industri. Salah satu jenis bahan alam
organik yang dapat digunakan dalam pengobatan yaitu simplisia. Simplisia adalah
bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami proses
pengolahan dan kecuali dinyatakan lain umumnya merupakan bahan obat yang
telah dikeringkan.
Mengingat pentingnya pembuatan simplisia yang akan digunakan sebagai
bahan obat dalam dunia kefarmasian, sehingga dilakukan praktek kerja lapangan
fitokimia 1 untuk menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan terkait
fitokimia dan pengambilan sampel untuk pembuatan simplisia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan fitokimia.
1.2.2 Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara pembuatan simplisia
dan syarat simplisia yang baik.
1.3 Manfaat PKL
Manfaat dari pelaksanaan praktek kerja lapangan yaitu :
1.3.1 Melatih kedisiplinan, inisiatif, kreativitas, motivasi, dan kerja sama sesama
kelompok.
1.3.2 Memberikan pengalaman nyata serta permasalahan yang dihadapi dunia
kerja dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
1.3.3 Memberikan pengetahuan tentang cara pembuatan simplisia secara
langsung.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Fitokimia
Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan atau
tanaman dan chemichal sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat
pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam zat gizi karena bukan
berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air (Sumarnie, et al,
2006).
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organik (Meric, 2006).
Fitokimia adalah segala jenis zat kimia yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan
untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan
bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit (Robinson,
1991).
Fitokimia yaitu ilmu yang mempelajari aspek kimia yang berkaitan dengan
proses hidup dari tanaman termasuk produk kimia tanaman, kandungan senyawa
organik dalam tanaman, biokimia tanaman dan hubungan diantara keduanya
(Lenny, 2006).
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbeagai senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis
dari senyawa organik (Hidayat, 2008).
2.1.2 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan (Dirjen POM, 1979).
Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal dari kata simple,
yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-

3
bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia
sebagai bentuk, simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan
belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan (Widyaningrum, 2011).
Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas
gabungan nama species diikuti dengan nama bagian tanaman. Sebagai contoh,
merica dengan nama speciesPiperis albi maka nama simplisianya disebut Piperis
albi fructus. Fructus menunjukkan nama bagian tanaman yang digunakan yaitu
buahnya (Tjitrosoepomo, 2011).
2.1.3 Penggolongan Simplisia
Simplisia terbagi atas 3 golongan, yaitu (Dirjen POM, 1979) :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara
tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang
masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral)
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
2.1.4 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam
yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki dengan langkah-
langkah sebagai berikut (Meric, 2006) :

1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan
alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan) maka
harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian

4
tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun
yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagain tanaman lainnya, misalnya
jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
a. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu panen,
umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan tempat
tumbuhnya, pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak, contohnya daun Athropa belladona mencapai kadar
alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman
yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis
sempurna yaitu pukul 09.00 – 12.00.
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik
sebelum buah masak.
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus),
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
b. Bagian tanaman
1) Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan 6 cara
berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika yang
mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas
yang bukan terbuat dari logam.

2) Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-
potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3) Kayu (lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan potong-
potong kecil.
4) Daun (folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu
secara manual.

5
5) Bunga (flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar
atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan
tangan.
6) Akar (radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah
permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7) Rimpang (rhizome)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar,
dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
8) Buah (fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik
dengan tangan.
9) Biji (semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
10) Umbi lapis (bulbus)
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan
memotongnya.

2. Pencucian
Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang
berada di bawah tanah (akar, rimpang), untuk membersihkan simplisia dari
sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Sortasi Basah
Sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan simplisia dari benda-
benda asing dari luar (tanah, batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian
tanaman yang tidak dikehendaki.
4. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan
pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda asing,
materi/ sampel dijemur ±1 hari kemudian dipotong-potong kecil dengan
ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis
simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh
simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18). Semakin tipis perajangan
maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung

6
minyak menguap perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu
tebal pengeringan lama dan mudah berjamur.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
a) Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka relatif lama.
b) Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh
jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan
tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10%.
c) Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat
serbuk.

6. Pewadahan dan penyimpanan simplisia


Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia bertujuan
memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak
dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi basah. Simplisia yang
diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan pad atempat yang dapat
menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik
tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan suatu
jaminan yang memadai terhadap isinya, wadah dari logam tidak dianjurkan
agar tidak berpengaruh terhadap simplisia.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Bunga kertas (Bougainvilea glabra)
1. Klasifikasi (Rukmana, 1998)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales Gambar 2.2.1
Familia : Nyctaginaceae Bunga Kertas
Genus : Bougainvillea
Spesies :Bougainvillea glabra. (Bougainvillea glabra)
2. Morfologi

7
Menurut Halim (2016), morfologi tumbuhan bunga kertas
(bougenville) adalah sebagai berikut :
a. Batang
Bougenville merupakan perdu yang memanjat dan menggantung,
tingginya 2m - 4m. Batang ini memiliki cabang berkayu bulat, beruas, dan
memiliki diameter 5mm - 8mm, berwarna coklat dan majemuk.
b. Bunga
Bougenville termasuk bunga majemuk, payung 3 – 15 bunga. Bunganya
beranekaragam ada kuning, merah, merah jambu, ungu, putih dan
sebagainya. Kelopak bunganya berbentuk tabung 2 - 4mm. Taju bunga 5 -8,
berbentuk paku, berambut halus.
Pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tonjolan yang melintang.
Daun menyirip berdaun satu, helaian daun lebar bulat sampai memanjang,
bertepi rata, bertulang menyirip atau bertulang tiga sampai lima.
Bougenville memiliki buah buni yang masak hitam mengkilat, panjang 1
cm, berbiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki
lekukan.
3. Kandungan Kimia
Menurut Wijaya, dkk, (2004), Kandungan kimia yang tergandung dalam
bunga kertas terdiri dari berapa senyawa tanin, alkaloid, flovonoid, pinitol,
betasianin, terpenoid, senyawa fenolik, saponin dan antrakuinon, asam sinapik,
katekin, rutin, betanidin, karbohidrat, kuersetin, pinitol dan steroid.
2. Manfaat
Beberapa khasiat dan kegunaan bunga kertas dalam pengobatan antara lain
sebagai anti-inflamasi, menjaga keseimbangan kolesterol, tekanan darah,
mengobati keputihan, haid tidak teratur, sebagai antioksidan dan antibiotik
(Hakim, 2015).
2.2.2 Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)
1. Klasifikasi (BPOM RI, 2008)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida

8
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae Gambar 2.2.3
Genus : Nicolaia Kecombrang
Spesies :Nicolaia speciosa Horan (Nicolaia speciosa Horan)

2. Morfologi
Menurut Pernawati (2008), morfologi tumbuhan kecombrang (Nicolaia
speciosa Horan) sebagai berikut :
a. Akar
Tanaman kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) mempunyai akar
berbentuk serabut dan berwarna kuning gelap. Batang tanaman kecombrang
(Nicolaia speciosa Horan) mempunyai batang berbentuk semu gilig
membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak. Batang saling berdekat-
dekatan membentuk rumpun jarang keluar dari rimpang yang menjalar di
bawah tanah. Rimpangnya tebal bewarna krem kemerah jambuan ketika
masih muda.
b. Daun
Tanaman kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) mempunyai daun 15-
30 helai tersusun dalam dua baris berseling, di batang semu helaian daun
berbentuk jorong lonjong dengan ukuran 20-90 cm x 10-20 cm dengan
pangkal membulat atau bentuk jantung, tepinya bergelombang dan ujung
meruncing pendek gundul namun dengan bintik-binti halus dan rapat
bewarna hijau mengkilap sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika
masih muda.
c. Bunga
Tanaman kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) mempunyai bunga
dalam karangan berbentuk gasing bertangkai panjang dengan ukuran 0,5-2,5
cm x 1,5- 2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong 7-18 cm x 1-7 cm
bewarna merah jambu hingga merah terang berdaging, ketika bunga mekar
maka bunga tersebut akan melengkung dan membalik. Kelopak berbentuk
tabung dengan panjang 3-3,5 cm bertaju 3 dan terbelah. Mahkota berbentuk
tabung bewarna merah jambu berukuran 4 cm. Labellum serupa sudip

9
dengan panjang sekitar 4 cm bewarna merah terang dengan tepian putih atau
kuning.
3. Kandungan Kimia
Menurut Rusmiatik (2003), bunga kecombrang mempunyai kandungan zat
kimia sebagai berikut : karbohidrat, serat pangan, lemak, protein, air, zat besi,
fosforus, kalium, kalsium, magnesium, seng. Selain itu bunga kecombrang juga
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak
atsiri.

4. Manfaat
Menurut Pernawati (2008), bunga kecombrang banyak bermanfaat di
antaranya adalah menghilangkan bau badan, menyembuhkan penyakit yang
berhubungan dengan kulit, misalnya campak. Kalium yang terkandung dalam
bunga kecombrang bermanfaat sebagai memperlancar air seni, mengobati
penyakit ginjal. Selain itu bunga kecombrang juga dapat bermanfaat
memperbanyak ASI, pembersih darah, hal ini sangat baik bagi ibu yang sedang
menyusui. Di beberapa kalangan masyarakat kecombrang juga dipercaya sebagai
penetral kolesterol, juga bermanfaat sebagai antimikroba.
2.2.3 Mahang (Macaranga hypoleuca)
1. Klasifikasi (Reichb.f.et Zoll, 1998)
Kingdom : Plantea
Divisio : Angiospermae
Kelas : Rosids
Ordo : Malpighiales
Gambar 2.2.3
Famili : Euphorbiaceae
Mahang
Subfamili : Acalyphoideae
(Macaranga hypoleuca)
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga hypoleuca
2. Morfologi
Daun tunggal, kedudukan spiral, berdaun penumpu, bentuk daun menjari
tiga, tepi rata, pertulangan daun menjari lima, tangkai daun panjang, permukaan
bawah helai daun putih, batang muda dan tangkai daun muda berwarna putih.

10
Perbungaan majemuk malai memendek, pada ketiak daun. Buah bentuk kapsul,
licin, dan biji hitam.
3. Kandungan Kimia
Terdapat dua macam senyawa flavonol, yaitu salah satu bentuk senyawa
turunan flavonoid, yang dikenali sebagai macarhizinoidin A dan B. Kedua macam
senyawa flavonol ini terdeteksi memiliki efek sitotoksik.

4. Manfaat
Mahang ini umumnya memiliki densitas yang berkisar antara 270-500(-590)
kg/m³ pada kadar air 15%, akan tetapi beberapa spesies di antaranya dapat
memiliki kayu yang lebih berat, misalnya M. lowii (mencapai 800-815 kg/m³)
dan M. involucrata (hingga lebih dari 830 kg/m³) (Rukmana, 1998).
Kayu terasnya berwarna kuning-cokelat pucat hingga cokelat atau abu-abu
cokelat pucat, terkadang dengan saputan warna jambon, tidak jelas terbedakan
dari kayu gubalnya (Rukmana, 1998).
Seratnya lurus atau agak berpilin, teksturnya agak halus hingga agak kasar,
merata, serta permukaan yang diserut tampak mengilap. Kayu ini memiliki sifat
kembang-susut yang tergolong sedang, dan dalam proses pengeringan, kayu
mahang rawan serangan serangga serta jamur noda kayu (sap-stain), Kayu
mahang tergolong kurang awet (Rukmana, 1998).
2.2.4 SirihHutan (Piper aduncum Lim)
1. Klasifikasi (Agusta, 2000)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsidazzs
Ordo : Piperales
Gambar 2.2.4
Familia : Piperaceae
Sirih Hutan L
Genus : Piper
(Piper aduncum Lim)
Spesies : Piper aduncum Lim
2. Morfologi

11
Menurut Agusta (2000), morfologi tumbuhan Sirih Hutan (Piper aduncum
Lim) adalah sebagai berikut :
a. Batang
Berkayu, bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata pada
setiap buku, tangkai berbulu halus, silindris 5-10 mm, panjang daun 10-14
cm, lebar 5-6 cm, pertulangan menjari, hijau muda.

b. Bunga
Majemuk, bentuk bulir, berklamin satu atau dua, daun pelindung
bertangkai 0,5-1,25 mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala
sari kecil, bakal buah duduk, kepala putik 2 sampai 3, pendek, putih, putih
kekuningan.
c. Buah
Buni, bertangkai pendek, panjang bulir 12-14 cm masih muda bewarna
kuning kehijauan setelah tua bewarna hijau.
d. Biji dan akar
Biji kecil berwarna coklat dan akar tunggang.
3. Kandungan Kimia
Menurut Orjala (2004), daun Piper aduncum mengandung saponin,
flavonoida, polifenol, minyak atsiri, dihydrochalcone, piperaduncin A, B, dan C,
serta 2′,6′-dihidroksi-4′-metoksidihidrokhalkon (DMC) dan 2′,6′,4-trihidroksi-4′-
metoksidihidrokhalkon (asebogenin).
4. Manfaat
Menurut Orjala (2004), Getah batang Piper aduncum berkhasiat sebagai
obat bisul dan obat luka baru. Untuk obat bisul, dipakai getah batang Piper
aduncum ± 2 ml, kemudian dioleskan pada bisul. menghilangkan bau badan yang
ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan,
menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga
bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan
menghentikan pendarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2
lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam
lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih

12
hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan
hama penghisap.
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979;Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alkohol
RumusMolekul : C2H6O
BeratMolekul : 46,07 g/mol
Rumus strukur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas.


Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan
pelarut organik.
Kegunaan : Desinfektan dan antiseptik.
Khasiat : Sebagai desinfektan (mencegah pertumbuhan/
pencemaran jasad renik) pada benda mati. Digunakan
juga sebagai antiseptik untuk menghambat
mikroorganisme pada jaringan hidup.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979;Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling
RumusMolekul : H2O
BeratMolekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak

13
mempunyai rasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fitokimia 1 dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 19 Desember 2019 sampai dengan Minggu, 22 Desember 2019 di Desa
Lombongo, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada pembuatan simplisia yaitu botol
semprot, buku atlas tanaman, kater, gunting, karung, parang, spidol, dan wadah.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, amplop cokelat,
aquadest, koran, papan identifikasi, dan tissu.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja pembuatan simplisia yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dipanen sampel atau tanaman obat.
3. Dilakukan sortasi basah untuk melihat kelayakan dari sampel yang akan
dijadikan simplisia.
4. Dilakukan pencucian sampel menggunakan air yang mengalir agar kotoran
yang menempel pada sampel ikut mengalir bersama air.
5. Disemprot sampel yang telah menggunakan alkohol 70%.
6. Dikeringkan sampel dengan diangin-anginkan dan tidak berkontak langsung
dengan matahari sampai benar-benar kering.
7. Dilakukan sortasi kering pada sampel untuk melihat apakah ada sampel
yang rusak setelah proses pengeringan atau terkena debu/kotoran pada saat
pengeringan.
8. Dilakukan perajangan atau dipotong kecil-kecil sampel tersebut untuk
mempercepat proses pengeringan.
9. Dilakukan pengepakan pada sampel menggunakan amplop coklat.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Batang Daun

Kulit Batang

4.2 Pembahasan
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organik (Meric, 2006).
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki
efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi
pencegahan penyakit (Robinson, 1991).
Pada Praktek Kerja Lapangan Fitokimia 1 terdapat empat tamanan yang
diambil dari Desa Lombongo. Tamanan tersebut yaitu Kecomrang, mahang, sirih
hutan dan bunga bougenvile. Bagian tanaman yang diambil masing-masing
berbeda. Adapaun yang diambil yaitu daun kecombrang, batang sirih hutan, kulit
batang mahang dan bunga kertas.
Cara pembuatan simplisia dari tanaman tersebut memiliki kemiripan
secara umum yakni, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan atau

16
memanen bagian tanaman obat. Pemanenan pada beberapa bagian tanaman, untuk
bagian daun dilakukan pada pukul 09.00-12.00. Karena menurut Kristianti (2008),
bertujuan untuk menjaga kesegarannya karena pada waktu itulah terjadi proses
fotosintetis terjadi dengan sempurna.
Menurut Gunawan (2010), cara pengambilan tanaman berbeda pada setiap
bagian, bagian kulit batang atau klika diambil dari batang utama dan cabang,
dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, untuk bagian batang diambil
dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan
diameter berbeda. Bagian Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya
dan potong-potong kecil.
Menurut Kristanti (2008), bagian daun diambil daun tua (bukan daun
kuning) daun kelima dari pucuk. Karena jaringan daun yang masih berada di
bagian pucuk belum terbentuk sempurna.
Untuk bagian bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar, buah
dipanen dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum masak, biji
dikumpulkan dari buah yang masak sempurna, dan bagian akar, rimpang, umbi,
umbi lapis dikumpul sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
Menurut Kristanti (2008), bagian bunga dapat berupa kuncup atau bunga
mekar atau mahkota bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan. Bagian akar
diambil bagian yang berada dibawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan
ukuran tertentu. Bagian rimpang dicabut dan dibersihkan dari akar, dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu. Buah dapat berupa buah yang masak,
matang atau buah muda, dipetik dengan tangan.
Sampel yang telah dipanen selanjutnya dilakukan pencucian atau sortasi
basah. Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan tanaman
atau simplisia dari benda-benda asing dari luar dan memisahkan bagian tanaman
yang tidak dikehendaki (Prasetyo dan Endang, 2013).
Sampel yang telah melalui proses sortasi basah dan pencuci, selanjutnya
dilakukan proses perajangan. Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Setelah di cuci dan dibersihkan dari
kotoran dan benda asing. Sampel kemudian di potong-potong kecil dengan ukuran

17
antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis simplisia).
Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses pengeringan. Perajangan
tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah
berjamur (Prasetyo dan Endang, 2013).
Setelah dirajang, simplisia dikeringkan, tujuan pengeringan ini yaitu untuk
mendapatkan simplisia yang tidah mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Sampel yang telah melalui proses pengeringan selanjutnya
dilakukan sortasi kering, dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran atau
memisahkan benda-benda asing seperti bgian-bagian tanman yang tidak
diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih tertinggal atau
menempel pada sampel (Prasetyo dan Endang, 2013).
Sampel yang telah dikeringkan selanjutnya dimasukkan dalam wadah
penyimpanan simplisia. Sampel disimpan dalam wadah yang baik dan di tempat
yang menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah yang dimaksud terbuat
dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap.Harus
memperhatikan suhu, kelembapan udara dan sirkulasi udara. Karena untuk
menghindari kerusakan simplisia.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis
dari senyawa organik.
Cara pembuatan simplisia dari tanaman tersebut memiliki kemiripan
secara umum yakni, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan atau
memanen bagian tanaman obat, selanjutnya sortasi basah dan pencucian yang
dilakukan untuk menghilangkan benda asing yang mennempel pada sampel,
kemudian sampel dirajang dengan tujuan mempermudah proses selanjutnya, yakni
pengeringan. Dan terakhir sampel disimpan dalam wadah penyimpanan yang baik
untuk menghindari kerusakan sampel.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk asisten
Saran untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dan memberi
wawasan tentang fitokimia 1 sehingga praktikan dapat menjalankan prosedur
kegiatan dengan baik.
5.2.2 Saran untuk jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi agar lebih menunjang kegiatan praktek
kerja lapangan fitokimia 1 agar lebih maksimal.
5.2.3 Saran untuk praktikan
Saran untuk praktikan agar lebih teliti dalam mengolah sampel dan teliti
dalam pembuatan laporan.

19

Anda mungkin juga menyukai