Anda di halaman 1dari 157

BAB I

PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit,
mahasiswa dapat menjelaskan tentang perkembangan farmakognosi dan hal – hal umum
yang berkaitan dengan farmakognosi secara benar dan tepat (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang sejarah singkat
farmakognosi
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian –
pengertian farmakognosi, ruang lingkup dan kaitannya dengan ilmu lain.
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang obat gubal dan
simplisia
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang nomenklatur dan
sistematika kajian dalam farmakognosi

1.1. Sejarah Farmakognosi


Secara harfiah, farmakognosi berarti ilmu pengetahuan tentang obat, yang merupakan
bagian dari ilmu seni pengobatan sejak manusia pertamakali mulai untuk mengobati berbagai
macam penyakit. Pada mulanya farmakognosi muncul dari jampi-jampi suku Vodoo yang
tanpa disadari telah ikut menyelamatkan resep-resep tidak tertulis dari dukun / leluhur.
Istilah pharmacognosy diperkenalkan pertama kali oleh C.A. Seydler, seorang
mahasiswa kedokteran di Halle/ Saale, Jerman pada tahun 1815 dalam disertasinya yang
berjudul “ Analectica Pharmacognostica”. Pharmacognosy terdiri dari 2 (dua) kata Yunani
yaitu pharmakon = obat dan gnosis = ilmu pengetahuan. Pengertian yang lebih luas tentang
farmakognosi dijelaskan oleh FlÜckiger, menurutnya farmakognosi adalah penggunaan
terpadu dari berbagai disiplin ilmu dengan obyek pengetahuan mengenai obat yang
diperlukan, dipandang dari berbagai sudut. Namun menurut penelitian sejarah baru, istilah
farmakognosi telah ditemukan lebih awal yaitu penggunaan kata pharmakognosis oleh J.A.
Schmidt (1811) dalam bukunya yang berjudul “ Lehrbuch der Materia Medica”.

1.2. Pengertian Farmakognosi , Ruang Lingkup dan Kaitannya dengan Ilmu lain
Farmakognosi adalah ilmu terapan yang menguraikan tentang segi biologi, biokimia,
ekonomi, mengenai obat alami dan kandungannya. Dalam arti yang lebih luas, farmakognosi

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 1


mencakup pengetahuan mengenai sejarah distribusi, budidaya, pengumpulan, pemilihan,
penyediaan, perdagangan, identifikasi evaluasi, pengawetan dan penggunaan obat dan
kandungan yang bernilai ekonomis yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan
hewan. Termasuk didalamnya adalah obat gubal dan sediaan galenik atau isolatnya dari bahan
yang cari penyiapannya agak kompleks misalnya allergen, ekstrak allergen, antibiotika,
produk biologi, penambah rasa dan rempah-rempah.
Farmakognosi sangat terkait dengan ilmu-ilmu kedokteran, pertanian, fisika, dan
kimia. Untuk menggeluti bidang farmakognosi maka seseorang harus memiliki pengetahuan
tentang biologi yang meliputi botani, zoology, fisiologi, anatomi, morfologi, histology,
klasifikasi, kimiawi tanaman, ekologi dan genetika.

Bahan Diskusi :
Farmakognosi erat kaitannya dengan obat bahan alam. Alasan apa
yang mendorong masyarakat maupun para ilmuwan tertarik untuk
menggunakan dan mengembangkan produk bahan alam ( back to
nature). Jelaskan opini anda !

1.3. Obat Gubal dan Simplisia


Obat gubal adalah obat dari tumbuhan atau hewan yang terdiri dari bahan alam yang
hanya mengalami proses pengumpulan dan pengeringan Arti istilah bahan alami adalah
seluruh tumbuhan atau herba dan bagiannya termasuk cairan tumbuhan, ekstrak dan hasil
ekskresi yang tidak mengalami perubahan molekul / struktur molekul atau sama dengan yang
terdapat di alam. Obat gubal makin jarang dipakai dalam pengobatan. Yang sering digunakan
adalah turunannya atau ekstraknya. Istilah kandungan utama (chief constituent) digunakan
untuk menamai turunannya tadi tanpa memperhatikan apakah yang menimbulkan khasiat
tersebut dalam keadaan tunggal atau campuran.
Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan RI (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No: 230/Menkes.IX/1976) dan Dirjen POM (Keputusan Dirjen POM Depkes RI No :
4308/D/SK/V/1984) mengemukakan batasan mengenai simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain ,
berupa bahan yang dikeringkan.

Definisi simplisia digolongkan atas :

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 2


1. Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman.
Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni;
2. Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni;
3. Simplisia pelikan/mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan/ mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni.
Diantara ketiga golongan itu, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang digunakan
untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses memperoleh simplisia
dari tanaman sumbernya di alam. Proses ini meliputi pengumpulan (collection), pemanenan
(harvesting), pengeringan (drying), pemilihan (garbling), serta pengepakan, penyimpanan
dan pengawetan (packaging, storage, and preservation).

1.4. Tatanama Simplisia


Pemberian nama suatu simplisia umumnya berdasarkan atas gabungan nama spesies
diikuti dengan nama bagian tanaman.
Sebagai contoh : daun dewa dengan nama spesies Gynura procumbens maka nama
simplisianya disebut Gynurae Procumbensis Folium . Folium artinya daun
Nama Tanaman Nama Bagian Tanaman
Gynurae procumbensis Folium

Namun tidak semuanya teks mengikuti aturan seperti diatas, misalnya :


 Guazuame Folium : nama genus dari Guazuma ulmifolia diikuti Folium
 Calami Rhizome : menunjukan penyebutakan nama berdasar nama belakang dari
spesies (Acorus calamus)

Tabel 1. Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia
Nama latin Bagian Tanaman
Amilum Pati
Bulbus Umbi Lapis
Caulis Batang
Cortex Kulit Kayu

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 3


Flos Bunga
Folia Daun
Folium Daun
Fructus Buah
Herba Seluruh tanaman
Lignum Kayu
Radix Akar
Rhizome Rimpang
Semen Biji
Thallus Bagian dari tanaman Rendah
Tubera Umbi

Bahan Diskusi :

Carilah beberapa contoh simplisia yang


mengikuti aturan tatanama diatas serta
kegunaanya. (minimal 2 pada setiap bagian
tanaman)

BAB II

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 4


KEDUDUKAN HUKUM DAN MUTU OBAT YANG BERASAL DARI
TUMBUHAN, HEWAN DAN MINERAL
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 60 menit,
mahasiswa dapat menjelaskan tentang bentuk – bentuk obat asal bahan alam, peraturan
tentang produksi obat tradisional, serta peraturan tentang distribusi obat tradisional
secara tepat dan benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang bentuk-bentuk
obat asal bahan alam
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan peraturan tentang
produksi obat tradisional
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan , peraturan tentang
distribusi obat tradisional

2.1. Bentuk – Bentuk Obat Tradisional


Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Dalam
penggunaannya maupun dalam perdagangan ada beberapa macam bentuk obat – obat
tradisional yaitu : rajangan, serbuk, pil, dodol/jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat
dalam, sari jamu, parem, pilis, tapel, koyok, cairan obat luar, dan salep/krim.
a. Rajangan
Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia,
atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik, yang penggunaanya dilakukan dengan
pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.
b. Serbuk
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang
cocok; bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik atau campurannya.
c. Pil
Pil adalah sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
d. Dodol/jenang
Dodol/ jenang adalah sediaan padat obat tradisional; bahan bakunya berupa serbuk
simplisia, sediaan galenik atau campurannya.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 5


e. Pastiles
Pastiles adalah sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih, umumnya
berbentuk segi empat; bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan gelenik,
atau campuran keduanya.
f. Kapsul
Kapsul adalah sediaan obat tradsional yang terbungkus cangkang keras atau lunak; bahan
bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan
g. Tablet
Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau cembung,
terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
h. cairan obat dalam
Cairan Obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi
dalam air; bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan
digunakan sebagai obat dalam
i. sari jamu
Sari jamu adalah cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung
etanol
j. Parem
Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada kaki dan tangan atau pada bagian tubuh lain
k. Pilis
Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang digunakan dengan cara
mencoletkan pada dahi
l. Tapel
Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut
m. Koyok
Koyok adalah sediaaan oabat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang
dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai obat luar
dan pemakaiannya ditempelkan pada kulit.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 6


n. cairan obat luar
Cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi ;
bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar
o. salep/krim.
Salep/ krim adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan ; bahan bakunya berupa
sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep/krim yang cocok
dan digunakan sebagai obat luar.

Bahan Dsikusi :
1. Apa perbedaan Parem, Pilis dan Tapel !
2. Apa yang dimaksud dengan simplisia, sediaan
galenik dan bahan tambahan ?

1.2. Peraturan tentang Produksi Obat Tradisional


Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang peraturan – peraturan di bidang produksi
obat tradisional, terlebih dahulu kita harus tahu apa itu produksi / memproduksi.
Memproduksi adalah membuat, mencampur, mengolah, mengubah bentuk,
mengisi, membungkus dan atau memberi penandaan obat tradisional
untuk diedarkan
(Permenkes No. 246/Menkes/Per/V/1990)
Industri obat tradisional (IOT), Industri Kecil Obat tardisional (IKOT), usaha jamu racikan,
dan usaha jamu gendong merupakan tempat memproduksi obat tradisional.
a. Industri Obat Tradisional adalah isndustri yang memproduksi obat tradisional
dengan total asset diatas Rp. 600.000.000, - tidak termasuk harga tanah dan
bangunan.

b. Industri Kecil Obat Tradisional adalah industri yang meproduksi obat


tradisional dengan total asset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- tidak termasuk harga
tanah dan bangunan
c. Usaha Jamu Racikan adalah usaha peracikan, pencampuran, dan atau pengolahan
obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis, tapel, atau parem
dengan skala kecil, dijual di satu tempat tanpa penandaan dan atau merk dagang.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 7


d. Usaha Jamu Gendong adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan
pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel, atau parem tanpa
penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.

Obat tradisional yang diproduksi untuk tujuan diedarkan baik di wilayah Indonesia maupun
di luar negeri terlebih dahulu harus didaftarkan sebagai persetujuan menteri kecuali untuk
obat tradisional hasil prosuksi :
1. Industri Kecil Obat Tradisional dalam bentuk rajangan, pilis, tapel dan parem
2. Usaha jamu racikan
3. Usaha jamu gendong
Untuk Obat yang Wajib daftar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. secara emprik terbukti aman dan bermanfaat untuk digunakan manusia
2. bahan obat tradisional dan proses produksi yang digunakan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan
3. tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai
obat
4. tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotik

Bahan Diskusi
1. Sebutkan beberapa bahan kimia sintetik yang
mungkin ditambahan pada sediaan obat
tradisional !
2. Dilihat dari aspek hukum penambahan bahan
kimia sintetik pada obat tradsional, bila ada
yang melanggar, sanksi apa saja yang mungkin
didapatnya (dari hukum admisnistrasi, hukum
pidana,dan hukum perdata) !

Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas industri obat tradisioanl (IOT) dan
Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) wajib melaksanakan Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB)
(Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 659/Menkes/SK/X/1991 tentang Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 8


Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik adalah suatu pedoman yang menjelaskan
cara memperoduksi obat tradisional agar didapat produk yang aman dengan sifat dan mutu
yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki. Produk yang bermutu adalah produk yang
memenuhi spesisikasi, identitas dan karekteristik yang telah ditetapkan . Produk yang aman
adalah produk yang tidak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan /
keselamatan manusia seperti menimbulkan penyakit atau keracunan. CPOTB menjelaskan
persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan bahan baku obat tradisional dan seluruh
mata rantai pengolahan sampai menjadi produk akhir termasuk personalia yang terlibat dalam
pembuatan bahan baku. Ruang lingkup CPOTB adalah personalia, bangunan, peralatan,
sanitasi dan hygiene, pengolahan dan pengemasan, pengawasan mutu, inspeksi diri,
dokumentasi dan penanganan terhadap hasil pengamatan produk di peredaran .
Beberapa Peraturan Lain di Bidang Produksi :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 570/D/SK/1977 Tentang Larangan
Memproduksi dan Mengedarkan Obat Tradisional yang dipakai secara intravaginal,
sebagai suppositoria, atau tetes mata
2. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, No:3694/D/80
tertanggal 29 Nopember 1980 tentang Peningkatan mutu Obat Tradisional yang
benbentuk kapsul atau tablet
3. Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan RI No:06605/D/SK/X/84 tentang Tata Cara Produksi Obat Tradisional dari
Bahan Alam dalam Sediaan bentuk Kapsul atau Tablet
4. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No:1572/D/80
tertanggal 17 Mei 1980 tentang pencantuman bulan dan tahun pembuatan pada
pembungkus
5. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No:1655/DD-
AW/VII/86 tertanggal 28 Juli 1986 tentang larangan menggunakan kata-kata Jamu
”Peluntur”
6. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan MakananNo:2326/DD/XII/80
tertanggal 31 Desember 1980 tentang Pencantuman bulan, tahun dan jumlah batch
pada kode produksi
7. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No:1464/DD-
PR/VII/1983 tertanggal 5 Juli 1983 tentang Obat Tradisional yang mengandung
Etanol

Tugas :
Sebutkan
Buku persyaratanJurusan
Ajar Farmakognosi apa Farmasi
saja yang harus
FMIPA Universitas Udayana 9
dipenuhi dalam masing – masing ruang lingkup
CPOTB !
1.3. Peraturan Tentang Distribusi Obat Tradisional
Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang peraturan – peraturan di bidang produksi obat
tradisional, terlebih dahulu kita harus tahu apa itu distribusi / Mengedarkan
Mengedarkan adalah menyajikan, menyerahkan memiliki atau menguasai
persediaan ditempat penjualan, dalam Perusahaan Obat Tradisional atau
di tempat lain, termasuk kendaraan dengan tujuan untuk dijual, kecuali
jika persediaan ditempat tersebut hanya untuk dipergunakan sendiri.
(Permenkes No. 246/Menkes/Per/V/1990)
Obat tradisional yang didistribusikan bisa obat tradisional lokal, simplisia impor atau obat
tradisional untuk ekspor.
Simplisia Impor
Simplisia impor yang diedarkan di wilayah Indonesia harus didaftarkan pada
Departemen Kesehatan RI kecuali simplisia impor untuk keperluan lembaga-lembaga ilmu
pengetahuan dan pendidikan yang telah disetujui Dirjen POM. Pada pendaftran simplisia
impor harus disebutkan :
1. Nama asing, ditulis dalam huruf asing dan huruf latin
2. Nama latin tumbuh-tumbuhan asal dan hewan asal
3. Nama latin simplisia (semua nama latin harus sesuai dengan tatanama latin menurut
farmakope Indonesia )
4. Nama familia dari tumbuh-tumbuhan asal dan hewan asal
5. Khasiat atau kegunaan dari simplisia yang bersangkutan
6. pemerian (tentang bau dan rasa)
7. uraian tentang makroskopik (bentuk, ukuran warna, sifat patahan atau irisan
melintang dan ciri-ciri khas lainnya)
8. Uraian mikroskopik (susunan histologis)
9. cara identifikasi kimia (reaksi warna, reaksi pengendapan dan analisa kwalitatif
dengan KLT)
10. syarat kemurnian (bahan organik asing, kadar abu, kadar abu yang larut dalam asam,
dan sebagainya)
11. penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol 95%

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 10


12. penetapan kadar
13. daerah asal dan tempat tumbuh
14. cara pengolahan simplisia
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Keputusan Menteri Kesehatan RI
No:230/Menkes/IX/1976 tentang Wajib Daftar Simplisia Impor dan Keputusan Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI No:4308/D/SK/V/1984
tentang tata cara pendaftaran simplisia impor).

TIDAK MEMENUHI DITOLAK


PENDAFTARAN DIRJEN PERSYARATAN
OT POM

MEMENUHI DISETUJUI
PERSYARATAN

SETIAP TAHUN
WAJIB
MENYAMPAIKAN
INFORMASI IJIN EDAR NO.
PENDAFTARAN
2 TAHUN
BERTURUT- TURUT
TIDAK IJIN DIBATALKAN
MENYAMPAIKAN

Gambar 1. Skema Perijinan Obat Tradisional

Penjelasan Skema :
Obat tradisional didaftarkan ke DIRJEN POM dengan kriteria sesuai dengan persyaratan obat
wajib daftar. Bila tidak memenuhi persyaratan maka ditolak sedangkan bila sudah memenuhi
persyaratan disetujui dan dikeluarkan no pendaftaran . Obat tradsional yang sudah mendapat
no. Pendaftaran diijikan beredar dengan syarat setiap tahun harus menyampaikan informasi
Bila 2 tahun berturut – turut tidak menyampaikan informasi maka no. Pendaftaran akan
dibatalkan. Pendaftaran obat tradisional juga akan dibatalkan jika terjadi salah satu dari hal-
hal berikut :
1. obat tradsional yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan obat wajib daftar
2. penandaan obat tradsional yang bersangkutan menyimpang dari yang disetujui

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 11


3. mengandung bahan lain yang tidak tercantum dalam komposisi sebagaimana yang
dilaporkan dalam permohonan pendaftaran
4. selama 2 tahun berturut – turut IKOT dan IOT tidak menyampaikan informasi.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Peraturan Menteri Kesehatan RI
No:246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran
Obat Tradsional

Beberapa Peraturan Lain di Bidang Distirbusi:


1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No:1147/D/SK/IV/81 tentang larangan produksi dan
distribusi obat tradisional yang digunakan sebagai pelancar haid dan sejenisnya yang
berisi simplisia Angelicae sinensis Radix dan/atau Ligustici Rhizoma
2. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawan Obat dan Makanan No:02767/D/IX/87
tertanggal 10 September 1987 dan No:1826/DD/VIII/87 tertanggal 25 Agustus 1987
tentang larangan penjualan obat tradisional yang dikaitkan dengan hadiah atau undian
3. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawan Obat dan Makanan No:PO.02.04.5.00075
tertanggal 9 Januari 1995 tentang penertiban terhadap peredaran obat tradsional asing
yang tidak terdaftar.

Bahan Diskusi:
Mengapa ijin edar suatu obat tradisional bisa
dibatalkan. Jelaskan!

BAB III
VARIABILITAS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
BAHAN ALAM

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 12


Tujuan Instruksional Umum :
Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 100 menit,
mahasiswa dapat menjelaskan tentang Variabilitas dan Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Bahan Alam secara tepat dan benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengaruh faktor
biologi dan geografi bahan alam farmasi terhadap kualitas bahan alam
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengaruh faktor
genetika terhadap kualitas bahan alam
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengaruh
kerusakan dan faktor yang menyebabkan kerusakan terhadap kualitas bahan alam
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengaruh
budidaya dan perlakuan pasca panen terhadap kualitas bahan alam

Secara faktual, kebanyakan senyawa aktif dari tumbuhan dikelompokkan kedalam


golongan metabolit sekunder, Yaitu senyawa yang disintesis oleh tumbuhan bukan untuk
kebutuhan dasarnya yakni tumbuh dan berkembang, melainkan untuk mempertahankan
eksistensi dan keberlanjutan spesiesnya dalam berinteraksi dengan ekosistem. Sebagai
senyawa aktif untuk berinteraksi dengan ekosistem, biosintesis metabolit sekunder memiliki
karakteristik yang bersifat adaptif (bereaksi terhadap rangsang), spesifik (ekspresi respon
terhadap rangsang bersifat khas) dan variatif ( rangsang yang sama terhadap organ yang
berbeda pada satu spesies tumbuhan yang berbeda dapat menghasilkan respon yang berbeda).
Secara alamaih, kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup ditentukan oleh faktor
internal yaitu genetik dan umur tanaman, serta dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti
klimatik, geografi, hama dan penyakit, dan lain – lain. Selain kedua faktor tersebut, waktu
panen dan penanganan pasca panen juga dapat berpengaruh terhadap kualitas simplisia.

3.1 Faktor Biologi dan Geografi


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :
a. temperatur
Temperatur merupakan faktor utama yang mengatur pertumbuhan dan proses
metabolisme dalam tumbuhan. Perubahan temperatur secara berkala dan pergantian
musim berpengaruh terhadap senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan
Misalnya pada tanaman Matricaria chamomilla, kandungan minyak atsirinya

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 13


(kamazulen) paling tinggi adalah pada tanaman yang ditanam pada temperatur siang
hari 250 C, atau malam hari pada temperatur 150 C.
b. cahaya (intensitas, radiasi, lama pencahayaan)
c. curah hujan, ketersediaaan air
d. ketinggian di atas permukaan laut
e. iklim
f. angin
g. keadaan tanah (fisik, kimia, mikrobiologi termasuk cemaran pestisida)
h. kandungan nutrisi termasuk kandungan mineral
Produksi minyak atsiri pada tanaman Cymbopogum winterianus diinduksi oleh Mn,
Mo, Mg dan B
i. jamur, bakteri dan virus
Berkurangnya kadar vinvaleukoblastin dari tanaman Vinca rosea karena terinfeksi
virus. Berkurangnya kadar morfin dari tanaman Papaver somniverum kerena
pertumbuhan jamur.
j. keberadaan serangga (Hama)
k. Adanya hewan herbivora
l. Banyaknya tanaman per area penanaman (planting density)
m. Adanya kompetisi dengan tanaman lain

3.2 Faktor Bahan Baku Simplisia


Berdasarkan bahan bakunya, simplisia diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang
dibudidayakan/ dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman yang tumbuh dengan
sendirinya dihutan – hutan atau di temapt lain di luar hutan atau tanaman yang sengaja
ditanam tetapi bukan untuk tujuan memperoleh simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias,
tanaman pagar). Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman budidaya , yang
ditanam secara sengaja untuk tujuan mendapatkan simplisia.Tanaman budidaya dapat berupa
perkebunan luas, usaha pertaniaan kecil-kecilan atau berupa tanaman halaman dengan jenis
tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplisia tetapi juga berfungsi
sebagai tanmaan hias.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 14


Tanaman obat (sumber simplisia)

Tumbuhan Liar Tumbuhan


Budidaya

Hutan Tanaman Hias Produksi


Simplisia
Lahan Tanaman Pagar
Liar Tumpan Hutan
g sari
Tanaman
Perkebunan

Gambar 2. Sumber Simplisia

Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber simplisia mempunyai
beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplisia dengan mutu yang memenuhi
standar tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena :
a. unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit atau tidak
dapat ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia sering
dipengaruhi oleh umur tanaman pada waktu pengumpulan simplisia yang
bersangkutan. Ini berarti aktivitas biologis yang dikehendaki dari suatu simplisia
sering berubah apabila umur tanamn dari suatu pengumpulan ke waktu pengumpulan
lain tidak sama.
b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tetap dari satu waktu
pengumpulan ke waktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan akan jenis
tanamn yang dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga kadang mempunyai
bentuk morfologi yang sama dari pengamatan seseorang (pengumpul) yang sering
bukan seorang ahli / seorang yang berpengalaman dalam mengenal jenis tanaman
yang dikehendaki sebagai sumber simplisia. Perbedaan jenis suatu tanaman akan
berarti perbedaan kandungan senyawa aktif .
c. Perbedaan lingkungan tempat tumbuh jenis tanaman yang dikehendaki. Satu jenis
tanaman liar sering tumbuh pada tempat tumbuh dan lingkungan yang berbeda
(ketinggian, keadaan tanah, cuaca yang berbeda). Simplisia yang diperoleh dari satu

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 15


jenis tanaman sama tetapi berasal dari dua lingkungan dapat mengandung senyawa
aktif dominan yang berbeda. Misalnya tanaman D. Myoporoides di daerah Australia
utara kandungan skopolamina yang dominan, sedangkan di Australia selatan
kandungan hiosiamina yang dominan.
Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen dan galur
tanaman dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada kerugiannya. Pemeliharaan rutin
menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah terserang hama sehingga pemeliharaan ekstra
diperlukan untuk mencegah serangan parasit. Penggunaan pestisida untuk ini membawa
konsekuensi tercemarnya simplisia dengan residu pestisida. (Sehingga perlu pemeriksaan
residu pestisida).

Bahan Diskusi:
Jelaskan pengaruh sumber bahan baku simplisia terhadap
kandungan senyawa aktifnya!

3.3. Faktor Proses Pembuatan Simplisia


Tahapan pembuatan simplisia meliputi tahap pengumpulan (panen), pencucian dan sortasi,
perajangan dan pengepakan serta penyimpanan.
a. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia dapat bervariasi tidak hanya bergantung
dari organ tanaman yang digunakan untuk simplisia, tetapi juga bergantung dari umur
tanaman serta waktu pengumpulan dalam setahun dan bahkan waktu pengumpulan dalam
sehari. Pemilihan organ tanaman yang dikumpulkan dan penentuan waktu waktu tertentu
untuk panen bertujuan untuk memperoleh kadar senyawa bioaktif semaksimal mungkin
dalam simplisia yang bersangkutan.
WAKTU PENGUMPULAN
Waktu panen suatu organ tanaman dari datu jenis tanaman obat sangat berhubungan
erat dengan pembentukan senyawa bioaktif dalam organ tanaman tersebut. Waktu yang
tepat untuk panen adalah pada saat senyawa bioaktif berada dalan jumlah maksimal pada
organ tanaman yang dikumpulkan. Organ Tanaman yang dipilih bergantung dari umur
tanaman tersebut. Adapun garis besar pedoaman panen adalah sebagai berikut :
1. Biji

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 16


Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum
semuanya pecah. Contoh : Biji Jarak
2. Buah
Pemanenan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan senyawa bioaktifnya
 Saat menjelang masak
Contoh : piper (bila dipanen saat masak  busuk timbul efek samping :
hipertensi)
 Setelah benar- benar masak
Contoh : Adas
 Dengan melihat perubahan warna, tingkat kekerasan, kadar air, bentuk dan lain-
lain.
Contoh Belimbing wuluh ; timun
3. Daun atau Herba
Saat proses fotosintesis maksimal, yaitu saat mulai berbunga atau buah menjadi
masak. Pada saat ini proses fotosintesis berhenti sementara
Contoh : Herba meniran, Daun jati belanda
4. Pucuk Daun
Pemanenan pucuk daun dilakukan pada saat warna pucuk daun belum berubah
menjadi seperti warna daun tua
Contoh : ginseng
5. Bunga
Pemanenan bunga tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan senyawa
bioaktifnya
 Saat menjelang penyerbukan
 Saat masih kuncup (melati)
 Saat bunga mekar (mawar)
6. Kulit Batang / Kortex
Hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur, saat panen yang palin baik
adalah awal musim kemarau. Contok : Kina
7. Umbi Lapis
Pemanenan dilakukan pada akhir pertumbuhan karena merupakan tanaman semusim.
Contoh : Bawang merah

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 17


8. Rimpang
Dipanen pada awal musim kemarau.Diakhir musim kemarau kandungan senyawa
bioaktif tidak ada. Contoh : Kunyit
9. Akar
Dipanen saat proses pertumbuhan berhenti. Untuk pohon akar besar tidak boleh
diambil semua). Contoh : Akar Pule, Kelembak

TEKNIK PENGUMPULAN
Panen dapat dilakukan dengan tangan, tanpa atau dengan menggunakan mesin. Apabila
pengumpulan dilakukan secara manual langsung (pemetikan) maka ketrampilan pemetik
dalam menentukan dan memetik organ yang sesuai dari tanaman sangat penting
diperhatikan. Dalam hal ini pengalaman memegang peranan penting. Ketrampilan
diperlukan untuk memperoleh simplisia yang benar dan tepat (misalnya kalau diperlukan
daun muda, tidak terpetik daun tua dan ranting) serta tidak merusak tanaman induk
(terutama untuk tanaman yang dipanen organya beberapa kali). Alat yang digunakan
untuk memetik (misalnya pisau) juga dipilih yang sesuai dan tepat. Alat dari logam tidak
digunakan jika merusak secara kimiawi senyawa aktif dalam simplisia (misalnya :
simplisia yang mengandung golongan fenol, glikosida).
Cara pemanenan mekanik dengan menggunakan mesin diperlukan apabila dari segi
pertimbangan ekonomi keadaaan simplisia yang dikumpulkan dapat dilaksanakan.
Penggunaan mesin-mesin biasanya digunakan untuik memanen simplisia dari tanaman
sekali panen.

b. Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk membersihkan benda- benda asing yang berasal dari luar.

Sortasi Basah

Tanah Bahan yang rusak

Kerikil Bagian lain tanaman

Bagian tanaman
Rumput
lain

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 18


c. Pencusian
Pencucian terutama dilakukan terhadap simplisia organ tanman bawah tanah untuk
mencuci sisa-sisa tanah yang melekat. Untuk simplisia jumlah besar umumnya digunakan
teknik dengan mengaliri air pada simplisia yang ditempatkan di atas alat seperti jaring-
jaring. Air yang digunakan dapat dari berbagai sumber namun tetap harus memperhatikan
kemungkinan adanya pencemaran

Pencucian (sumber Air)

Mata Air Air Sumur Air PAM

Cemaran: Cemaran: Cemaran:


Mikroba Mikroba Kapur
pestisida limbah Klor

Menurut Frazier (1978) pencucian sayuran sebanyak satu kali mengurangi jumlah
mikroba sebesar 25%, sebanyak tiga kali mikroba berkurang 58%. Bakteri-bakteri
pencemar air contohnya : pseudomonas, proteus, escherichia, bacillus, dll.

d. Pengubahan Bentuk
Pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas permukaan.
Pengubahan Bentuk

Perajangan: Pemotongan:
Rimpang, daun akar, batang

Pengupasan: Penyerutan:
buah kayu

Pemiprilan: Pemecahan:
jagung biji, kayu

e. Pengeringan
Tujuan pengeringan organ tanaman atau tanaman yang dipanen adalah untuk
mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan atau disimpam dalam
jangka waktu relatif lama dengan cara mengurangi kandungan air dan mengehntikan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 19


reaksi enzimatik yang mungkin dapat menguraikan senyawa bioaktif dan menurunkan
mutu atau merusak simplisia itu. Air dalam sel dan jaringan tumbuhan yang ada setelah
sel atau jaringan itu mati akan merupakan media pertumbuhan jamur. Demikian pula
enzim-enzim tertentu dalam sel akan menguraikan senyawa bioaktif tertentu, sesaat
setelah sel mati dan selama sel atau organ tersebut masih mengandung jumlah air tertentu
yang memungkinkan reaksi enzimatik berlansung.
Pada tanaman hidup (sebelum pemetikan) pertumbuhan jamur dan reaksi enzimatis
yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme pada sintesa, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang
segera setelah sel mati. Dalam beberapa hal proses enzimatik ini justru dikehendaki
setelah pemetikan. Sebelum proses pengeringan organ tanaman dibiarkan dalam kondisi
suhu dan kelembaban tertentu untuk berlangsungnya reaksi enzimatik. Atau pengeringan
dilakukan perlahan-lahan agar reaksi enzimatik masih berlangsung selam proses
pengeringan. Proses enzimatik disini masih diperlukan untuk membebaskan kandungan
kimia yang dikehendaki dari ikatan kompleksnya di dalam tanaman. Pengeringan dapat
dilakukan secara alamiah atau dengan buatan .

Pengeringan

Alamiah CEP Buatan


AT
Matahari LAM Oven max 600 C
BAT

Langsung Tidak Langsung FERME


NTASI

PENGERINGAN ALAMIAH
Bergantung dari zat aktif yang dikandung dalam organ tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dengan dua cara pengeringan :
1. Panas sinar matahari langsung
Cara ini dilakukan untuk mengeringkan organ tanamn yang relatif keras (kayu,
kulit kayu, biji, dan lai-lain) dan mengandung senyawa bioaktif yang relatif
stabil.
2. Tidak dikenai sinar matahari langsung

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 20


Dapat juga dengan diangin-anginkan ditempat teduh (bunga) atau ditutup
dengan kain hitam (daun, rimpang). Digunakan kain hitam karena kain hitam
dapat menyerap panas bukan sinarnya sehingga uv terhalang (uv dapat
merusak zat aktif).
Pada kedua cara tersebut untuk tempat pengeringan digunakan dasar pengering
berlubang-lubang (anyaman bambu, kain kasa) bukan terbuat dari logam, karena
logam akan beraksi dan menguraikan senyawa bioaktif tertentu yang dikehendaki.
Letak tempat pengeringan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya
sirkulasi udara dengan baik.

PENGERINGAN BUATAN
Pada cara pengeringan ini digunakan alat yang dapat diatur suhu, kelembaban,
tekanan dan sirkulasi udaranya. Misalnya Oven.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan:


 Waktu pengeringan.
 Suhu
 Kelembaban udara dan kelemban bahan
 Ketebalan bahan yang dikeringkan
 Sirkulasi udara
 Luas permukaan bahan
Baik cara pengeringan alamiah maupun buatan, derajat kekeringan simplisia yang dapat
dicapai setelah proses pengeringan tergantung pada jenis organ yang dikeringkan dan daei
usaha untuk mencapai tingkat kekeringan setinggi mungkin tanpa merusak senyawa aktif ,
sehingga kadar air yang tersisa relatif rendah untuk tidak memungkinkan pertumbuhan jamur
dan berlangsungnya reaksi enzimatik.

Bahan Diskusi:
Buatlah tabel kadar air yang masih boleh ada pada berbagai
organ simplisia !

f. Sortasi kering

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 21


Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir penyiapan simplisia.
Tujuan sortasi disini adalah memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering,. Proses ini dilakukan
sebelum simplisia dibungkus kemudian disimpan.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Mutu simplisia akan menjadi turun kalau kondisi penyimpanan tidak diperhatikan.
Tujuan penyimpanan yang baik dari suatu simplisia adalah untuk mencegah menurunnya
mutu simplisia dalam masa penyimpanan.
Wadah yang bersih, kedap udara diperlukan untuk simplisia. Kekedapan terhadap
udara luar diperlukan untuk mencegah masuknya kelembaban udara yang tinggi dari luar
ke dalam wadah. Udara tropik dengan kelembaban tinggi memudahkan peetumbuhan
jamur. Wadah dari logam tidak dianjurkan karena dalam beberapa hal berpengaruh
terhadap kadar senyawa aktif. Wadah dari plastik tebal kualitas baik atau dari gelas
berwarna gelap relatif baik. Pengaruh- pengaruh luar yang perlu dicegah antara lain
masuknya serangga, sinar matahari langsung, dan kotoran udara lain.
Ruang penyimpanan simplisia yang telah diwadahi juga perlu diperhatikan. Suhu
rendah, kelembaban relatif rendah, tekanan udara dalam ruang relatuf tinggi dari tekanan
uadar luar atau sistem sirkulasi udara yang baik, adalah kondisi ruang yang dianjurkan.
Disamping itu perlu juga diatur letak dan susunan wadah di dalam ruang sehingga
memudahkan orang mencari simplisia yang diperlukan.

Bahan Diskusi:
Apa upaya yang dilakukan agar dicapai kualitas tanaman obat
yang optimal! Jelaskan.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 22


BAB IV
STANDARISASI DAN SPESIFIKASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 100 menit,
mahasiswa dapat menjelaskan tentang standarisasi, parameter – parameter standarisasi dan
metode pengukuran standarisasi secara tepat dan benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
standarisasi
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang parameter-
parameter standarisasi mikrobiologi - biologi - fisik - kimia - fisikokimia
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang metode pengukuran
parameter standarisasi

4.1 STANDARISASI SIMPLISA DAN EKSTRAK

Seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, secara alamiah kualitas senyawa
bioaktif dalam tumbuhan hidup ditentukan oleh faktor internal yaitu genetik dan umur
tanaman, serta dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti klimatik, geografi, hama dan
penyakit, dan lain – lain. Selain kedua faktor tersebut, waktu panen dan penanganan pasca
panen juga dapat berpengaruh terhadap kualitas simplisia. Berdasarkan uraian singkat tentang
fenomena metabolit sekunder diatas, kadar senyawa bioaktif dalam tumbuhan atau
simplisianya cenderung fluktuatif. Oleh karena itu, sebelum dilakukan formulasi dan
manufaktur sediaan obat alami, kadar senyawa bioaktif harus dibakukan atau distandarisasi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh keseragaman komponen aktif, keamanan, kualitas dan
manfaat obat yang dimaksud.
Apa itu standarisasi ???

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan,


merevisi standard yang dilaksankan secara tertib dan kerjasama
semua pihak
(menurut SSN 1998)

Standard adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan,


yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan, keselamtan,
lingkungan, perkembangan IPTEK serta berdasarkan pengalaman,

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 23


perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Standarisasi obat tradisional perlu dilakukan dari hulu ke hilir. Standarisasi dapat
dilakukan melalui penerapna teknologi yang tervalidasi pada proses menyeluruh yang
meliputi : penyediaan bibit unggul (pre-farm), budidaya tanaman obat (on-farm), pemanenan
dan pasca panen (off-farm), ekstraksi, formulasi, uji preklinik dan uji klinik.
a. Pre-Farm
Teknologi produksi benih/bibit unggul tumbuhan obat, secara konvensional ataupun
bioteknologis.
b. On-Farm
Teknologi budidaya tumbuhan obat yang mengacu ”Good Agriculture Practices”
c. Off-Farm
Teknologi panen yang mempehatikan kandungan senyawa aktif berkhasiat obat maupun
parameter kualitas lainnya yang dipersyaratkan
d. Teknologi Pasca panen/pengolahan yang menghasilkan simplisia yang memenuhi

persyaratan.

e. Teknologi ekstrak standar, guna mendapatkan ekstrak yang tervalidasi

kandungan senyawa katif atau senyawa marker, serta sifat-sifat fisiknya.

f. Teknologi pengujian khasiat dan toksisiitas pada tingkat pre klinik yang

memenuhi persyaratan validitas (Herbal terstandar)

g. Teknologi pegujian khasiat dan toksisitas pada tingkat klinik yang memenuhi

persyaratan validitas (Fitofarmaka)

h. Teknologi produksi obat-obat herbal yang mengacu pada ”Good

Manufacturing Practice”

STANDARISASI SIMPLISIA
Apabila sejak penyediaan bibit sudah diterapkan standarisasi, maka tanaman tersebut
akan menghasilkan simplisia dengan kandungan senyawa bioaktif yang tidak fluktuatif.
Budidaya yang menrapkan kaidah Good Agricultural Practice (GAP) akan menghasilkan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 24


simplisia yang memenuhi persyaratan kualitas. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah
kemurnian simplisia (tidak dipalsu atau dicampur simplisia lainnya, tidak mengandung
pestisida berbahaya, logam berat dan senyawa toksik lainnya), persyaratan kadar senyawa
aktif , maupun persyaratan lain yang ditetapkan oleh farmakope Indonesia, Materia Medica
Indonesia atau standar acuan lainnya.
Pengembangan bibit unggul tanaman obat dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu melalui selektif breeding dan perbaikan galur baik secara perlakuan atau rangsangan
kimiawi maupun secara rekayasa genetika guna mendapatkan bibit yang mampu
menghasilkan senyawa aktif dengan yield tinggi.

STANDARISASI EKSTRAK
Awal mula diperkenalkannya produk herbal berbentuk herbal terstandar terjadi di
tahun 1992 di Eropa, dengan diberlakukannya Hukum Jaminan Mutu Eropa (European
Guaranteed Potency Law). Sejak itu, banyak pihak melihat bahwa penetapan standarisasi
obat herbal merupakan tonggak penting bagi konsumen maupun pengobat tradisional dengan
keyakinan lebih besar akan khasiat obat herbal. Aturan tersebut dibuat dalam upaya
memberikan jaminan Bahwa obat herbal tidak hanya cerita empirik tetapi memang ada
kandungan khasiat yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pengertian umum ekstrak terstandar yang dianut di berbagi Negara belum ada
keseragaman. Namun demikian yang paling umum berlaku adalah berdasarkan dua jenis
acuan yaitu berdasarkan kandungan senyawa aktif dimana prinsip aktivitas biokimianya
sudah diketahui dan berdasarkan senyawa penanda, apabila kandungan senyawa aktifnya
belum diketahui atau tidak terdeteksi dengan peralatan analisa yang ada, sehingga perlu
menggunakan senyawa penanda yang ada dalam tanaman obat tersebut.sebagai tolak ukur
terkandungnya senyawa aktif yang memberikan efek atau khasiat sebagai obat.
Kegunaan ekstrak oabt herbal yang terstandar anatara lain : mempertahankan
konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi, pemekatan
kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume
permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang
diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula
lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet dan lain-lain.
Parameter yang ditetapkan dalam standarisasi ekstrak antara lain : parameter non
spesifik (susut pengeringan dan bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pelarut, residu

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 25


pestisida, cemaran logam berat, cemaran mikroba) dan parameter spesifik (identitas,
organoleptik, senyawa terlarut pada pelarut polar dan non polar serta profil kromatografi).
HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA
Herbal terstandar adalah obat tradisional yang ditingkatkan kualitas, manfaat dan
keamanannya melalui evaluasi farmakolohgi dengan melakukan uji praklinik pda hewan
coba. Sedangkan fitofarmaka adalah obat tradisional yang lulus tahap evaluasi farmakologi
khasiat dan keamanannya melalaui uji klinik pad manusia. Saat ini di Indonesia jumlah
produk herbal terstandar baru 17 produk dan fitofarmaka 5 produk.

Bahan Diskusi:
Apa Manfaat dari standarisasi obat tradisional ?
Apa perbedaan jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka
Sebutkan 5 produk fitofarmaka !

4.2. PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA / PARAMETER-PARAMETER


STANDARISASI
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu simplisia
adalah :
1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan
yang dikeluarkan oleh Deoartemen Kesehatan RI seperti Farmakope Indonesia, dan
Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum maka harus memnuhi persyaratan
seperti yang disebut pada paparan atau monografinya.
2. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu harus
diperbaharui.
3. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat yang meliputi : kandungan air,
termakan serangga atau hewan lain, ada tidaknya pertumbuhan kapang dan perubahan
warna atau perubahan bau
4. Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri dari pemeriksaan organoleptik ( warna,
bau, rasa), makroskopik dan mikroskopik( pemeriksaan bentuk luar, morfologinya,
maupun anatominya), pemeriksaan fisika (kelarutan, indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, rekristalisasi, mikrosublimasi) dan kimiawi(reaksi warna,

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 26


pengendapan, pendesakan, penggaraman, rekasi kompleks), kromatografi (KCKT,
KLT, Kolom, Kertas, Gas) serta uji biologi (penetapan angka kuman, pencemaran,
dan percobaan terhadap binatang)

Pemeriksaan mutu

Identifikasi Analisis Bahan Kemurnian

Organoleptik. Penetapan: Metabolit primer


Makroskopik,mikros macam kandungan aktif Metabolit sekunder
kopik, biologi, Kadar kandungan aktif
fisika, kimiawi standarisasi

4.2. METODE PENGUKURAN PARAMETER - PARAMETER STANDARISASI


Pada dasarnya standarisasi meliputi tiga bidang yaitu botani, fisiko-kimia dan farmakologi.
Botani dan fisiko-kimia pada prakteknya merupakan pengujian untuk identitas simplisia dan
pengujian terhadap mutu dan kualitasnya. Uji farmakologi dipersyaratkan untuk obat herbal
terstandar dan fitofarmaka. Pengujian untuk identitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
simplisia yang diuji benar- benar merupakan simplisia yang diinginkan sedangkan pengujian
terhadap kualitas dimaksudkan untuk mengontrol apabila terhadap kerusakan simplisia
tersebut. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa metode pengukuran parameter standarisasi.
a. Organoleptik
Pengujian organoleptik meliputi pengujian morfologi yaitu bentuk dan warna disertai bau
dan rasa. Pengujian ini dapat dilakukan langsung oleh penguji dengan cepat dan
sederhana.
b. Makroskopik
Pengujian ini pada umumnya dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca
pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.
c. Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan dan serbuk
dan meliputi pemeriksaan terhadap kandungan sel masing-masing jaringan dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Untuk dapat melihat kandungan sel dapat
langsung di bawah mikroskop atau setelah dilakukan pewarnaan. Pemeriksaan anatomi

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 27


jaringan dapat dilakukan setelah dilakukan penetesan pelarut tertentu seperti kloral hidrat
untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan dapat
terlihat jelas di bawah mikroskop.

Pemeriksaan mikroskopik, makroskopik dan


organoleptik diperlukan untuk permulaan kebenaran
simplisia.
d. Fluoresensi
Bahan-bahan tertentu daapt diperiksa dalam bentuk potongan tipis di bawah sinar UV
dengan panjang gelombang 350-366 nm dan akan memberikan fluoresensi yang spesifik.
Misalnya akar kelembak (Rheum officinale) berfluoresensi kecoklatan, sedangkan
kelembak (Rheum rhaponticum) berfluoresensi ungu. Uji Fluoresensi ini dapat dilakukan
terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
e. Kelarutan
Pengujian kelarutan dilakukan terutama untuk simplisia yang berupa eksudat tanaman.
Misalnya gom arab seluruhnya larut dalam air dingin.
f. Reaksi Warna, Pengendapan dan reaksi lain
Reaksi warna dapat dilakukan terhadap simplisia yang telah diserbuk atau ekstraknya.
Reaksi pengendapan harus dilakukan terhadap ekstrak simplisia dan larutan atau ekstrak
yang diuji harus jernih. Selain rekasi warna warna dan pengendapan terdapat reaksi tau
metode lain sejenis yang dapat digunakan untuk standarisasi. Salah satunya
mikrosublimasi yang digunakan untuk memisahkan konstituen mudah menguap dalam
bentuk kristal yang selanjutnya dapat diuji titik lebur dan reaksi warnanya.

g. Kromatografi
Kromatografi lapisan tipis (KLT) merupakan salah satu cara pengujian yang utama dalam
standarisasi simplisia. Cara ini mempunyai tingkat kepekaan yangh cukup tinggi, cepat,
sederhana, dan realtif murah sehingga dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang
memrlukannya. Namun akan lebih baik bagi perusahaan atau instansi yang mampu untuk
melengakapinya dengan kromatografi lainnya (KCKT,Gas, dan lain-lain).
h. Penetapan Kadar
Dalam farmakope, pada setiap monografi simplisia penetapan kadar selalu dimaksudkan
untuk zat berkhasiat dan untuk mengontrol mutu simplisia dalam hubungannya dengan
khasiat yang dicantumkan. Zat berkhasiat itu sendiri dalam simplisia dapat berupa zat

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 28


tunggal atau campuran. Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat
berkhasiat ini adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus
dikandung suatu simplisia.
Selain zat berkhasiat terdapat kadar lain yang seringkali dipersyaratkan pada monografi
setiap simplisia yaitu kadar sari. Kadar sari ini dipersyaratkan untuk simplisia yang belum
diketahui secara pasti zat berkhasiat yang dikandungnya. Kadar yang lain adalah kadar
abu untuk mengontrol jumlah pencemaran benda-benda anorganik seperti tanah dan pasir
yang seringkali terikut dalam simplisia. Untuk menghindari terjadinya reaksi enzimatik,
cemaran mikroba dan produk toksiknya serta mencegah pertumbuhan jamur pada
umumnya simplisia nabati dikontrol pula dengan batas kadar airnya.
i. Cemaran mikroba dan aflatoksin
Beberapa penelitian di Indonesia terhadap obat tradisional menunjukkan adanya cemaran
mikroba yang kemungkinan dapat terjadi pada proses pembuatannya atau memang telah
terdapat pada simplisia sebagai bahan bakunya. Tetapi jenis yang diketemukan harus
dilihat apakah bersifat toksik pada tubuh atau metabolitnya yang toksik. Seperti
Aspergillus flavus merupakan mikroba jenis jamur yang tidak menimbulkan penyakit
(toksik) tapi metabolitnya aflatoksin dapat menyebabkan keracunan. Cara penetapan
aflatoksin dapat dilihat pada buku-buku standar (AOAC)
j. Cemaran logam berat
Menurut farmakope Indonesia percobaan batas logam berat dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kadar pengotor yang dengan hidrogen sulfida memebrikan warna
tidak melebihi batas logam berat yang tertera pada masing-masing monografi yang
dinyatakan sebagai timbal.

TUGAS
Carilah data tentang
berapa persyaratan kadar air,
angka lempeng total, angka
kapang dan khamir, mikroba
pathogen, dan aflatoksin pada
sedian obat tradisional bentuk
rajangan, serbuk, pil,
dodol/jenang, pastiles, kapsul,
tablet, cairan obat dalam, sari
jamu, parem, pilis, tapel,
koyok, cairan obat luar, dan
salep/krim.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 29


BAB V
MINYAK ATSIRI DAN RESIN

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah selesai membahas & mendiskusikan pokok bahasan ini selama 200 menit,
mahasiswa semester III Jurusan Farmasi FMIPA UNUD dapat menjelaskan manfaat,
sumber-sumber minyak atsiri dan resin termasuk deskripsi, konstituen aktifnya dan
penggunaannya secara benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi Minyak atsiri, sumber-sumbernya, deskripsi
secara makroskopik dan mikroskopik, konstituen aktif dan penggunaannya dengan
benar (C2)
 Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi Resin, Oleoresin, Balsam, Penggolongan
Resin, Pemerian, Contoh Tanaman dengan benar (C2)

I. MINYAK ATSIRI
I.1 KARAKTERISTIK DAN SUMBER
Minyak yang terdapat di alam dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral
(mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri
(essential oil). Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman dan seringkali terdapat bersama-sama
dengan resin dan gum. Minyak atsiri tertentu seperti minyak almond diperoleh melalui prores
hidrolisis suatu glikosida. Minyak tersebut pada suhu kamar mudah menguap tanpa
mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi, yaitu:
1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan
2. Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
3. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman
Penggunaan minyak atsiri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bidang Pengobatan
Minyak atsiri yang mengandung fenol dalam jumlah yang cukup besar seperti minyak
cengkeh dan timol digunakan sebagai antiseptik. Beberapa jenis minyak atsiri juga
digunakan sebagai karminativum (minyak jahe, minyak adas, minyak eucalyptus),

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 30


analgetik (minyak cengkeh), counterirritant (minyak eucalyptus), sedatif (minyak biji
pala) dan obat cacing (minyak atsiri pada temu hitam). Minyak atsiri yang berasal dari
spesies tanaman seperti Mellissa officinalis, Rosmarinus officinalis, Mentha piperitha,
Matricaria chammomilla, Foeniculum vulgare, Carum carvi, dan Citrus aurantium
diketahui mempunyai efek farmakologis sebagai antispasmodik. Minyak lavender,
rosemary dan bergamot umumnya juga digunakan sebagai aromaterapi. Untuk
memberikan aksi terapetiknya, minyak atsiri digunakan dengan cara dihirup (minyak
eucalyptus), untuk berkumur (timol), dan diminum (minyak peppermint).
2. Industri Makanan dan Minuman, Kosmetik, serta Rokok
Minyak atsiri dalam industri digunakan dalam pembuatan kosmetik, parfum misalnya
minyak mawar, ”flavoring agent” dalam bahan pangan atau minuman misalnya minyak
lemon dan sebagai pencampur rokok kretek. Karena dapat mengahambat respirasi dan
transport elektron pada beberapa varietas bakteri, minyak atsiri juga sering dimanfaatkan
sebagai pengawet makanan.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman
yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak
tersebut disintesa dalam sel glandular (glandular cell) pada jaringan tanaman dan ada juga
yang terbentuk dalam pembuluh resin (resin duct), misalnya minyak terpentin dari pohon
pinus. Secara umum tempat penyimpanan minyak atsiri dalam bagian tanaman adalah:
 Pada rambut kelenjar, terutama pada suku Labiatae misalnya Mentha piperitha dan
Lavandula intermedia.
 Dalam saluran minyak (vittae), terutama pada suku Umbelliferae misalnya
Foeniculum vulgare dan Carum carvi.
 Pada mahkota bunga, terutama pada suku Rosaceae misalnya Rosa alba dan Rossa
gallica.
 Dalam rongga sisogen/lisogen pada batang, terutama pada suku Pinaceae misalnya
Pinus palustris dan Pinus maritima.
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies.
Beberapa tanaman penghasil minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel I.1, I.2, I.3, I.4, I.5 dan I.6
Tabel I.1. Minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman.
Nama minyak Tanaman penghasil Negara asal
Citronella (sereh) Cymbopogon nardus R. Ceylon
Patchouly (nilam) Pogostemon cablin Benth Malaysia, Indonesia
Cajuput (kayu putih) Melaleuca leucadendron L. Indonesia
Bay leaf Pimenta ocris Dominika

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 31


Cassia Cinnamomum cassia L Cina
Cedar leaf Thuya accidentalis Vermont
Eucalyptus Eucalyptus sp. Australia, Uruguay
Lemon grass Cymbopogon citratus Madagaskar, Guatemala
Cherry laurel Prunus laurocerasus Perancis

Tabel I.2. Minyak atsiri yang berasal dari bunga tanaman.


Nama minyak Tanaman penghasil Negara asal
Cananga (kenanga) Cananga odorata Hook Indonesia
Champaka (cempaka) Michelia champaca L. Madagaskar, Filipina
Clove (cengkeh) Caryophyllus aromaticus L. Indonesia, Madagaskar,
Zanzibar
Basil Ocimum basilicum L. Madagaskar
Chamomile Matricaria chamomilla L Jerman, Hongaria
Lavandin Lavandula vera D.C Perancis
Lavender Lavandula officinalis Chaix Perancis, Rusia
Marjoran Origanum majorana L. Perancis, Afrika
Rose (mawar) Rose alba L. Bulgaria, Turki
Rosemary Rosmarinus officinalis L. Tunisia
Sage Salvia scalera L. Rusia, Perancis

Tabel I.3. Minyak atsiri yang berasal dari biji tanaman.


Nama minyak Tanaman penghasil Negara asal
Caraway Carum carvi L. Belanda, Rusia
Cardamon Elettaria cardamomum L. India
Carrot seed Daucus carota L. Amerika, Eropa
Celery seed (seledri) Apium graveolens L. Inggris, India
Croton Croton triglium L. India, Ceylon
Cumin Cuminum cyminum L. Maroko, India
Dill Antherium graveolens L. Eropa Tengah

Tabel I.4. Minyak atsiri yang berasal dari kulit buah atau buah tanaman.
Nama minyak Tanaman penghasil Negara asal
Juniper Juniperus communis L. Hongaria, California
Lemon (sitrum) Citrus medica L. California
Pepper (Lada) Piper nigrum L. Ceylon, Cina, Madgaskar
Pimenta Pimenta officinalis Lindley Jamaika, Inggris
Vanilla Vanilla planifolia
Coriander (ketumbar) Carandum sativum L. Eropa Tengah
Anise (adas) Pimpinella anisum L. Rusia, Eropa
Grape fruit Citrus decumana L. Florida, Texas
Fennel Foeniculum vulgare Mill. Eropa Tengah, Rusia

Tabel I.5. Minyak atsiri yang berasal dari akar atau rhizoma tanaman.
Nama minyak Tanaman penghasil Negara asal
Vetiver (akar wangi) Vetiveria zizanoides Indonesia, Lousiana
Turmeric (kunyit) Curcuma longa Amerika Selatan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 32


Sarsaparila Smilax officinalis Afrika Barat
Ginger Zingiber officinalis Jamaika
Sassafras Sassafras albidum Ohio
Valerian Valeriana officinalis Kanada
Angelica Archangelica officinalis Belgia, Jerman, Perancis
Costus root Saussurea lappa Pegunungan Himalaya
Orris root Iris florentina Italia, Maroko
Tabel I.6. Minyak atsiri yang berasal dari batang atau kulit batang tanaman.
Nama minyak Tanaman penghasil Negara asal
Bois de rose Anima rosaedora Amazone
Champor Cinnamomum champora L. Foemosa, Jepang
Birh tar Betula alba L. Rusia
Cade Juniperus oxycedrus L. Spanyol
Cedar wood Juniperus virginiana L. Amerika Tenggara
Cinnamon Cinnamomum zeylanicum Perancis, Indocina
Sandal wood Santalum album Mysore, Inggris
Guaiac wood Bulnesia sarmmienti Argentina, Paraguay

Ada beberapa metode yang digunakan untuk memperoleh minyak atsiri dari
tanaman. Untuk bahan yang keras seperti biji, batang, kulit batang dan akar, perlu diserbuk
terlebih dahulu untuk mempermudah penyarian. Setelah diserbuk, dilakukan penyarian
dengan menggunakan salah satu dari metode dibawah ini.
1. Destilasi air. Prinsip teknik destilasi adalah: serbuk bahan dipanaskan, kemudian uap
dari serbuk bahan tersebut dilewatkan pada pendingin atau kondensor sehingga akan
mengahasilkan tetesan atau destilat. Pada destilasi air semua serbuk bahan harus terendam
dalam air, karena air akan masuk kedalam sel-sel minyak dan membawa keluar minyak
atsirinya. Teknik ini tidak baik digunakan untuk bahan-bahan yang mudah tersabunkan,
mempunyai titik didih tinggi (minyak akar wangi) dan mudah terhidrolisa.
2. Destilasi uap dan air. Pada teknik ini, air tidak langsung bercampur dengan serbuk
bahan.
3. Metode Ekstraksi. Metode ini menggunakan pelarut mudah menguap, misalnya
benzen dan PE. Dalam metode ini, suhu 50ºC harus dipertahankan selama proses
ekstraksi. Beberapa persyaratan untuk pelarut yang digunakan adalah: melarutkan
sempurna komponen minyak atsiri dalam tanaman, titik didih rendah, tidak bercampur
dengan air, inert, bila diuapkan tidak meninggalkan residu, dan tidak mudah terbakar.
4. Metode Ecuelle. Metode ini khusus digunakan untuk pembuatan minyak atsiri citrus.
Buah citrus digelindingkan melalui suatu parit yang mempunyai duri-duri tajam yang
cukup panjang untuk menembus epidermis dan merobek kelenjar minyak yang terdapat di

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 33


kulit bagian luar. Minyak atsiri yang menetes ke dalam parit kemudian dikumpulkan dan
dipisahkan dengan pemusingan.
5. Metode Enflurage. Metode ini digunakan untuk mengambil minyak atsiri yang
terdapat pada mahkota bunga dengan kadar yang sangat kecil menggunakan lemak baik
lemak panas maupun lemak dingin. Lemak dingin (Enflurage a’froid) digunakan untuk
mengambil minyak atsiri dari bunga yang masih meneruskan proses fisiologi setelah
dipetik, misalnya bunga melati dan sedap malam. Sedangkan metode lemak panas
(Enflurage a’chaud) digunkan untuk mengambil minyak atsiri dari bunga yang tidak
meneruskan proses fisiologinya setelah dipetik, misalnya bunga mawar, akasia, lemon,
mimosa. Bunga ditaburkan diatas lempengan lemak yang beralur sehingga minyak
atsirinya diserap oleh lemak. Selanjutnya lemak dipanaskan kemudian diekstraksi dengan
etanol, lemak dipisahkan dengan cara pendinginan pada suhu 15ºC kemudian diikuti
dengan destilasi sehingga minyak atsiri terpisah.
Bahan diskusi : kendala apa saja yang menghambat perkembangan minyak
atsiri di Indonesia.
I.2. KOMPOSISI KIMIA
Secara umum, konstituen utama dalam minyak atsiri berdasarkan asal usul
biosintesisnya ada 2 yaitu:
1. Turunan Terpen (Hidrokarbon) yang terbentuk lewat jalur biosinteis asam asetat-
mevalonat
2. Senyawa aromatik (Oxygenated hydrocarbon) terutama fenil propanoid yang
terbentuk lewat jalur biosinteis asam sikhimat-fenil propanoid
Pada umumnya, kedua golongan senyawa tersebut mengandung terpen.
Gambar I.1. Jalur metabolisme umum
Steroid Porfirin Alkaloid Asam nukleat

Terpenoid Asam yang larut Asam amino Protein


dalam air
Berbagai
senyawa N dan S
Asam mevalonat Asetat Flavonoid

Lipid tak tersabunkan Piruvat

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 34


Asam sikhimat
Lipid tersabunkan Karbohidrat
Senyawa aromatik
TERPEN
Komposisi minyak atsiri dapat berupa campuran kompleks dan senyawa tunggal
misalnya pada minyak mustard (hampir 93% alil isotiosianat) dan minyak cengkeh (hampir
80% eugenol). Senyawa terpenoid atau terpen adalah senyawa-senyawa yang tersusun dari
satuan-satuan C5 yang bercabang atau isopren (C5H8). Berdasarkan banyaknya satuan isopren
yang digabung, senyawa terpen dapat dibagi menjadi:
Secara garis besar, minyak atsiri dapat digolongkan menjadi:
1. Senyawa hemiterpen
Tersusun dari 1 satuan isopren.
2. Senyawa monoterpen
Merupakan produk kondensasi 2 satuan isopren, misalnya pada menthol
3. Senyawa sesquiterpen
Merupakan produk kondensasi 3 satuan isopren, misalnya kadinen (Bisiklis sesquiterpen)
4. Senyawa diterpen
Merupakan produk kondensasi 4 satuan isopren
5. Senyawa sesterterpen
Merupakan produk kondensasi 5 satuan isopren
6. Senyawa triterpen
Merupakan produk kondensasi 6 satuan isopren dan senyawa ini paling banyak terdapat
dalam minyak atsiri.
7. Senyawa politerpen, misalnya karet.
Rantai molekul terpen dalam minyak atsiri dapat berada dalam 2 bentuk yairu rantai terbuka
(alifatis) dan rantai melingkar (siklis).
Terpen alifatis hanya terdapat pada beberapa jenis komponen minyak atsiri yang
mengandung gugus hidroksil dan karbonil, misalnya geraniol dan sitronelol.
Geraniol (C10H18O)
Merupakan senyawa monoterpen dan mengandung 1 gugus –OH. Bentuk aldehid dari
geraniol adalah geranial, yang merupakan komponen utama dalam minyak jeruk dan minyak
lemon.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 35


Sitronelol (C10H20O)
Merupakan senyawa monoterpen dan mengandung 1 gugus –OH dan 1 ikatan rangkap.
Terpen siklis banyak sekali terdapat pada minyak atsiri, misalnya limonen, pinen,
menthol dan kamfor. Menthol merupakan senyawa terpen siklis yang mengandung gugus
hidroksil dan terdapat dalam minyak peppermint. Kamfor merupakan senyawa terpen siklis
yang mengandung gugus keton dan terdapat dalam kamfer. Hidrokarbon atau terpen terdapat
dalam semua minyak atsiri.
1. Monoterpen monosiklis
 Limonen, terdapat dalam:
a. Minyak citrus (Oleum citrum), berasal dari kulit buah Citrus
aurantium (Rutaceae)
b. Minyak mentha (Oleum mentha), berasal dari herba Mentha spicata
L., Mentha piperitha L., Mentha aquatica L. (Labiatae)
c. Minyak myristica (Oleum myristicae), berasal dari biji Myristica
fragrans (Myristicaceae)
d. Minyak carvi (Oleum carvi), berasal dari buah Carum carvi
(Umbelliferae)
e. Minyak Thymi (Oleum Thymi), berasal dari herba Thymus vulgaris
L. (Labiatae)
f. Cardamom, berasal dari buah Elettara cardamomum (Lingiberaceae)
g. Corriander, berasal dari buah Coriandrum sativum L. (Umbelliferae)
 Paralimen, terdapat dalam:
a. Corriander, berasal dari buah Coriandrum sativum L. (Umbelliferae)
b. Minyak Thymi (Oleum Thymi), berasal dari herba Thymus vulgaris
L. (Labiatae)
c. Minyak myristica (Oleum myristicae), berasal dari biji Myristica
fragrans (Myristicaceae)
d. Minyak cinnamommi, berasal dari Cinnamomum Loureirii dan
Cinnamomum ceylanicum L. (Lauraceae).
2. Monoterpen bisiklis
 Pinen, terdapat dalam:
a. Minyak conifer, berasal dari Pinus palustris Miller
(Pinaceae/Coniferae)
b. Minyak lemon, berasal dari Citrus lemon L. (Rutaceae)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 36


c. Minyak anisi (Oleum anisi / minyak adas), berasal dari
buah Pimpinella anisum (Umbelliferae)
d. Minyak eucalyptus, berasal dari Eucalyptus globulus
(Myrtaceae)
e. Minyak orange (minyak jeruk), berasal dari bunga
Citrus aurantium L. (Rutaceae)
f. Corriander, berasal dari buah Coriandrum sativum L.
(Umbelliferae)
g. Minyak Thymi (Oleum Thymi), berasal dari herba
Thymus vulgaris L. (Labiatae)
h. Minyak myristica (Oleum myristicae), berasal dari biji
Myristica fragrans (Myristicaceae)
 Sabinen, terdapat dalam:
a. Cardamom, berasal dari buah Elettara cardamomum (Lingiberaceae)
b. Minyak lemon, berasal dari kulit buah Citrus lemon L. (Rutaceae)
3. Monoterpen asiklis
 Myrcen/mirsen, terdapat dalam:
a. Minyak lemon, berasal dari Citrus lemon L.
(Rutaceae)
b. Minyak myristica (Oleum myristicae), berasal dari
biji Myristica fragrans (Myristicaceae)
4. Sesquiterpen
 Cadinen, terdapat dalam: tanaman
Juniperus oxycedrus (Pinaceae)
 β-caryophyllen, terdapat dalam:
a. Minyak Cinae, berasal dari tanaman Artemisia cina (Compositae)
b. Minyak cengkeh, berasal dari tanaman Eugenia caryophyllata (Myrtaceae)
c. Minyak cinnamommi, berasal dari Cinnamomum Loureirii dan Cinnamomum
ceylanicum L. (Lauraceae)
d. Minyak mentha (Oleum mentha), berasal dari herba Mentha spicata L., Mentha
piperitha L., Mentha aquatica L. (Labiatae)
Minyak terpentin (Turpentine Oil) adalah minyak atsiri hasil hidrolisa oleoresin yang berasal
dari Pinus palustris Miller dan spesies lain dari Pinus L. (suku Pinaceae) yang mengandung

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 37


terpen. Minyak terpentin merupakan cairan tak berwarna, mempunyai bau dan rasa yang
karakteristik.

FENIL PROPANOID
Fenil propanoid merupakan senyawa yang mengandung cincin fenil (C6) yang
melekat pada rantai samping C3, C2, dan C1.
Struktur C6 – C3 : Sinamaldehid, anetol dan eugenol
Struktur C6 – C2 : Fenil etil alkohol
Struktur C6 – C1 : Metil salisilat

GOLONGAN Oxygenated hydrocarbon


Minyak atsiri yang termasuk golongan ini adalah:
1. Minyak atsiri alkohol
Yang termasuk minyak atsiri alkohol, antara lain: minyak mentha, minyak cardamom,
minyak coriander, minyak mawar, minyak juniper, minyak buah jeruk. Berdasarkan
strukturnya, minyak atsiri alkohol dibagi menjadi:
 Alkohol asiklis, antara lain: geraniol, linalool, citronellol
 Alkohol monosiklis, antara lain: menthol, α-terpineol
 Alkohol disiklis, antara lain: borneol
 Alkohol sesquiterpen, antara lain: zingiberol
2. Minyak atsiri aldehid
Aldehida terpen berasal dari metabolisme asetat sedangkan aldehid aromatis terjadi
dari prekursor fenil propanoid. Beberapa jenis minyak atsiri golongan ini yang banyak
dipakai dalam pengobatan adalah Oleum cinnamommi, oleum citronella, minyak jeruk dan
minyak lemon. Berdasarkan strukturnya, minyak atsiri aldehid dibagi menjadi:
 Aldehid asiklis, antara lain: citral, geranial, neral, citronelal
 Aldehid siklis atau aromatis, antara lain: sinamaldehid, anisaldehid dan vanilin
3. Minyak atsiri keton
Minyak atsiri keton terdapat dalam kamfor, Mentha spicata (spearmint), Carvi
fructus. Berdasarkan strukturnya, minyak atsiri keton dibagi menjadi:
 Keton terpen monosiklis, antara lain: menthon, carvon, piperiton, pulegon,
diosfenol
 Keton disiklis (bisiklis), antara lain: kamfor, fenchone, thujone.
4. Minyak atsiri fenol

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 38


Minyak atsiri yang mengandung fenol, bisa secara alamiah terdapat dalam tanaman
tetapi bisa juga dihasilkan sebagai akibat destilasi destruktif dari produk tanaman tertentu.
Minyak atsiri fenol yang penting dalam bidang farmasi, antara lain:
 Eugenol, yang terdapat dalam minyak cengkeh dan minyak mircyia
 Thymol dan carvacrol, yang terdapat dalam minyak thymi
 Creosol dan guaiacol, yang terdapat dalam kreosol, pine tar dan juniper tar
5. Minyak atsiri eter fenol
Beberpa minyak eter fenol yang penting adalah:
 Anethol, yang terdapat dalam Anisi fructus dan Foeniculi fructus
 Safrole, yang terdapat dalam Sassafras lignum dan pala
 Myristician, yang terdapat dalam pala
6. Minyak atsiri oksida, misalnya Sineol yang terdapat dalam Eucalyptus oil dan
Cajuput oil
7. Minyak atsiri ester
Beberapa minyak atsiri ester yang penting adalah:
 Alil isotiosianat, yang terdapat dalam minyak mustard
 Metil salisilat, yang terdapat dalam minyak lavender, minyak rosemarry, minyak
bergamot, minyak mustard dan minyak gondopuro.
Minyak atsiri dalam penyimpanan juga dapat mengalami reaksi esterifikasi sehingga
baunya menjadi lebih wangi.

Tanggapan bau yang dihasilkan oleh minyak atsiri ditentukan oleh:


1. Struktur molekul konstituen penyusunnya
2. Stereokimia dari konstituen tersebut, yaitu isomer geometri dan adanya
enantiomer.
Tabel I.7. Komposisi kimia beberapa minyak atsiri
No Nama minyak atsiri Nama tananam Komposisi kimia yang penting
1 Terpen/sequiterpen
Terpentin Pinus spp Terpen (pinen, champenen)
Juniper Juniperus communis Terpen (pinen, champenen)
Sesquiterpen (cadinen)
Alkohol
Cade (Juniper tar oil) Juniperus oxycedrus Sesquiterpen (cadinen)
Fenol (guaiacol, cresol)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 39


2 Alkohol
Coriander Coriandrum sativum Linalool (60-80% alkohol),
terpen
Otto of rose Rosa spp Geraniol, sitronelol (70-75%
alkohol), ester
Geranium Pelargonium spp Geraniol, sitronelol, ester
Geranium India/Pakistan Cymbopogon spp Geraniol (85-90% alkohol)
(Palmarosa)
Sandalwood Santalum album Santalol (sesquiterpen alkohol),
ester aldehid
3 Ester dan alkohol
Lavender Lavandula officinalis Linalol, linalil asetat, etil pentil
keton
Rosemarry Rossmarinus oficinalis Borneol, linalool(10-18%),
bornil asetat, tepen, sineol
Pumilio pine Pinus mugo var pumilio Bornil asetat (10%), terpen,
sesquiterpen
Peppermint Mentha piperitha Menthol (45%), mentil asetat
4 Aldehida
Cinnamomum Cinnamomum verum Sinamaldehid (60-75%),
eugenol, terpen
Casia Cinnamomum cassia Sinamaldehid (80%)
Lemon Citrus lemon Citral, limonene (90%)
Lemon grass Cymbopogon spp Citral dan citronelal (75-85%),
terpen
5 Keton
Spearmint Mentha spicata, Carvon (55-70%), limonen,ester
Mentha cardiaca Carvon (60%), limonen
Caraway Carum carvi Carvon (50%), limonen
Dill Anethum graveolens Thujone (50%), kamfor, sineol
Sage Salvia officinalis Thujon (>35%), azulen

Wormwood Artemisia absinthium


6 Fenol
Daun cinnamomum Cinnamomum verum Eugenol (>80%)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 40


Cengkeh Syzygium aromaticum Eugenol (85-90%), vanillin,
asetil eugenol, metil pentil
keton
Thyme Thymus vulgaris Timol (20-30%)
Horsemint Monarda punctata Timol (60%)
Ajowan Trachyspremum ammi Timol (4-55%)
7 Eter
Anisi Pimpinella anisum Anetol (80-90%), cavicol metal
eter
Fennel Foeniculum vulgare Antol (60%), fenchone, α-keton
Sineol (>70%), terpen
Eucalyptus Eucalytus globulus Sineol (50-60%), terpen,
Cajuput Melaleuca spp alcohol, ester
Setelah keton dipisahkan,
Camphor Cinnamomum mengandung safrol, terpen
camphora Apiol (dimetoksi safrol)
Parsley Dill-apiol (dimetoksi safrol)
Indian dill Petroselinum sativum Myristicin (metoksi safrol),
Nutmeg Peucedanum soja terpen, alkohol, fenol
Myristica fragrans

8 Peroksida
Chenopodium Chenopodium Askaridol (60-77%)
ambroisioides
9 Berasal dari glikosida,
bukan terpenoid
Mustard Brassica spp Glukosinolat
Wintergreen Gaultheria procumbens Metil salisilat
Bitter almond Prunus communis var Benzaldehid dan HCN dari
amara amygdalin

Bahan diskusi : Bagaimana peranan senyawa terpen dalam minyak atsiri

I.3. SIFAT FISIKA DAN KIMIA

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 41


I.3.1. SIFAT FISIKA
Minyak atsiri dari tiap tanaman penghasilnya mempunyai bau yang khas. Minyak
atsiri yang baru diekstrak dan masih segar biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-
kuningan, kemerah-merahan, hijau atau biru. Jika minyak dibiarkan lama diudara dan kena
cahaya matahari pada suhu kamar, maka minyak tersebut dapat mengabsorpsi oksigen udara
sehingga warnanya dapat menjadi lebih gelap. Minyak atsiri juga cenderung mempunyai
indeks bias tinggi, bersifat optis aktif, mempunyai rotasi spesifik dan tidak dapat bercampur
dengan air. Umumnya minyak atsiri larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya, kurang
larut dalam alkohol encer.

Bahan diskusi : Mengapa daya larut minyak atsiri semakin kecil jika
mengandung banyak senyawa terpen.
I.3.2. SIFAT KIMIA
Sifat kimia minyak atsiri ditentukan oleh konstituen kimia yang dikandungnya
terutama konstituen hidrokarbon tidak jenuh (terpen), dan senyawa senyawa yang tergolong
senyawa ”oxygenated hydrocarbon”. Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri
kerusakan minyak yang mengakibatkan penurunan kualitas minyak atsiri. Ada beberapa
proses yang dapat mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu proses oksidasi,
hidrolisa, resinifikasi (polimerisasi) dan penyabunan.
1. Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap pada senyawa
terpen. Proses ini dapat dicegah dengan penambahan antioksidan, misalnya hidrokinon,
mono etil eter, dan etil galat. Disamping itu, ada beberapa jenis minyak atsiri
mengandung antioksidan alamiah yang belum diketahui strukturnya. Antioksidan
merupakan senyawa yang mudah teroksidasi jika terkena oksigen udara tetapi sifatnya
akan kembali seperti semula apabila proses oksidasi selesai. Proses oksidasi dapat
mengakibatkan perubahan bau dan penurunan jumlah konstituen kimia dalam minyak
atsiri., misalnya pada minyak lemon, kadar citral berkurang karena adanya proses
oksidasi yang mengubah citral menjadi asam atau resin.
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisa dalam minyak atsiri terutama terjadi pada minyak yang mengandung
ester, seperti minyak lavender dan minyak pisang atau banana oil. Hidrolisa ester terjadi
pada – OR dari gugus asil sehingga terbentuk asam dan alkohol. Asam yang terjadi dapat

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 42


berikatan dengan ion logam sehingga terbentuk garam yang menyebabkan minyak atsiri
menjadi berwarna gelap. Ion logam ini dapat dipisahkan dengan chellating agent seperti
asam tartrat dan EDTA.
3. Reaksi Polimerisasi
Beberapa jenis minyak atsiri dapat membentuk resin yang merupakan senyawa
polimer. Resin ini dapat terjadi karena reaksi polemerisasi aldehida atau senyawa
hidrokarbon tak jenuh.
4. Reaksi Penyabunan
Minyak atsiri yang mengandung monoester dan asam-asam organik dapat bereaksi
dengan basa membentuk sabun.
Berdasarkan sifat fisika dan kimia minyak atsiri, ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam penyimpanan minyak atsiri, antara lain:
1. Minyak harus murni, kering, bebas logam berat karena logam berat seringkali menjadi
katalisator dalam beberapa reaksi kimia, sehingga minyak atsiri terhindar dari reaksi yang
tidak diinginkan.
2. Disimpan dalam botol gelap, tempat dingin, terisi penuh, tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya. Bila jumlah minyak besar, ditempatkan dalam drum yang dilapisi dengan
laquer untuk menghindari reaksi dengan ion logam, disertai dengan penambahan gas N2
atau CO2.
3. Untuk menghilangkan air, ditambahkan Na2SO4, dikocok kemudian disaring
4. Minyak yang mengandung fenol, kerusakan dengan adanya logam berat, dicegah
dengan penambahan asam tartrat.
5. Kerusakan karena oksidasi dicegah dengan penambahan antioksidan, misalnya:
hidrokinon, mono etil eter, etil galat, terutama untuk minyak atsiri yang mengandung
banyak hidrokarbon.

Bahan diskusi : Apa perbedaan minyak atsiri dengan minyak lemak.

I.4. KONTROL KUALITAS


Seringkali dipasaran ditemukan adanya pemalsuan minyak atsiri, misalnya minyak
lemon sering dipalsukan dengan terpentin, minyak jeruk sering dipalsukan dengan kerosin
dan fraksi minyak mineral, minyak sereh sering dipalsukan dengan fraksi minyak mineral dan
minyak makanan. Oleh karena itu sangat diperlukan pengujian kualitas minyak atsiri.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 43


Pengujian minyak atsiri dapat dilakukan berdasarkan uji organoleptik, dan
berdasarkan sifat fisiko-kimia. Analisa fisiko-kimia minyak atsiri bertujuan untuk mendeteksi
pemalsuan, mengevaluasi mutu dan kemurnian minyak serta mengidentifikasi jenis dan
kegunaan minyak atsiri.
1. Pengujian organoleptik
Pemeriksaan secara organoleptik dilakukan dengan mencium bau dari minyak atsiri
diatas kertas kembang (blotting paper) Cara pengujian ini dapat menentukan mutu
dan pemalsuan minyak atsiri secara kualitatif.

2. Pengujian sifat fisika


 Penentuan bobot jenis.
Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer. Bobot jenis
minyak atsiri pada suhu 15ºC adalah perbandingan antara berat minyak pada suhu
15ºC dengan berat air pada volume yang sama dengan volume minyak pada suhu
15ºC.
 Penentuan putaran optik
Penentuan putaran optik dilakukan dengan menggunakan alat ”half Shadow
instrument” tipe Lippich. Pengujian dilakukan pada suhu kamar dengan menggunakan
panjang kolom transmisi cairan 100 mm, tetapi kadangkala kolom yang tersedia lebih
pendek atau lebih panjang dari 100 mm, sehingga pembacaan harus dikonversikan.
 Penentuan indeks bias
Penentuan indeks bias dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer Pulfrich
atau refraktometer Abbe dan diukur pada suhu 20ºC. Apabila suhu lebih dari 20ºC,
maka hasil perhitungan ditambah faktor koreksi 0,00045/ºC.
 Penentuan kelarutan dalam alkohol
Kelarutan dilakukan dengan alkohol konsentrasi mulai dari 50%, 60%, 70%, 80% dan
90%.
3. Pengujian sifat kimia secara khusus
 Penetapan asam
Sebagian besar minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam bebas. Jumlah asam
bebas dinyatakan dalam bentuk bilangan asam. Bilangan asam ditentukan dari jumlah
mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam dari 1 gram minyak atsiri.
 Penetapan ester

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 44


Penetapan ester dinyatakan dengan bilangan ester, yang dilakukan dengan cara
menyabunkan minyak atsiri dengan basa, misalnya benzil benzoat, menggunakan labu
penyabunan.
 Penetapan alkohol
Penetapan alkohol dilakukan dengan asetilasi yang kemudian diikuti dengan
penyabunan, menggunakan labu asetilasi. Contoh minyak atsiri yang mengandung
alkohol adalah minyak kayu putih.
 Penetapan aldehida dan keton
Penetapan aldehida dan keton dilakukan dengan penambahan bisulfit, sulfida netral,
fenilhidrazina dan hidroksilamin, menggunakan labu Cassia, yang bentuknya seperti
labu takar tetapi pada lehernya terdapat skala. Apabila ditambahkan pereaksi diatas,
sisa minyak yang tidak bereaksi bisa dilihat pada skala.
 Penetapan fenol
Biasanya dilakukan dengan penambahan alkali hidroksida, dimana fenol akan
bereaksi dengan alkali hidroksida sehingga meningkatkan kelarutan senyawa fenolat
dalam air.
 Penetapan cineol dengan metode Smith
Contoh minyak atsiri yang mengandung cineol adalah minyak eucalepti dari
Eucalyptus globus. Penetapan cineol dengan metode Smith didasarkan pada
pembentukan padatan yaitu persenyawaan antara sineol bebas dengan asam fosfat.
Padatan yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dalam air menggunakan labu Cassia,
dan sineol yang telah dibebaskan kembali jumlahnya dapat dibaca melalui skala pada
leher labu.
 Penetapan askaridol (USP)
Contoh minyak atsiri yang mengandung askaridol adalah oleum chenopodii dari
Chenopodium ambrosioider var anthelmenthicum. Penetapan askaridol didasarkan
pada kelarutan askaridol dalam asam asetat encer dengan menggunakan labu Cassia.
Kadar askaridol ditetapkan dari jumlah volume minyak yang tidak larut
 Penetapan champor
Champor terdapat pada oleum Cinnamomi yang berasal dari Cinnamomum champora,
tetapi perlu diperhatikan pula Cinnamomum juga mengandung sinamaldehid yang
juga memiliki gugus C=O. Kandungan champor yang tidak mengandung gugus
karbonil lain, dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri.
 Penetapan alil isotiosianat (USP)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 45


Penetapan alil isotiosianat dilakukan dengan metode volumetri, didasarkan pada
reaksi radikal iso tio sianat dengan perak nitrat. Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan
amonium iso tiosianat yang mengandung ferri sampai terbentuk warna merah dari
ferri tio sianat.
 Penetapan asam sianida
Asam sianida ditetapkan dengan metode titrimetri, yang didasarkan pada
pengendapan sianida dengan perak nitrat. Titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya warna merah perak kromat.
 Pemeriksaan komponen penyusun minyak atsiri.
Dilakukan dengan menggunakan teknik kromatografi antara lain dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Gas-Liquid Chromatography (GLC), dan Gas
Chromatography-Mass Spectrofotometer (GC-MS)

Bahan diskusi : Bagaimana cara mendeteksi adanya pemalsuan pada minyak


lemon, minyak sereh dan minyak jeruk.
Tugas : Membuat makalah tentang minyak atsiri dari salah satu tanaman
penghasilnya

II. RESIN
Resin tidak dapat didefinisikan secara jelas. Secara umum, resin mempunyai 3 (tiga)
karakter yaitu:
1. Karakter fisik
Resin mempunyai bobot jenis yang lebih besar daripada air, berbentuk padatan keras dan
setengah padat. Apabila terkena panas, resin menjadi lebih lembek atau meleleh, resin
yang berupa padatan keras menjadi lembek, dan warnanya lebih terang.
2. Kelarutan dalam pelarut
Resin praktis tidak larut dalam air, sangat jarang larut dalam petroleum kecuali colophony
dan damar. Larut atau sedikit larut dalam alkohol, eter, aseton, kloroform, karbon
disulfida, larutan kloralhidrat dan minyak atsiri.
3. Komposisi kimia
Resin merupakan campuran kompleks dari berbagai konstituen kimia seperti asam, ester
dan glikosida. Hampir sebagian besar resin tidak mengandung unsur N (Nitrogen). Resin
dapat mengalami perubahan dalam penyimpanan, misalnya perubahan warna menjadi

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 46


lebih gelap dan perubahan kelarutan. Perubahan ini disebabkan adanya proses oksidasi
karena resin sangat mudah teroksidasi.
Berdasarkan komposisi kimia yang utama, resin dibedakan menjadi:
1. Resin asam, konstituen utama adalah asam, misalnya:
Colophony, Burgundy Pitch, Sandarac, Guaiacum
2. Resin ester, konstituen utama adalah ester, misalnya
Benzoin, Dragon’s Blood
3. Resin campuran, tidak ada konstituen kimia yang
dominan, misalnya Mastich, Shellac
Resin secara alami diproduksi dalam saluran sekresi. Saluran sekresi tersebut sudah
terdapat secara alami pada tumbuhan tetapi juga bisa terjadi karena adanya luka, misalnya
pada benzoin. Resin tidak hanya terdapat dalam saluran atau kelenjar sekresi tertentu,
kadang-kadang resin terdapat dalam seluruh sel dari jaringan tumbuhan misalnya pada kayu
guaiacum.

RESIN
COLOPHONY
Merupakan resin sebagai hasil residu dari destilasi terpentin yang berasal dari
oleoresin beberapa spesies Pinus (Familia Pinaceae) antara lain: Pinus palustris Miller, Pinus
toeda Linn., Pinus echinata Miller, Pinus cubensis Grisebach dan Pinus cariboea Mor.
Colophony larut dalam alkohol, eter, kloroform, asam asetat glasial, karbon disulfida, larutan
kloralhidrat dan larut sempurna dalam petroleum. Colophony mengandung 84% abietic acid
(C20H26O2) yang mempunyai isomer α, β dan γ. Selama penyimpanan colophony sangat
mudah teroksidasi oleh udara sehingga kelarutannya dalam petroleum berkurang dan bobot
jenisnya bertambah besar. Dalam bidang pengobatan, colophony digunakan sebagai stimulan
dan diuretik.
BORDEAUX TURPENTINE
Diisolasi dari spesies Pinus maritima Poiret (= Pinus pinaster Ait). Resin ini terdiri
dari pimarinic, pimaric, α dan β pimarolic acid.
VENICE TURPENTINE
Diisolasi dari Larix europoea DC (Familia Pinaceae) yang terdapat di Perancis dan
Utara Italia. Berwarna kekuningan, agak keruh, cair, berbau aromatis dan pahit. Komponen
kimia utamanya adalah α dan β- larinolic acid.
SANDARAC

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 47


Resin ini diperoleh dari tanaman Tetraclinis articulata (Familia Cupressaceae) yang
berupa pohon pendek (tinggi kira-kira 7 meter) yang tumbuh di bagian timur laut Afrika.
Resin ini juga diperoleh melalui insisi (melukai pohonnya terlebih dahulu) kemudian getah
yang telah mengeras dikumpulkan beberapa lama setelah pohon dilukai. Sandarac sangat
mudah larut dalam etil alkohol, amil alkohol dan eter, larut sebagian dalam kloroform, karbon
disulfida dan petroleum. Sandarac mengandung 85% pimaric acid an sebagian kecil minyak
atsiri dan berwarna agak kekuningan. Sandarac biasanya digunakan untuk cat terutama untuk
kayu-kayu dengan warna terang.
GUAIACUM RESIN
Guaiacum resin diperoleh dari batang pohon Guaiacum officinale Linn. dan
Guaiacum sanctum Linn. (Familia Zygophyllaceae). Selain melakukan insisi pada batang
pohon, resin ini juga dapat diperoleh melalui ekstraski serbuk kayunya dengan alkohol.
Guaiacum resin mengandung 70% α dan β-guaiaconic acid, 11-25% guaiaretic acid, guaiaic
acid, vanilin dan guaiac-saponin. Guaiacum resin dalam bidang farmasi digunakan sebagai
stimulan lokal misalnya pada produk-produk lozenges, pada pengobatan gout kronis dan
reumatik.
BENZOIN
Berdasarkan daerah penghasilnya ada beberapa jenis benzoin yang memiliki arti
penting dalam bidang farmasi antara lain benzoin Sumatera, Benzoin Siam, Benzoin
Palembang. Benzoin Sumatera diperoleh dari pohon Styrax benzoin dan Styrax
paralleloneurus (Famili Styraceae) yang ditanam dan tumbuh di Sumatera. Secara alami
pohon ini tidak memiliki saluran atau sel sekresi tetapi benzoin diperoleh dengan melukai
pohon tersebut. Benzoin Sumatera terdiri dari asam sinamat, asam benzoat dan bentuk
alkoholnya yaitu benzoresinol. Dalam bidang pengobatan digunakan sebagai carminativum,
dan ekspektoran serta untuk penggunaan eksternal sebagai antiseptik. Siam benzoin diperoleh
dari pohon Styrax tonkinensis Craib, kegunaanya sama dengan benzoin Sumatera tetapi
ternyata benzoin siam menunjukkan aktivitas preservatif terhadap lemak babi yang lebih baik
dari benzoin Sumatera
MASTICH
Mastich merupakan resin yang diperoleh dari pohon Pistasia lentiscus Linn. (Famili
Anacardiaceae) yang tumbuh disepanjang pegunungan Mediteranian. Pada saat segar
(beberapa saat setelah diisolasi dari tanamannya), tidak berwarna tetapi pada penyimpanan
berwarna agak kekuningan. Apabila dirasakan seperti serbuk berpasir tetapi lama kelamaan
berubah menjadi seperti lapisan elastis. Mastich mengandung 38% α dan β-masticonic acid

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 48


yang berupa serbuk amorf dan larut dalam alkohol, 30% α-masticoresene yang larut dalam
alkohol dan 20% β-masticoresene yang tidak larut dalam alkohol. Resin ini juga mengandung
sekitar 2% minyak atsiri. Mastich digunakan secara luas sebagai stimulan, dan dengan cetyl
alcohol sering dipakai dalam penyalutan tablet enterik.
SHELLAC
Shellac diperoleh dari tubuh insekta Tacchardia lacca R. Blanchard, Familia
Coccidae. Shellac digunakan dalam bidang farmasi sebagai penyalut tablet atau pil enterik
setelah dilarutkan dalam cetyl alcohol.
GUM-RESIN
Seperti namanya, gum-resin terdiri dari resin dan gum. Selain konstituen tersebut,
dalam jumlah kecil juga terdapat minyak atsiri, glikosida dan enzim. Oleh karena itu gum
resin selalu mengandung unsur Nitrogen (unsur N). Dalam tanaman, gum resin dihasilkan
dalam sel sekresi, saluran schizogenous dan schizolysigenous pada batang serta pada sel-sel
epitel. Beberapa contoh gum-resin yang sering digunakan dalam bidang farmasi adalah:
MYRRH
Merupakan gum resin yang diperoleh dari batang pohon Commiphora molmol dan
spesies lain dari Famili Burseraceae yang tumbuh di bagian timur laut Afrika. Myrrh
mengandung 25-35% campuran resin 2,5-6,5% minyak atsiri dan 57-61% gum. Dalam
bidang pengobatan digunakan sebagai stimulan dan antiseptik pada mountwash.
OLEO-RESIN
Oleo resin selain mengandung resin juga mengandung konstituen lain yaitu minyak
atsiri. Oleo-resin dihasilkan dalam saluran schizogenous dan schizolysigenous pada batang
yang memang terjadi secara alami, misalnya pada Copaiba, tetapi bisa juga saluran tersebut
terjadi secara patologi karena adanya luka, misalnya pada Balsam Peru. Oleo resin yang
mengandung asam bonzoat dan asam sinamat biasanya dikenal dengan istilah ”balsam”.
BALSAM COPAIBA
Copaiba merupakan oleo resin yang diperoleh dari batang Copaifera lansdorfii
Desfontaines, Famili Leguminosae yang tumbuh di Brazil dan Amerika Selatan. Dalam
bidang farmasi digunakan sebagai desinfektan, ekspektoran, pengobatan bronchitis kronis
dan inflamasi pada uretra.
BALSAM TOLU
Balsam tolu diperoleh dengan cara insisi batang pohon Myroxylon balsamum Linn.,
Famili leguminosae yang berasal dari negara Columbia. Balsam tolu mengandung resin
dalam jumlah besar, sekitar 80%, benzil benzoat, benzil sinamat, asam sinamat dan vanilin.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 49


Balsam tolu mempunyai efek antiseptik karena adanya asam benzoat dan sinamat serta
seringkali digunakan sebagai penambah rasa pada obat batuk.
BALSAM PERU
Balsam Peru diperoleh dari batang pohon Myroxylon pereiroe, Famili Leguminosae
yang tumbuh di San Salvador (Amerika Tengah). Digunakan sebagai antiseptik, ekspektoan
dan parasitisida misalnya pada scabies.

BAB VI
KARBOHIDRAT

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 50


Tujuan Instruksional Umum :
Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 100 menit, mahasiswa
dapat menjelaskan tentang kandungan kimia karbohidrat secara tepat dan benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
karbohidrat, penggolongan karbohidrat dan biosintesis karbohidrat
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa mampu menjelaskan gula dan obat yang
mengndung gula, obat yang merupakan metabolit sekerabat gula dan polisakarida serta
obat yang mengandung polisakarida

Karbohidrat adalah aldehid atau alkohol keton yang mengandung C, H, O dimana


secara umum H dan O memiliki ratio sama dengan H 20. Ada pula yang mendefinisikan
karbohidrat sebagai senyawa organik dengan gugus karbonil (aldehid atau keton) dan
multiple gugus hidroksil.
Karbohidrat secara klasik diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Monosakarida
Rumus umum: Cn(H2O)n. Dikarakterisasi dengan adanya gugus fungsi karbonil aldehid
(aldosa) atau keton (ketosa) dan gugus fungsi hidroksil (n-1). Biasanya terdapat 5 atau 6
atom C (pentosa atau heksosa) dari range 3-9.
2. Oligomerik dan Polimerik sakarida
Merupakan hasil dari kombinasi monosakarida melalui ikatan glikosida atau kombinasi
antara monosakarida dengan non sakarida melalui ikatan konjugasi sakarida atau
glikosida.
3. Sakarida sederhana
Merupakan hasil dari kombinasi monosakarida. Jika terdiri kurang dari 10 unit
monosakarida maka dikategorikan sebagai oligosakarida. Jika terdiri lebih dari 10 unit
sakarida maka dikategorikan sebagai polisakarida.
4. Glikosida atau sakarida terkonjugasi
Merupakan hasil dari ikatan antara gula (monosakarida atau oligosakarida) molekul non
gula (aglikon atau genin).
- Jika ikatan mengandung gugus N pada aglikon maka disebut sebagai glikosida N seperti
pada nukleosida.
- Jika ikatan mengandung gugus alkoholik-fenolik hidroksil pada
aglikon maka disebut sebagai glikosida O seperti saponin, flavonoid dan glikoalkaloid

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 51


- Jika aglikon sakarida berada diantara 2 atom karbon maka disebut sebagai glikosida C
seperti pada aloin dari aloe dan flavonoid dari beberapa bunga
- Jika terdapat sulfur dari analog O glikosida maka disebut S-glikosida seperti
glikosinolat yang merupakan karakteristik beberapa famili tumbuhan Brassicaceae
BIOSINTESIS
Karbohidrat adalah produk fotosintesis, proses biologi yang mengkonversi energi
elektromagnetik menjadi energi kimia. Dalam tanaman berklorofil fotosinteasis terbagi
menjadi 2 golongan reaksi. Reaksi pertama adalah reaksi konversi energi elektromagnetik
menjadi potensial kimia yang membutuhkan cahaya atau lebih dikenal sebagai reaksi terang.
Reaksi yang kedua adalah reaksi enzimatik yang memanfaatkan energi dari reaksi terang
untuk mengubah karbon dioksida menjadi gula. Secara sederhana reaksi fotosintesis adalah
sebagai berikut:
2H2O + CO2+ cahaya → (CH2O) + H2O + O2

GULA DAN PENGGUNAANNYA DI BIDANG FARMASI

Glukosa diperoleh dari hidrolisis enzimatik dari pati melalui aksi kombinasi α-amilase
dan amiglukosidase. Glukosa biasa digunakan dalam bentuk sediaan larutan parenteral.
Indikasi larutan glukosa 5% dan 10% adalah: pencegahan dehidrasi intra dan ekstrasel,
rehidrasi secara umum saat tubuh banyak kehilangan cairan, profilaksis dan pengobatan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 52


ketosis dalam malnutrisi. Indikasi larutan glukosa hipertonik 15%, 20%, 30% dan 50%
adalah untuk memberi makanan melalui parenteral (sumber kalori) dan pengobatan
hipoglikemia.
Injeksi glukosa harus diberikan secara perlahan-lahan dengan melakukan monitoring
terhadap glikosuria, acetonuria dan level K+ dengan suplemen insulin dan kalium yang
dibutuhkan. Injeksi glukosa dikontraindikasikan pada kasus retensi air.
Selain sebagai bahan aktif, glukosa pun digunakan sebagai bahan tambahan dalam
sediaan farmasi yaitu sebagai pemanis dalam bentuk sirup glukosa.
Fruktosa
Terdapat pada buah-buahan dan madu. Secara industri diperoleh dengan cara
hidrolisis inulin (polimer yang merupakan karateristik dari Asteraceae) dan memisahkan gula
invert.

Fruktosa digunakan untuk parenteral feeding, pilihan gula alternative pada diet
diabetes dan nutrisi untuk exercise. Fruktosa dapat menjadi pilihan gula alternative pada diet
diabetes karena resorpsi fruktosa di usus lambat dan tidak memicu sekresi insulin.

Sukrosa

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 53


Sukrosa adalah gula yang dihasilkan dari Saccharum officinarum, Beta vulgaris dan
sumber lainnya.Sukrosa banyak terdistribusi dalam tanaman diantaranya gula tebu dan bit.
Gula tebu diproduksi di Kuba, Puerto riko, Louisiana, Filipina, Hawai, Indonesia dan India
sementara gula bit diproduksi di Jerman, Austria, Rusia, Perancis dan Amerika.
Gula tebu diproduksi dengan cara menghancurkan batang tebu dengan
memasukkannya ke dalam penggilingan. Cairan yang diperoleh dididihkan dengan jeruk
nipis untuk mengkoagulasi albumin dan menetralkan asam tanaman yang dapat mengubah
sukrosa menjadi gula invert. Albumin yang telah terkoagulasi akan naik ke permukaan
sehingga mudah dipisahkan. Cairan yang diperoleh disaring ditambahkan sulfur oksida,
dipekatkan dan dikristalisasi. Residu yang tidak dapat dikristalkan disebut molase dan
dimanfaatkan untuk makanan ternak dan produksi etil alkohol.
Gula bit diproduksi dengan cara berbeda. Bit dicuci dan diiris tipis kemudian
diekstraksi menggunakan air panas. Larutan yang mengandung gula mentah kemudian
dimurnikan hingga diperoleh sukrosa.
Gula dalam bidang farmasi dimanfaatkan sebagai sirup, demulcen, dan nutrien.
Dalam konsentrasi tertentu gula bersifat bakteriostatik dan pengawet. Gula dapat menutupi
rasa yang tidak enak pada tablet dan tablet hisap serta sebagai antioksidan pada beberapa
sediaan dengan cara memperlambat terjadinya oksidasi.

Laktosa
Laktosa adalah gula yang dihasilkan dari susu sapi. Laktosa diperoleh dari whey
dalam produksi keju. Kristal yang tidak murni ini dilarutkan dalam air, dihilangkan warnanya
menggunakan karbon aktif lalu dikristalkan kembali.
Laktosa dalam bidang farmasi dimanfaatkan sebagai pengisi tablet dan nutrisi dalam
makanan bayi. Laktosa berperan dalam keberadaan mikroflora usus karena menghasilkan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 54


substrat yang berguna bagi Lactobacilli. Hal ini menyebabkan beberapa orang tidak toleran
terhadap laktosa.

Laktulosa
Laktulosa adalah gula semisintetik yang diperoleh dari penyusunan laktosa dalam
suasana basa. Laktulosa jika dihidrolisis akan menghasilkan galaktosa dan fruktosa.
Laktulosa tidak diserap dalam usus dan dimetabolisme oleh bakteri usus menjadi dari
disakarida menjadi asetat dan asam laktat yang terakumulasi sehingga mengiritasi usus dan
memberi efek laksatif.

Xylosa
Xylosa atau D-xylosa atau gula kayu adalah pentosa yang diperoleh dari batang
jagung yang dihidrolisis dengan asam encer menjadi polimer xylan. Xylosa memiliki rasa
manis dan diabsorpsi di usus halus tetapi tidak dimetabolisme oleh mamalia. Penggunaan
xylosa sebagai bahan diagnostik untuk evaluasi penyerapan dalam usus telah disetujui oleh
FDA. Ekskresi relatif dari xylosa pada urin dapat menunjukkan keadaan malabsorpsi usus
yang disebabkan oleh penyakit celiac, sindrom Chron (ileuitis regional), enteritis akibat
radiasi.

Maltodextrin
Maltodextrin adalah campuran polisakarida yang dihasilkan dari hidrolisis parsial
pati. Maltodextrin digunakan dalam produk makanan bayi, zat adhesif pada perban untuk
bedah dan bahan tambahan untuk granulasi.

METABOLIT GULA DAN PENGGUNAANNYA DI BIDANG FARMASI


Asam sitrat

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 55


Asam sitrat pertama kali diisolasi dari kristal yang dibentuk jus lemon oleh Scheele
pada tahun 1784. Asam sitrat banyak ditemukan dalam buah dan tanaman diantaranya lemon,
jeruk nipis dan nanas tetapi paling banyak dihasilkan dari fermentasi sukrosa.
Asam sitrat berbentuk kristal transparan tidak berwarna, tidak berbau dan larut dalam
air atau alkohol.Asam trikarboksilat ini banyak dimanfaatkan dalam sistem buffer, asidulan
dalam sediaan effervescent dan sebagai antikoagulan dalam larutan dekstrosa-sitrat dan
dekstrosa-sitrat-fosfat.

Asam laktat
Asam laktat adalah cairan seperti sirup, hampir tidak berbau, tidak berwarna atau
kekuningan. Asam laktat dapat bercampur dengan air, alkohol dan eter. Asam laktat diperoleh
dari fermentasi gula atau dibuat dengan cara sintesis.
Asam laktat digunakan sebagai asidulan pada makanan bayi. Natrium laktat dalam
bentuk injeksi digunakan sebagai pengganti elektrolit dan pengobatan metabolisme asidosis
sedangkan kalsium laktat dimanfaatkan sebagai sumber kalsium.

Asam tartrat
Asam tartrat adalah asam dikarboksilat yang dihasilkan sebagai produk sampingan
dari industri minuman anggur. Asam tartrat larut dalam air dan alkohol. Asam tartrat
digunakan sebagai pengganti asam sitrat dalam sistem buffer dan formula effervescent.

Alkohol
Alkohol atau etanol adalah cairan yang mengandung tidak kurang dari 92,3% b/v
yang setara dengan 94,9% v/v etanol pada suhu 15,56oC. Alkohol 70% b/v digunakan sebagai
anti infeksi lokal. Alkohol (5 atau 10%) dan dekstrosa dapat diberikan secara intravena untuk
meningkatkan asupan kalori dan pengganti cairan tubuh.
Alkohol diperoleh dengan destilasi alkohol dari fermentasi wine (brandy), gandum
(wiski), molase (rum). Minuman anggur dimanfaatkan sebagai stimulan ringan dan tonik.
Sementara brandy dan wiski dikategorikan sebagai depresan saraf pusat.

D-Sorbitol

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 56


Polialkohol ini ditemukan secara alami pada buah dari varian Rosaceae terutama
Sorbus Aucuparia L., dan pada thallus dari beberapa rumput laut. Secara industri diperoleh
dari hidrogenasi katalitik dibawah tekanan atau reduksi elektrolitik D-glukosa.
Penggunaan sorbitol dalam bidang farmasi adalah untuk pengobatan konstipasi,
dyspepsia dan injeksi parenteral seperti glukosa. Sorbitol juga dapat digunakan sebagai
pemanis dan peningkat viskositas pada sediaan sirup.

D-manitol
D-manitol adalah alkohol heksahidris yang dihasilkan dari reduksi manosa atau isolasi
dari manna. Manna adalah eksudat kering dari Fraxinus ornus (famili oleaceae). Manna
mengandung 50-60% manitol. Manna juga digunakan sebagai laksatif.
Manitol berbentuk serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau, dan rasa manis.
Manitol terbentuk dalam kristal prisma ortorombik atau bentuk agregat jarum. Manitol larut
dalam air dan alkohol mendidih tetapi hampir tidak larut dalam alkohol dingin.
Manitol tidak diabsorpsi di dalam saluran cerna. Jika diberikan secara parenteral tidak
dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat melalui filtrasi glomerolus. Hal ini
menyebabkan manitol digunakan sebagai perangkat diagnostik atau sebagai diuretik osmotik.

POLISAKARIDA DAN PENGGUNAANNYA DI BIDANG FARMASI


Amylum
Amylum merupakan senyawa organik yang paling banyak tersebar dalam tumbuhan.
Diproduksi pada bagian daun yang berklorofil dan disimpan sementara sebagai produk
fotosintesis. Amylum ditemukan pada bagian biji, kortek dari stem dan akar. Biji sereal
mengandung 50-65% amylum sedangkan umbi kentang mengandung 80% amylum. Amylum
yang banyak digunakan adalah amylum jagung, beras, gandum dan kentang.
Amylum secara umum adalah campuran 2 struktur polisakarida yaitu amilosa dan
amilopektin. Amylosa merupakan molekul linier yang terdiri dari 250-300 unit d-
glukopyranosa yang berikatan melalui ikatan α-1,4 glikosidik yang menyebabkan molekul
berbentuk heliks. Amylopektin terdiri dari 1000 unit glukosa yang dihubungkan pada ikatan
α-1,4 tetapi disertai ikatan α-1,6 disetiap percabangan (± setiap 25 glukosa)
Biosintesis amylum
Sintesis fraksi amylosa dipengaruhi oleh enzim transglikosilase. Reaksi melibatkan
pemanjangan rantai primer dengan komposisi identik dengan penambahan residu
glukosa.Pada tanaman tingkat tinggiglukosa UDP dan ADP berfungsi sebagai donor glikosil.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 57


Persamaan reaksi pemanjangan rantai glukosa:
(Glukosa)n + UDP-glukosa → (Glukosa)n+1 + UDP
Amilopektin merupakan komponen cabang dalam amilum yang dibentuk dari amilosa
melalui transglikolase yang didesain oleh Q-enzim. Enzim ini mempengaruhi pemisahan
rantai monosakarida yang minimal berisi 40 unit glukosa menjdi 2 bagian. Fragmen baru ini
membentuk kompleks enzim-substrat yang kemudian ditransfer pada rantai akseptor yang
cocok menghasilkan cabang α-1,6.
Amylum jagung, gandum dan kentang
Granul dari amylum jagung (Zea mays) berbentuk poligonal, bulat atau spheroidal
dengan diameter 35 μm. Amylum gandum dan kentang kurang seragam dalam komposisi
karena mengandung 2 tipe granul yang berbeda. Amylum gandum mengandung granul
dengan lentikular besar berdiameter 20-50 μm dan granul spherik diameter 5-10 μm. Amylum
kentang mengandung granul ovoid iregular atau spherik 30-100 μm dan granul spherik 10-35
μm.
Amilum di dalam bidang farmasi digunakan sebagai pengisi, pengikat dan disintegran
tablet, begitu juga dengan amilosa. Suspensi amylum dapat digunakan sebagai antidot
keracunan iodin. Amylum merupakan bahan dasar pembuatan glukosa, dekstrosa, dextrin dan
pemanis fruktosa kadar tinggi.
Amylum pregelatinisasi
Amylum pregelatinisasi merupakan amylum yang secara kimia atau mekanik diproses
untuk memecahkan bagian granul yang mengadung air lalu dikeringkan. Bahan ini dapat
dimodifikasi lebih jauh untuk meningkatkan kompresibilitas dan karakteristik aliran amylum.
Amylum pregelatinisasi ini sedikit larut dalam air dingin dan digunakan sebagai eksipien
tablet.
Natrium amylum glikolat
Natrium amylum glikolat merupakan bahan semisintetik yang terbuat dari garam
natrium karboksimetileter dari amylum. Natrium amylum glikolat digunakan sebagai bahan
disintegrasi dalam formulasi tablet.
Hetastarch (amylum heta)
Hetastarch adalah bahan semisintetik yang terdiri dari 90% amylopektin dan 7-8
substituen hidroksietil disetiap 10 unit glukosa. Larutan 6% hetastarch digunakan sebagai
cairan pengganti plasma. Sebagai ajuvan dalam pengobatan shock karena hemoroid, luka
bakar, luka bedah, sepsis atau trauma lainnya.
Inulin

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 58


Inulin adalah polimer D-fruktofuranosa yang residunya dihubungkan dengan ikatan β-
2,1 linier. Inulin banyak terdapat dalam taraxacum, inula, lappa, echinaceae dan chicory.
Inulin berada dalam sel dan akan membentuk agregat sphaerite jika rhizoma atau akar
direndam dalam alkohol beberapa lama. Inulin digunakan sebagai media kultur dalam
identifikasi fermentatif dari beberapa bakteri dan metode khusus di laboratorium untuk
evaluasi fungsi ginjal.
Dextran
Dextran adalah poliglukan dengan ikatan α-1,6 yang dibentuk dari sukrosa dengan
sistem enzim tranglukosilase pada Leuconostoc mesenteroides. Dextran dengan ukuran
tertentu diperoleh melalui depolimerisasi terkontrol yaitu hidrolisis asam, dextranase fungal,
vibrasi ultrasonik atau fermentasi terkontrol termasuk sistem enzim sel bebas.
Saat ini dextran untuk kegunaan klinis memiliki bobot molekul 40.000, 70.000 dan
75.000. Dextran dengan bobot molekul besar digunakan sebagai larutan 6% sebagai cairan
pengganti plasma untuk shock atau shock tertunda akibat hemoroid, trauma atau luka bakar
parah.
Selulosa
Kapas murni adalah rambut biji tanaman Gossypium hirsutum atau spesies
Gossypium lainnya (famili Malvaceae) yang dimurnikan dari pengotor, dihilangkan lemak
dan warnanya kemudian disterilkan pada tahap kemasan akhir. Kapas murni digunakan
sebagai absorben. Kapas menghasilkan kapsul yang terbuka sepanjang sutura longitudinal
saat matang dan muncul massa rambut berwarna putih menempel pada biji yang berwarna
coklat. Massa rambut (serat kapas) dan biji dikumpulkan lalu dimasukkan ke mesin untuk
menghilangkan bijinya. Untuk memperoleh kapas untuk bedah dilakukan penyisiran untuk
menghilangkan pengotor dan rambut pendek. Kapas dicuci dengan larutan basa lemah untuk
menghilangkan lemak lalu dibleaching dengan soda terklorinasi kemudian dicuci dengan
asam lemah lalu dicuci dengan air dan dikeringkan untuk dibuat lembaran. Setelah dikemas
dilakukan sterilisasi.
Kegunaan kapas murni adalah untuk pembalut bedah yaitu sebagai proteksi mekanik,
untuk menyerap darah atau mukus atau pus dan melindungi luka dari infeksi bakteri. Kapas
murni juga digunakan sebagai sumber selulosa murni untuk pembuatan derivat selulosa.
Macam-macam derivat selulosa adalah sebagai berikut:
1. Metil selulosa
Metil selulosa merupakan selulosa metil eter yang mengandung tidak kurang dari
27,5% dan tidak lebih dari 31,5% gugus metoksi. Metil selulosa dihasilkan dari reaksi

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 59


selulosa dengan soda kaustik dan metil klorida. Metil selulosa berbentuk serbuk atau
granul berwarna putih. Di dalam air metil selulosa mengembang menghasilkan
suspensi koloidal kental berwarna jenih atau opak. Metil selulosa digunakan sebagai
laksatif atau bahan pensuspensi.
2. Etil selulosa
Etil selulosa merupakan eter etil selulosa yang mengandung tidak kurang 44% dan
tidak lebih dari 51% gugus etoksi. Etil selulosa berbentuk serbuk putih dan memiliki
sifat aliran bebas sehingga digunakan sebagai pengikat dan penyalut dalam tablet
3. Hidroksi etil selulosa
Hidroksi etil selulosa tersedia dalam berbagai macam tingkat substitusi. Hidroksi etil
selulosa digunakan sebagai bahan pengental dan campuran dalam air mata buatan.
4. Hidroksi propil selulosa
Hidroksi propil selulosa mengandung tidak kurang dari 80,5% gugus hidroksi propil.
Hidroksi propil selulosa digunakan sebagai peningkat stabilitas dan pengental dalam
sediaan cair sedangkan dalam tablet hidroksi propil selulosa digunakan sebagai
pengikat dan penyalut.
5. Hidroksi propil metil selulosa
Hidroksi propil metil selulosa merupakan propilen glikol eter metil selulosa dimana
gugus hidroksi propil dan metil terikat pada cincin glukosa anhidrat dari selulosa
melalui ikatan eter. Hidroksi propil metil selulosa digunakan sebagai bahan
pensuspensi, pengental dan eksipien tablet.
6. Selulosa asetat ftalat
Selulosa asetat ftalat adalah produk reaksi parsial anhidrida ftalat dan ester asetat
selulosa. Selulosa asetat ftalat memiliki sifat mengalir bebas sehingga digunakan
sebagai penyalut enterik pada tablet.

Gum dan Mucilago


Gum adalah hidrokoloid dari tanaman yang dapat diklasifikasikan sebagai
polisakarida ionik, nonionik dan garamnya. Gum berbentuk amorf dan transparan. Gum
diproduksi pada tanaman tinggi sebagai proteksi apabila terjadi luka.
Hidrokoloid dapat ditemukan pada biji tanaman atau bagian lainnya. Hidrokoloid
diperoleh dengan cara ekstraksi alga laut atau diproduksi oleh mikroba tertentu. Beberapa
derivat selulosa semisintetik digunakan sebagai bahan hidrofilik dan dikategorikan sebagai
gum hidrokoloid khusus (mucilago).

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 60


Komposisi gom heterogen. Komponen yang banyak ditemukan apabila gum
dihidrolisis adalah arbinosa, glukosa, manosa, xylosa dan asam uronat.
Gum banyak digunakan dalam pasta gigi, bahan adhesif, dan laksatif. Gum berupa
polimer hidrofilik dugunakan sebagai pengikat tablet, emulgator, bahan pembentuk gelatin,
pensuspensi, peningkat stabilitas dan pengental. Sifat gum yang diendapkan oleh alkohol dan
sub asetat harus diperhatikan dalam rancangan penggunaan gum dalam formulasi.
Sumber gum diantaranya adalah sebagai berikut:
- Eksudat tanaman, contohnya: akasia, karaya dan tragakan
- Gum laut, contohnya: agar, algin dan karagenan
- Gum biji-bijian, contohnya: guar, psylium dan locust bean
- Ekstrak tanaman, contohnya pektin
- Derivat dari selulosa dan pati, contohnya: hetastarch, karboksi metil selulosa, etil selulosa,
hidoksi propil metil selulosa, metil selulosa, dan selulosa teroksidasi
- Gum dari mikroba, contohnya: dextran dan xanthan
Tragakan
Tragakan adalah gum dari eksudat kering tanaman Astragalus gummifer, famili
Leguminosae. Tragakan digunakan sebagai pensuspensi untuk serbuk yang tidak larut air,
emulgator minyak dan resin serta dimanfaatkan sebgai bahan adhesif.
Tragakan merupakan hidrokoloid yang paling tahan terhadap hidrolisis asam sehingga
menjadi pilihan untuk sediaan berkadar asam tinggi. Tragakan digunakan dalam kosmetik
(lotion untuk tangan dan badan) dan sebgai emolien. Tragakan pun digunakan pada bidang
konveksi agar kain menjadi kaku.
Akasia
Akasia adalah gum dari eksudat kering yang berasal dari stem dan cabang tanaman
Acacia senegal. Akasia dikenal sebagai gum arab.
Akasia membentuk hidrokoloid terlarut dan dapat membentuk larutan pada berbagai
konsentrasi. Akasia tetap membentuk larutan pada kadar alkohol kurang dari 60%. Larutan
akasia memiliki viskositas rendah dan stabil pada pH 2-10 sehingga akasian memiliki sifat
emulgator yang baik. Akasia juga dapat digunakan sebagai bahan pensuspensi, demulcen,
emolien, bahan adhesif dan pengikat dalam granulasi tablet.
Karaya
Karaya atau gum sterculia adalah eksudat kering dari tanaman Sterculia urens,
Sterculia villosa, Sterculia tragacantha atau Cochlospermum gossypium. Gum ini keluar dari
sayatan pada pusat kayu dan dikumpulkan selama tahun tersebut pada bulan maret-juni.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 61


Karaya terdiri dari heteropolisakarida bercabang yang terasetilasi dengan komponen
tertinggi asam D-galakturonat dan residu asam D-glukoronat. Karaya dapat menyerap air dan
mengembang menjadi beberapa kali ukuran semula membentuk mucilago.

Sodium alginat/algin
Algin adalah produk karbohidrat hasil pemurnian dari ekstrak rumput laut coklat
menggunakan larutan alkali encer. Algin diperoleh terutama dari rumput laut coklat
(Phaeophyceae), spesies Ascophyllum, Ecklonia, Laminaria, Nereocystic, dan Macrocystis
pyrifera.
Sodium alginat berbentuk serbuk, tidak berbau, tidak berasa, berwarna putih
kekuningan. Algin larut dalam air dan membentuk koloidal yang kental tetapi tidak larut
dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam kuat.
Sodium alginat dalam industri farmasi dimanfaatkan sebagai bahan pensuspensi.
Dalam industri makanan, sodium alginat dimanfaatkan dalam es krim, susu, coklat, salad
dressing dan icing.
Agar
Agar adalah bahan koloidal hirofilik yang dikeringkan dari ekstrak Gelidium massa
yang lembut, noniritan, dan membantu gerak peristaltik normal sehingga digunakan sebagai
laksatif. Agar juga digunakan sebagai bahan pensuspensi, emulgator, bahan pembentuk
gelatin pada suppo, lubrikan bedah, disintegran tablet dan sebagai media kultur bakteri.
Karagenan
Karagenan merupakan senyawa galakton dan ester sulfat. Sifatnya mirip dengan
hidrokolid yang diperoleh dari alga merah atau rumput laut. Sumber utama karagenan adalah
Chondrus crispus dan Gigartina mamilosa.
Hidrokolid karagenan dikelompokkan menjadi karagenan κ (kappa), ί (iota) dan λ
(lamda) berdasarkan komposisi ester sulfat. Karagenan κ dan ί bersifat stabil dalam bentuk
larutan dan membentuk gelatin dengan baik. Karagenan λ tidak stabil dalam bentuk larutan
dan digunakan sebagai pengental.
Biji plantago
Biji plantago, psyllium, atau plantain adalah biji matang, kering, bersih dari tanaman
Plantago psyllium atau Plantago indica. Biji plantago mengandung 10-30% hidrokoloid yang
terlokalisir pada lapisan luar biji. Hidrokoloid ini dapat dipisahkan menjadi fraksi
polisakarida asam dan netral. Jika hidrokoloid ini dihidrolisis maka diperoleh L-arabinosa, D-
galaktosa, asam D-galakturonat, L-rhamnosa, dan D-xylosa.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 62


Larutan dari gom murni ini bersifat tiksotropik yang merupakan nilai lebihnya
dibandingkan dengan koloid lainnya. Larutan tiksotropik memiliki viskositas rendah jika
kecepatan geser meningkat (diaduk atau dikocok) dan viskositas meningkat apabila
didiamkan. Sifat seperti ini diperlukan dalam sediaan farmasi yaitu suspensi. Dengan
viskositas yang tinggi saat diam diharapkan partikel tersuspensi tidak akan mengendap
selama penyimpanan sedangkan apabila akan digunakan viskositas akan menurun dengan
pengocokan sehingga mudah dituangkan.
Gum locust bean
Gum locust bean merupakan serbuk endosperma yang mengandung hidrokoloid dari
biji tanaman Ceratonia silica. Gum Locust bean mengandung galaktomannan yang mirip
dengan komponen gum guar. Perbedaannya terletak pada substituen galatosa pada rantai
linier mannosa yang lebih sedikit pada locust bean. Gum locust bean digunakan sebagai
pengental dan peningkat viskositas.
Pektin
Pektin merupakan karbohidrat yang dimurnikan dari ekstrak asam encer buah jeruk
atau apel. Pektin dimanfaatkan sebagai protektan, bahan pesuspensi dan antidiare. Dalam
larutan koloidal memiliki kemampuan mengkonjugasi toksin dan meningkatkan fungsi
fisiologis saluran cerna. Pada saluran cerna bagian atas pektin membentuk partikel
ultramikroskopik (misel) yang mengabsorpsi toksi.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 63


BAB VII
GLIKOSIDA DAN TANIN

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 100 menit, mahasiswa
dapat menjelaskan tentang kandungan kimia glikosida dan tanin secara tepat dan benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, sumber,
kegunaan, penggolongan dan biosintesis glikosida
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, sumber,
kegunaan, penggolongan dan biosintesis tanin

Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula sebagai produk
hidrolisis. Yang paling sering muncul adalah β-D-glukosa walupun rhamnosa, digitoxa,
cymarosa dan gula lain juga merupakan komponen glikosida. Jika gula yang dihasilkan
adalah glukosa maka disebut glukosida, tetapi karena gula lain mungkin muncul selama
hidrolisis maka ditambahkan kata glikosida.
Secara kimia, glikosida adalah asetal dengan gugus hidroksil gula terkondensasi
dengan gugus hidroksil dari komponen non gula dan hidroksil sekunder terkondensasi di
dalam molekul gula itu sendiri membentuk cincin oksida. Secara sederhana, glikosida adalah
eter gula. Komponen non gula disebut aglikon dan komponen gula disebut glikon.
Secara biologi, glikosida berperan penting dalam tanaman yaitu terlibat dalam fungsi
regulator, protektif dan sanitasi. Yang memiliki efek terapeutik adalah:
1. Digitalis, Strophantus, Squill, Concallaria, dan Apocynum memiliki efek tonik
jantung.
2. Senna, Aloe, Rhubarb, Cascara sagrada dan Frangula mengandung emodin yang
berguna sebagai laksatif.
3. Wintergreen atau gandapura mengandung gaultherin yang menghasilkan metil salisilat
yang berguna sebagai analgesic topical.
Glikosida sulit diklasifikasikan. Jika diklasifikasikan berdasar gula, ada beberapa gula
yang jarang. Sedangkan jika berdasarkan aglikon, terlalu banyak jenis konstituen dalam
tanaman seperti tannin, sterol, karotenoid, antosianin dan termasuk senyawa yang belum
diketahui. Klasifikasi secara kegunaan terapeutik memudahkan secara farmasetik tetapi sulit
digunakan diluar bidang farmasetik.
BIOSINTESIS

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 64


Biosintesis glikosida terdiri dari 2 bagaian. Reaksi secara umum adalah
penggabungan residu gula dengan aglikon. Diduga reaksi transfer ini sama pada semua
system biologi. Hal ini kontras dengan jalur biosisntesis yang bervariasi pada pembentukan
aglikon yang cenderung harus dipertimbangkan satu per satu.
Jalur biosintesis secara prinsip pembentukannya melibatkan transfer gugus uridylyl
dari uridintrifosfat menjadi gula-1-fosfat. Enzim yang mengkatalisis reaksi adalah uridylyl
transferase dan telah dapat diisolasi dari hewan, tanaman dan mikroba. Fosfat dari pentosa,
hekssa dan derivate gula lainnya mungkin terlibat. Reaksi lainnya dimediasi oleh glikosil
transferase, melibatkan transfer gula dari uridin difosfat menjadi akseptor (aglikon) lalu
membentuk glikosida.
Reaksi : UTP + gula-1-P ↔ UDP-gula + PPi …………………………………(1)
UDP-gula +akseptor ↔ akseptor-gula (glikosida) + UDP………..…(2)
Setelah sekali glikosida terbentuk, enzim lain mungkin mentransfer gula lain ke
monosakarida membentuk disakarida.

GLIKOSIDA ANTRAKUINON
Sejumlah glikosida dengan aglikon yang berhubungan dengan antrasena ditemukan
dalam tanaman obat seperti Cascara sagrada, Frangula, Aloe, Rhubarb, Senna dan
Chrysarobin. Obat ini berfungsi sebagai katartik kecuali Chrysarobin karena terlalu iritan.
Glikosida ini jika dihidrolisis menghasilkan aglikon di-, tri-, atau tetrahidroksi
antrakuinon atau modifikasinya. Contohnya jika frangulin dihidrolisis maka akan dihasilkan
emodin (1,6,8-trihidroksi-3-metil antrakuinon) dan rhamnosa. Antrakuinon bebas hanya
memiliki sedikit aktivitas terapeutik. Residu gula memfasilitasi absorpsi dan translokasi
aglikon pada situs kerjanya. Glikosida antrakuinon adalah katartik stimulant dan bekerja
dengan cara meningkatkan tonus otot halus dari usus besar.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 65


Biosintesis glikosida antrakuinon
Biosintesis antrakuinon ditemukan dari studi mikroorganisma seperti Penicillium islandicum,
spesies yang memproduksi derivate antrakuinon melalui pembentukan unit asetat melalui
kondensasi dari kepala ke ekor. Yang pertama dibentuk adalah intermediet asam poli-β-
ketometilen yang kemudian memberi variasi senyawa aromatic teroksigenasi mengikuti
kondensasi intramolekular. Intermediet antranol dan antron akan membentuk
antrakuinon.Emodin, senyawa seperti antrakuinon, dibentuk pada tanaman tinggi dengan
jalur yang sama. Reaksi transglikosilasi membentuk glikosida muncul pada tahap akhir
setelah inti antrakuinon terbentuk.
Cascara sagrada
Cascara sagrada atau Rhamnus purshiana adalah batang kering dari tanaman
Rhamnus purshiana. Glikosida emodin ada pada batang segar selama 1 tahun penyimpanan.
Glikosida ini dikonversi menjadi glikosida monomerik teroksidasi menghasilakan efek
katartik yang lemah.
Cascara sagrada kering untuk kualitas obat mengandung tidak kurang dari 7%
hidroantrasen, total dihitung sebagai cascarosida.
Kegunaan cascara sagrada adalah sebagai katartik. Bukan sekedar sebagai laksatif
tetapi mengembalikan tonus usus menjadi normal.
Aloe
Aloe adalah lateks kering dari daun tanaman Aloe barbadensis. Aloe mengandung
beberapa glikosida antrakuinon. Yang utama adalah barbaloin atau aloe-emodin antron C-10
glukosida.
Kegunaan aloe antara lain:
- sebagai campuran dalam tingtur benzoin
- sebagai katartik dengan situs kerja pada usus besar
- dalam bentuk gel digunakan pada pengobatan luka baker, abrasi dan iritasi kulit. Gel
ini direkomendasikan untuk pengobatan luka baker tingkat 3 akibat sinar X dan saat
ini dimanfaatkan sifatnya sebagai pelembab dan emolien.
Rhubarb
Rhubarb, rheum atau kelembak adalah rhizome atau akar kering dari jaringan periderm
tanaman Rheum officinale, R. palmatum, atau hibrida Rheum yang ditumbuhkan di Cina.
Konstituen utama rhubarb medicinal adalah antron rhein. Digunakan sebagai katartik dengan
efek yang drastis pada peningkatan tonus otot usus.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 66


Senna
Senna merupakan daun kering dari tanaman Cassia acutifolia. Konstituen utama
senna adalah glikosida dimerik dimana aglikon disusun oleh aloe-emodin dan atau rhein.
Konsentrasi terbanyak adalah sennosida A dan B, pasangan isomer optic dengan aglikon
rhein diantron (sennidin A dan B). Sennosida C dan D adalah konstituen minor yang memiliki
aglikon dimerik terdiri dari 1 molekul rhein dan 1 molekulaloe-emodin. Terdapat pula
glikosida monomer dan antrakuinon bebas dalam jumlah kecil. Senna digunakan sebagai
katartik.
Chrysarobin
Chrysarobin adalah serbuk goa netral dari tanaman Andira araroba. Konstituen utama
adalah 30-40% chrysophenolanthronol, 30% emodinantron-monometil eter dan 30% dehidro-
emodinantron-monometil eter.
Kegunaan chrysarobn adalah sebagai keratolitik pada pengobatan penyakit psoriasis,
trikofitosis, dan eksim kronis. Sangat iritan sehingga tidak boleh digunakan pada wajah.
Dantron
Dantron atau chrysazin adalah 1,8-dihidroksi antrakuinon berbentuk serbuk kristalin
berwarna oranye yang praktis tidak larut air tetapi larut dalam alcohol, eter, benzene atau
pelarut lain. Dantron sulit diisolasi dalam bentuk murni sehingga dantron disintesis dari 1,8-
antrakuinon kalium disulfonat.
Kegunaan dantron selain sebagai katartik adalah sebagai intermediet dalam
pembuatan antralin, alizarin dan indatren.

GLIKOSIDA SAPONIN
Glikosida saponin banyak terdistribusi pada tumbuhan tinggi. Saponin membentuk
larutan koloidal di dalam air dan berbusa jika dikocok. Saponin memiliki rasa pahit, iritan
pada membrane mucus, merusak sel darah merah (hemolisis) dan beracun terutama untuk
hewan berdarah dingin sehingga banyak saponin dimanfaatkan sebagai racun. Saponin yang
palin beracun disebut sapotoksin.
Saponin jika dihidrolisis menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Sapogenin
membentuk senyawa yang dapat dikristalkan saat asetilasi.
Tanaman yang mengandung saponin contohnya adalah Glycyrrhiza dan Sarsaparilla.
Sementara Chrysogalum pomeridianum merupakan sumber saponin yang digunakan secara
luas di industri.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 67


Penelitian tentang tanaman yang mengandung saponin bertujuan untuk memperoleh
precursor kortison. Kortison merupakan anti inflamasi golongan steroid yang banyak
digunakan. Kortison mula-mula diisolasi dari korteks adrenal kemudian disintesis dari asam
empedu ternak. Karena sumber tersebut terbatas, maka akademisi, industri dan pemerintah
meneliti berbagai tanaman yang mengandung saponin steroidal yang dapat dimanfaatkan
sebagai precursor pembuatan kortison. Determinasi yang menentukan apakah suatu senyawa
steroid dapat digunakan sebagai precursor adalah berdasarkan kepemilikan gugus hidroksil
pada posisi 3 dan 11 pada molekul atau memiliki kemampuan untuk melakukan konversi
menjadi menjadi bentuk tersebut.
Steroid dari tanaman yang dapat menjadi sumber precursor pembuatan kortison
diantaranya adalah:
- diosgenin dan botogenin dari genus Dioscorea
- hecogenin, manogenin, gitogenin dari genus Agave
- sarsasapogenin dan smilagenin dar genus Smilax
- sarmentogenin dari genus Strophantus
- sitosterol dari minyak mentah sayur-sayuran
Tanaman monokotil yang mengandung sapogenin diantaranya dari famili Lilliaceae,
Amaryllidaceae, dan Diocoreaceae. Sedangkan tanaman dikotil yang mengandung sapogenin
antara lain Strophantus dari famili Apocynaceae.

Biosintesis glikosida saponin


Glikosida saponin dikelompokkan menjadi 2 bagian berdasarkan struktur kimia
aglikonnnya. Saponin netral merupakan derivate steroid dengan rantai sampaing spiroketal
sementara saponin asam memiliki aglikon triterpenoid. Sedikit yang diketahui tentang
biosintesis triterpenid hanya diketahui bahwa asetat dan mevalonat bergabung membentuk
senyawa triterpenoid. Dengan demikian jalur pembentukan kedua tipe sapogenin adalah
serupa dan merupakan reaksi kopling unit asetat dari kepala ke ekor. Percabangan muncul
kemungkinan setelah pembentukan hidrokarbon triterpenoid (squalene) membentuk steroid
dalam satu arah dan triterpenoid siklik.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 68


Glycyrrhiza
Glycyrrhiza adalah rhizome kering dari akar Glycyrrhiza glabra atau dikenal sebagai
licorice Spanyol. Glycyrrhiza mengandung glikosida seperti saponin yang disebut
glycyrrhizin (asam glycyrrhizik) yang 50x lebih manis daripada gula. Jika glikosida ini
dihidrolisis rasa manisnya hilang dan terjadi konversi menjadi asam glycyrrhetik dan 2
molekul asam glukoronat. Asam glycyrrhetik adalah derivate triterpen pentasiklik tipe β
amyrin. Konstituen lainnya adalah glikosida flavonoid (liquiritin, isoliquiritin, liquiritosida,
rhamnoliquiritin dan rhamnoisoliquiritin), derivate kumarin (herniarin dan umbelliferon),
asparagin, 22,23-dihidrostigmasterol, glukosa, manitol dan 20% pati.
Glycyrrhiza diduga memiliki efek demulcent dan ekspektoran. Biasanya digunakan
sebagai bahan tambahan pencita rasa, menutup rasa obat yang pahit seperti aloe, ammonium
klorida, atau kuinin. Sifat surfaktan saponin dapat memfasilitasi absorpsi obat yang sedikit
seperti glikosida antrakuinon.
Secara komersial, licorice ditambahkan pada permen karet, rokok, coklat dan
tembakau kunyah. Jika licorice ditambahkan pada bir akan menambah jumlah busa
sedangkan penambahan licorice pada rootbeer, stout dan porter bertujuan untuk menutupi
rasa pahit.
Studi farmakologi menunjukkan asam glycyrrhetik dapat dimanfaatkan pada sediaan
dermatologi sebagai anti inflamasi dan ekstrak akar licorice dimanfaatkan untuk pengobatan
tukak lambung dan penyakit Addison (insufisiensi adrenokortikoid kronik). Glycyrrhizin
meningkatkan retensi cairan dan natrium sehingga sebaiknya dihindari oleh penderita
gangguan jantung dan hipertensi.

Dioscorea
Yam adalah nama popular untuk beberapa spesies Dioscorea dan kadang salah
aplikasi disebut sebagai kentang. Botogenin dan diosgenin merupakan bahan yang digunakan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 69


sebagai precursor steroid dihasilakan dari akar tanaman Dioscorea spiculiflora. Inti steroid
dari botogenin terbentuk dengan cara transferatom O dari posisi 12 ke 11 dari molekul
polisiklik sebelum dapat digunakan sebagai intermediet dalam produksi kortison. Diosgenin
dihasilkan dari hidrolisis dioscin, saat ini merupakan precursor utama glukokortikosteroid
yang dibuat dengan proses melibatkan mikroba.

GLIKOSIDA SIANOFOR
Beberapa glikosida menghasilkan asam hidrosianat sebagai produk hidrolisis yang
umumnya ditemukan dalam tanaman rosaceae. Biasanya disebut sebagai glikosida
sianogenik. Jenis yang banyak terdistribusi adalah amygdalin (catatan: produk hidrolisis
lainnnya adalah benzaldehid, sehingga glikosida yang mengandung amygdalin dapat
diklasifikasikan sebagai glikosida aldehid).
Glikosida sianofor yang umum adalah derivate mandelonitril (benzaldehid-
sianohidrin). Grup ini diwakili oleh amygdalin yang banyak ditemukan pada almond pahit,
apricot, cherry, plum, peach dan biji-bijian dari famili rosaceae lainnya. Selain itu grup ini
juga diwakili oleh prunasin yang terdapat pada tanaman Prunus serotina. Baik amygdalin dan
prunasin menghasilkan D-mandelonitril sedangkan sambunigrin dari Sambucus nigra
melepaskan L-mandelonitril.

Sediaan yang mengandung glikosida sianogenik digunakan secara luas sebagai bahan
tambahan pencita rasa. Beberapa sediaan antikanker mengandung amygdalin atau dikenal
sebagai laetril (vitamin B-17) diklaim memiliki kemungkinan mengontrol anemia (sel darah

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 70


bulan sabit). FDA belum menemukan efikasi laetril untuk pengobatan kanker walaupun
beberapa negara melegalkan penjualannya.

Cherry liar
Cherry liar adalah stem batang yang dikeringkan secara hati-hati dari tanaman Prunus
serotina. Batang cherry liar mengandung glikosida sianogenik yaitu prunasin (D-
mandelonitril glukosida), suatu senyawa yang diperoleh dari hidrolisis parsial amygdalin.
Konstituen lainnya adalah enzim hidrolisis, prunase, asam p-kumarat, asam trimetil galat, pati
dan minyak atsiri. Selain itu terdapat pula resin yang jika dihidrolisis menghasilkan
scopoletin. Jika terjadi paparan maka kloroplastid dalam sel batang meningkat maka
persentase glukosida mandelonitril akan meningkat juga.Cherry liar dalam bentuk sirup
digunakan sebagai pencita rasa terutama dalam sediaan obat batuk sebagai ekspektoran
sedative.

GLIKOSIDA ISOTHIOSIANAT
Beberapa biji-bijian dari tanaman Cruciferae mengandung glikosida dengan aglikon
isothiosianat. Aglikon ini dapat berupa rantai alifatik atau aromatic. Glikosida isothiosianat
yang penting diantaranya adalah:
- Sinigrin dari tanaman mustard hitam
- Sinalbin dari tanaman mustard putih
- Gluconapin dari biji “rape”

Mustard
Mustard hitam atau sinapis nigra atau mustard coklat adalah biji matang yang
dikeringkan dari tanaman varietas Brassica nigra. Konstituen mustard adalah 30-35%
minyak, glikosida sinigrin (kalium myoronat) dan enzim myorosin. Jika ada penambahan air
pada biji yang dihaluskan maka sinigrin akan dihidrolisis oleh myorosin menjadi allyl
isothiosianat (minyak mustard) yang volatile, kalium hydrogen sulfat dan glukosa.
Mustard hitam bersifat iritan local dan emetic. Penggunaan secara eksternal sebagai
rubafasien dan vesikan.
Mustard putih atau sinapis alba adalah biji matang yang dikeringkan dari tanaman
varietas Brassica alba. Konstituen myrosin, glukosida, dan sinalbin yang jika dihidrolisis
menghasilkan acrinil isothiosianat.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 71


GLIKOSIDA FLAVONOL
Glikosida flavonol adalah glikosida dengan aglikon dari golongan flavonoid.
Flavonoid yang banyak dikenal antara lain rutin, quercitrin dan bioflavonoid citrus (termasuk
hesperidin, hesperitin, diosmin dan naringen).
Rutin dan hesperidin disebut vitamin P atau factor permeabilitas. Rutin dan hesperidin
digunakan untuk pengobatan pada perdarahan kapiler dan meningkatnya kemungkinan
pembuluh darah kapiler pecah.
Bioflavonoid citrus (termasuk hesperidin, hesperitin, diosmin dan naringen)
digunakan untuk terapi ‘common cold’ atau flu.

GLIKOSIDA ALKOHOL
Salicin adalah glikosida dari tanaman Salix sp. dan Populus sp.. Kebanyakan batang
pohon willow dan poplap mengandung salicin. Sumber utama salicin adalah Salix purpurea
dan Salix fragilis. Glikosida populin yang merupakan benzoil salicin dapat diasosiasikan
dengan salicin yang berasal dari tanaman famili Salicaceae.
Salicin jika dihidrolisis oleh emulsin menghasilkan D-glukosa dan saligenin (salisin
alkohol). Salicin memili efek farmakologi sebagai anti rematik. Mekanisme kerja salicin
mirip dengan asam salisilat dan diduga salicin dioksidasi menjadi asam salisilat di dalam
tubuh manusia.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 72


GLIKOSIDA ALDEHID
Vanilla adalah glikosida yang memilki aglikon aldehid sebagai konstituen utama.
Aglikon dari vanilla disebut vanillin atau metilprotokatekuik aldehid.
Vanilla adalah buah yang belum matang tetapi sudah tumbuh penuh dari tanaman
Vanilla planifolia. Vanilla hijau mengandung 2 glikosida yaitu glukovanillin (avenein) dan
glukovanillik alkohol. Glukovanillin jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan vanillin.
Glukovanillik alkohol jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan vanillik alkohol yang
kemudian jika dioksidasi akan menjadi vanillin.
Kegunaan vanillin adalah sebagai bahan pencita rasa, penutup rasa dan sebagai
penampak bercak pada beberapa hasil kromatografi.

GLIKOSIDA LAKTON
Meskipun koumarin banyak terdistribusi pada tanaman, tetapi glikosida yang
mengandung koumari sangat jarang. Beberapa glikosida derivat koumarin terhidroksilasi
terdapat pada beberapa tumbuhan berikut:
- skimmin dari tanaman star anis jepang
- aesculin dari pohon ‘horse chesnut’
- daphnin dari tanaman merezeum
- fraxin dari tanaman ‘ash bark’
- scopolin dari belladonna
- limetin dari jeruk
Dari semua hidroksikoumarin yang disebutkan diatas, tidak ada yang memiliki potensi
sebagai obat.
Derivat koumarin yang memiliki efek farmakologis contohnya scopoletin (6-metoksi-
7-hidrosi koumarin) dari tanaman Viburnum prunifolium atau V. opulus sebagai
antispasmodik. Yang juga memiliki efek farmakologi adalah koumarin yang mengandung
lakton seperti cantharidin dan methoksalen yang digunakan untuk tujuan dermatologi.
Santonin yang dihasilkan dari tanaman Artemisia cina memilki efek anthelmintik, tetapi
penggunaannya di amerika sudah dilarang karena potensi toksisitasnya yang tinggi.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 73


Koumarin
Koumarin adalah lakton dari asam o-hidroksinamat yang berbentuk kristal prismatis,
tidak berwarna, bau khas, pahit, aromatik dan rasa membakar. Koumarin larut alkohol dan
saat ini sudah dapat disintesis.
Tanaman penghasil koumarin antara lain Anthoxanthum odoratum, Melilotus albus,
Melilotus officinalis, Galium trifolium, dan Trifolium pratense.
FDA telah melarang penggunaan koumarin sebagai bahan pencita rasa karena adanya
interaksi antara kumarin dengan beberapa obat.
Derivat koumarin yaitu bishidroksikoumarin atau dikumarol digunakan sebagai
antikoagulan. Dikumarol dapat dibuat analognya dengan cara sintesis yaitu garam warfari
yang saat ini banyak digunakan sebagai antikoagulan.

Cantharides
Cantharides adalah serangga kering dari spesies Cantharis vesicatoria atau yang lebih
dikenal sebagai lalat spanyol/rusia atau blister. Cantharides dibuat dengan cara merendam
serangga dalam cuka encer atau serangga diberi uap panas dari larutan cuka, amonia, silfur
dioksida atau kloroform, lalu dikeringkan dengan suhu dibawah 40 oC. Kemudian hasilnya
disimpan dalam tempat tertutup rapat dan diberi beberapa tetes kloroform.
Cantharides bersifat iritan dan dimanfaatkan sebagai vesikan dan rubafasien. Jika
digunakan secara internal, cantharides yang diekskresikan melalui ginjal akan mengiritasi
saluran urin menyebabkan terjadinya priapisma. Efek ini dianggap sebagai afrodisiak tetapi
pemakaian secara internal ini berbahaya. Cantharides digunakan secara opikal untuk
menghilangka ‘warts’

Psoralen
Psoralen adalah furokumarin fotosensitisasi yang terdapat pada famili tanaman
Umbelliferae yang biasanya menyebabkan fototoksik. Methoksalen, 8-metoksi psoralen atau
xanthotoksin berasal dari tanaman Ammi majus. Methoksalen dapat memfasilitasi
repigmentasi pada vitiligo idiopatik dan penanggulangan psoriasis. Methoksalen dapat
diberikan secara oral atau topikal. Selama terapi menggunakan methoksalen pasien harus
menghindari paparan sinar matahari. Efek samping dari penggunaan methoksalen adalah
karsinogenesis, katarak dan degenerasi kulit sehingga penggunaanya harus dibawah
pengawasan spesialis.
GLIKOSIDA FENOL

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 74


Glikosida fenol adalah glikosida yang memiliki aglikon fenolik. Contoh dari glikosida
fenol adalah arbutin dari tanaman uva ursi, chimaphila atau Ericaceae lainnya. Uva ursi
adalah daun kering dari tanaman Arctostaphylos urva-ursi. Arbutin jika dihidrolisis akan
menghasilkan hidrokuinon dan glukosa. Arbutin digunakan sebagai diuretik dan astringen.
TANIN
Tanin, secara kimia, merupakan senya kompleks campuran polifenol yang sulit
dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin terdistribusi pada daun, buah, batang dan
stem.
Tanin dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Tanin terhidrolisis, yaitu tanin yang bentuk esternya dapat terhidrolisis menjadi asam
fenolat dan gula.
2. Tanin terkondensasi, yaitu tanin yang hanya terdiri dari inti fenolik tetapi kadang
terikat pada karbohidart atau protein. Kebanyakan tanin merupakan hasil kondensasi 2
atau lebih flavan-3-ol seperti katekin atau falvan-3,4-diol seperti leukosianidin.
Tanin memiliki sifat khas yaitu mengendapkan protein dari larutan dan dapat
berkombinasi dengan protein menyebabkan tahan terhadap enzim protelitik. Jika
diaplikasikan pada jaringan hidup menimbulkan efek astringen yang merupakan prinsip dasar
terapi tanin.Tanaman mengandung tanin seperti hamamelis dan nutgall, asam tanan dan
derivatnya dimanfaatkan sebagai astringen saluran cerna dan abrasi kulit. Pada pengobatan
luka bakar, protein dari jaringan yang terpapar diendapkan dan membentuk antiseptik ringan
sehingga membentuk lapisan pelidung dari jaringan baru yang beregenerasi.
Efek samping dari penggunaan tanaman berkadar tanin tinggi seperti Areca catechu
atau Rhus copallina adalah karsinogenik sehingga menyebabkan kanker mulut atau esofagus.
Efek mengendapkan protein ini juga dimanfaatkan dalam penyamakan kulit hewan
menyebabkan kulit menjadi liat dan kuat. Efek antiseptiknya yang ringan menyebabkan kulit
yang telah disamak menjadi awet.
Di laboratorium tanin digunakan sebagai pereaksi pendeteksi gelatin, protein, dan
alkaloid. Tanin juga berguna sebagai antidot keracunan alkaloid dengan cara berikatan
dengan alkaloid membentuk tanat yang tidak larut air.
Tanaman mengandung tanin seperti Hamamelis virgiana mengandung hamamelitanin
dan derivat asam galat, gula hexosa, minyak atsiri, asam galat dan asam oksalat. Efek
hemostatiknya dimanfaatkan untuk pengobatan hemoroid sedangkan efek astringennnya
dimanfaatkan untuk pengobatan digigit serangga.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 75


BAB VIII
ALKALOID

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 100 menit, mahasiswa
dapat menjelaskan tentang kandungan kimia alkaloid secara tepat dan benar (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, sumber,
kegunaan, penggolongan dan biosintesis alkaloid beserta struktur kimia , tanaman
penghasil dan komposisi kimianya.

Kata alkaloid dikenalkan pertama kali oleh W. Meisner pada awal abad 19 untuk
senyawa bahan alam yang beraksi seperti basa. Tidak ada definisi yang sederhana dan tepat
untuk alkaloid, kadang sulit untuk membedakan antara alkaloid dan metabolit yang
mengandung nitrogen. Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Alkaloid sejati
Alkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik,
struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada
tumbuhan. Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam
amino sebagai bahan dasar biosintesis.
2. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam
amino. Contoh: isoprenoid, alkaloid terpenoid (coniin) dan alkaloid steroidal
(paravallarine)
3. Protoalkaloid
Protoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrpgen tidak berada pada
cincin heterosiklik. Contoh: mescaline, betanin dan serotonin

Selain pada tumbuhan alkaloid juga ditemukan pada bakteri seperti pyosianin yang
dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa sementara pada fungi terdapat alkaloid psilosin dari
jamur halusinogen dan ergomin dari Claviceps sp.

Alkaloid jarang ditemukan pada gymnospermae atau pteridophyta. Alkaloid banyak


ditemukan pada angiospermae (10-15%). Pada tanaman monokotil, alkaloid dapat ditemukan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 76


pada famili Amaryllidaceae dan Liliaceae. Pada tanaman dikotil, alkaloid dapat ditemukan
pada famili Annonaceae, Apocynaceae, Fumariaceae, Lauraceae, Loganiceae, Magnoliaceae,
Menispermaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Rutaceae, dan Solanaceae.
Alkaloid juga ditemukan pada beberapa binatang, dalam beberapa kasus karena
hewan tersebut mengkonsumsi tanaman yang mengadung alkaloid misalnya castoramin dari
lili air ditemukan dalam berang-berang. Alkaloid sebagai produk metabolisme pada hewan
ditemukan pada hewan seperti seperti salamander atau amfibi seperti bufo, phyllobates dan
dendrobates. Alkaloid sebagai sekret dari kelenjar eksokrin banyak ditemukan pada
arthropoda seperti Hymenoptera, Neuroptera, Miriapoda dan Coleoptera.
Pada tanaman, alkaloid ditemukan dalam bentuk garam larut air seperti sitrat, malat,
tartrat, mekonat, isobutirat, benzoat atau kadang kombinasi dengan tanin. Secara mikrokimia
ditemukan bahwa alkaloid banyak ditemukan pada jaringan perifer dari batang atau akar.
Alkaloid disintesis pada tempat yang spesifik seperti akar yang sedang tumbuh, kloroplas dan
sel laktiferus. Secara umum biosisntesis alkaloid digambarkan sebagai berikut:

Fungsi alkaloid dalam tanaman saat ini belum diketahui dengan jelas. Ada beberapa
dugaan fungsi alkaloid yaitu sebagai metabolit sekunder yang berguna melindungi tanaman
dari predator, sebagai metabolit akhir yaitu limbah yang tidak berfungsi, sebagai substansi
simpanan atau sebagai regulator pertumbuhan.
Alkaloid banyak dimanfaatkan oleh manusia karena memiliki efek farmakologi
diantaranya:
- depresan saraf pusat: morfin dan skopolamin
- stimulan saraf pusat: strihnin dan kafein
- simpatomimetik: efedrin
- simpatolitik: yohimbin, alkaloid ergot
- parasimpatomimetik: eserin dan pilokarpin
- antikolinergik: atropin dan hiosiamin
- ganglioplegik: spartein dan nikotin

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 77


- anestesi lokal: kokain
- mengobati fibrilasi: quinidin
- antitumor: vinblastin dan eliptisin
- antibakteri: berberin
- amoebasida: emetin
Dalam bab ini digunakan penggolongan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau inti
yang dimiliki yaitu piridin-piperidin, tropan, quinolin, isoquinolin, indol, imidazol, steroid,
alkaloid amin dan purin

ALKALOID TROPAN
Alkaloid tropan memiliki struktur inti bisiklik mengandung nitrogen yaitu azabisiklo
[3,2,1] oktan atau 8-metil-8-azabisiklo [3,2,1] oktan. Alkaloid tropan ditemukan pada
angiospermae yaitu famili Solanaceae (Atropa, Brugmansia, Datura, Scopolia, Physalis),
Erythroxylaceae (Erythtroxylem), Proteaceae (Bellendena dan Darlingia) dan
Convolvulaceae (Convovulus dan Calystegia). Alkaloid tropan secara sporadis ditemukan
pada tanaman Bruguiera, Phyllanthus dan Cochlearia.
Secara struktur kimia, alkaloid tropan adalah ester dari alkohol tropan (tropanol) dan
asam dari berbagai struktur alifatik atau aromatik.
Biosintesis alkaloid tropan melibatkan fenilalanin sebagai prekursor pembentukan C 6
– C1 dan C6 – C3 asam aromatik. Untuk pembentukan C5 asam alifatik seperti asam tiglik atau
2-metil asam butanoat dibutuhkan isoleusin sebagai prekursor. Untik membentuk cincin
pirolidin yang merupakan inti tropan dibutuhkan ornitin sebagai prekursor.
Karakter alkaloid yang mengadung inti tropan adalah jika direaksikan dengan asam
nitrat kemudian residu dilarutkan dalam aseton maka akan muncul warna ungu gelap. Hal ini

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 78


disebabkan karena munculnya larutan etanol dalam KOH. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi
Vitalli Morin.
Alkaloid tropan umumnya terdapat dalam Solanaceae tetapi dari famili ini sedikit
yang memiliki efek terapeutik. Diantaranya yang memiliki efek terapeutik dan dimanfaatkan
oleh industri farmasi adalah varian dari Brugmansia, Datura, Hyoscyasmus dan Duboisia
untuk memproduksi skopolamin dan atropin. Atropa belladona mengandung 0,3-0,6%
alkaloid dengan komposisi 90% hiosiamin, 2% skopolamin (hiosin) dan 7% atropin
(apoatropin atau aposkopolamin). Datura stramonium mengandung 0,2-0,5% alkaloid dengan
komposisi 66,67% hiosiamin dan 33,33% skopolamin. Hyoscyamus niger mengadung 0,04-
0,15% alkaloid dengan komposisi hiosiamin 75% dan skopolamin 25%. Pada famili
Erythroxylaceae ditemukan alkaloid tropan yang banyak dimanfaatkan yaitu kokain yang
dihasilkan oleh tanaman Erythroxylem coca.

Atropin
Atropin, hiosiamin dan hiosin memiliki aktivitas yang sama yaitu sebagai
parasimpatolitik. Mekanisme kerja atropin adalah dengan cara inhibisi reseptor muskarinik
pada organ perifer. Atropin menginhibisi asetilkolin berikan dengan reseptornya secara
reversibel dan menimbulkan efek simpatomimetik.
Indikasi terapeutik atropin injeksi adalah untuk pencegahan dan pengobatan blokade
atrioventrikular dan sinus bradikardia, spasmus pada kolik ureter dan anuria, dan parkinson
yang disebabkan oleh neuroleptik serta sebagai ajuvan terapi levodopa. Atropin dapat
berperan sebagai antidot terhadap keracunan antikolinesterase (pestisida organofosforus dan
karbamat), obat yang bersifat parasimpatomimetik atau mediasi kolinergik. Dalam pre-
anestesi, atropin berguna untuk mencegah gejala yang disebabkan stimulasi vagal. Pada tetes
mata, atropin digunakan untuk mengobati inflamasi dan menginduksi sikloplegia pada
pemeriksaan refraksi mata.
Kokain
Kokain adalah alkaloid tropan yang ditemukan pada famili Erityhtroxylaceae spesies
Erythroxylem coca dan E. novogranatense. Tanaman coca merupakan tumbuhan semak,
cabang-cabangnya berwarna kemerahan, daun oval, bunga pentamer berwarna putih
kekuningan.
Kokain secara tradisional dimanfaatkan untuk menahan lapar dan lelah. Tanaman
kokain telah dikultivasi, dioptimasi dan diproduksi sejak 5000 tahun lalu di pegunungan
Andes. E. coca varietas coca merupakan tanaman liar di Peru, Bolivia dan Andes sedangkan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 79


E. novogranatense. (Morris) Hieron var. novogranatense ditemukan tumbuh di Columbia dan
Venezuela. Pada tanah kering Peru utara dan Ekuador ditemukan tanaman coca jenis E.
novogranatense. (Morris) Hieron var. truxillense (Rusby) Plowman.
Komposisi kimia dalam tanaman coca adalah minyak essensial, metil salisilat,
flavonoid, tanin dan alkaloid. Alkaloid dalam tanaman coca dapat mencapai 0,5-1,5%
bergantung spesies dan geografis. 30-50% alkaloid yang diperoleh berupa ester volatil
sebagai basa bebas yaitu kokain dan sisanya merupakan derivat kokain seperti ecgonin
(sinamil kokain), truxilline dan pirolidin (higrin dan kuskohigrin).
Kokain merupakan anestesi lokal. Sebagai anestesi kontak, kokain memblok kanal ion
dalam membran neuronal dan menginterupsi propagasi dari potensial aksi yang berhubungan
dengan pesan sensori. Kokain juga merupakan parasimpatomimetik, bekerja dengan cara
memblok pengambilan kembali dopamin dan noradrenalin pada presinaps neuron dengan
cara berikatan dengan transporter. Stimulasi adrenergik ini menyebabkan hiperthermia,
midriasis dan vasokonstriksi. Vasokonstriksi ini menyebabkan resistensi meningkat dan
meningkatkan tekanan darah serta denyut jantung. Kokain mempengaruhi sistem saraf pusat
sehingga pemakai merasakan euforia, hiperaktif dan halusinasi.

ALKALOID PIRIDIN-PIPERIDIN
Pada proses reduksi, basa tersier piridin dikonversi menjadi basa sekunder piperidin.
Alkaloid dengan struktur inti dari kelompok ini terbagi menjadi 3 sub kelompok yaitu:
1. Derivat piperidin, contohnya lobelin dari lobelia
2. Derivat asam nikotinat, contohnya arekolin dari areca
3. Derivat piridin dan piperidin, contohnya nikotin dari tembakau

Biosintesis alkaloid piridin piperidin


Biosintesis alkaloid piridin piperidin dipelajari melalui biosintesis nikotin pada
tanaman tembakau. Studi menunjukkan bahwa ornitin bergabung membentuk nikotin dalam
tanaman tembakau. Penggabungan ini menghasilkan struktur simetris dari nikotin. Putrescin,
N-metilputrescin dan N-metil aminobutanal kemudian bergabung membentuk intermediet ion
N-metilpirolinum yang kemudian melalui reaksi subtitusi aromatik elektrofilik menempel
pada atom C-3 dari cincin piridin dari asam nikotinat. Asam nikotinat dihasilkan pada
tanaman tinggi dan beberapa mikroorganisme melalui asam kuinolinat dalam kondensasi
gliseraldehid -3-fosfat dan asam aspartat.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 80


Nikotin
Nikotin merupakan produk dari metabolisme akar tetapi hanya dihasilkan sedikit.
Sementara itu reaksi dimetilation nikotin muncul pada bagian daun. Nikotin dimanfaat.kan
dalam permen karet pengganti rokok.

Areca
Areca adalah biji matang dan kering dari tanaman Areca catechu (pinang). Areca
biasa dikunyah bersama daun sirih dan gambir. Areca bermanfaat sebagai taeniasida dan
anthelmintik veteriner.
Areca mengandung derivat piridin tereduksi diantaranya arecolin (arecaidine metil
ester), arecaidine (N-metil guvacine), guvacine (asam tetrahidronikotinat) dan guvacoline
(guvacine metil ester). Total kandungan alkaloid dapat mencapai 0,45%. Arecolin adalah
alkaloid yang diperoleh dalam jumlah paling banyak dan paling aktif secara fisiologis.
Arecolin berbentuk cair dan jumlahnya dapat mencapai 0,2%. Areca juga mengandung tanin,
lipid, minyak atsiri dan gum.

Lobelia
Lobelia adalah pucuk daun dan daun kering Lobelia inflata. Tanaman ini merupakan
herba musiman di Amerika tengah dan timur sampai Kanada. Lobelia dimanfaatkan oleh
orang indian sebagai pengganti tembakau. Lobelia memiliki sifat emetik dan mulai
dimanfaatkan sebagai obat pada tahun 1807. Obat ini mengandung 14 alkaloid dengan
lobelin sebagai komponen terbanyak dan paling penting, minyak atsiri, resin, lipid, dan
gum.Lobelin berbentuk kristal sedikit larut air tetapi larut dalam alkohol panas.
Lobelin memiliki efek farmakologis yang mirip dengan nikotin tetapi aktivitas lobelin
lebih lemah dibandingkan nikotin.Lobelin, seperti nikotin, mempengaruhi sirkulasi perifer,
neuromuscular dan sistem saraf pusat. Lobelin dibuat dalam bentuk sediaan tablet atau
lozenges untuk menghentikan kecanduan merokok.Studi menunjukkan lobelin hanya
memiliki efek plasebo dalam menurunkan kecanduan rokok.

ALKALOID QUINOLIN
Alkaloid yang memiliki struktur inti quinolin dihasilkan dari tanaman cinchona
(kina). Alkaloid yang tergolong quinolin diantaranya quinin, quinidin, cinchonin, dan
cinchonidin. Alkaloid cinchona saat ini merupakan satu-satunya kelompok alkaloid quinolin
yang memiliki efek terapeutik. Cinchonin yang merupakan isomer dari cinchonidin

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 81


merupakan alkaloid ‘orang tua’ dari semua seri alkaloid quinin. Quinin dan isomernya,
quinidin, merupakan 6-metoksicinchonin.

Biosintesis alkaloid quinolin


Triptofan merupakan prekursor dari quinin dalam tanaman kina. Biosintesis triptofan
dalam tanaman tinggi saat ini belum diketahui tetapi berhasil dielusidasi dari mikroorganisme
dari mutasi auksotropik Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes yang membutuhkan
triptofan untuk pertumbuhannya. Dalam jalur sintesisnya, asam shikimat , melalui beberapa
seri fosforilasi sebagai intermediet menghasilkan asam korismik. Satu cabang menghasilkan
asam prefenat, fenilalanin dan tirosin. Cabang lainnya menghasilkan asam anthranilat yang
bereaksi dengan 5-fosforibosil-1-pirofosfat menghasilkan 1(o-karboksifenilamino)-1-
deoksiribulose-5-fosfat yang kemudian mengalami penutupan cincin menghasilkan indol-3-
gliserol fosfat. Langkah terakhir, rantai samping gliserol fosfat diganti dengan serin maka
terbentukalah triptofan.
Biosintesis quinin diduga melalui proses pemecahan cincin benzopirol dari triptofan
dan penyusunan kembali menjadi inti quinukleidin kemudian menjadi quinoilin. Data
mengenai proses detail biosintesis quinin masih terbatas tetapi diduga melibatkan stristisidin
dan corynantheal sebagai intermediet.

Alkaloid cinchona
Alkaloid cinchona dihasilkan oleh tanaman Cinchona succirubra, Cinchona
ledgeriana dan Cinchona calisaya. Bagian yang dikumpulkan untuk memperoleh alkaloid
adalah kulit batangnya.
Untuk memperoleh alkaloid lebih banyak maka dilakukan hibridisasi antara Cinchona
ledgeriana dan Cinchona calisaya sehingga cenderung tumbuh tinggi dengan cabang
bawah gugur dan mahkota pohon tumbuh rapat sehingga menutupi percabangan.
Percabangan yang terlindung ini bagus untuk menghasilkan quinin. Pohon usia 6-9 tahun
memiliki kandungan alkaloid maksimum pada kulit kayunya. Saat kulit kayunya dikeringkan
maka akan menghasilkan alkaloid 3 kali lebih banyak dari orang tuanya.
Alkaloid ini dibentuk pada sel parenkim pada lapisan tengah kulit kayu. Cinchona
mengandung 25 macam alkaloid yang mirip satu sama lain. Alkaloid cinchona yang penting
diantaranya quinin, quinidin, cinchonin dan cinchonidin yang dapat mencapai 6-7% dimana
50-67% adalah quinin dari kulit kayu kina kuning. Dalam kulit kayu kina merah quinidin

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 82


berada dalam jumlah lebih banyak, dapat mencapai 18% dari total alkaloid. Konstituen lain
adalah asam cinchotanat sebanyak 2-4% yang terdekomposisi menjadi zat tidak larut air.
Quinidin adalah stereoisomer dari quinin dan terdapat sebanyak 0,25-1,25% pada
kulit kayu. Quinidin dapat menurunkan eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kontraktilitas
miokardial sehingga quinidin dimanfaatkan dalam pengobatan aritmia seperti atrial prematur,
kontraksi ventrikular, takikardian ventrikular dan fibrilasi atrial. Quinidin terdapat dalam
bentuk garam quinidin sulfat, quinidin glukonat dan quinidin poligalakturonat. Quinidin
sulfat berbentuk kristals bentuk jarum berwarna hitam, tidak berbau, rasa pahit dan berubah
warna mejadi gelap apabila terpapar sinar matahari. Quinidin glukonat dimanfaatkan pada
tablet lepas lambat. Quinidin poligalakturonat memiliki kelebihan dapat diabsorpsi secara
terkendali dan merata pada mukosa usus serta tidak terlalu iritan pada mukosa usus
dibandingkan quinidin sulfat
Quinin adalah diastereoisomer quinidin. Quinin berbentuk kristalin putih, tidak
berbau, bulky, rasa pahit dan berubah warna mejadi gelap apabila terpapar sinar matahari.
Quinin dimanfaatkan sebagai antimalaria dan sampai saat ini masih merupakan antimalaria
paling potensial. Aksi antimalaria quinin diduga melalui penyisipan quinin pada DNA parasit
Plasmodium sehingga DNA tidak efektif sebagai templat. Bahan interkalasi seperti quinin
memiliki molekul polisklik planar yang rigid yang dapat masuk diantara pasangan basa dari
rantai ganda DNA.

ALKALOID ISOQUINOLIN
Obat-obat penting yang berasal dari alkaloid isoquinolin adalah ipekak, emetin,
hidrastin, sanguinaria, kurare, tubokurarin, berberin dan opium.

Biosintesis alkaloid isoquinolin


Meskipun alkaloid isoquinolin memiliki struktur yang kompleks tetapi biosintesisnya
sangat sederhana. Alkaloid isoquinolin merupakan hasil kondensasi derivat feniletilamin
dengan derivat fenilasetaldehid dimana kedua senyawa ini merupakan derivat dari fenilalanin
dan tirosin.

Ipekak
Ipekak merupakan rhizoma dan akar kering dari tanaman Cephalis ipecacuanha.
Ipekak mengandung 2% alkaloid ipekak yang larut dalam eter. Ipekak mengandung 5 macam
alkaloid dan yang paling penting adalah emetin, cephalin dan psikotrin.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 83


Ipekak dalam bentuk sirup dimanfaatkan untuk menangani keracunan obat dan
keracunan lainnya. Ipekak menginduksi emesis (muntah) dengan cara mengiritasi mukosa
gastrointestinal dan menstimulasi medulla pusat dari pemicu kemoreseptor.
Emetin adalah alkaloid yang dihasilkan dari ipekak atau dapat dibuat secara sintesis
dengan reaksi metilasi terhadap cephalin. Emetin hidroklorida adalah antiamoeba yang
bekerja pada dinding usus dan liver. Emetin bekerja dengan cara menghambat elongasi rantai
polipeptida sehingga memblok sintesis protein. Emetin sudah dimanfaatkan secara luas untuk
pengobatan disentri amoeba, pyorhea alveolaris dan penyakit lainnya yang disebabkan pleh
amoeba.Selain itu emetin juga bersifat ekspektoran dan emetik.

Hidrastis
Hidrastis adalah rhizoma dan akar dari tanaman Hydrastis canadensis. 3 alkaloid
sudah berhasil diisolasi dari hidrastis yaitu hidrastin, berberin dan canadin. Alkaloid yang
paling penting adalah hidrastin dengan komposisi 1,5-4% dari hidrastis.
Hidrastin dan berberin dimanfaatkan sebagai astringen pada inflamasi membran
mukus. Hidrastin larut dalam alkohol, kloroform dan eter tetapi hampir tidk larut dalam air.
Hidrastin mengkristal dalam bentuk prisma, tidak berbau, pahit dan hidroskopik. Berberin
larut dalam air dan garamnya berbentuk kristal berwarna kuning.

Sanguinaria
Sanguinaria adalah rhizoma kering dari tanaman Sanguinaria canadensis. Sanguinaria
mengandung alkaloid sanguinarin, cheleritrin, protopin dan allokritopin. Alkaloid ini tidak
berwarma tetapi cenderung membentuk garam yang berwarna. Sanguinarin menghasilkan
warna kemerahan sedangkan celetrin kekuningan dalam asam nitrat atau asam sulfat.
Alkaloid sanguinaria dapat ditemukan dalam semua famili Papaveraceae, Ranunculacea,
Berberidaceae dan Menispermaceae.
Sanguinaria yang bagus mengandung tidak lebih dari 5% akar. Rhizoma yang
berwarna abu-abu dan tidak mengandung pati tidak memenuhi syarat.

Tubokurarin
Kurare atau lebih dikenal sebagai racun panah indian Amerika Selatan adalah ekstrak
kering dari kulit kayu dan stem tanaman Strychnos castelnaei, S. crevauxii dan
Chondodendron tomentosum. Setiap suku mempunyai campuran khas untuk racun panahnya,
diantaranya dengan cara merebus kulit kayu kurare dan bahan lain lalu diekstraksi dengan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 84


metode perkolasi sederhana. Pasta dibuat dengan cara menguapkan pelarut ekstrak di bawah
sinar matahari.
Tubokurarin merupakan komponen penting dalam kurare. Tubokurarin merupakan
senyawa kuartener dengan struktur benzilisoquinolin. Ekstrak kurare memiliki efek paralisis
pada otot dengan cara memblok impuls saraf menuju otot skeletal pada percabangan
myoneuronal. Efek lainnya adalah efek seperti histamin akibat sifat racunnya pada pembuluh
darah. Tubokurarin dimanfaatkan sebagai relaksan otot skeletal pada prosedur bedah tanpa
anestesi dalam. Tubokurarin juga dimanfaatkan untuk mengatasi konvulsi akibat keracunan
strihnin, tetanus dan ajuvan terapi neuropsikiatri untuk shock serta sebagai pereaksi
diagnostik untuk miastenia gravis.
Opium dan alkaloid opium
Opium adalah eksudat seperti susu yang kering oleh angin yang diperoleh dengan cara
menyayat kapsul yang belum matang dari tanaman Papaver somniferum atau Papaver album.
Kultivasi opium dikendalikan oleh International Narcotics Control Board of the
United Nations. Saat ini negara yang banyak terlibat dalam produksi opium adalah India.
Opium dimanfaatkan sebagai analgesik. Opium bekerja pada sistem saraf pusat.
Mula-mula opium menstimulasi kemudian menekan respon saraf. Opium bersifat hipnotik,
narkotik, menghambat perilstaltik usus dan mengkontraksi pupil mata.
Opium mengandung alkaloid morfin. Dalam opium normal yang dikeringkan oleh
angin, dapat diperoleh 9,5% morfin. Morfin merupakan alkaloid penting dalam opium.
Morfin adalah derivat fenantren yang mengandung gugus hidroksil alkohol dan fenolik.
Morfin dan garamnya dikelompokkan sebagai analgesik narkotik dengan efek narkotik dan
hipnotik yang kuat. Penggunaan morfin menginduksi mual, muntah, konstipasi dan
perubahan perilaku.
Kodein adalah alkaloid opium yang digunakan secara luas. Opium mengandung 0,2-
0,7% kodein. Kodein dihasilkan dari reaksi metilasi morfin dimana gugus metil
menggantikan hidrogen dalam gugus hidrosil fenolik. Kodein dan garamnya merupakan
analgesik narkotik dan antitusif sedatif untuk batuk yang berat. Toksisitas kodein lebih rendah
dibandingkan morfin.
Heroin atau diasetil morfin dihasilkan dari reaksi asetilasi morfin melalui penggantian
atom hidrogen pada gugus fenolik dan hidroksil alkohol oleh gugus asetil. Heroin lebih
potensial dibandingkan morfin tetapi karena bahaya dari perubahan tingkah laku yang
ditimbulkannya, penggunaan heroin sebagai obat dihentikan.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 85


Apomorfin hidroklorida adalah hasil reaksi morfin dengan asam klorida dalam tabung
tertutup hingga kehilangan satu molekul air. Apomorfin dimanfaatkan sebagai emetik dalam
kasus keracunan.
Papaverin terdapat dalam opium sebanyak 1% dan dapat pula diproses secara sintesis.
Papaverin dimanfaatkan sebagai relaksan otot halus dan dikombinasi bersama kodein sebagai
antitusif.
Noskapin,narkotin atau anarkotin terdapat dalam opium sebagai basa bebas sebanyak
1,3-10%. Noskapin tidak memiliki efek narkotik dan dimanfaatkan sebagai antitusif.

ALKALOID INDOL
Beberapa alkaloid penting memiliki cincin indol dalam strukturnya. Obat-obat penting
yang mengandung gugus indol adalah rauwolfia (reserpin), catharanthus atau vinca
(vinblastin dan vincristin), nux vomica (strihnin dan brusin), physostigma (fisostigmin), dan
ergot (ergotamin dan ergonovin).

Biosintesis alkaloid indol


Terdapat tiga kerangka monoterpenoid yang membentuk kompleks indol yaitu
kerangka tipe Aspidosperma, Corynanthe dan Iboga. Penamaan tipe kerangka ini berdasarkan
tanaman yang banyak mengandung alkaloid dengan inti monoterpen.
Bentuk reaktif dari seyawa terpen ini diduga melibatkan gugus aldehid dan hilangnya
satu atom karbon untuk membentuk unit C-9. Pada alkaloid dari tanaman Catharanthus
roseus, unit terpenoid dihasilkan dari glukosida dan secologanin. Secologanin bereaksi
dengan triptamin membentuk striktosidin dan glikosida pecah selama metabolisme. Alkaloid
dari tanaman Rauwolfia diturunkan dari tipe corynanthe. Alkaloid ergot diturunkan dari
kombinasi triptofan dengan metabolisme asetat.

Alkaloid Rauwolfia
Rauwolfia adalah akar kering dari tanaman Rauvolfia sp. salah satunya yang banyak
dikenal adalah Rauvolfia sepertina. Dari 25 spesies Rauwolfia yang diteliti ditemukan 50
macam alkaloid dan beberapa diantaranya memiliki struktur indol. Alkaloid yang ditemukan
dalam Rauwolfia diantaranya reserpin, rescinamin, dan deserpidin yang merupakan alkaloid
indol tersier dengan gugus karboksiklik pada cincin E.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 86


Rauwolfia mengandung 0,15% reserpin sebagai alkaloid utama yang memiliki efek
hipotensif kuat dan sedatif. Efek hipotensif dari reserpin diduga dengan cara penghambatan
noradrenalin melalui inhibisi penyimpanan katekolamin pada ujung saraf adrenergik. Efek
sedatif dan trankuilizer diduga berhubungan dengan penurunan jumlah amin dalam sistem
saraf pusat.
Rescinamin memiliki sifat yang mirip dengan reserpin. Rescinamin juga
dimanfaatkan sebagai antihipertensi. Penggunaan dalam dosis tinggi menyebabkan efek
samping peningkatan depresi mental yang serius.
Deserpidin adalah alkaloid yang dihasilkan dari spesies Rauvolfia canescens.
Pemanfaatannya sebagai antihipertensi dan trankuilizer sangat luas dan relatif bebas dari
insiden efek samping sehingga digunakan bersama reserpin.

Alkaloid Catharanthus/Vinca
Catharanthus/Vinca adalah seluruh bagian tanaman yang dikeringkan dari tanaman
Cantharanthus roseus dan Vinca rosea. Alkaloid Catharanthus/Vinca memiliki potensi
sebagai antikanker sehingga dilakukan isolasi besar-besaran terhadap alkaloid ini.
Dibutuhkan 500 kg catharanthus untuk menghasilkan 1 g vinkristin. Untuk memenuhi
kebutuhan ini maka tanaman ini dikumpulkan dari Madagaskar, Australia, Afrika Selatan,
Amerika Selatan, Eropa, India dan Amerika Serikat bagian selatan
Karateristik dari efek yang ditimbulkan adalah menghambat pembelahan sel pada
tahap metafase. Vinblastin dan vinkristin berikatan erat dengan tubulin dan mengganggu
sistem mikrotubulus yang merupakan komponen spindel mitotik. Temuan terbaru
menunjukkan bahwa alkaloid ini menghambat polimerisasi dari tubulin menjadi
mikrotubulus.
Vinblastin sulfat adalah garam alkaloid yang diekstraksi dari catharanthus. Vinblastin
sulfat tidak stabil sehingga dikemas dalam ampul yang disegel dan harus disimpan dalam
lemari pendingin untuk memastikan kestabilannya. Alkaloid ini digunakan untuk pengobatan
neoplasma secara luas diantaranya penyakit Hodgkin, limfoma limfositik, limfoma histiositik,
mikosis fungoides, karsinoma testikular, sarkoma kaposi, koriokarsinoma dan kanker
payudara yang tidak merespon pada terapi lain. Vinblastin efektif sebagai obat tunggal tetapi
kadang diberikan dalam bentuk kombinasi dengan obat antineoplastik lainnya untuk
meningkatkan potensi tanpa menambah toksisitas.
Vinkristin sulfat juga dihasilkan dari catharanthus. Perbedaan struktur dengan
vinblastin hanya terletak pada subtitusi N-formil terhadap N-metil pada vinblastin. Vinkristin

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 87


sulfat juga tidak stabil sehingga dikemas dalam ampul yang disegel dan harus disimpan
dalam lemari pendingin untuk memastikan kestabilannya. Vinkristin digunakan pada penyakit
Hodgkin, limfosarkoma, sarkoma sel retikulum, rhabdomyosarkoma, neuroblastoma dan
tumor Wilms. Perhitungan dosis vinkristin harus tepat karena dosis berlebihan dapat menjadi
fatal.
Alkaloid Nux Vomica
Nux vomica adalah biji matang yang dikeringkan dari tanaman Strychnos nux-vomica.
Nux vomica mengandung 1,5-5% alkaloid diantaranya strihnin dan brusin. Untuk
memperoleh strihnin dan brusin, nux vomica diekstraksi menggunakan asam sulfat encer.
Larutan yang diperoleh dipekatkan lalu alkaloid diendapkan dengan penambahan jeruk nipis,
dipisahkan dan dimurnikan secara rekristalisasi.
Strihnin dimanfaatkan untuk penelitian neuroanatomi karena menyebabkan konvulsi
tonik. Alkaloid ini sangat beracun dan menyebabkan eksitasi pada sistem saraf pusat dan
memblok impuls inhibitor spinal pada postsinaps. Brusin tidak seberbahaya strihnin dan
dimanfaatkan untuk denaturasi alkohol.

Alkaloid Fisostigma
Fisostigma adalah biji matang yang dikeringkan dari tanaman Physostigma
venenosum.Tanaman ini mengandung 0,15% alkaloid fisostigma. Fisostigmin merupakan
alkaloid utama yang berada dalam kotiledon sebanyak 0,04-0,3%.
Fisostigmin adalah inhibitor kolinesterase reversibel sehingga meningkatkan efek
endogen asetilkolin. Pada mata, aktivitas kolinergiknya menyebabkan miosis, kontraksi otot
siliari dan menurunkan tekanan intraokular karena meningkatkan aliran keluar dari cairan
aqueous humor. Fisostigmin digunakan untuk pengobatan glaukoma.

Alkaloid Ergot
Ergot pada mulanya adalah sclerotium kering dari Claviceps purpurea yang tumbuh
pada tanaman Secale cereale. Saat ini alkaloid ergot dapat diperoleh dari fermentasi kaldu
menggunakan miselium dari Claviceps paspali.
Ergot mengandung sejumlah alkaloid diantaranya ergonovin, ergotamin dan
ergotoksin (campuran ergokriptin, ergokristin dan ergokornin).
Ergonovin maleat atau ergometrin maleat berbentuk serbuk mikrokristalin, tidak
berbau dan berwarma kuning pucat. Keunggulannya diantara alkaloid ergot adalah sifatnya
yang larut air. Ergonovin bersifat oksitoksik dan menstimulasi otot uterus lebih cepat

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 88


dibanding ergot lainnya serta menyebabkan vasokonstriksi. Ergonovin dalam dosis rendah
diberikan segera pasca melahirkan untuk meningkatkan frekuensi dan amplitudo kontaksi
uterus yang juga meningkatkan tonus basal otot halus uterin sehingga terjadi pengurangan
kehilangan darah. Efek ini dihasilkan dari aksi agonis parsial atau antagonis pada α-
adrenergik, dopaminergik dan reseptor serotonin.
Ergotamin tartrat berbentuk serbuk kristalin berwarna putih dan larut sebagian dalam
air. Ergotamin juga memiliki efek oksitoksik tetapi tidak digunakan untuk itu. Pemanfaatan
ergotamin adalah sebagai analgesik terutama untuk migrain. Hal ini disebabkan karena
ergotamin mereduksi aliran darah ekstrakranial dan menurunkan amplitudo denyutan arteri
kranial yang diasosiasikan dengan migrain. Ergotamin juga menghambat pengambilan
norefinefrin oleh resepto pada ujung saraf simpatik menyebabkan vasokonstriksi.
Ergotoksin merupakan campuran ergokristin, ergokriptin dan ergokonin yang
mengalami hidrogenasi untuk menghilangkan ikatan rangkap pada inti asam lisergat
menghasilkan komposisi yang sama antara dihidroergokristin, dihidroergokriptin dan
dihidroergokornin. Ergotoksin dimanfaatkan pada gejala penuaan. Cara kerjanya melalui
vasorelaksasi, meningkatkan aliran darah ke otak, menurunkan tekanan darah sistemik dan
bradikardia.

ALKALOID IMIDAZOL
Cincin imidazol (glioxalin) adalah cincin utama dari pilokarpin yang dihasilkan oleh
tanaman Pilocarpus jaborandi. Pilokarpin merupakan alkaloid penting dari kelompok ini.
Pilokarpin adalah basa tersier yang mengandung gugus lakton dan imidazol. Ditinjau dari
struktur, alkaloid ini mungkin dibentuk dari histidin atau suatu metabolit yang ekivalen.
Untuk mendapatkan pilokarpin serbuk dari daun pilocarpus diekstraksi menggunakan
benzena. Ekstrak benzena ini kemudian dikocok menggunakan asam hidroklorida encer atau
asam nitrat. Larutan ini kemudian dibasakan dan dikocok dengan kloroform. Larutan
kloroform ini dikocok dalam asam dan alkaloid akan mengkristal.
Pilokarpin menstimulasi secara langsung reseptor muskarinik pada mata
menyebabkan kontriksi pipil dan kontraksi otot siliari. Pilokarpin dimanfaatkan dalam
pengobatan pilokarpin.

ALKALOID STEROID

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 89


Alkaloid steroid dikarakterisasi dengan adanya ini siklopentanofenantren. Alkaloid ini
biasanya dibentuk dari kolesterol dan memiliki prekursor yang sama dengn kolesterol.
Alkaloid steroid yang penting adalah veratrum.
Veratrum viride adalah akar dan rhizoma kering dari tanaman Veratrum viride.
Veratrum memiliki banyak alkaloid yang dikelompokkkan menjadi 3 berdasarkan struktur
kimia. Kelompok 1 adalah ester dari basa steroid dengan asam organik termasuk diantaranya
cevadin, germidin, germitrin, neogermitrin, neoprotoveratrin, protoveratrin dan veratridin.
Kelompok 2 adalah glukosida dari basa steroid yaitu pseudojervin dan veratrosin. Kelompok
yang ke-3 adalah basa steroid yang terdiri dari germin, jervin, rubijervin, dan veratramin.
Veratrum viride memiliki efek hipotensif , depresan kardiak dan sedatif sehingga
digunakan dalam penobatan hipertensi. Dalam dosis rendah, alkaloid ini dapat mempengaruhi
tekanan darah tanpa mempengaruhi denyut jantung.

ALKALOID AMIN
Alkaloid dalam kelompok ini tidak memiliki atom nitrogen dalam cincin heterosiklik.
Kebanyakan merupakan derivat sederhana dari feniletilamin dan asam amino umum seperti
fenilalanin dan tirosin.

Efedrin
Efedra atau ma huang adalah seluruh bagian tanaman dari Ephedra sinica. Efedrin
atau (-) erythro-α-[1-(metil amino)etil]benzil alkohol adalah alkaloid yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman ini.
Efedrin berbentuk kristal jarum, roset dan berwarna putih. Efedrin adalah
simpatomimetik yang potensial menstimulasi reseptor α, β1 dan β2 adrenergik. Sifatnya
mengeksitasi sistem saraf simpatik menyebabkan vasokonstriksi dan stimulan kardia dan
menimbulkan efek seperti epenefrin. Efedrin digunakan untuk mengatasi tekanan darah
rendah dan asma bronkial.

Kolkisin
Biji kolkisin adalah biji matang dan kering dari tanaman Colchicum autumnale.
Bijinya mengandung 0,8% kolkisin. Kolkisin berbentuk serbuk amorf berwarna kuning pucat
yang berubah warna menjadi gelap jika terpapar sinar matahari.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 90


Kolkisin dimanfaatkan untuk pengobatan gout. Mekanisme kerjanya dalam mengobati
gout belum diketahui. Kolkisin menghambat migrasi leukosit dan mereduksi asam laktat
yang dihasilkan leukosit sehingga mengurangi deposit asam urat.
BASA PURIN
Purin adalah inti heterosiklik yang mengandung anggota 6 cincin primidin yang
bergabung dengan anggota 5 cincin imidazol. Purin sendiri tidak ada di alam tetapi
derivatnya signifikan secara biologis. Alkaloid basa purin yang penting adalah kafein,
teobromin dan teofilin.
Kafein atau 1,3,7 trimetil xantin dihasilkan oleh tanaman Cola nitida, biji kopi dari
tanaman Coffea arabica, guarana dari Paullinia cupana, dan daun teh paraguay Ilex
paraguarisiensis. Meskipun kafein dapat diproduksi secara sintetis tetapi tetap produksinya
secara umum masih menggunakan bahan alam seperti kopi dan teh. Kafein dimanfaatkan
sebagai stimulan sistem saraf pusat.
Teofilin atau 1,3 dimetilxantin dihasilkan dari tanaman teh Camelia sinensis. Teofilin
dibuat secara sintetis melalui kafein. Teofilin dimanfaatkan sebagai relaksan otot untuk
melegakan gejala asma bronkial dan pengobatan bronkospasma pada emfisema dan bronkitis
kronis.
Teobromin atau 3,7 metilxantin dihasilkan dari biji kering Theobroma cacao atau
dapat juga dibuat secara sintesis. Teobromin adalah diuretik dan relaksan otot polos. Aksi
stimulasi sistem saraf pusat dari teobromin sangat rendah. Pemanfaatan teobromin adalah
untuk edema kardia dan angina pektoris.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 91


BAB IX
FLAVONOID

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah selesai membahas & mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa semester III
Jurusan Farmasi FMIPA UNUD dapat menjelaskan tentang flavonoid dan sumbernya,
penggolongan, struktur kimia, biosintesis dan kegunaan flavonoid dengan tepat dan benar
( C2 ).

Tujuan Instruksional Khusus :


 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian flavonoid dan sumbernya,
penggolongan, struktur kimia, biosintesis, komposisi kandungan kimia (flavonol,
flavon, flavanon, isoflavon, dihidroflavonol, auron, khalkon) dan kegunaan flavonoid
dengan tepat dan benar (C2).

VII.1. DEFINISI, DAN SIFAT FLAVONOID


Dilihat dari strukturnya, Flavonoid merupakan senyawa fenolik. Oleh sebab itu
senyawa flavonoid biasanya mengalami perubahan warna apabila direaksikan dengan basa
seperti amonia. Substituen utama yang terdapat dalam flavonoid adalah –OH atau gugus
hidroksi sehingga umumnya flavonoid larut dalam air. Semakin banyak gugus –OH yang
dimiliki maka semakin mudah senyawa flavonoid tersebut larut dalam air.
Di alam flavonoid lebih sering berada sebagai senyawa campuran misalnya dengan
gula dalam bentuk glikosida, dimana flavonoid berperan sebagai aglikon atau senyawa bukan
gula dari glikosida tersebut. Oleh karena itu apabila kita ingin memperoleh flavonoid, yang
harus dilihat aglikonnya. Flavonoid jarang sekali berada dalam bentuk tunggal. Flavonoid
dalam bentuk glikosida atau aglikon polihidroksi bersifat polar, terdapat dalam cairan
vakuola sebab terdapat gula sehingga larut dalam air. Flavonoid yang bersifat non polar
seperti flavonoid dalam bentuk polimetoksi tidak larut dalam air, terdapat pada dinding sel.
Semua flavonoid mempunyai sistem aromatik yang mengalami konjugasi sehingga
flavonoid menunjukkan pita serapan yang kuat pada spektrum ultraviolet (UV) dan spektrum
tampak. Ada suatu studi menyatakan bahwa flavonoid bagi tanaman dapat berperan sebagai
faktor pertahanan alamiah, misalnya flavonol dapat mengendalikan pertumbuhan kacang
Pisum sativum, tetapi hal ini belum dapat dibuktikan (Harborne, J.B.). Salah satu derivat
flavonoid yaitu antosian merupakan pigmen yang penting bagi tanaman dengan memberi
warna pada bunga, daun, dan buah. Dalam dunia pengobatan, flavonoid digunakan secara
luas, antara lain:

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 92


1. Sebagai diuretik
2. Antifertilitas yaitu butin dari biji tanaman Butea monosperma
3. Antispasmodik, misalnya flavonoid yang terdapat dalam akar tanaman Liquorice dan
Parsley
4. Antitumor, antibakteri dan antifungi. Hesperidin, hesperitin, naringin, narigenin,
diosmin dan diosmetin terbukti secara in vitro membantu menghambat gastritis oleh
Helicobacter pylori walaupun tidak terlalu poten.
5. Efek antiinfeksi dan antialergi, antitrombosis dan vasoprotektif sehingga dapat
digunakan untuk menghambat perkembangan tumor dan mempunyai efek protektif
terhadap mukosa lambung. Efek ini disebabkan karena keterlibatan flavonoid dalam
metabolisme asam arachidonat. Efek terapetik ini dihasilkan oleh flavonoid dari daun
Birch, bunga Calendula, bunga Elder dan bunga Lime.
Secara umum, dalam tanaman flavonoid bisa terbentuk lewat jalur metabolisme asam
asetat dan asam sikhimat. Flavonoid terbentuk dari gabungan 3 unit asam asetat dan fenil
propan seperti digambarkan bagan dibawah ini.

Gambar VII.1. Skema biogenesis dari flavananon, isoflavon dan flavon (Evans, W.C., 2000).

VII.2. PENGGOLONGAN, STRUKTUR DAN CIRI KHAS FLAVONOID

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 93


FLAVONOID

FLAVONOID FLAVANOID ANTOSIAN

Berdasarkan struktur inti yang dimilikinya, Flavonoid dapat dibagi menjadi 3 golongan besar
yaitu flavonoid, flavanoid dan antosian, tetapi biasanya ketiga senyawa tersebut disebut
flavonoid dan senyawa pertama (Yang dilingkari) juga namanya flavonoid.
1. FLAVONOID
Flavonoid mempunyai inti berupa cincin piron. Struktur inti flavonoid adalah sebagai
berikut.

Cincin Piron Struktur inti flavonoid (flavon)


(fenil benzo γ-piron)
Disebut fenil benzo γ-piron karena letak gugus karbonil pada posisi C nomor 3 dari O inti
piron. Senyawa ini paling banyak digunakan dalam bidang farmasi. Ada banyak kerangka
substitusi yang diturunkan dari struktur ini flavonoid tersebut, antara lain: flavon, isoflavon,
flavonol, flavanon, flavanonol, chalkon, dan auron.

Flavon Flavonol Isoflavon

Flavanon Flavanonol Chalkon


(Dihidroflavonol)

Auron
Dilihat dari struktur diatas, dapat disimpulkan bahwa substituen utama pada flavonoid adalah
gugus – OH. Substituen lain yang sering terikat pada struktur inti flavonoid adalah gugus
metoksi ( - OCH3 ), gugus metil ( - CH3 ), gula (mono, di-glukosil, rhamnosil).
Flavon

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 94


Di alam flavon, biasanya berada dalam bentuk glikosida. Berikut ini adalah contoh
senyawa flavonoid turunan flavon yang terdapat pada daun seledri (Apium graveolens) yaitu
Apigenin dan senyawa flavon yang terdapat pada daun tempuyung (Sonchus arvensis), daun
wortel (Daucus carota) dan daun seledri yaitu Luteolin.

5,7,4’-trihidroksi flavon (Apigenin)


5,7,3’,4’-tetrahidroksi flavon (Luteolin)
Flavonol
Flavonol mempunyai sttruktur seperti flavon, hanya saja pada posisi C nomor 3 dari O
inti piron terdapat gugus –OH. Flavonol tersebar luas pada tumbuhan baik sebagai ko pigmen
antosianin dalam daun bunga maupun dalam daun tumbuhan. Flavonol paling sering terdapat
dalam bentuk glikosida. Ada banyak sekali aglikon flavonol yang diketahui tetapi yang
umumnya dikenal dalam bidang farmasi ada 3 yaitu kaemferol, kuersetin dan mirisetin
(struktur dapat dilihat di Tabel VII.2. , bandingkan pola hidroksilasinya dengan senyawa
antosian : pelargonidin, sianidin dan delfinidin). Yang paling umum dikenal dalam dunia
farmasi adalah kuersetin 3-rutinosida, yang dikenal sebagai rutin, karena digunakan untuk
pengobatan kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia.

Kuersetin 3 - rutinosida
Xanthon
Senyawa ini tidak banyak bermanfaat dalam bidang farmasi. Xanthon terutama
ditemukan pada famili Gentianaceae dan Guttiferae. Beberapa juga ditemukan pada famili
Moraceae dan Polygalaceae. Gentisin merupakan xanthon yang dihasilkan dari akar gentian
famili Gentianaceae dan diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Aktivitas antifungal juga
ditemukan pada xanthon yang diperoleh dari akar Morila laxiflora famili Guttiferae.
Mangiferin merupakan senyawa xanthon dalam bentuk C-glikosida, ditemukan pada
beberapa spesies Hypericum, Cratoxylem pruniflorum dan Swertia chirata. Mangiferin
memepunyai aktivitas anti inflamasi, anti hepatotoksik dan antivirus.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 95


Stuktur Xanthon
Flavonoid minor
Chalkon, auron, flavonon dan isoflavon disebut flavonoid minor karena penyebaran
masing-masing senyawa ini terbatas. Ada yang terdapat secara sporadis, misalnya flavonon,
dan ada pula yang terbatas penyebarannya pada tumbuhan, misalnya isoflavon terbatas pada
famili Leguminosae dan Iridaceae.
Chalkon dan auron merupakan pigmen kuning yang terdapat khas pada Compositae
terutama Coreopsis, yang dengan mudah dapat dideteksi keberadaanya dengan cara diuapi
dengan basa/ amonia dan warnanya berubah menjadi merah jingga atau merah. Salah satu
contoh chalkon adalah Lutein dan satu contoh auron adalah Aureusidin. Keduanya terdapat di
alam sebagai glikosida.
Isoflavon keberadaanya sangat terbatas. Senyawa seperti 7,4’-dihidroksi isoflavon
(daidzein) dan 5,7,4’-trihidroksi isoflavon (genistein) merupakan estrogen alam lemah yang
terdapat dalam semanggi (Trifolium pratense).

2. FLAVANOID
Pada struktur inti flavanoid terdapat inti berupa cincin piran.

Cincin Piran Struktur inti flavanoid (flavan)


(fenil benzo piran)
Ada 2 golongan flavanoid yang umum yaitu : Katekin dan Leukoantosian.

Flavan -3-ol Flavan- 3,4 - diol


(katekin) (leukoantosian)
Katekin
Sifat katekin:

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 96


 Larut dalam air, etanol, etil asetat, eter
 Tidak larut dalam kloroform dan PE
 Apabila dipananskan dengan asam maka akan muncul endapan merah coklat
yang disebut flobafen dan warna larutannya coklat.
Teh dapat digunakan sebagai antidiare karena mengandung tanin. Tanin terdiri dari katekin
dan leukoantosian. Flobafen dapat mengiritasi membran mukosa apalagi kalau teh diminum
dalam keadaan dingin dan manis. Katekin juga mempunyai aktivitas menghambat efek
kafein.
Leukoantosian
Sifat leukoantosian:
 Larut dalam air, etanol, etil asetat
 Tidak larut dalam eter, kloroform dan PE

3. ANTOSIANIN
Pada struktur inti antosian terdapat inti berupa cincin pirinium.

Cincin Pirinium Struktur inti antosian (flavinium)


(fenil benzo pirinium)
Antosianin merupakan pigmen warna yang penting dan tersebar luas pada tumbuhan dan
merupakan penyebab warna merah, ungu dan biru pada daun bunga, daun dan buah pada
tumbuhan tinggi serta dapat larut dalam air. Antosianidin adalah bentuk aglikon dari
antosianin yang terbentuk apabila antosianin dihidrolisis dengan asam. Di alam sebagain
besar antosianin terdapat dalam bentuk glikosida. Antosianin berasal dari bahasa Yunani,
antho- = bunga dan kyanos = biru.
Tabel VII.1. Beberapa contoh antosianidin dan keberadaannya (Evans, W.C., 2000).
Antosianidin R R’ Keberadaan sebagai glikosida Warna

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 97


Pelargonidin H H Bunga Pelargonium Merah oranye
(Geraniaceae)
Sianidin OH H Bunga jagung, Rosa spp, coklat merah
dan cherry
Peonidin OCH3 H Peony (Ranunculaceae)
Delfinidin OH OH Delphinium dan Viola spp Ungu
Petunidin OH OCH3 Petunia spp (Solanaceaae)
Malvidin OCH3 OCH3 Malva spp Merah ungu
(Paling banyak
pada anggur)

Beberapa sifat antosian adalah:


1. Larut dalam air, etanol dan pelarut beroksigen
2. Tidak stabil sebagai zat warna
3. Bila terdapat gugus o-OH dapat membentuk khelat dengan logam berat
Antosianin umum terdapat pada tanaman berpembuluh, tetapi antosianin juga telah
dideteksi pada beberapa lumut, daun muda paku, angiospermae dan gymnospermae. Pada
salah satu ordo tumbuhan tinggi yaitu Centrospermae kecuali pada satu suku
Caryophyllaceae, antosianin diganti oleh pigmen yang mirip dengan antosinin yaitu
betasianin. Betasianin yang paling dikenal adalah betanin (aglikonnya adalah betanidin),
yaitu pigmen utama pada umbi bit (Beta vulgaris). Secara kimia, betasianin berbeda dengan
antosianin karena secara biosintesis betasinin berasal dari asam amino aromatik yaitu 3,4 –
dihidroksi fenilaalanina (Harborne, J.B.).

VII.3. TANAMAN PENGHASIL FLAVONOID


Flavonoid terdapat pada hampir semua tanaman berpembuluh tetapi seringkali
golongan flavonoid tertentu hanya tersebar pada suku atau famili tanaman tertentu, misalnya:
Tabel VII.2. Penyebaran beberapa golongan flavonoid (Harborne, J.B.)
Golongan flavonoid Penyebaran
Antosianin Pigmen merah, ungu dan biru pada daun bunga, daun, lumut,
daun muda paku, buah
Flavonol Ko-pigmen tak berwarna dalam bunga dan daun
Flavon Ko-pigmen tak berwarna dalam bunga dan daun
Glikoflavon Ko-pigmen tak berwarna dalam bunga dan daun
Biflavonil Tidak berwarna, terbatas pada gimnospermae

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 98


Chalkon dan auron Pigmen bunga kuning
Flavanon Tidak berwarna, dlm daun dan buah (terutama Citrus)
Isoflavon Tidak berwarna, terbatas hanya pada Leguminosae (akar)

Tabel VII.3. Beberapa golongan flavonoid dan tanaman penghasilnya (Evans, W.C., 2000).
Golongan Kandungan Nama kimia Penyebaran
flavonoid kimia
Flavon Chrysin 5,7-dihidroksi Prunus, Populus
Flavon Butin 7,3’,4’-trihidroksi Biji Butea monosperma
Flavon Apigenin 5,7,4’-trihidroksi Parsley, Roman chamomile
flower
Flavon Luteolin 5,7,3’,4’-tetrahidroksi Reseda luteola dan sebagai
glikosida dalam seledri,
peppermint, wortel liar
Flavon Fisetin 3,7,3’,4’-tetrahidroksi Yellow cedar wood
Flavonol Kuersetin 3,5,7,3’,4’, - pentahidroksi Sebagai glikosida rutin
Flavonol Kaemferol 3,5,7,4’- tetrahidroksi Senna
Flavonon Eridictyol 5,7,3’,4’-tetrahidroksi Yerba santa
(Hydrophyllaceae)
Flavonon Liquiritigenin 7,4’-dihidroksi Liquorice
Chalcon Isomer tidak Rutaceae dan Liquorice
stabil dari
flavonon
Xanthon Gentisin 1,7-dihidroksi-3-metoksi Gentiana dan Swertia spp
Isoflavon Formononetin 7,4’-dihidroksi Cimicifuga rhizoma, red
clover flower
Genistein 5,7,4’-trihidroksi Red clover flower, sebagai
glikosida dalam Genista
Biflavon Amentoflavon 5,7,4’-heksahidroksi (2x) Ginko, Hypericum, Rhus
spp

Tujuan Instruksional Umum : BAB X


Setelah selesai membahas & mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa semester III
LIPID,
Jurusan Farmasi FMIPA UNUD STEROID
dapat : DAN PEPTIDA
 menjelaskan pengertian, penggolongan, biosintesis, dan contoh bahan
alam yang mengandung lipid dan steroid secara benar ( C2 ).
 menjelaskan tentang hormon peptida dalam sistem endokrin serta
produknya dalam dunia farmasi dengan benar (C2).

Tujuan Instruksional Khusus :


 Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian lipida, penggolongan lipida (lemak, minyak
lemak, malam), biosintesis minyak lemak dan trigliserida, contoh bahan alam yang
mengandung lipida dengan benar (C2)
 Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian steroid, biosintesis sterol, steroid dalam
glikosida jantung, contoh bahan alam yang mengandung steroid dengan benar (C2)
Buku Ajar Farmakognosi
 Menjelaskan Jurusan
tentang hormon Farmasi
peptida dalamFMIPA
sistem Universitas
endokrin sertaUdayana 99
produknya dalam
dunia farmasi dengan benar (C2).
VIII.1. LIPID
Lipid merupakan suatu trigliserida (ester gliserol) yaitu gabungan dari gliserol dan 3
asam lemak misalnya asam oleat, linoleat, risinoleat dan lain-lain. Bentuk ester lemak
tersebut mudah disabunkan dengan larutan alkali menghasilkan gliserol dan garam dari
asamnya.
CH2OH CH2COO-R1
CHOH + 3RCOOH CHCOO-R2 + 3H2O
CH2OH CH2COO-R3
Gliserol Asam lemak Trigliserida
Secara kimia lipid dapat digolongkan menjadi lemak, minyak lemak dan malam (wax).
Lemak dapat dibedakan menjadi lemak kompleks dan lemak sederhana (trigliserida
sederhana). Apabila asam lemak pada R1, R2 dan R3 sama maka lipid yang terbentuk adalah
lipid atau lemak atau trigilserida sederhana, misalnya tripalmitin.
CH2OCOC15H31

H31C15OCOCH

CH2OCOC15H31
Struktur tripalmitin
MINYAK LEMAK DAN LEMAK
Minyak lemak dan lemak dapat diperoleh baik dari tumbuhan maupun hewan.
Beberapa sifat lemak dan minyak lemak adalah:
1. Tidak larut dalam air
2. Tidak mudah menguap di udara
3. Meninggalkan noda lemak yang permanen pada kertas
4. Berminyak bila dirasakan
5. Larut dalam eter, kloroform, PE

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 100


6. Tidak larut dalam alkohol kecuali minyak jarak (oleum ricini) yang larut dalam 3-5
bagian alkohol 90%.
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap pada strukturnya, asam lemak dibedakan
menjadi 2 yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Tabel VIII.1. Beberapa contoh asam lemak jenuh rantai lurus (Evans, W.C., 2000)
Nama umum Nama kimia Struktur
Caprilic acid Asam n-oktanoat CH3(CH2)6COOH
Capric acid Asam n-dekanoat CH3(CH2)8COOH
Lauric acid Asam n-dodekanoat CH3(CH2)10COOH
Myristic acid Asam n-tetradekanoat CH3(CH2)12COOH
Palmitic acid Asam n-heksadekanoat CH3(CH2)14COOH
Stearic acid Asam n-oktadekanoat CH3(CH2)16COOH
Arachidic acid Asam n-eicosanoat CH3(CH2)18COOH

Tabel VIII.2. Beberapa contoh asam lemak tidak jenuh rantai lurus (Evans, W.C., 2000)
Jumlah
Nama umum ikatan Struktur
rangkap 2
Palmitoleic 1 CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH
acid
Oleic acid 1 CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Petroselinic 1 CH3(CH2)10CH=CH(CH2)4COOH
acid
Ricinoleic 1 CH3(CH2)5CH(OH) CH2CH=CH(CH2)7COOH
acid
Erucic acid 1 CH3(CH2)7CH=CH(CH2)11COOH
Linolenic acid 2 CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
α-Linoleic 3 CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
acid
γ-Linolenic 3 CH3(CH2)4CH =CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)4COOH
acid
Arachidonic 4 CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH
acid (CH2)3COOH

Dibawah ini adalah beberapa contoh bahan alam yang mengandung minyak lemak dan lemak
dan banyak digunakan di bidang pengobatan.
1. Olive oil

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 101


Olive oil diperoleh dari pemerasan biji zaitun (Olea europoea Linn.) famili Oleaceae.
Pohon zaitun merupakan pohon pendek yang dibididayakan di sekitar kawasan
Mediaterania, California dan Australia bagian selatan. Olive oil mengandung olein,
palmitin, linolein, dan arachin. Pada reaksi saponifikasinya dihasilkan asam oleat,
linoleat, palmitat dan arachidic acid bersama-sama dengan gliserol. Olive oil banyak
digunakan dalam pengolahan makanan dan dalam bidang pengobatan mempunyai efek
laksatif. Secara eksternal, olive oil digunakan pada kulit sebagai emolient. Penelitian
terbaru menyebutkan bahwa olive oil ternyata dapat menghambat karsinogenesis karena
aksinya terhadap prostaglandin.
2. Castor oil (Oleum ricini)
Oleum ricini (minyak jarak) diperoleh dengan pemerasan biji jarak (Ricinus
communis Linn.), famili Euphorbiaceae. Dalam proses preparasinya, minyak yang
diperoleh dari hasil pengepresan harus dipanaskan 80-100ºC agar protein terkoagulasi dan
menghilangkan ricin serta enzim lipase yang terdapat dalam minyak. Ricin merupakan
konstituen yang bersifat toksik sedangkan lipase dapat menyebabkan minyak terhidrolisa
dan menjadi tengik. Oleum ricini mengandung gliserida dari asam ricinoleat,
isoricinoleat, stearat dan dihidroksi stearat. Dalam bidang pengobatan, memiliki efek
purgatif.
3. Cod liver oil (Oleum Morrhuae)
Cod liver oil diekstraksi dari liver segar Gadus callurias Linn. (Gadus morrhua Linn.)
dan spesies lain dari Gadus famili Gadidae, Ordo Teleostei. Ikan Cod merupakan ikan
besar dengan panjang 1-1,5 m , memiliki berat sekitar 14 kg – lebih dari 25 kg dan hidup
di Samudera Atlantik Utara. Livernya memiliki berat kira-kira 4 kg dan mengandung 30-
65% minyak dan juga enzim lipase. Enzim lipase dihilangkan dengan pemanasan 70ºC
selama 30 menit. Cod liver oil mengandung asam lemak tidak jenuh dalam jumlah
banyak, antara lain decosohexaenoic acid dan clupanodonic acid, serta sebagian kecil
asam lemak jenuh yaitu asam palmitat dan asam stearat. Selain itu, cod liver oil juga
mengandung konstituen yang tidak dapat tersabunkan, antara lain kolesterol, squalene,
vitamin A dan D. Fraksi yang tidak tersabunkan tersebut ternyata menunjukkan aktivitas
menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis dari cod liver oil. Cod liver oil
banyak digunakan sebagai sumber makanan dan pengobatan tuberkulosis.
4. Halibut liver oil (Oleum Hippoglossi)
Halibut liver oil diperoleh dari liver ikan Halibut (Hippoglossus hippoglossus Linn.)
famili Pleuronectidae yang hidup di Samudera Atlantik Utara. Minyak diperoleh dengan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 102


mengekstraksi liver kering menggunakan pelarut yang mudah menguap. Minyak tersebut
mengandung 8-10% fraksi yang tidak tersabunkan dan mengandung vitamin A 60-100
kali lebih banyak dibandingkan dengan Cod liver oil dan vitamin D 20 kali lebih banyak
dibandingkan dengan Cod liver oil.
5. Almond oil (Minyak almond)
Almond oil diperoleh dengan pemerasan biji Prunus amygdalus (Rosaceae) var. dulcis
(almond manis) dan Prunus amygdalus var. amara (almond pahit) yang tumbuh
dikawasan Mediterania (Italia, Perancis, Spanyol, dan Afrika Utara). Kedua varietas
almond tersebut mengandung 40-55% minyak lemak. Minyak almond sering digunakan
sebagai pembawa dari sediaan injeksi yang mengandung minyak. Minyak almond juga
memiliki efek laksansia dan minyak atsirinya banyak digunakan sebagai flavoring agent.
6. Arachis oil (Minyak kacang)
Arachis oil diperoleh dari pemerasan biji Arachis hypogaea (earth nut, ground nut,
peanut, kacang tanah) famili Leguminosae yang banyak dibudidayakan didaerah tropis
seperti di Afrika, India, Brazil Amerika selatan dan Australia. Arachis oil mengandung
gliserida dari oleic, linoleic, palmitic, arachidic, stearic, dan lignoceric acid. Arachis oil
mempunyai peranan penting dalam industri pembuatan margarine dan minyak goreng.
7. Theobroma oil (Oleum Cacao)
Theobroma oil (Oleum Cacao) diperoleh dari pemerasan panas biji Theobroma cacao
(Sterculiaceae). Oleum cacao mengandung gliserida dari asam stearat, palmitat, arachidat
dan asam lemak lainnya. Karena memiliki titik lebur disekitar suhu tubuh manusia,
Oleum cacao banyak digunakan sebagai basis dalam pembuatan suppositoria. Pada suhu
kamar oleum cacao berbentuk padat berbeda dengan minyak lemak yang lain.
Tabel VIII.3. Parameter kuantitatif untuk beberapa minyak lemak (Evans, W.C., 2000)
Minyak / Bil. Komposisi asam lemak
Titik lebur (ºC) Bil. Iod
Lemak penyabunan Jenuh (%) Tak jenuh (%)
Almond -18 183-208 99-103 12 88 Oleat dan
Linoleat
Castor -18 175-183 84 1,3-2,5 88-94 Ricinoleat ;
5-15 Oleat dan
Linoleat
Olive Deposit 185-196 79-88 7-20 75-93 Oleat dan
palmitin pada Linoleat
2ºC

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 103


Arachis -5 sampai +3 188-196 86-106 18 82 Oleat

Coconut 23-26 250-264 7-11 92 8 Oleat


Cotton seed 0 190-198 109-116 27 73 Linoleat dan
Oleat
Palm 30 248 13,5 50 50 Oleat dan
Linoleat
Theobroma 31-34 193-195 33-42 59 41 Oleat dan
Linoleat
Lard 34-41 192-198 50-66 60 40 Oleat
Cod liver Jernih pada 180-190 155-180 Dibawah > 85 dengan 6
0ºC 15 ikatan rangkap

Bilangan asam ditentukan dari jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan
asam bebas dari 1 gram minyak lemak. Semakin tinggi bilangan asam berarti ketengikan
minyak juga tinggi. Bilangan penyabunan menunjukkan jumlah mg KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam bebas dan menghidrolisis ester dari 1 gram minyak lemak.
Sedangkan bilangan iod menunjukkan jumlah ikatan tak jenuh dalam minyak lemak.
Beberapa minyak lemak seperti Linseed oil memiliki bilangan Iod yang tinggi (>175).
Linseed oil yang mengalami hidrolisa terbukti memiliki aktivitas antibakteri yang poten
terhadap Staphylococcus aereus yang resisten terhadap antibiotik melalui penggunaan secara
topikal. Selain parameter diatas, parameter kuantitatif yang penting untuk minyak lemak
adalah rotasi optik (seperti pada minyak jarak), indeks bias dan specific gravity.

LEMAK
1. Wool fat (Anhydrous lanolin, Adeps lanae)
Wool fat (Anhydrous lanolin, Adeps lanae) dimurnikan dari wool domba (Ovis aries)
famili Bovidae. Wool fat larut dalam eter dan kloroform, dan seperti malam yang lain
dapat mengalami penyabunan dengan larutan alkali dalam alkohol. Hydrous wool fat
(Lanolin) mengandung 25% air. Konstituen utamanya adalah kolesterol, isokolesterol,
lanoceric, lanopalmitate, dan carnaubic acid. Wool fat biasanya digunakan sebagai basis
dalam pembuatan krem dan salep.

WAX (MALAM ATAU LILIN)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 104


Umumnya malam (wax) berbentuk padat tetapi ada juga beberapa yang berupa cairan.
Secara fisik, malam seringkali mirip dengan minyak lemak dan lemak tetapi komposisi
kimianya berbeda. Malam merupakan bentuk ester dari asam lemak dan alkohol. Malam
dapat mengalami reaksi saponifikasi atau penyabunan setelah diperlakukan dulu dengan
alkohol. Dibawah ini adalah beberapa contoh bahan alam yang mengandung malam dan
banyak digunakan di bidang pengobatan.
2. Beeswax (Cera alba, Cera flava)
Beeswax diperoleh dengan mencairkan dan memurnikan sarang madu dari lebah Apis
mellifica dan spesies lebah lainnya. Beeswax dibedakan menjadi 2 yaitu cera flava dan
cera alba. Cera flava berwarna kuning kecoklatan sedangkan cera alba berwarna putih
kekuningan karena cera alba berasal dari cera flava yang mengalami bleaching
(pemutihan) dengan penambahan charcoal, Kalium permanganat, asam kromat dan lain-
lain. Keduanya banyak digunakan dalam proses pembuatan plester dan sebagai basis
salep. Konstituen utama dari beeswax terdiri dari 80% mirisil palmitat
(C15H31COOC30H61) dan 15% asam serotat (C26H53COOH)
3. Spermaceti (Cetaceum)
Spermaceti merupakan malam padat yang diperoleh dari ikan paus jantan, Physeter
catodon Linn. (=Physeter macrocephalus Linn.), famili Physeteridae, Orde Cetacea dan
spesies lain dari Physeter. Beberapa spermaceti yang beredar dipasaran juga diperoleh
dari spesies ikan paus, Hyperoodon rostratus Billherg, famili Ziphidae. Ikan paus ini
banyak hidup di Samudera Pasifik, Atlantik dan Hindia. Spermaceti mengandung 80%
campuran seimbang antara setil palmitat dan setil miristat, ester dari asam lemak (asam
laurat), dan alkohol. Setil alkohol dapat diperoleh dari spermaceti dengan cara melakukan
rekristalisasi spermaceti dari alkohol panas. Dalam bidang farmasi ceteceum digunakan
sebagai basis beberapa krem pendingin (cold cream) dan salep. Setil alkohol juga dipakai
sebagai emulgator dan bersama-sama dengan shellac dan mastich digunakan sebagai
bahan penyalut tablet atau pil enterik.
4. Carnauba wax
Carnauba wax diperoleh dari daun tumbuhan Copernicia cerifera (Palmae).
Konstituen utamanya adalah ester mirisil serotat. Dalam bidang farmasi digunakan
sebagai bahan penyalut tablet.
Tabel VIII.4. Standar kimia untuk beberapa jenis malam (Evans, W.C., 2000)
Malam /Lilin Bil. asam Bil. penyabunan Bil. Iod Konstituen utama
Spemaceti Dibawah 1 120-136 Dibawah 5 Setil palmitat dan setil

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 105


miristat
Beeswax 18-24 70-80 (bil. ester) 8-11 72% ester terutama mirisl
palmitat, ester steril dan
asam serotat bebas
Carnauba 4-7 79-95 10-14
Wool fat Dibawah 1 90-106 18-32 Steril ester, ester dari
alkohol alifatik, asam
lemak dan hidrokarbon

Bilangan ester adalah perbedaan dari bilangan penyabunan dan bilangan asam.
Bahan diskusi : apa perbedaan lemak dan minyak lemak dengan malam?

VIII.2. STEROID
Steroid merupakan lipid terpenoid dengan ciri khas adanya 4 (empat) inti cincin
karbon. Steroid tersebar pada tumbuhan, hewan dan fungi. Semua steroid berasal dari
kolesterol baik kolesterol yang diperoleh dari luar sel maupun kolesterol yang disintesis
dalam sel. Jenis-jenis steroid ditentukan berdasarkan gugus fingsi yang terikat pada struktur
inti.

Struktur inti steroid

Beberapa penggolongan steroid dan fungsinya adalah:


1. Steroid anabolik, merupakan jenis steroid yang berinteraksi dengan reseptor androgen
untuk meningkatkan sintesis otot dan tulang. Steroid ini ada yang diperoleh secara alami

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 106


dan ada pula yang merupakan hasil sintesis. Steroid jenis ini sering digunakan oleh para
atlet untuk meningkatkan performa.
2. Kortikosteroid termasuk glukokortikoid dan mineralokortikoid
 Glukokortikoid mengatur berbagai aspek dalam metabolisme dan fungsi imun
dan seringkali digunakan untuk antiinflamasi seperti pada asma dan arthritis.
 Mineralokortokoid berfungsi untuk menjaga volume darah dan mengontrol
ekskresi elektrolit dari renal (ginjal).
3. Steroid sex, mencakup hormon seks yang menyebabkan perbedaan seks dan berperan
dalam reproduksi.
4. Fitosterol, merupakan steroid alami yang terdapat dalam tumbuhan
5. Ergosterol, merupakan steroid yang terdapat dalam fungi (jamur)
FITOSTEROL
Fitosterol atau sterol tumbuhan merupakan suatu steroid alkohol yang secara alami
terdapat pada tumbuhan. Berupa serbuk putih dengan bau yang karakteristik, tidak larut
dalam air dan larut dalam alkohol. Fitosterol banyak digunakan sebagai food additive, dalam
bidang pengobatan dan kosmetik. Fitosterol mempunyai struktur inti steroid dengan
perubahan gugus fungsi pada beberapa bagian., seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel VIII.5. Beberapa jenis fitosterol
Jenis Fitosterol Perubahan pada stuktur inti steroid
β-sitosterol Dapat dilihat pada gambar dibawah
Campesterol Penghilangan atom C242
Colesterol Penghilangan atom C241 dan C242
Stigmasterol (stigmasta- Penghilangan atom H dari C22 dan C23
5,22-dien-3β-ol)
Brassicasterol (ergosta- Penghilangan atom C242 dan Penghilangan atom H
5,22-dien-3β-ol) dari C22 dan C23
Ergosterol (ergosta-5,7,22- Penghilangan atom H dari C7 dan C8 dari struktur
trien-3β-ol) Brassicasterol

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 107


Struktur β-sitosterol

STEROID PADA GLIKOSIDA JANTUNG


Glikosida jantung pada tumbuhan tersebar pada Angiospermae. Seperti glikosida pada
umumnya, glikosida jantung terdiri dari bagian glikon (gula) dan aglikon (genin). Beberapa
jenis gula yang ditemukan pada glikosida jantung adalah D-Glukosa, L-Rhamnosa, D-
Fukosa, D-glukometilosa, D-Digitalosa, L-Thevetosa, D-Digitoksosa, D-Cymarosa, L-
Oleandrosa dan D-Sarmentosa. Sedangkan bagian aglikon yang merupakan steroid dibedakan
menjadi 2 yaitu Cardenolida dan Bufadienolida dengan struktur sebagai berikut

Tabel VIII.6. Genin dari beberapa glikosida jantung (Evans, W.C., 2000)
Nomor atom karbon (C)
Genin
1 3 5 10 11 12 14 16
CARDENOLIDA OH CH3 OH
Digitoksigenin OH CH3 OH OH
Gitoksigenin OH CH3 OH OCHO
Gitaloksigenin OH CH3 OH
Digoksigenin OH CH3 OH OH
Diginatigenin OH CH3 OH OH OH
Strophanthidin OH OH CHO OH
Ouabagenin OH OH OH CH2OH OH OH
DIENOLIDA
Scillaridin A* OH CH3 OH
Scilliphaeosidin* OH CH3 OH OH
Hellebrigenin OH OH CHO OH
Keterangan : * = memiliki ikatan rangkap pada C4-C5
Dilihat dari biogenesisnya, aglikon dari glikosida jantung berasal dari asam
maevalonat tetapi molekul akhir merupakan kondensasi dari steroid C21 dengan unit C2
(pada Cardenolida). Bufadienolida merupakan produk kondensasi dari steroid C21 dan unit
C3.
Gambar VIII.1. Biosintesis Cardenolida dan Bufadienolida

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 108


Glikosida jantung yang paling penting dalam pengobatan adalah Cardenolida.
Cardenolida tersebar pada tumbuhan suku Apocynaceae (misal : Thevetia, Strophantus,
Nerium), Asclepiadaceae (misal: Calotropis), Liliaceae (misal: Convallaria), Ranunculaceae,
Moraceae, Cruciferae, Sterculiaceae, Euphorbiaceae, Tiliaceae, Celastraceae, Leguminosae
dan Schropulariaceae (misal : Digitalis). Bufadienolida penyebarannya terbatas pada suku
Liliaceae (misal: Urginea), dan Ranunculaceae (misal : Helleborus).
Efektivitas aktivitas farmakologi dari glikosida jantung tergantung dari bagian glikon
dan aglikon. Aktivitas farmakologi ditentukan oleh bagian aglikon tetapi glikon (gula)
berperan untuk meningkatkan kemampuan fiksasi dari glikosida pada otot jantung. Digitalis
diketahui mampu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (miokardial) dan mengontrol
aritmia jantung sehingga sering digunakan pada terapi heart failure.

VIII.3. PEPTIDA
Peptida mencakup banyak sekali senyawa mulai dari senyawa dengan bobot molekul
rendah sampai senyawa dengan bobot molekul tinggi. Biasanya senyawa-senyawa tersebut
mempunyai sifat fisika, kimia dan aktivitas farmakologi yang berbeda. Peptida dengan bobot
molekul rendah, hanya terdiri dari 2 unit asam amino (dipeptida) yang dihubungkan oleh
ikatan peptida. Tripeptida merupakan gabungan 3 asam amino dan polipeptida merupakan
gabungan banyak asam amino. Peptida dengan bobot molekul tinggi merupakan gabungan
beberapa unit asam amino membentuk peptida protein sederhana seperti albumin, globulin,
prolamin, glutalin, protein kompleks, protein terkonjugasi seperti casein, nukleoprotein dan
lipoprotein.

Bahan diskusi : apa yang dimaksud dengan protein terkonjugasi?

Beberapa senyawa peptida dengan bobot molekul rendah, adalah antibiotik dengan
struktur polipeptida siklis, misal : gramicidin, bacitracin, polymyxin, dan hormon peptida,
misal : oksitosin, vasopresin (hormon yang berasal dari kelenjar pituitari posterior) dan
glutation yang ditemukan pada hampir semua sel hidup.
Sintesis peptida dijelaskan melalui gambar berikut.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 109


Secara kimia, peptida disintesa dari C-terminal asam amino yang pertama dan N-terminal
dari asam amino yang kedua. Peptida banyak digunakan untuk mempelajari enzim dan
reseptor substratnya dan membuat antigen untuk merangsang pembentukan antibodi.

HORMON PEPTIDA

Berdasarkan gambar dibawah, dapat dilihat bahwa beberapa hormon peptida yang
penting dihasilkan dari kelenjar pituitari atau kelenjar hipofise. Kelenjar pituitari anterior
mensekresikan beberapa hormon yang mempengaruhi metabolisme tubuh, antara lain:

1. Luteinizing hormone (LH) dan Folicle stimulating hormone (FSH) yang bekerja pada
gonad. Keduanya sering disebut gonadotropin hormon.
2. Prolaktin, merupakan hormon laktogenik yang mengontrol sekresi air susu

3. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH), yang bekerja pada korteks adrenal untuk


mengatur pelepasan glukokortikoid

4. Hormon pertumbuhan (Growth Hormone), bekerja pada tulang, otot dan liver.

Sedangkan kelenjar pituitari posterior mensekresikan :

1. Antidiuretic hormone (ADH) atau vasopressin yang berfungsi untuk merangsang


peristalsik dan menghambat diuresis, dimana kedua efek ini berhubungan dengan
aktivitas vasopressor yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
2. Oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi ritmik dari uterus

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 110


Hormon peptida dihasilkan dalam berbagai organ dan jaringan, misalnya dalam jantung
dihasilkan ANP (Atrial-natriuretic peptide), dalam pankreas dihasilkan insulin dan dalam
saluran pencernaan dihasilkan kolesitokinin dan gastrin. Pada kondisi normal, hormon-
hormon ini diproduksi oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan tetapi pada suatu kondisi tertentu
dapat terjadi defisiensi hormon-hormon tersebut sehingga diperlukan terapi hormon secara
eksternal.

Kelenjar pituitari diambil dari beberapa spesies mamalia, seperti domba dan babi,
tetapi kebanyakan diambil dari sapi (Bos taurus Linn.) karena memberikan hasil yang lebih
baik. Setelah diisolasi dari mamalia penghasilnya, kelenjar pituitari tersebut harus segera
disimpan dalam kondisi dingin dan kondisi tersebut dijaga sampai kelenjar tersebut
digunakan dan sebaiknya digunakan dalam 24 jam setelah diisolasi.

Hormon peptida lain seperti insulin, umumnya diperoleh dari pankreas babi (Sus
scrofa) famili Suidae dan sapi (Bos taurus Linn.) Famili Bovidae. Crude insulin diperoleh
dengan mengekstraksi pankreas segar dari babi dengan alkohol dan natrium bikarbonat.
Pankreas segar dapat menghasilkan 0,2% crude insulin. Insulin merupakan hormon yang
penting dalam pengobatan diabetes karena berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam
darah.

Tugas : Carilah beberapa bahan alam penghasil fitosterol !

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 111


BAB XI
ENZIM

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit, Mahasiswa
dapat menjelaskan tentang enzim secara umum (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan
pembagian enzim
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang fungsi enzim
terutama dalam bidang kefarmasian dan tanaman penghasil enzim

PENGERTIAN
Enzim adalah katalis organik yang dihasilkan oleh organisme hidup, dapat
menyebabkan terjadinya reaksi komplek yang mendukung kehidupan. Karakteristik enzim
antara lain :
 Berupa koloid yang dapat larut dalam air dan alkohol encer, tapi terendapkan oleh
alkohol pekat

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 112


 Aktifitas tergantung suhu dan temperatur. Temperatur optimal bagi aktifitas enzim
adalah 35˚ C dan 40˚C, diatas 65˚C terutama dalam kondisi lembab dapat
menhancurkan aktifitas enzim
 Logam berat, formalin dan iodin bebas memperlambat aktifitas enzim
Berat molekul enzim berkisar antara 13.000-840.000, berdasarkan reaksinya enzim
diklasifikasikan menjadi 6 kelas, dimana masing-masing memiliki 4-13 subkelas yaitu
Oxidoreductase , transferase, hydrolase, lyase, isomerase dan ligase. Sedangkan pembagian
enzim yang umum berdasarkan literatur farmasi antara lain:
 Esterase termasuk diantaranya lipase, pospholipase, dan acetylcholinesterase
 Carbohydrase termasuk diantaranya diastase, laktase, maltase, invertase, cellulose,
hyaluronidase, glucuronidase, dan lysozym
 Nuclease termasuk diantaranya ribonuclease, dan adenosine deaminase
 Amidase termasuk diantaranya arginase dan urease
 Proteolytic enzim termasuk diantaranya pepsin, trypsin, chymotrypsin, papain,
fibrinolysin, streptokinase, dan urokinase
Bentuk enzim biasanya merupakan kombinasi subtansi organik atau anorganik yang
memiliki bagian penting dalam proses katalis, jika substansi ini merupakan nonprotein
organik maka disebut coenzym, jika substansinya ion anorganik maka disebut activator.
Ezim digunakan sebagai agen terapetik dan juga faktor kontrol dalam serangkaian
reaksi kimia dalam industri. Pepsin, pancreatin dan papain digunakan dalam terapi sebagai
digestan, hyaluronidase memfasilitasi difusi dari cairan injeksi, streptokinase dan
streptodonase melarutkan gumpalan darah dan akumulasi purulent, eymase dan rennin
digunakan dalam industri keju, dan penisilase menginaktifkan beberapa penisilin.

I. ESTERASE
 Lipase adalah lipolitik enzim yang tersebar luas pada binatang dan sayuran, terdapat
dalam pancreas binatang dan minyak pada biji-bijian. Lipase menyebabkan
terhidrolisisnya lemak menjadi gliserin dan asam lemak.
 Pectase mengubah pectin menjadi asam pektat dan methyl alkohol.
 Steapsin adalah lipolitik enzim yang mencerna lemak.
 Urease terdapat dalam kedelai digunakan dalam laboratorium untuk mengubah urea
menjadi ammonia.

II. AMYLOLYTIC (CARBOHIDRASE)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 113


 Saliva diastase (ptyalin) dan pancreatik diastase (amylopsin) ditemukan dalam saluran
pencernaan hewan yang biasa dikenal dengan animal diastase. Malt diastase
dihasilkan selama proses pengecambahan gandum dan mengubah tepung menjadi
maltose.
 Invertase atau sucrase ditemukan pada ragi dan cairan intestinal, berfungsi
menghidrolisis sucrose menjadi glucose dan fructose. Maltase yang berfungsi
mengubah maltose menjadi glucose juga ditemukan pada yeast dan cairan intestinal.
 Zymase adalah enzim fermentasi yang mengubah monosakarida (glucose dan
fructose) menjadi alkohol dan karbondioksida. Emulsin ditemukan dalam biji almond,
menghidrolisis β-glukosida, amygdalin terhidrolisis menjadi glucose, benzaldehid,
dan hydrogen sianida.
 Myrosin ditemukan dalam mustard hitam dan putih, menghidrolisis sinalbin, sinigrin
dan glikosida lainnya.
 Lactase menghidrolisis lactose menjadi galactose dan glucose, dihasilkan oleh
Saccaromyces lactis, bubuknya digunakan untuk pasien yang tidak tahan terhadap
lactose dalam susu atau produk dari susu lainnya.

III. ENZIM OKSIDASI


 Peroksidase terdistribusi luas dalam tanaman, bertanggungjawab atas reaksi
oksidasireduksi yang menyebabkan perubahan warna pada buah yang rusak.
 Thrombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin.

IV. ENZIM PROTEOLITIK


 Erepsin ditemukan dalam cairan intestinal berfungsi mengubah proteosa dan pepton
menjadi asam amino.
 Rennin terdapat dalam membrane mucose lambung mamalia berfungsi membekukan
larutan casein dalam susu

EKSTRAK MALT
Malt atau malted barley dihasilkan oleh varietas Hordeum vulgare Linne (Fam.
Graminease), mengandung dextrin, maltose, glucose dan amylolitic enzim. Digunakan secara
luas dalam industri bir dan alkohol. Dalam farmasi digunakan sebagai bulk-laxative.

PEPSIN

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 114


Merupakan substansi yang mengandung enzim proteolitik, dihasilkan dalam lapisan
glandula perut babi, Sus crofa Linne var domesticus Gray (Fam. Suidae). Pepsin dibuat
dengan mendigesti cincangan perut babi dengan HCl, kemudian dimurnikan, sebagian
diuapkan, didialisis, diendapkan, dikeringkan diatas kaca ini dikenal dengan scale pepsin
atau diuapkan dalam vacuum dikenal dengan spongy pepsin .
Pepsin digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan, diberikan setelah makan dan
diikuti dengan pemberian HCl dengan dosis 500 mg. Biasanya juga dikombinasikan dengan
prancreatin.

PANCREATIN
Merupakan subtansi yang mengandung ezim antara lain amylase, lipase, dan protease.
Diperoleh dari pancreas babi, Sus scrofa Linne var domesticus Gray (Fam Suidae) atau lembu
jantan, Bos taurus Linne (Fam Bovidae), digunakan untuk penyakit celiac dan penyakit yang
berkaitan dengan defisiensi pancreatin.

TRYPSIN
Merupakan hasil kristalisasi dari ekstrak kelenjar pancreas dari lembu jantan, Bos
Taurus Linne (Fam Bovidae). Trypsin memberikan aktifitas optimal dalam medium alkali pH
8, sedangkan pepsin hanya dapat bereaksi dalam medium asam, sehingga lebih aktif
dibandingkan pepsin. Berfungsi mengubah proteosa dan peptone menjadi polipeptida dan
asam amino. Tripsin dapat digunakan secara oral, topical, inhalasi, dan injeksi pada necrosis
debridemen dan lesi permukaan gusi. Tapi pengunaan secara umum adalah topical dengan
aerosol untuk pembersih luka.

PAPAIN
Papain dihasilkan dari getah kering buah Carica papaya Linne (Fam. Caricaceae)
yang telah dimurnikan, papain mengandung beberapa enzim, satu atau lebih proteolitik enzim
antara lain peptidase mengubah protein menjadi dipeptida dan polipeptida, enzim mirip
rennin, amylolitic enzim, clotting enzim sama dengan pectase dan enzim yang memiliki
aktivitas lemah pada lemak.
Papain digunakan sebagai digestan protein karena memiliki aksi yang sama dengan
pepsin, digunakan untuk meredakan simptom episiotomi, sebagai bahan tambahan dalam
cairan lensa kontak, dan diindustri daging digunakan untuk mengempukkan/melunakkan
daging.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 115


BROMELAINS, BROMELAIN atau BROMELIN
Merupakan campuran antara enzim pencerna protein dan pengendap susu yang
dihasilkan oleh Ananas comosus (Linne) Merr. (Fam. Bromeliaceae), baik dari buah ataupun
batang, berbeda dengan papain bromelain dapat diperoleh baik dari buah masak maupun
belum masak.
Bromelains digunakan dalam terapi untuk mengurangi inflamasi dan edema serta
perbaikan jaringan terutama yang berkaitan dengan episiotomy. Di industri digunakan untuk
menghidrolisis protein pada industri daging dan barang-barang dari kulit.

STREPTOKINASE
Streptokinase adalah protein yang dimurnikan dari bakteringrup C β-hemoliytic
streptococci, yang mengubah plasminogen menjadi enzim proteolitik plasmin. Plasmin
berubah menjadi fibrin, fibrinogen dan plasma protein yang lain.
Digunakan pada pengobatan emboli paru, thrombosis vena dalam, thrombosis pada arteri
emboli pada okulasi kanula arteri, dan thrombosis arteri koroner.

UROKINASE
Urokinase adalah enzim yang didisolasi dari urin manusia atau dari ginjal manusia
dengan kultur jaringan, memiliki dua bentuk yang keduanya memiliki efek klinis yang
hampir sama, tapi memiliki berat molekul yang berbeda.
Aktivitas enzim pada sistem fibrinolitik endogen, mengubah plasminogen menjadi
enzim plasmin. Plasmin berubah menjadi fibrin, fibrinogen dan plasma protein yang lain.

FIBRINOLISIN
Fibrinolisin terdapat pada serum darah sebagai protease dan dalam plasma sebagai
precursor inaktif profibrinolysin (atau plasminogen). Fibrinolisin dibuat secara komersial
dengan mengaktifkan fraksi plasma darah dengan streptokinase. Digunakan untuk
pengobatan pengumpalan darah pada sistem kardiovaskuler khusus pada kasus trobosis pada
koroner dan arteri cerebral.
DESOXYRIBONUCLEASE atau DEOXYRIBONUCLEASE
Desoxyribonuclease atau deoxyribonuclease adalah enzim nukleolitik yang diperoleh
dari pemurnian kelenjar pancreas bovine. Mengkatalisis pemecahan molekul asam

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 116


desoxyribonucleat menjadi fragmen dengan ukuran yang sama (polinukleotida), bereaksi
melawan rusaknya jaringan pada keadaan purulent.
SUTILAINS
Mengandung enzim proteolitik dari bakteri Bacillus subtilis. Sediaan dalam bentuk
cream digunakan untuk luka debridement.
COLLAGENASE
Collagenase adalah enzim yang dihasilkan dari kultur fermentative Clostridium
histolyticuim, digunakan secara topikal untuk luka debridemen dan luka bakar.
L-ASPARAGINASE
L- Asparaginase enzim yang diperoleh dari kultur Escherichia coli, digunakan pada
pengobatan leukemia akut pada anak-anak, sediaan biasanya merupakan kombinasi dengan
prednison dan vincristin.

BAB XII
VITAMIN

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit, Mahasiswa
dapat menjelaskan tentang vitamin secara umum (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan
pembagian vitamin (vitamin yang larut dalam air, vitamin yang larut dalam lemak
dan faktor yang berhubungan dengan vitamin)
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang fungsi dan
pengobatan dengan vitamin dan tanaman sumber vitamin

PENGERTIAN
Vitamin adalah zat organik yang tidak disintesis dalam tubuh, dalam jumlah kecil sangat
penting untuk pemeliharaan metabolisme yang normal. Vitamin tidak menghasilkan energi
dan bukan merupakan bahan pembentuk struktur sel.
Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan penyakit seperti beri-beri, ricket,
scurvy, xeropthalmia, atau suatu kondisi tanpa gejala yang jelas.
Istilah vitamin timbul tahun 1911, dimana pada waktu itu senyawa amin yang
diisolasi dari kulit padi mendapat perhatian karena dapat mencegah beri-beri, senyawa
essensial ini atau vital amin disebut vitamin. Istilah vitamin tetap dipakai sampai sekarang

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 117


walaupun tidak semua vitamin merupakan senyawa amin misal vitamin A, C, D, E, K dan
inositol. Struktur kimia dari vitamin bervariasi dari molekul sederhana seperti niacin sampai
yang kompleks seperti cyanocobalamin.
Fungsi biologis dari vitamin juga beraneka ragam. Vitamin B2, niacin, dan asam pantotenat
berfungsi sebagai koenzim. Vitamin B12 dan asam folat berperan dalam biosintesis
pemindahan atom C. Vitamin C berperan dalam biosintesishidroksiprolin, suatu komponen
yang penting dalam kolagen. Vitamin B1 dan B6 berperan dalam metabolisme karbohidrat
dan asam amino. Biotin berperan dalam metabolisme karboxilasi. Vitamin D dan E berperan
selektif dalam membran transport. Vitamin A, B1 ,B12 ,C ,E , dan niacin berperan secara
langsung dan tidak langsung dalam reaksi oksidasi reduksi.
Pemberian vitamin meningkat terutama pada kondisi saat hamil, menyusui, setelah
menjalani operasi besar, terjadi infeksi, pada bayi dan usia lanjut, pemakaian antibiotik
spektrum luas dalam jangka waktu panjang, penggunaan isoniazid dan oral kontrasepsi.
FDA mengharuskan produk vitamin mencantumkan presentase komposisi produk
sesuai dengan yang dianjurkan US RDA(US Recommended Daily Allowance) yaitu dosis
yang dianjurkan untuk penggunaan sehari. Presentase tergantung dari umur, jenis kelamin,
jenis penyakit, stress dan berat badan.
Berdasarkan kelarutannya vitamin dibagi menjadi vitamin larut dalam lemak yaitu
vitamin A, D, E ,K, dan yang larut dalam air, vitamin B complex, vitamin C, biotin, beberapa
zat yang mempengaruhi kegiatan fisologik seperti asam amino benzoat, bioflavonoid, cholin
dan inositol.

VITAMIN YANG LARUT DALAM LEMAK


Kekurangan kelompok vitamin ini kemungkinan disebabkan karena terganggunya
absorbsi lemak, seperti pada penyakit billiary cirrhosis, cholecysitis, dan sprue, dapat juga
terjadi pada saat terapi penggunaan cholesteramin dan penggunaan laxative yang berlebihan.
VITAMIN A
Vitamin A adalah istilah yang diberikan kepada semua derivat dari senyawa β-ionone,
selain itu senyawa karotenoid, yang memiliki aktivitas biologi semua trans retinol. Retinol
adalah bagian terbesar bentuk alami dari vitamin A, tapi bentuk yang umum diketahui adalah
sebagai senyawa ester asetat dan palmitat dari alkohol dan beberapa hasil oksidasi seperti
retinal, retinoic acid dan 3-dehydroretinol. Bentuk ester dari vitamin A mempunyai stabilitas
yang baik, senyawa sistesis dalam bentuk ini merupakan bagian terbesar bentuk komersial
dari vitamin A.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 118


Retinol dapat diabsorbsi 80%-90% dari saluran pencernaan normal dan disimpan
dalam jaringan tubuh terutama di hati, dengan suatu tafsiran dalam keadaan normal sepertiga
dari pemberian vitamin A akan disimpan.
Sumber vitamin A terutama terdapat dalam minyak ikan, organ binatang seperti ginjal,
jantung, hati, terdapat dalam telur, produk susu dan ikan.
Provitamin A berasal dari senyawa karetinoid yang terdapat dalam wortel dan sayuran
berdaun hijau, dimana setelah melalui beberapa tahap reaksi, dapat berubah menjadi vitamin
A. Hanya senyawa karetinoid yang memiliki paling tidak satu unhidroxy lated β-ionone ring
yang dapat diubah menjadi vitamin A

β-carotene dan senyawa yang sekerabat


(Provitamin A)

Dalam sel β -carotene


mukosa usus oxydase

Retinal

Retinol

Vitamin A dibutuhkan untuk penglihatan, pertumbuhan dan diversi jaringan.


Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan myctalopia, xeropthalmia, hiperkeratosis pada
kulit, terhambatnya pertumbuhan, dan penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Keberhasilan pemakaian vitamin A dalam dosis tinggi untuk pengobatan acne belum bisa
dipastikan.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 119


Gejala yang timbul akibat kelebihan konsumsi vitamin A adalah lemas, keluar
keringat pada malam hari, rasa tidak nyaman dalam pencernaan, mual, dan muntah
Pemakaian vitamin A dalam bentuk oral dan injeksi intramuscular. Pengobatan
kekurangan vitamin A pada dewasa dosisnya 10.000-25.000 unit/hari selama 1-2 minggu.
Untuk anak-anak 5000 unit/kg berat badan/hari, dan untuk pengobatan xeropthalmia 25.000-
50.000 unit/hari.
Pemerian vitamin A, merupakan cairan seperti minyak, berwarna kuning sampai
merah, membeku apabila didinginkan, harus terlindung dari cahaya dan udara, hampir tak
berbau atau sedikit berbau ikan dan tidak berasa.
VITAMIN D
Istilah yang dipakai untuk golongan steroid dan metabolitnya yang penting untuk
absorbsi dan penyediaan kalsium. Cholecalsiferol (Vitamin D3) adalah bentuk pertama yang
dijumpai dalam spesies binatang dan disimpan dalam beberapa jaringan teramasuk hati dan
kulit. Minyak hati ikan adalah suatu bahan alami yang kaya akan vitamin D3.

Vitamin D2 berasal dari Ergosterol suatu steroid dari tanaman. Vitamin D disebut Sun
Shine Vitamin sejak sinar UV terlibat dalam perubahan provitamin D menjadi Vitamin D 3 dan
D2.

UV
7-dehidrocholesterol cholecalsiferol

UV ergocalciferol
ergosterol

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 120


Tanpa penyinaran yang terkontrol Ergosterol dapat berubah menjadi lumisterol, ke
bentuk tachysterol, ergocalsiferol, toxisterol, dan suprasterol.
Fungsi biologis dari vitamin D adalah membantu penggunaan kalsium dan fosfat yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan perawatan gigi dan tulang, pencegahan dan
pengobatan ricket (kekurangan kalsium pada anak-anak) dan osteomalasia pada dewasa.
Pemakaian vitamin D pada umumnya peroral dan juga sebagai injeksi intramuscular.
Dosis pada umumnya 400 unit/hari tidak ada variasi umur, untuk pengobatan 1.000-4.000
unit/hari.
Oleo Vitamin A dan D merupakan larutan vitamin A dan D dalam minyak hati ikan,
biasanya dalam komposisi kapsul 10.000 unit vitamin A dan 400 unit vitamin D. Dalam
bentuk topikal emolien biasa digunakan untuk pengobatan luka bakar, sengatan matahari dan
iritasi kulit lainnya.
Cod Liver Oil, minyak lemak yang diperoleh dari hati ikan segar Gadus Morrhua
Linne dan spesies lain dari suku Gadidae yang sudah dibebaskan dari stearinnya.
Cara produksi dengan memisahkan hati dengan empedu, kemudian dilakukan proses
steaming untuk memisahkan minyaknya, minyak yang terpisah membeku pada temperatur –
5˚C, presipitan dari strearin dipisahkan dengan cara dekanter dan disaring.
Pemerian, cairan seperti minyak, sedikit berbau amis tapi tidak tengik, tiap gramnya
mengandung tidak ≤ 225 μg vitamin A (350 unit), 2,215 μg vitamin D (85 unit) dan tidak ≥
1 % flavoning agent. Cod Liver Oil mengandung 85% ester gliseril tidak jenuh, serta 15%
asam lemak jenuh (miristat dan palmitat) dan asam tak jenuh (oleat, linoleat, gadoleat, dan
palmitoleat), serta sedikit asam stearat yang tertinggal. Garam empedu dan alkaloid morrhuin
dan aselin tiadak boleh ada, bila terdapat garam empedu membuktikan masih tercampur
empedu, bila terdapat alkaloid menunjukkan terjadinya penguraian.

VITAMIN E
Istilah yang diberikan kepada bermacam-macam bentuk α tokoferol, termasuk
dextrorotatory isomer, campuran rasemisnya serta ester asetat dan asam suksinat. Bentuk
bebasnya mudah teroksidasi, bentuk ester lebih stabil, β, γ, δ, juga terdapat dialam tapi
aktivitas sebagai vitamin E rendah sekali.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 121


Untuk penyerapan yang efisien dalam saluran pencernaan, vitamin E membutuhkan
garam empedu dan lemak dari makanan, vitamin E tersimpan secara luas dalam jaringan
lemak tubuh lebih dari 4 tahun, sumber vitamin E terdapat secara luas di alam dan biasanya
dapat dipenuhi dari makanan. Sumber vitamin E dari minyak tumbuhan, sayuran, kuning
telur, daging, padi, dan minyak gandum (wheat germ oil)
Kegunaan vitamin E sebagai antioksidan, membantu kesempurnaan membran sel
termasuk butir sel-sel darah merah dengan melindungi dari serangan peroksida yang akan
memecah ikatan-ikatan yang tidak jenuh dari lipid yang merupkan komponen membran,
berperan sebagai kofaktor dalam beberapa enzym.
Pemakain secara peroral dan injeksi intramuscular, dengan dosis dewasa profilaksis
30 unit/hari, pengobatan 60-75 unit/hari dan untuk anak-anak unit/berat badan/hari.

VITAMIN K
Istilah yang diberikan untuk senyawa 2 methyl-1,4 napthoquinon dan derivatnya yang
memiliki aktivitas antihemorragi. Bentuk vitamin K yang ada dialam mempunyai subtituen
alifatik pada atom C no 3. Vitamin K terdapat secara alami dalam dua bentuk vitamin K 1 dan
K2.

Vitamin K dalam hati diperlukan untuk pembentukan prototrombin, vitamin K


dibentuk oleh mikroorganisme dalam usus karena itu manusia sehat umumnya tidak
tergantung adanya vitamin K dalam makanan, penyerapan vitamin K terganggu dalam kasus
obstruksi, diare dan penggunaan pencahar yang berlebihan.
Sumber vitamin K terdapat dalam sayuran berwarna hijau, tomat dan minyak
tumbuhan.

VITAMIN YANG LARUT AIR


Vitamin B Komplex

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 122


VITAMIN B1
Thiamine atau vitamin B1 tersubstitusi dari cincin pyrimidine dan thiazole yang diikat
dengan jembatan methylen. Vitamin B1 stabil pada lingkungan asam tapi terdekomposisi
diatas pH 5.

Sumber vitamin B1 adalah padi-padian, kacang-kacangan dan daging. Kekurangan


vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri, gejala-gejala akibat kekurangan vitamin B 1
antaralain hipersensitif emosional, kehilangan pengecapan, fatigue, dan lemah otot.
Kekurangan thiamin dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun kelainan bawaan seperti
lactic asidosis yang disebabkan oleh defisiensi carboxylase, aminoacidopathy, dan sindrom
Wernicke-Korsakoff.
Thiamin diperlukan dalam metabolisme karbohidrat dan untuk fungsi neurologi,
dalam tubuh thiamin terphosphorilasi menjadi thiamine diphosfat atau cocarboxylase sebagai
bentuk aktifnya, yang fungsinya sebagai koenzim untuk α-ketoacid decarboxylase
(asetilkoenzim A formasi dan metabolisme asetat) dan transketolase (hexose monofosfat
shunt). Thiamin dimetabolisme dihati dan ginjal.
Thiamin biasanya digunakan sebagai suplemen untuk mengatasi kondisi difesiensi,
dosis penggunaan untuk bayi 0.5 mg, anak < 4 tahun 0.7 mg, dewasa dan anak-anak > 4
tahun, maksimal dosis 5-15 mg per hari.
Sumber vitamin B1 adalah padi-padian, kacang-kacangan dan daging. Kekurangan
vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri, gejala-gejala akibat kekurangan vitamin B 1
antaralain hipersensitif emosional, kehilangan pengecapan, fatigue, dan lemah otot.
Kekurangan thiamin dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun kelainan bawaan seperti
lactic asidosis yang disebabkan oleh defisiensi carboxylase, aminoacidopathy, dan sindrom
Wernicke-Korsakoff.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 123


Thiamin diperlukan dalam metabolisme karbohidrat dan untuk fungsi neurologi,
dalam tubuh thiamin terphosphorilasi menjadi thiamine diphosfat atau cocarboxylase
sebagai bentuk aktifnya, yang fungsinya sebagai koenzim untuk α-ketoacid decarboxylase
(asetilkoenzim A formasi dan metabolisme asetat) dan transketolase (hexose monofosfat
shunt). Thiamin dimetabolisme dihati dan ginjal.
Thiamin biasanya digunakan sebagai suplemen untuk mengatasi kondisi difesiensi,
dosis penggunaan untuk bayi 0.5 mg, anak < 4 tahun 0.7 mg, dewasa dan anak-anak > 4
tahun, maksimal dosis 5-15 mg per hari.

VITAMIN B2 (RIBOFLAVIN)
Berwarna kuning, stabil terhadap panas dan agak larut dalam air. Vitamin ini
sensitif terhadap cahaya dan akan berubah menjadi lumichrome atau lumiflavin yang tidak
memiliki aktifitas fisiologi, tergantung cuaca dan kondisi keasaman atau kebasaan suatu
larutan. Riboflavin dapat disintesis secara kimia tapi sintesis bakteri lebih diminati karena
ekonomis.

Sumber riboflavin antara lain yeast, telur, kacang-kacangan dan daging. Riboflavin
yang terdapat dalam makanan merupakan bentuk bebas dan sebagai riboflavin 5’ fosfat
(flavin mononukleat/FMN) dan flavin adenine dinucleotide/FAD. Nucleotida terhidrolisis
menjadi riboflavin di saluran gastrointestinal atas, bentuk bebas diabsorbsi langsung ke sel
intestinal mucosa secara transport aktif yang diperbesar oleh garam bile. Riboflavin
difosforisasi oleh flavokinase mucosa, FMN terikat albumin plasma dan ditranspor menuju
hati tempat dimana akan diubah menjadi FAD. Jantung, ginjal dan terutama hati adalah
tempat penyimpanan riboflavin yang terikat (flavoprotein). FMN dan FAD berfungsi

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 124


sebagai koenzim dalam electron transfer dalam reksi oksidasi-redusi, baik aerobik maupun
anaerobik.
Defisiensi riboflavin biasanya disebabkan oleh nutrisi yang tidak mencukupi,
malabsorbsi, alkohol, dan pengunaan beberapa obat seperti phenotiazin, antidepresan
trisiklik dan probenesid, dengan gejala umum pada kulit seperti chelosis, glossitis,
dermatitis seborroik dan vaskuraisasi kornea.
Dosis penggunaan deawa dan anak > 4 ahun 1.7 mg, anak < 4 tahun 0.8 mg, bayi
0.6 mg dan ibu hamil 2.0 mg. Dosis umum 5-30m mg per hari dosis terbagi.

NIACIN
Niacin atau asam nikotinat atau vitamin B3 dapat diperoleh dari daging, ikan,
sereal, kopi dan trytophan. Niacin termetabolisme menjadi niacinamid yang merupakan
komponen nikotinamid, adenine, dinukliotide (NAD) atau koensin I dan nikotenamid,
adeline, dinukliotide, fospat (NADT) atau koensim II, yang berfungsi sebagai transpor
elektron dalam glikogenolisis metabolisme lemak dan respirasi jaringan.

Pellagra adalah kondisi kekurangan niacin yang simptomnya mencakup sistem


saraf, kulit dan sistem pencernaan yang biasa disebut dengan 3D (Dementia, Dermatitis
dan Diare). Lesi oral khususnya stomatitis angular, celosis dan lidah merah adalah
symptom yang paling sering ditemukan daripada yang lain.
Defisiensi niacin disebabkan antara lain karena kekurangan asupan, malabsorbsi
intestinal maupun kerusakan metabolisme genetic. Beberapa kerusakan genetik yang
berhubungan dengan niacin antara lain penyakit hartup, malabsorbsi trytophan dan
kegagalan sintesis niacin secara invivo. Niacin menyebabkan vasodilatasi perifer secara
langsung, yaitu kemerahan pada lapisan subcutan kulit dan rasa panas terutama daerah
leher, muka dan telinga. Khusus niacin biasanya digunakan dalam terapi hyperlipidemi
primer. Dosis pengunaan dewasa dan anak> 4 tahun 20 mg, anak < tahun 9 mg dan 8 mg
untuk bayi. Dosis lazim 10-20 mg per hari sampai 500 mg dalam dosis terbagi.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 125


ASAM PANTOTHENAT
Diperoleh dari hidrolisis β-alanin dan asam pantotenat, derivat asam butirat
tersubtitusi. Biosintesi membuktikan bahwa asam pantotenat merupakan turunan dari β-
alanin dan asam α-ketoisovalerat.

Terdapat dalam bentuk liquid sehingga pengunaannya biasanya dalam bentuk


garam kalsium. Campuran rasemik dan isomer dektrorotari sama-sam komersial, hasil awal
memiliki 1,5x aktivitas dibandingkan yang terakhir. Panthenol merupakan campuran
rasemik sintetik dari alkohol yang analog dengan asam pantotenat, dioksidasi secara invivo
menjadi asam pantotenat.
Asam pantotenat merupakan precursor dari koenzim A, yaitu kofaktor yang
esensisal dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Coenzim A berhubungan
dengan sintesis asam lemak dan sterol, oksidasi asam lemak, asam piruvat, dan asam α-
ketoglutarat..
Dexapanthenol alkohol analog dari d- asam pantotenat digunakan dalam bentuk
intramuscular injeksi untuk pengobatan postop dinamic ileus, tablet dengan colin bitartrat
untuk mengurangi retensi gas intestinal, bisa juga digunakan sebagai emollient untuk
meredakan kemerahan dan irritasi panas kulit
Sumber utama dari asam pantotenat adalah organ hewan (hati, ginjal dan jantung)
dan cereal. Kekurangan vitamin ini menyebabkan Foot Burning simptom. Dosis
penggunaan dewasa dan anak > 4 tahun 10 mg, anak< 4 tahun 5 mg, dan 3 mg untuk bayi.
PYRIDOXIN
Vitamin B6 (pyridoxol, pyridoxal, dan pyridoxamin) tiga saling berkaitan, memiliki
aktivitas yang sebanding. Dalam pharmasi atau medis pyridoxin adalah istilah yang biasa
digunakan untuk pyridoxol, dominan terdapat dalam tumbuhan, sedangkan pyridoxal dan
pyridoxamain pada jaringan hewan. Karena paling stabil maka yang biasa disintesis dan
digunakan adalah pyridoxine.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 126


Pyridoxine diaabsorbsi dijejenum, tapi yang disintesis oleh mikroflora lebih banyak
diekskresi lewat feses. Pyridoxin berubah menjadi pyridoxal di sel darah merah, pyridoxal
5-phosphat atau codecarboxylase adalah bentuk yang paling aktif, berfungsi juga sebagai
kofaktor enzim, termetabolisme dihati. Codecarboxylase terlibat dalam reaksi karbohidrat,
lemak dan protein. sebagai kofaktor dari aminotrasferase, dehidratase dan decarboksilase.
Sumber dari daging, pisang, dan cereal, kacang dan kentang. Defisiensi akibat
malabsorbsi intestinal , kelainan bawaan lahir, dan pengunaan oba-obatan seperti
chloramfenikol, sikloserin, hidralazin, isoniazid dan kontrasepsi oral.
Gejala kekuranagn hampir sama dengan kekurangan pada niacin dan riboflavin,
neurology (kebingungan, kepekaan berkurang, konvulsi yang tiba-tiba), lesi kulit (glossitis,
dermatitis seboroik dan stomatitis) dan anemia mikrolitik hipocromik. Dosis pengunaan
dewasa dan anak > 4 tahun 2 mg, anak < 4 tahun 0.7 mg, bayi 0.4 mg ibu hamil dan
menyusui 2.5 mg
ASAM FOLAT
Asam folat, folacin dan asam pteroyglutamat dan vitamin B 6 adalah istilah untuk
antianemia; merupakan konjugasi derivat pteridin, asam p-aminobenzoat dan asam
glutamat reduktase di hati dan plasma. Asam folat tereduksi menjadi asam tetrahidrofolat
yang merupakan bentuk aktif asam folat.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 127


Daun hijau dan hati adalah sumber dari folat (pteroylpolyglutamat), yang tidak
dapat secara langsung menembus membran sel tapi terhidrolisa menjadi
pteroylmonoglutamat dengan γ-glutaminlhydrolase sebelum diabsorbsi dijejenuim. Asam
tetrahidrofolat berfungsi dalam proses sintesis erythropoesis, leucopoiesis dan
nucleoprotein. Defisiensi asam folat bisa disebabkan oleh malabsorbsi intestinal dan
rusaknya fungsi hati, simptom klinik berupa anemia megalobastik dan makrolitik serta
glossitis. Infeksi dan stress, pengunaan antikonvulsan, kontrasepsi oral dan
glukokortikosteroid yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan defisiensi folat.
VITAMIN B12
Istilah yang diberikan untuk rangkaian porphyrin yang berhubungan dengan derivat
corrinoid yang berfungsi sebagai faktor ekstrisik untuk mencegah anemia, molekul vitamin
B12 terdiri atas cobalt dan inti corin.

Disintesis secara kimia tapi juga semisintesis mengunakan mikroorganisme


khususnya Streptomyces griseus. Sumber vitamin B12 antara lain hati, daging, bahan
makanan dari laut, telur, produk fermentasi seperti saus kedelai. Fungsi vitamin B 12 antara
lain dalam reproduksi sel, pertumbuhan, hematopoesis, sistesis myelin dan nucleoprotein.
Gejala kekurangan vitamin B12 biasanya pada proses hematopati anemia
megalobastik, kerusakan neurologi seperti kerusakan saraf myelin seperti lemah otot,
kehilangan memori, mood swing, dan mati rasa pada kaki dan lengan. Absorbsi vitamin ini
berhubungan dengan pengunaan obat-obatan seperti antibiotik golongan aminoglikosida,
asam p-aminosalisilat, antikonvulsan, kolesteramin dan colchicin, pemberian obat-obatn
ini harus memerlukan tambahan vitamin B12

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 128


Dried Yeast (ragi) adalah organisme uniseluler yang mampu mengubah gula
menjadi alkohol dan CO2. Dalam industri yeast dipakai untuk pembuatan roti dan
fermentasi. Sel dari yeast berisi beberapa enzim, protein, vitamin B (dried yeast dipakai
sebagai sumber dari Vitamin B komplek
Brewer’s yeast, Saccharomyces cerevisiae (suku Saccharomycetaceae), dan Torula
yeast’s, Candida utilis ( suku Cryptococcaceae), keduanya tumbuh dalam media yang
cocok dalam tong fermentasi yang luas. Apabila yeast tersebut merupakan bahan
pembuatan bir, maka sel-sel harus dicuci sampai bersih biasanya memakai larutan alkali,
untuk menghilangkan asam resin yang pahit. Kemudian sel-sel yeast dikeringkan dan
dijual dalam bentuk serbuk atau tablet.

Secara representatif dried yeast terdiri dari kurang lebih 45% protein tiap gramnya,
120 μg thiamine, 40 μg riboflavin, 300 μg niacin dan vitamin lain dalam jumlah kecil.
Dosis penggunaan sebagai suplemen 10 g 4 kali sehari.

VITAMIN C
Vitamin C atau l- ascorbic acid terdapat dialam yang berguna untuk pencegahan
scurvy dan sebagai antioksidan
Disintesa dari D-glucose-o-galactase atau gula yang lain. Dapat diisolasi dari citrus
dan daun mahkota bunga mawar. Terdapat dalam keadaan seimbang dengan dehidro-l-
ascorbic acid, suatu bentuk teroksidasi dari vitamin C, berfungsi sebagai antiscorbut
(pendarahan pada gusi)

Kegunaan vitamin C untuk pembentukan kollagen, bahan-bahan interseluler dari


jaringan terutama dalam tulang, kulit dan gigi, terlibat dalam reaksi biologi oksidasi reduxi
(hydrogen dan e- transport)
Sumber vitamin C dari buah citrus, tomat, dan strawberry. Buah-buahan segar dan
sayuran. Vitamin C 50% akan hilang atau rusak dalam proses pemasakan.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 129


Tanda-tanda kekurangan vitamin C antara lain letih, sakit pada otot, daya tahan
terhadap infeksi menurun, stress, luka, lecet pada kulit, pendaran pada gusi dan degenerasi
kollagen.
Kebutuhan harian dewasa dan anak > 4 tahun 60 mg per hari, anak < 4 tahun 40 mg
per hari, bayi 35 mg per hari. Kebutuhan vitamin C bertambah dalam keadaan pemakaian
obat – obatan seperti barbiturat, salisilat dan tetrasiklin, perokok, penderita penyakit seperti
gastrointestinal disease, kanker, peptic ulcer, hipertiroidism, stress, dan luka bakar.
Sediaan injeksi 50 – 500 mg/ml, tablet 25 mg – 1 gr, tablet hisap 100 mg – 1 gr.
Effervescent 1 gr, kapsul 25 mg dan 500 mg, oral solution 35 dan 100 mg/ml, sirup 20 dan
100 mg/ml.
BIOTIN
Biotin, D-Biotin atau Vitamin H adalah zat yang mempunyai aktifitas psiologi dan
terdiri dari fusi antara cincin imidasolidone, tetrahidrotiofene dan rantai asam valerat.

Sumber biotin antara lain kuning telur, hati, butir garam, dan susu. Biotin juga
dihasilkan oleh microflora dalam usus, secara komersial dibuat secara sintetis, kekurangan
biotin dapat disebabkan karena Avidin (suatu glycoprotein yang terdapat dalam putih telur)
karena membentuk senyawa komplek avidin – biotin yang tidak dapat diabsobsi, dan
kelainan metabolisme (pembawaan sejak lahir).
Fungsi dari biotin sebagai suatu karboksil – cariying kofaktor dalam beberapa
system enzim karboksilase dan dekarboksilase. Propionic academia, lactic acidosis dan 3-
metil croronil glicinuria yang dijumpai dalam beberapa bayi yang diakibatkan karena
kelainan bawaan dalam metabolisme dari propionil – CoA carboksilase, piruvat
carboksilase dan 3-metil clorotoniyl-CoA carboxylase, semuanya ini adalah carboxylase
yang tergantung pada biotin.
Tanda-tanda kekurangan biotin antara lain alopesia (botak), erythroderma,
descuamativa, dan seborreik dermatitis. Biotin dipakai dalam beberapa produk
multivitamin.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAMIN

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 130


PABA (Para Amino Bezoic Acid)
PABA suatu precursor dari asam folat, terdapat dialam, tidak dianggap vitamin,
tidak penting untuk manusia.
Pemakaian kadang-kadang digabungkan dengan vitamin B Complex, sebagai faktor
pelengkap dalam makanan dalam produk multivitamin dan mineral (15-100 mg), dipakai
dalam pengobatan demam rheumatik bersamaan dengan preparat salisilat karena PABA
akan menaikkan kadar salisilat dalam serum dan ini menguntungkan (pemakaian 500 mg
4-6 kali sehari).
PABA dipakai baik sebagai asam atau berbagai bentuk ester, untuk beberapa
sediaan preparat topikal sebagai pelindung terhadap sinar UV dari matahari , PABA akan
mengganggu khasiat antibakteri dari sulfonamide.
CHOLIN
Cholin (β-hydroxyeril trimethyl ammonium hydroxide). Merupakan suatu
phosfolipid, merupakan komponen dari lesithin, suatu prekusor dari acethyl coline yang
merupakan neurotransmitter, tersebar luas dialam, terdapat dalam kuning telur, organ
binatang (otak, hati, jantung dan kelenjar thymus), ikan, butir gandum, susu, buah-buahan
dan sayuran.

Sebagai suatu bahan makanan yang penting bagi binatang, tetapi kepentingan bagi
manusia belum diteliti, secara teknik cholin bukan vitamin, walaupun sering digabungkan
dengan vitamin. Cholin tersedia dalam bentuk garam-garam bilarinal, chloride, dihydrogen
citrate, kadang-kadang dipakai (250 mg-1g/hari) sebagai lipotropic agent dalam kondisi
misalnya liver cirrhosis.
INOSITOL
Mempunyai rasa manis, tidak optis aktif, kadang-kadang digabungkan dengan
vitamin B. Sumber inositol buah polongan, butir gandum, kacang-kacangan dan organ dari
binatang (hati dan ginjal)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 131


BAB XIII
PRODUK BIOLOGIK

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit,
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang biologik secara umum (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
dan macam-macam produk biologik
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang fungsi dan
penghasil produk biologik

PENGERTIAN
Produk dari binatang, produk dari organisme tanaman mikroskopik, secara
langsung/tidak langsung memberikan perlindungan kepada manusia/hewan terhadap
mikroorganisme yang patogen, tidak dapat dianggap sebagai zat kemoterapik, tidak dapat
digolongkan sebagai antibiotika.
Biologik dalam arti luas meliputi produk dari tanaman mikroskopi yakni vaksin,
toksin, toksoida dan tuberculin, dari sumber hewani meliputi serum, antitoksin, dan
globulin. Biologik diklasifikasikan secara general menjadi dua katagori yakni antigen dan
antibodi.
Antigen adalah suatu bahan yang membangkitkan kekebalan.. Secara biologi
antigen adalah suatu zat yang apabila dimasukkan dalam jaringan manusia atau vertebrata
lain akan menyebabkan terbentuknya antibodi. Antigen mempunyai 2 sifat biologi yaitu
imunogenicity yaitu kapasitas untuk membangkitan antibodi dan specificity, diatur pada
tempat – tempat oleh molekul antigen yang dinamakan Antigenik Determinan, ini adalah
tempat dimana antibodi menggabungkan diri.
Secara kimiawi antigen biasanya merupakan protein tapi beberapa polisakarida
dengan berat molekul tinggi juga termasuk antigen. Secara fisika antigen harus mempunyai
berat molekul tinggi BM>10.000, ini dikaitkan dengan sifat biologi immunogenicity.
Contoh antigen yang lansung berkaitan dengan penyakit infeksi antara lain eksotoksin,
protein dan polisakarida diatas permukaan sel dan kapsul dari bakteri, serta lapisan protein
dari partikel virus.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 132


Antibodi adalah zat yang dibentuk oleh tubuh setelah masuknya antigen. Antibodi
dapat ditemukan dalam serum darah dan cairan badan yang lain seperti kelanjar getah
bening dan sel lendir. Antibodi akan bereaksi secara khas terhadap antigen yang memacu
produksinya
Antibodi dapat ditentukan adanya dalam serum beberapa hari setelah suntikan.
Keadaan dimana terjadi kenaikan yang cepat dari titer antibodi dengan serum setelah
masuknya antigen yang kedua kalinya disebut recall phenomenon/anomnestik
phenomenon.
Jika serum protein dipisahkan secara elektroforesis akan mengasilkan empat fraksi
dominant yaitu serum albumin, fraksi globulin α, β dan γ. Antibodi terutama terdapat
dalam γ globulin yang disebut immunoglobulin, yang berdasarkan sifat fisika, kimiawi dan
immunologi, immunoglobulin terbagi atas 5 kelompok yaitu Immunoglobulin (Ig) A, D, E,
G, dan M.
Ig G adalah immunoglobulin yang paling banyak jumlahnya, 80% dari antibodi
serum ditemukan setelah infeksi bakteri dan virus. Ig G oleh enzim tripsin dipecah
menjadi dua fragmen pengikat antigen (Fab) dan satu fragmen yang mengkristal dengan
larutan garam netral (Fc). Fragmen Fc dari Ig G manusia mengandung berbagai tempat
penting dalam fungsi khusus dari immunoglobulin diantaranya tempat untuk mengikat
komplemen. Komplemen adalah suatu/ senyawa kompleks dari protein serum yang
dibutuhkan untuk meneyempurnakan reaksi Ag-Ab tertentu meliputi lisis sel-sel
bakteri/butir-butir darah merah oleh antibodi.
Ig A adalah immunoglobulin yang dominan ada dalam sekresi ludah, sekresi alat
pencernaan dan pernafasan. Kadar dalam serum relative kecil. Ig D terdapat dalam kadar
yang paling rendah merupakan antigen reseptor pada sel penghasil antibodi yang memacu
produksi antibodi tersebut. Ig E yang bereaksi dengan antigen specific (allergen) akan
membebaskan histamine yang bertanggungjawab terhadap timbulnya gejala asma, demam,
anaphilaksis dan kelainan kulit. Ig M immunoglobulin pertama yang tampak pada bayi
yang baru lahir
Kekebalan (Imunitas) memiliki beberapa tipe yaitu kekebalan yang diperoleh dan
kekebalan alami, kekebalan yang diperoleh dibagi menjadi kekebalan aktif dan kekebalan
pasif. Kekebalan aktif dan pasif terdiri atas kekebalan yang diperoleh secara alami dan
buatan.
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang berkembang pada individu sebagai
tanggapan terhadap masuknya zat antigenik kedalam tubuh.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 133


Kekebalan aktif yang diperoleh secara alami terjadi di mana zat antigenik diterima
tubuh secara alami, contoh pada penyembuhan dari infeksi seperti campak, kekebalan ini
berlangsung lama.
Kekebalan aktif yang diperoleh secara buatan terjadi setelah penggunaan vaksin
atau toksoida, contoh kekebalan pada rentetan injeksi vaksin tifoid pertusis memacu tubuh
untuk membentuk antibodi, kekebalan ini perkembangannya lambat dan berlangsung lama.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang timbul karena masuknya antibodi yang
telah terbentuk (bukan antigen ) kedalam tubuh. Kekebalan pasif yang diperoleh secara
alami contohnya kekebalan dalam tubuh bayi yang baru lahir melalui pancaran antibodi
dari darah ibunya ini terjadi secara cepat tapi berlangsung lama. Sedangkan kekebalan
pasif buatan adalah kekebalan yang diperoleh setelah diinjeksi sediaan biologik yang
menghasilkan antibodi.
Sediaan Biologik dapat berfungsi sebagai profilaksis (pencegahan) contoh vaksin
dan toksoida tapi tidak memberikan perlindungan, dan untuk alat terapi/penyembuhan
contoh injeksi antitoksin serum dan globulin yang memberikan perlindungan segera.
Pemberian etiket dalam sediaan biologi harus memuat nama produk, nomor partai,
tanggal kadaluarsa, nama pabrik, no ijin dan surat pernyataan sehubungan dengan
penyimpanan dan pendinginan. Biologik harus diserahkan dalam keadaan tidak terbuka
dalam wadah asli dari pabrik.
I. VAKSIN
Vaksin dapat berisi virus hidup yang dilemahkan/dimatikan, riketsia yang mati dan
bakteri yang dilemahkan/dimatikan. Sebagai profilaksis, kekebalan aktif diperoleh
penderita setelah dilakukan serentetan penyuntikan vaksin.
Penggunaan vaksin tidak dianjurkan untuk pasien yang sedang menjalani
pengobatan dengan kortikosteroid, zat antineoplastik, imunosupressan dan radiasi, serta
pasien dengan defisiensi immunoglobulin (agammaglobulinemia dan
dysgammaglobulinemia),serta pasien yang mengalami infeksi laten atau aktif. Reaksi
alergi dapat terjadi karena organisme penyusun vaksin tersebut atau protein yang masuk ke
dalam vaksin selama pembuatan vaksin.
I.1. VAKSIN VIRUS
Berfungsi sebagi profilaksis, yang terdiri atas virus hidup antara lain vaksin campak
jerman (Rubella), vaksin campak (Rubeola), vaksin cacar (Smallpox), vaksin demam
kuning (Yellow Fever). Sedangkan yang berisi virus yang dilemahkan atau dimatikan

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 134


antara lain vaksin influenza, vaksin gila anjing (Rabies), vaksin gondong, dan vaksin
lumpuh anak-anak (polio).
Vaksin Campak adalah vaksin yang mengandung virus Rubeolla (Campak) dan
Rubella (Campak Jerman) yang hidup dan telah dilemahkan, disediakan untuk kekebalan
aktif. Virus Rubeolla untuk anak-anak umur 9 bulan tapi lebih baik diberikan pada anak
umur 12 bulan. Virus Rubella untuk anak umur 1 tahun sampai pubertas. Tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, pasca melahirkan dan pada bayi.
Vaksin Cacar berisi virus hidup dari Vaccinia (cacar sapi) yang dibiakan pada kulit
anak sapi yang telah divaksinasi atau pada membran embrio ayam. Tersedia dalam bentuk
kering dan cair yang berupa suspensi air yang homogen dari jaringan yang terkena infeksi,
40-60% mengandung gliserin atau sorbitol dan tidak lebih dari 0,5% fenol sebagai
pengawet. Hasil penelitian dari dr. Edwar Jenner pada tahun 1796 apabila cacar sapi yang
sangat lemah dikembangkan pada seseorang, orang tersebut akan kebal terhadap cacar.
Penyimpanan Vaksin cair pada suhu <0˚C dan tidak >5˚ C, Vaksin kering 2-8˚C.
Vaksin Demam Kuning berisi suku (strain) virus demam kuning hidup yang
dilemahkan dan mempunyai aktivitas antigenik dan keamanan tinggi. Dibuat dengan cara
membiakkan virus pada embrio hidup unggas piaraan (Gallus domestikus). Embrio dibuat
bubur kemudian dibuat suspensi dalam air setelah melalui proses aseptis, ditempatkan
dalam ampul sesuai dengan jumlah, dibeku keringkan kemudian diisi nitrogen kering dan
ditutup. Penyimpanan pada suhu <0˚C dan tidak >5˚ C, kadaluarsa tidak lebih dari 1 tahun,
dicairkan dekat waktu pemakaian, diberikan pada orang-orang yang akan bepergian ke
daerah edemi demam kuning.
Vaksin Influenza merupakan suspensi dalam air virus influenza tipe A dan B,
terpisah atau dikombinasikan yang tidak aktif. Dibuat dari cairan ekstrak embrionik embrio
anak ayam yang terkena infeksi influenza. Mengandung zat pengawet yang sesuai,
mengandung adsorben Al Fosfat atau protamin, disimpan pada suhu 2-8˚C, kadaluarsa
tidak > 18 bulan sejak dikeluarkannya.
Vaksin Gila Anjing (Rabies) merupakan sediaan steril berbentuk cair/kering dari
virus yang telah dimatikan. Diperoleh dari jaringan otak kelinci/embrio bebek yang telah
terkena infeksi virus. Louis Pasteur membuat virus rabies dengan cara memindahkan virus
dari anjing yang kena infeksi kedalam otak kelinci, dipindahkan dari kelinci satu ke kelinci
yang lainnya sampai diperoleh bentuk yang stabil.
Pemakaian untuk mencegah rabies pada orang yang digigit binatang gila dan
pengobatan diusahakan secepatnya setelah kena gigitan. Pengobatan dengan injeksi

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 135


subcutan 1x sehari selama 14 hari berturut-turut, vaksin disimpan pada suhu 2-8˚C.
Sediaan cair kadaluarsa tidak > 6 bulan setelah pembuatan dan sediaan kering tidak > 12
bulan setelah pembuatan.
Vaksin Gondong (Mumps Vaksin) berisi virus gondong strain B-level Jeryl Lynn
yang hidup dilemahkan dan tidak aktif. Tersedia dalam bentuk beku kering, menumbuhkan
kekebalan secara aktif, pembuat kekebalan selama 10 tahun dengan penyuntikan subcutan
1 x, biasanya diberikan pada orang dewasa yang dicurigai telah terkena penyakit ini.
Vaksin untuk anak-anak (Poliomyelitis) merupakan suspensi steril virus
poliomyelitis yang dilemahkan dari tipe 1 (brunhilde) penyebab terbesar epidemi, tipe 2
(lansing) pada sporadis kasus, dan tipe 3 (leon) penyebab epidemik dengan frekwensi yang
lebih jarang. Virus dikembangkan jaringan ginjal tubuh kera dengan nutrisi kompleks,
setelah inkubasi, diisolasi dan dimurnikan dengan filtrasi, kemudian ditambahkan
formaldehid 1 : 4000 untuk mematikankan virus. Serangkaian tes dilakukan untuk memilih
3 tipe virus sehingga diperoleh campuran trivalent virus.
Landsteiner dan Popper mengisolasi virus poliomyelitis dalam tubuh kera,
penelitian selanjutnya menghasilkan sediaan globulin kebal poliomyelitis yang dapat
memberikan kekebalan pasif. John Fenders membuat biakan virus polio in vitro pada
jaringan binatang (selain urat saraf), Jonas Salk menyempurnakan bentuk akhir vaksin
polio.Dosis penggunaan injeksi secara subcutan 3 x 1 ml dengan jarak 4 minggu atau lebih,
dan injeksi yang keempat diberikan 6-12 bulan kemudian.
Vaksin polio oral yang hidup sediaannya mengandung satu atau kombinasi dari ke 3
tipe polio hidup dan dilemahkan. Keuntungan vaksin oral antara lain memberikan
kekebalan yang lebih lama, pemakaiannya mudah, ongkos produksinya lebih rendah.
Vaksin ini biasanya dibekukan disimpan pada suhu -10 C dan bertahan 1 tahun sejak
tanggal pembuatan.
Vaksin Tifus pembuat kekebalan aktif untuk demam tifus epidemik, merupakan
suspensi steril dari organisme riketsia yang dimatikan (Ricketsia Prowasekii) yang terpilih
berdasarkan efisiensi antigeniknya.
Pemakaian 2 x suntikan secara subcutan @ 1 ml dengan jarak 4 minggu atau lebih
didikuti 1 ml untuk setiap 6-12 bulan. Untuk waktu lama perlindungan itu diijinkan.
Penyimpanan pada suhu 2-8 ˚C, kadarluarsa tidak lebih dari 18 bulan setelah tanggal
pembuatan.
I. 2. VAKSIN BAKTERI

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 136


Vaksin Bakteri terdiri atas bakteri pathogen yang dilemahkan atau dimatikan dalam
larutan NaCl isotonik atau cairan lain yang sesuai. Strain/suku yang dipilih harus
mempunyai sifat antigenik yang tinggi. Bakteri dari suku/strain Smooth (“S”Strain) lebih
antigenik daripada suku/strain Rough(“R”Strain).
Vaksin Tifoid merupakan sediaan steril padat atau suspensi steril dari basil tifoid
yang dimatikan Salmonella typhi yang memiliki daya antigenik yang tinggi.
Organisme ini biasanya terdapat dalam air selokan yang kotor sehingga banjir
merupakan penyebab utama terjadinya edemi penyakit ini. Dinamakan juga vaksin enterik
karena mencegah penyakit yang menyerang alat pencernaan. Dosis dan penggunaan 2 x
suntikan secara subcutan 0,5 ml dengan jarak 4 minggu diulang 0,5 ml setiap 3 tahun.
Vaksin Kolera merupakan suspensi steril Vibrio Cholerae yang dimatikan dari
strain Inaba dan Ogawa dengan perbandingan sama dalam larutan NaCl/pelarut yang
sesuai.Dosis penggunaan injeksi subcutan atau intramuscular 0,5 ml kemudian 1 ml 7 hari
jika perlu diulang setiap 6 bulan sebanyak 0,5 ml. Penyimpanan pada suhu 2-8 ˚C,
kadarluarsa tidak lebih dari 18 bulan setelah tanggal pembuatan.
Vaksin Sampar (Plague) merupakan suspensi steril dari basil pes, Yersinia pestis
yang dimatikan dengan daya antigenik yang tinggi dalam larutan NaCl/pelarut yang sesuai,
setiap ml mengandung dua biliun basil pes.
Tikus merupakan hospes dari bakteri ini, dijangkitkan pada manusia melalui gigitan
kutu parasit pada tikus tersebut. Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan
pembrantasan tikus dan vaksinasi secara massal.
Dosis pengobatan 2x suntikan 0,5 ml secara intramuscular dengan jarak waktu
minimum 4 minggu kemudian 0,2 ml, 4-12 minggu kemudian.
Vaksin Batuk rejan (Pertusis) dibuat dari fraksi bakteri yang steril atau suspensi
basil pertusis Bordetella pertussis yang dimatikan dengan daya antigenik yang tinggi.
Bakteri ini menyerang silia dari sel epitelia dalam trakea sehingga teriritasi dan kemudian
menyebabkan batuk.
Penggunaan dengan dosis injeksi subcutan 3 x suntikan @ 0,5 ml jarak waktu 3-4
minggu. Penyimpanan pada suhu 2-8 ˚C, tidak boleh beku, kadarluarsa tidak lebih dari 18
bulan setelah tanggal pembuatan.
Vaksin Pertusis Jerap adalah vaksin pertusis yang telah diendapkan atau diabsorbsi
dengan penambahan Al fosfat atau Al hidroksida kemudian dibuat suspensi kembali.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 137


Memenuhi seluruh persyaratan untuk vaksin pertussis tapi mengandung tidak lebih
dari 850 μg Al dengan volume yang dinyatakan untuk 1 kali suntikan. Dosis pengunaan
sama dengan vaksin vertusis tapi injeksi secara intramuscular.
Untuk pengobatan ganda pertusis dapat dikombinasikan dengan toksoid difteri serta
tetanus. Pengebalan serentak dianjurkan untuk bayi dan anak dibawah 6 tahun.
Vaksin BCG merupakan biakan dari basil Bacillus Calmette Guerin yang hidup
dan dikeringkan dari suku mycobacterium tuberculosis var bovis.
Dosis pengunaan intradermal yang dicairkan kembali dengan dosis 0,1 ml, harus
dipakai 2 jam setelah dicairkan. Secara percutan 1 tetes vaksin yang telah dicairkan
kembali pada permukaan kulit dengan metode penusukan ganda. Hanya digunakan untuk
individu yang memberikan hasil negatif untuk tuberculin skin tes.
Vaksin Meningitis merupakan vaksin yang dihasilkan dari bakteri Neissseria
meningitis grup A,C,Y dan W-135. Penggunaan vaksin ini untuk anak diatas 2 tahun, dosis
injeksi subcutan dosis tunggal 0,5 ml.
Vaksin Pneumoni melindungi tubuh dari 23 tipe bakteri pneumoni, vaksin ini
dibaut dengan memurnikan antigen polisakarida dari strain bakteri Streptococcus
pneumoniae. Dosis penggunaan dosis tunggal injeksi secara subcutan atau intramuscular
0,5 ml.
Vaksin Haemophilus merupakan vaksin hasil pemurnian Haemophilus influenzae
tipe b (Hib). Hib dapat menyebabkan epiglottis, osteomyelitis, arthritis, celulitis dan
pneuomonia pada anak. Kematian disebabkan oleh haemophilus meningitis sebanyak 5-
10%, yang selamat dari penyakit ini sebagian menderita kerusakan permanen pada otak
II. ANTIGEN DIAGNOSTIKA
Merupakan sediaan yang mengandung antigen digunakan sebagai bahan pembantu
diagnose menentukan apakah seseorang memiliki kepekaan yang sangat terhadap tipe-tipe
organisme tertentu. Kepekaan umumnya merupakan akibat dari infeksi yang terjadi
sebelumnya oleh bahan yang spesifik.
Antigen diagnostik disuntikan secara intradermal, perkembangan reaksi dibaca
setelah 48 jam, walaupun pengamatan 24 jam dan 72 jam biasanya sangat membantu.
Reaksi yang positif adalah bintul setempat serta noda-noda merah. Sediaan diagnostik yang
mengandung antigen antara lain Tuberculin, Hitosplasmin, Blastomycin, Coccidioiidin,
Richinella extrac, diphteria toxin.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 138


Tuberculin adalah sediaan yang diperoleh dari basil TBC manusia dan sapi. Zat
aktif dari tuberculin adalah derivat albumin yang tidak larut alkohol dan dibebaskan oleh
organisme tersebut selama mereka berkembang biak.
Digunakan untuk mendiagnose manusia atau hewan yang sedang atau telah kena
infeksi mycobacterium. Cara pengunaan melalui injeksi intrakutan, digoreskan pada kulit
atau meneteskan pada mata. Reaksi positif bila terjadi noda merah atau peradangan.
Tuberculintua/old tuberculin/concentrated tuberculin/crude tuberculin/tuberculin
koch adalah larutan steril dari produk yang larut dan dipekatkan dari mycobacterium
tuberculosis. Penyesuaian terhadap potensi baku dengan penambahan gliserin dan larutan
NaCl. Kadar gliserin akhir adalah 50%. Pemakaian secara intradermal 0,1 ml dengan
pengenceran 1 : 2000.
Derivat protein tuberculin yang dimurnikan/purified protein derivative of
tuberculin/ tuberculin PID adalah produk yang dimurnikan dari pertumbuhan mycobacteria
tuberculosis yang dibuat dalam medium khusus bebas dari protein larut dan steril.
Histoplasmin adalah cairan pekat beku dan steril dari produk pertumbuhan yang
larut dikembangkan dari jamur Hitosplasma capsulatum. Histoplasmolisis adalah penyakit
yang menyerang sistem reticuloendothelial yang biasanya mengakibatkan pembesaran hati,
limpa dan kelenjar getah bening. Penggunaan pada skin tes untuk menentukan adanya
histoplasmolisis.
III. TOKSIN DAN TOKSOID
Produk buangan dari bakteri yang dianggap beracun untuk tubuh binatang. Seperti
antigen, toksin mampu memacu sel-sel tertentu dari tubuh untuk menghasilkan antibodi
yang disebut antitoksin. Toksin dibagi menjadi dua yaitu eksotoksin adalah toksin yang
dikeluarkan dari sel bakteri yang menghasilkannya dan terlarut dalam media
disekelilingnya, endotoksin adalah toksin yang ada dalam tubuh bakteri. Toksoida adalah
toksin yang telah dihilangkan sifat racunnya tapi masih memiliki sifat antigenik.
Toksin Difteri Diagnostika adalah sediaan steril dari produk beracun yang
dibekukan dan diencerkan dari pertumbuhan basil Corynebacterium diptheriae.
Digunakan dalam penentuan terhadap seseorang yang dicurigai terkena difteri.
Setelah toksin diberikan intrakutan reaksi kulit yang dilihat dapat menunjukkan apakah
antitoksin cukup terdapat dalam aliran darah penderita, schict tes yang positif
menunjukkan kecurigaan terhadap adanya penyakit tersebut. Dosis 0,1 ml secara
intradermal. Penyimpanan pada suhu 2-8 ˚C, kadarluarsa tidak lebih dari 1 tahun setelah
tanggal pembuatan.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 139


Toksoida Difteri adalah larutan steril dari produk pertumbuhan basil diptheri
Cyanobacterium diptheriae yang telah dikeringkan dengan formaldehid, mengandung
tidak > dari 0,02% formaldehid bebas. Sifat racun dari toksoida ini harus cukup rendah
sehingga 5 x dosis yang digunakan untuk membuat kebal manusia tidak menimbulkan
gejala keracunan toksin difteri secara lokal maupun umum dalam waktu 30 hari, bila
disuntikkan secara subcutan dalam satu kelompok .
Dosis injeksi secara subcutan atau intramuscular 3 x @ 0,5-1 ml dengan jarak 4-6
minggu dan dosis penguat 0,5 atau 1 ml 6-12 bulan kemudian.
Toksoida Difteri Serap merupakan suspensi steril dari toksoida dipteri yang
diendapkan atau diadsopsi dengan penambahan Al Hidroksida atau Al Fosfat pada larutan
produk yang telah dikeringkan dengan formaldehid. Karena toksoida ini diadsopsi lebih
lambat maka untuk pembuatan kebal secara sempurna dibutuhkan 3 kali suntikan, dua kali
suntikan intramuscular @ 0,5 atau 1 ml dengan jarak waktu 4 sampai 6 minggu, dosis ke 3
penguat diberikan 6 – 12 bulan kemudian.
Toksoida Tetanus merupakan larutan steril dari produk basil tetanus, Clostribium
tetani yang telah dikeringkan dengan formaldehid. Dosis pemakaian 3 kali suntikan 0,5 ml
subcutan jarak waktu 3 – 4 minggu diikuti 0,5 ml satu tahun kemudian, setelah setiap 10
tahun sekali.
Tosoida Tetanus jerap merupakan larutan steril dari toksoida tetanus yang
diendapkan atau diabsopsi dengan penambahan Al fosfat atau Al hidroksida ke dalam
larutan produk. Pemakaian 2 kali suntikan secara intramuscular dengan jarak waktu 4 – 6
minggu diikuti 0,5 ml setahun kemudian, setelah itu setiap 10 tahun sekali.
Toksoida dipteri dan tetanus adalah suspensi steril yang dibuat dengan mencampur
sejumlah toksoida difteri dan tetanus yang sesuai. Pemakaian 3x suntikan im atau sc 1 ml
jarak waktu 4-6 minggu, suntikan ke 4 dosis penguat 6-12 bulan kemudian.
Toksoida difteri dan tetanus serap merupakan suspensi steril yang dibuat dengan
mencampur sejumlah toksoida difteri dan tetanus serap yang masing-masing telah
diendapkan atau diadsopsi dengan penambahan Al, Al hidroksida atau Al fosfat.
Pemakaian untuk anak dibawah umur 6 tahun 2x suntikan im 0,5 ml jarak waktu 4-
6 minggu, dosis penguat 0,5 ml 12 bulan kemudian.
Toksoida tetanus ,difteri dan vaksin pertusis adalah suspensi steril basil Bordetella
pertusis yang dimatikan dalam campuran toksoida difteri dan tetanus. Pemakain 3x
suntikan im atau sc 1 ml jarak waktu 4-6 minggu, suntikan penguat 6-12 bulan kemudian.
IV. ANTITOKSIN

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 140


Dibuat dari darah binatang biasanya kuda yang telah dibuat kebal dengan suntikan
berulang-ulang dari eksotoksin bakteri yang spesifik. Toksin dengan dosis yang dinaikkan
secara teratur, memacu pembentukan antitoksin dalam aliran darah dari binatang yang
disuntikan. Setelah percobaan untuk menetukan titer dari antitoksin dalam serum darah
dilakukan, binatang diambil darah dibiarkan supaya membeku, cairan diatasnya dipisahkan
untuk diproses.
Untuk menghindari kasus – kasus kepekaan terhadap protein serum kuda ada 2
macam metode untuk memproses serum tersebut, tergantung pabriknya menggunakan
metode yang mana. Metode I : diendapkan dengan menggunakan macam – macam kadar
dari ammonium sulfat. Mula – mula euglobulin dan febrinogen digaramkan, kemudian
fraksi pseudoglobin yang mengandung antitoksin. Fraksi terakhir dilarutkan kembali,
didialisis dan disaring. Metode II : menggunakan larutan Pepsin untuk mencernakan
plasma sehingga 80 % protein terpisahkan. Bahan yang tercerna ini kemudian direaksikan
dengan larutan Ammonium Sulfat, dilarutkan kembali, didialisis dan disaring. Dengan
metode ini 20 % dari antitoksin ikut hilang.

Antitoksin diptheri merupakan bahan pembangkit kekebalan pasif terhadap


difteri, berupa larutan steril dari protein yang dimurnikan dan dipekatkan terutama
globulin, mengandung zat antitoksin yang diperoleh dari serum darah atau plasma darah
binatang sehat. Umumnya kuda yang telah dibuat kebal terhadap toksin difteri. Sediaan ini
mempunyai potensi tidak kurang dari 500 satuan antitoksin per ml.

Antitoksin Botulisme berupa larutan steril dari protein yang dimurnikan dan
dipekatkan terutama globulin mengandung zat antitoksin yang diperoleh dari serum darah
atau plasma darah kuda yang telah dibuat kebal terhadap toksin Clostridium botulinum tipe
A dan B/E. Antitoksin ini digunakan dalam penanggulangan segala kasus keracunan yang
disebabkan botulisme.

Antitoksin Tetanus merupakan larutan steril dari protein yang dimurnikan dan
dipekatkan terutama globulin mengandung zat antitoksin yang diperoleh dari serum darah
atau plasma darah kuda yang telah dibuat kebal terhadap toksin atau toksoid tetanus.
Digunakan untuk pengobatan dan profilaksis dari tetanus jika seseorang dinyatakan tidak
memiliki kekebalan pada tetanus. Dosis profilaksis 1500-5000 unit.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 141


BAB XIV
ALLERGEN

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit,
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang alergen secara umum (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
allergen dan jenis-jenis allergen
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang dan faktor –
faktor yang menyebabkan terjadinya alergi, identifikasi dan tanaman
penyebab allergen

PENGERTIAN
Tahun 1906 Von Pirquet pertamakali mendefinisikan istilah alergi dalam
mengambarkan pergantian atau perubahan reaksi dalam badan
Bila seseorang memberikan tanggapan luar biasa terhadap suatu zat atau keadaan
yang tidak diberikan orang lain, orang tersebut dinamakan menderita alergi. Allergen
adalah zat-zat antigenik yang mampu membuat badan menjadi peka sedemikian rupa
sehingga terhadap orang yang sangat peka terjadi tanggapan-tanggapan yang luar biasa.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan alergi antara lain zat yang berasal dari
hayati, zat kimia, zat sintetik, emosi, atmosfer, spikosomatik dan tipe infeksi yang kronik.
Alergen yang dapat menimbulkan gejala-gejala pada penderita harus bersifat antigenik,
artinya harus mampu menimbulkan tanggapan antibodi.
Contoh pada orang yang peka terhadap pecahan serbuk sari Ragweed (rumput-
rumputan). Pecahan serbuk sari yang antigenik masuk ke dalam badan orang yang peka,
membuat badan menghasilkan molekul protein khusus (antibodi), sebagian beredar dalam
aliran darah (sirculation antibody), sebagian lagi menyerang sel-sel dari selaput lendir
hidung (fixed antibody).
Antibodi istimewa ini mempunyai afinitas terhadap komponen kimiawi serbuk sari
ragweed dan serbuk sari sejenis dari suku ragweed, tetapi tidak dapat bereaksi dengan
molekul serbuk sari yang tidak sekerabat, dalam makanan atau dalam zat antigenik yang
lain. Jadi antibodi dianggap sebagai suatu yang spesifik dan karena zat alergenik ini
menghasilkan antibodi spesifik, maka setiap tipe alergi pada dasarnya berbeda dengan tipe
yang lain.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 142


Badan terkena allergen(antigen) rekasi pertama adalah paparan primer (primary
exposure) tidak ada gejala alergi. Paparan berikutnya allergen akan kontak dengan fixed
antibody terjadi reaksi antigen antibodi sehingga timbul gejala alergi.
Faktor yang membuat seseorang menjadi peka terhadap alergi antara lain
keturunan, tidak berfungsinya kelenjar buntu, bertambahnya sifat mudah terangsang dari
susunan saraf simpatik dan parasimpatik, penyerapan racun metabolik dan zat-zat
katabolik, tidak berfungsinya hati, dan pengaruh kejiwaan.
Reaksi antigen-antibodi menyebabkan terbebasnya zat perantara dari gejala-gejala
alergi meliputi histamine, leukotrine C atau SRS (Slow Reacting Substance), bradikinin
dari sel-sel jaringan dan organ tertentu yang dinyatakan sebagai jaringan kejutan atau
organ kejutan.
Ada dua keadaan kejutan akibat masuknya allergen kedalam tubuh yaitu reaksi
setempat bila keadaan kejutan dibatasi oleh daerah masuknya allergen, dan reaksi umum
atau reaksi tubuh bila akibatnya meluas keluar dari daerah masuknya allergen.

MACAM-MACAM ALLERGEN
Macam allergen antara lain allergen sedot, allergen telan, allergen suntik, allergen
singgung, allergen infektan, dan allergen infestan. Alergi juga dapat disebabkan oleh panas
atau dingin (alergi fisikawi), pergantian iklim (alergi lingkungan), dan kemarahan atau
kekecewaan (alergi psikomotik).
Untuk menemukan faktor penyebab terjadinya alergi, ahli alergi akan
melaksanakan/mencatat sejarah kasus yang lengkap meliputi suatu rangkaian kemungkinan
alergi yang ditunjukkan oleh anggota keluarga yang lain dari penderita, mencatat tipe
gejala, apakah bersifat gastrointestinal, bronchial atau epidermal, bersifat setempat atau
umum, apakah musiman atau menahun.
Allergen Sedot, gejala yang ditimbulkan terbatas pada selaput lendir hidung dan
diwujudkan dengan bersin, keluarnya air mata, gatal-gatal, dan pembengkakan hidung dan
mata. Kondisi tersebut diatas dikenal sebagai sinusitis atau hayfever.
Ada dua macam hayfever yaitu hayfever musiman terjadi selama bulan-bulan
tertentu setiap tahun. Karena hal ini biasa dikaitkan dengan terlepasnya butir serbuk sari
dari tanaman tertentu (polinesis).
Ada dua golongan serbuk sari yaitu serbuk sari udara mempunyai ukuran kecil
diameter 15-45 mikron, tidak lengket dan relatif mempunyai permukaan licin, serbuk sari
diatas terutama dilepas oleh tanaman yang diserbukkan oleh angin (anemophilous),

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 143


biasanya bunga dari tanaman tersebut diatas tidak berwarna menarik, tidak berbau harum
karena tidak perlu menarik serangga untuk proses penyerbukkannya. Serbuk sari serangga,
serbuk sari besar (diameter sampai 200 mikron), berat, agak berduri, serbuk sari ini
dihasilkan oleh tanaman yang diserbukkan oleh serangga (entomorphillus), bunganya biasa
menarik dan berbau harum.
Hayfever tidak musiman (Pereniial Rhinitis) penyebabnya adalah allergen sedot
selain serbuk sari antara lain spora jamur, debu, kulit binatang atau ketombe, bulu, serabut
kapas, minyak atsiri, pecahan serabut kapas dari bantal, kapuk, sprei, selimut, bantal dari
bulu, dan bau dari parfum
Allergen yang terdapat pada biji jarak merupakan penyebab alergi yang parah.
Allergen tersebut tidak keluar bersama minyak bila biji diperas, tetapi terdapat diudara dan
terbawa angin orang yang tinggal disekeliling pabrik atau yang menggunakan bungkil
jarak banyak yang terkena alergi. Spora dari jamur-jamur penyebab hayfever tidak
musiman antara lain dari jenis Altenaria, Aspergillus, Cladosporium, Penicillium,
Helminthosporium. Orang yang alergi terhadap jamur biasanya alergi terhadap debu.
Allergen Telan, gejala yang ditimbulkan sakit perut, kudis, pembengkakan lidah
dan bibir, migrain, rhinitis,dan astma bronchial.
Pada alergi makanan, aktivitas allergen tidak terbatas dalam satu organ, tetapi
dibawa kelain organ melalui aliran darah. Alergen telan yang paling umum dimakan oleh
anak-anak adalah susu sapi, orange jus, dan minyak ikan. Metode untuk mencegah alergi
makanan adalah menghilangkan penyebab alergi tersebut.
Alergi susu adalah suatu tanggapan spesifik antigen-antibodi yang disebabkan oleh
lactalbumin. Pemanasan/merebus dapat menghilangkan protein ini maka dapat dipilih susu
yang terevaporasi. Alergi susu dapat menyebabkan dermatitis yang parah, bronchitis dan
astma, untuk menghindari biasanya diganti dengan susu kedelai. Kopi juga dapat
menyebabkan alergi dengan gejala migrain yang parah, sakit perut dan cacar air.
Allergen Suntik dapat menimbulkan gejala gatal-gatal pada telapak kaki dan
tangan, eritema, kulit terkelupas. Sumber allergen suntik antar lain, suntikan penisilin,
ekstrak hati, antitoksin, produk kelenjar, gigitan lebah, dan lalat berbau.
Allergen Singgung, gejala lepuh-lepuh berair disertai gatal-gatal, lepuh akan pecah
mengeluarkan cairan dan membentuk lepuh baru yang menjijikan dengan cepat lagi. Salah
satu penyebab utama adalah racun ivy yang dihasilkan oleh Toxicodendron radicans,
Toxicodendron divercilobum, Toxicodendron vernile. Semua mengandung zat fenolik yang
mudah menguap, urshiol, yang menyebabkan alergi singgung. Tumbuhan lain penyebab

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 144


kontak dermatitis antara lain asparagus, chrysanthemum, lobelia, marigold dll. Allergen
udara penyebab kontak dermatitis adalah serbuk yang mengandung minyak, rambut dari
berbagai daun dan bunga.
Beberapa pabrik kosmetik telah menghilangkan zat yang merupakan iritan dan
allergen dari produk kecantikan menjadi kosmetika hipoalergenik. Banyak produk
hipoalergenik tidak diberi wangi-wangian, karena parfum bersifat alergenik.
Penyebab kontak dermatitis yang lain antara lain pakaian dan selimut dari wool,
lanolin dalam kosmetika, sabun serbuk, sabun detergen, cat kuku dan penghilang cat kuku
atau cat rambut.
Allergen Infektan, banyak jasad hidup yang dapat menyebabkan alergi lewat
produk yang dihasilkan selama metabolisme mereka dalam tubuh manusia. Penderita
mungkin sadar, mungkin tidak karena gejala yang dapat dikenal mungkin terjadi, mungkin
tidak. Beberapa orang menjadi tempat menumpang bagi bakteri tipe tertentu, protozoa,
jamur, cacing, dan lain-lain berbentuk parasit. Yang karena berada dalam badan secara
terus menerus menyebabkan terjadinya penyakit kronis.
Contoh Bronchiectasis adalah infeksi bakteri yang kronis di bronchioli mengakibat
alergi pada orang yang peka terhadap metabolit bakteri yang tetap berada dalam tubuh
orang tersebut. Orang tersebut menunjukkan gejala-gejala alergi tapi tidak memberikan
tanggapan yang positif terhadap allergen sedot. Dalam hal ini allergen sampah metabolik
bakteri tersebut dianggap sebagai allergen infekatan.
Allergen Infestan hampir sama seperti allergen infektan, jasad parasit mungkin
membuat peka tubuh manusia. Serangan dari cacing tambang, cacing pita, cacing kremi,
cacing gelang dan dermatofita telah menyebabkan tanggapan alergi pada orang yang peka.
Produk pertumbuhan dan sampah metabolik dari parasit tersebut diatas selalu terdapat
dalam tubuh dan dinyatakan sebagai allergen infestan.

RIWAYAT KASUS
Untuk menentukan hal-hal yang menyangkut penderita alergi, ahli alergi harus
mencatat dulu riwayat kasus (riwayat alergi dari orang yang bersangkutan, dan semua hal-
hal yang membangkitkan serangan alergi meliputi :
1. Nama dan Jenis Kelamin
2. Status perkawinan
3. Tempat tinggal
4. Keluhan utama

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 145


5. Penyakit yang ada
a. Umur pada waktu mulai serangan
b. Tanggal serangan pertama
c. Tempat, waktu, macam serangan
d. Apa yang mengakibatkan serangan
6. Serangan sekarang
a. Tanggal serangan
b. Tempat serangan
c. Macam serangan
7. Gejala-gejala tersebut ditimbulkan oleh makanan, obat, aktivitas, pergantian cuaca,
angin, asap, uap, saat tertentu dari hari, rumput yang dipotong, hujan, bekerja dikebun,
berkendaraan dimobil, bermain golf, naik kuda, penyediaan makanan, pembersihan
rumah, pergantian musim, pergantian lingkungan, pergantian tempat tinggal
8. tipe pengobatan yang mungkin dilakukan
9. kondisi dari lingkungan rumah
sistem pemanas, jenis penutup lantai (karpet, tikar), adanya binatang piaraan, jenis
kosmetika yang dipakai, jenis sprei dan bantal tidur,
gejala alergi dari keluarga ayah, ibu seringkali merupakan kunci.

Riwayat kasus yang lengkap meliputi : laporan mengenai urin, darah, ludah,
lendir hidung dan EKG. Bersama dengan pemerikasaan laboratorium oleh ahli alergi
dilakukan penegasan terhadap diagnosa dan juga percobaan untuk menegaskannya dengan
skin test
Skin Test ada dengan dua cara :
1. Uji Gores
Dilakukan seperti vaksinasi cacar yaitu menggores kulit dan memasukkan ekstrak zat
alergenik
2. Uji intra dermal (intra kutan)
Sejumlah kecil ekstrak disuntikkan diantara lapisan kulit.

Ekstrak alergenik adalah sediaan yang stabil dari berbagai zat alergenik untuk
pencegahan alergi sebelum musimnya dan juga untuk pengobatan alergi (kecuali alergi
makanan). Biasanya dengan menyuntikan 0,1 ml ekstrak alergik pada lengan penderita,
dalam waktu 20 menit ahli alergi dapat mengamati reaksi yang timbul.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 146


Skin Test sesungguhnya reaksi setempat untuk menentukan apakah penderita
memberikan tanggapan terhadap allergen khusus. Skin Test berguna untuk menentukan
kepekaan terhadap allergen sedot, allergen suntik, dan allergen singgung.
Pada allergen singgung biasanya digunakan uji temple(patch test) bahan tersebut
langsung dikenakan pada kulit tanpa digoreskan atau ditusukkan dengan jarum. Pada uji ini
allergen penyerang tidak perlu diekstrasi.Waktu untuk melihat hasil uji tempel setelah 48
jam. Kecuali hal diatas dapat pula dilakukan uji mikroskopis dari sekresi hidung.

PENGOBATAN
Jika penderita menunjukkan reaksi positif terhadap serbuk sari ragweed. Ahli alergi
mungking akan memilih metode pengobatan hiposensitasi dengan cara disuntikkan secara
subkutan ekstrak sejumlah tertentu yang sangat encer, dalam jangka waktu yang teratur
dosis dinaikkan sedikit demi sedikit sampai pasien dapat bertahan pada waktu menyedot
serbuk sari ragweed dengan kadar udara musim yang normal dengan efek sakit yang
sedikit.
Pemulihan yang sempurna dari gejala-gejala yang terjadi jarang sekali diperoleh
karena tidak cukup cairan ekstrasi biasanya karena identitas alergenik bahan tidak dapat
ditentukan dengan pasti secara kimiawi dan belum dapat ditentukan kadarnya dalam
ekstrak.
Preseasonal adalah pengobatan yang dilakukan sebelum pelepasan serbuk sari
dalam tanaman. Perennial adalah pengobatan yang terus-menerus sepanjang tahun untuk
beberapa macam alergi. Coseasonal adalah pengobatan dilakukan pada waktu terlihatnya
gejala-gejala.
Pengobatan dengan gejala hiposensitisiasi bermanfaat untuk alergi yang disebabkan
oleh allergen sedot dan allergen singgung. Ahli alergi mungkin memilih menggunakan
obat anti histamine secara oral sebagai terapi pada pemakai ekstrak alergenik.

TANAMAN PENYEBAB HAY FEVER


Untuk memastikan apakah tanaman tertentu melepaskan serbuk sari ragweed
diudara perlu dilakukan pemeriksaan terhadap isi udara didaerah tersebut dengan metode
 metode gravitasi (Durham Sampler)
 Roto-rod
 Roto-bar-sampler
 Fly-shield-roto-bar

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 147


 Flag sampler
 Volumetrik impinger
 Wells air centrifuge
 Edrtman air

Kriteria serbuk yang dapat menimbullkan alergi:


 Harus mengandung zat perangsang hayfever
 Bersifat anemophilus (mudah terbawa angin)
 Dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar
 Cukup ringan untuk diterbangakan angin sampai jarak yang cukup jauh
 Tanaman penghasil serbuk sari harus terdistribusi dan tersebarluas

Di AS pada umumnya dapat dibedakan dengan mudah 3 musim serbuk sari :


1. Musim semi/musim pohon
2. Awal musim panas/musim rumput/awal musim gulma
3. Akhir musim panas/musim gugur/musim gulma yang sering
disebut ragweed

Jenis tanaman penyebab hay fever


Pohon yang melepaskan serbuk sari pada awal musim semi antara lain Ulmus sp,
Acer sp, Populus sp, Alnus sp. Yang melepas serbuk sari diakhir musim semi antara lain
Betula sp, Juglans sp, Quercus sp, Platanus sp
Rumput-rumputan antaralain Cynodon dactylon (Bermuda grass), Sorgum
halepense (Johnson grass), Dactylis glomerata (Orchad grass), Poa protesis (Kentucey
blue grass), dan Agrosis alba (red top)
Gulma dari famili antaralain Chenopodiaceae, Polygonaceae, Plantaginaceae,
Amaranthaceae, dan Compositae
Jamur, berdasarkan pemeriksaan spora yang ada di udara maka penyebab allergen
adalah spora jamur Alternaria, Macrosporium, Cladosprorium, Helminthosporium,
Aspergillus, Penicillium, Mucor, dan Rhinopus

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 148


BAB XV
ANTIBIOTIK

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit,
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang antibiotik secara umum (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :


 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
dan pengolongan antibiotik
 Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan tentang fungsi
antibiotik dan penghasil antibiotik

PENGERTIAN
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan mikroba, dalam konsentrasi
rendah dan secara selektif mampu menghambat atau menghancurkan bakteri atau
mikroorganisme lain melalui suatu mekanisme anti metabolik
Sejarah antibiotik dimulai 2500 tahun yang lalu, jamur pada roti dan kedelai
mampu menyembuhkan infeksi pada luka. Pengembangan antibiotik :
1. Screening sumber mikroorganisme secara luas
untuk mendeteksi antagonisme yang berguna
2. memilih mutan mikrobia
menentukan lingkungan, kondisi nutrisi dan mengembangkan prosedur yang sesuai
untuk memisahkan antibiotik
3. melakukan induksi
bentuk yang spesifik untuk menghasilkan metabolit yang diinginkan
4. manipulasi biologi/kimia
mengubah metabolit hasil fermentasi lewat manipulasi biologik atau kimiawi untuk
hasil yang lebih banyak
5. mengembangkan sintesa untuk tujuan komersial

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 149


Sampel Tanah

siklohexamin fungi bakteri Fenol 1:140

actinomycetes

3-7 hari (25-30 ˚C)

Koloni khas

Koloni besar

Fungi, gram +, gram -

Potensi ???

Bagan 1
Metode umum skrining antibiotik

Actinomycatales (actinomycetes) merupakan mikroorganisme penghasil antibiotika


terbesar disamping fungi dan bakteri (85% actinomycetes, 11% fungi, 4% bakteri).
Setelah diketemukan adanya potensi pada antibiotika maka langkah selanjutnya
adalah menentukan apakah antibiotic tersebut adalah antibiotik temuan baru atau tidak.
Langkah ini disebut dengan penentuan substansi hasil
penentuan substansi hasil
(antibiotika baru/ tidak ???)

Dengan autobiografi
(kombinasi KLT/KK dengan metode biologis

Kromatogram ditempatkan pada medium agar


yang telah ditanami bakteri uji

inkubasi

Zona jernih menunjukkan adanya


hambatan pada bakteri uji

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 150


I. PENINGKATAN PRODUKSI KOMERSIAL
Mikrobia penghasil produk komersial harus memiliki persyaratan :
1) mikrobia dalam menghasilkan antibiotikpada biakan cair dan dalam ( bukan biakan
permukaan
2) mikrobia mengeluarkan antibiotik ke medium (antibiotik polyena tetap disimpan
dalam sel sehinnga perlu prosedur khusus untuk mengisolasinya)
Hal-hal yang perlu mempertimbangkan dalam produksi komersial antibiotika antara
lain :
 biaya produksi
 kestabilan
 konsentrasi hambatan minimum (KHM) pada mikroba pathogen
 manifestasi keracunan pada mamalia
 aktivitas invivo
Faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi antibiotik (kualitatif/kuantitatif)
antara lain :
 sumber carbon dan nitrogen
 rasio carbon dan nitrogen dalam utrien
 komposisi mineral
 temperatur inkubasi
 pH permulaan dan pengendalian pH selama proses
 pemberian dan waktu yang tepat untuk penambahan substansi yang khas
Pemilihan kondisi fermentasi yang optimal didasarkan atas pengamatan empiris
contoh galur Baccilus subtillis penghasil antibiotic bacitracin optimal pada rasio C/N = 15,
bila rasio C/N =6 terbentuk licheniform, struktur mirip, tetapi secara komersial kurang
dikehendaki.
Penambahan bahan kimia khas, mungkin hanya mempunyai keuntungan satu segi
dari semua potensi yang ada, contoh penambahan fenil asetamida pada medium,
berpengaruh utama pada komposisi dan campuran penisilin. Adanya turunan asam fenil
asetat memudahkan terbentukanya penisilin G.
Contoh lain adalah penambahan merkaptotreksat dalam biakan Streptomyces
aerofasciens menghambat klorinasi menunjang terbentuknya tetrasiklin. Bakteri ini
menghasilkan tetrasiklin dan klortetrasiklin yang perbandingannya tergantung jumlah
klorida dalam medium. Merkaptotiazat sangat berguna tanpa masuk kedalam molekul
antibiotic untuk menghambat terbentuknya klortetrasiklin.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 151


Beberapa zat tambahan menaikkan produksi antibiotik melalui efek induksi enzim
contoh penambahan metionin pada fermentasi sefalosporin C selama tropofase (fase
pertumbuhan mikrobia) merangsang produksi antibiotik, metionin bukan prekusor
antibiotic sefalosporin sebagaimana fenil asetat bagi biosintesis penisilin G, tapi metionin
merangsang enzim biosintesis sefalosforin C untuk meningkatkan produksi antibiotic ini.
Tetapi dalam produksi penisilin penambahan lisin dalam medium fermentasi menghambat
produksi penisilin.
Pendekatan lain dalam peningkatan produksi antibiotik adalah dengan mutasi dan
seleksi galur. Mutasi dapat dilakukan dengan sinar UV, sinar X, bahan kimia mutagenic
misalnya nitrogen mustard purin atau pirimidin analog.

II. ISOLASI dan PENGUNDUHAN


Didasarkan atas pemisahan antibiotik dari kaldu fermentasi, pendekatan yang
digunakan antara lain:
 presipitasi selektif (missal isolasi polimiksin mengunakan metal orange)
 adsorbsi selektif (mengunakan charcoal)
 ekstraksi selektif dengan pelarut tak campur air

III. MANIPULASI FORMULATIF


Masalah yang sering terjadi dari sediaan antibiotik adalah mengenai rasa dan
bentuk/ketersediaan hayati yang umumnya tidak stabil untuk itu dikembangkan suatu
formulasi manipulatif. Formulasi manipulatif ada 3 pendekatan yaitu :
1. penggunaan derivate yang tidak larut untuk menghindari rasa yang tidak enak
2. penggunaan garam yang tidak larut untuk membantu ketersediaan hayati
3. penggunaan garam yang larut untuk membantu ketersediaan hayati

IV. TERAPI ANTIBIOTIK


Beberapa antibiotik digunakan secara luas untuk mengendalikan infeksi yang serius
dan sebagai profilaksis jarang sekali digunakan. Terapi antibiotik yang efektif melibatkan
diagnosis yang tepat dari penyakit dan penyebab penyakit serta pemilihan antibiotic.
Dasar minimal untuk terapi yang rasional adalah pemeriksaan diagnostic
bakteriologi umumnya, karena organisme yang seringkali menyebabkan infeksi/penyakit
yang sama pada seseorang, berbeda jenis tergantung umur penderita contoh pada kasus
meningitis pada orang dewasa disebabkan oleh Neisseria meningitis pneumoniae, pada

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 152


anak-anak dibawah 10 tahun Haemophilus influenza, dan pada bayi kurang dari 1 bulan
E. Coli, Klebsiella dan Enterobacter.
Pengobatan dengan antibiotic yang rasional adalah dengan memisahkan dan
mengidentifikasi orgaisme pathogen dan pusat infeksi serta menentukan kepekaan
organisme terhadap antibiotic yang dipilih yang diketahui aktif terhadap organisme.
Sifat yang dianggap baik dari antibiotic secara klinis adalah :
 tidak menyebabkan keracunan akut atau kronis
 pH optimum dekat 7 (tidak dipengaruhi oleh serum, cairan badan yang lain/nanah)
 kelarutan dalam air cukup (memudahkan distribusi kedalam jaringan)
 kimiawi stabil
 sesudah pemakaian per oral penyerapan efisien
 tidak menyebabkan resistensi pada bakteri pathogen
 murah.
Sifat antibiotic bukan pertimbangan satu-satunya dalam mencari agen terapi yang
paling baik, factor umur dan kondisi pasien mempengaruhi pemilihan antibiotic dalam
situasi khusus, antibiotic yang dikeluarkan lewat ginjal harus hati-hati untuk bayi-bayi dan
orang dewasa yang mempunyai gangguan fungsi ginjal, penderita dengan kelainan
hematopoetik jangan beri kloramfenikol, jika ada gangguan gastrointestinal harus
diberikan secara perenteral

V. MODEL dan MEKANISME AKSI


1. penghambatan pembentukan dinding sel microbial
2. penghambatan sintesis beberapa protein yang esensial
3. gangguan pada metabolisme asam deoksiribonukleat
4. alterasi fungsi normal dari mebran sel

VI. TOKSISITAS dan RESISTENSI


Efek toksik yang ditimbulkan antibiotic berbeda tergantung mekanisme aksi Ab.
Antibiotik yang berpotensi toksik adalah antibiotic yang mekanisme aksinya
penghambatan sintesis protein (antibiotic memiliki molekul yamg karekteristiknya reaktif,
terdiri atas group oksigen yang bias bereaksi dengan protein tubuh membentuk antigentik
hapten).

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 153


Yang dikatakan relative aman adalah antibiotic yang mekanismenya dengan
penghambatan pembentukan dinding sel. Berdasarkan efek samping yang ditimbulkan
erythromycin (golongan makrolida) merupakan antibiotic yang paling aman. Tetapi efek
samping yang secara langsung diperoleh ketika penggunaan antibiotic terutama yang
spektrumnya luasa adalah terganggunya keseimbangan intestinal flora (pertumbuhan
Candida albicans yang tidak diinginkan).
Resistensi antibiotika umumnya terjadi pada pemakaian jangka panjang (secara
spontan) dan mutasi genetik bakteri. Model resistensi ada tiga yaitu :
1. Inaktifasi oleh enzim contoh adanya enzim β-laktamase pada bakteri dapat
mengakibatkan bakteri resisten pada pengunaan penisilin dan cephalosporin
2. Permeabilitas dinding sel contoh pengunaan tetrasiklin pada E. Coli,
permeabilitas dinding sel E Coli sangat rendah untuk mengikat tetrasiklin
3. Metabolic pathway contoh pada Bacillus subtilis yang gagal mengikat
erythromycin pada 50S subunit ribosom

VII. PENGOLONGAN ANTIBIOTIK


A. DERIVAT ASAM AMINO
Yang termasuk golongan ini adalah penisilin, cephalosporin, kloramfenikol,
cyclocerin, daktinomycin, dan polipeptida.
1. PENISILIN
Penisilin dihasilkan dari Penisilium notatum, merupakan derivate
phenylpropanoid/phenilasetat. Aktivitas antibiotika ini dapat hilang jika cincin β-laktam
pecah (oleh enzim penisilase), pH (dalam suasana asam menjadi asam penisila dan dalam
basa menjadi asam penisiloat), logam berat seperti Cu dan Zn, serta adanya oksidasi.
Pengunaan secara luas pada gram + (clostridium, staphylococcus, streptococcus, bacillia),
gram- (nesseria gonorhe dan meningitis).
Penisilin secara garis besar juga dalat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Penicilin resistan penisilase
Antara lain : Cloxacilin, dicloxacilin, methicillin, nafcillin dan oxacillin
2. Ampicilin related
Antara lain : ampicilin, amoxicillin, bacampicillin, cyclacilin
3. Aktif terhadap Pseudomonas
Antara lain : carbenicillin, tikarsilin,mezclocillin, piperacillin

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 154


2. Co-AMOXICLAVE
Kombinasi penisilin dengan asam klavulanat untuk mengatasi terjadinya resistensi
terhadap enzim β-laktamase. Asam klavulanat dihasilkan oleh Streptomyces clavuligerus,
memiliki struktur yang mirip dengan penisilin dan lebih mudah diserang oleh enzim β-
laktamase, sehingga penyerapan penisilin (amoksisilin lebih besar). Kombinasi umum
adalah 125 mg asam klavulanat dan 500 mg amoksisilin (co-amoxsiclave).

3. CEFALOSFORIN
Terdiri dari 3 generasi yaitu :
Generasi pertama :
 Resistan penisilase (cephalosporinase)
 Inaktif oleh β-laktamase
 Gram + dan gram –
 enterobacter dan pseudomonas resisten
 Haemophilus kurang aktif dibanding ampicilin
 Cephalothin, cefazolin, cephapirin, cepradin, chefalexin, cefadroxil, cefachlor

Generasi kedua
 Spektrum sama dengan generasi I
 Lebih aktif thd HI dan GO
 Resisten terhadap chepalosporinase
 Cefamadazole, cefuroxime, cefonicid,ceforadine, cefoxitin

Generasi ketiga
 Aktif terhadap enterobakter dan pseudomonas
 Cefotaxime, ceftizoksim, cefoperazone, ceftazidime, ceftriaxone, molactam,
imipenem

4. CHLORAMFENIKOL
Dihasilkan dari Streptomyces venezuelae, aktif terhadap gram + dan gram – ,
ricketsia dan beberapa virus. Aktivitas inhibisi sintesis protein pada level ribosom,
mengikat 50s subunit 70 s ribosom mikrobia dan menghancurkan enzim transferase (enzim
yang mengkatalisis terbentuknya ikatan protein)

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 155


5. LINCOMYCIN & CLINDAMYCIN
Dihasilkan dari Streptomices lincolnensis , clindamycin lebih efektif daripada
linkomycin karena Konsentrasi Hambatan Minimal (MICs) clindamycin lebih kecil
daripada lincomycin. Aktivitas inhibisi sintesis protein mengikat 50s subunit 70 s ribosom
mikrobia. Terdistribusi secara luas di tulang sehingga biasanya digunakan untuk terapi
osteomyletis yang disebabkan oleh Staphylococci osteomyletis.

6. CYCLOSERIN
Dihasilkan oleh Streptomyces orchidaceus, digunakan untuk pengobatan TBC
dikombinasi dgn isoniazid. Aktivitas antibakteri adalah dengan menghambat pembentukan
dinding sel (meninhibisi alanin racemase)

7. POLIPEPTIDA
Antibiotik ini tidak diambsorbsi diintestinas, sehingga pengunaan secara sistemik
mengakibatkan terjadinya neprotoksisitas. Aktivitas dominan pada Gram + , kecuali
polimiksin pada gram – dan sebagai antineoplastik pada bleomycin. Antibiotika yang lain
yang masuk dalam golongan polipeptida adalah colistin, bacitracin dan vancomycin.
Mekanisme aksinya berbeda-beda, polimiksin memililiki surfaktan yang dapat
berintraksi dengan sel bakteri yang memiliki membrane lemak yang anionik. Bacitracin
mekasisme aksinya menginhibisi sintesis mukopeptida dinding sel bakteri dan mekasisme
aksi bleomysin menginhibisi sintesis DNA.

B. DERIVAT ASAM ASETAT


Terdiri atas tetrasiklin, makrolida, polyene, dan griseofulvin.
1. TETRASIKLIN
Chlortetrasiklin dan tetrasiklin diperoleh dari Streptomyces aureofaciens,
sedangkan oxytetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tidak stabil dalam suasana asam dan
agak stabil dalam suasana alkali. Bentuk yang paling tidak stabil adalah klortetrasiklin.
Adanya Ca dan Al menganggu absorbsi tetrasiklin (berikatan), pada anak-anak ikatan Ca
akan terdeposisi membentuk calcium koplek yang menyebabkan pudarnya warna putih
pada gigi. Hepatotoksik pada wanita hamil. Mekanisme aksi inhibisi sintesis protein
bakteri. Aktivitas pada gram + dan gram – , ricketsia (pes), intestinal amuba dan beberapa
virus.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 156


2. ANTINEOPLASTIK TURUNAN ANTRASIKLIN
Plicamycin, doxorubicin, daunorubicdin dan mitomicyn

3. MAKROLIDA
Cincin makrilacto yang terikat 1 atau 2 gula (gula deoxy), tdak stabil dalam asam
lambung. Mekanisme aksi inhibisi sintesis protein. Erytromicin spesifik untuk infeksi yang
disebabkan oleh legionella pnemophyla) di hasilkan oleh Streptomyces erythreus.

4. POLYENE
Molekul terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, tidak memiliki aktivitas
antibakteri tetapi memiliki aktivitas terhadap fungi. Tidak stabil, kutang diabsorbsi di
intestinal dan toksik jika diberikan secara sistemik. Mekanisme aksi menghancurkan
integritas sel membrane dengan membentuk ikatan pada steroid membrane (bakteri
didnding selnya kurang mengandung steroid). Antibiotik ini biasanya digunakan untuk
mengatasi infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans.Yang termasuk dalam golongan
ini adalah Ampoterisin B (Streptomyces nodosus), Candicidin (Streptomyces griseus),
Nistatin (Streptomyces noursei) dan Natamycin (Streptomyces natalensis)

Antibiotika lain yang juga merupakan turunan asam asetat adalah griseofulvin
(Penicilium griseofulvum) antibiotika ini relative stabil, digunakan secara luas untuk
mengatasi infeksi dermatophyta, dan makanan meningkatkan absorbsin dari griseofulvin.
Rifamfisin ( Streptomyces mediteraranei ) spesifik dan sensitive untuk Mycobacteria
tuberculosis

C. DERIVAT METABOLISME KARBOHIDRAT


Antibiotik yang termasuk golongan ini larut dalam air, relative stabil. Mekanisme
aksi pada sintesis protein bakteri. Aktivitasnya pada bakteri spektrum luas,tidak diabsorbsi
secara oral. Secara sistemik neprotoksisitas dan ototoksisitas, pada sistem saraf cranial no
8, menyebabkan vertigo, mual dan muntah dan kehilangan pendengaran terutama untuk
penggunaan amikasin., kanamycin, neomicin dan netilmicin
Streptomycin merupakan antibiotika golongan derivate metabolisme karbohidrat
yang pertama ditemukan. Spesifik untuk Mycobacteria tuberculosis, digunakan juga untuk
mengontrol penyakit pes, dan tularemia yang terapinya dikombinasikan dengan
sulfonamide.

Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana 157

Anda mungkin juga menyukai