Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

FARMAKOGNOSI DASAR

Satuan Pendidikan : SMK PASUNDAN PADAHERANG


Kelas/Semester : X/1
Materi Pembelajaran : Memahami farmakognosi dan tanaman obat
(simplisia)
Pertemuan Ke : 1-4
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah peserta didik mengikuti proses belajar mengajar, melalui model pembelajaran
discovery learning, tentang pokok bahasan “Memahami farmakognosi dan tanaman obat
(simplisia) “, diharapkan dapat :
A. Menjelaskan hubungan farmakognosi dengan obat
B. Menjelaskan ruang lingkup farmakognosi dengan benar
C. Menjelaskan sejarah dan perkembangan farmakognosi dengan benar
D. Menganalisis farmakognosi dan tanaman obat (simplisia) dengan benar.

II. MATERI PEMBELAJARAN


A. Hubungan Farmakognosi Dengan Obat
Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang
berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti
pengetahuan tentang obat. Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi
diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang
ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :
1. Obat : Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bagian badan manusia.
2. Obat Jadi : Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai
nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku- buku lain yang
ditetapkan pemerintah.
3. Obat Paten : Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si
pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
4. Obat Baru : Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik sebagai
bagian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan,
pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal,
sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.
5. Obat Tradisional : Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan- bahan tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
B. Ruang Lingkup Farmakognosi
Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa,
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi
Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya
meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya
juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam
simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh:
Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat
diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan,
hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya,
maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini
dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap
pakai atau simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.
Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji
khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk menentukan
fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan–bahan fitofarmaka inilah yang disebut obat. Bila
dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.
Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam
metode ekstraksi dengan pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila
ekstrak yang diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai kromatografi, maka
hasilnya disebut isolat.
Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat–sifat fisika dan
kimiawinya akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian
tentang identifikasi, karakterisasi, elusidasi struktur dan spektrofotometri.
Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan
dalam fitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan uji
pra klinik akan didapatkan obat jadi. Mulai dari bahan obat sampat didapatnya obat jadi
dapat diuraikan dalam skema berikut:
C. Hubungan Farmakognosi Dengan Botani – Zoologi
Simplisia harus mempunyai identitas botani – zoologi yang pasti, artinya harus
diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari mana simplisia tersebut
diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia ditentukan bahwa untuk Kulit Kina
harus diambil dari tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina terdapat
banyak sekali, yang tidak mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya
identitas botani – zoologi maka nama–nama tanaman atau hewan dalam Farmakope
selalu disebut nama latin dan tidak dengan nama daerah, karena satu nama daerah
seringkali berlaku untuk lebih dari satu macam tanaman sehingga dengan demikian
nama daerah tidak selalu memberikan kepastian identitas. Dengan demikian
menetapkan identitas botani – zoologi secara tepat adalah langkah pertama yang harus
ditempuh sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lainnya dalam bidang farmakognosi.
D. Hubungan Farmakognosi Dengan Ilmu – Ilmu Lain
Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus
tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan umumnya diramu atau diracik sendiri
oleh tabib yang memeriksa sipenderita, sehingga dengan cara tersebut Farmakognosi
dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia diapotik kemudian terdesak
oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di apotik digantikan dengan
sediaan–sediaan galenik yaitu, tingtur, ekstrak, anggur dan lain – lain.
Kemudian setelah kimia organik berkembang, menyebabkan makin terdesaknya
kedudukan simplisia di apotik-apotik. Tetapi hal ini bukan berarti simplisia tidak
diperlukan lagi, hanya tempatnya tergeser ke pabrik-pabrik farmasi, tanpa adanya
simplisia di apotik tidak akan terdapat sediaan-sediaan galenik, zat kimia murni maupun
sediaan bentuk lainnya, misalnya: serbuk, tablet, ampul, contohnya: Injeksi Kinin
Antipirin, Secara sepintas Kinina antipirin dibuat secara sintetis tetapi dari sediaan
tersebut hanya Antipirin saja yang dibuat sintetis sedangkan kinina hanya dapat
diperoleh jika ada Kulit Kina, sedangkan untuk mendapatkan kulit kina yang akan
ditebang atau dikuliti adalah dari jenis Cinchona yang dikehendaki. Untuk memperoleh
jenis Cinchona yang dikehendaki tidak mungkin diambil dari jenis Cinchona yang
tumbuh liar, sehingga harus ada cara pengumpulan dan perkebunan yang baik dan
terpelihara. Dalam perkebunan ini farmakognosi erat hubungannya dengan ilmu-ilmu
lain misalnya: Biokimia, dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti Kortison,
Hidrokortison dan lain - lainnya.
Dari contoh-contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup
Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam
Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam nabati-hewani dan mineral dalam
berbagai aspeknya di bidang farmasi dan Kesehatan.
E. Sejarah Dan Perkembangan Farmakognosi
Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat sudah
dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di
Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia antara lain kulit delima,
opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani kuno misalnya
Hippocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib telah mengenal kayu manis,
hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.
Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera
Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani,
sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss. Seorang apoteker Jerman
dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah
menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara-cara untuk mengetahui
kemurnian simplisia. Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad
ke-19 dan masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa
ini perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-
teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.
F. Ejaan Latin
Meskipun alfabet Latin sama dengan alfabet yang dipergunakan dalam bahasa
Indonesia, tetapi dengan ejaan yang disempurnakan pada bahasa Indonesia, maka
terrdapat perbedaan cara pengucapan dari beberapa huruf dan rangkaian huruf. Cara
pembacaan huruf–huruf atau rangkaian–rangkaian huruf Latin yang dimaksud, dapat
kita lihat pada contoh–contoh berikut ini :
G. Tata Nama Latin Tanaman
1. Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama disebut nama genus dan
perkataan kedua disebut petunjuk species , misalnya nama latin dari padi adalah
Oryza sativa, jadi Oryza adalah genusnya sedangkan sativa adalah petunjuk
speciesnya. Huruf pertama dari genus ditulis dengan huruf besar dan huruf
pertama dari petunjuk species ditulis dengan huruf kecil .Nama ilmiah lengkap
dari suatu tanaman terdiri dari nama latin diikuti dengan singkatan nama ahli
botani yang memberikan nama latin tersebut.
Beberapa contoh adalah sebagai berikut :
Nama ahli botani Disingkat sbg Nama tanaman lengkap
Linnaeus L Oryza sativa L
De Candolle DC Strophanthus hispidus DC
Miller Mill Foeniculum vulgare Mill
Houttuyn Houtt Myristica fragrans Houtt
2. Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2 perkataan, jika lebih dari 2 kata (3
kata), 2 dari 3 kata tersebut harus digabungkan dengan tanda (-) .
Contoh : Dryopteris filix – mas
Strychnos nux – vomica
Hibiscus rosa – sinensis
3. Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap 2 tanaman yang
berbeda, hal ini disebut homonim dan keadaan seperti ini terjadi sehingga ahli
botani lain keliru menggunakan nama latin yang bersangkutan terhadap
tanaman lain yang juga cocok dengan uraian morfologis tersebut.
H. Tata Nama Simplisia
Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama simplisia
nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau species nama tanaman, diikuti nama
bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang
diperoleh dari beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati. Contoh :
1. Genus + nama bagian tanaman : Cinchonae Cortex, Digitalis Folium, Thymi
Herba, Zingiberis Rhizoma
2. Petunjuk species + nama bagian tanaman : Belladonnae Herba, Serpylli Herba,
Ipecacuanhae Radix, Stramonii Herba
3. Genus + petunjuk species + nama bagian tanaman : Curcuma aeruginosae
Rhizoma, Capsici frutescentis Fructus
Keterangan : Nama species terdiri dari genus + petunjuk spesies
Contoh:
Nama spesies : Cinchona succirubra
Nama genus : Cinchona
Petunjuk species : succirubra
I. Tempat Tumbuh
Pengertian tumbuh adalah daerah yang banyak menghasilkan simplisia yang
bersangkutan. Data tentang tempat tumbuh asli kadang-kadang hanya mempunyai nilai
sejarah dan tidak mempunyai arti ekonomis, misalnya :
1. Tanaman kina yang asli terdapat dipegunungan Andez di Amerika selatan,
sekarang kultur yang ekonomis bernilai hanya dilakukan di pulau Jawa
2. Minyak Kenanga yang semula dikuasai produknya oleh Filipina, sekarang
sebagian besar diproduksi di kepulauan Nossi Be dan Komoro dekat
Madagaskar.
3. Untuk keperluan tertentu, cengkeh Zanzibar ternyata lebih disukai dari cengkeh
daerah asalnya , kepulauan Maluku.
4. Buah Vanili asli dari Meksiko tidak lagi diproduksi di daerah asalnya, melainkan
di produksi di Tahiti, Indonesia dan kepulauan Reunion.
J. Beberapa Definisi
1. Simplisia : adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan.
2. Simplisia nabati : adalah simplisia berupa tanaman utuh,bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Eksudat tanaman : adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-
zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni .
3. Simplisia hewani : adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zatzat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
4. Simplisia mineral : (pelikan) adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan)
yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
kimia murni.
5. Alkaloida : adalah suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N)
pada umumnya berasal dari tanaman , yang mempunyai efek fisiologis kuat/
keras terhadap manusia. Sifat lainnya adalah sukar larut dalam air, dengan suatu
asam akan membentuk garam alkaloid yang lebih mudah larut dalam air.
Contohnya Codein, Papaverin, Atropin
6. Glikosida : Adalah suatu zat yang oleh enzim tertentu akan terurai menjadi
satu macam gula serta satu atau lebih zat bukan gula. Contohnya amigdalin, oleh
enzim emulsin akan terurai menjadi glukosa + benzaldehida + asam biru
(sianida).
7. Enzim : adalah suatu biokatalisator yaitu senyawa atau zat yang berfungsi
mempercepat reaksi biokimia / metabolisme dalam tubuh organisme. Sering
mempunyai nama dengan akhiran ase, seperti : Amilase, Penisilinase dan lain-
lain. Daya kerjanya dibatasi oleh suhu, dimana pada suhu 00 C tidak akan aktif
dan diatas 600 C akan mati.
8. Vitamin : adalah suatu zat yang dalam jumlah sedikit sekali diperlukan oleh
tubuh manusia untuk membentuk metabolisme tubuh. Tubuh manusia sendiri
tidak dapat memproduksi vitamin.
9. Hormon : adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang
mempengaruhi faal tubuh dan mempengaruhi besar bentuk tubuh. Bahan
organik asing, disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa yang
disebutkan dibawah ini :
a. Fragmen bagian atau bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman
yang disebutkan dalam paparan makroskopik atau bagian sedemikian yang
nilai batasnya disebut monografi
b. Hewan atau hewan asing berikut fragmennya, zat yang dikeluarkan hewan,
kotoran hewan, batu, tanah atau zat pengotor lainnya.
III. PERTANYAAN DARI MATERI
1. Farmakognosi berasal dari 2 kata Yunani yaitu ...
2. Pengertian obat tradisional adalah ...
3. Mengapa farmakognosi dihubungkan dengan botani–zoologi?
4. Rangkum sejarah dan perkembangan farmakognosi.
5. Sebutkan perbedaan tata nama Curcuma xanthorrhiza (Roxb) dengan Curcuma
Rhizoma
6. Sebutkan contoh simplisia mineral

IV. PENILAIAN
Aspek yang Bentuk
No Instrumen Penilaian Waktu Penilaian
dinilai Penilaian
1 Sikap Observasi/jurnal Format Pengamatan Selama proses
sikap (jurnal) pembelajaran
2 Pengetahuan Tes Tulis Tugas dalam LKPD Setelah selesai
KBM
3 Keterampilan Laporan tertulis Format Pengamatan Pada saat
Format Penilaian Pengumpulan
Laporan tertulis Tugas

Anda mungkin juga menyukai