Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL FARMAKOGNOSI

“SIMPLISIA”

Dosen Pengampu : Apt. Aried Eriadi, M. Farm

Disusun Oleh :

1. Brigitta (22011153)
2. Sintia eka putri (22011165)
3. Della suci ramadhani (22011095)
4. Nurul aini azhar (22011116)

Program Studi S1 Farmasi

Sekolah Tinggi llmu Farmasi Padang

2022

1
PENDAHULUAN

Penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang sejak dahulu, pada


+2500 tahun sebelum masehi di ketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di
Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia, antara lain kulit
delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Pada 466 tahun sebelum
Masehi di Yunani Kuno, Hippocrates seorang tabib telah mengenal kayu manis,
hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.

Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku
"Genera Plantarum" yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari
sistematik botani, sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss.
Seorang apoteker Jerman dalam bukunya "Grundriss Der Farmakognosie Des
Planzenreisches" telah menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara-
cara untuk mengetahui kemurnian simplisia.

Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19


dan masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Saat ini
perkembangan farmakognosi sudah sampai ke usaha-usaha isolasi, identifikasi
dan teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.

Di Indonesia banyak macam tumbuhan obat yang telah diteliti oleh


para ahli, yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun
artikel obat tradisional. Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat
herbal adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan
farmasetika, dapat berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan) ekstrak,
kelompok senyawa atau senyawa murni berasal dari alam. Yang dimaksud
dengan obat alami adalah obat yang berasal dari tanaman.

Perkembangan menunjukkan bahwa pemakaian obat-obatan alami ini


cenderung semakin meningkat. Perkembangan ini semakin mendorong oleh
munculnya berbagai pengaruh buruk penggunaan obat sintetis. Potensi ini
diperbesar pula dengan adanya penggalakan eksport non migas yang berupa
eksport simplisia. Dengan demikina prospek perkembangan tanaman obat di
Indonesia cukup menjanjikan, mengingat berbagai factor diatas dan berbagai
faktor lain yang menunjukkan seperti flora, keadaan tanah, dan iklim.

2
PEMBAHASAN

Sejarah Umum Farmakognosi Dan Simplisia

Farmakognosi telah diciptakan melalui penggabungan dua kata dalam


bahasa Yunani. Farmakon (obat) dan Gnosis (pengetahuan), yaitu pengetahuan
tentang obat. Tata nama Farmakognosi pertama kali dan paling sering digunakan
oleh C.A Seydler, seorang mahasiswa kedokteran di Halle/Saale, Jerman, yang
secara tegas menggunakan Analetica Pharmacognostica sebagai judul utama
tesisnya pada tahun 1815. Selain itu, penelitianpenelitian lebih lanjut telah
mengungkapkan bahwa Schmidt telah terlebih dahulu menggunakan istilah
Farmakognosis di dalam monografinya yang berjudul Lehrbuch der Materia
Medica (yaitu catatan-catatan kuliah tentang Materia Medis) pada tahun 1811 di
Wina. Kompilasi ini khusus membahas tentang tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat
dan karakteristiknya yang bersesuaian.

Istilah Materia Medica adalah kata latin yang dikemukakan mula-mula


oleh seorang dokter Yunani Disocorides pada abad pertama sesudah Masehi.
Bahan dasar alam atau umumnya disebut bahan alam tersebut berasal dari
tumbuhan (bahan alam nabati), dari hewan (bahan alam hewani) dan dari mineral
(bahan alam mineral). Dari ketiga jenis bahan alam ini, tumbuhan merupakan
jumlah terbesar yang digunakan sebagai sumber bahan untuk farmasi. Bahan
disini dapat berupa simplisia atau hasil olahan simplisia berupa ekstrak medisinal,
yaitu ekstrak yang digunakan untuk pengobatan dan mengandung kumpulan
senyawa kimia alam yang secara keseluruhan mempunyai aktivitas biologi, atau
hasil olahan (simplisia) berupa senyawa kimia murni yang dapat digunakan
sebagai prazat (prekursor, zat pemula) untuk sintesis senyawa kimia obat.

Aryuveda merupakan obat paling kuno dari semua obat tradisional.


Aryuveda dianggap merupakan asal mula obat tersistematis karena tulisan-tulisan
Hindu kuno tentang obat tidak mengandung referensi obat luar negeri, sedangkan
teks-teks Yunani dan Timur Tengah merujuk kepada ide-ide dan obat-obat yang
berasal dari India. Dioscorides diduga banyak mengambil ide-idenya dari India
sehingga terlihat sepertinya pengetahuan komprehensif medis pertama kali berasal
dari negara ini. Istilah Aryuveda berasal dari kata Ayur yang berarti hidup dan
veda yang berarti pengetahuan serta tambahan terakhir untuk tulisan suci Hindu
dari 1200 SM disebut Artharva-veda. Sekolah pertama yang mengajar obat
Aryuveda adalah Universitas Banaras pada 500 SM dan telah ditulis buku kitab
Samhita (atau ensiklopedia obat).

3
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang diduga berasal dari keraton
Surakarta dan Yogyakarta, dari praktek budaya Jawa kuno dan juga hasil
pengaruh obat Cina, India dan Arab. Ukiran di candi Borobudur sejak dari tahun
800-900 menggambarkan penggunaan daun kalpataru (pohon yang tidak pernah
mati) untuk membuat obat-obatan. Pengaruh suku Jawa menyebar ke Bali ketika
terbentuk hubungan, dan pada tahun 1343 pasukan kerajaan Majapahit di Jawa
Timur dikirim untuk menaklukkan orang-orang Bali. Keberhasilan penaklukkan
tersebut hanya sementara dan orang-orang Bali membalas untuk mendapatkan
kemerdekaannya. Setelah Islan masuk di Jawa dan kerajaan Majapahit hancur,
banyak orang Jawa melarikan diri, terutama ke Bali, membawa buku-buku, budata
dan kebiasaannya, termasuk obat.

Berdasarkan perkembangan ilmu farmasi mengenai dan kedokteran yang


begitu pesat, maka muncullah Farmakope pertama yang dikeluarkan oleh kota-
kota otonom, dan menjadi dokumen resmi yang berjilid. Dimana dokumen
tersebut berisi mengenai komposisi sediaan dan penyimpanan bahan farmasi.
Adapun farmakope pertama ada tiga yaitu, Ricettaria fiorentina (Florensia, Italia)
tahun 1498, Farmakope Nuremberg (Frankonia Jerman) atau Pharmacorum
omnium tahun 1546, Farmakope Londiniensis (Inggris) tahun 1618, salah satu
risalah awal farmasetik yang paling berpengaruh. Farmakope-farmakope ini
terutama ditujukan untuk membuat beberapa sususnan menjadi berbagai bentuk
sediaan yang bervariasi dan untuk mengurangi masalah-masalah yang timbul
karena variabilitas komposisi obat tersebut.

4
Pengertian Farmakognosi dan Simplisia

Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani yaitu Farmakon yang


berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi
Farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat, khususnya dari nabati,
hewani dan mineral.

Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari obat yang berasal


dari alam. Farmakognosi membahas aspek biologi, kimia, biokimia, fisika,
farmakologi, budidaya dan cara pembuatan sediaan dan aspek
ekonominya.

Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi bahwa


simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang


digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengelolaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia

Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses


pembuatannya.

a. Bahan baku simplisia Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat


diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika
simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa
panen dan galur asal usul, garis keturunan tanaman dapat dipantau.
Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak kendala dan
variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur dan
tempat tumbuh.
b. Proses pembuatan simplisia Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa
tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan, dan penyimpanan.

5
1. Pengumpulan bahan baku Tahapan pengumpulan bahan baku
sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling
berperan dalam tahap ini adalah masa panen.
2. Sortasi basah Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika
tanaman masih segar. Sortasi basah dilakukan terhadap tanah dan
kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari
tanaman yang tidak digunakan, dan bagian tanaman yang rusak.
3. Pencucian Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan
juga bahan- bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengeringan Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan
untuk menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan mikroorganisme lain, menghilangkan
aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat
akif, serta memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya
lebih ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya. Faktor
yang mempengaruhi pengeringan diantaranya adalah waktu
pengeringan, suhu pengeringan, kelembaban udara disekitar bahan,
kelembaban bahan atau kandungan air dari bahan, ketebalan bahan
yang dikeringkan, luas permukaan bahan, dan sirkulasi udara.
5. Sortasi kering Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah
mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap
bahan-bahan yang terlalu gosong dan bahan yang rusak.
6. Penyimpanan Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai
maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri
dan disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyimpanan adalah cahaya, oksigen atau
sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif
dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses
dehidrasi, pengotoran dan atau pencemaran, baik yang diakibatkan
oleh serangga, kapang, atau pengotor lain. Persyaratan wadah
untuk penyimpanan simplisia adalah harus inert tidak mudah
bereaksi dengan bahan lain; tidak beracun; mampu melindungi
bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, dan serangga;
mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan kandungan zat
aktif, pengaruh cahaya, oksigen dan uap air Gunawan dan Sri
Mulyani, 2004.

6
Ejaan latin

Meskipun alfabet Latin sama dengan alfabet yang dipergunakan


dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan ejaan yang disempurnakan pada
bahasa Indonesia, maka terrdapat perbedaan cara pengucapan dari
beberapa huruf dan rangkaian huruf.

Cara pembacaan huruf – huruf atau rangkaian – rangkaian huruf Latin


yang dimaksud, dapat kita lihat pada contoh –contoh berikut ini.

7
Tata Nama Latin Tanaman

1. Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama disebut nama genus
dan perkataan kedua disebut petunjuk species , misalnya nama latin dari

8
padi adalah Oryza sativa, jadi Oryza adalah genusnya sedangkan sativa
adalah petunjuk speciesnya. Huruf pertama dari genus ditulis dengan huruf
besar dan huruf pertama dari petunjuk species ditulis dengan huruf
kecil .Nama ilmiah lengkap dari suatu tanaman terdiri dari nama latin
diikuti dengan singkatan nama ahli botani yang memberikan nama latin
tersebut. Beberapa contoh adalah sebagai berikut :

Nama Ahli Disingkat sebagai Nama Tanaman


Botani Lengkap
Linnaeus L Oryza sativa L.
De Candolle DC Strophanthus hispidus
DC
Miller Mill Foeniculum Vulgare
Mill
Houttuyn Houtt Myristica Fragrans
Houtt

2. Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2 perkataan, jika lebih dari 2
kata (3 kata), 2 dari 3 kata tersebut harus digabungkan dengan tanda (-) .
Contoh : Dryopteris filix – mas Strychnos nux - vomica Hibiscus rosa -
sinensis
3. Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap 2 tanaman yang
berbeda, hal ini disebut homonim dan keadaan seperti ini terjadi sehingga
ahli botani lain keliru menggunakan nama latin yang bersangkutan
terhadap tanaman lain yang juga cocok dengan uraian morfologis tersebut.

Tata Nama Simplisia

Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama


simplisia nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau species nama
tanaman, diikuti nama bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak

9
berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman dan
untuk eksudat nabati.

Contoh :

1. Genus + nama bagian tanaman : Cinchonae Cortex, Digitalis Folium,


Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma

2. Petunjuk species + nama : Belladonnae Herba, Serpylli

Bagian tanaman Herba, Ipecacuanhae Radix, Stramonii


Herba

3.Genus + petunjuk species + : Curcuma aeruginosae Rhizomo,

nama bagian tanaman : Capsici frutescentis Fructus

Keterangan : Nama species terdiri dari genus + petunjuk spesies

Contoh :

Nama spesies : Cinchona succirubra

Nama genus : Cinchona

Petunjuk species : succirubra

Contoh-Contoh Simplisia

1. Simplisia Rhizome (Rimpang)


Rhizome atau rimpang adalah bagian tanaman yang merupakan
modifikasi batang tumbuhan yang tumbuhnya menjalar di bawah
permukaan tanah dan dapat menghasilkan tunas dan akar baru dari
ruas-ruasnya. Berikut ini adalah tanaman obat tradisional Indonesia
yang bahan berkhasiatnya terdapat pada rhizome (rimpang).
Contoh nya kunyit
Bahasa Latin : Curcuma domestica
Val Curcuma longa Auct

10
Famili : Zingiberaceae

2. Simplisia Radix (akar)


Akar tanaman (radix) yang sering dimanfaatkan untuk
bahan obat dapat berasal dari tanaman perdu atau jenis tanaman
terna yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air
tinggi. Tetapi adda juga simplisia akar yang berasal dari tanaman
berkayu keras. Berikut ini adalah tanaman obat tradisional
Indonesia yang bahan berkhasiatnya terdapat pada akar (radix).
Contoh nya alang-alang

Bahasa Latin : Imperata cylindrica

Famili : Poaceae

3. Simplisia Cortex (kulit batang)


Simplisia batang dan kulit batang (cortex) merupakan
bagian batang kulit batang yang digunakan sebagai ramuan obat.
Simplisia kulit batang umumnya diambil dari bagian kulit terluar
tanaman tingkat tinggi yang berkayu. Bagian yang sering
digunakan sebagai bahan ramuan meliputi kulit dari batang, cabang
atau kulit akar sampai ke lapisan epidermis. Berikut ini adalah
tanaman obat tradisional Indonesia yang bahan berkhasiatnya
terdapat pada kulit batang (cortex) . Contohnya kayu manis

Bahasa Latin : Cinnamomum burmanii

Famili : Lauraceae

4. Simplisia Daun (folium)


Simplisia daun (folium) merupakan jenis simplisia yang
paling umum digunakan sebagai bahan baku ramuan obat
tradisional. Simplisia ini dapat berupa lembaran daun tunggal atau

11
majemuk. Simplisia daun biasanya dipakai dalam bentuk segar
atau dikeringkan. Sebagaian simplisia daun, terkadang berupa
pucuk tanaman yang terdiri dari daun muda. Berikut ini adalah
tanaman obat tradisional Indonesia yang bahan berkhasiatnya
terdapat pada daun (folia). Contohnya bayam merah Bahasa Latin :
Amaranthus tricolor L

Famili : Amaranthaceae

5. Simplisia Biji
Biji di ambil dari buah yang telah masak, sehingga
umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun
bermacam-macam, tergantung pada jenis tanamannya. Berikut ini
adalah beberapa jenis tanaman yang bijinya dapat digunakan
sebagai obat. Contohnya pinang

Bahasa Latin : Areca catechu L

Famili : Arecaceae

Uji simplisia

 Uji Makroskopik

Uji makroskopik dilakukan untuk melihat morfologi dari simplisia


sintrong dan kenikir. Pengujian dilakukan terhadap 10 helai daun. Hasil uji
makroskopik menunjukkan bahwa simplisia sintrong memiliki warna
hijau, batang yang berambut halus, daun berbentuk jorong memanjang
dengan tepi bergerigi dan ujung daun runcing, daun berbulu halus, panjang
daun 3-18 cm 29 dan lebar 1,5-9 cm. Sedangkan simplisia kenikir
memiliki warna daun hijau, bentuk daun menyirip 3-4 atau menyirip
berbagi 3-4, panjang daun 7-19 cm dengan lebar 8-19 cm.

12
 Uji Mikroskopik
Dari hasil uji mikroskopik, simplisia sintrong memiliki bentuk
batang setengah lingkaran, berbulu halus dan tidak berongga. Sedangkan
simplisia kenikir memiliki batang berbentuk lingkaran dan tidak berongga.
Hasil sayatan melintang daun sintrong menunjukkan adanya rambut
kelenjar di permukaan atas dan bawah daun, sedangkan sayatan melintang
daun kenikir menunjukkan adanya rambut kelenjar pada permukaan atas
daun di bagian tulang daun. Rambut kelenjar adalah modifikasi dari
epidermis daun yang merupakan tempat dihasilkannya minyak atsiri.

 Preparasi Simplisia

Daun kenikir dan daun sintrong tersebut disortasi basah, kemudian


dicuci hingga bersih agar tidak ada pengotor atau bahan lain yang terbawa,
kemudian ditiriskan untuk meminimalisir air yang ada pada bahan. Setelah
itu daun kenikir dan daun sintrong tersebut dirajang hingga diperoleh
ukuran yang lebih kecil agar kandungan senyawa pada bahan lebih mudah
diidentifikasi dan diekstraksi. Selanjutnya masing-masing simplisia segar
tersebut disimpan pada wadah tertutup rapat yang kedap udara dan
terlindung dari cahaya sebelum dilakukan pengolahan selanjutnya, untuk
menghindari adanya pengotor dari lingkungan yang menempel pada
bahan.

 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan


golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak. Hasil
yang didapat menunjukkan simplisia segar sintrong dan kenikir memiliki
kandungan golongan senyawa yang sama, yaitu alkaloid, flavonoid, tanin,
kuinon, polifenolat dan monoterpen/seskuiterpen. Hasil penapisan
fitokimia simplisia secara lengkap

 Uji organoleptik simplisia

13
Uji organoleptik dilakukan untuk mendeskripsikan bau, warna,
rasa dan tekstur dari simplisia tersebut menggunakan panca indera,
sehingga akan didapat hasil yang objektif
 Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mendeskripsikan bau, warna,
rasa dan tekstur dari ekstrak dengan menggunakan panca indera sehingga
akan didapat hasil yang objektif

14
BAB III

KESIMPULAN

A.KESIMPILAN

Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari


tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai
obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji
farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan


kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang terurai
dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum
Farmakognosi hanya mencakup segi pengamatan makroskopis,
mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup
indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam
simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai
contoh Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang
sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan Streptomyces venezuela
cendawan.

Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa
tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral yang jika ada bantuan dan
penentuan sistematikanya, maka diperoleh bahan obat berkhasiat alam.
Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah,
diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau yang
disebut dengan simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Endarini, Lully Hanni. 2016. Farmakoqnosi dan Fitokimia. Jakarta : Badan


Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia.


Edisi II. halaman 5-6. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Narulita, Hanni. 2014. “Studi Praformulasi Ekstrak Etanol 50 % Kulit Buah


Manggis”. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Program Studi
Farmasi : UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Susanti, Nova. 2016. Obat Tradisional Dan Simplisia. Jakarta : Kementerian


Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan

Widyastuti, kiki dkk,. 2004. Farmakoqnoosi Jilid I. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai