Anda di halaman 1dari 51

PORTOFOLIO

PEMBUATAN OBAT DARI BAHAN ALAM

Disusun oleh :
1.

Ani Budi Lestari

2.

Ida Fitri Hastuty

3.

Mahrus Ali Wardana

Email : mcrush121287@gmail.com

AKADEMI FARMASI PUTERA INDONESIA MALANG


TAHUN 2013

TEMA

: PEMBUATAN OBAT DARI BAHAN ALAM

JUDUL

: PEMBUATAN SAMPO DARI DAUN MIMBA UNTUK HEWAN


PELIHARAAN

I.
A.

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu pada Bangsa

Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman obat yaitu
Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi ) membuat himpunan keterangan terinci mengenai
ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica. Orang- orang Yunani kuno juga telah melakukan
pengobatan herbal. Zaman Mesir kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang ditulis dalam Papyrus
Ehers meyebutkan Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai
penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah
melakukan dan mempraktekkan pengobatan Herbal. Dalam kepercayaan agama Islam tentang
pengobatan, telah disabdakan oleh Rasullullah SAW Setiap kali Allah menurunkan penyakit,
pasti Allah menurunkan (pula) obatnya. (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam era komunikasi serba cepat sekarang ini, semakin banyak obat tradisional yang
muncul ke permukaan. Kalau tadinya banyak orang mengenal jamu-jamuan hanya dari tanah
Jawa saja, saat ini masyarakat mulai mengenal jamu-jamuan dari pulau-pulau lain, seperti Papua
dengan Sarang Semut dan buah merah-nya, Sumatera dengan Tongkat Ali-nya. Kemajuan
teknologi di segala bidang merupakan salah satu peningkatan usaha masyarakat. Diantara sekian
kemajuan teknologi tersebut salah satunya adalah kemajuan bidang farmasi, terbukti dari
banyaknya jenis obat-obat yang dihasilkan untuk mencegah dan mengobati suatu penyakit.
Meskipun demikian, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak begitu saja mampu
menghilangkan pengobatan tradisional yang dewasa ini semakin berkembang baik di dalam
maupun di Seiring dengan berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam kesehatan dengan
semboyan back to nature, keinginan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tanaman obat juga
semakin berkembang.
Menurut Pelczar dan Chan (1998), mikroorganisme dapat dihambat pertumbuhannya
atau dibunuh dengan menggunakan bahan kimia. Saat ini masyarakat mulai menyadari bahwa
pemakaian bahan kimia sering menimbulkan efek samping, sehingga mereka lebih memilih
menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan tertentu dapat
mengandung zat antimikroba yaitu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
mikroorganisme. Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk

obat-obatan antara lain daun peci beling, daun kumis kucing, daun sirih, rimpang kunyit, rimpang
temulawak, cengkeh dan salah satunya yaitu tanaman mimba (Azadirachta indica) (Rukmana,
2002).
Secara Empiris di Indonesia air rebusan daun Mimba digunakan sebagai anti Diabetes
Militus Contohnya Dr.Erna Cipta Fahmi Dokter sekaligus Herbalis di Tangerang meresepkan
Mimba yang diramu dengan bahan lain seperti Tapak Liman, Pegagan, Daun Sendok dibentuk
dalam sediaan kapsul untuk pasien kencing manis ternyata berhasil. Di India Mimba disebut
Devillage Pharmacy karena faedahnya menyembuhkan banyak penyakit antara lain penyakit
kulit, demam, Diabetes, penyakit Kardiovaskular, antiradang, Hiperlipidemia, dan antibakteri.
Di Indonesia daun Mimba jumlahnya melimpah, tumbuhan perdu ini dengan mudah dapat
di jumpai disepanjang jalan sebagai pohon peneduh untuk membuat lingkungan menjadi asri dan
hijau. Setelah kita telusuru dibeberapa buku dan literature ternyata tanaman mimba ini
mempunyai banyak manfaat. Yang membuat ketertarikan untuk membuat sediaan dari daun ini
karena di Amerika Serikat Ekstrak Mimba dalam berbagai merk digunakan untuk membasmi
organisme pengganggu tanaman, Daun Mimba dibuat sabun dan sampo untuk hewan peliharaan
mencegah kutu dan kudis.

B.

TUJUAN
Membuat obat tradisional dalam bentuk sampo untuk membasmi kutu pada hewan

peliharaan

C.

MANFAAT
1.

Bagi masyarakat
Membantu para pecinta hewan untuk mengobati hewan peliharaan yang terserang kutu
dan kudis

2.

Bagi diri sendiri


a. Menambah pengetahuan tentang kandungan zat aktif pada Daun Mimba.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman baru dalam pembuatan sediaan Sampo
Daun Mimba.

D.

KONSEP BERFIKIR
Pada saat ini produk produk untuk hewan hewan peliharaan rumah ( kucing Angora,

Kucing Persia, Kelinci ) sangat langka dan berharga mahal dan merupakan produk impor.
Umumnya yang terjadi pada masyarakat jika mempunyai hewan peliharaan yang sakit karena
bakteri, parasit dan sebagainya hewan peliharaan tersebut dibiarkan saja berharap sembuh dengan
sendirinya ataupun mati. Penanganan hewan peliharaan yang sakit oleh Dokter Hewan belum
begitu popular di masyarakat terutama di daerah daerah.
Ada dua jenis pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu, pengobatan secara kimia
dan pengobatan secara alami. Pengobatan kimia adalah pengobatan yang dilakukan dengan
menggunakan obat yang mengandung bahan bahan kimia sedangkan pengobatan alami adalah
pengobatan dengan menggunakan bahan bahan dari alam ( simplisia ). Banyak Simplisia yang
dapat diperoleh di lingkungan sekitar yang dapat dipergunakan untuk perawatan maupun
pengobatan pada hewan peliharaan yang dapat diperoleh secara mudah, murah, dan ramah
lingkungan.
Untuk penyakit kutu dan kudis pada hewan peliharaan dapat menggunakan ekstrak daun
mimba karena dalam daun mimba mengandung senyawa alkaloid Azadirachtin yang berfungsi
sebagai pestisida alami dimana aktivitasnya sebagai Ecdyson Blocker atau zat yang dapat
menghambat kerja hormon Ecdyson, yaitu suatu hormone yang berfungsi dalam metamorfose
serangga, kegagalan metamorfosa menyebabkan kematian. Efek lain mimba adalah menurunkan
nafsu makan serangga dalam jangka panjang menimbulkan kematian perlahan.

II.

A.

STUDI PUSTAKA

DETERMINASI TANAMAN
Determinasi tanaman merupakan proses dalam menentukan nama / jenis tanaman secara

spesifik. determinasi bertujuan untuk mendapatkan suatu spesies se spesifik mungkin dan tepat
sasaran, karena dalam proses pemanfaatannya, tanaman memiliki berbagai jenis varietas yang
kadang membingungkan, digunakan untuk penelitian, jamu-jamu, obat dan sebagainya.
untuk itulah, dibutuhkan suatu acuan yang mendetail untuk menentukan se spesifik mungkin
suatu tanaman, agar tepat sasaran dalam pemanfaatannya. Pengklasifikasian makhluk hidup
didasarkan pada banyaknya persamaan dan perbedaan, baik morfologi, fisiologi maupun
anatominya. Makin banyak persamaan di antara makhluk hidup makin dekat kekerabatannya,
makin sedikit persamaan makhluk hidup dikatakan makin jauh kekerabatannya.
Untuk dapat mengklasifikasikan, perlu dilakukan determinasi ataupun identifikasi,
Determinasi merupakan upaya membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang
sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua
benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine =
menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to identify =
mempersamakan(Anonim, 2008). Cara melakukan determinasi Tanaman pertama sekali adalah
mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah
bagian-bagian daun, bunga, buah dan lainlainnya). Langkah berikut adalah membandingkan atau
mempersamakan ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal
identitasnya.
Langkah langkah determinasi tanaman adalah sebagai berikut :
1.

Tumbuhan yang telah dikoleksi dibuat catatan selengkap mungkin.

2.

Tumbuhan didata dengan baik. Lakukan dengan menggunakan kunci determinasi sampai
diketahui nama familinya.

3.

Dari beberapa karakter yang diamati, maka dapat diketahui sesuai dengan pertanyaan a
ataukah b. pada akhir pertanyaan didapatkan nomor baru yang menunjukan arah
berikutnya, dan seterusnya. Yang akhirnya akan ditemukan sebuah nama familia.

4.

uraian atau deskripsi tentang familia dibaca dengan teliti dan bandingkan uraian tersebut
dengan tanamannya, untuk meneliti apakah uraian tersebut cocok.

5.

Mulailah dengan tabel untuk menentukan nama genus, dan seterusnya sehingga
ditemukan nama spesiesnya.

6.

Pada akhir kegiatan, cantumkan tanah asal, tempat timbuh dan tinggi letak diatas
permukaan laut serta nama daerahnya.

7.

Tumbuhan tingkat rendah atau biasa dikenal dengan istilah Cryptogamae merupakan
semua tumbuhan kecuali gimnofita dan tumbuhan berbunga, karena organ reproduksi
tumbuhan ini tidak menonjol seperti pada kelompok tumbuhan berbunga. Sedangkan
tumbuhan tingkat tinggi atau biasa dkenal dengan istilah Phanaerogamae merupakan
tumbuhan yang memiliki biji dan bunga dengankata lain, organ reproduksinya tampak
jelas.

B.

SIMPLISIA
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan
lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu :
1.

Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri
Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat
atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.

2.

Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum
iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

3.

Simplisia pelikan atau mineral


Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni,
contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Dalam mendapatkan simplisia yang baik ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
agar diperoleh hasil simplisia yang terbaik, yang meliputi tahapan budidaya tanaman dan
pengolahan simplisia.

Budidaya Tanaman
Tahapan dalam Budidaya tanaman adalah :
1. Pengelolaan tanah
Sebagian besar tanaman obat diusahakan di tanah kering. Pada dasarnya pengolahan tanah
bertujuan menyiapkan tempat atau media tumbuh yang serasi bagi pertumbuhan tanaman. Pada
kesuburan fisik dan kesuburan kimiawi. Jika kedua macam kesuburan telah dipenuhi untuk jenis
tanaman yang diusahakan, maka dapat dikatakan tanah tersebut subur bagi tanaman tersebut.
Kesuburan fisik sangat erat hubungannya dengan struktur tanah yang menggambarkan susunan
butiran tanah, udara, dan air, sehingga dapat menjamin aktivitas akar dalam mengambil zat-zat
yang diperlukan tanaman. Sedangkan kesuburan kimiawi sangat erat hubungannya dengan
kemampuan tanah menyediakan kebutuhan nutrisi tanaman. Kedua kesuburan tersebut saling
berinteraksi dalam menentukan tingkat kesuburan bagi pertumbuhan tanaman.
Di samping itu, pengolahan tanah mencakup pula menghilangkan gulma yang merupakan
saingan tanaman, menimbun dan meratakan bahan organik yang penting bagi tanaman serta
pertumbuhannya, saluran drainase untuk mencegah terjadinya kelebihan air seperti dikehendaki
oleh tanaman. Dalam pengolahan tanah memerlukan waktu mengingat terjadinya proses fisik,
kimia dan biologis dalam tanah sehingga terbentuk suatu media yang baik bagi pertumbuhan
tanaman.
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam pengolahan tanah bagi tanaman obat antara
lain :
a. Bagi tanaman obat yang dipungut hasilnya dalam bentuk umbi (tuber) umumnya
dikehendaki pengolahan-pengolahan tanah cukup dalam (25 40 cm), struktur gembur
sehingga pertumbuhan umbi atau rimpang dapat berkembang dengan baik.
b. Menghindari tercampurnya bahan induk yang belum melapuk dalam daerah pekarangan
tanaman.Untuk itu perlu adanya waktu yang cukup untuk memberi kesempatan terjadinya
proses pelapukan, antara lain proses oksidasi, sehingga akan terbentuk lapisan tanah yang
menjamin pertumbuhan akar. Hal itu penting yaitu pada waktu membuat lubang tanah
(sedalam 40x 60) bagi tanaman obat berbentuk pohon, seperti Cengkeh (Eugenia
caryophyllata), Kola (Cola nitida).
c. Pembuatan teras teras apabila tanah terlalu miring,agar erosi dapat diperkecil, misal
dalam penanaman Sereh (Cymbopogon nardus ).
d. Pengolahan tanah intensif, diusahakan bebas gulma pada awal
pertumbuhan, yaitu untuk tanaman obat berhabitur perdu seperti Kumis kucing
(Orthosiphon stamineus), Mentol (Mentha piperita), Timi (Thymus vulgaris)
e. Pembuatan guludan sering dilengkapi dengan saluran drainase yang baik, terutama bagi
tanaman yang tidak toleran terhadap genangan air .Seperti Cabe ( Capsicum annuum ).

2. Penanaman
Dalam penanaman dikenal dua cara utama yaitu penanaman bahan tanaman (benih atau
stek ) secara langsung pada lahan dan disemaikan dahulu baru kemudian diadakan pemindahan
tanaman ke lahan yang telah disediakan atau disiapkan. Umumnya persemaian diadakan
terutama bagi tanaman yang pada waktu masih kecil memerlukan pemeliharaan intensif. Tanpa
perlakuan tersebut akan mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi. Disamping itu persemaian
diperlukan apabila benih terlalu kecil sehingga sulit untuk mengatur tanaman sesuai dengan
perkembangan teknologi tepat guna.
Tujuan lain dari adanya persemaian agar dapat memanfaatkan (menghemat) waktu musim
tanam tiba (umumnya pada awal musim hujan), sehingga pada saat musim tiba tanaman telah
mengawali tumbuh lebih dahulu. Contohnya temulawak (Curcuma xanthorrhiza), rimpang
ditunaskan lebih dahulu pada persemaian yang lembab dan agak gelap, baru kemudian belahan
rimpang dengan tunasnya ditanam di lahan.
Hal-hal yang perlu mendapat pertimbangan pada penanaman tanaman obat antara lain :
a.

Mengingat pada umumnya penanaman pada lahan kering tanpa irigasi dan
cuaca cukup panas maka penanaman dilakukan pada awal musim hujan .

b.

Penanaman dengan jarak atau baris teratur akan lebih baik dipandang dari segi
fisiologi tanaman pemeliharaan dan estetika.

c.

Penanaman secara tunggal (monokultur) terutama bagi tanaman yang tidak


tahan cahaya matahari, misalnya Mentol (Mentha piperita).

d.

Penanaman ganda dapat dilakukan pada tanaman yang memerlukan naungan


ataupun untuk pertumbuhannya dapat beradaptasi terhadap sinar matahari tidak
langsung, misalnya Kemukus (Piper cubeba) . Tanaman yang dapat saling
bertoleransi terhadap persaingan karena dapat memenuhi beberapa tujuan antara
lain : memperluas areal tanam (pada satu tempat dan waktu bersamaan ditanam
lebih dari satu macam tanaman), menghemat pemeliharaan, memperkecil resiko
kegagalan panen. Penggunaan alat penopang bagi tanaman obat yang berbatang
merambat dengan sistem tanaman ganda, tiang penopang dapat saja diganti
dengan tanaman tegak lalu yang dapat juga menghasilkan.

e.

Populasi tanaman erat hubungannya dengan hasil, antara lain dipengaruhi oleh
terjadinya persaingan antara tanaman dan kesuburan tanah.

3. Pemeliharaan tanaman

Beberapa faktor penghambat produksi, misalnya gulma, hama penyakit harus ditekan
sehingga batas tertentu. Demikian pula faktor penghambat lingkungan fisik dan kimia ,
seperti kekurangan air, tingginya suhu, kesuburan tanah, hendaknya diperkecil pengaruhnya.
Perlu dilakukan pemupukan, misalnya pemupukan nitrogen pada kandungan alkaloida pada
tanaman tembakau ( Nicotiana tobacum) . Demikian pula tindakan pemangkasan merupakan
bentuk pemeliharaan lain.
Beberapa tindakan pemeliharaan pada tanaman obat adalah :
a.

Bibit yang mudah layu, perlu adanya penyesuaian waktu tanamnya sehingga
tidak mendapat sinar matahari berlebihan, misalnya penanaman Tempuyung
(Sonchus arvensis) hendaknya dilakukan pada sore hari dan diberi naungan
sementara.

b.

Penyiangan yang intensif guna menekan populasi gulma disamping dapat


mengurangi kesempatan tumbuh tanaman usaha juga dapat mengganggu
kebersihan hasil pada saat panen ( misal pada tanaman Mentha arvensis)

c.

Penimbunan dan penggemburan dilakukan agar memperbaiki sifat tanah


tempat tumbuh.

d.

Perbaikan saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan atau kelebihan


air yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

e.

Untuk mengurangi evaporasi (penguapan) air tanah, sehingga

kelembaban

tanah dapat tetap sesuai , dilakukan pemberian mulsa. Misalnya pada tanaman
Jahe ( Zingiber officinale) pemberian mulsa jerami dapat menaikkan hasil
sebesar 35 % .
f.

Pemangkasan bunga, yang berarti mencegah perubahan fase vegetatif ke


generatif yang banyak memerlukan energi, sehingga kandungan

bahan

berkhasiat sebagai sumber energi tidak berkurang. Pada tanaman Dioscorea


compositae kandungan glikosida diosgenin dapat bertambah dengan dilakukan
pemangkasan bunga.
g.

Pemangkasan pucuk batang akan menstimulir percabangan, sehingga dapat


menambah jumlah daun yang tumbuh serta kandungan alkaloida dalam akar
bertambah. Misalnya pada tanaman Kumiskucing ( Orthosiphon stamineus).

h.

Pemupukan nitrogen dapat meningkatkan kandungan alkaloida dalam akar


Pule pandak ( Rauwolfia serpentina).

4. Pemungutan hasil ( panen)


Penentuan saat panen suatu tanaman obat hendaknya selalu diingat akan kwantitas dan
kwalitas simplisia. Hal ini mengingat jumlah zat berkhasiat dalam tanaman tidak selalu
konstan sepanjang tahun atau selama tanaman siklus

hidupnya, tetapi selalu berubah

dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Misalnya tanaman Kelembak ( Rheum officinale)


tidak mengandung derivat antrakinon dalam musim
dirubah

dingin, melainkan antranol, yang

menjadi antrakinon pada musim panas. Umur tanaman juga umumnya merupakan

faktor penting dalam akumulasi bahan yang diinginkan.


Beberapa penentuan (pedoman) saat panen :
a.

Bagi tanaman Empon-empon (familia

Zingiberaceae), panen dilakukan

umumya pada saat bagian tanaman diatas tanah menua atau kuning yang
biasanya terjadi pada musim kering,dan jika yang diambil akarnya . Misalnya
temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
b.

Daun

dipungut

sewaktu

proses

fotosintesa

maksimal

yaitu

sebelum

pembentukan buah. Misal tanaman Saga (Abrus praecatorius) .


c.

Bunga dipetik selagi masih kuncup (sebelum berkembang) misal pada


cengkeh

d.

(Eugenia caryophyllata).

Buah dipetik menjelang masak, misal Solanum laciniatum sedangkan adas


(Anethum graveolens) dipetik setelah masak benar.

e.

Biji dipungut sebaiknya pada saat buah masak

f.

Kulit diambil sewaktu bertunas

Pengolahan Simplisia
Tahapan dalam pengolahan simplisia adalah :
1. Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera dikeringkan.
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk menjamin dalam penyimpanan,
mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang
dapat menurunkan mutu.
Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan aliran udara
( ventilasi ). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu buatan.
Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen
lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan aliran udara
berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang mengandung alkaloida, umumnya
dikeringkan pada suhu kurang dari 70 0 C.
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan , hendaknya simplisia jangan
tertumpuk terlalu tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung dengan cepat. Sering suhu yang

tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia menjadi lebih menarik. Misalnya pada
pengeringanTemulawak suhu awal pengeringan dengan panas buatan antara 50 0 55 0 C.
2. Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau
mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara
yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
3. Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung
berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan
langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik
secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik : harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah
kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
4. Suhu penyimpanan
Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 8 0C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20C 80C,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk : adalah suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan
pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur
antara 150 dan 300.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300 dan 400 .
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400.

5. Tanda dan Penyimpanan


Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna
merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk
daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus
disimpan dalam lemari terkunci.

6. Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang
diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan

atau isolasi

minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia
nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing masing monografi, sebagai petunjuk
identitas, mutu atau kemurniannya.
7. Benda asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme patogen, dan
harus bebas dari cemaran mikro organisme , serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan .
Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir , atau
menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari
pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan , jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian
lain , maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia
tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan.
Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.
C.

CARA PEMBUATAN SIMPLISIA


Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam yang baik dan
memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki, pada umumnya pembuatan simplisia
memlalui tahapan sebagai berikut, Pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan penyimpanan dan pemeriksaan mutu.
1.

Teknik pengumpulan bahan baku


Pengumpulan bahan baku berarti adalah proses panen dari tanaman yang harus
memperhatikan senyawa aktif dalam tanaman. Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia berbeda beda antara lain tergantung pada :
-

Bagian tanaman yang digunakan

Umur tanaman / bagian tanaman pada saat panen

Waktu panen

Lingkungan tempat tumbuh

Tabel : Bagian Tanaman, Cara Pengumpulan, dan Kadar Air Simplisia

Bagian Tanaman

Cara pengumpulan

Kadar

Air

Simplisia
Kulit Batang

Batang utama dan cabang dikelupas dengan ukuran panjang < 10%
dan lebar tertentu; untuk kulit batang yang mengandung
minyak atsiri atau golongan senyawa fenol digunakan alat
pengupas bukan dari logam

Batang

Cabang dengan diameter tertentu dipotong-potong dengan < 10%


panjang tertentu

Kayu

Batang atau cabang, dipotong kecil setelah kulit dikelupas

Daun

Pucuk

yang

sudah

tua

atau

muda

dipetik

< 10%

dengan < 5%

menggunakan tangan satu per satu


Bunga

Kuncup atau bunga mekar, mahkota bunga atau daun bunga < 5%
dipetik dengan tangan

Pucuk

Pucuk berbunga dipetik dengan tangan (mengandung daun < 8%


muda dan bunga)

Akar

Dari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran < 10%


tertentu

Rimpang

Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan < 8%


ketebalan tertentu

Buah

Masak, hampir masak, dipetik dengan tangan

< 8%

Biji

Buah dipetik, dikupas kulit buahnya menggunakan tangan, < 10%


pisau atau digilasi, biji dikumpulkan dan dicuci

Kulit buah

Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci

< 8%

Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar < 8%


dengan memotongnya, kemudian dicuci

Penentuan bagian tanaman yang dipanen menjadi hal yang utama. Tidak semua bagian tanaman
dapat dipanen dalam waktu yang bersamaan. Bagian tanaman yang akan dipanen menentukan
waktu panen. Penentuan waktu panen erat kaitannya dengan tingkat zat aktif yang terdapat dalam
suatu simplisia.
Bagian daun akan dipanen setelah bunga mulai muncul/ mekar, atau pada pucuk tersebut
mulai muncul bunga. Pemanenan daun sebaiknya dilakukan pada saat cuaca kering (tidak
hujan/ mendung). Pemanenan saat cuaca hujan/ mendung akan mengakibatkan daun yang

dipanen basah dan mengakibatkan kualitas simplisia daun berkurang bahkan rusak.
Bagian rhizom, dipanen ketika memasuki musim kemarau, karena ketika memasuki musim
kemarau, kadar air mulai berkurang namun zat-zat dalam rhizom belum digunakan oleh

tumbuhan untuk bertahan hidup saat musim kemarau. Ditandai dengan bagian atas yang

kering.
Bagian bunga, dipanen pada saat bungan tersebut sudah mekar atau masih dalam bentuk
uncup, tergantung pada jenis bunga serta bagian dari bunga yang akan digunakan. Untuk
bagian kelopak, umumnya dilakukan saat bunga masih dalam bentuk kuncup, sedangkan
untuk bagian mahkota, umumnya dilakukan saat bunga sudah mekar. Bunga dipanen saat
cuaca mendukung, tidak hujan/ mendung. Pemetikan saat dalam keadaan basah akan

memudahkan timbulnya kapang saat pengeringan serta pemudaran warna saat pengeringan
Bagian buah, dipanen setelah matang
Bagian biji, sama dengan bagian buah. Pemanenan biji dilakukan sebelum buah pecah secara

alami dan biji terlempar jauh.


Bagian akar, setelah masa tertentu, utamanya setelah tanaman dewasa
Bagian batang, setelah suatu tanaman dewasa, untuk korteks umumnya setelah tercapai
pertumbuhan sekunder. Korteks umumnya diambil pada saat musim kemarau dan saat
kambium aktif dan memiliki kandungan senyawa penting yang paling tinggi.
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat (mesin).
Apabila pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan
keterampilan si pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,
misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan
merusak bagian tanaman lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari
logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan unuk memisahkan cemaran dan kotoran dari simplisia yang baru
dipanen. Sortasi ini dapat mengurangi jumlah kontaminasi mikroba.
3. Pencucian
Dilakukan dengan menggunakan air yang bersih (air sumur, PDAM, air dari mata air).
Pencucian secara signifikan mampu mengurangi mikroba yang terdapat dalam simplisia.
Penggunaan air harus diperhatikan . Beberapa mikroba lazim terdapat di air yaitu:
Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, serta E.coli
pada simplisia akar, batang, atau buah. Untuk mengurangi jumlah mikroba awal dapat
dilakukan pengupasan kulit luar terlebih dahulu.
4. Perajangan
Dilakukan untuk mempermudah dalam proses

pengeringan,

pengepakan,

dan

penggilingan. Perajangan harus memperhatikan senyawa yang terkandung dalam


simplisia. Untuk lebih amannya, gunakan pisau atau pemotong yang terbuat dari stainless
steel.
5. Pengeringan
Setelah suatu simplisia nabati dipanen, umumnya simplisia tersebut akan dikeringkan,
jika memang tidak akan digunakan secara segar. Pengeringan merupakan suatu hal yang
sangat krusial karena beberapa metabolit sangat rentan terhadap sinar matahari.
Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga kada tertentu, umumnya tidak

boleh lebih dari 10%. Dengan berkurangnya kadar air, diharapkan akan lebih tahan
terhadap pertumbuhan kapang serta kemungkinan reaksi kimia yang diperantarai oleh air,
contoh reaksi redoks atau reaksi enzimatis. Proses pengeringan yang baik dilakukan pada
suhu 30C-90C (terbaik 60C). Namun pada kondisi bahan aktif tidak tahan terhadap
panas atau mengandung bahan yang mudah untuk menguap, dilakukan pada suhu 30C45C atau dilakukan dengan menggunakan oven vakum. Umumnya, senyawa-senyawa
yang berwarna memiliki kerentanan terhadap sinar matahari.Terdapat beberapa metode
pengeringan yaitu:
Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak sensitif terhadap
cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahari sangat umum untuk bagian
daun, korteks, biji, serta akar. Bagian tanaman yang mengandung flavonoid, kuinon,
kurkuminoid, karotenoid, serta beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh
cahaya, umumnya tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari secara langsung.
Kadangkala suatu simplisia dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi sebagian besar
kadar air, baru kemudian dikeringkan dengan panas atau digantung di dalam ruangan.
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung memiliki
keuntungan yaitu ekonomis. Namun lama pengeringan sangat bergantung pada

kondisi cuaca.
Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari namun tidak lembab
Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap cahaya matahari.
Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan sirkulasi udara dari ruangan.
Sirkulasi yang baik akan menunjang proses pengeringan yang optimal. Pengeringan
dengan cara ini memiliki keuntungan yaitu ekonomis, serta untuk bahan yang tidak
tahan panas atau cahaya matahari cenderung lebih aman. Namun demikian,
pengeringan dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu yang lama dan jika tidak

dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan tumbuhnya kapang.


Pengeringan dengan menggunakan oven
Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakan suhu antara 30-90C.
Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung pada sumber panas. Pengeringan
dengan menggunakan oven memiliki keuntungan berupa: waktu yang diperlukan
relatif cepat, panas yang diberikan relatif konstan. Kekurangan dari teknik ini adalah

biaya yang cukup mahal.


Pengeringan dengan menggunakan oven vakum. Pengeringan dengan menggunakan
oven vakum merupakan cara pengeringan terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan
suhu yang tinggi sehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan panas dapat bertahan.
Namun cara ini merupakan cara paling mahal dibandingkan dengan cara pengeringan

yang lain.
Pengeringan dengan menggunakan kertas/ kanvas
Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan bunga. Pengeringan ini bagus untuk
mempertahankan bentuk bunga/ daun serta menjaga warna simplisia. Pengeringan

dengan cara ini dilakukan dengan mengapit bahan simplisia dengan menggunakan
kertas/ kanvas. Pengeringan ini relatif ekonomis dan memberikan kualitas yang bagus,
namun untuk kapasitas produksi skala besar tidak ekonomis.
Selain harus memperhatikan cara pengeringan yang dilakukan, proses pengeringan juga
harus memperhatikan ketebalan dari simplisia yang dikeringkan
6. Sortasi Kering
Merupakan tahap sebelum simplisia dikemas. Dilakukan dengan tujuan untuk
memisahkan bagian yang tidak diinginkan atau ada cemaran. Proses ini dapat dilakukan
dengan manual maupun dengan cara mekanik.
7. Pengepakan
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan simplisia dari
beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara lain:
Cahaya matahari
Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada

simplisia
Oksigen/ udara
Senyawa tertentu pada simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh

oksigen udara, mengakibatkan oksidasi dan perubahan pada bentuk simplisia


Dehidrasi
Apabila Kelembapan udara luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara
perlahan lahan akan kehilangan sebagian airnya, sehingga semakin lama semakin

mengecil/kisut.
Absorbsi air
Simplisia yang higroskopis bila disimpan dalam wadah terbuka akan menyerap lengas

udara, sehingga menjadi kempal, basah atau mencair/lumer


Pengotoran
Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya

debu,pasir,ekskresi hewan,dsb
Serangga
Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia baik ulat

maupun bentuk dewasanya


Kapang
Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat berkapang, akan
merusak susunan zat kimia yang terkandung, mengeluarkan toksin yang berbahaya

bagi kesehatan.
Hal yang harus diperhatikan saat pengepakan dan penyimpanan adalah suhu dan
kelembapan udara. Suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15 30C). Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat disimpan pada suhu (5 15C) atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu dingin (0 - 5C).
8. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik, cara
mikroskopik, dan cara kimia,fisika maupun biologi.

Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan simplisia. Dalam
buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan rasa

yang dimaksudka untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat
baku. Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat, terhadap hasil
mikrosblimasi atau langsung terhadap irisan atau serbuk simplisia ( Depkes RI, 1979:
xiii)

Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai bentuk ukuran,


warna dan bidang patahan atau irisan.

Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang melintang simplisia


fragmen pengenal serbuk simplisia.

Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi optik,
mikrosublimasi, dan rekristalisasi.

Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan kompleks.

Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman,


pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.

D.

CARA EKSTRAKSI SIMPLISIA


Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif dengan menggunakan pelarut
tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa bukan atom dipergunakan oleh beberapa
faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam pelarut
yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan
senyawa non polar dalam pelarut non polar.
Ekstrak dapat berupa ekstrak kering (Extractum

siccum), ekstrak kental (Extractum

spissum) dan extrak cair (Extractum liquidum), dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air
mendidih (infusum).
Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi antara lain:
1. Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
2. Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Jumlah simplisia yang akan diesktrak
b. Derajat kehalusan simplisia
Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga proses ekstraksi
akan lebih optimal.

c. Jenis pelarut yang digunakan


Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan
dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih
mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:
a. Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman.Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya
walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih
rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
b. Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut polar.Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
c. Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik
untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi:
a. Tidak toksik dan ramah lingkungan
b. Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia
c. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
d. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak
e. Murah/ ekonomis
d. Lama waktu ekstraksi
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada
waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh.Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi
semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.
e. Metode ekstraksi

Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi berdasarkan
penggunaan panas sehingga ada metode ekstraksi dengan cara panas, serta tanpa panas.
Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan
panas.
Metode ekstraksi yang membutuhkan panas antara lain:
1) Dekok
Ekstraksi dilakukan dengan solven air atau merendam simplisia dengan air untuk
dipanaskan sampai mendidih pada suhu 90-95C selama 30 menit.
2) Infusa
Metode ini lebih cocok jika bahan aktif mudah larut dalam air. Bahan yang akan di
ekstraksi biasanya mudah ditumbuhi oleh jamur.
3) Refluks
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan
pelarut atau solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap
sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia
kembali, dan sebagian ada yang menguap.

4) Soxhletasi
Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu esktraktor Soxhlet.Suhu
yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan refluks.Metode ini lebih hemat
dalam hal pelarut yang digunakan.

5) Coque
Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung. Hasil
godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat secara keseluruhan (termasuk
ampas) atau hanya digunakan hasil godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.
6) Seduhan
Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam dengan
menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit) seperti halnya membuat
teh seduhan.
Metode ekstraksi dingin dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia
tidak tahan terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
1. Maserasi kecuali dinyatakan lain adalah sebagai berikut :
Sepuluh bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok dimasukan dalam bejana lalu tuang 75 bagian cairan penyari yang cocok
tutup dan biarkan selama 5 hari simpan ditempat yang terlindung dari sinar
matahari (cahaya) sambil sering di aduk dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Lalu maserat dipindah dalam bejana tertutup dan dibiarkan
ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari. Lalu maserat di saring. Dan di
suling atau diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500 hingga
konsentrasi yang dikehendaki.
2. Perkolasi kecuali dinyatakan lain adalah sebagai berikut :
Sepuluh bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok dibasahi dengan 2.5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu masukan
kedalam bejana tertutup sekurang kurangnya selama 3 jam. Masa di pindahkan
sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi
dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas
simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan
dibiarkan selama 24 jam. Kemudian kran dibuka dan dibiarkan cairan penyari
menetes dengan kecepatan 1 ml permenit, cairan penyari berulang- ulang
ditambahkan secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari secukupnya
di atas simplisia. Sampai didapat 500mg perkolat.

f.

Proses Ekstraksi
Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak, beberapa proses ekstraksi menghendaki
kondisi yang terlindung dari cahaya, terutama pada proses ekstraksi bahan-bahan yang
mengandung kumarin dan kuinon. Ekstraksi bisa dilakukan secara bets per bets atau

secara kontinu. Pada ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara kontinu.
Ekstraksi bisa dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses dinamik
(dengan pengadukan).
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang digunakan ataupun
hasil akhir dari ekstrak tersebut.
a. Ekstrak air
Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air merupakan pelarut
yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang dihasilkan dapat
langsung digunakan atau diproses kembali seperti melalui pemekatan atau proses
pengeringan.

b. Tinktur
Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi simplisia. Pelarut
yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah etanol. Satu bagian
simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian menstrum/ekstraktan.
c. Ekstrak cair
Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui pemekatan hingga
diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
d. Ekstrak encer
Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair.Namun kadang
masih perlu diproses lebih lanjut.
e. Ekstrak kental
Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan. Ekstrak
kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh
kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya
merupakan tahap perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering
f. Ekstrak kering (extract sicca)
Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian dilanjutkan ke
tahap pengeringan. Prose pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
yaitu:
1) Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil

2) Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal


3) Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying
g. Ekstrak minyak
Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan perbandingan tertentu
dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara seperti maserasi.
h. Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin (mis.
Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya etanol.
Standarisasi dalam pembuatan ekstrak yaitu ekstrak yang dihasilkan harus merupakan
ekstrak yang sudah terstandar sesuai dengan ketentuan yang berlaku (mengacu pada
MMI atau kompendia yang lain seperti Farmakope). Komponen standardisasi ekstrak
meliputi:
a. Pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas
b. Pemeriksaan pengotor/ zat asing organik dan anorganik
c. Penentuan susut pengeringan dan kandungan air
d. Penentuan kadar abu
e. Penentuan kadar serat
f. Penentian kadar komponen terekstraksi (kadar sari)
g. Penentuan kadar bahan aktif/ senyawa penanda
h. Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri patogen
i. Pemeriksaan residu pestisida.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi ekstraksi adalah:
1. Ukuran bahan
Bahan yang akan diekstrak sebaiknya memilki luas permukaan yang besar untuk
mempermudah kontak antara bahan dengan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan
baik. Kehalusan bubuk yang sesuai akan menghasilkan ekstraksi yang sempurna dalam
waktu yang singkat, sebaiknya bahan yang akan diekstraksi jangan terlalu halus karena
dapat menyebabkan pemampatan.
2. Lama dan suhu ekstraksi

Ekstraksi akan berlangsung cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat
mengakibatkan beberapa komponen yang terdapat dalam rempahrempah akan mengalami
kerusakan. Ekstraksi baik dilakukan pada kisaran suhu 20C - 80 C tetapi suhu yang
digunakan harus dibawah titik didih pelarut yang digunakan.
3. Jenis dan konsentrasi pelarut
Ada dua pertimbangan utama dalam memilih jenis pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai
daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau tidak beracun. Pelarut yang paling
aman adalah etanol. Pelarut yang sering digunakan dalam proses ekstraksi adalah aseton,
etil diklorida, etanol, heksana, isopropyl alkhohol dan metanol. Secara umum ekstraksi
dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang
kepolarannya menengah (diklorometan atau etilasetat) kemudian pelarut yang bersifat polar
(metanol atau etanol).
E.

STANDARISASI SIMPLISIA
Berdasarkan definisi obat tradisional, maka dapat dibedakan dua macam pedoman
pengujian yaitu pedoman pengujian dari bahan penyusun obat tradisonal dan pengujian dari
sediaan obat tradisional. Bahan utama penyusun obat tradisonal adalah simplisia , terutama
simplisia nabati. Selain pedoman pengujian terhadap sediaan obat tradisonal diperlukan
juga pedoman khusus terhadap sediaan obat tradisonal terhadap pengujian obat sintesis
yang mungkin ditambahkan pada sediaan obat tradisonal.
1. Secara kualitatif
a. Uji Organoleptis
Meliputi pengujian terhadap bentuk, warna, bau, rasa dan tanda tanda lain yang
dapat dilihat dengan mata biasa.
b. Uji Makroskopik
Pengujian ini ditunjukan untuk contoh yang berupa simplisia utuh atau potongan /
irisan atau obat tradisonal bentuk rajangan. Pengujian makroskopik untuk melihat
bentuk, ukuran, panjang, lebar, ketebalan, bekas patahan dan sebagainya. Umur
tanaman pada waktu panen, cara panen, proses pengeringan, cara penyimpanan dapat
mempengaruhi simplisia yang diperoleh dan ini dapat diketahui secara makroskopik.
c. Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan.Simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur maupun berupa serbuk.Pada
uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini
akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi
masing-masing simplisia.
1) Pada simplisia basah (sayatan melintang)
Penyiapan sayatan merupakan proses pertama untuk pengujian mikroskopik ini.
Untuk daun dan bunga direndam dalam air, bila perlu direndam dalam air

hangat.Sayatan dapat berupa sayatan melintang, membujur, radial atau paradermal,


sesuai dengan keperluan.Hasil sayatan dimasukkan dalam gelas arloji yang berisi
air.Untuk membersihkan sayatan, maka sayatan tersebut direndam dalam larutan
kloralhidrat 70% LP, selama kurang-kurangnya 20 menit.Setelah jernih sayatan
dicuci dengan air dan diberi warna.
Proses kedua yang harus dilakukan adalah proses pewarnaan, dengan cara sesudah
dicuci irisan dimasukkan kedalam larutan hijau Iodium LP selama 1 menit, irisan
kemudian dicuci dengan air beberapa kali, sesudah itu dimasukkan kedalam
larutan tawas karmen LP selama 5 menit sampai 10 menit, terakhir dicuci dengan
air. Irisan yang telah siap ditetesi air lalu diperiksa dibawah mikroskop.Dinding sel
yang berwarna biru atau biru kehijauan, sedangkan dinding sel yang terdiri dari
selulosa berwarna merah.
Pada irisan yang telah dijernihkan dengan kloralhidrat dapat pula ditambhkan
beberapa tetes larutan floroglusin HCl LP, jaringan yang berlignin berwarna
merah. Proses terakhir adalah proses fiksasi dengan cara irisan berwarna dapat
difiksasi di dalam gliserin netral atau di dalam gelatin dan balsam kanada agar
dapat disimpan lama.
2) Pada serbuk simplisia (Uji Fragmen)
Uji serbuk simplisia dilakukan dengan cara sedikit serbuk simplisia diletakkan
diatas kaca objek. Serbuk tersebut ditetesi dengan larutan kloralhidrat 70% LP,
kemudian dipanaskan dan dijaga jangan sampai kering. Untuk melaksanakan uji
mikroskopik tersebut agar menggunakan tanda-tanda siap simplisia yang diuji
seperti :
1.

Warna

2.

Fragmen pengenal

Hijau tua tidak berbau


a. Fragmen rambut penutup
b. Fragmen sistolit
c. Fragmen epidermis atas
d. Fragmen

epidermis

bawah

stomata
e. Fragmen pembuluh kayu

d. Pengujian Histokimia

dengan

Bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam
jaringan tanaman. Dengan pereaksi yang spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan
memberikan warna yang spesifik pula, sehingga mudah dideteksi. Pengujian ini
dilakukan pada sayatan melintang, jarang dilakukan pada serbuk. Uji histokimia
dilakukan dengan cara : simplisia didihkan dalam larutan natrium klorida P atau
larutan natrium sulfat LP, sampai simplisia cukup keras untuk disayat. Sayatan yang
diperoleh diletakkan di atas kaca objek atau gelas arloji, kemudian ditetesi dengan
pereaksi yang cocok, seperti:

Pereaksi
Larutan floroglusin LP dan

Warna

Golongan Senyawa

Merah

Lignin

Merah

Suberin

HCl P
Larutan Sudan III LP

Kutin
Minyak atsiri
Minyak lemak
Getah
Resin
Larutan besi (III) amonium

Hijau,

biru

atau

Zat samak (tanin)

sulfat LP

hitam

Larutan vanilin P 10% b/v

Merah intensif

Katekol

Pati berwarna biru.

Pati aleuron

dalam etanol (90%) dan


HCl P
Larutan Yodium 0,1 N

Aleuron

berwarna

kuning

coklat,

sampai coklat
Larutan merah rutenium LP

Merah intensif

Lendir pektin

Larutan Bouchardat LP

Endapan coklat

Alkaloid

Larutan NaOH (5%) LP

Kuning

Flavonoid

2. Secara kuantitatif (sreening)


a. Uji kebenaran simplisia / komposisi

Pengujian ini dapat dilakukan secara kimia atau cara miskroskopis. Secara kimia
dapat dilakukan reaksi warna, reaksi pengedapan, kromatografi lapis tipis dan
ditujuka untuk melihat senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia penyusun.
Pengujian miskroskopis dapat dilakukan dengan melihat irisan melintang dam
membujur dari simplisia atau obat tradisonal yang berbentuk rajangan. Selain itu juga
dapat diperiksa fragmen yang spesifik pada bentuk sediaan lain yang sudah
mengalami proses penyerbukan dari simplisia penyusunnya.
b. Uji kadar air
Kandungan air yang berlebihan pada bahan obat tradisional akan mempercepat
pertumbuhan mikroba, dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap
kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat
tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada simplisia / bahan obat
tradisional sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan
dari suatu simplisia / bahan obat tradisional. Pada umumnya farmakope mensyaratkan
kadar air antara 6% - 14% pada simplisia. Permenkes No. 661/Menkes/SK/VII/1994
menyatakan bahwa air dalam tidak boleh lebih dari 10% yang ditetapkan menurut
cara yang tertera pada farmakope indonesia atau materia medikan Indonesia.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara gravimetri atau cara destilasi. Cara
gravimetri merupakan cara mudah tetapi tidak dapat digunakan pada simplisia yang
menngandung senyawa yang mudah mennguap, misalnya minyak atsiri. Sedangkan
cara destilasi memerlukan peralatan khusus, tetapi cara ini dapat misahkan air dengan
senyawa lain yang menguap atau terdestilasi.
c. Uji kadar abu total
Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari
suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat berasal
dari bagian jaringan tanaman itu sendiri atau pengotoran lain. Misalnya pasir atau
tanah. Pengujian ini hanya mempunyai arti pada pengujian dari simplisia atau bahan
obat tradisonal dan tidak untuk sediaan obat tradisional.
d. Uji cemaran bahan organik asing
Bahan organik asing adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia,
tertera atau dibatasi jumlahnya dalam mongrafi, hewan utuh atau bagiaanya atau zat
yang dikeluarkannya. Jumlah bahan organik asing dapat menunjukan tingkat
kemurnian dari simplisia yang digunakan. Simplisia seharusnya bebas dari serangga
atau bagian serangga atau zat yang dikeluarkannya. Adanya cemaran ini dapat
menimbulakn perubahan bau. Warna, timbul lendir atau tanda lain yang menunjukan
kemunduran mutu. Sebelum dipotong potong atau diserbuk simplisia harus secara
manual. Pengujian ini baik hanya dilakukan pada simplisia atau bahan penyusun obat
tradisional.
e. Uji kadar etanol dan metanol

Obat tradisional tidak boleh mengandung etanol lebih besar dari 1% dan tidak boleh
mngandunga metanol lebih besar dari 0,1% terhadap etanol. Obat tradisional yang
mengandung etanol lebih dari 1% dapat digolongkan sebagai obat atau minuman
beralkohol. Etanol mungkin diketemukan pada obat tradisional apabila salah satu
komponen penyusun merupakan suatu sari atau extrak dengan menggunakan etanol
sebagai cairan penyarinya.
f. Uji kemasan
Uji kemasan untuk menilai mengenai kemasan, penandaan, bobot, volume contoh
yang diuji. Perbedaan yang ada dengan normal dapat menunjukan perbedaan mutu
dari contoh yang diuji.
F.

MACAM MACAM BENTUK SEDIAAN


1. Aerosol adalah bentuk sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam
wadah kemas tekan, berisi propelan yang dapat memancarkan isinya, berupa kabut
hingga habis. Biasanya ukuran partikel antara 10-50 m ke dalam formula sediaan
aerosol dapat ditambahkan szat pengemulsi, zat pensuspensi dan pelarut pembantu.
Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian
lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol
inhalasi).
2. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Digunakan untuk oral.
3. Tablet yaitu sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.
4. Krim adalah sediaan setengah padat mengandung sat atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
5. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain dalam bentuk tetesan kecil.
6. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia hewni menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedimikian rupa
sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan.
7. Gel (jeli) adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul orgnik yang besar, terpentrasi oleh suatu cairan.
8. Imunoserum adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh
dari serum hewan dengan pemurnian.

9. Implant atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat
dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan
atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh
(biasanya secara subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara
berkesinambungan dalam jangka waktu lama.
10. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90 C selama 15 menit.
11. Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan
obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek
lokal atau sistemik.
12. Injeksi arti secara luas adalah sediaan obat steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk
diberikan secara parenteral. Istilah parenteral menunjukkan pemberian lewat suntikan.
Parenteral berasal dari bahasa Yunani yakni: para dan enteron berarti diluar usus halus
dan merupakan rute pemberian lain dari rute oral.
13. Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka
terbuka atau rongga-rongga tubuh, secara topikal.
14. Lozenges atau tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet
melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
15. Sediaan obat mata
a. Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata.
b. Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing yang merupakan
sediaan dibuat dan dikemas sedimikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
16. Pasta adalah sediaan dasar berupa masa lembek, umunya tidak begitu berlemak, bagian
terbesar terdiri dari padatan digunakan sebagai sediaan kosmetika.
17. Plester adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang
dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
18. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa
serbuk yang dibagi-bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis).
19. Solutio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut.
Jenis larutan:

a. Larutan oral adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Yang
termasuk dalam larutan oral yaitu:
- Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
- Elixir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.
b. Larutan topikal yaitu sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan topikal pada
kulit atau mukosa.
c. Larutan otik sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam telinga.
d. Larutan optalmik adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.
e. Spirit adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat yang mudah
menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
f. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol di buat dari tumbuhan
atau senyawa kimia.
20. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu
tubuh.
21. Linimentum adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetikum dan zat yang
mengandung sifat rubefasien, melemaskan otot atau menghangatkan, digunakan sebagai
obat luar.
22. Sampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut
sehingga kulit kepala dan rambut menjadi bersih dan sedapat mungkin rambut menjadi
lembut, mudah diatur dan berkilau.
Sampo dapat dibuat dari berbagai jenis bahan alam, seperti sari biji rerak, sari daging
kelapa, dan sari abu merang / sekam padi. Selain dari bahan alam sampo juga dapat
dibuat dari bahan sintetis misalnya dari ditergen.
Sampo harus memiliki sifat sifat :
1. Sampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat,
lembut dan mudah dibilas dengan air.
2. Sampo harus mempunyai sifat ditergensi yang baik tetapi tidak berlebihan
3. Sampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam
komposisi sampo

4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata


5. Sampo harus tetap stabil, transparan tidak keruh dalam penyimpanan.
Ditergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sampo memiliki sifat
fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan cirri sifat yang
dikehendaki untuk sampo. Sifat ditergen yang terutama dikehendaki untuk sampo
adalah kemampuan membangkitkan busa, Jenis ditergen ynag lazim digunakan adalah
golongan alkil sulfat, terutama laurel sulfat.
Ditergen sebagai bahan dasar sampo harus memiliki sifat sifat:
1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik terutama pada kulit dan mata.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak
3. Warnanya tidak boleh mencolok.
Zat tambahan sampo
Zat tambahan sampo berfungsi untuk memperbaiki sifat ditergen yang menunjukkan
pengaruh jelek terhadap rambut. Zat tambahan sampo terdiri dari bebagai jenis zat, yang
dikelompokkan sesuai dengan kesamaan fungsi yang diharapkan dalam formulasi
sampo, yaitu
1. Alkilobromida Asam Lemak
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskositas.
2. Lemak Bulu Domba, Lanolin, atau salah satu derifatnya, Kolesterol, OleilAlkohol,
dan Asetogliserida
Digunakan untuk memperbaiki efek kondisioner ditergen dasar sampo yang
digunakan, sehingga rambut yang dikeramas akan mudah diatur dan memberikan
penampilan rambut yang serasi. Lanolin atau serbuk telur seringkali digunakan
sebagai zat tambahan sampo dan dinyatakan khusus untuk maksud memberikan efek
rambut berkilau dan mudah diatur.
3. Asam Amino
Terutama asam amino essensisal, digunakan sebagai zat tambahan sampo dengan
harapan setelah rambut dikeramas zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan
rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat
higroskopis yang akan mempernbaiki kelembapan rambut.
4. Zat Tambahan sampo lain

Terdiri dari bebagai jenis zat, umumnya diharapkan untuk menimbulkan efek
terhadap pembentukan dan stabilisasi busa; meliputi zat golongan glikol,
polivinilpirolidone, Karboksimetil selulosa, dan silicon cair, terutama yang kadarnya
lebih kurang 4%
Macam macam sampo
1. Sampo bubuk
Sampo yang bahan dasarnya sabun bubuk, sedangkan sebagai zat pengencer
biasanya digunakan Natrium Karbonat, Natrium Bikarbonat
2. Sampo Emulsi
Sampo yang Mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental, Sampu
emulsi dibuat dari pasta alkil sulfat atau ditergen cair jernih yang dicampur dengan
zat pengemulsi
3. Sampo Krim atau Pasta
Sampo yang bahan dasarnya menggunakan Natrium alkil sulfat dari jenis alcohol
rantai sedang, yang dapat memberikan konsistensi sedang.
4. Sampo Larutan
Sampo yang merupakan larutan jernih, yang harus diperhatikan dalam sampo ini
meliputi: Viskositas, Warna, Keharuman, Pembentukan dan satabilitas busa, serta
pengawetan
Cara Pembuatan Sampo
1. Sampo Krim atau pasta
Ditergen dipanaskan dengan air pada suhu lebih kurang 80 dalam panci dinding
rangkap sambil terus diaduk. Tambahakan Zat malam, terus diaduk lebih kurang 15
menit. Biarkan campuran ini pada suhu lebih kurang 40 - 50. Tambahakan parfum,
aduk terus hingga homogen, lanjutkan pengadukan untuk menghilangka udara,
wadahkan selagi panas.
2. Sampo Larutan
Jika menggunakan Alkilolamida, mula mula zat ini dilarutkan dalam setengah
bagian ditergen yang digunakan dengan pemanasan hati-hati. Kemudian tambhakan
sisa ditergen sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk, tambahkan zat warna yang

telah dilarutkan dalam air secukupnya, Jika masih terdapat sisa air tambahkan
sedikit demi sedikit sambil terus diaduk untuk mencegah terjadinya busa
F.

EVALUASI MUTU SEDIAAN


1. Uji Mikrobiologi
Pengujian yang dilakukan untuk untuk mengetahui mikroorganisme yang leiputi bentuk,
sifat dan penyebaraanya pada sediaan yang dilakukan dengan mikroskop.

PERSYARATAN SEMENTARA CEMARAN MIKROBA


DALAM OBAT TRADISONAL
Produk
No

sediaan

Serbuk

Escherichia coli

Kapang & khamir

Bacillus cereus

104 106
2
10
102
104
103
102 105
104

Clostridium perfringens 5

Angka lempeng Total

MPN Coliform

/ Angka Lempeng Total

puyer

Persyaratan

Jenis pengujian

Jamu
Bentuk
Tablet/Pil

Salmonella

Pustaka

Keterangan

FAO

Disesuaikan

FAO

makanan
FAO
ICMSF
ICMSF

103 104
20
2
0
0

dengan

FAO
FAO

bentuk
tepung/serb
uk

Disesuaikan
dengan
makanan

FAO

kering yang
langsung
dikonsumsi
tanpa
pemanasan

Jamu
Bentuk

Angka lempeng Total

MPN Coliform

104 105
102
10 0

FAO
FAO

Rajangan/Si
mplisia

Disesuaikan
dengan
makanan

Salmonella

FAO

kering yang
langsung
dikonsumsi
tanpa
pemanasan

Jamu

Angka lempeng Total

102 2x102

KMI

Disesuaikan

Bentuk
Cairan

20
MPN Coliform

3
0

Staphylococus Aureus

VIII & dengan


IX

ringan
0

Salmonella

Vibrio Cholerae

Kapang & Khamir

10

minuman
dan

sirop.

0
50

Keterangan :
Dari sejumlah n sampel yang diperiksa, hanya c sampel yang diperbolehkan melebihi
angka m, tetapi tidak satupun yang boleh lebih dari angka batas M.
2. Analisis Fisika
G.

PENGEMASAN
Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari BPOM. Desain kemasan
obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan ditolak oleh BPOM, menjadikan
produk tersebut tidak memiliki nomor registrasi dan menjadi ilegal bila diedarkan.
Beberapa aturan Desain Kemasan Obat Tradisional BPOM:
1. Merek.
2. Ilustrasi.
3. Khasiat.
4. Nomor regristrasi.
5. Logo Obat Tradisional/Jamu dibagian kiri atas. Penggunaan warna logo juga tidak bisa
diubah, standar warna yang digunakan adalah warna hijau tua.
6. Nama produsen.
7. Komposisi produk.
8. Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM).
9. Netto/Isi.
10. Khasiat produk pada kemasan obat tradisional harus sama dengan sertifikat yang
diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan.
11. Mencantumkan cara penyimpanan agar kandungan produk tidak mudah kadaluarsa.

12. Dosis
13. Nomor produksi dan tanggal kadaluarsa, sehingga mudah mengecek tanggal produksi,
ataupun hal lain seperti pengajuan komplain dari konsumen atas ketidakpuasan isi
produk.
14. Logo halal.

H.

TANAMAN MIMBA
Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss) telah dikenal di India dan negara-negara

sekitarnya sebagai salah satu tanaman obat yang memiliki aktivitas biologi yang luas. Mimba
mengandung beberapa bahan pestisida diantaranya adalah Azadirachtin, Salanin, Mehantriol,
Nimbin dan Nimbidin (Kardiman, 2006). Toksikan dari Mimba diketahui tidak membunuh hama
secara cepat, namun mengganggu hama pada proses metamorfosa, makan, pertumbuhan, maupun
reproduksi. Senyawa azadirachtin dari daun Mimba, diduga dapat memberikan efek larvasida.
Tanaman mimba merupakan satu suku dengan tanaman mahoni telah digunakan sebagai
obat sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, tercantum dalam Ayurveda; dalam bahasa Sansekerta
disebut nimba dan ini berasal dari kata nimbati ivasthyamdadati yang berarti neem, to give
good health. Dalam kekawin India sering disebut Sarva Roga Nivarini yang artinya adalah
The One That Can Cure All Ailments. Mahatma Gandhi, pejuang kemerdekaan India dalam
melawan penjajah Inggris dengan cara Svadhesi, yang artinya mencukupi diri secara mandiri,
memberikan semangat kepada para peneliti untuk meneliti pohon mimba sebagai program
revitalisasi bangsa India. Tanaman ini di India, dinamai 'village dispensary' atau village
pharmacy (NeemTreeFarms.com). Selain itu, pohon mimba dalam bahasa Sansekerta disebut
arishtha yang berarti penyembuh penyakit (reliever of sickness). Pohon mimba juga merupakan
tanaman yang telah berabad-abad dikenal dan dimanfaatkan di berbagai kawasan dunia.
Klasifikasi
Sistematika tumbuhan mimba adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Anak kelas : Sympetalae
Bangsa : Rutales
Anak bangsa : Rutinae

Suku : Meliaceae
Anak suku : Melioideae
Tribus : Melieae
Marga : Azadirachta
Jenis : Azadirachta indica A. Juss.
Sinonim : Antelaea azadirachta (L.) Adelb. Melia azadirachta L.
Nama daerah : Imba, mimba (Jawa); membha, mempheuh (Madura); intaran, mimba (Bali).
Nama asing : neem, margosa, Indian lilac (Inggris), margosier (Belanda), nim, nimba
(Sansekerta), sabah-bah, azad, darkhtu Hind (Arab), dawoon, nambu, baypay (Malaysia),
margosa, nimbo (Portugis), tamabin, kamakha (Burma), Indischer zadrach (Jerman).
Morfologi
Habitus : Pohon, tinggi 8-15 m, dapat tumbuh hingga 30 meter, bunga banci. Dapat berumur
hingga dua abad.
Batang : Percabangan simpodial, tegak, berkayu, bulat, permukaan kasar,coklat, kulit batang
mengandung gum, coklat pahit. diameter batang dapat mencapai 2-5 meter.
Daun : Anak daun dengan helaian berbentuk memanjang lanset bengkok, panjang 3-10 cm, lebar
0,5-3,5 cm, pangkal runcing tidak simetris, ujung runcing sampai mendekati meruncing, gundul
tepi daun bergerigi kasar, remasan berasa pahit, warna hijau muda. tangkai panjang 8-20cm.
Bunga : Bunga memiliki susunan malai, terletak di ketiak daun paling ujung, 5-30 cm, gundul
atau berambut halus pada pangkal tangkai karangan, tangkai bunga 1-2 mm. Kelopak
kekuningan, bersilia, rata rata 1 mm. Mahkota putih kekuningan, bersilia, panjang 5-7 mm.
Benang sari membentuk tabung benang sari, sebelah luar gundul atau berambut pendek halus,
sebelah dalam berambut rapat. Putik memiliki panjang rata rata 3 mm, gundul. Bunga mimba
memiliki aroma seperti madu sehingga disukai lebah.
Buah : Bulat telur, buni, buah matang berwarna hijau kekuningan 1,5-2 cm. daging buahnya
berasa manis dan menyelimuti biji, tidak beracun.
Biji : Bulat, diameter kurang lebih 1 cm, putih 19 Kulit biji agak keras, beratnya mencapa 160 mg
dan akan mencapai berat maksimum menjelang matangnya buah.
Akar : Tunggang, coklat

Gambar 1. Foto bunga (A), buah (B), daun mimba (C)


Budidaya
Budidaya tanaman mimba sangat mudah. Dapat dilakukan dengan biji atau pencangkokan.
Perbanyakan dengan biji merupakan metode pilihan, utamanya dalam memudahkan transportasi
dan pengepakan. Pengecambahan biji tidak ditemui kesulitan, bahkan buah yang kering dan
belum masakpun dapat berkecambah membentuk tanaman bibit. Pengecambahan dalam sekala
besar dilakukan dengan media pasir, pemindahan ke polibag setelah berumur satu bulan,
kemudian dipindahkan ke lapangan setelah tanaman bibit mencapai tinggi 30 sampai 45 cm.
Dengan cara demikian keberhasilannya sangat tinggi.
Pohon mimba dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, tetapi yang paling baik adalah yang
resapannya baik dan tanah berpasir (pH 6,2 - 7,0). Pohon mimba ini pohon dengan tipe tropis dan
subtropis dan tetap hidup pada suhu tahunan berkisar antara 21C- 32C. Pohon ini sangat toleran
terhadap suhu sangat tinggi sampai 49C, misalnya di padang Arafah, namun kebanyakan tidak
tahan terhadap suhu di bawah 4C.
Kandungan kimia
Dari berbagai bagian tanaman mimba telah berhasil diisolasi lebih dari 140 senyawa kimia.
Senyawa kimia ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu golongan isoprenoid, misalnya
diterpenoid (9,10,11) dan triterpenoid, yaitu protomeliasin, limonoid, azadiron dan turunannya,
azadiraktin (4), gedunin (3) dan turunannya, senyawa tipe vilasinin dan Csekomeliasin, seperti
nimbin (1), nimbolida (2), mahmoodin (5) dan nonisoprenoid, seperti polisakarida (14,15,16),
polifenolat (Singh, et al., 2005), seperti asam galat (6), flavonoid, dihidrokalkon, kumarin, tanin,
dan senyawa alifatik (Agrawal,2005). Zat pahit tetranortriterpena, termasuk nimbidin, nimbin (1),
nimbinin, nimbidinin, nimbolida (2), dan asam nimbidat. Dilaporkan oleh van der Nat et al.
(1991b), dalam mimba ditemukan pula senyawa polifenolat dengan metode HPLC, yaitu asam
galat (6), (+) galokatekin, (-) epikatekin (7), (+) katekin (8), dan epigalo-katekin (Biswas,et
al.,2002), senyawa belerang (12, 13).
Gambar 2 (Biswas et al., 2002).

III.

A. Tahapan Kerja
1.

Bahan dan Peralatan


a. Bahan
1) Daun Mimba basah
2) Daun Mimba kering
3) Serbuk daun Mimba
4) Etanol 50%
5) NaCl
6) Larutan Bouchardat LP
7) Hcl
8) Larutan sudan 3
9) Larutan Ammonium Sulfat
10) Larutan vanillin
11) Larutan iodium
12) Larutan merah rutenium
13) Larutan baukardat
14) Larutan NaOH
b. Peralatan
1) Mikroskope

METODE KERJA

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
2.

Baker glass
Cawan Porselin
Kaca Preparat
Pipet
Gunting
Pisau / Cutter
Perkolator
Ayakan 40 60
Mortir & stamper
Blender
Sendok tanduk
Oven
Water bath
Batang pengaduk
Gelas ukur

Simplisia
Daun Mimba diperoleh di pekarangan rumah Pak Salam Jl.Sunan Ampel 18 Jrebeng Lor,
Kota Probolinggo. Daun Mimba dipanen pada tanggal 18 Nopember 2013 pada jam
08.00 Wib. Dengan cara :

I.

Pemetikan bahan baku (Pengumpulan bahan baku)


Daun Mimba dipetik menggunakan tangan

II.

Sortasi basah
Hasil petikan disortasi atau diseleksi untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahanbahan asing lainnya, kemudian ditimbang dan diperoleh berat 1 Kg

III.

Pencucian bahan baku


Daun Mimba dicuci dengan air bersih dibilas sebanyak 3 kali

IV.

Pengeringan (Pembuatan simplisia)


Daun Mimba diangin-anginkan sampai cukup kering tanpa terkena sinar matahari
langsung selama 6 hari.

V.

Sortasi Kering
Daun Mimba kering disortasi untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia
kering.

3. Pembuatan serbuk
1) Daun Mimba kering dimasukkan ke dalam blender
2) Blender hingga halus

3) Diayak dengan menggunakan ayakan nomor 30


B. Standarisasi Simplisia
a.

Kualitatif
a. Uji Organoleptis daun Mimba yaitu:
1) Diambil daun segar
2) Diremas
3) Dirasakan
4) Dicium aromanya

Aspek Pengamatan

Daun basah

Simplisia kering

Bau

Khas aroma Mimba

Khas aroma Mimba

Rasa

pahit

pahit

Warna

Hujau muda sampai hijau tua

Hijau kecoklatan

Bentuk

berbentuk memanjang lanset berbentuk

memanjang

lanset

bengkok, panjang 3-10 cm, bengkok, panjang 3-10 cm, lebar


lebar

0,5-3,5

cm,

pangkal 0,5-3,5 cm, pangkal runcing

runcing tidak simetris, ujung tidak simetris, ujung runcing


runcing

sampai

mendekati sampai mendekati meruncing,

meruncing,
gundul

tepi

gundul tepi daun bergerigi kasar,


daun

bergerigi remasan berasa pahit, warna

kasar, remasan berasa pahit, hijau muda. tangkai panjang 8warna

hijau

muda.

tangkai 20cm.

panjang 8-20cm.

b. Pengujian makroskopik
1) Diambil daun segar
2) Diamati bentuk daun (ujung daun, pangkal daun, permukaan daun, pinggir daun,
tulang daun, ukuran daun (panjang dan lebar daun), warna daun, tangkai daun)
Data pengamatan
Aspek Pengamatan
Warna daun basah

Daun Mimba
Hijau muda sampai hijau tua

Warna daun setelah simplisia

Hujau kecoklatan

Ujung daun

Runcing mendekati meruncing

Pangkal daun

Runcing tidak simetri

Permukaan daun atas

Berwarna hijau muda sampai hijau tua

Permukaan daun bawah

Berwarna hijau muda sampai hijau tua

Pinggir daun

Bergerigi kasar

Tulang daun

Menyirip

Tangkai daun

Panjang

Panjang daun

3-10 cm

Lebar daun

0,5 3,5 cm

c. Uji Mikroskopik
1) Pada daun Mimba basah
-

Disiapkan tumbuhan yang akan diuji mikroskopik

Diiris melintang tumbuhan yang akan diuji dengan irisan yang sangat tipis

Diletakkan pada kaca preparat

Ditetesi dengan aquades

Ditutup dengan cover

Diamati gambar jaringan yang tampak dibawah mikroskop (bagian epidermis


atas, epidermis bawah dan jaringan mesofil)

2) Pada simplisia kering (uji fragmen)


-

Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek

Ditetesi 2- 4 kloralhidrat 70% LP

Difiksasi (dilewatkan api)

Diamati di bawah mikroskop (rambut penutup, sistolit, epidermis atas,


epidermis bawah dengan stomata, pembuluh kayu)
Keterangan :
Kloralhidrat berfungsi menghilangkan kandungan sel seperti amylum dan
protein sehingga dapat dilihat jelas di bawah mikroskop dan
membersihkan sayatan.

Floroglusin berfungsi untuk memperjelas sel-sel yang akan dilihat

Aspek Pengamatan

Irisan Daun Mimba

Simplisia serbuk (Uji Fragmen)

Penampang melintang daun Mimba


(jaringan mesofil)

Rambut penutup

Daun Mimba

Epidermis atas

Epidermis bawah

Epidermis bawah dengan stomata

d. Uji histokimia
Langkah uji histokimia untuk bahan segar adalah sebagai berikut :
1) Simplisia dididihkan didalam larutan NaCl atau Na2SO4 sampai simplisia cukup
keras untuk disayat atau diiris.
2) Sayatan diletakan diatas kaca objek atau kaca arloji kemudian ditetesi dengan
pereaksi yang cocok dan dilihat dibawah mikroskop.
3) Jaringan atau sel yang mengandung zat-zat yang terdeteksi terlihat jelas dan
dapat dibedakan dengan jaringan atau sel yang lain.
4) Untuk uji histokimia simplisia serbuk adalah sebagai berikut :
5) Simplisia diletakkan diatas kaca objek
6) Kemudian ditetesi dengan pereaksi yang cocok, yaitu :
a)

Simplisia + Larutan floroglusin LP dan HCl P

b) Simplisia + Larutan Sudan III LP


c)

Simplisia + Larutan besi (III) amonium sulfat LP

d) Simplisia + Larutan vanilin P 10% b/v dalam etanol (90%) dan HCl P
e)

Simplisia + Larutan Yodium 0,1 N

f)

Simplisia + Larutan merah rutenium LP

g) Simplisia + Larutan Bouchardat LP


h) Simplisia + Larutan NaOH (5%) LP

Golongan Senyawa
Pereaksi
Fragmen Mimba
Larutan floroglusin

Coklat

LP dan HCl P

kehitaman

Fragmen Mimba

Fragmen Mimba
( - ) Lignin

Coklat
kekuningan
Larutan Sudan III LP

Coklat

(-)

kehijauan

suberin,kutin,min
yak atsiri,minyak
lemak,getah,resin

Larutan besi (III)

Bening

amonium sulfat LP

kehijauan

Larutan vanilin P 10%

Hijau tua

b/v dalam etanol

merah

(90%) dan HCl P

kehitaman

Larutan Yodium 0,1 N

Coklat

( + ) tanin

( - ) katekol

( - ) pati aleuron

kekuningan

Merah Rutenium LP

Merah

( + )Pektin

kecoklatan

Larutan Bouchardat

Endapan Coklat

( + ) alkaloid

Kuning

( + ) flavonoid

LP

Larutan NaOH (5%)


LP

b.

Kuantitatif ( screening)
1. Uji kebenaran simplisia / komposisi
Pengujian ini dapat dilakukan secara kimia atau cara miskroskopis. Secara
kimia dapat dilakukan reaksi warna, reaksi pengedapan, kromatografi lapis tipis dan
ditujuka untuk melihat senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia penyusun.
Pengujian miskroskopis dapat dilakukan dengan melihat irisan melintang dan
membujur dari simplisia atau obat tradisonal yang berbentuk rajangan. Selain itu
juga dapat diperiksa fragmen yang spesifik pada bentuk sediaan lain yang sudah
mengalami proses penyerbukan dari simplisia penyusunnya.
2. Uji kadar air
Kandungan air yang berlebihan pada bahan obat tradisional akan
mempercepat pertumbuhan mikroba, dan juga dapat mempermudah terjadinya
hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan
mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada simplisia / bahan
obat tradisional sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut
persyaratan dari suatu simplisia / bahan obat tradisional. Pada umumnya farmakope
mensyaratkan kadar air antara 6% - 14% pada simplisia. Permenkes No.
661/Menkes/SK/VII/1994 menyatakan bahwa air dalam tidak boleh lebih dari 10%
yang ditetapkan menurut cara yang tertera pada farmakope indonesia atau materia
medikan Indonesia. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara gravimetri atau
cara destilasi. Cara gravimetri merupakan cara mudah tetapi tidak dapat digunakan
pada simplisia yang menngandung senyawa yang mudah mennguap, misalnya
minyak atsiri. Sedangkan cara destilasi memerlukan peralatan khusus, tetapi cara ini
dapat misahkan air dengan senyawa lain yang menguap atau terdestilasi.
a. Dimasukkan serbuk 3 gram,timbang seksama dalam wadah yang telah ditara.
b. Dimasukkan dalam oven dan dikeringkan selama 1,5 jam pada suhu 105C.
c. Dikeluarkan dari oven kemudian ditimbang kembali.
d. Dilanjutkan pengeringan dalam oven dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

Data Pengamatan

Daun Mimba

Berat Wadah

20,5802 gram

Berat Wadah +
Ditimbang (setelah dikeringkan 1
jam)
% Kadar air =

23,5802 gram
23, 4903 gram
3 + 23,5802 X 100%
23,4903
= 113,153%

Ditimbang ( 1 jam pertama setelah


dikeringkan 1 jam)
% Kadar air =

23,4595 gram
23,4903 = 23,4595
100%
X
X = 23,4595 X 100%
23,4903
X = 99,868%
Perb = 100% - 99,868%
= 0,131%

3. Uji kadar abu total


Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari
suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat berasal dari
bagian jaringan tanaman itu sendiri atau pengotoran lain. Misalnya pasir atau tanah. Pengujian
ini hanya mempunyai arti pada pengujian dari simplisia atau bahan obat tradisonal dan tidak
untuk sediaan obat tradisional.
a. Di timbang cawan porselin kosong
b. Ditimbang serbuk simplisia 3 gram
c. Di masukkan simplisia ke dalam cawan porselin , kemudian ditimbang kembali

d. Dipanaskan dalam oven hingga arang habis


e. Dikeluarkan simplisia dari oven dan ditunggu hingga dingin
f. Ditimbang simplisia hingga bobot tetap atau konstan
g. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang dikeringkan di udara
Cara perhitungan kadar abu :

Berat abu total = berat total penimbangan berat cawan kosong

Kadar abu total=

Data Pengamatan

Daun Mimba

Cawan porselin kosong

48,6498 gram

Cawan porselin + simplisia

51,6498 gram

Berat simplisia setelah dipanaskan dalam oven

49,0635 gram

Berat abu total = ( berat total penimbangan berat


cawan kosong)

49,0635 48,6498
= 0,4137
0,4137 x 100%
3
= 13,79 %

4. Uji cemaran bahan organik asing


Bahan organik asing adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera
atau dibatasi jumlahnya dalam mongrafi, hewan utuh atau bagiaanya atau zat yang
dikeluarkannya. Jumlah bahan organik asing dapat menunjukan tingkat kemurnian dari
simplisia yang digunakan. Simplisia seharusnya bebas dari serangga atau bagian serangga atau
zat yang dikeluarkannya. Adanya cemaran ini dapat menimbulakn perubahan bau. Warna,
timbul lendir atau tanda lain yang menunjukan kemunduran mutu. Sebelum dipotong potong
atau diserbuk simplisia harus secara manual. Pengujian ini baik hanya dilakukan pada
simplisia atau bahan penyusun obat tradisional.
5. Uji kemasan
Uji kemasan untuk menilai mengenai kemasan, penandaan, bobot, volume contoh yang
diuji. Perbedaan yang ada dengan normal dapat menunjukan perbedaan mutu dari contoh
yang diuji.
4. Ekstraksi

1.
2.

Dengan menggunakaan metode perkolasi, daun Mimba diekstraksi dengan cara:


Ayak simplisia dengan menggunakan pengayak nomor 30.
Timbang 107gr simplisia daun Mimba dengan derajat halus 100 dibasahi dengan 5 bagian
cairan penyari atau 500 ml etanol 50%, lalu masukan ke dalam bejana tertutup sekurang

3.

kurangnya selama 24 jam.


Setelah 24 jam simplisia yang direndam di pindahkan sedikit demi sedikit kedalam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan etanol 50% secukupnya
sebanyak 250 ml sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat

4.

selapis cairan penyari.


Langkah 3 dihentikan jika sudah menggunakan 80 bagian etanol 50% tersebut, yaitu

5.
6.

menghasilkan 600 ml.


Ampas diserkai,
Hasil ekstraksi yang diperoleh, kemudian dipanaskan dalam evaporator pada suhu 55C,
sehingga diperoleh pekatan menyerupai minyak, pekatan inilah yang digunakan sebagai
ekstrak.

2.

Pembuatan Sediaan
Agar efektif terhadap seerangga kutu ekstrak daun mimba yang digunakan adalah sebesar
1,5 % 2 % dari sediaan.
Formula dari Sampo Mimba adalah
R/ Ext Azadirachta indica fol

15g

Natrium laurilsulfat

200 g

Setil alkohol

12.5 g

Air

150 g

Parfum

secukupnya

Cara kerja:
1) Ambil dan timbang bahan bahan sampo sesuai formula
2) Panaskan Natrium laurilsulfat dengan air dalam panci dinding rangkap pada suhu lebih
kurang 80C sambil terus diaduk.
3) Tambahkan setil alkohol, aduk terus selama lebih kurang 15 menit
4) Jika suhu telah turun hingga 40-50C tambahkan Ext Azadirachta indica fol lalu
diaduk
5) Tambahkan parfum, aduk terus dengan hati hati untuk menghilangkan udara
6) Wadahkan selagi panas
3.

Evaluasi Mutu Sediaan

a. Mikrobiologi
Produk
sediaan

Jamu
Bentuk

Persyaratan

Jenis pengujian

Pustaka

Angka lempeng Total

102

MPN Coliform

2x102 KMI VIII


20
& IX

Staphylococus Aureus

Salmonella

Vibrio Cholerae

Kapang & Khamir

10

Cairan

Hasil
Pengamatan

0
0
0
50

b. Analisis Fisika

4. Pengujian Khasiat

5. Pengemasan

VI. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan terdapat beberapa permasalahan antara lain :

1. pada saat melakukan pengamatan mikroskopik, kesulitan dalam hal menentukan bagian
epidermis atas dan bawah serta pengamatan stomata
langkah yang dilakukan : meminta bantuan dosen pendamping praktikum langkah langkah
yang benar dalam pengamatan mikroskop, dengan ketentuan :
Bagian sayatan

letak sayatan

pengamatan

Daun

Atas daun

Epidermis atas

Daun

Bawah daun

Epidermis bawah

Daun

Bawah daun

Stomata

Daun

Melintang

Jaringan mesofil

2. Pada saat melakukan uji histokimia, kesulitan yang ditemukan adalah pada saat pencampuran
bahan dengan reagen dimana pengamatan yang dilakukan membutuhkan kejelian penglihatan
warna dan endapan yang ditimbulkan.
3. Lamanya proses pengujian kadar abu total
4. Pada saat melakukan proses ektraksi kendala kendala yang ditemui adalah :
a. kurangnya serbuk simplisia, diatasi dengan cara melakukan pengeringan simplisia
tambahan
b. Tidak tersediannya etanol 50 % sebagai cairan penyari dalam ruang praktikum
sehingga dilakaukan pengenceran etanol, dengan rumus V1.N1 = V2.N2
c. Pada saat melakukan perkolasi dengan perkolator ekstrak yang dihasilkan belum
sempurna, dikarenkan encernya cairan penyari yang digunakan, yang harus
digunakan adalah cairan penyari etanol 70 %. Sehingga untuk mengentelkan
ekstrak ekstrak dalam perkolator dipindahkan ke cawan dan dipanaskan di
waterbath
5. Pada saat membuat sediaan kelompok kesulitan membuat sediaan dikarenakan tidak adanya
dosen pembimbing pembuat sediaan, sehingga ragu apakah sediaan yang telah dibuat berhasil
atau tidak.
Langkah yang dilakukan adalah konsultasi via internet dengan melakukan pengiriman foto
sediaan yang telah dikerjakan

V. Kesimpulan
Pemanfaatan sediaan herbal sangat dibutuhkan dalam era modern ini, selain karena bahan
bahan alam sangat dengan mudah dapat dijumpai tetapi juga memiliki banyak khasiat.
Sediaan shampo daun Mimba memberikan alternatif pilihan bagi pecinta hewan untuk membasmi
kutu pada hewan peliharaannya.

Anda mungkin juga menyukai