Anda di halaman 1dari 10

Keragaman dan Pemanfaatan Simplisia Nabati yang

Diperdagangkan di Purwokerto
Mei Utami, Yayu Widiawati, dan Hexa Apriliana Hidayah
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Email: hexaapriliana@yahoo.co.id
Diterima Mei 2012 disetujui untuk diterbitkan Januari 2013
Abstract
A study to know the kinds of plant simplicia sold in Purwokerto and their usage as traditional
medicine. A survey and sampling of simplicia plant has been conducted in Purwokerto. An interview
has also been done carried out for different respondants. The data recorded included simplicia type
their local names, their pictures and classification, simplicia parts and their uses. The result of this
research showed that there are 50 types of simplicia included in 26 families used as traditional
medicines in Purwokerto. The simplicia is used by boiling in a container made of clay soil, fried,
poured by oil water, or cooked. Parts that are used as simplicia comprised are rhizome, leave, stem,
bark, thallus, fruit, fruit peel, flower, herbals (root, stem and leaves) and seeds. The uses of simplicia
included carminative (remove stomach gas), anti inflammation, analgesic (pain healing), anti pyretic
(heat lowering) cholagogum (making fluency of bile into duodenum), stomachic (increase appetite),
anti spasmodic, choleritic (increase bile juice production), antelminthic (eradicate worm), sliming and
tonic (body freshener).
Keywords: diversity, plant simplicia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis simplisia nabati yang diperdagangkan di
eks Kotatip Purwokerto serta pemanfaatanya sebagai obat tradisional. Materi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis-jenis simplisia nabati yang digunakan sebagai obat tradisional dan
diperdagangkan di eks Kotatip Purwokerto. Metode penelitian adalah menggunakan metode survei
dengan teknik pengambilan sampel secara terpilih di eks Kotatip Purwokerto dan melakukan
wawancara terhadap responden. Jenis-jenis simplisia nabati dicatat nama daerahnya, diidentifikasi,
difoto dan diklasifikasikan secara taksonomik, bagian simplisia yang digunakan dan pemanfaatannya.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 50 jenis simplisia dari 26 suku yang dimanfaatkan sebagai
obat tradisional oleh masyarakat di eks Kotatip Purwokerto. Penggunaanya secara tradisional dan
sederhana dengan direbus di dalam wadah yang terbuat dari tanah liat, disangrai, diseduh, ditumbuk
atau dimasak. Bagian yang dimanfaatkan sebagai simplisia berupa rimpang, daun, batang, kulit
batang, thalus, buah, kulit buah, herba (akar, batang, daun) dan biji. Manfaat simplisia bermacam-
macam seperti sebagai karminatif (peluruh gas dalam perut), anti inflamasi (anti peradangan),
analgesik (pengurang rasa sakit), anti piretik (penurun panas), kholagogum (melancarkan
pengeluaran empedu ke dalam duodenum), stomakik (meningkatkan nafsu makan), anti spasmodik,
kholeritik (meningkatkan produksi empedu), antelmintik (membunuh cacing), pelangsing dan tonikum
(penyegar badan).

Kata kunci: keragaman, simplisia nabati

Pendahuluan Akhir-akhir ini dengan ditunjang oleh


berbagai macam teknologi dan ilmu
Dalam rangka membantu dan pengetahuan yang berkembang dengan
mewujudkan progam pemerintah untuk pesat, manfaat obat tradisional menjadi
peningkatan dan pemerataan pelayanan bertambah banyak dan peranannya
kesehatan masyarakat, maka perlu digali dirasakan menjadi sangat penting (
kekayaan alam akan tanaman. Terlebih Prastowo, 1979).
lagi pada dewasa ini, digalakkan tentang Indonesia merupakan salah satu
“back to nature” yaitu pemanfaatan bahan-
negara penghasil komoditi obat-obatan
bahan alami yang ada di bumi ini untuk yang potensial. Aneka ragam jenis
dikembangkan sebagai obat tradisional. tanaman obat telah diproduksi sebagai
bahan baku obat modern maupun obat bahan bioaktif yang berkhasiat
tradisional (jamu). Prospek sebagai obat dan penggunaannya
pengembangan produksi tanaman obat dapat dipertanggungjawabkan secara
cukup cerah mengingat beberapa faktor medis.
seperti flora, keadaan tanah dan iklim, 3. Tumbuhan obat potensial, yaitu
pengembangan industri obat modern dan spesies tumbuhan yang diduga
tradisional, serta meningkatnya konsumsi mengandung senyawa atau bahan
dan harga komoditi obat. Tidak kurang bioaktif yang berkhasiat sebagai obat
dari 1.650 spesies tumbuhan di tetapi belum dibuktikan secara ilmiah
Semenanjung Malaya mempunyai khasiat (medis) atau penggunaannya sebagai
sebagai obat dan Indonesia mempunyai bahan baku obat tradisional sulit
9.606 spesies tumbuhan yang berfungsi ditelusuri.
sebagai obat serta terdapat 1.260 spesies Dalam dunia farmasi, bahan
tumbuhan obat yang secara pasti berasal mentah untuk obat-obatan biasa disebut
dari hutan tropika Indonesia (Zuhud et al. dengan simplisia. Menurut Departemen
1994). Kesehatan Republik Indonesia (1983)
Selama sepuluh tahun terakhir, obat simplisia adalah bahan alami yang
tradisional mendapat perhatian yang dipergunakan sebagai obat yang belum
semakin meningkat. Hal ini terbukti mengalami pengolahan apapun dan
dengan meningkatnya jumlah industri obat berupa bahan yang telah dikeringkan.
tradisional setiap tahunnya, serta adanya Simplisia terdiri dari 3 macam yaitu :
kemauan politik pemerintah melalui 1. Simplisia nabati adalah simplisia yang
kebijakan Departemen Kesehatan dalam berupa tanaman utuh, bagian tanaman
usaha-usaha yang mendukung atau eksudat tanaman ( isi sel yang
perkembangan obat tradisional di secara spontan keluar dari tanaman
Indonesia (Badan Penelitian dan atau dengan cara tertentu dikeluarkan
Pengembangan Kesehatan, 2005b). dari selnya ataupun zat-zat nabati
Kecenderungan meningkatnya lainnya yang dengan cara tertentu
penggunaan obat dari bahan alami di dipisahkan dari tanamannya dan
dunia internasional juga ikut mendorong belum berupa zat kimia murni).
pertumbuhan industri obat tradisional di 2. Simplisia hewani adalah simplisia
Indonesia. Obat alami dapat diperoleh dari yang merupakan hewan utuh,
tumbuhan, hewan atau mineral (pelikan). sebagian hewan atau zat-zat berguna
Namun di Indonesia sumber bahan obat yang dihasilkan oleh hewan dan belum
alami yang hampir selalu kita jumpai di berupa zat kimia murni.
mana-mana adalah tumbuhan. Tumbuhan 3. Simplisia pelikan atau mineral adalah
dapat bersifat sebagai bahan makanan, simplisia yang berupa bahan pelikan
obat atau bersifat sebagai racun. atau mineral yang belum diolah
Tumbuhan yang bersifat racun dengan cara yang sederhana dan
seyogyanya dihindari (Badan Litbang belum berupa zat kimia murni.
Kesehatan, 2005b). Jenis-jenis simplisia nabati yang
Menurut Zuhud et. al (1994) telah banyak diteliti, baik untuk dijadikan
tumbuhan obat adalah seluruh spesies bahan baku obat modern dalam bentuk
tumbuhan yang diketahui atau dipercaya kapsul atau tablet dan untuk obat-obatan
mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat tradisional seperti jamu, dalam
dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : pemanfaatannya menurut Departemen
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu Kesehatan Republik Indonesia (1985)
spesies tumbuhan yang diketahui atau dibedakan menjadi lima katagori, yaitu :
dipercaya oleh masyarakat 1. Simplisia rimpang atau empon-empon.
mempunyai khasiat obat dan telah Bagian yang dimanfaatkan sebagai
digunakan sebagai bahan baku obat obat adalah akar rimpang atau
tradisional. umbinya. Sebagai contoh adalah dari
2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies jenis jahe-jahean seperti : jahe,
tumbuhan yang secara ilmiah telah kencur, lengkuas, kunyit, lempuyang,
dibuktikan mengandung senyawa atau temulawak, temu putih dan lain-lain.
2. Simplisia akar, bagian yang kanker. Belakangan ada pula upaya untuk
dimanfaatkan sebagai obat adalah menemukan tumbuhan yang dapat
akarnya. Sebagai contoh akar alang- menjadi sumber obat HIV-AIDS (Badan
alang, akar wangi, gandapura. Litbang Kesehatan, 2005a).
3. Simplisia biji, bagian yang Simplisia nabati yang banyak
dimanfaatkan sebagai obat adalah digunakan di dalam negeri baik yang dijual
bijinya. Sebagai contoh adalah biji oleh penjual jamu gendong di dalam
kapulaga, jintan, mrica, kedawung, pasar, pabrik-pabrik jamu, maupun untuk
kecipir (botor), senggani dan lain-lain. bahan eksport ke luar negeri adalah dari
4. Simplisia daun, bagian yang jenis-jenis temulawak, lempuyang, laos,
dimanfaatkan sebagai obat adalah pulasari, adas, jahe, kencur, kunyit,
daunnya. Sebagai contoh adalah daun kemukus, kumis kucing. Bahkan dewasa
kumis kucing, daun tabat barito, daun ini juga banyak diminati misalnya : tapak
kemuning, daun keji beling, daun dara (Catharanthus roseus), kecubung
alpokat dan lain-lain. (Datura metel), gadung (Dioscorea
5. Simplisia batang, bagian yang hispida), pule pandak (Rauwolfia
dimanfaatkan sebagai obat adalah serpentina), akar manis (Liquoria root) dan
batangnya. Sebagai contoh adalah lain-lain (Prastowo, 1979).
cendana, pule, pasak bumi dan lain- Pada umumnya jenis-jenis yang
lain. dapat dimanfaatkan sebagai simplisia
Bagian-bagian tumbuhan tersebut nabati dapat berasal dari dua sumber,
diambil pada saat yang tepat, agar yaitu : (a). Yang berasal dari hasil alami
kandungan zat berkhasiat dalam bahan dengan cara mengumpulkan jenis-jenis
tersebut terdapat dalam jumlah yang tumbuhan obat dari hutan-hutan, tepi
maksimal, misalnya herba atau daun sungai, kebun, gunung atau di tempat
dipanen dari tumbuhan yang banyak terbuka lainnya ; (b). Yang berasal dari
mendapat sinar matahari, pada saat hasil penanaman atau budidaya baik
tumbuhan tersebut berbunga dan di saat- secara kecil-kecilan oleh petani ataupun
saat asimilasi maksimal, yakni kurang besar-besaran oleh perkebunan (Bank
lebih jam 09.00. Akar atau rimpang pada Sentral Republik Indonesia, 2005).
saat akhir musim kemarau, pada saat Jamu merupakan bagian dari
pertumbuhan terhambat atau terhenti. etnobotani karena : (1). bahan utama yang
Kulit batang dikumpulkan pada musim dipakai dalam pembuatan jamu adalah
penghujan, yakni pada saat tumbuhan tumbuhan yang mengandung komponen
bertunas. Bunga dipanen pada saat beberapa zat aktif serta dapat dipakai
menjelang atau tepat terjadinya untuk menyembuhkan penyakit tertentu ;
penyerbukan, sedangkan buah atau biji (2). teknik pengobatan dengan
pada saat buah telah masak (Bank Sentral menggunakan jamu secara sinambung
Republik Indonesia, 2005). sangat tepat guna terhadap suatu
Berdasarkan kandungan zat penyakit ; (3). masyarakat pada
berkhasiatnya, bagian-bagian tumbuhan umumnya menderita penyakit yang
tadi dapat bermanfaat sebagai obat bersifat psikhosomatik dan teknik
penambah nafsu makan, obat untuk pengobatan yang dipakai untuk
memperbaiki pencernaan, obat untuk penyembuhan dengan menggunakan
tonika, menghilangkan nyeri, obat untuk jamu, cocok untuk berbagai jenis penyakit
memperlancar air seni atau diuretik, obat dengan menghilangkan penyebab
kencing manis atau diabetes mellitus, obat psikologisnya (Harini dan Roemantyo,
tekanan darah tinggi atau hipertensi, obat 1987 dalam Sulistiyani et. al 1988). Pada
pelindung lever atau yang sering disebut umumnya jamu atau obat-obatan
“hepatoprotector”, obat kencing batu, obat tradisional tidak menimbulkan efek
diare dan sebagainya. Bahkan bagian samping seperti yang sering ditimbulkan
tumbuhan yang dapat meningkatkan oleh obat-obatan kimia (Tampubolon,
imunitas tubuh atau yang bersifat sebagai 1981).
imunostimulator diperkirakan dapat Tidak dapat dipastikan kapan jamu
mengobati penyakit infeksi maupun digunakan untuk obat, karena tidak ada
tulisan yang jelas menyebutkan waktunya. obat tradisional juga meningkat.
Namun disebutkan bahwa pengobatan Berdasarkan data dari Badan
telah dilakukan oleh nenek moyang sejak Pengawasan Obat dan Makanan Depkes
jaman dahulu dan diwariskan kepada (2003), menyatakan bahwa terdapat
keturunannya. Sudah sejak lama bangsa sebanyak 118 unit Industri Obat
Indonesia mengenal jamu sebagai ramuan Tradisional (IOT) dan 917 Industri Kecil
yang dapat dipergunakan untuk Obat Tradisional (IKOT), yang
mencegah dan mengobati berbagai terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya
macam penyakit, sebagai ramuan di Propinsi Jawa Tengah.
penyegar, maupun sebagai bahan Kota Purwokerto adalah bagian dari
kosmetik tradisional. Pada mulanya Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa
pengadaan dan pemanfaatan obat-obatan Tengah yang terletak di kaki Gunung
tradisional atau jamu di Indonesia Slamet, berada pada posisi lintang
dilakukan secara terbatas oleh pemakai 109°11’22” - 109°15’55” BT dan 7°22’46” -
dalam lingkungan keluarga. Selanjutnya 7°27’30” LS. Purwokerto merupakan
sejalan dengan meningkatnya jumlah dataran perbukitan dengan ketinggian >
penduduk, kuatnya pemanfaatan obat 25 – 100 meter dpl dan memiliki
tradisional dan kesadaran masyarakat, kemiringan 0 – 2 %. Kota Purwokerto
serta harga jual jamu yang dapat terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Kecamatan
terjangkau oleh golongan menengah ke Purwokerto Barat (739,72 Ha), Purwokerto
bawah, maka pengadaan dan Utara (901,39 Ha), Purwokerto Timur
pemanfaatan jamu terus meningkat (841,93 Ha), Purwokerto Selatan (
(Nurhadiyati et al., 1985). 1.375,96) dengan 29 Kelurahan dengan
Menurut Bank Sentral Republik total luas kawasan 3859 Ha. Jumlah
Indonesia (2005), berdasarkan data dari penduduk di Perkotaan Purwokerto pada
Corinthian Infopharma Corpora atau CIC tahun 2005 sebesar 358.671 jiwa dengan
tahun 2000, menyatakan bahwa konsumsi prosentase 49,31% laki-laki (176.849 jiwa)
obat tradisional (jamu) meningkat rata-rata dan 50,69% perempuan (181.822 jiwa)
5,4% per tahun. Pemanfaatan tumbuhan (BAPPEDA, 2005).
obat tradisional di Indonesia akan terus Sarana perekonomian yang dimiliki
meningkat mengingat kuatnya budaya dan eks Kotatip Purwokerto berupa sarana
tradisi memakai jamu baik untuk maksud perdagangan seperti pasar, toko, kios
pengobatan (kuratif), memelihara atau warung. Sebagian besar penduduk
kesehatan dan menjaga kebugaran bekerja pada sektor perdagangan sebesar
jasmani, mencegah penyakit (preventif) 18%, sedangkan mata pencaharian
maupun memulihkan kesehatan penduduk yang lainnya adalah buruh
(rehabilitatif). Selain itu, juga disebabkan bangunan dan PNS/ABRI masing-masing
oleh kecenderungan masyarakat yang sebesar 11%, petani dan buruh tani
mencari alternatif untuk pengobatan masing-masing 9%, nelayan 0,04%,
kembali ke alam (back to nature) dengan pengusaha 6%, buruh industri 8%,
alasan mempunyai efek samping yang pegawai BUMN 0,4%, penggalian 0,25%,
relatif kecil. jasa sosial 1%, pengangkutan 6% dan
Menurut Bank Sentral Republik lainnya 16% ( BAPPEDA, 2005).
Indonesia (2005), berdasarkan data dari Mengingat potensi Kota Purwokerto
Badan Pengawasan Obat dan Makanan sebagai pusat perekonomian dan
Depkes (2001) menyatakan bahwa pemerintahan skala regional serta
penggunaan obat tradisional di tingkat banyaknya industri obat yang terpusat di
nasional dan global terus meningkat. Jawa Tengah, maka diperlukan
Beberapa bahan baku dan produk jamu penggalian informasi mengenai kekayaan
juga telah menjadi komoditas ekspor yang jenis simplisia nabati yang
handal untuk menambah devisa negara. diperdagangkan di eks Kotatip
Sejalan dengan kecenderungan Purwokerto.
peningkatan konsumsi obat tradisional Berdasarkan uraian tersebut, maka
(jamu) baik di tingkat nasional maupun permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut
global maka jumlah industri jamu atau dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keragaman jenis simplisia penjual jamu, masyarakat eks Kotatip
nabati yang diperdagangkan di eks Purwokerto yang banyak mengetahui dan
Kotatip Purwokerto ? mengenal simplisia nabati (jamu) serta
2. Bagaimana pemanfaatan dan cara pengguna dengan menggunakan daftar
penggunaan jenis simplisia nabati pertanyaan.
sebagai bahan jamu yang Sampel simplisia nabati yang
diperdagangkan di eks Kotatip diperoleh, diidentifikasi guna
Purwokerto ? mendapatkan nama ilmiahnya dengan
Setelah mengetahui adanya menggunakan buku Materia Medika I, II,
permasalahan-permasalahan di atas, III dan IV ( Departemen Kesehatan, 1977;
maka penelitian ini bertujuan untuk : 1978; 1979; 1980), Atlas Tumbuhan Obat
1. Mengetahui keragaman jenis simplisia Indonesia jilid 2 (Dalimartha, 2001),
nabati yang diperdagangkan di eks Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-
Kotatip Puwokerto ? tanaman di Indonesia dan Khasiat-
2. Mengetahui manfaat jenis simplisia khasiatnya sebagai obat-obatan tradisionil
nabati yang diperdagangkan di eks (Kloppenburg, 1983), Taksonomi
Kotatip Purwokerto ? Tumbuhan Obat-obatan (Tjitrosoepomo,
1994), serta sumber referensi yang
Materi dan Metode menunjang.
Simplisia yang diperoleh
Materi yang digunakan dalam dikelompokkan atau diklasifikasikan
penelitian ini adalah jenis-jenis simplisia secara taksonomik, bagian simplisia yang
nabati yang digunakan sebagai obat digunakan dan pemanfaatannya.
tradisional dan diperdagangkan di eks Data yang diperoleh dianalisis
Kotatip Purwokerto. Alat-alat yang secara deskriptif mengenai karakteristik
digunakan antara lain alat tulis, daftar jenis simplisia, cara penggunaan dan
pertanyaan, kantung plastik, kertas label manfaatnya sebagai obat.
dan kamera.
Hasil dan Pembahasan
Teknik Sampel
Metode penelitian yang digunakan Jenis simplisia nabati yang
adalah metode survai dengan diperdagangkan di eks Kotatip
pengambilan sampel secara terpilih. Purwokerto.
Sampel diperoleh dari penjual atau Berdasarkan hasil survai yang
pedagang simplisia yang terdapat di diperoleh dari para penjual atau pedagang
pasar-pasar tradisional, antara lain simplisia di eks Kotatip Purwokerto,
(Kecamatan Purwokerto Utara: Pasar ditemukan 50 jenis simplisia dari 26 suku
Glempang, Pasar Cermai; Kecamatan yang diperdagangkan sebagai obat
Purwokerto Selatan: Pasar Proliman, tradisional oleh masyarakat eks Kotatip
Pasar Situmpur; Kecamatan Purwokerto Purwokerto. Simplisia yang terbanyak
Barat: Pasar Manis, Pasar Pahing, Pasar berupa rimpang yaitu 10 macam,
Pon; Kecamatan Purwokerto Timur: Pasar sedangkan yang berupa daun 7 macam,
Cikebrok, Pasar Mersi, Pasar herba 8 macam, biji 4 macam, buah 9
Arcawinangun, Pasar Wage, Pasar macam, kulit buah 2 macam, batang 1
Kebondalem) dan beberapa toko penjual macam, kulit batang atau cabang 5
simplisia nabati yang ada di eks Kotatip macam, kayu 1 macam, thallus 1 macam,
Purwokerto. dan bunga 2 macam. Jenis-jenis simplisia
Wawancara ini dilakukan terhadap tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis simplisia nabati yang diperdagangkan sebagai obat tradisional di Purwokerto
Table 1. Diversity of herbals as traditional medicines for sale in Purwokerto

No Jenis simplisia Nama Lokal Suku


No Jenis simplisia Nama Lokal Suku
1. Andrographis herba Sambilata Acanthaceae
2. Sericocalycis folium Kejibeling
3. Centellae herba Pegagan
4. Coriandri fructus Ketumbar
5. Cumini fructus Jinten putih Apiaceae
6. Foeniculi fructus Buah adas
7. Alstoniae cortex Kulit pule
8. Alyxiae cortex Pulasari Apocynaceae
9. Parameria cortex Kayu rapat
10. Blumeae folium Sembung
11. Elephantopi folium Tapak liman Asteraceae
12. Sonchi folium Tempuyung
13. Araceae fructus Jambe Arecaceae
14. Sappan lignum Kayu secang Caesalpiniaceae
15. Phyllanthi herba Meniran Euphorbiaceae
16. Orthosiphon folium Kumis kucing Labiatae
17. Loranthus herba Benalu teh Loranthaceae
18. Perseae folium Alpokat
Lauraceae
19. Burmanni cortex Kayu manis
20. Hibiscus flos Rosela Malvaceae
21. Tinospora caulis Bratawali Menispermaceae
22. Parkiae semen Kedawung Mimosaceae
23. Myristicae semen Pala
Myristaceae
24. Myristicae pericarpium kulit pala
25. Baeckeae folium Jung rahab
26. Melaleuca fructus Mrica bolong
Myrtaceae
27. Melaleuca folium Kayu putih
28. Syzygii flos Cengkeh
29. Cubebae fructus Kemukus
Piperaceae
30. Retrofracti fructus Cabai Jawa

31. Imperata rhizoma Rimpang alang-


Poaceae
alang
32. Nigella damascenae semen Jinten item Ranunculaceae
33. Hedyotis herba Rumput mutiara Rubiaceae
34. Bruceae fructus Buah makasar Simarubaceae
No Jenis simplisia Nama Lokal Suku
35. Physalis herba Cimplukan Solanaceae
36. Isorae fructus Kayu ules
37. Guazumae folium Jati blanda Sterculiaceae
38. Symploci cortex Kulit sariawan Symplocaceae
39. Phaleria fructus Mahkota dewa Thymelaceae
40. Usnea thallus Kayu angin Usneaceae
41. Amomum fructus Kapulaga
42. Boesenbergia rhizoma Temu kunci
43. Curcuma aeruginosae rhizoma Temu hitam
44. Curcuma domesticae rhizoma Kunyit Zingiberaceae
45. Curcuma heynenae rhizoma Temu giring
46. Curcumae rhizoma Temulawak
47. Kaempferia rotundae rhizoma Kunyit putih
48. Kaempferia rhizoma Kencur
49. Zingiberis purpurei rhizoma Bengle
50. Zingiberis rhizoma Jahe

Dari 26 suku yang diperoleh, Sedangkan bahan jamu dari suku


Zingiberaceae merupakan suku yang Usneaceae, Caesalpiniaceae dan lainnya
anggotanya terbanyak dimanfaatkan ditemukan dalam jumlah sedikit karena
sebagai bahan jamu, yaitu 9 jenis masyarakat masih banyak yang belum
diantaranya berupa rimpang dan 1 jenis mengenal, kesulitan dalam
berupa buah. Simplisia yang ditemukan memperolehnya serta kebanyakan
dari pasar-pasar tradisional dan toko masyarakat tidak membudidayakannya.
simplisia adalah dalam bentuk rajangan, Simplisia yang berasal dari batang
kepingan, serutan dan serbuk. Sedangkan atau cabang ada yang dijual dalam bentuk
yang ditemukan di toko-toko herbal adalah potongan batang yaitu Tinaspora caulis
bentuk pil atau serbuk yang sudah (bratawali) dan ada pula yang dijual dalam
mengandung ekstrak bahan jamu dengan bentuk serutan kayu yaitu Sappan lignum
dosis yang telah ditentukan. (kayu secang). Sedangkan simplisia yang
Rimpang yang diperdagangkan berupa potongan kulit batang yang kering
terdapat dalam bentuk kepingan atau memiliki ukuran yang bervariasi,
irisan tipis dengan ketebalan yang tergantung jenisnya.
bervariasi antara 1-10 mm, tergantung Simplisia yang berasal dari herba
dari jenis dan juga cara mengirisnya, yaitu dan daun dijual dalam bentuk tanaman
ada yang melintang dan ada yang atau daun kering dan seringkali bentuknya
membujur. Simplisia yang berupa rimpang sudah tidak utuh lagi. Simplisia tersebut
banyak dipakai dalam berbagai ramuan ada yang sudah dipotong-potong dan ada
jamu, terutama anggota suku pula yang masih utuh walaupun biasanya
Zingiberaceae. Hal ini disebabkan ada bagian-bagian daun yang rontok atau
simplisia tersebut mempunyai khasiat patah. Untuk simplisia yang berupa
yang diperlukan pada berbagai macam bunga, buah dan biji juga diperdagangkan
jamu, sudah banyak dikenal oleh dalam bentuk yang utuh dan kering.
masyarakat dan mudah ditanam.
Masyarakat eks Kotatip oleh pemerintah dan pengusaha jamu
Purwokerto masih menggunakan besar lainnya. Simplisia sebagai obat
simplisia nabati sebagai bahan obat tradisional dimanfaatkan dalam bentuk
tradisional (Jamu). Hal ini terbukti dari tunggal atau ramuan dengan cara diolah
masih banyak masyarakat yang membeli bersama simplisia lainnya atau minyak
dan menggunakannya. Biasanya yang tertentu.
mengkonsumsi adalah orang tua. Obat tradisional yang berasal dari
Namun sebagian besar masyarakat tanaman akan bermanfaat jika digunakan
menggunakan simplisia yang sudah sesuai takaran atau dosis, waktu dan cara
berbentuk pil, serbuk dan tablet yang penggunaan, pemilihan bahan baku
diperoleh di toko-toko herbal yang ada di secara benar, dan pemilihan tanaman
Purwokerto dengan alasan lebih praktis obat atau ramuan obat tradisional untuk
tanpa harus merebusnya dahulu. indikasi tertentu. Penggunaanya secara
Hasil wawancara terhadap tradisional dan sederhana dengan direbus
responden (penjual simplisia nabati) di dalam wadah yang terbuat dari tanah
menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun liat dengan tujuan agar tidak mengubah
ada pertambahan atau perkembangan atau mengoksidasi susunan kimia yang
jenis simplisia yang diperdagangkan. ada dalam simplisia tersebut
Para penjual biasanya selalu mengikuti (Kloppenburg, 1983). Selain itu,
perkembangan yang ada seperti penggunaannya juga dengan cara
penemuan-penemuan jenis obat disangrai, diseduh, ditumbuk atau
tradisional terbaru yang berkhasiat. dimasak.
Sebagai contoh, buah mahkota dewa Tumbuhan obat yang
yang dulu banyak sekali dicari orang dimanfaatkan secara tunggal akan
sekarang tergeser oleh adanya bunga memberikan khasiat yang berbeda
rosela dan sirih merah. Namun penjual dengan yang diramu secara ramuan.
masih tetap menyediakan buah mahkota Wiryowidagdo (2006) menyatakan
dewa karena masih ada yang bahwa senyawa kimia yang terdapat
membelinya. Para penjual memperoleh dalam berbagai tumbuhan obat tidak
simplisia nabati dari daerah Jogjakarta. pernah tunggal, selalu multikomponen
Mereka jarang menanam sendiri dan merupakan metabolit sekunder yang
ataupun mengolahnya kecuali dari memiliki berbagai macam struktur kimia
golongan suku Zingiberaceae seperti (alkaloid, terpenoid, flavonoid, glikosida,
jahe, kunyit dan temulawak. steroid) dengan berbagai macam
Temulawak adalah jenis simplisia aktivitas fisiologis. Aktivitas fisiologis
yang selalu ada dalam jumlah banyak, tersebut berinteraksi secara sinergis
karena jenis ini banyak sekali digunakan atau antagonis sehingga menimbulkan
sebagai campuran jamu sehingga cepat efek gabungan atau khasiat yang
habis dalam waktu yang singkat. Harga dominan dalam suatu ramuan, baik pada
simplisia nabati yang ada di pasar ramuan tunggal maupun kombinasi,
tradisional dan toko penjual simplisia contohnya formulasi untuk pelangsing,
beragam, dimulai dari Rp. 5.000-12.000 komponennya terdiri dari : kulit kayu
per bungkusnya. Bahkan di toko herbal rapet dan daun jati belanda (sebagai
harganya lebih mahal berkisar dari Rp. pengelat), daun jungrahap (sebagai
25.000-100.000. Hal ini dikarenakan diuretik), rimpang kunyit dan temulawak
simplisia sudah merupakan hasil ekstraks (sebagai stomakik sekaligus bersifat
bukan bahan baku seperti yang ada di pencahar). Dari formulasi ini walaupun
pasar tradisional. Kebanyakan para nafsu makan ditingkatkan oleh
penjual mendapatkan pengetahuan temulawak dan kunyit, tetapi
tentang simplisia nabati secara turun- penyerapan sari makanan dapat ditahan
temurun keluarga atau kerabat. Namun oleh kulit kayu rapet dan jati belanda.
ada pula beberapa orang yang Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir
mendapatkan pengetahuan itu dari oleh temulawak dan kunyit sebagai
keikutsertaanya dalam kegiatan seminar pencahar, sehingga terjadi proses
atau simposium yang pernah dilakukan pelangsingan sedangkan proses
defakasi dan diuresis tetap berjalan lanjut mengenai potensi kandungan zat
sebagaimana biasa. berkhasiatnya.
Pengobatan menggunakan obat
tradisional memang tidak secepat
Daftar Pustaka
dengan obat modern. Waktu Anynomous. 2007a. Pangan Kesehatan
penyembuhannya lama karena bersifat Tanaman Obat.
konstruktif yaitu pengobatannya http://www.warintek.ristek.go.id/
dilakukan untuk memperbaiki bagian Pangan_Kesehatan/
yang terserang penyakit secara perlahan Tanaman_Obat/ resep/ resep.htm.
dengan menimbulkan efek samping Diakses tanggal 25 April 2008.
yang kecil. Namun dalam mengobati
Anynomous. 2007b. Jamu Iboe Produk
penyakit sebaiknya tidak mengandalkan
Kunir Putih. http://digilib. litbang.
hanya pada 1 metode saja karena
depkes. go.id/ g.php?id=jepkbkppk-
masing-masing ada kelebihan dan
gdl-res-2007-katno 1002 -
kekurangannya. Sehingga harus dilihat
adas84=kualitas. Diakses tanggal 25
dari segi kepentingan dan kebutuhannya
April 2008.
(Kartasapoetra, 1988).
Badan Litbang Kesehatan. 2005a. Obat
Simpulan Nabati Untuk Kesehatan..
http://www. kafka.
Berdasarkan hasil dan pemba- wb.id/indeks2.php?option=com_cont
hasan, maka dapat ditarik kesimpulan ent8do_18id=135. Diakses tanggal
sebagai berikut: 29 Desember 2007.
1. Jenis simplisia yang dimanfaatkan Badan Litbang Kesehatan. 2005b.
sebagai obat tradisional di eks Kotatip Pengobatan Tradisional Sebagai
Purwokerto adalah sebanyak 50 jenis Bahan Alternatif Harus Dilestarikan.
dari 26 suku. http: //digilib. litbang. depkes. go.
2. Kelimapuluh jenis simplisia memiliki id/g. php?id = jepkbppk-gdl-res-
manfaat yang bermacam-macam yaitu 2005- katno1002-adas 84=kualitas.
sebagai karminatif (peluruh gas dalam Diakses tanggal 29 Desember 2007.
perut), anti inflamasi (anti peradangan), Bank Sentral Republik Indonesia. 2005.
analgesik (pengurang rasa sakit), anti Budidaya Tanaman Bahan Jamu.
piretik (penurun panas), kholagogum http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/
(melancarkan pengeluran empedu ke 59_05. Pengunaan Obat
dalam duodenum), stomakik Tradisional. pdf/59 _ 05 _ P.html.
(meningkatkan nafsu makan), anti Diakses tanggal 29 Desember 2007.
spasmodik, kholeritik (meningkatkan
produksi empedu), antelmentik Bappeda Banyumas. 2005. Gambaran
(membunuh cacing), pelangsing dan Umum Wilayah Perencanaan Kota
tonikum (penyegar badan). Purwokerto. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah. Purwokerto.
Saran
Dalimartha. S. 2001. Atlas Tumbuhan
Berdasarkan hasil penelitian, saran Obat Indonesia Jilid 2. Trubus
yang dapat disampaikan adalah perlu Agiwidya. Jakarta
adanya langkah-langkah untuk
melestarikan keberadaan simplisia nabati Departemen Kesehatan Republik
dengan cara diadakan simposium atau Indonesia. 1977. Materia Medika
penyuluhan tentang cara pembuatan Jilid I. Direktorat Jenderal
simplisia nabati yang benar sehingga Pengawasan Obat dan Makanan.
diperoleh hasil yang bermutu tinggi dan Jakarta.
usaha menyelamatkan jenis-jenis simplisia Departemen Kesehatan Republik
yang terancam punah dengan cara Indonesia. 1978. Materia Medika
menanam atau membudidayakannya. Jilid II. Direktorat Jenderal
Selain itu, perlu diadakan penelitian lebih
Pengawasan Obat dan Makanan. Sulistiyani, Tatik Hadijati SU, Edi Yani MS.
Jakarta. 1988. Penyebaran Tumbuhan
Bawah Yang Berpotensi Sebagai
Departemen Kesehatan Republik
Tanaman Obat di Hutan Lereng
Indonesia. 1979. Materia Medika
Gunung Slamet Baturaden KPH
Jilid III. Direktorat Jenderal
Banyumas Timur. Laporan
Pengawasan Obat dan Makanan.
Penelitian (tidak dipublikasikan).
Jakarta.
Fakultas Biologi, Universitas
Departemen Kesehatan Republik Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Indonesia. 1980. Materia Medika
Tampubolon. O.T. 1981. Tumbuhan Obat
Jilid IV.Direktorat Jenderal
Bagi Pecinta Alam. Bhratara Karya
Pengawasan Obat dan Makanan.
Aksara. Jakarta.
Jakarta.
Thomas A.N.S. 1996. Tanaman Obat
Departemen Kesehatan Republik
Tradisional. Kanisius, Yogyakarta.
Indonesia. 1983. Pemanfaatan
Tanaman Obat. Direktorat Jenderal Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi
Pengawasan Obat dan Makanan. Tumbuhan Obat-obatan. Universitas
Jakarta. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Wijayakusuma, H.M.H., dan S Dalimartha.
Indonesia. 1985. Pemanfaatan 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di
Pekarangan Rumah Untuk Budidaya Indonesia Vol 1. Pustaka Kartini.
Tanaman Obat Keluarga. Edisi II Jakarta.
Cetakan ke-3. Direktorat Jenderal
Wiryowidagdo, S. 2006. Toksisitas
Pengawasan Obat dan Makanan.
Tumbuhan Obat. Majalah Herba. 44
Jakarta.
: 35-38.
Karyasari. 2007. Herba Indonesia.
Zakaria. F. R. 2005. Jahe Berpotensi
http://www. karyasari. wb. id/
Mencegah Infeksi Virus. http:www.
indeks2. php?optioan=com content8
Kompas.
do. Edisi April 2007. Diakses tanggal
Com.com/kirim_berita/print.cfm?nnu
5 Mei 2008.
m=82178. Diakses 24 Maret 2008.
Kloppenburg. J. 1983. Petunjuk Lengkap
Zuhud, E. A., M. Ekarelawan dan S.
Mengenai Tanam-tanaman di
Riswan. 1994. Hutan Tropika
Indonesia dan Khasiatnya Sebagai
Indonesia Sebagai Sumber
Obat Tradisionil Jilid II. C.D.R.S.
Keanaekaragaman Plasma Nutfah
Bethesda. Yogyakarta.
Tumbuhan Obat. Jurnal pelestarian
Kartasapoetra. A.G. 1988. Budidaya Pemanfaatan Keanekaragaman
Tanaman Berkhasiat Obat. Bina Tumbuhan Obat Hutan Tropika
Aksara. Jakarta. Indonesia. Jurusan Konservasi
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan
Nurhadiyati,M; Johan Sasa; Suratman;
Lembaga Alam Tropika Indonesia,
Sudiarto. 1985. Penelitian
Bogor.
Penanaman Obat di Sub DAS
Tuntang Bagian Hulu, Kabupaten
Semarang. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
Prastowo, H. 1979. Empon-empon. Duta
Rimba 34/V/ 1979. Perum
Perhutani, Jakarta.
Sarwono dan Setiadi. 2007. Tanaman
Obat Keluarga. Majalah Flona. PT
Samudra Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai