, Apt
Rabu, 28 october 2015
TANAMAN OBAT
Apakah dokter mau menggunakan tanaman sebagai obat (meresepkan untuk pasien)? Apa saja
yang menjadi pertimbangan dokter dalam meresepkan tanaman obat kepada pasien?
a. Apakah ada data ilmiahnya? Jadi tanaman obat tersebut apakah memiliki data ilmiah atau
evidence base medicine yang dapat dijadikan landasan dalam penerapan kepada pasien
b. Khasiatnya? Apakah tanaman obat itu benar dapat menyembuhkan suatu penyakit?
c. Zat aktifnya? Dokter terkadang tidak tahu zat aktif yang terkandung didalam obat.
d. Formulasinya?
e. Farmakokinetik? Dokter terkadang tidak tahu bagaimana cara kerja tanaman obat
sehingga ragu-ragu dalam meresepkan
f. Dosis? Dosis yang tepat dalam penggunaan tanaman obat terkadang masih tidak jelas tidak
seperti obat yang dipasaran yang telah diketahui dosis efektifnya.
g. Toksisitas? Apakah ada zat toksis yang terkandung atau efek samping penggunaan.
Indonesia memiliki sumber daya alam tanaman obat yang potensial. Tanaman obat dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk penelitian, misalnya dengan melakukan: isolasi, identifikasi,
uji aktivitas farmakologi, mikrobiologi, parasitologi, penuntun penemuan obat-obat modern, dan
lain-lain.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri,
duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata) Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
perliharalah kami dari siksa neraka
(QS. Ali Imran, 190-191)
INDONESIA merupakan Mega Senter Keanekaragaman Hayati Dunia. Terdapat 30.000 jenis
tumbuhan dan 7.000 di anta-ranya berkhasiat obat. Indonesia juga kaya akan tanaman obat, tetapi
belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan di Amerika Serikat sendiri devisa untuk biota laut
yang digunakan sebagai sumber bahan obat sebesar US$ 40 M/th. Tanaman obat dikonsumsi
masyarakat dalam bentuk sediaan tradisional (jamu).Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan
jamu sebagai obat, yaitu adanya beberapa bahan alam dalam satu racikan yang belum diketahui
kandungan zat aktif dan aktivitasnya maupun interaksi satu dengan lainnya, disamping dosis
yang tidak terjamin ketepatannya.
• “Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka, maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui”
(QS. Yaasiin, ayat 36)
Setiap penyakit ada obatnya, ada pasangan-nya. Pasangan itu berasal dari tanaman yang
ditumbuhkan oleh bumi.
Pasangan itu ada dalam dirinya
Endorfin, yaitu morfin yang ada dalam tubuh kita yang disebut dengan agonis endogenous.
Allah menciptakan mofin dalam tubuh kita untuk mengobati rasa sakit yang kita derita
Pasangan yang tidak kita ketahui
Adalah tugas manusia untuk mencari dan mengembangkan apa-apa yang sudah disediakan
Allah.
• Kloroquin
Penyakit malaria tertiana dapat disembuhkan dengan batang tanaman yang dikenal
sebagai chinchona bark. Alkaloid quinine dapat diisolasi dari chinchona bark yang dalam
perkem-bangan berikutnya dapat disintesa senyawa-senyawa turunan dari quinine, antara
lain kloroquin dan pamaquin
• Kunyit (Curcuma Domestica)
Kunyit, sangat banyak manfaatnya. Sebagai
bumbu masak, kosmetika, maupun sebagai
komponen pada sebagian besar jamu yang
diproduksi di Indonesia. Kurkumin, senyawa
aktif pada kunyit berhasil diisolasi pada tahun
1870, mempu-nyai aktivitas yang luas sebagai
antioksi-dan, antihepatotoksik, antiinflamasi
(yang lebih tinggi aktivitasnya daripada
fenilbutason), dan sebagai antirematik
Cara Pengolahan Tanaman Obat
• Simplisia: adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.
• Serbuk: merupakan sediaan halus, diproduksi oleh industri rumah tangga, industri kecil
obat tradisional, dan pabrik jamu.
• Sediaan galenik: dibuat dengan menyari zat aktif dengan pelarut cair. Merupakan sediaan
cairan yang diolah lebih lanjut menjadi serbuk, pil, atau bentuk yang lain.
Bismillahirrohmanirrohim
Jangan lupa berdoa sebelum belajar yaa, soalnya materi ini banyak banget dongeng tentang
tanamannya, semoga nggak sedatif…
Pendahuluan
Bagian-bagian tumbuhan/tanaman:
a. Daun
b. Bunga
c. Buah mempunyai ciri-ciri tertentu untuk setiap spesies
d. Batang
e. Akar
Contoh :
Ciplukan (Physalis angulata)
Tanaman semak setinggi 30-80 cm, batang tegak, bersegi 4, berkayu, lunak, berwarna hijau.
Daun tunggal lonjong, berseling, namun bergelombang. Bunga tunggal, bentuk corong, di
ketiak daun, berbulu, kuning pucat. Buah bentuk lampion yang terbungkus kelopak. Biji bulat,
bentuk pipih, warna coklat.
Manfaat: mengobati Influenza, mengobati sakit tenggorokan, mengobati Batuk Rejan
(Pertusis).
Ciri-ciri tersebut harus diketahui dengan teliti dan benar supaya tidak keliru dengan spesies lain
terutama pada tanaman/ tumbuhan obat karena berbahaya jika keliru dengan spesies lain. Nah ada
perlu diingat nih:
- Jangan hanya menentukan suatu tanaman adalah sama hanya berdasarkan nama nama
tanaman berbeda-beda di tiap daerah
- Nama ilmiah lebih aman, karena sama di seluruh belahan dunia
Ciri-ciri suatu tanaman biasanya diberikan berdasar determinasi tanaman/ tumbuhan untuk
masing-masing spesies. Bagaimana deskripsi secara umum untuk tanaman tersebut, mulai dari
ukuran tanaman, bentuk dan susunan dari masing-masing bagian tanaman (ciri-ciri dari
keseluruhan bagian tanaman) tanaman yang 1 genus biasanya sangat mirip dan mungkin hanya
1 bagian kecil saja dari tumbuhan tersebut yang berbeda sehingga kemungkinan kelirunya besar.
Selain itu, Industri herbal, penjual jamu atau pengguna meramu dan mengkonsumsi sendiri
ramuannya menjadi tumbuhan obat segar atau simplisia, sehingga dibutuhkan pengetahuan
mengenai ciri tersebut.
Bahan baku dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu: memetik/memanen sendiri tanaman
yang dibudidayakan, mencari/memungut dari tumbuhan liar, atau membelinya dari
penjual/pemasok simplisia. Pada tanaman yang dibudidaya, maka keasliannya sudah diketahui
dengan baik. Sedangkan pada simplisia yang berasal dari tumbuhan liar/dibeli dari pemasok,
kadang tumb obat tersebut tercampur tumbuhan lain yang mirip ciri morfologinya, baik secara
sengaja atau tidak, bahkan dapat tertukar atau terjadi kekeliruan dengan tumbuhan lain.
Keliruan pengambilan tumbuhan obat dapat tjd karena :
kesamaan morfologi
nama yang hampir mirip
Hal ini seringkali menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kejadian yang tidak diinginkan, maka pemastian
keaslian tumbuhan sangatlah penting.
Tandan (raceme, racemus, botrys), yakni dengan bunga-bunga individual bertangkai tertancap
di sepanjang ibu tangkai bunga yang tak bercabang.
Bulir (spike, spica), tandan dengan bunga-bunga individual tak bertangkai (duduk).
Bunga cawan (corymb, corymbus), tandan dengan kuntum-kuntum bunga yang tangkainya
bervariasi panjangnya, sedemikian sehingga permukaan atas bunga majemuknya mendatar
atau agak menggembung.
Bunga payung (umbel, umbella), tandan dengan ibu tangkai bunga yang pendek dan seberkas
kuntum bunga yang tangkai-tangkainya muncul dari ketinggian yang sama.
Tongkol (spadix), bulir dengan ibu tangkai yang menggembung; bunga-bunga duduk
berjejalan, biasanya terlindungi atau dilengkapi dengan seludang. Misalnya suku keladi/talas-
talasan (Araceae), atau jagung (Zea mays).
Bongkol (capitulum), tandan atau tongkol yang mengerut, bunga-bunga terangkai serupa
bola. Contohnya bunga petai dan kerabatnya (Mimosoideae). Variasi dari bongkol adalah
bunga piringan (anthodium) pada Compositae, dengan bunga-bunga tabung di bagian tengah
dan bunga-bunga pita di tepinya.
Untai (catkin, ament, amentum), bulir menggantung yang berisi bunga-bunga berkelamin
tunggal seperti pada lada (Piper nigrum) atau sirih (P. betle).
BATANG
Batang tanaman dibedakan berdasarkan berbagai hal, diantaranya:
- Berkayu/tidak
- Konsistensi batang keras/tidak
- Batang tersebut basah/kering
- Bercabang/tidak; Cabang banyak/sedikit
- Permukaan : kasar, halus, atau berduri
- Warna: coklat, hijau, dll
- Sifat batangnya tegak atau menjulur
- Ukuran batangnya tinggi/rendah, diameternya besar/kecil
AKAR
- Tunggang/serabut/umbi
- Warna: putih, coklat
BUAH
- Bentuk: bulat, lonjong, seperti lonceng, - Tunggal/majemuk
dll - Ukuran
- Warna - Permukaan kulit
- Letak - Biji
Tanaman obat yang digunakan di Indonesia banyak sekali, berasal dari berbagai familia tumbuhan.
Bagian yang digunakan dapat berupa umbi, akar, daun, bunga, buah, biji, batang. Contoh tanaman
obat yang sudah sering didengar:
- Golongan rempah-rempah: temulawak, kunyit, kencur
- Goongan sayuran: seledri, wortel
- Golongan buah: belimbing, apel
- Golongan lain: kayu putih
Tapak Dara
Sinonim : Lochnera rosea, Reich. Vinca rosea,
Linn. Ammoallis rosea, Small.
Familia : Apocynaceae
Uraian : Biasanya menjadi tanaman hias dengan
warna bunganya, yaitu putih dan merah (ada juga
yang ungu). Semak tegak, ketinggian batang
sampai dengan 100 cm, tumbuhan liar yang biasa
tumbuh subur di padang atau dipedesaan
beriklim tropis.
Ciri-ciri tumbuhan: batang berbentuk bulat, berdiameter kecil, berkayu, beruas dan bercabang,
serta berambut. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, dan berwarna hijau. Bunganya
menyerupai terompet dengan permukaan berbulu halus. Rumah biji berbentuk silindris
menggantung pada batang. Penyebaran tumbuhan ini melalui biji.
Nama Lokal: Perwinkle (Inggris), Chang Chun Hua (Cina); Keminting Cina, Rumput Jalang
(Malaysia); Tapak Dara (Indonesia), Kembang Sari Cina (Jawa); Kembang Tembaga Beureum
(Sunda).
Penyakit Yang Dapat Diobati:
Diabetes, Hipertensi, Leukimia, Asma, Bronkhitis, Demam, Radang Perut, Disentri, Kurang
darah, Gondong, Bisul, Borok, Luka Bakar, Luka baru, Bengkak.
Komposisi : dari akar, batang, daun hingga bunga Tapak dara mengandung unsur-unsur zat
kimiawi yang bermanfaat untuk pengobatan. Antara lain vinkristin, vinrosidin, vinblastin dan
vinleurosin merupakan kandungan komposisi zat alkaloid dari tapakdara.
Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
Sinonim: E officinale, All. = Anethum
foeniculum, Linn.
Familia: Apiaccae (Umbelliferae)
Uraian : Telah dibudidayakan sebagai
tanarnan bumbu atau tanaman obat. Hidup di
dataran rendah sampai dengan 1.800 m dpl,
optimal pada dataran tinggi. Berasal dari Eropa
Selatan dan Asia, dan kemudian banyak
ditanam di Indonesia, India, Argentina, Eropa,
dan Jepang.
Ciri tumbuhan: tinggi 50 cm - 2 m, tumbuh merumpun (terdiri dari 3 - 5 batang). Batang hijau
kebiru-biruan, beralur, beruas, berlubang, bila mekar baunya wangi. Letak daun berseling,
majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-sirip yang sempit, bentuk jarum, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, berseludang warna putih, seludang berselaput dengan bagian atasnya
berbentuk topi. Bunga tersusun payung majemuk dengan 6 - 40 gagang bunga, panjang ibu
gagang bunga 5 - 1 0 cm, panjang gagang bunga 2 - 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar
dari ujung batang.
Buah lonjong, berusuk, panjang 6 - 10 mm, lebar 3 - 4 mm, masih muda hijau setelah tua
cokelat agak hijau atau cokelat agak kuning sampai sepenuhnya cokelat. Warna buah bisa
berbeda-beda tergantung negara asalnya. Buah masak mempunyai bau khas aromatik, rasanya
seperti kamfer. Adas menghasilkan minyak adas, hasil sulingan serbuk buah adas yang masak
& kering. Ada dua macam minyak adas, manis dan pahit. Keduanya, digunakan dalam industri
obat-obatan. Adas juga dipakai untuk bumbu, atau digunakan sebagai bahan yang
memperbaiki rasa (corrigentia saporis) dan mengharumkan ramuan obat. Biasanya adas
digunakan bersama-sama dengan kulit batang pulosari. Daunnya bisa dimakan sebagai
sayuran. Perbanyakan dengan biji atau dengan memisahkan anak tanaman.
Nama Lokal: Hades (Sunda), adas, adas londa, adas landi (Jawa),; Adhas (Madura), adas (Bali),
wala wunga (Sumba).; Das pedas (Aceh), adas, adas pedas (melayu).; Adeh, manih
(Minangkabau). paapang, paampas (Menado).; Popoas (Alfuru), denggu-denggu
(Gorontalo),; Papaato (Buol), porotomo (Baree). kumpasi (Sangir Talaud).; Adasa, rempasu
(Makasar), adase (Bugis).; Hsiao hui (China), phong karee, mellet karee (Thailand),; Jintan
Manis (Malaysia). barisaunf, madhurika (Ind./Pak.).; Fennel, commaon fennel, sweet fennel,
fenkel, spigel (I).
Penyakit Yang Dapat Diobati:
Sakit perut (mulas), perut kembung, mual, muntah, ASI sedikit, diare, sakit kuning (jaundice),
kurang nafsu makan, batuk, sesak napas (Asma), nyeri haid, haid tidak tertur, rematik goat,
susah tidur (insomnia), buah pelir turun (orchidoptosis), kolik, usus turun ke lipat paha (hernia
inguinalis), batu empedu, pembengkakan saluran sperma (epididimis), penimbunan cairan
dalam kantung buah zakar (hiodrokel testis), keracunan tumbuhan obat atau jamur,
meningkatkan penglihatan.
Komposisi:
- Buah : buah masak mengandung bau aromatik, rasa sedikit manis, pedas, hangat, masuk
meridian hati, ginjal, limpa, dan lambung.
- Daun: berbau aromatik Minyak dari buah : minyak adas (fennel oil).
- KANDUNGAN KIMIA : Adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 1 - 6%, mengandung
50 - 60% anetol, lebih kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol,
anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak. Kandungan anetol yang menyebabkan adas
mengeluarkan aroma yang khas dan berkhasiat karminatif.
- Akar mengandung bergapten.
- Akar dan biji mengandung stigmasterin (serposterin).
- Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian:
1. Komponen aktifnya, anisaldehida, meningkatkan khasiat streptomycin untuk pengobatan
TBC pada tikus percobaan.
2. Meningkatkan peristaltik saluran cerna dan merangsang pengeluaran kentut (flatus).
3. Menghilangkan dingin dan dahak.
4. Minyak adas yang mengandung anetol, fenkon, chavicol, dan anisaldehid berkhasiat
menyejukkan saluran cerna dan bekerja menyerupai perangsang napsu makan.
5. Dari satu penelitian pada manusia dewasa, diternukan bahwa adas mempunyai efek
menghancurkan batu ginjal.
6. Pada percobaan binatang, ekstrak dari rebusan daun adas dapat menurunkan tekanan
darah. Namun, pengolahan cara lain tidak menunjukkan khasiat ini.
Ciri-ciri tumbuhan:
- Tumbuhan menahun, batang percabangan liar, tumbuh memanjat; rnelilit, atau melata
dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari
pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu.
- Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung
runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah
berbintik-bintik, panjang 8,5 - 30 cm, lebar 3 - 13 cm, hijau.
- Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit
merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina.
- Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak
mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2 - 7 cm, garis tengah 4 - 8
mm, bertangkai panjang, masih muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna
berturut-turut menjadi kuning gading dan akhirnya menjadi merah, lunak dan manis.
- Biji bulat pipih, keras, cokelat kehitaman.
- Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
Nama Lokal: Cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, c. sula (Jawa),; Cabhi jhamo, cabe
ongghu, cabe solah (Madura).; Lada panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera).; Cabia
(Makasar)
Penyakit Yang Dapat Diobati:
Kejang perut, muntah, perut kembung, mulas, disentri, diare, sukar buang air besar, sakit
kepala, sakit gigi, batuk, demam, hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan,
neurasthenia, tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik goat, tidak hamil: rahim
dingin, membersihkan rahim, badan lemah, stroke, nyeri pinggang, kejang perut.
Sifat Kimiawi Dan Efek Farmakologis:
Buah rasanya pedas dan panas, masuk meridian limpa dan lambung. Akar cabe jawa pedas dan
hangat rasanya.
Kandungan Kimia: Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids,
tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri,
isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik,
analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar mengandung piperine,
piplartine, dan piperlonguniinine.
Uji klinik
Asam lemak
lipid trigliserida
fosfolipid
Alkaloid
“alkaloid” (alkali-like)
Senyawa heterosiklik mengandung N, bersifat basa yang berasal dari tanaman dan
mempunyai aktivitas fisiologi tertentu
Terpenoid
Istilah ‘terpene’ diberikan kepada senyawa-senyawa yang diisolasi dariterpentin
(padaawalnya). Kemudianistilahmeluaspadasemuatanaman yang mengandung:
Flavonoid
Merupakan senyawa fenol terbanyak ditemukan di alam.
Merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning.
Kerangka dasar terdiri atas 15 atom karbon yang membentuk susunan C6-C3-C6.
Tanin
Tannins are "phenolic natural products that precipitate proteins from their aqueous
solutions".
2. Ketepatan dosis
Kunyitdosis kecil obat maag, dosis besar memacu maag
Seledri> 2 genggam dibuat jus sekali minum
Ketimun> 2 buah besar, diperas, diminumtensi drop, shock
Gambir> 1 ibujari – anti diarekonstipasi
Kunyit Seledri
Gambir
Clerodendrontomentosum(Segunggu)
5. Menghindari penyalahgunaan
Jamu terlambat bulan, haid tidak teratur,
Jamu plunturuntuk pengguguran
Bayi cacat, ibu infertil, infeksi, kematian
Pencampuran bahan kimia sintetis
Jamu masuk angin + asetosalperdarahan lambung
Jamu pegel linu +Fenilbutason, Deksametason, Prednison Moonface,
Osteoporosis
6. Keamanan bahan
Daun tapak darapenurunan leukosit
Keji belingdiuretika kuatiritasi
Mimbanyeri di persendian
Digitalis, Oleander tonika jantung
Mimba Digitalis
3. EFEK KOMPLEMENTER
Thymus vulgaris (Herba Timi)
Minyak atsiri (timol, karvakrol, dll) Anti mikrob & Ekspektoran/ pengencer
dahak
Flavon polimetoksiSpasmolitik – penekan batuk
Guazu maulmifolia(Daun Jati belanda)
MucilagoMengembang di lambung – Menekan nafsu makan
TaninMenghambat absorpsi lemak. Alkaloid – Menghambat enzim lipase
4. EFEK SINERGISME
Orthosiphonsp (Kumis kucing)
Garam kalium
Flavonoid Diuretika
Zingiberofficinale(Jahe)
Gingerol (Zatpedas) Anti mual (rasa)
MinyakatsiriAnti mual (bau)
5. EFEK KONTRAINDIKASI
Rheum palmatum (Kelembak)
Antrakinon – Laksansia
Tanin – Anti diare
Curcuma xanthorrhiza (Temulawak)
Kurkuminoid – Menurunkan kolesterol
Minyak atsiri – Menambah nafsu makan
Hazard /cemaran
Adalah suatu agen atau kondisi biologis, kimiawi ataupun fisik dalam makanan yang
berpotensi menimbulkan dampak merugikan kesehatan. Beberapa macam hazard, meliputi:
a. Hazard Biologis
Berupa mikroorganisme patogen dan keberadaannya dalam banyak produk
menimbulkan bahaya terbesar bagi konsumen. Perlu tindakan pengendalian dan
pencegahan yang tepat.
b. Hazard Kimiawi
Kontaminasi zat kimia pada bahan makanan dapat terjadi melalui ingredien, saat
produksi, selama distribusi, penyimpanan. Dampak pada konsumen: jangka pendek
(alergi), jangka panjang (karsinogenik , teratogenik).
1. Bahan mentah : pestisida/ hebisida, racun (alami , dihsilkan mikroba, alergen,
antibiotik, residu hormon dan logam berat.
2. Proses produksi : agens pembersih, pelumas, zat pendingin, zat kimia pengendali
hama, toksin dan alergen.
3. Kemasan : bahan plastik dan zat aditif, tinta, zat perekat, peluruhan logam
c. Hazard fisik
Hazard fisik merupakan zat atau benda asing yang dapat mengkontaminasi bahan
makanan saat berlangsungnya produksi, contohnya:
1. Sesuatu yang tajam dan menyebabkan nyeri dan cedera: serpihan kayu, pecahan
gelas.
2. Sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan gigi yang parah:logam, batu.
3. Sesuatu yang dapat menyebabkan tersedak: tulang, plastik.
CEMARAN MIKROBA
Cemaran mikroba dapat diakibatkan karena hasil kontaminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumber pencemaran (tanah, udara, debu, air, saluran pencernaan, saluran
pernafasan dll). Hanya beberapa yang berperan sebagai sumber mikroba awal. Misal dari tanah,
ketika memanen tanaman tidak dibersihkan dengan benar, atau dari udara pada saat pengeringan.
Populasi mikroba pada herbal sangat spesifik, yatu berdasarkan jenis bahan, kondisi lingkungan,
cara penyimpanan yang memenuhi syarat.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, antara lain :
A. Intrinsik (sifat fisik, kimia, struktur yang dimiliki bahan)
1. Kandungan nutrisi, meliputi : air, energi, karbon, nitrogen, mineral dll)
2. pH:
pH optimal : 6,5 – 7,5
pH asam :bakteri tahan asam
pH basa : Vibrio (kadar garam tinggi)
pH 4-5 : ragi ( contoh : saccaromises)
pH 5-7 : jamur
3. Aktivitas air (aw) atau kadar air yang terdapat pada sediaan tersebut
optimal aw : 0,9-0,97
ragi aw :0,87-0,91
jamur aw :0,8-0,91
4. Potensial oksidasi reduksi: aerob, anaerob.
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, mikroorganisme dibagi atas 4 kelompok
yaitu :
Aerob ( mutlak membutuhkan oksigen)
Mikroaerofilik ( membutuhkan 75% oksigen)
Fakultatif anaerob ( dapat hidup tanpa oksigen maupun dengan oksigen)
Obligat anaerob ( sama sekali tidak membutuhkan oksigen).
Pada obligat anaerob tidak mempunyai system sitokrom sehingga oksigen tidak
dapat diubah menjadi radikal yeng bersifat toksik.
5. Senyawa antimikroba: minyak atsiri, tanin, eugenol dll.
Merupakan senyawa antibody bagi tanaman, semakin banyak banyak kandungan zat-zat
tersebut pada tumbuhan maka tumbuhan tumbuhan tersebut semakin berkhasiat. Namun
kandungan minyak atsiri dalam tanaman sedikit sehingga sulit di isolasi di Indonesia karena
untuk mengisolasinya harus menggunakan alat-alat tertentu yang belum terdapat di
Indonesia, dan ini merupakan salah satu kendala.
B. Ekstrinsik
1. Suhu : thermofil, mesofil, psikrofil
- Termofil : 55-75°C ( kebal terhadap bakteri yang membentuk spora, contohnya bakteri
bacillus dan clostridia)
- Mesofil : 30-37°C ( pertumbuhan kuman pathogen)
- Psikrofil : 12-15°C (bahan yang dibekukan)
2. Kelembaban udara: berhubungan dengan nilai aw.
a. Faktor pengolahan, meliputi:
- Pengeringan dengan sinar matahari (semakin kering, semakin sedikit kuman yang
mengkontaminasi),
- Air scrubby,
- Penggilingan (meningkatkan suhu),
- Radiasi dg sinar gama
- Fumigasi dng etilen oksida
b. Proses Produksi, meliputi :
- Penyimpanan
- Distribusi
- Pengemasan, dll.
TOKSIN
Dihasilkan bakteri gram positif dan negative, Ada 2 jenis, yaitu: eksotoksin dan endotoksin.
1. Eksotoksin: dihasilkan oleh kuman yang hidup
Contoh : botulinin, tetanopasmin, shiga toksin (neurotoksin), kolera, stafilokoki
(enterotoksin) dapat menyebabkan diare.
Cara kerja: sitolitik, hemolitik
2. Endotoksin :dihasilkan ketika bakteri telah lisis atau mati. Diproduksi oleh kuman gram
negatif.
- Cara kerja: emetik, pirogenik
MIKOTOKSIN
Dihasilkan oleh jamur: Aspergillus, Penicillium. Contohnya :
1. Aflatoksin (paling sering ditemukan)
- Dihasilkan oleh Aspergillus flavus, A.nomius
- Sifat toksigenik: beracun, karsinogenik (Ca hepatoseluler), teratogenik, mutagenik.
- Gejala: demam, muntah, diare, koma, degenerasi lipid di liver, jantung, ginjal
2. Okratoksin
- Dihasilkan oleh jamur Aspergillus ochraceus
- Sifat toksigenik: pembengkakan hati, kerusakan struktur mitokondria, perubahan
retikulum endoplasma.
3. Sterigmatosistin
- Dihasilkan oleh Aspergillus versicolor
- Sifat toksigenik, karsinogenik, kanker hati, gangguan ginjal
4. Sitrinin
- Dihasilkan oleh Penicillium citrinum
- Sifat toksigenik: degenerasi & nekrosis epitel saluran ginjal
5. Rubratoksin
- Dihasilkan oleh Penicillium rubrum
- Sifat toksigenik: kerusakan hati
RESIDU PESTISIDA DAN LOGAM BERAT
Bahan beracun dan berbahaya (limbah B3) merupakan sisa-sisa hasil pembakaran BBM,
limbah industri, pertanian, yg mencemari air, tanah, udara. Efeknya dapat menurunkan pH (asam).
Limbah B3 pd kondisi asam akan tersuspensi menjadi mikromolekul di tanah dan bila diserap
tanaman akan terakumulasi di jaringan tanaman obat.
Pada materi ini kita akan membahas tentang cara pembuatan sediaan herbal yang baik dan
benar. Selain itu, dari materi ini juga diharapkan kita dapat menjelaskan cara pembuatan sedian
herbal dan menjelaskan aspek-aspek dalam cara pembuatan obat tradisional yang baik.
Pentingnya Identifikasi
Identifikasi ini sangatlah penting dilakukan sebelum pembuatan sediaan herbal. Hal ini
diperlukan agar kita dapat menggunakan bahan baku pembuatan herbal yang tepat. Banyak jenis
bahan baku tumbuhan herbal yang hamper mirip baik nama maupun morfologi dari tumbuhan
tersebut. Maka dari itu identifikasi sangat perlu dilakukan agar herbal yang kita buat tidak salah
bahan baku. Contoh pentingnya identifikasi, yaitu:
a. Lempuyang emprit (Zingiber amaricans) memiliki bentuk yang relatif lebih kecil,
berwarna kuning dengan rasa yang pahit.
b. Jenis yang kedua adalah lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk
lebih besar dan berwarna kuning dan berkhasiat sebagai penambah nafsu makan.
c. Jenis yang ketiga adalah lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang memiliki
warna agak putih dan berbau harum. Berkhasiat sebagai pelangsing
Ekstrak
Sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan.
Metode ekstraksi
Infundasi Perkolasi
Maserasi Alat soxhlet
Standarisasi ekstrak
Mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak
Parameter non spesifik dan parameter spesifik
Parameter ekstrak
1) Parameter non spesifik
Susut pengeringan dan bobot jenis
Parameter susut pengeringan
Parameter bobot jenis
Kadar air Residu pestisida
Kadar abu Cemaran logam berat
Sisa pelarut Cemaran mikroba
2) Parameter spesifik
Identitas Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Organoleptik Uji kandungan kimia ekstrak
3) Industri obat tradisional : industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset
diatas Rp 600 juta tidak termasuk harga tanah & bangunan
4) Industri kecil obat tradisional : aset < Rp 600 juta.
Meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan OT yang bertujuan untuk menjamin
agar produk yabg dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Dibawah ini
merupakan bagan yang memperlihatkan tahap pembuatan sediaan herbal/OT:
Aspek dalam CPOTB
1. Personalia
2. Bangunan bangunan dan ruangan
3. Peralatan
Persyaratan umum
Jenis peralatan
Persyaratan peralatan
Peralatan laboratorium
i. Minimal punya :
1. Timbangan gram dan miligram 5. Bahan kimia sesuai kebutuhan
2. Mikroskop & perlengkapannya 6. Buku-buku referensi yang ditetapkan
3. Alat gelas sesuai keperluan Menkes
4. Lampu spiritus
ii. punya peralatan pengujian sesuai bentuk obat yang dibuat
4. Sanitasi dan hygiene
5. Pengolahan dan pengemasan
a) Bahan baku dan pengemas e) Penimbangan dan penyerahan
b) Validasi proses f) Pengolahan
c) Pencemaran g) Pengemasan
d) Nomor kode produksi h) Penyimpanan
6. Pengawasan mutu
7. Inspeksi diri
Untuk menilai semua aspek, mulai dari pengadaan bahan sampai dengan
pengemasan
lnspeksi diri secara berkala harus dilakukan agar seluruh rangkaian pembuatan
selalu memenuhi CPOTB.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pembuatan harus diperbaiki.
8. Dokumentasi
lnstruksi yang menyangkut pembuatan obat tradisional harus dilakukan secara
tertulis dengan jelas
Sistem dokumentasi harus dapat menggambarkan riwayat lengkap setiap tahap
kegiatan sehingga dapat ditelusuri kembali produk dari setiap batch yang
dikehendak.
9. Penanganan terhadap hasil pengamatan produk diperedaran
Keluhan dan laporan masyarakat yang menyangkut keamanan mutu dan hal-hal
lain yg merugikan atau menimbulkan masalah harus diperiksa dan dievaluasi serta
ditindaklanjuti.
Obat Tradisional yg terbukti menimbulkan efek samping yg merugikan atau mutu
dan keamanannya tidak memadai lagi harus ditarik dari peredaran dan
dimusnahkan.
Sampai dengan akhir Desember 2004 tercatat 1036 industri OT berizin yang terdiri
dari 907 IKOT dan 129 IOT. Dari jumlah industri OT tersebut sebanyak 45 industri OT
menggunakan fasilitas industri farmasi. Dari 907 IKOT sebanyak 35,4 % dapat
digolongkan sebagai industri rumah tangga.
Dari 1036 industri OT tersebut baru 12 industri OT yang mendapatkan Sertifikat
CPOTB dan 47 industri menggunakan fasilitas CPOB. Jadi baru 59 industri OT (5,7%)
yang telah menerapkan GMP.
Industri OT, terutama kelompok jamu masih sangat kurang memperhatikan dan
memanfaatkan hasil penelitian ilmiah dalam pengembangan produk dan pasar.
Selain itu, saat ini banyak beredar produk instant, seperti: Jahe, jahe merah, secang, kunyit, kunyit
putih, temulawak, pace, dll. Ada pula yang dalam bentuk kapsul, seperti: pace kapsul, kunyit putih
kapsul, dsb.
Hasil industri tanaman obat asli Indonesia dalam bentuk simplisia dan minyak atsiri telah banyak
dimanfaatkan oleh negara maju sebagai bahan baku obat. Di sektor industri obat asli Indonesia
saat ini terdapat 810 perusahaan yang mencakup 87 buah Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT),
dengan omset penjualan (hanya) berkisar Rp. 900 milyar. Sangat kecil dibanding dengan negara
lain seperti Cina, Perancis, Jerman, dan negara lain di Eropa.
Berikut ini kendala yang mengakibatkan hal tersebut:
• Budidaya tanaman
• Proses produksi
• Pengembangan produk dan pemasaran
• Penyediaan bahan baku tidak seimbang dengan kebutuhan
• Ketidakseragaman mutu tanah, berdampak pada ketidakseragaman mutu produk
• Belum diterapkan iptek kefarmasian dalam proses produksi
• Minimnya dukungan penelitian, dll
Pembuatan produk tanaman obat oleh industri rumah maupun industri besar pada prinsipnya
sama. Hanya peralatan dan kapasitasnya yang berbeda, Misalnya proses pencucian pada industri
rumah lebih sederhana, sementara industri besar dengan alat-alat khusus.
Pemasaran jamu
• Bentuk Produk Jamu: Instant, Capsul, Serbuk, dan Celup
• Banyak pengguna Produsen laris Pedagang empon-empon laris Petani
berpenghasilan tinggi Budidaya berkembang Ekspor dapat ditingkatkan
• Untuk itu perlu adanya jalinan kerjasama, seperti berikut:
Petani Penyedia bahan baku
Perguruan Tinggi Suntikan dana, Penelitian
Masyarakat luas Publikasi
Industri Jamu Memproduksi, Memasarkan
Dokter dan Petugas Kesehatan meresepkan
Sebagai pembersih racun dalam tubuh, memelihara kulit tetap sehat dan halus (juga kulit kepala
dan rambut tetap sehat), penghilang rasa nyeri, stimulan, obat encok, gangguan pencernaan,
alergi, menurunkan tekanan darah, diabetes, anti virus, dll.
Produk dari salah satu Industri Kecil Obat Tradisional (perusahaannya Prof. Nurfina, Semoga
menginspirasi )
TIPINUR
Membantu penyembuhan typus
DEBENUR
Membantu penyembuhan demam berdarah
SLIMINGNUR
Membantu melangsingkan badan
STAMINUR
Membantu meningkatkan stamina
Jadikanlah Jamu sebagai Raja di Negeri sendiri dan menjadi Tamu Terhormat di Negeri orang
Kemana-mana bawa jamu dengan jamu dapat kemana-mana
Bismillahirrohmanirrohim...
Proses Terapeutik
Sebagai tenaga medis, seorang dokter dalam menjalankan profesinya harus memegang kaidah
ilmiah dan kaidah etik. Hal itu juga berlaku saat seorang dokter memilih terapi untuk pasiennya.
Pemilihan terapi tersebut harus memilik bukti ilmiah. Terlepas dari hasil pengobatan yang baik atau
buruk, penggunaan obat yang kurang memiliki bukti ilmiah dianggap sebagai pelanggaran kaidah
etik.
Sehingga dalam pelaksanaanya, obat yang digunakan dalam proses terapeutik harus berdasarkan
bukti, bukti bahwa terapi atau obat yang digunakan :
- Aman
- Efektif dan memiliki efikasi (manjur)
*Bukti tersebut didapatkan dari penelitian ilmiah
Penelitian Obat
Penelitian Preklinik
– penelitian farmakologi
– penelitian toksikologi
– penelitian farmasi (pharmaceutical)
Penelitian klinik (Clinical Trial)
– Fase 1, 2 dan 3
Postmarketing surveillance (Pengawasan setelah obat beredar di masyarakat)
– fase 4 (penelitian klinik)
Lalu Bagaimana dengan Obat Tradisional atau Herbal ?
Ada beberapa obat konvensional yang diproduksi dari tanaman herbal, seperti:
1. Atropin
Berasal dari tanaman Atropa belladona
2. Digoxin
Berasal dari tanaman Digitalis
3. Morfin (produk asetilasi berupa heroin) dan Kodein
Berasal dari getah opium buah muda tanaman Papaverin somniferum
Obat Herbal dan Penggunaannya pada Terapi Penyakit dan Gangguan lainnya
Uricosuria (pengeluaran
asam urat atau asam urat
Efek diuresis dimungkinkan dalam urin)
karena inhibsi absorbsi Na
Bukti klinis yang memuat tentang keamanan, efektivitas, dan efikasi obat herbal sangat diperlukan
dalam praktik pengobatan dengan obat herbal. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang lebih
intensif terhadap obat herbal tersebut. Hal ini juga diperlukan untuk menindaklanjuti penelitian
praklinik yang telah banyak dilakukan sebelumnya. Saat ini uji klinik sangat jarang dilakukan, dan
kebanyakan hanya pada fase 1 atau 2 dari tahapan uji klinik, jarang yang melakukan hingga fase 3.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
- Kendala biaya yang mahal
- Fasilitas yang digunakan (laboratorium, rumah sakit, dan kandang hewan) harus
mempunyai kelengkapan yang baik
- Ahli yang berkompetensi
- Waktu yang digunakan
Obat herbal dapat digunakan, jika sudah mempunyai bukti klinis yang menunjukkan, bahwa:
1. Obat tersebut tidak menimbulkan efek toksik (aman saat digunakan)
2. Obat tersebut menunjukkan efek yang diinginkan baik pada hewan percobaan dan
percobaan klinis
3. Obat tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik (baik dari efikasinya maupun efek
toksiknya) dari obat konvensional dapat digunakan pada beberapa kondisi atau
penyakit yang belum mempunyai obat standar.
Alhamdulillah
SAFETY STUDIES OF HERBAL MEDICINE
Prof . Dr. dr. Ngatidjan, M.Sc, Sp.FK(K)
Sabtu, 24 Oktober 2015
Yang diobservasi :
1. Gejala dan tanda keracunan
2. Jumlah hewan yang mati
3. Jika mati segera autopsi (dalam waktu <1 jam)
4. Pemeriksaan secara histopatologi
2. Tes Karsinogenik
3. Tes Mutagenik. 2 tes tersebut dapat diamati dari pertumbuhan sel biakannya.
e. Evaluasi Farmakologi
Kualitas : konsistensi, stabilitas, kemurnian, kontaminasi, persiapan
Clinical Trial pada obat Herbal
Fakta dari Obat herbal adalah :
Sebagian besar uji tidak menunjukkan obat herbal mempunyai efek toksik
Banyak uji menunjukkan obat herbal mempunyai efek yang diharapkan
Tapi hanya sedikit dari banyak obat herbal yang dapat menjadi fitofarmaka
Hal di atas dikarenakan obat-obat herbal masih sedikit bukti klinisnya
Suatu pelayanan disebut Praktik Klinik yang baik (Good Clinical Practice/GCP) jika
memenuhi:
Memenuhi syarat dari IRB (Institutional Review Board) -sejenis dengan Komite Etik di
Indonesia-
Peneliti memenuhi syarat (berkualifikasi)
Subjek penelitian juga memenuhi syarat
Prosedur yang dipakai berdasarkan peraturan yang benar
Sponsor/pendukung melaksanakan tugasnya dengan baik
Thalidomide (Contergan®)
tahun 1956
tidak lengkap), dan menyebabkan lahirnya bayi dengan malformasi sebanyak 7000- 10.000 bayi di
tahun 1961.
Tabel di bawah ini menunjukkan organ mana sajakah yang akan terganggu jika diberikan obat-obat
teratogenic sesuai umur kehamilannya
Prof . Dr. dr. Ngatidjan, M.Sc, Sp.FK(K)
Sabtu, 24 Oktober 2015
PERKEMBANGAN OBAT :
1. Drug inventional approach
2. Preclinical study
3. Clinical study (trial)
4. Production (market) and usage
5. Postmarketing surveilance
B. UJI PRAKLINIS
1. Uji Farmakologi (farmakodinamik dan farmakokinetik)
Untuk mengetahui efek farmakologi yang diinginkan dan tidak diinginkan.
Untuk mengetahui kinetika senyawa aktif (s) dalam tubuh.
2. Uji Farmasi (eksperimen farmasi)
Untuk mengeksplorasi setiap yang tidak diinginkan / efek toksikologi senyawa aktif.
3. Uji Toksikologi (toxicodynamics dan toxicokinetics studi)
Untuk mengeksplorasi setiap yang tidak diinginkan / efek toksikologi senyawa aktif.
1. UJI FARMAKOLOGI
a. Uji Farmakodinamik
Untuk mengeksplorasi dan memahami efek yang diinginkan dan tidak diinginkan
dari obat herbal yang diuji, situs dan mekanisme aksinya.
Hanya dapat dilakukan untuk setiap senyawa aktif tunggal
b. Uji Farmakokinetik
Untuk mengeksplorasi kinetika senyawa aktif yang diisolasi dari pengujian obat,
ada berapa banyak senyawa seperti itu?
Itu hanya bisa dilakukan untuk setiap satu yang aktif
a. UJI FARMAKODINAMIK
Uji Farmakodinamik Awal
Untuk mengeksplorasi dan memahami efek farmakologi awal yang diinginkan dan
tidak diinginkan dari obat yang diuji.
Uji Farmakodinamik Lanjutan
Untuk mengeksplorasi mekanisme kerja senyawa aktif yang diisolasi dari molekuler
obat tradisional yang diuji, seluler, organ dan tingkat individu.
Membutuhkan lebih banyak sumber daya
fasilitas laboratorium yang memadai, keahlian, dan dana
UJI FARMAKODINAMIK AWAL
In vivo model
Efek antiplasmodium pada hewan uji yang terinfeksi malaria effect on malarial
infected animal model,
Efek hipoglikemik pada tikus diabetes
Efek antihipertensi pada hypertensiverat ginjal
Dll
In vitro model
Efek vasodilator pada arteri telinga kelinci yang terisolasi
Antispasmodik pada Guinea pig ileum yang terisolasi
Uji Sitotoksisitas pada sel Hella
Uji Sitotoksisitas pada sel plasmodium
Dll
in-vitro models:
Dilakukan pada organ terisolasi, jaringan, atau hewan atau sel manusia,
Banyak manipulasi dapat dilakukan
arteri terisolasi tanpa endotel, dll
Menghilangkan mekanisme homeostatis,
mungkin berbeda dari efeknya pada seluruh invivo hewan,
Percobaan sederhana tapi sulit untuk diekstrapolasi,
Keterangan:
Terlihat pada gambar terjadi perubahan pada kontraksi jantung kelinci, semakin besar
dosis yang diberikan, kontraksi jantung kelinci semakin mengalami penurunan.
Ekstrak alkohol biji Morinda Citrifolia Linn memiliki efek menekan kontraksi jantung.
Buah Morinda Citrifolia Linn memiliki efek dilator.
ASPEK ETIKA
Penelitian yang melibatkan hewan percobaan dan menyebabkan nyeri, penyakit, dll
harus mengikuti hukum dan pedoman etika untuk meminimalkan penderitaan hewan
percobaan.
Alhamdulillahirobilalamin
Thibbun Nabawi
dr. Adang,Sp.PK.,M.Kes
1. Latar Belakang
A. Proses sakit
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik”
Artinya : ”Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema`afkan sebagian besar (dari kesalahan
kesalahanmu)”. Asy Syuuraa: (30)
“Tidaklah Allah menzholimi mereka akan tetapi mereka sendirilah yang berbuat
zholim atas diri mereka.” Ali `Imraan (117). (4)
B. Manusia
a. Jasadiyah: fisik
b. Ruhaniyah : hawa nafsu, ruh, akal
c. Hawa nafsu/syahwat: cenderung pada keburukan/melampaui batas
d. Penyimpangan perilaku
Kehadiran Rasulullah
Tujuan diutusnya beliau saw ke bumi adalah bentuk kasih sayang Allah kepada alam
semesta, diutusnya nabi Muhammad saw adalah bentuk kasih sayang Allah kepada
manusia. Hadiah terbesar atau keberuntungan bagi seluruh umat manusia adalah
hadirnya Nabi Muhammad saw ke dalam tengah tengah kita manusia yang sering lupa diri
ini. Dipaparkan dalam Quran surat Al Anbiyaa’ ayat 107
Manusia sakit krn perilaku menyimpang (krn pola fikir jahiliyah /kebodohan)
Manusia berbuat kerusakan pada alam maupun pada dirinya sendiri
Manusia perlu petunjuk
Rasul diutus utk memberi petunjuk
Manusia semestinya mengikuti petunjuk yg di bawa rasul
Manusia wajib mengikuti apa yang dibawa rasul
Yang diikuti seluruh aspek yang disampaikan (termasuk yg terkait dg kesehatan)
Bila mengikuti maka akan mendapat rahmat: selamat/sehat/nikmat/berkat/fadhilat
e. I’tiba’
Allah Azza wa Jalla berfirman:
A. Thibbun Nabawi
Dipakai untuk menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai
keimanan kepada Allah SWT, serta bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah, yang
dibedakan dengan ilmu-ilmu kedokteran yang tumbuh liar sehingga bertentangan
dengan Al-Quran dan As-Sunnah, seperti yang terjadi pada zaman sebelum datangnya
Islam
C. Landasan Berobat
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau
bersabda :
شفَا ًء
ِ َُما أ ْنزَ َل َّللاُ دَا ًء إَّل أ ْن َز َل لَه
"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah akan menurunkan pula
obat penawarnya".(HR Bukhari)
D. Prinsip kesembuhan dan berobat
1) Sabda rasul
Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya
maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Imam
Muslim) . Mencari pengobatan tidak bertentangan dengan qadar (pra-tujuan).
Dengan demikian kedua penyakit dan pengobatannya adalah bagian dari qadar.
4) Lingkup
Preventif , kuratif , Promotif , rehabilitatif
Thibbun nabawi bersifat holistik , variatif, terperinci. mengintegrasikan materi dan
ruh.
6) Prinsip
Keyakinan
Menggunakan obat yang halal dan thoyyib.
Tidak membawa mudharat yang akan mencacatkan tubuh.
Tidak berbau takhayul, bid’ah, dan khurafat.
Mencari yang lebih baik.
Para pengobat harus mengetahui ilmu tubuh manusia dan ilmu pengobatan
dan efek samping obat yang diberikan kepada pasien dengan baik.
7) Thibbun Nabawi merupakan ilmu pengobatan yang berasaskan
Ilahiah : meletakkan unsur-unsur ketuhanan sebagai sumber pengobatan,
bahwa setiap penyakit, yang bisa menyembuhkan adalah sang Maha
Penyembuh yaitu Allah SWT.
Ilmiah : konsep pengobatan yang digunakan bisa dijelaskan secara keilmuan dan
bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Alamiah : konsep pengobatan ini menggunakan bahan-bahan alami sebagai
obat, atau yang lebih dikenal dengan istilah Herbal
9) Pengembangan
Minum Madu, Habbatusauda dikembangkan mejadi farmakoterapi
Bekam analog dengan modalitas terapi seperti accupressure, accupuntur,
massage, flebotomi dan modalitas sejenis
Kay di identikkan dan dikembangkan dengan terapi bedah
10) Inovasi
Urusan Muamalah berlaku kadiah syariat umum
Antum a’lamu bi umuridunyakum
Inovasi adalah manifestasi ihsan
Alhamdulillah…
Jazakallah khoir