Kel 3
Benson Safira F.
Febri Laurent S.L. Solita
Y.
Maxius G. Syifa R.
Definisi dan Klasifikasi Sakit Kepala
Febri Laurent Susilowati Larosa
1606827574
Definisi Sakit Kepala
Sakit kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak pada daerah
kepala, termasuk meliputin daerah wajah dan tengkuk leher (Perdossi, 2013).
Menurut HIS, sakit kepala merupakan rasa sakit yang terletak di bagian atas
garis orbitomeatal.
Sakit kepala atau cephalgia adalah sakit yang dirasakan di daerah kepala
atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah
kepala (Goadsby, 2002).
Klasifikasi Sakit Kepala Menurut IHC
Primary headache •Sakitkepala merupakan diagnosis utama, bukandisebabkankarenaadanyapenyakitlain
(sakit kepala •Sakit kepala
tidakdisertaiadanyapenyebabstrukturalorganikataupunsuatupenyakityangmendasarinya
yang
primer)
Secondary
headache (sakit •Sakitkepala merupakan gejala ikutan karenaadanya penyakit lain, seperti:sinus,hipertensi,
radang,premenstrual disorder,dll.
kepala sekunder)
Painful cranial neuropathies
and
otherfacialpains(Nyerikepalad •Neuropati cranial menggambarkan jenis sakit kepala yang terjadi karena saraf di leher, kepala dan
bagian atas meradang dan menjadi sumber rasa sakit kepala ataupun nyeri wajah
enganneuropatikranial,nyeri
wajahlaindannyerikepalalainn
ya)
Primary Headache (Sakit Kepala Primer)
Choronic Complication of
migraine migraine
Migrainwithout aura
• Sakitkepalaberulang,berlangsungselama4-72 jam
• Cirikhas:sakitpadabagianunilateraltanpa disertai gejala aura
• Berdenyutdenganintensitassedanghinggaberat
Migrainwith aura
• Setidaknya1gejalaauramunculdanberlangsungselama5-60menit
• Auraakandisertaisakitkepalasetelah60menit
• Sakitpadabagianunilateral
Chronic Migraine
• Sakitkepalamuncul15hariataulebihdalamsebulanselama3bulan.
• Setidaknya8haridalamsebulanadalahmigrain.
Komplikasi Migrain
Statusmigrainosus
• Migrainselamalebihdari72jamdanmelemahkantubuh.
Migrainousinfarction
• Satuataulebihgejalaauraberhubungandenganlukaotakiskemikpadatempatyangditunjukkanneuroimaging.
Nyeri kepala berakhir Nyeri kepala berakhir Sakit tidak meningkat Selama sekian jam paling
dalam 30 menit sampai 7 dalam 30 menit sampai 7 tidak 2 jam atau terus
karena aktivitas rutin menerus kontinyu, bilateral,
hari bilateral, menekan hari, bilateral, menekan,
mengikat. mengikat rasa menekan/mengikat.
Tidak berdenyut, ringan atau Tidak berdenyut, ringan Frekuensi sakit kepala Ringan atau sedang, tidak
sedang, tidak ada mual/ atau sedang, ada mual/ ada mual/muntah,
muntah, mungkin ada
yang sangat tinggi per
muntah, mungkin ada mungkin ada
fonofobia/ fotofobia. fonopobia/ fotopobia,
harinya fotopobia/ fonopobia,
Sama sekali tidak ada Sama sekali tidak ada Disebabkan oleh penyakit ETTH Sama sekali tidak ada
hubungannya dengan penyakit hubungannya dengan penyakit hubungannya dengan penyakit
nyeri kepala lain nyeri kepala lain nyeri kepala lain
KlasifikasiTension-
TypeHeadache
SakitKepalaThunderclap
• Membuatpenderitanyamengalamisakitkepalayangparah,terjadisecaratiba-
tiba,dandenganpenyebabdasarberpotensifatalsepertipendarahandiotak.
SakitKepalaSpinal
• Disebabkanolehkurangnyacairanserebrospinalsetelahanestesiatautrauma.
Klasifikasi Sakit Kepala Sekunder Menurut IHS
Sakitkepalakarenaada Sakitkepalakarenaadany Sakitkepalakarenagang
agangguanpadapembulu guanintracranial non-
nyacederapadabagian hdarahkranialatauleher,s vaskular,sepertitumord
kepaladan/atauleher epertistroke ankanker
Sakitkepalakarenainfek
Sakitkepalakarenasubst
si,sepertiflu,
ansikimiaatauobat- Sakitkepalakarenaadanyagangguanpadatengkorak,leher,mata,telinga,hidung,
sinus,gigi,mulut,ataupunstrukturwajahlain
meningitis,
obatan
HIV/AIDS,dll
Sakitkepalakarenaadan
yagangguanhomeostasi Sakitkepalakarenaada
s,sepertiperubahanling nyagangguankejiwaan
kunganfisik
Pembahasan Kasus Pemicu Nomor 1&2
Kasus :
DY (30 tahun) dengan riwayat sakit kepala yang selalu kambuh. Sakit kepala muncul saat
beraktivitas dan selalu diawali dengan gangguan visual dan diakhiri dengan muntah.
1. Apa yang terjadi pada DY!
2. Sakit kepala seperti apa dengan keluhan di atas?
Pembahasan :
Berdasarkan keluhan yang dialami oleh DY, pasien didiagnosis menderita sakit kepala primer, yaitu
migraine with aura (migrain dengan aura). Hal ini dikarenakan, sakit kepala yang dialami oleh DY,
selalu diawali dengan gangguan visual, dimana gangguan visual termasuk dalam salah satu gejala
aura (tanda-tanda yang dirasakan sebelum terjadi migrain). Selain gangguan visual, gejala aura
dapat pula berupa gangguan sensoris, gangguan motorik, dan gangguan bicara/bahasa. Selain itu,
migrain dengan aura juga ditandai dengan pasien yang mengalami muntah, sama seperti yang
dialami oleh DY.
PATOFISIOLOGI
Migraine
Fase Migraine
Gambaran klinik pada migraine dapat dibagi
atas 4 fase:
FaseProdromal FaseAura
FaseSerangan FasePostdromal
1. Fase Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase postdromal yang
berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala
pada fase ini adalah kepala terasa ringan, irritable,
depresi/euphoria, tidur berlebihan dan ingin makan makanan
tertentu seperti makanan manis.
2. Fase Aura
Gangguan penglihatan yang paling sering dikeluhkan
pasien. Khas pasien melihat seperti melihat kilatan lampu blits
(photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar mata dan hilangnya
sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating
scotoma). Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau
tusukan jarum pada lengan, dysphasia. Fase ini berlangsung antara
5 – 60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai aura.
3. Fase Serangan
Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat.
Biasanya hanya pada salah satu sisi kepala tetapi dapat juga
pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya
(photofobia) atau suara (phonofobia). Nyeri kepala sering
memburuk saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat
ditempat yang gelap dan ini sering berakhir antara 2 – 72 jam.
4. Fase Postdromal
Setelah nyeri kepala hilang. Saat ini nyeri kepala mulai mereda
dan akan berakhir dalam waktu 24 jam, pada fase ini pasien
akan merasakan lelah, irritable, konsentrasi menurun, nyeri
pada ototnya.
Teori Mekanisme Migraine
• Pada serangan migrain, akan terjadi fenomena pain pathway pada sistem trigeminovaskular,
dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti peningkatan Ca sebagai
penghantar yang menaikkan aktivasi protein kinase seperti, serotonin, bradykinine,
prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzim NOS. Proses tersebutlah yang menjadikan adanya
penyebaran nyeri, allodynia, dan hiperalgesia pada penderita migrain.
5-HT sebagai mediator dalam
patogenesis migraine
• Plasma dan konsentrasi platelet dari 5-HT
bervariasi pada berbagai fase berbeda
dari serangan migraine.
• Konsentrasi urin dari 5-HT dan
metabolitnya meningkat selama banyak
serangan migraine.
• Migraine biasanya diresepkan dengan
obat yang menghasilkan pengeluaran 5-
HT dari tempat intraselular. (reserpine,
fenfluramine)
Faktor Pencetus Migrain
• Faktor ekstrinsik, misalnya ketegangan jiwa (stress), emosional,
makanan seperti buah jeruk, pisang, coklat, keju, minuman yang
mengandung alkohol, hawa terlalu panas, terik matahari,
lingkungan kerja yang tak menyenangkan, dan bau atau suara yang
tidak menyenangkan.
• Faktor intrinsik adalah perubahan hormonal pada wanita dimana
nyeri kepala berhubungan dengan hari tertentu siklus menstruasi.
Hanya didapatkan 3 dari 600 penderita yang mengalami migrain
pada saat menstruasi. Pemberian pil KB dan waktu menopause juga
sering mempengaruhi serangan migrain.
Patofisiologi
Cluster Headache and Tension-Type
Headache
Cluster Headache
• Cluster
Headache akan
terjadi jika 3
system terlibat ,
yaitu :
1.Trigeminovascular
System
2.Parasympatic
nerve fibres
3.Hypotalamus
1.Trigeminovascular
System
• Tipe neuron yaitu
pseudounipolar , yang
terbagi menjadi 2 bagian :
– Akson perifer :
memproyeksikan ke
durameter & pembuluh
kranial
– Cabang pusat :
memproyeksikan ke
kompleks
trigeminocervical di
batang otak
• Setelah aktivasi saraf
trigeminal , aferen
perivaskular
melepaskan CGRP
(calcitonin gene-related
peptide) , yaitu
vasodilator kuat yang
momodulasi aktivitas
neuron trigeminal
nociceptive
2.Parasympathetic nerve
fibres
(Trigeminal autonomic reflex)
• Ada aktivitas refleks dari aliran
parasimpatik dari SSN via saraf
wajah (VIIth cranial) , terutama
melalui pterygopalatine
(sphenopalatine )ganglion , yang
bekerja sbg sistem umpan balik
positif untuk melebarkan
pembuluh darah (vasodilatasi)
dan lebih lanjutnya akan
mengiritasi ujung trigeminal .
3.Hypotalamus
Tension-type Headche (TTH)
• Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang
menekan (pressing/ tightening), mengikat, bersifat ringan hingga
sedang yang terjadi pada periode singkat (episodik) atau terus-
menerus (kronis)
• Gejala pada TTH sangat sedikit, seperti tidak adanya muntah ,mual ,
aktivitas rutin tidak berdampak buruk ,dll yang terdapat pada sakit
kepala migrain
• Patofisiologi sakit kepala jenis TTH belum jelas , tetapi ada klaim
bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi , yaitu
– Mekanisme perifer ( nosisepsi dari jaringan miofasial perikarnial) –> ETTH
– Mekanisme sentral ( peningkatan eksitabilitas dari SSP) –> CTTH
Patofisiologi TTH
Con’d
Faktor Pencetus TTH
• Faktor Psikologi
• Faktor Lingkungan
• Faktor Stress (F.utama)
• Faktor tekanan mental (F.utama)
• Nitric Oxide (NO)
• Faktor Genetik : Pada CTTH , resiko keturunan
menderita CTTH meningkat 3x lipat
Terapi Non Farmakologi
Febri Laurent Susilowati Larosa
1606827574
Terapi Non Farmakologi
• Chiropractic dilakukan dengan cara pelurusan tulang belakang dengan
menariknya melalui kaki, sehingga darah dapat mengalir bebas atau lancar.
• Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30
menit.
• Akupuntur terapi menggunakan jarum-jarum yang ditusukkan pada titik-titik
tertentu untuk mengendorkan saraf dan otot yang menegang.
• Berbaring di tempat gelap cahaya yang terlalu terang dapat memicu saraf pada
mata untuk melakukan kontraksi, sehingga jika kontraksi tersebut terjadi maka
rasa sakit kepala akan menjadi lebih parah.
• Pijat atau mencium minyak angin untuk membuat otot menjadi rileks kembali.
• Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah : ‰
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer,
atau saat menonton televisi.
Menghindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising.
Terapi Farmakologi
Maxius G.
Safira F. R.
Syifa R.
Anti-
emeti
k
Metoclopramide
Domperidone
Ondansetron
OPIOID
Anti-
depresa
n
Inhibitory System GABA & Excitatory
System
(Obat Anti Epilepsi)
Na Blocker
• Phenytoin
• Carbamazepin
• Asam Valproat
Phenytoin
Interaksi Obat
AsamValproat
Karbamazepin
Fenobarbital
49
Carbamazepin
INTERAKSI OBAT
Asam Valproat, Phenytoin, Phenobarbital
dapat menginduksi enzim
CYP3A4meningkatkan metabolisme
Asam Valproat, Lamotrigine, Tiagabine,
Topiramatemenurunkan konsentrasi Asam
Valpoat, Lamotrigine, Tiagabine, Topiramate
EFEK SAMPING
Diplopia
Ataksia
Gangguangastrointestinalringan
Ketidakstabilan
Mengantuk
Hiponatremia
Asam Valproat
Interaksi obat
AsamValproatmenggeserphenytoindariproteinplasma
Valproatemenginhibisimetabolismeobatsepertifenobarbital,fenitoin,dancarbamazepine
Inhibisimetabolismefenobarbitaldapatmeningkatkantingkatbarbituratdanmenyebabkanpingsanataukoma.
Valproatemengurangiklirensdarilamotrigine
Calcium Bloker
• Ethosuximide
Ethosuximide
Noradrenaline
alpha-1 adrenergic antagonist
• Indoramine
• Oxetorone
Beta Blockers
Menghambat pelepasan norepinefrin melalui mediasi beta-1 agonis aksi, sehingga
mengurangi hiperaktivitas katekolaminergik pusat.
Merupakan Antagonis 5-HT1A dan 5-HT2B receptors, mengurangi rangsangan saraf.
• Ibu hamil
• Pasiendengancederakepala
Kontraindika • Pasiendengangangguanfungsiparu
si • Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati
• Pasiendenganpenyakitendokrin
Kontraindikasi
• Pasien dengan gagal ginjal dan hati, penyakit pada pembuluh
darah perifer dan serebral, hipertensi tak terkontrol, sepsis, dan
pada wanita hamil. Dihidroergotamin tidak menyebabkan nyeri
kepala, tetapi dosis yang digunakan untuk ergotamine tartrat
harus dipantau untuk mencegah berbagai komplikasi.
Ergot Derivatives
Interaksi Obat
• Alkaloid ergot tidak boleh digunakan dalam 24 jam
apabila sedang mengonsumsi triptan dan obat lain
yang menyebabkan vasokonstriksi.
• Terjadi vasospasme parah seiring terapi dengan
ergotamine dan protease inhibitor. Hal ini terjadi
karena efek inhibisi oleh inhibitor protease pada
isoenzim sitokrom P450 3A4 (CYP3A4) dan
meningkatnya kadar ergotamin dalam darah.
Contoh Sediaan
Antidepresan
antidepresan
Antidepre
san
Antidepresan
Algoritme
Terapi
Algoritma Terapi Sakit Kepala
Febri Laurent Susilowati Larosa
1606827574
1. Hasil diagnosis pasien yang berupa migrain
2. Pasien diberikan edukasi terlebih dahulu mengenai sakit kepala secara umum dan memberi tahu
faktor-faktor pemicunya
3. Mengukur tingkat keparahan sakit kepala yang diderita pasien dan menentukan penanganan yang
terbaik berupa terapi non farmakolgi maupun terapi farmakologi (abortif atau profilaksis)
4. Jika sakit kepala disertai muntah-muntah, maka diberikan antiemetik (mis. Prochlorperazine atau
metoclopramide) 15-30 menit sebelum terapi oral atau non-oral (suppositoria, nasal spray, atau
injeksi)
5. jika sakit kepala masih terholong ringan sampai sedang, dapat diberikan analgesik sederhana
(acetaminophen/aspirin/caffeine) atau obat golongan NSAID (aspirin/ibuprofen/naproxen) sebagai
lini pertama
6. Jika belum memberikan efek, maka diberikan analgesik kombinasi (midrin atau kombinasi
asetaminofen, aspirin, dan kafein)
7. Jika masih belum memberikan efek, diberikan obat golongan triptan
8. Jika triptan masih beum efektif, maka diberikan obat golongan opioid yang dikombinasikan dengan
analgesik dan butorphanol nasal spray
Sedangkan jika sakit kepala sudah tergolong parah maka langsung diberikan dihidroergotamin atau
ergotamin tartrat. Bila masih belum efektif maka diberikan juga kombinasi opioid dan analgesik serta
butorphanol nasal spray
1. Terapi profilaksis di berikan jika terapi pertama tidak memberikan efek.
2. Jika pasien sakit kepala pada saat menstruasi maka pasien diberikan NSAID atau
triptan
3. Jika tidak memberikan efek maka diberikan antagonis beta adrenergik.
4. Jika masih tidak berhasil maka diberikan trisiklik anti depresan.
5. Jika tidak berhasil diganti dengan antikonvulsan.
6. Jika masih tidak berhasil lakukan konsultasi kepada dokter spesialis.
7. Untuk hipertensi atau angina, depresi atau insomnia memiliki alur yang mirip
dengan sakit kepala akibat menstruasi.
8. Sedangkan untuk kejang dan penyakit bipolar, diberikan obat antikonvulsan, jika
tidak berhasil diberikan obat antagonis beta adrenergik, jika tidak memberikan efek
dirujuk ke dokter spesialis.
Algoritma
Terapi
Tension-Type
Headache
1. Sama seperti algoritma tipe sebelumnya bahwa, Algoritma terapi Tension-Type
Headache (TTH) didahului dengan menentukan apakah sakit kepala yang dialami
pasien termasuk kategori TTH atau bukan.
2. Jika pasien mengalami sakit kepala jenis TTH dalam waktu yang belum terlalu lama,
maka di berikan pengobatan akut (Aspirin, NSAID, Midrin, Acetaminophen).
3. Jika terapinya sukses , maka hal selanjutnya adalah menentukan apakah pasien
tersebut perlu diberikan treatment profilaksis atau tidak.
4. Jika tidak, maka terapi dianggap selesai .Jika perlu, maka diberikan Amitriptyline, TCA,
Venfalaxine XR, dan Adjunctive therapy.
5. Jika treatment profilaksis berhasil, maka melanjutkan terapi tersebut sedangkan jika
tidak berhasil, diberikan treatment profilaksis yang lain.
6. Sedangkan jika dari awal terapi tidak sukses, maka pasien langsung diberikan
tratment profilaksis namun selain obat Amitriptyline, TCA, Venfalaxine, dan
Adjunctive therapy).
Algoritma
Terapi
Cluster
Headache
1. Terlebih dahulu ditentukan apakah pasien termasuk pada gejala cluster atau tidak.
2. Jika iya maka tentukan apakah gejala tersebut termasuk kedalam siklus cluster. jika
pasien tidak termasuk dalam siklus tipe cluster,maka diberikan edukasi serta
konsultasi terlebih dahulu mengenai penyakit tersebut.
3. Jika pasien termasuk dalah siklus cluster maka diberikan pengobatan akut berupa
oxygen, Sumatriptan SQ dan intranasal, Zolmatriptan intranasal,DHE, prophylactic
treatmen lalu Bridging treatment dan maintenance prophylaxis.
4. Jika terapi sukses maka lanjutkan terapi tersebut. Jika tidak maka lanjutkan dan
memodifikasi pengobatan akut dan prophylacticnya.
5. Jika masih tidak memberikan efek maka pasien harus dirujuk pada dokter spesialis.
Referensi
• Ashina ,S. ; Bendtsen,L. & Ashina M. 2012. Patophysiology of migraine and tension-
type headache. Techniques in Regional Anaesthesia and Pain Management 16 : 14-18
• Dipiro C V, Dipiro JT, Wells BG, Schwinghammer TL. Pharmacotherapy Handbook.
Seventh. The MvGraw-Hill Companies; 2009.
• Goodman & Gilman. (2006). The Pharmacological Basis of Therapeutics. ed. 11. USA:
The McGraw-Hill. Laurence, brunton. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis
of Therapeutic 12th ed. New York: McGraw Hill Medical
• Headache, Diagnosis and Treatment of. (2016). Icsi.org. Retrieved from
https://www.icsi.org/guidelines__more/catalog_guidelines_and_more/catalog_guidel
ines/catalog_neurological_guidelines/headache
• Jay ,G.W. & Barkin ,R.L. . 2017. Primary Headache Disorders- Part 2 : Tension-type
headache and medication overuse headache. Disease-a-Month 63 : 342-367
• Ikawati, Z. (2009). Sakit Kepala. Yogyakarta. Retrieved from
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/headache.pdf
• International Headache Society. (2013). The International Classification of
Headache Disorders, 3rd edition (beta version). (2013) (3rd ed.). Retrieved from
http://www.ihs-classification.org/_downloads/mixed/International-Headache-
Classification-III-ICHD-III-2013-Beta.pdf
• Lancet Neurol .2009;8 : 755-64 : Patophysiology of trigeminal autonomic
cephalalgias.
• http://eprints.undip.ac.id/56222/3/SyifaSabillaJatmiputri_22010113120106_Lap.K
TI_Bab2.pdf
• Sarrouilhe, D., Dejean, C., & Mesnil, M. (2014). Involvement of gap junction channels in the
pathophysiology of migraine with aura. Frontiers in Physiology, 5 dalam
scihub.tw/10.3389/fphys.2014.00078