Anda di halaman 1dari 39

QBL 1 – Sistem Kesehatan

Nasional, Penggunaan Obat


Rasional, dan Medication Error
Amiral Hafidz - 1606885845
Jihan Azmi N.F - 1606874841
Kelompok 6 Laila Fauziah - 1606834043
Pelayanan Kefarmasian C Putri Sagita - 1606821702
Yofi Alifa - 1606877300
A. Jelaskan Sistem Kesehatan
Nasional dan Landasan
Hukumnya!
Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan


yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Landasan hukum à Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.
B. Penggunaan Obat Rasional
1. Jelaskan kriteria yang harus dipenuhi agar
penggunaan obat dikatakan rasional! Berikan juga
contohnya
Kriteria Obat Rasional

š Tepat Diagnosis
š Tepat Indikasi š Obat yang diberikan efektif,
š Tepat pemilihan obat
aman, dan mudah didapat
š Tepat dosis š Tepat Informasi
š Tepat caara pemberian š Tepat tindak lanjut
š Tepat interval waktu š Tepat penyerahan obat
š Tepat lama pemberian
š Pasien patuh terhadap rejimen
š Waspada terhadap efek samping pengobatan
š Tepat penilaian kondisi pasien
Kriteria
Obat
Rasional
Contoh

šGejala demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi


dan inflamasi. Untuk sebagian besar demam, pemberian
parasetamol lebih dianjurkan, karena disamping efek
antipiretiknya, obat ini relatif paling aman dibandingkan
dengan antipiretik yang lain. Pemberian antiinflamasi non
steroid (misalnya ibuprofen) hanya dianjurkan untuk
demam yang terjadi akibat proses peradangan atau
inflamasi.
Indikator Penggunaan Obat Rasional

šUntuk melakukan pengukuran terhadap capaian


keberhasilan upaya dan intervensi dalam peningkatan
penggunaan obat yang rasional dalam pelayanan
kesehatan, WHO menyusun Indikator dibagi menjadi
Indikator Inti dan Indikator Tambahan
Indikator Inti

šPeresepan
šRata-rata jumlah item dalam tiap resep
šPersentase peresepan dengan nama generic
šPersentase peresepan dengan antibiotic
šPersentase peresepan dengan suntikan
šPersentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial
Indikator Inti

šPelayanan
šRata-arata waktu konsultasi
šRata-rata waktu penyerahan obat
šPersentase obat yang sesungguhnya diserahkan
šPersentase obat yang dilabel secara adekuat
Indikator Inti

šIndikator Fasilitas
šPengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
šKetersediaan Daftar Obat Esensial
šKetersediaan key drugs
Indikator Tambahan

š Merupakan tambahan dari indicator inti


š Sama pentingnya dengan indicator inti, namun data yang digunakan sulit
diperoleh atau diinterpretasi
š Mencakup
š Persentase pasien yang diterapi tanpa obat
š Rata-rata biaya obat tiap peresepan
š Persentase biaya untuk antibiotic
š Persentase biaya untuk suntikan
š Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan
š Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang diberikan
š Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses kepada informasi yang objektif
2. Jelaskan dampak penggunaan obat yang tidak
rasional! Berikan juga contohnya
Jawab :
a. Dampak klinik (misalnya terjadinya efek samping dan
resistensi kuman),
b. Dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau)

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
a. Peresepan berlebih
(overprescribing)

memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk


penyakit yang bersangkutan.
Contoh:
š Pemberian antibiotik pada ISPA non pneumonia (umumnya
disebabkan oleh virus)
š Pemberian obat dengan dosis yang lebih besar daripada yang
dianjurkan.
š Jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk
pengobatan penyakit tersebut.

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Kemenkes RI


b. Peresepan kurang (underprescribing)

Yaitu jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal dosis,
jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang diperlukan untuk penyakit
yang diderita juga termasuk dalam kategori ini.
Contoh :
š Pemberian antibiotik selama 3 hari untuk ISPA pneumonia.
š Tidak memberikan oralit pada anak yang jelas menderita diare.
š Tidak memberikan tablet Zn selama 10 hari pada balita yang diare

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
c. Peresepan majemuk
(multiple prescribing)
Yaitu jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok
ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
Contoh:
Pemberian puyer pada anak dengan batuk pilek berisi:
š Amoksisilin,
š Parasetamol,
š Gliseril guaiakolat,
š Deksametason,
š CTM, dan
š Luminal.

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
d. Peresepan salah (incorrect
prescribing)

Mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk


kondisi yang sebenarnya merupakan kontraindikasi pemberian obat, memberikan
kemungkinan resiko efek samping yang lebih besar, pemberian informasi yang keliru
mengenai obat yang diberikan kepada pasien, dan sebagainya.

- Pemberian antibiotik golongan kuinolon (misalnya


siprofloksasin & ofloksasin) untuk anak.
- Meresepkan asam mefenamat untuk demam, bukannya
parasetamol yang lebih aman

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
Contoh lainnya

a. Pemberian obat untuk penderita yang tidak memerlukan terapi obat.


Contoh: Pemberian roboransia untuk perangsang nafsu makan pada anak padahal intervensi gizi jauh lebih
bermanfaat.

b. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit.


Contoh: Pemberian injeksi vitamin B12 untuk keluhan pegal linu.

c. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan.


Contoh:
- Cara pemberian yang tidak tepat, misalnya pemberian ampisilin sesudah makan, padahal seharusnya
diberikan saat perut kosong atau di antara dua makan.
- Frekuensi pemberian amoksisilin 3 x sehari, padahal yang benar adalah diberikan 1 kaplet tiap 8 jam.

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
d. Penggunaan obat yang memiliki potensi toksisitas lebih besar,
sementara obat lain dengan manfaat yang sama tetapi jauh
lebih aman tersedia.

Contoh:
Pemberian metilprednisolon atau deksametason untuk
mengatasi sakit tenggorok atau sakit menelan.padahal tersedia
ibuprofen yang jelas lebih aman dan effi cacious.

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
e. Penggunaan obat yang harganya mahal, sementara obat sejenis dengan mutu yang sama dan harga lebih
murah tersedia.
Contoh:
Kecenderungan untuk meresepkan obat bermerek yang relatif
mahal padahal obat generik dengan manfaat dan keamanan
yang sama dan harga lebih murah tersedia.

f. Penggunaan obat yang belum terbukti secara ilmiah manfaat


dan keamanannya.
Contoh:
Terlalu cepat meresepkan obat obat baru sebaiknya dihindari
karena umumnya belum teruji manfaat dan keamanan jangka
panjangnya, yang justru dapat merugikan pasien.

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :


Kemenkes RI
g. Penggunaan obat yang jelas-jelas akan mempengaruhi
kebiasaan atau persepsi yang keliru dari masyarakat terhadap
hasil pengobatan.

Contoh:
Kebiasaan pemberian injeksi roborantia pada pasien dewasa
yang selanjutnya akan mendorong penderita tersebut untuk
selalu minta diinjeksi jika datang dengan keluhan yang sama.

Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Kemenkes


C. Medication Error
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
medication error!
Medication Error

š Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, medication eror


adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
š Medication Eror merupakan suatu kesalahan pengobatan sebagai kegagalan dalam
proses pengobatan yang memiliki potensi membahayakan bagi pasien dalam proses
perawatan (Aronson, 2009)
2. Jelaskan klasifikasi medication error
beserta dengan contohnya !
Menurut Windarti (2008), medication error diklasifikasikan
menjadi:
No Jenis Medication Error Contoh
1 Prescribing error (Kesalahan Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan
dalam peresepan) indikasi, kontra indikasi, alergi yang tidak
diketahui, terapi obat yang sedang
berlangsung, dan faktor lainnya) dosis, bentuk
sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian, atau instruksi untuk
penggunaan obat, penulisan resep yang tidak
jelas, dan lain-ain yang menyebabkan
terjadinya kesalahan pemberian obat kepada
pasien.
2 Omission error (kesalahan Kegagalan memberikan dosis obat kepada
karena kurang stok obat) pasien sampai pada jadwal berikutnya.
No Jenis Medication Error Contoh

3 Wrong time error (salah Memberikan obat diluar waktu, dari


waktu pemberian) interval waktu yang telah ditentukan
4 Unauthorized drug error Memberikan obat yang tidak
(kesalahan pemberian obat diinstruksikan oleh dokter
diluar kuasa)

5 Wrong patient (Salah Memberikan obat kepada pasien yang


pasien) salah

6 Improper dose error Memberikan dosis obat kepada pasien


(Kesalahan dari persiapan lebih besar atau lebih kecil dari pada dosis
obat) yang diinstruksikan oleh dokter, atau
memberikan dosis duplikasi.
No Jenis Medication Error Contoh
7 Wrong dosage from error Memberikan obat dengan bentuk sediaan
(Kesalahan dari dosis yang yang tidak sesuai
salah)
8 Wrong drug preparation Mempersiapkan obat dengan bentuk
error (Kesalahan dari sediaan yang tidak sesuai.
persiapan obat )
9 Wrong administration Prosedur atau teknik yang tidak layak atau
thecnequi error (Kesalahan tidak benar saat memberikan obat.
dari teknik administrasi
yang salah)

10 Deteriorated drug error Memberikan obat yang telah kadaluarsa


(Kesalahan pemberian obat atau yang telah mengalami penurunan.
yang aktifitasnya menurun)
No Jenis Medication Error Contoh
11 Monitoring error Kegagalan untuk memantau kelayakan
(Kesalahan dalam dan deteksi problem dari regimen
pemantauan) yang diresepkan, atau kegagalan
untuk menggunakan data klinis atau
laboratorium untuk asesmen respon
pasien terhadap terapi obat yang
diresepkan.
12 Compliance error Sikap pasien yang tidak layak
(kesalahan kepatuhan berkaitan dengan ketaatan
penggunaan obat oleh penggunaan obat yang diresepkan
pasien)
3. Jelaskan jenis jenis insiden pada
keselamatan pasien (patient safety) di
rumah sakit!
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), Insiden keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu kejadian ataupun situasi yang berpotensi menyebabkan cedera yang
seharusnya tidak terjadi.
Jenis-Jenis Insiden

Kondisi Kejadian Kejadian Kejadian


Potensial Nyaris Tidak Tidak Kejadian
Cidera Cidera Cidera Diharapkan Sentinel
(KPC) (KNC) (KTC) (KTD)
Kondisi Potensial Cidera (KPC)

š Disebut pula “A Reportable Circumtance” adalah suatu situasi yang sangat berpotensi
menimbulkan cidera tetapi cidera/insiden belum terjadi, kondisi ini perlu dilaporkan.
š Contoh :
š understaffed di ruangan ICU yang sangat sibuk,
š defibrilator di IGD rusak.
Kejadian Nyaris Cidera (KNC)

š Disebut pula “A Near Miss” adalah insiden yang terjadi belum sampai terpapar ke pasien.
š Contoh :
š unit transfusi darah sudah terpasang pada pasien yang salah tetapi kesalahan tersebut segera
diketahui sebelum transfusi dimulai sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,
š Identitas pasien salah namun diketahui sebelum tindakan pengobatan dilakukan.
Kejadian Tidak Cidera (KTC)

š Disebut pula “A No Harm Incident” adalah suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien
tetapi tidak timbul cidera.
š Contoh :
š Pasien minum obat yang salah tetapi tidak terjadi reaksi apapun.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

š Disebut pula “A Harmful incident/adverse event” adalah insiden yang mengakibatkan


cidera pada pasien.
š Contoh :
š Pasien tertusuk jarum
š Pasien jatuh dari tempat tidur
Kejadian Sentinel

š Suatu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang berakibat fatal yaitu menyebabkan
kematian atau cidera yang serius, kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima.
š Contoh :
š Operasi pada bagian tubuh yang salah.
š transfusi yang salah mengakibatkan pasien meninggal.
Referensi

š Aronson, JK. 2009. Medication errors: what they are, how they happen, and how to avoid
them: from http://qjmed.oxfordjournals.org
š Kemenkes RI.2011.Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai