Anda di halaman 1dari 24

Petunjuk Praktikum

OBAT TRADISIONAL
S

Disusun oleh :

TIM BIOLOGI FARMASI

PROGRAM STUDI SI FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA
UTAMA KUDUS TAHUN 2022/2023
Petunjuk Praktikum

OBAT TRADISIONAL

Disusun oleh :

Ketua : apt. Endra Pujiastuti, M. Farm


Anggota : 1. Lilis Sugiarti,M.Si
2. apt. Ricka Islamiati, M. Farm
3. apt. Dwi Susiloningrum, M. Farm
4. Luthfiana Nurulin Nafi’ah, M. Farm

PROGRAM STUDI SI FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA
UTAMA KUDUS TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,


karena berkatrahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan
penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Obat Tradisional Program Studi S1
Farmasi ITEKES Cendekia Utama Kudus tahun akademik 2022/2023 untuk
mahasiswa semester 6.
Secara garis besar isi dan materi buku ini memuat tentang gambaran
secara umum proses praktikum Obat Tradisional di Program Studi S1 Farmasi
ITEKES Cendekia Utama Kudus.
Dengan buku petunjuk praktikum Obat Tradisional ini diharapkan dapat
menjadi acuan dan pegangan bagi mahasiswa S1 Farmasi dalam pelaksanakan
praktikum Obat Tradisional. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi civitas akademika di Program Studi S1 Farmasi
ITEKES Cendekia Utama Kudus.

Kudus, Februari 2023

Program Studi S1 Farmasi


ITEKES Cendekia Utama
Kudus
ttd

Tim Penyusun
ASISTENSI

1. Setiap praktikan wajib mengikuti asistensi dan mengikuti tata tertib yang ada.

2. Setiap praktikan wajib memiliki buku panduan praktikum.

3. Perkenalan, pengelompokan, koordinasi, dll

4. Penjelasan tata tertib, penilaian, log book dan laporan akhir :


a. Log book
- Satu mahasiswa peserta praktikum mempunyai 1 log book
- Bentuk : buku tulis ukuran A4 (buku batik), sampul hard cover,warna
sampul log book disesuaikan dengan kesepakatan kelas
- Pada sampul ditulis identitas mahasiswa yakni nama, NIM, dan mata
kuliah praktikum.
- Sebelum praktikum: log book berisi : Judul Acara, Tujuan, Alat dan
Bahan, dan Skema Kerja
- Setelah praktikum : log book berisi Hasil Praktik

b. Laporan akhir
- Laporan praktikum acara 2 dan 3
- Dua kelompok praktikum (1 meja) menyusun 1 laporan awal
- Bentuk : ditulis pada kertas Folio dan dijilid dengan sampul mika
bening
- Halaman pertama berisi : judul praktik yakni : “Pembuatan
Simplisia..dst” dan nama (NIM) penyusun
- Halaman berikutnya berisi : Judul, Tujuan,Tinjauan pustaka Alat dan
bahan, Cara Kerja, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Daftar
pustaka, dan Lampiran
PRAKTIKUM I
Tanaman Berkhasiat Obat

A. Tujuan
Mahasiswa dapat Menyebutkan dan menjelaskan deskripsi (Ciri-ciri
Morfologi), khasiat, kegunaan, dan kandungan tanaman.

B. Dasar Teori
Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan obat yang telah diteliti
oleh para ahli yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun
artikel obat tradisional. Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal
adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetika,
dapat berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan) ekstrak, kelompok
senyawa atau senyawa murni berasal dari alam, yang dimaksut dengan obat alami
adalah obat asal tanaman.
Indonesia sangat kaya akan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari
tanaman herbal sampai mineral tersimpat dalam bumi pertiwi. Dijaman yang
berkembang banyak Ilmuwan bahkan Mahasiswa dari berbagai universitas
berlomba-lomba untuk mengembangkan tanaman obat.
Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang
sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai
obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Dalam
penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel,
untuk mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaannya dapat memenuhi konsep
kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Tanaman berkhasiat adalah seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan
karena kandungan bahan yang ada didalamnya memiliki khasiat tertentu. Contoh
beberapa bahan alami yang diketahui mempunyai khasiat tertentu ialah :
1. Zat samak atau tannin
Bahan ini digunakan mengendapkan protein sehingga dapat untuk
mengencangkan kulit atau mengurangi bau badan. Zat ini terdapat
dibeberapa tanaman antara lain: Aloe vera, Alyxia stellata, Areca catehu,
Curcuma heyneana dll.
2. Minyak Atsiri
Minyak yang memiliki bau seperti tanaman aslinya, salah satu fungsi
minyak atsiri sebagai aromaterapi dan antibakteri, salah satu tanaman yang
mengandung minyak atsiri adalah Andropogon, Curcuma domestica,
Curcuma xanthorriza dll.
3. Minyak Lemak
Bahan alam mengandung minyak lemak seperti Coccos nucinus
communis dan Sesamum indicum.
4. Pati
Bahan ini berkhasiat menutup pori kulit sehingga memberi kesan
halus dan sebagai pembersih. Terdapat pada Aloe vera, Oryza sativa,
Pachyrrus erosus, Curcuma xanthorriza, dll.

C. Alat dan Bahan :

Alat dan bahan yang digunakan pada praktek tanaman berkhasiat obat ialah
sebagai berikut :
- Jenis Tanaman Obat
- Alat tulis menulis
- Kamera Handphone
D. Metode
 Prosedur kerja pengenalan tanaman berkhasiat obat .
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Amati dan identifikasi bagian – bagian tanaman obat
3. Carilah khasiat, klasifikasi dan kandungan fitokimia tanaman
- Kelompok 1 : Akar
- Kelompok 2 : Batang
- Kelompok 3 : Daun
- Kelompok 4 : Herba
- Kelompok 5 : Bunga
- Kelompok 6 : Biji
- Kelompok 7 : Kulit Batang
 Membuat leaflet tanaman berkhasiat
 Setiap individu membuat leaflet tentang tanaman obat.
1. Leaflet harus mudah dipahami dan memberikan informati pada pembaca
2. Format sebagai berikut :
a. Nama tananam
b. Bagian tanaman yang berkhasiat
c. Khasiat tanaman
d. Cara budidaya dan penyebarannya
e. Kandungan kimianya
PRAKTIKUM II
Teknik Pasca Panen

A. Tujuan
- Mahasiswa dapat mengetahui berbagai manfaat bahan alam (tanaman
yang berkhasiat obat)
- Mahasiswa mampu mengetahui teknik pasca panen dari Tanaman
Berkhasiat Obat

B. Dasar Teori

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang


belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertent
dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Beberapa
faktor yang mempengaruhi persyaratan minimal antara lain:
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

Pemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati


merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,
termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan
pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat.
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:
1. Pengeringan
2. Fermentasi
3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)
4. Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)

Adapun tahapan–tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:


1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda
tergantung pada:
- Bagian tanaman yang digunakan
- Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
- Waktu panen
- Lingkungan tempat tumbuh

2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih yang mengalir.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia tertentu ada yang memerlukan proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor
luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi,
penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang.

C. Alat dan Bahan


- Simplisia
- Pisau
- Gunting
- Lemari pengering atau oven

D. Metode
1. Mahasiswa dibagi 5 kelompok
2. Menjelaskan cara pengumpulan simplisia
3. Menjelaskan pengelolaan pasca panen simplisia yang diambil
LEMBAR KERJA
A. Identifikasi Bahan
1. Nama Tanaman
2. Bagian tanaman yang digunakan
3. Nama simplisia
4. Khasiat
5. Waktu panen tanaman
6. Cara panen tanaman
7. Kandungan fitokimia tanaman

B. Uraian tahap pembuatan simplisia dengan mengisi tabel berikut ini !


1. Pemilihan bahan baku
a. Bahan baku tanaman
b. Waktu pengambilan bahan baku
c. Karakteristik bahan baku
 Warna
 Bentuk
 Kenampakan irisan
 Bau

 Rasa
2. Sortasi basah
a. Jenis benda asing
3. Pencucian
4. Berat basah bahan baku
5. Cara pengubahan bentuk bahan baku
6. Pengeringan
a. Cara pengeringan
b. Lama pengeringan
c. Berat kering bahan baku
d. Kadar air
7. Pemeriksaan organoleptis
a. Warna
b. Bau
c. Rasa
8. Penyimpanan
a. Wadah penyimpanan
b. Suhu tempat penyimpanan
c. Kelembapan tempat penyimpanan
d. Berilabel pada wadah
PRAKTIKUM III

Pengaruh Pengeringan

A. Tujuan

Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh pengeringan sinar matahari


dengan naungan kain hitam, pengeringan dengan oven atau lemari pengering dan
matahari langsung terhadap mutu dari simplisia.

B. Dasar Teori

Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan


sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai
suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses
pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang
dihembuskan pada bahan yang dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap
pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan
kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium pengering,
menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus
membawa air keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat, secara
mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar, dengan pemisah
sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode lainnya.
Pemisahan air secara mekanik lebih murah dan lebih hemat energi dibanding
dengan pengering.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Dalam hal ini, kandungan uap air ufara lebih sedikit atau udar mempunyai
kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan.
Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika perbedaan
antara kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar bahan semakin
besar. Salah satu factor yang mempercepat proses pengering adalah kecepatan
angina tau udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan
kandungan uap di sekitar bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga
pengeringan semakin lambat.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas
perkembangan organism dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembisukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama. Proses
pengeringan diperoleh dengan penguapan air. Cara tersebut dilakukan dengan
menurunkan kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan udar panas di
sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan uap
air di udara. Perbedaan tekanan itu menyebabkan terjadinya aliran uap air dari
bahan ke udara.

C. Alat dan Bahan


- Simplisia
- Oven
- Loyang
- Lemari pengering
- Kain hitam
- Sinar matahari

D. Metode
- Tanaman obat berkhasiat dilakukan sortasi basah
- Dilakukan Pencucian
- Dilakukan Pengeringan dengan berbagai cara yakni dengan oven,
pengeringan matahari langsung dan ditutup kain hitam
- Amati dan bahas hasil yang didapatkan

PRAKTIKUM IV

Penetapan Kadar Air dan Susut Pengeringan

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menghitung kadar air dan susut pengeringan
Mahasiswa mampu membahas akibat kadar air dan susut pengeringan.

B. Dasar teori
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang
akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar
mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang
tercantum dalma monografi resmi terbitan Departemen Kesehatan RI seperti
Materia Medika Indonesia.
1. Penetapan kadar air
Prinsip metode uji ini adalah pengukuran kandungan air yang berada di
dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi,
destilasi, atau gravimetri.
2. Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak
mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap) identik
dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau
lingkungan udara terbuka.
Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan.
C. Alat dan Bahan

Bahan : Serbuk simplisia 20 gram, toluene 200 ml

Alat : Cawan porselen, moisture balance, oven, sterling bidwell, beker


glass, gelas ukur

D. Metode
1. Susut Pengeringan
 Panaskan cawan kosong di dalam oven pada suhu 105°C selama 30
menit
 Masukkan cawan ke dalam desikator sampai cawan dingin
 Timbang cawan sebagai bobot awal
 Simplisia 1 gram dimasukkan dalam cawan, lalu ratakan agar
membentuk lapisan
 Masukkan cawan petri yang berisi simplisia ke dalam oven dan panaskan
pada suhu 105°C selama 30 menit
 Cawan petri + simplisia dimasukkan ke dalam desikator dan biarkan
cawan hingga dingin
 Timbang cawan + simplisia untuk mengetahui bobot susut pengeringan
 Cawan + simplisia dimasukkan kembali ke dalam oven dan panaskan
pada suhu 105°C selama 30 menit
 Ulangi langkah tersebut sampai bobot simplisia yang didapatkan konstan
atau tetap
A- B
% Susut pengeringan = x 100%
A
Keterangan:
A = Berat sampel sebelum dipanaskan (g)
B = Berat sampel setelah dipanaskan (g)
2. Penetapan Kadar air
 Serbuk simplisia 20 gram dimasukkan dalam labu
 Ditambah 200 toluen murni yang telah dijenuhkan
 Tunggu sampai mendidih
 Hitung jumlah air yang terkumpul dalam alat sterling bidwell
 Hitung kadar air simplisia menggunakan rumus
Volume air
Persentase Kadar air = x 100%
Berat simplisia
PRAKTIKUM V

Pembuatan Serbuk Simplisia

A. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan


serbuk dari simplisia.

B. Dasar Teori

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan


untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain
suhu pengeringan tidak lebih dari 60ᵒC (BPOM, 2014). Serbuk adalah sediaan
obat tradisional berupa butiran homogen dengan deraiat halus yang cocok;
bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya (DepKes
RI, 1994). Serbuk Simplisia adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran
homogen dengan derajat halus yang sesuai, terbuat dari simplisia atau
campuran dengan Ekstrak yang cara penggunaannya diseduh dengan air panas
(BPOM, 2014).

Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:


1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %.
2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
3. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
4. Mikroba patogen. Negatif.
5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.

Untuk penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan


bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan
penyimpanan untuk serbuk simplisia ialah dalam wadah tertutup baik; disimpan
pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari (DepKes
RI, 1994).

C. Cara Kerja
1. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil
rajangan mudah diremah dan mudah patah.
2. Simplisia yang telah kering lalu didisortasi kering untuk menghilangkan
kotoran yang masih ada.
3. Simplisia ditimbang kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat
penyerbukan hingga halus.
4. Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan
dalam wadah dan diberi label.
PRAKTIKUM VI.

Perencanaan Pembuatan Usaha Produk Herbal

A. Tujuan
1. Mempelajari potensi usaha produk herbal (obat tradisional)
2. Mempelajari cara penyusunan perencanaan usaha produk herbal/obat
tradisional (dari sektor hulu-hilir)
3. Mahasiswa dapat membuat produk dari bahan yang berasal dari tanaman,
simplisia, ekstrak yang mempunyai khasiat sebagai obat tradisional.

B. Pendahuluan
Peningkatan permintaan biofarmaka lokal berjalan seiring dengan
semakin banyaknya jumlah industri jamu, farmasi dan kosmetika. Perkembangan
jumlah industri obat tradisional dan keanekaragaman produknya, dengan ciri
khas ekologi dan topografi masing-masing wilayah di Indonesia, terus
meningkat sepanjang tahun. Tahun 1992 jumlah Industri Obat Tradisional
Indonesia berjumlah 449 buah yang terdiri dari 429 buah Industri Kecil Obat
Tradisional (IKOT) dan 20 buah Industri Obat Tradisional (IOT). Pada tahun
1999 jumlah Industri Obat Tradisional Indonesia telah meningkat menjadi 810
yang terdiri atas 833 buah IKOT dan 87 buah IOT (diperkirakan pada tahun
2002 ini sudah mencapai sekitar 1000 industri). Industri sebanyak ini mampu
menghasilkan perputaran dana sekitar Rp. 1.5 trilyun per tahun. Peningkatan
jumlah industri obat tradisional tersebut signifikan dengan peningkatan total
nilai jual produk obat asli Indonesia di dalam negeri, yang mana 5,5 milyar
rupiah pada tahun 1991 meningkat hingga mencapai nilai 600 milyar rupiah
pada tahun 1999 (Bisnis farmasi, 2007).
Namun jika dicermati, perkembangan obat alami di Indonesia atau obat
asli Indonesia belum dapat dikatakan maju dalam hal mutu, penguasaan pasar,
dan industrinya. Menurut Wahono (2005), terdapat dua faktor penyebab yaitu:
4. Faktor internal (domestik)
Faktor internal meliputi filosofi dasar pengembangan obat asli Indonesia
belum terbangun dan pola pengadaan bahan baku (agroindustri tanaman obat)
yang belum berkembang, sehingga potensi yang melimpah belum tergarap
dengan baik. Struktur industri obat tradisional Indonesia yang belum kuat
dengan kesenjangan cukup besar antara industri besar dan kecil juga menjadi
salah satu faktor kendala.
5. Faktor eksternal (pengaruh global)
Kendala eksternal meliputi pesatnya perkembangan industri herbal di
berbagai negara, baik Asia maupun Eropa, yang berakibat membanjirnya
produk luar di pasar lokal dengan mutu dan kemasan yang lebih baik.
Mencermati kondisi tersebut, Litbang Deptan (2005) menjelaskan program
yang dibutuhkan untuk pengembangan TO unggulan tersebut, ialah :
(1) Penetapan wilayah pengembangan berdasarkan potensi, kesesuaian
lahan dan agroklimat, sumberdaya manusia dan potensi serapan pasar;
(2) Peningkatan produksi, mutu dan daya saing melalui:
 penggunaan varietas unggul yang ditanam di tempat yang sesuai
dengan penerapan praktek pertanian yang baik (GAP, Good
Agricultural Practices) yang didasarkan atas SOP (Standard
Operational Procedures) untuk masing-masing komoditas,
 panen dan pengolahan produk sesuai dengan GMP (Good
Manufacturing Practices);
(3) Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia melalui:
 pendidikan dan pelatihan SDM yang terlibat dalam penyediaan
bahan baku obat dan system pelayanan kesehatan,
 demplot teknologi produksi bahan tanaman;
(4) Pengembangan infrastruktur dan kelembagaan melalui:
 pembangunan sarana dan prasarana penunjang transportasi,
telekomunikasi ke daerah sentra produksi TO,
 pengembangan kemitraan antara petani dengan industri dan
pemerintah;
(5) Peningkatan pelayanan informasi, promosi dan pemasaran melalui:
 pengembangan website, publikasi di media masa dan forum-forum
terkait,
 pembentukan jejaring kerja dan sistem informasi pasar;
(6) Penyusunan kebijakan perpajakan dan insentif investasi yang kondusif
di sub sistem hulu sampai hilir dalam agribisnis dan agroindustri
berbasis TO melalui:
 deregulasi peraturan yang tidak sesuai,
 menciptakan lingkungan usaha agribisnis dan agroindustri yang
kondusif;
(7) Pembentukan data base TO yang valid sebagai acuan dalam
perencanaan program nasional pengembangan tanaman obat.

C. Metode
1. Tentukan usaha komoditi dari jenis tanaman obat, rempah, dan aromatik
berdasarkan peluang pasar lokal atau internasional (Informasi dapat
diperoleh melalui survey dan data sekunder: internet, majalah, dsb).
2. Tentukan sektor usaha yang akan dilakukan, apakah sektor hulu (penyediaan
bahan baku/budidaya) atau sektor hilir (pengolahan hasil tanaman menjadi
simplisia atau produk olahan)
Buat perencanaan usaha (dapat dilakukan dengan survey atau perencanaan
sendiri)
a. Nama perusahaan
b. Struktur organisasi
c. Bidang usaha
d. Hasil produk
e. Sasaran pasar
f. Analisis usaha
PUSTAKA ACUAN :

Anonim. Materia Medika. Semua Jilid. Departemen Kesehatan RI.


BPOM. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. BPOM: Jakarta. hal 3, 11.
DepKes RI. 1994. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor:
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional. DepKes:
Jakarta.
Evans, W.C., 2002. Trease and Evans Pharmacognosy, 15th Ed. p 214-327.
W.B.Saunders.
Gunawan, D. & Mulyani, S., 2002. Ilmu Obat Alami (Farmakognosi)1. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Jackson, B.P. & Snowdon, D.W., 1991. Atlas of Microscopy of Medicinal Plants
Culinary Herbs and Spices. Belhaven Press. London.
Kar, A., 2007. Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology. 2nd Ed., New Age
Int.Limited Publisher. New Delhi.
Upton, R.,Graff, A., Jolliffe, Longer, Williamson. 2011. American Herbal
Pharmacopoeia Botanical Pharmacognosy, Microscopic Characterization of
Botanical Medicines. CRC Press. New York
World Health Organization. 2003. WHO guidelines on good agricultural and
collection practices (GACP) for medicinal plants.

Anda mungkin juga menyukai