Anda di halaman 1dari 23

-F.

U-
BIODATA PRAKTIKAN

Pas Foto 4 x 6 cm Latar


biru

NAMA LENGKAP :

NIM :

KELAS :

JADWAL PRAKTIKUM :

KELOMPOK :

TANDA TANGAN :

-F.U-
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


berkat dan rahmat-Nya, modul praktikum Farmakognosi 2 ini dapat
terwujud. Adapun penyusunan penuntun praktikum ini bertujuan untuk
membantu mahasiswa, asisten dan dosen Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Makassar dalam melaksanakan pembelajaran
di Laboratorium agar dapat berjalan dengan lancar. Penuntun praktikum ini
bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar pustaka
untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan
diharapkan dapat tetap mempelajari buku-buku Farmakognosi atau yang
terkait guna menambah pengetahuan dan memperkuat pemahaman
terhadap Mata Kuliah ini. Selain itu hendaknya Mahasiswa diminta belajar
secara jujur dan untuk mengukur sejauh mana pemahaman Mahasiswa
terhadap kegiatan praktikum ini.
Dalam memahami Farmakognosi tentunya dibutuhkan sarana dan
prasarana yang tidak sederhana sehingga praktikum Farmakognosi 2 ini
dibuat berdasarkan kondisi laboratorium yang ada. Hal ini berarti masih
banyak kekurangan dan tentu saja perlu banyak penyempurnaan lebih
lanjut. Olehnya itu penulis dengan senang hati dan tangan terbuka
mengharapkan berbagai masukan dan kritikan yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan penuntun ini.

Makassar

Penyusun

ii
TATA TERTIB

1. Praktikan diharapkan hadir 30 menit sebelum kegiatan praktikum


dimulai. Apabila terlambat maka praktikan TIDAK diperkenankan
mengikuti praktikum pada hari tersebut.
2. Sebelum mengikuti praktikum, praktikan diharapkan mempelajari teori
dan kegiatan praktikum yang akan dilakukan.
3. Praktikan wajib membawa: laporan, lembar kerja praktikum, masker,
dan alat - alat yang dibutuhkan pada saat praktikum.
4. Setiap kali praktikum, akan dilakukan pre test dan post test, sebelum
dan setelah kegiatan praktikum selesai dilaksanakan. TIDAK menjawab
3 pertanyaan saat pre test, maka nilai respon dan nilai keaktifan
ditiadakan.
5. Dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di
laboratorium yang tidak sesuai dengan kegiatan praktikum matakuliah
yang diambil
6. Sebelum, selama dan setelah praktikum berlangsung, praktikan
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian Laboratorium.
Jika sebelum dan selama praktikum, praktikan tidak menjaga
kebersihan, maka diberlakukan denda sebesar Rp. 10.000., untuk setiap
praktikan per kelas
7. Sesudah praktikum, praktikan wajib bertanggungjawab dengan mencuci
alat serta mengembalikan alat dan bahan sesuai tempat yang
disediakan atau di tempat semula.
8. Apabila terdapat alat praktikum yang hilang atau rusak maka menjadi
tanggungan praktikan. Sebelum alat yang hilang atau rusak diganti,
maka nilai praktikum tidak dapat dikeluarkan.
9. Peserta Praktikum TIDAK DIBOLEHKAN merokok, makan dan minum,
membuat kericuhan selama kegiatan praktikum dan di dalam ruang
laboratorium

iii
10. Peserta praktikum berikut : mengenakan pakaian/kaos oblong/berbahan
jeans, memakai sandal, memakai perhiasan (cincin, jam tangan,
gelang), tidak memakai jas/pakaian laboratorium; TIDAK BOLEH
memasuki laboratorium dan/atau TIDAK BOLEH MENGIKUTI
PRAKTIKUM
11. Selama praktikum berlangsung, semua gadget harus disilince (nada
getar)
12. JANGAN MEMBUANG zat-zat kimia ke wasbak!
13. Jika Anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah
dengan air yang banyak. KECUALI APABILA ANDA TERKENA
TUMPAHAN/CIPRATAN BROM, FENOL ATAU ASAM SULFAT
PEKAT (H2SO4 PEKAT), HINDARI MEMBILAS DENGAN AIR!!!
14. Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, beritahu
segera dosen atau asisten praktikum. Segera hubungi pihak medis jika
lukanya cukup serius.
15. JANGAN PERNAH melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau
percobaan TANPA ADANYA PENGAWASAN dosen atau asisten
praktikum
16. JANGAN meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan, terutama
percobaan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah meledak atau
mudah terbakar.
17. Apabila praktikan berhalangan hadir, praktikan wajib menyertakan bukti
ketidakhadiran berupa surat izin (izin yang diperbolehkan yaitu,
kedukaan, mengikuti kegiatan tingkat Program studi, Fakultas, ataupun
Universitas), surat sakit/keterangan dari dokter dan diharuskan
mengikuti inhal untuk kegiatan praktikum yang ditinggalkan.
18. Praktikan diharuskan dapat menyelesaikan semua kegiatan praktikum
karena merupakan syarat mengikuti ujian akhir praktikum
*Notes: Syarat dan ketentuan dapat ditambahkan pada saat Asistensi sesuai keperluan .

iv
FORMAT PENULISAN JURNAL LENGKAP
Sampul
Bab I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan Percobaan
I.4. Manfaat Percobaan
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
II.1.1. Defenisi
II.1.2. dst
II.2. Uraian Bahan
II.3.
Dst
Bab III METODE PENELITIAN
III.1. Alat Dan Bahan
III.1.1. Alat yang digunakan
III.1.2. Bahan yang digunakan
III.2. Cara Kerja
III.2.1. Cara kerja …….
III.2.2. Cara Kerja …….
Dst
III.3. Perhitungan Bahan
Bab IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Pengamatan
III.1.1. Tabel Pengamatan …..
III.1.2. Tabel Pengamatan …..
Dst
III.2. Pembahasan
Bab V PENUTUP
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
TATA CARA PENULISAN LAPORAN/ JURNAL LENGKAP

1. Tugas Pendahuluan di buat per individu, pada kertas A4,digaris pinggir,


tinta biru, dengan margin 4-4-3-3, sertakan fotocopy buku/jurnal
pendukung
2. Jurnal lengkap dibuat per kelompok, ditulis tangan berdasarkan jumlah
anggota kelompok (misalnya 1 kelompok beranggotakan 5 orang,
berarti ada 5 tulisan tangan yang berbeda dalam 1 jurnal), pada kertas
A4 digaris pinggir, tinta biru, dengan margin 3-3-3-3 dengan cover dan
format yang telah ditentukan, sertakan fotocopy buku/jurnal pendukung
3. Jurnal lengkap kelompok di kumpulkan pada H+2 setelah praktikum,
dan telah di ACC H-2 Sebelum praktikum selanjutnya.

vi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Tata Tertib

Format Laporan Praktikum

Praktikum 1 Isolasi Pati

Praktikum 2 Identifikasi Fisikokimia dan Komponen Fitokimia Ekstrak

Praktikum 3 Identifikasi Pemalsuan Jamu dengan Kromatografi Lapis

Tipis

Daftar Pustaka

vii
PRAKTIKUM 1
ISOLASI PATI

1. INDIKATOR CAPAIAN
Mahasiswa mampu mempraktekkan cara mengisolasi pati

2. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami karbohidrat
2. Mahasiswa memahami cara isolasi pati

3. PRINSIP PERCOBAAN
Memisahkan pati dengan cara menghomogenkan dan mendekantasikan
menggunakan NaCl dan aquadest beberapa kali hingga didapat pati murni.

4. PENDAHULUAN/ DASAR TEORI


Karbohidrat atau gula merupakan inti dari metabolisme tumbuhan
sehingga deteksi dan perkiraan kuantitatif karbohidrat merupakan hal penting
bagi ahli tumbuhan. Gula merupakan senyawa organik rumit pertama yang
terbentuk dalam tumbuhan sebagai hasil fotosintesis, merupakan sumber
energi pernafasan, tempat penyimpanan energi (sebagai pati), pengangkut
(sebagai sukrosa) dan pembangun dasar dinding sel (sebagai selulosa).
Berdasarkan ukuran molekulnya, gula dikelompokan menjadi tiga golongan
yaitu monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa), oligosakarida yang
terbentuk dari kondensasi dua satuan monosakarida atau lebih (misalnya
maltose, laktosa, sukrosa) dan polisakarida terdiri atas satuan monosakarida
berantai panjang membentuk rantai lurus atau bercabang.
Dari segi kimia, gula dengan bobot molekul yang rendah memiliki sejumlah
sifat yang sama. Gula berupa senyawa polihidroksi alifatik yang aktif optik dan
umumnya mudah larut dalam air. Umumnya gula sukar mengkristal, walau
dalam bentuk murni sehingga sering diisolasi dan sebagai turunannya
(misalnya sebagi osazon yang merupakan hasil reaksi dengan fenilhidrazin)
Gula relatif labil dan mudah mengalami isomerisasi (secara enzimatis atau cara

-F.U-
lain) dan/atau mengalami pembukaan cincin ketika diekstraksi dan pemekatan
ekstrak, sehingga harus dihindari pemanasan dan pH yang terlalu tinggi.
Polisakarida merupakan polimer yang sederhana karena strukturnya
hanya mengandung beberapa gula sederhana. Polisakarida yang paling di
kenal adalah selulosa dan pati yang merupakan polimer dari gula tunggal yaitu
glukosa. Kerumitan struktur polisakarida disebabkan satuan gula dapat terikat
bersama melalui ikatan eter dengan berbagai cara yang berbeda. Ujung
mereduksi suatu gula (C1) dapat berkondensasi dengan suatu gugus hidroxil
gula kedua (pada C2, C3, C4 atau C6) sehingga pada saat polimerisasi,
beberapa gula dapat tersubsitusi pada dua posisi menghasilkan struktur rantai
bercabang. Ikatan eter dapat memiliki konfigurasi α dan β yang disebabkan oleh
stereokimia gula sederhana, dan kedua jenis ikatan teresbut dapat berada
dalam molekul yang sama. Pati dan selulosa dapat dibedakan karena pati terdiri
dati satuan glukosa dengan ikatan α 1- > 4 sedangkan selulosa terdiri atas β-
glukan dengan ikatan β 1- > 4 ; pati memiliki beberapa percabangan yaitu ikatan
α 1- > 6 sedangkan selulosa tidak bercabang.

Gambar. Struktur Amilosa dan amilopektin


Pati terdiri atas amilosa dan amilopektin yang dapat dipisahkan.
Amilosa (sekitar 20% dari jumlah pati) mengandung sekitar 300 satuan
glukosa terikat α 1- > 4 pada rantai sederhana, yang secara in vivo
berbentuk α heliks. Amilopektin (sekitar 80% dari jumlah pati) memiliki rantai
α 1- >4 dengan percabangan teratur pada rantai utama oleh ikatan

2
sekunder α 1- > 6, jadi strukturnya adalah jenis bercabang banyak secara
acak. Amilosa dan amilopektin dibedakan berdasarkan hasil reaksi dengan
iodium, amilosa memberikan warna biru sedangkan amilopektin
memberikan warna ungu kemerahan.
Pati merupakan bentuk energi simpanan esensial dalam tumbuhan,
butir pati umumnya disimpan dalam kloroplast dekat tempat fotosintesa.

5. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Blender 1. NaCl
2. Beaker glass 2. Aquadest
3. Kain batis 3. Iodium
4. Mikroskopik 4. Ubi Kayu
5. Saringan
5. Ubi Jalar
6. Timbangan
6. Jagung
7. Kentang
8. Beras
9. Sagu

6. PROSEDUR KERJA
ISOLASI PATI
1) Timbang 250 g bahan yang telah dikupas dan dicuci bersih.
2) Giling dengan 750 ml NaCl 1%.
3) Saring dengan kain batis.
4) Ampasnya diekstraksi kembali dengan 150 ml NaCl 1%.
5) Saring dan campur dengan filtrat pertama.
6) Diamkan sampai butiran pati mengendap.
7) Beningan filtrat dienaptuangkan dan dibuang.
8) Pati basah dicuci dengan satu kali 100 ml NaCl 1% dan tiga kali
dengan 100 ml aquades, atau sampai diperoleh pati berwarna putih
9) Tiriskan kemudian dikeringkan dan ditimbang.
10) Hitung persentase pati yang diperoleh terhadap bobot awal bahan

3
PENGAMATAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK
1. Ambil serbuk pati, amati organoleptisnya (bau, rasa, dan warna)
2. Buatlah sediaan dalam media air dari masing-masing serbuk pati! Amati
dibawah mikroskop dan perhatikan bentuk, ada/tidaknya hilus dan lamella
3. Tambahkan larutan iodium pada masing-masing serbuk pati. Amati
warnanya di bawah mikroskop!
4. Gambarkan semua hasil identifikasi serbuk pati pada lembar kerja anda!

7. EVALUASI

Nama bahan :

Nama latin bahan :

Nama simplisia :

Bobot awal bahan :

Bobot Pati Kering :

Persentase bobot pati terhadap bobot bahan awal :

Makroskopik pati :

Mikroskopik pati :

8. TUGAS PENDAHULUAN

Jelaskan tentang :

1) Karbohidrat

2) Fungsi Karbohidrat

3) Struktur Kimia Karbohidrat

4) Penggolongan Karbohidrat

5) Pati/Amilum

6) Cara memperoleh pati/amilum

7) Klasifikasi dari simplisia yang digunakan

*Note : Tugas Pendahuluan dapat ditambahan oleh asisten penanggung jawab percobaan

4
PRAKTIKUM 2
IDENTIFIKASI FISIKOKIMIA & KOMPONEN FITOKIMIA EKSTRAK

1. INDIKATOR CAPAIAN
Mahasiswa mampu mempraktekkan cara mengidentifikasi fisikokimia
dan komponen fitokimia suatu ekstrak

2. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara mengidentifikasi fisikokimia dan komponen
fitokimia suatu ekstrak pada tumbuhan

3. PENDAHULUAN/ DASAR TEORI


Tanaman melakukan metabolisme menhasilkan metabolit yang terbagi
menjadi metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer adalah metabolit
pembangun dimana metabolit ini dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri. Contoh dari metabolit ini antara
lain: lemak, karbohidrat, asam amino, asam nukleat, polipeptida, klorofil.
Metabolit sekunder merupakanmetabolit selain metabolit primer yang di dalam
tumbuhan fungsinya berbeda dengan metabolit primer. Umumnya, metabolit
merupakan produk akhir yang digunakan oleh tanaman untuk pertahanan diri
terhadap organisme lain. Contoh dari metabolit sekunder antara lain: alkaloid,
fenolik, flavonoid, tanin, steroid, terpenoid, glikosida dan sebagainya (Hanani
2015)
Fenolik merupakan metabolit sekunder yang sering terdapat pada
tanaman. Istilah ini mengacu pada senyawa yang mengandung senyawa
aromatis dengan satu atau dua gugus hidroksil. Fenolik dengan lebih dari dua
gugus hidroksil dinamakan polifenol. Bentuk fenol bebas (aglikon) jarang
terdapat pada tanaman. Kelarutan fenol bebas yaitu pada pelarut nonpolar
seperti eter. Umumnya bentuk fenol yang ada pada tanaman adalah bentuk
glikosidanya (bentuk yang terikat dengan gula). Bentuk ini umumnya lebih
larut dalam pelarut polar seperti air maupun metanol dan etanol. Glikosida
fenolik dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam (HCl 2M di atas
penangas air selama 30 menit) atau dengan basa (NaOH 2M selama 4 jam

5
pada suhu kamar dan sebelum dieksraksi diasamkan kembali terlebih dahulu).
Beberapa contoh senyawa fenol antara lain: hidrokuinon, fenol sederhana
(katekol, orsinol, pirogalol, dan sebagainya), asam fenolat (asam salisilat,
vanilat, protokatekuat), dan fenil propanoid (asam hidroksisinamat, kumarat,
kafeat, ferulat). Cara untuk mendeteksi senyawa fenol secara sederhana yaitu
dengan menambahkan larutan besi (III) klorida (FeCl 3) yang akan
menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat. Pereaksi
lain yang juga dapat digunakan yaitu Folin Ciocalteau, vanilin-HCl pekat,
vanilin-H2SO4 pekat (Hanani 2015).
Tanin adalah metabolit sekunder yang merupakan suatu polifenol yang
terdapat di dalam jaringan kayu seperti kulit batang, atau pada daun dan buah.
Tanin mampu menyebabkan koloid dalam airdan membentuk endapan
dengan adanya protein. Tanin terbedakan menjadi 2 jenis, yaitu tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis
dengan menggunakan asam atau enzim. Jenis tanin ini setelah terhidrolisis
akan menghasilkan beberapa molekul asam fenolat seperti asam galat dan
asam heksahidroksidifenat. Contoh tanin terhidrolisis adalah galotanin dan
elagitanin. Tanin terkondensasi merupakan jenis tanin yag ridak dapat
dihidrolisis. Tanin ini merupakan gabungan/polimer (kondensasi) dari katekin
(flavon 3-ol) atau galokatekin. Contoh dari tanin terkondensasi adalah
flobafen/flobatanin. Keberadaan tanin di dalam sampel dapat diidentifikasi
dengan penambahan pereaksi FeCl3 yang akan memberikan warna biru
kehitaman (tanin terhidrolisis) atau hijau coklat (tanin terkondensasi). Selain
itu, tanin dapat pula diidentifikasi dengan menggunakan larutan gelatin 1%
dalam 10% NaCl dan menimbulkan endapan berwarna putih (Hanani 2015).
Flavonoid terdapat dalam banyak tumbuhan sebagai campuran, jarang
sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal alam jaringan tumbuhan. Flavonoid
merupakan senyawa fenol sehingga memiliki sifat agak asam dan warnanya
akan berubah jika ditambah dengan basa atau amonia. Flavonoid sering
dijumpai bentuk glikosidanya dibanding bentuk bebas (aglikon). Bentuk
glikosidanya larut dalam pelarut polar seperti air, metanol, etanol, aseton,
butanol. Sedangkan bentuk bebasnya larut dalam pelarut kurang polar seperti
klorofom dan eter. Flavonoid bentuk glikosida ada dua jenis, yaitu flavonoid
C-glikosida dan flavonoid O-glikosida. Flavonoid dapat diidentifikasi

6
menggunakan uji Shinoda (serbuk Mg dan beberapa tetes HCl 5 M) yang akan
menghasilkan warna merah hingga merah keunguan sebagai tanda
keberadaan flavanon, flavonol, flavanonol, dan dihidroflavonol (Hanani 2015).
Alkaloid merupakan metabolit sekunder dengan sifat basa, berasal dari
tumbuhan dan hewan, umumnya memiliki atom N pada sistem cincin
heterosiklik (tidak semua anggota cincin memiliki atom N). Sering memiliki
aktivitas biologis pada manusia dan hewan. Alkaloid umumnya berbentuk
garam sehingga lebih larut dalam pelarut air ataupun etanol, sedangkan
aklaoid bentuk basa bebasnya akan larut dalam pelarut organik nonpolar
seperti eter, benzena, toluen dan kloroform. Identifikasi alklaoid dapat
dilakukan dengan penambahan pereaksi Dragendorff (larutan iodobismutat),
Mayer, atau iodoplatinat (larutan kalium periodat) (Hanani 2015).

4. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
Desikator Aquadest
Gelas kimia etanol 95% pa
Timbangan aseton 98% pa
Cawan petri kloroform 95% pa
Oven HCl 2M
Erlenmeyer Eter

Corong pisah FeCl3


etanol 70%
Toples
serbuk magnesium
Batang pengaduk
HCl pekat.
Termometer
methanol
Statif
ammonia
Pipet tetes
kloroform
bauchardat
dragendorf
mayer

7
5. PROSEDUR KERJA
Analisis Fisikokimia
Penetapan bobot jenis
1) Gelas kimia 10 ml ditimbang, dipanaskan pada suhu 110 0C selama 15 menit
dan didinginkan dalam desikator.
2) Timbang kembali beaker gelas tersebut (perlakuan dilakukan secara
berulang sampai mendapat berat gelas kimia yang konstan).
3) Masukkan ekstrak sebanyak 1 mg ke dalam gelas kimia tersebut, tambahkan
etanol 95% sebanyak 1 mL, aduk sampai homogen, timbang volume larutan
kombinasi ekstrak dah hitung massa jenisnya dengan rumus :
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌
𝝆=
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌
Uji Kelarutan
Masukkan ekstrak sebanyak 0,01 mg tambahkan 2 mL aquadest, kocok
campuran dan amati kelarutan yang terjadi. Ulangi langkah tersebut
dengan menggantikan aquadest dengan etanol 95% pa, aseton 98% pa,
dan kloroform 95% pa

Penentuan Titik Didih


Masukkan ekstrak sebanyak 0,1 mg ke dalam cawan petri yang telah
dilengkapi dengan termometer pada statif, dipanaskan hingga mencapai
suhu tertinggi (110 0C) dan catat hasil pengamatan suhu yang diperoleh.

Ekstraksi Simplisia
1. Wadah maserator yang telah dibersihkan dan dikeringkan ditutup
dengan kertas coklat
2. Timbang 100 g serbuk yang akan dimaserasi dan rendam dengan
pelarut etanol 70% sebanyak 1 L (atau hingga pelarut setinggi ± 2 cm
di atas serbuk)
3. Aduk-aduk rendaman dan tutup maserator. Diamkan hingga 24 jam.
4. Saring rendaman dengan kain flanel dilanjut dengan menggunakan
kertas saring, tampung filtrat dalam wadah, ampas kembali

8
diremaserasi dengan pelarut.
5. Lakukan maserasi sekurang-kurangnya 2 kali pengulangan (atau
hingga warna pelarut menjadi jernih).
6. Tamping filtrat dan masukan ke dalam wadah tertutup rapat.

Identifikasi Senyawa Kimia


Identifikasi Fenol
Penyiapan larutan uji: Ekstrak 2 g dalam Erlenmeyer ditambahkan 10 ml
HCl 2M, dipanaskan di atas tangas air selama 30 menit. Disaring, filtrat
dimasukkan dalam corong pisah. Perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali.
Filtrat kemudian ditambahkan dengan 20 ml eter, dikocok biarkan
keduanya memisah. Larutan eter dipisahkan, diuapkan hingga sisa
sekitar 5 ml. Lakukan identifikasi pada larutan uji:
I. Larutan uji 1 mL ditambahkan dengan pereaksi Folin Ciocalteu
dipanaskan sebentar di atas tangas air akan terjadi warna biru.
II. Larutan uji 1 mL ditambahkan larutan vanillin-HCl pekat akan
timbul warna.
III. Larutan uji 1 mL ditambahkan 5 ml FeCl3 maka akan terbentuk
warna ungu.

Identifikasi Tanin
Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
dikocok dengan air panas hingga homogen setelah itu ditambahkan FeCl3,
jika menghasilkan biru karakteristik biru-hitam, berarti mengandung tanin
pirogalol. Sedangkan untuk tanin katekol dianggap positif jika pada
penambahan larutan FeCl3 maka akan berwarna hijau atau biru-hijau dan
endapan

Identifikasi Flavanoid
Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi dilarutkan
dalam 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan serbuk magnesium

9
0,5 g dan 3 tetes HCl pekat. Apabila terbentuk warna jingga sampai merah
menunjukkan adanya flavon, merah sampai jingga menunjukkan flavanol,
jingga sampai merah keunguan menunjukkan flavanon

Identifikasi Alkaloid
Penyiapan larutan uji: Serbuk simplisia 1 g dikocok dengan methanol 20 mL
dan ammonia 3 mL, panaskan suhu 60C sambal dikocok 15 menit. Saring
larutan dan filtratnya dipekatkan hingga menjadi 3 mL. tambahkan HCl 1 N
5 mL. sari larutan dengan 10 mL kloroform lalu pisahkan. Lapisan kloroform
sebagai larutan uji. Lakukan identifikasi pada larutan uji:
I. Larutan uji diteteskan 3 tetes pada kaca arloji lalu ditambahkan
pereaksi Dragendorff. Catat warna endapan yang timbul.
II. Larutan uji diteteskan 3 tetes pada kaca arloji lalu ditambahkan
pereaksi Mayer. Catat warna endapan yang timbul.
III. Larutan uji diteteskan 3 tetes pada kaca arloji lalu ditambahkan
pereaksi Bouchardat. Catat warna endapan yang timbul.

6. EVALUASI
Kelarutan
Reagen Simpulan
Etanol
Aseton 98%
Kloroform 75%
Aquadest

Identifikasi Ekstrak
Senyawa yang Pereaksi yang Hasil Kesimpulan
diidentifikasi digunakan pengamatan

10
7. TUGAS PENDAHULUAN
1) Apa yang dimaksud dengan metabolit primer dan metabolit
sekunder?
2) Buat skema kerja cara identifikasi untuk alkaloid, flavonoid, tanin?
3) Jelaskan cara pembuatan reagen yang digunakan !

*Note : Tugas Pendahuluan dapat ditambahan oleh asisten penanggung jawab percobaan

11
PRAKTIKUM 3
IDENTIFIKASI PEMALSUAN JAMU DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

1. INDIKATOR CAPAIAN
Mahasiswa mampu mempraktekkan cara mendeteksi
kemungkinan pemalsuan dalam sediaan jamu

2. TUJUAN
1) Mengetahui jenis jenis obat tradisional
2) Mendeteksi kemungkinan pemalsuan dalam sediaan jamu
3) Menerapkan metode KLT dalam standardisasi ekstrak
melalui analisis sidik ragam kromatografi

3. PRINSIP PERCOBAAN
Untuk mengetahui bahan kimia obat yang terdapat pada suatu sampel
dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

4. PENDAHULUAN/ DASAR TEORI


Dalam upaya meningkatkan kemanjuran suatu produk jamu, tidak
jarang ke dalam bubuk jamu ditambahkan bahan sintetik. Jenis bahan
sintetik yang ditambahkan disesuaikan dengan jenis khasiat yang
diindikasikan oleh jamu tersebut. Obat-obat analgetik, antipiretik, vitamin
B kompleks dan kortikosteroid sering ditambahkan pada jamu pegel linu,
obat kuat atau penamabah nafsu makan. Penambahan bahan sintetik ke
dalam sediaan jamu termasuk salah satu bentuk pemalsuan jamu.
Penambahan bahan sintetik ke dalam jamu tidak dibenarkan karena
ditinjau dari aspek posologi dan penandanaan kemungkinan besar sudah
tidak sesuai lagi. Selain itu terdapat unsur penipuan karena konsumen
yang membeli sediaan obat yang mengandung bahan sintetik dapat

-F.U-
membeli dengan harga yang lebih murah. Salah satu standar mutu
ekstrak adalah pola sidik ragam kromatografi lapis tipis yang dapat
dilakukan secara satu arah, dua arah atau sirkular.

5. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
Plat KLT Sampel jamu
Bejana KLT Kertas saring
Pipa kapiler Pembanding kimia ( parasetamol,
Penampak bercak Lampu UV antalgin, aspirin, deksametason,
Alat penyemprot pereaksi alupurinol)
Pelarut untuk pengembang/ fase
gerak

6. PROSEDUR KERJA
1) Bukalah kantong jamu simulasi dan yang saudara beli dari warung
atau toko jamu.
2) Amati secara visual dan mikroskopis kemungkinan adanya partikel
asing dalam jamu tersebut, dan apabila ditemukan adanya kristal,
gambarlah bentuk kristal yang saudara amati
3) Larutkan 0,5 gram jamu dalam 5 mL metanol dan obat pembanding
50 mg/5 mL
4) Buat sistem pengembang yang sesuai untuk bahan sintetik yang
dicurigai dengan mengacu pada pustaka (misalnya Clarke
“Identification of Drug”).
5) Totolkan larutan sampel jamu pasar, jamu simulasi dan pembanding
ke dalam plat KLT.
6) Elusi sampai garis depan pelarut sekitar 1 cm di bawah ujung plat
kemudia keringkan.
7) Amati secara visual, di bawah lampu UV λ 245, UV λ 365 dan dengan

13
pereaksi penampak bercak yang sesuai
8) Gambar setiap hasil pengamatan
9) Diskusikan hasil yang diperoleh dengan kelompok saudara dan
dengan dosen atau asisten

7. EVALUASI
Sistem kromatografi
Sampel :
Fase diam :
Fase gerak/eluen/pengembang :
Penampak bercak :
Gambar KLT (Kromatogram Lapis Tipis )

8. TUGAS PENDAHULUAN
Jelaskan tentang :
1) Obat Tradisional
2) Pembagian Obat Tradisional
3) Definisi Jamu
4) Cara memperoleh Jamu
5) Manfaat Jamu
6) Penandaan Obat Tradisional Yang baik
7) Pencegahan untuk menghindari bahaya penggunaan
Obat Tradisional
8) Cara identifikasi Pemalsuan Jamu

*Note : Tugas Pendahuluan dapat ditambahan oleh asisten penanggung jawab


percobaan

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Depkes RI, Materia Medika Indonesia Jilid V, Jakarta, 1989

BPOM RI. Peraturan KaBPOM RI No. 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan


Mutu Obat Tradisional. Jakarta: BPOM RI.

Ikan, Raphael, “Natural Products a laboratory Guide”, 2th ed. Academic


Press, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, 1991. 97-100

Harborne J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Institut Teknologi


Bandung. Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.

Loo, Thio., 1987 Ikhtisar Ringkas dari Dasar-dasar Farmakognosi, PT.


Kinta & PT. Bunda Karya

Wagner, H., Blladt dan E. M. Zgainski, :Plant Drug Analysis”, Springer


Verlag, Berlin, 1983, hlm. 93-115.

15

Anda mungkin juga menyukai