Anda di halaman 1dari 39

MODUL PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

PM-UMM-02-03/L1
Program Studi
1 Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan


2022
MODUL PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI

Disusun oleh :
Herma Fanani Agusta, M.Sc., Apt

PM-UMM-02-03/L1

2
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2022

PENGESAHAN
Modul Praktikum FARMAKOGNOSI
PM-UMM-02-03/L1
Revisi : 00
Tanggal : September 2022
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi D3 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Pengendali Sistem Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan

NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-03/l1 TANGGAL : September 2022


NO. REVISI : 00 NO. HAL : -
Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh :
Koordinatr Praktikum Kaprodi S1 Farmasi Dekan

Herma Fanani Agusta, M.Sc., Apt Dr. apt. Prasojo Pribadi, M.Sc. Dr. Heni Setyowati ER.,S.Kp., M.Kes
NIDN. 0622088504 NIDN. 0607038304 NIDN. 0625127002
Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Magelang dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan alasan apapun membuat
salinan tanpa seijin Dekan

3
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku petunjuk
praktikum Farmakognosi ini dapat diselesaikan.
Buku Petunjuk Praktikum ini berisikan pemeriksaan bahan
nabati yang berupa simplisia secara haksel pengamatan makroskopi,
mikroskopi, identifikasi dan skrining fitokimia.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari
kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini. Penyusun
berharap semoga buku ini dapat bermanfaat.

Magelang, September 2022

Koordinator Praktikum

4
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Praktikan adalah seluruh mahasiswa S1 Farmasi


2. Seluruh Praktikan harus mengikuti semua jadwal kegiatan praktikum.
3. Semua praktikan harus memiliki buku laporan dan buku petunjuk
praktikum, dibawa saat praktikum berlangsung.
4. Dalam melaksanakan praktikum, semua kelompok akan dibimbing oleh
dosen pembimbing yang telah ditugaskan.
5. Praktikan harus datang 15 menit sebelum praktikum dimulai, jika
terlambat 15 menit dari waktu praktikum, akan dikenakan sanksi sesuai
kebijakan koordinator, kecuali jika ada keperluan yang mendesak dan
sudah melampirkan surat ijin dan pengesahan dari koordinator.
6. Selama menjalankan praktikum, dilarang melakukan hal-hal sebagai
berikut :
o Meninggalkan tempat praktek sebelum waktu selesai, kecuali
dengan ijin dari Asisten/Dosen Pengampu Praktikum
o Melakukan tindakan yang menganggu jalannya praktikum.
o Bermain-main dengan HP kecuali digunakan untuk keperluan
praktikum.
7. Hasil percobaan harus mendapatkan pengesahan dari dosen pengampu
setiap kelompok
8. Setelah praktikum, mahasiswa diwajibkan menyusun laporan resmi
praktikum.

Kepala Laboratorium Farmasi

Setiyo Budi S, M.Farm., Apt.

5
Format Laporan dan Kriterian Penilaian

Laporan Resmi :

1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo


universitas, nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas,
nama universitas, tahun.

2. Isi

a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Dasar teori
d. Metode praktikum/cara kerja
e. Hasil praktikum
f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka

Kriteria Penilaian :

Indikator Point
Praktikum 30
Laporan 30
Responsi 40

6
PERCOBAAN 1
PENGENALAN TANAMAN BERKHASIAT

A. Tujuan
Mengenal beberapa macam tanaman berkhasiat, dan menjelaskan
khasiat, kegunaan dan fitokimia bberapa tanaman berkhasiat.

B. Dasar Teori
Indonesia ialah Negara tropis yang memiliki potensi tanaman
berkhasiat obat cukup besar dan menempati urutan kedua setelah
Brazil. Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan ditemukan di dalam
hutan hujan tropika, sekitar 1.260 spesies di antaranya berkhasiat
sebagai obat dan jamu, tetapi baru beberapa spesies saja yang telah di
budidayakan secara intensif (Supardi, 2001). Oleh karena itu perlu
terus dilakukan upaya pengenalan dan penelitian baik dari pendekatan
botani, khasiat maupun kandungan kimia.
Tanaman ber khasiat ialah tanaman yang dimanfaatkan karena
kandungan bahanyang ada di dalamnya memiliki khasiat tertentu.
Contoh beberapa bahan alami yang diketahui mempunyai khasiat
tertentu ialah :
1. Zat samak atau tannin
Bahan ini dapat mengendapkan protein sehingga dapat untuk
mengencangkan kulit atau mengurangi bau badan. Zat ini
terdapat antara lain pada Aloe Vera, Alyxia stellate, areca cetehu,
curcuma heyneana, santa/um album, strichnos ligustrina, dll.
2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dapat memberi bau wangi karena bersifat anti
bakteri, terdapat dalam Alyxia sttella, Andropogon zizanioides,
Atreminsia cina, cinnamomum sintok, curcuma domestica, dll.
3. Minyak lemak
Bahan alami mengandung minyak lemak seperti Coccos nucinus
communis dan sesamum indicum.

7
4. Pati
Bahan ini berkhasiat menutup pori kulit sehingga memberi kesan
halus dan sebagai pembersih. Terdapat pada Aloe Vera, Oryza
sativa, pachyrrus erosus, Curcuma xanthorriza, dll.
Pencandraan tanaman ialah suatu upaya untuk mengenal dan
mengetahui deskripsi morfologi dan sifat suatu tanaman. Pengenalan
yang utama ialah pada nama ilmiah tanaman daripada nama lokalnya,
karena nama ilmiah sering digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan suatu jenis tanaman.
Pencandraan tanaman berkhasiat terbagi dalam tiga
pendekatan botani, khasiat, dan kandungan kimia (fitokimia).
Pendekatan botani menguraikan tentang klasifikasi dan deskripsi
morfologi tanaman. Bagian morfologi tanaman yang penting untuk
dikenali ialahdaun, karena banyak sekali tanaman obat yang
mempunyai kemiripan tampilan daun, karena banyak sekali tanaman
obat yang mempunyai kemiripan tampilan daun. Contoh daun
tempuyung sepintas mirip dengan daun tapak liman dan kitolod.
Apabila daun pempuyung tertukar dengan daun tapak liman mungkin
tidak terjadi masalah karena keduanya memiliki kegunaan untuk
mengatasi gangguan fungsi ginjal, namun akan menjadi masalah besar
bila tertukar dengan daun kitolod yang agak beracun jika dikonsumsi
dalam jumlah banyak.
Bagian khasiat ialah uraian khasiat tanaman secara empiris
untuk mengobati penyakit tertentu. Mengetahi khasiat beserta
kontraindikasi ialah hal yang terpenting sebelum manfaatkan tanaman
untuk obat. Satu jenis tanaman obat umumnya memiliki beragam
khasiat.
Sedangka bagian fitokimia berisi skring kandungan golongan
kimia biologis aktif tanaan atau bagian tanaman disamping kandungan
minyak atsirin seperti alkaloids, saponin, flavonoida, tannin dan
polifenol.

8
Metode
1. Bahan : Berapa enis tanaman obat, rempah, dan aromatic
a. ………………. c …………………..
b. ………………. d ………………….
2. Cara kerja :
a. Amati dan identifikasi ciri-ciri morfologi bagian tanaman,
meliputi : batang, akar, daun, bunga dan buah jika ada.
b. Cari lasifikasi, khasiat, dan fitokimia tanaman dari pustaka!

1. Membuat katalog tanaman obat, rempah dan aroma


Ketentuan :
• Tugas bersifat individu
• Format mengikuti aturan sbb:
a. Nama tanaman (nama lokal dan latin)
b. Gambar tanaman
c. Klasifikasi tanaman
d. Deskripsi morfologi (daun, batang, akar, bunga)
e. Syarat tumbuh
f. Teknik budidaya
g. Filokimia
h. Pemanfaatan (khasiat)
i. Daftar pustaka
• Diketik dengan hufur Arial Font 10
• Menggunakan kertas A4 dengan margin 2,5 cm
• Dipin berwarna

2. Membuat poster tanaman obat, rempah dan aromatik


Ketentuan
• Tugas bersifat kelompok
• Setiap kelompok membuat 1 poster tanaman
obat/rempah/aroma
• Setiap poster memuat 15-20 jenis tanaman

9
• Setiap foto tanaman diberi keterangan
a. Nama Umum
b. Nama latin
c. Kandungan fitokimia dan
d. khasiat
• setiap poster diberi judul
• Foto yang dimuat dalam poster merupakan hasil karya sendiri

10
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN SIMPLISIA

A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pembuatan simplisia
yang standard sebagai bahan bau obat tradisional.
B. Dasar teori
Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebaagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan
lain simplisia merupkan bahan yng dikeringkan. Ada 3 macam:
• Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat
tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengaan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat
nabati lainnya yang dengan cara dipisahkan dari tanamannya.
• Simplisia hewani
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni.
• Simplisia mineral
Simplisia mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelicin atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

11
Pengumpulan dan pemanenan tanaman obat
Berdasarkan Permenkes 659/MENKES/SK/X/1991 mengenai Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang baik (CPOTB) yang memiliki landasan
umum, bahwa obat tradisional diperlukan masyarakat untuk memelihara
kesehatan, untuk mengobati gangguan kesehatan serta memulihkan
kesehatan. Untuk mencapai itu perlu dilakukan langkah-langkah agar
obat tradisional yang dihasilkaan aman (Safety), bermanfaat (efficacy),
dan bermutu (quality). Disebut pula bahwa keamanan obat tradisional
sangat tergantung pada bahan baku, prosedur dan pelaksaan proses
pembuaatan, peralatan, pengemasan, serta personalia yang terlibat
dalam pembuatan obat tradisional CPOTB merupakan cara pembuatan
obat tradisional dengan pengawasan menyeluruh atau terpadu dan
bertujuan untuk menyediakaaan obat tradisional yang selalu memenuhi
persyaratan yang berlaku.
Dalam CPOTB, definisi bahan baku adalah sebagai berikut. Bahan baku
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun
tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional,
walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk
ruahan. Walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam
keterangan selanjutnyaa tidak dirinci dalam peraturan ini, namun
demikian mengenai istilah simplisia, sediaan genetik, dan bahan
tambahan, batasannya terdapat dalam peratuaran yang terkait dengan
obat tradisional.
Dalam peraturan ini definisi pembuatan ialah seluruh rangkaian kegiatan
yang meliputi pengadaan bahan (termasuk penyimpanan bahan baku),
pengolahan, pengemasan, pengawasan mutu sampai diperoleh produk
yang siap untuk didistribusikan. Jadi penyiapan bahan baku merupakan

12
tahapan yang awal dan tidak boleh diabaikan, karena akan sangat
mentukan mutu produk jadi obat tradisional. Selanjutnya akan diuraikan
mengenal tahapan dalam penyiapan bahan baku obat tradisional, namun
dalam kesempatan ini hanya diuraikan mengenai penyiapan simplisia
dann sediaaan genetik.
a. Penyimpanan Simplisia
Dalam penyimpanan atau pembuatan simplisia, tahapaan yanag
perlu diperhatikan adalah (a) bahan baku simplisia, (b) proses
pembuatan simplisia, (c) cara penggarapaan/pengemasan dan
penyimpanan simplisia. Bahan baku simplisia. Dalam pembuatan
simplisia, kualitas bahan baku simplisia merupakan faktor yang
penting yang perlu diperhatikan. Sumber bahan baku dapat berupa
tumbuhaan, hewan, maupun mineral. Dalam uraian ini dibatasi yang
berasal dari bahan nabati saja.Hal ini kami lakukan karena
berdasarkan kenyataan bahwa simplisia nabati merupakan
komponen utama dalam produk obat tradisional.Simplisia nabati
yanag ideal dapat ditinjau dari asal tumbuhan tersebut.Tumbuhaan
tersebut dapaat berasal daari tanaman budidaya maupun tumbuhan
liar.
a) Tanaman budidaya. Tanaman ini sengaja dibudidayakan seperti
yang diuraikan di atas , di Eropa dan amerika telaah diberlakukan
mengenaal GAAP (Good Agriculturing Practice) untuk digunakan
sebagai sumber bahan baku simplisia. Untuk itu bibit tanaman
harus dipilih yang baik, ditinjau dari penampilan dan kandungaan
senyawa berkhasiaat, atau dengan kata lain berkualitas atau
bermutu tinggi. Misalanya rimpang temulawak (curcuma
xanthorrhiza Rhizzommaa) dipilih yang rimpangnya besar-besar

13
dan kandungan kurkuminold serta minyak atsirinya tinggi.
Simplisia yang berasal dari tanaman budidaya selain berkualitas,
juga sama rata atau homogeny sehingga dari waktu ke waktu
akan dihasilkan simplisia yang yang bermutu mendekati ajeg atau
konsisten. Dari simplisia tersebut akan dihasilkan produk obat
tradisional yang “reproducible” atau ajeg khasiatnya. Perlu
diperhatikan pula bahwa tanaman budidaya dapat bervariasi
kualitasnya bila ditanam secara mono kultur (tanaman tunggal)
dibanding dengan tanaman tumpang sari. Demikian juga
terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap penampilan dan
kandungan kimia suatu tanaman, antara lain tempat umbuh,
iklim pemupukan, waktu panen, pengolaahaan pasca panen dsb.
Sehingga tidak heran bila kita temukan dalam pasaran bahwa
bahan tanaman sebagai bahan baku simplisia yang berasal dari
daerah tertentu memiliki keunggulan tertentu pula.
b) Tumbuhan liar. Tumbuhan liar artinya tumbuhan tersebut tidak
dibudidayakan atau tumbuh liar. Sebetulnya tumbuhan liar
tersebut dapat di dapat di budidayakan. Namun hal ini jarang
dilakukan oleh petani karena tradisi atau kebiasaan. Dari balai-
balai penelitian dapat kita peroleh informasi mengenai cara
budidaya tanaman obat tersebut yang semula merupan
tumbuhan liar. Mengenai cara budidaya tanaman obat tersebut
dapat ditemukan dalam pustaka, misanya Materi Medika
Indonesia Jilid I dan II (sekarang sudah terbit enam jilid) atau buku
lain yang berkaitan dengan tanaman obat. Agar bahan tumbuhan
yang berasal dari tumbuhan liar ini mutunya dapat di
pertahankan, diperlukan pengawasan kualitas secara intern yang

14
baik. Apabila suatu bahan baku simplisia yang berasal dari
tumbuhan liar ini melangka, padahal permintaan pasaran tinggi,
maka sering kita jumpai adanya pemalsuan. Dan pengalaman
dapat kita lacak kemudian di catat asal-usul bahan yang berasal
dari tumbuhan liar tersebut, kita periksa kadar bahan berkhasiat,
sehinggaa kita dapat memilih bahan simplisia serupa untuk
produk kita di masa datang. Pekerjaan terakhir ini dalam dunia
botani disebut “mapping” artinya membuat peta mengenai
habitat (tempat tumbuh) tumbuhan tertentu. Misalnya untuk
mendapatkan kayuangin (Usnea spp) sekarang harus
mendatangkan dari Jawa Timur (Baanyuwangi), karena di Jawaa
Tengah mulai jarang ditemukan. Sudah saatnya pegagan
(Centella asiatica (L). urban) dibudidayakan karena jamu
racikannya yang mengandung herbal pegagan.
c) Bahan simplisia diperoleh dan “pengepul”. Dalam hal ini yang
berbentuk segar atau sudah merupakan simplisia. Untuk itu perlu
penanganan khusus tergantung dari bentuknya tadi. Sayang
sampai saat ini belum ada pengolahan simplisia yang dapat
diaandalkan sehingga industri jamu dapat memperoleh simplisia
yang bermutu dari pengolahan tersebut.

b. Pemanenan pada saat yang tepat\


Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang
mengandung bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia
dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu. Kandungana kimia
akan mencapai kadaar optimum pada waktu tertentu. Di bawah ini

15
akan diuraikan kapan waktu yang tepat untuk memanen bagian
tumbuhan.
Ketentuan saat pemanenan tumbuhan atau bagian tumbuhan adalah
sebagai berikut:
a) Biji (semen) dipanen pada saat buah sudah tua atau mongering,
misalnya biji kedawung.
b) Buah (fructus) dikumpulkan pada saat buah sudah masak atau
sudah tua tetapi belum masak. Misalnya lada (pada pemanenan
lada, kalau dilakukan saat buah sudah tua tetapi belum masak
akan dihasilkan lada hitam (Piper Nigri Fructus), tetapi kalau
sudah masak akan dihasilkan lada putih (Piper albi Fructus).
c) Daun (Folia) dikumpulkan saat tumbuhan menjelang berbunga
atau sedang berbunga tetapi belum berbuah.
d) Bunga (flores/flos) dipanen pada saat masih kuncup (misalnya
cengkeh atau melati) atau tepat mekar (misalnya bunga mawar,
bunga srigading).
e) Kulit batang (cortek) diambil dari tanaman atau tumbuhan yang
telah tua atau umumnya yang tepat, sebaiknya pada musim
kemarau sehingga kulit kayu mudah dikelupas.
f) Umbi lapis (bulbus) dipanen pada waktu umbi mencapai besar
optimum, yaitu pada waktu bagian atas tanaman sudah mulai
mongering (mnisalnya bawang putih dan bawang merah).
g) Rimpang “empon-empon” (rhizomad) dipanen pada waktu
pertumbuhan maksimal dan bagian di atas tanah sudah mulai
mongering yaitu pada permulaan musim kemarau.

16
c. Proses pembuatan simplisia
Setekah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahap
penanganan pasca panen adalah sebagai berikut.
a) Sortasi basah. Tahap ini diperlukan karena bahan baku simplisia
harus benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang
merupakan bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari
tanaman lain. Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan
pemisahan dan pembuangan bahan organic asing atau tumbuhan
atau bagian tumbuhan lain yang terkait. Bahan baku simplisia
juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah,
kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau
bagiannya).
b) Pencuciaan. Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air
sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari
mata air, sumur atau air ledeng (PAM). Setelah dicuci tiriskan
agar kelebihan air cucian mengalir. Kedalam air untuk mencuci
dapat dilarutkan kalium permaganant seper delapan ribu, hal ini
dilakukan untuk menekan angka dan dilakukan untuk pencucian
rimpang.
c) Perajangan. Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar
proses pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat
dilakukan manual atau dengan mesin perajang singkong dengan
ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses
pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat
membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan
berakibat rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau

17
reduksi. Alat perajang atau pisau yang digianakan sebaiknya
bukan dari besi (misalnya “stainless steel” atau baja nirkarat).
d) Pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan
simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan.
Selain itu pengeringan akan menghindari terurainya kandungan
kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur).
Jamur Aspergilus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang
sangat beracun dan dapat menyebabkan kanker hati, senyawa ini
sangat ditakuti oleh konsumen dari barat. Menurut persyaratan
obat tradisional tertera bahwa angka khamir atau kapang tidak
lebih dari 104. Mikroba pathogen harus negative dan kandungan
aflatoksin tidak lebih daari 30 bagian per juta (bpj). Taaandanya
simplisia sudah adalah mudah meremah bila diremas atau mudah
patah. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan
dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10%. Cara penetaapan
kadar air menurut yang tertera daalam Maateria Medika
Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya
jangan di bawah matahari langsung, melainkana dengan almari
pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara
sehingga terjadi sirkulasi udara yang baik. Bila terpaksa dilakukan
pengeringan di bawah sinar mata harimaaka perlu ditutup kain
hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu.
Agar proses pengeringan berlangsung lebih dingkat bahan haarus
dibuat lebih rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan disini bahwa
cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak kandungan aktifnya.

18
e) Sortasi Kering. Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali
lagi dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran, bahan organic
asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat proses
sebelumnya.
f) Pengepakana dan penyimpaanan. Bahan pengepakan harus
sesuai dengan simplisia yanag dipak. Mislanya bahan simplisia
yang mengandung minyak atsirin jangaan dipaak di wadah
plastik, karena plastikakan menyerap bau bahan tersebut. Bahan
pengepak yanag baik adalah karung goni atau karung plastik.
Simplisia yang ditempatkan dalam karung goni atau karung
plastik praktis cara penyimpanannya, yaitu dengan cara
ditumpuk. Selain itu, cara menghendelnya juga mudah serta
cukup menjamin dan melindungi simplisia di daalamnya.
Pengepak lainnya digunakana menurut keperluiannya. Pengepak
yang dibuat dari aalumunium atau kaaleng dan seng mudah
melapuk, sehinggaa perlu dilaapisi dengan plastik atau malam
atau sejenis dengan itu. Penyimpaanan harus teratur, rapi, untuk
mencegah tercemar aatau saling mencemari satu sama lainnya.
Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan
identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan caara penyimpanannya.
Adaapun tempat atau gudang penyimpanan haraus memenuhi
syarat antaraaa lain harus bersih, tertutup, sirkulasi udara baik,
tidak lembab, penerangan cukup bilaa diperlukan, sinar matahari
tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, kontruksi dibuat
sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat leluasa
masuk, tidak mudah kebanjiraan serta terdapat alas dari kayu
yang baik (hati-hati karena balok kayu sangan disukai rayap)

19
ataau b ahan lain untuk meletakkan simplisia yang sudah dipak
tai. Pengeluaran simplisia yang disimpan hrus dilaksanakan
dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih awal
(First in – First Out = FIFO).

d. Periksaan mutu
Pemeriksaan utu simplisia sebaiknya dilakukan secara periodic,
selain juga harus diperhatikan untuk pertama kali dilakukan yaitu
pada saat bahan simplisia diterima dari pengepul atau pedagang
lainnya.Buku pedoman yang dibunakan sebagai pegangan adalah
Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia.Agar diperoleh
simplisia yang tepat, sebaiknya dilakukan arsipasi sebagai standar
intern atau pembangin. Mengenai pemeriksaan mutu, dalam benak
kami menginginkan adanya laboratorium pemeriksaan simplisia
atau obat tradisional yang terakreditasi serta dapat melayani
kebutuhan pemeriksaan mutu dari produsen obat tradisional.
e. Rangkuman
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI
yang terkait dengan obat tradisional sangat bagus. Namun demikian
bila pelaksanaannya sulit dilaksanakan oleh produsen maka
peraturan itu tidak akan dilaksanakan dengan baik. Akibatnya produk
yang dihasilkan tidak seperti yang diinginkan serta CPOTB tidak dapat
dilaksanakan secara lengkap.Untuk menyelesaikan masalah tersebut
perlu dicari solusinya yang tepat dan cepat. Di Amerika Serikat dan
Negara MEE (Eropa) merekomendasikan bahwa permeriksaan mutu
obat tradisional secara mikroskopi, kromatografi lapis tipis, dan HPLC
merupakan cara baku yang dibgunakan.

20
Metode
1. Bahan : Bagian tanaman yang digunakan untuk obat
2. Metode : buatlah simplisia tanaman obat dengan cara
pengeringan dengan mengikuti alur berikut ini.

Pemilihan bahan baku

Sortasi basah

Pencucian

Pengubahan bentuk ➢ Pemipilan


(tergantung bahan ➢ Pemotongan
tanaman yang dipakai) ➢ Penyerutan
➢ Peranjangan
➢ pengupasan

Pengeringan

Sortasi kering

Penyimpanan (masukkan
ke dalam toples kecil yang Beri label pada toples
telah disediakan

Gambar 1. Alur pembuatan simplisia dengan cara pengeringan

21
A Identifikasi baahan

1 Nama Tanaaman :

2 Bagian tanaman yang :


digunakaan

3 Nama Simplisia :

4 Fitokimia :

5 Khasiat :

B Uraikan tahap pembuatan simplisia dengan mengisi tabel berikut


ini

1 Pemilihan bahan baaku

a. Bahan baku tanaman :

b. Waktu pengambilan bahan :


baku
c. Karakteristik bahaan baku :

➢ Warna :

22
➢ Bentuk :

➢ Kenampakan irisan :
melintang
(untuk rimpang)

➢ Bau

➢ Rasa

2 Sortaasi basah

a. Jenis benda asing :

3 Pencucian :

4 Berat basah bahan baku

5 Cara pengubahan bentuk


bahan baku
:

6 Pengeringan :

a. Cara Pengeringan :

b. Berat kering bahan :


baku
c. Kadar air :

7 Pemeriksaan organoleptik :

a. Warna :

b. Bau :

c. Rasa

23
PERCOBAAN 3
PENEGPAKAN, PENYIMPANAN & PENGAWASAN MUTU

A. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu melakukan pengepakan, penyimpanan dan
pengawasan mutu terhadap produk simplisia atau obat tradisional.

B. Dasar Teori
Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak
saling bercampur antara simplisia satu dengan yang
lainnya.Selanjutnya, wadah-wadah yang berisi simplisia disimpan
dalam rak pada gudang penyimpanan.
Adapun faktor-faktor yanag mempengaruhi pengepakan dan
penyimpanan simplisaia adalah :
1. Cahaya
2. Oksigen atau sirkulasi udara
3. Reaksi kimia yang terjadi antar akandungan aktif tanaman
dengan wadah
4. Penyerapan air
5. Kemungkinan terjadinya proses dehidrasi
6. Pengotoran dan atau pencemaran, baik yang diakibatkaan oleh
serangga, kapang, bulu-bulu tikus atau binatang lain.

24
Sedangkan persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai
pembungkus simplisia harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Harus Inert, artinya tidak mudah berekasi dengan bahan lain
2. Tidak beracun bagi bahan simplisia dan bagi manusia yang
menanganinyaa.
3. Mampu melindugi bahan simplisia dari cemaran mikroba,
kotoran dan serangga
4. Mampu melindugi bahan simplisia dari penguapan kandungan
aktif
5. Mampu melindugi bahan simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen
dan uap air
Pada gudang-gudang industri jamu, wadah simplisia yang umum
dipakai ialah karung goni, plastik, peti kayu, karton, kaleng, dan
aluminium.Untuk bahan cair digunakana botol kaca atau guci
porselin.Sementara untuk bahan-bahan beraroma digunakan peti
kayu yang dilapisi timah atau kertas timah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemyimpanan
simplisia kering ialah :
1. Suhu penyimpanan simplisia yang terbaik tergantung dari sifat
simplisia :
➢ Disimpan pada suhu kamar, yaitu pada suhu antara 150 – 300
C
➢ Disimpan di tempat sejuk yaitu pada suhu antara 50-150C
➢ Disimpan di tempat dingin, yaitu pada suhu antara 0 0-80C
2. Kelembaban diatur serendah mungkin
3. Penyimpanan dilakukan disuatu ruang atau gudang yang terpisah
dari kegiatan prosesing lain

25
4. Situasi gudang atau ruang penyimpanan harus bersih, baik di
dalam ruang penyimpan maupun lingkungannya
5. Sirkulasi udara harus lancer, tetapi tidak boleh terlalu terbuka.
Harus dicegah masuknya angina langsung yang terlalu kencang,
cahaya atau sinar matahari langsung berlebih, dan serangga atau
hewan penganggu lain.
6. Prinsip penyimpanan dianjurkan menggunakan system first in-
first out (yang masuk awal harus dikeluarkan lebih dahulu
dibandingkan dengan yang masuk belakangan).
7. Membuat label wadah seperti berikut :

Nama Simplisia :
_____________________________________
Asal Bahan :
_____________________________________
Tanggal Pembuatan :
_____________________________________
Uji Mutu :
_____________________________________
Keterangan Lain :
_____________________________________

26
B Penyimpanan

a. Wadah penyimpanan :

b. Suhu tempat :
penyimpanan
c. Kelembaban tempat
penyimpanan :

d. Beri label pada wadah :

C Pengamatan

Setelah empat minggu, :


amati kondisi simplisia

1 Berat simplisia :

2 Pengamatan :
organoleptik

a. Warna :

b. Bau :

c. Rasa :

27
PERCONAAN 4
HAKSEL

A. Tujuan praktikum :
- Praktikan mengerti ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam
mengamati haksel.
- Praktikan dapat mengidentifikasi beberapa haksel yang sering
digunakan dalam ramuan obat tradisional.

B. Dasar teori
Haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen
atau utuh yang biasanya didapat dalam obat tradisional (haksel
tidak berbentuk serbuk).
Pemerian yang perlu dideskripsikan meli[uti tanaman atau
tumbuhan asal, suku atau familia, bentuk sediaan dan pemerian
secaara organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran (bila perlu) sertaa
gambar haksel tersebut.

C. Percobaan
1. Bahan dan alat
a. Bahan tanaman dari percobaan 1 dan simplisia di bawah
ini :
1. Morindra citrifolia (mengkudu)
2. Curcuma xanthorhizea (rimpang temulawak)
3. Abri folium (daun salam)
4. Chinea cortex Ikulit kina)
5. Allium sativum (bawang merah)

28
2. Metode :
Ambil contoh yang mewakili (representative) simplisia
tersebut, sebutkan tanaman asal dan suku (famillia),
kemudian didiskripsikan ujudnya secara umum kemudian ciri
khas, gambarlah simplisia tersebut, lakukan uji organoleptic
(warna, baudan rasa) bila perlu dirobek, dipatahkan atau
diremuk.

29
Setelah melakukan pengamatan, isilah tabel di bawah ini!
1 Nama tanaman :

a. Nama latin :

b. Nama lokal : Foto tanaman

2 Klasifikasi tanaman :

3 Deskripsi tanaman

a. Habitus

b. Batang

c. Daun

d. Bunga

e. Buah

f. Akar

4 Bagian yang
dimanfaatkan untuk
obat

5 Fitokimia

6 Khasiat

30
PERCOBAAN 5
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasisiwa diharapkan mampu
mengidentifikasi menggunakan mikroskopis terhadap bahan baku
dan sediaan obat tradisional.

B. Teori
Pemeriksaan mutu terhadap bahan baku obat tradisional dilakukan
analisis mikroskopis. Metode mikroskopi merupakan salah satu cara
untuk mengidentifikasi simplisia baik dalam keadaan tunggal
maupun campuran, baik berbentuk bahan utuh, rajangan maupun
serbuk, dengan mengamati cirikhas anatomi simplisia tersebut.

C. Percobaan
Analisis Mikroskopis
Pemneriksaan bahan baku dan sediaan obat tradisional secara
mikroskopis dilakukan terhadap keseluruhan bagian tanaman yang
terdiri dari organ nutritive seperti akar/rimpang, batang/korteks,
daun (folium), dan organ reproduktiva seperti bunga (flos), buah
(fructus), dab biji (semen).
Prinsip
Taruh sedikit serbuk simplisia pada obyek glass kemudian tambahkan
beberapa tetes larutan kloralhidrat (50 gram kloralhidrat dalam 20

31
ml air suling), dihangatkan diatas nyala spiritus (jangan sampai
mendidih).Setelah dingin dilihat bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan bila perlu dengan pembesaran kuat.Khusus
pemeriksaan mikroskopis pada amilum taruh serbut amilum
kemudian tambahkan beberapa tetes aquadest kemudian dilihat
dibawah mikroskop.
Pemerian dari setiap tanaman yang digunakan dalam praktikan
sebagai berikut :
1. Amilum/Pati
Tanaman asal : Oryza sativa L atau Manihot utillissima Pohl
Bentuk : polygonal 4-6 mikron (oryza sativa), bulat ada yang
romping (Manihot)
Susunan : menggerombol atau tunggal, lamella tidak ada (oryza)
2. Sonchi Folium (daun tempuyung)
Tanaman asal : Sonchus arvensis L
Pemerian : epidermis atas dengan dinding agak bergelombang,
rambut kelenjar pendek (uniseluler), stomata tipe anisostik, ada
epidermi berwarna ungu kadang-kadang ditemukan tepi daun
sangat runcing.
3. Chinae Cortex (kulit kina)
Tanaman asal : Chincona succirubra pavon
Pemerian : serbuk coklat muda sampai coklat merah, hamper tak
berbau, berasa sangat pahit dan kelat.
Mikroskopik : jaringan gabus berwarna coklat atau coklat merah,
parenkim korteks dengan Kristal kalsium oksalat berbentuk pasir,
cirikhas berupa serabut sklerenkim beentuk bulat panjang seperti

32
gelendong, berwarna kuning, besar, dinding tebal, lumen sempit
dengan noktah bentuk corong, noktah dan lamella jelas.

4. Curcuma Xanthorhizae rizome (rimpang temulawak)


Tanaman asal : Chincona succirubra pavon
Pemerian : serbuk kuning tua, berbau khas aromatic, berasa khas
agak pait
Mikroskopik : Jaringan gabus, parenkim korteks, dan sel
berwarna kuning tua sampai kuning coklat, serabut skelerenkim
dengan salah satu dinding berombak, trakea penebalan tangga.
Butiran amilum bentuk khas.Seluruh sediaan berwarna kuning
tua karena mengandung kurkumin.

TUGAS!
1. Gambarlah hasil pengamatan yang anda peroleh pada kertas
yang tleah anda seiakan. Tunjukkan bagian-bagian atau
fragmen-fragmen sel yang anda temukan pada pengamatan
untuk masing-masing simplisia. Bandingkan dengan gambar
yang ada pada buku standar (MMI).
2. Sebutkan tanaman asal untuk masing-masing simplisia yang
anda periksa, dan sebutkan pula kegunaan masing-masing
simplisia secara empiris di masyarakat maupun aplikasinya
dalam dunia farmasi.

33
PERCOBAAN 6
ANALISIS OBAT TRADISIONAL
A. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan identifikasi polifenol,
tannin, glikosida, alkaloid dan saponin tanaman obat secara
kualitatif.

B. Dasar Teori
Untuk melindungi konsumen danb menegakkan trilogy bahwa obat
harus “bermutu-aman-bermanfaat” maka obat tradisional.OHT, dan
fitofarmaka perlu terstandarisasi. Standarisasi berarti proses
menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak, atau produk ekstrak)
mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dab
ditetapkan (dirancang dalam formula terlebih dahulu).
Dalam bentuk bahan dan produk kefarmasian baru, yaitu ekstrak,
maka selain persyaratan monografi, bahan baku (simplisia), juga
diperlukan persyaratan parameter standar umum dan spesifik.
Paremeter spesifik ekstrak yang sebagian besar berupa analisis
kimia yang memberikan informasi komposisi senyawa kandungan
(jenis dan kadar).

C. Percobaan
1. Pengujian Polifenol
a. Sample 200 mg dipanaskan dengan air (10 ml) selama 20
menit dalam penagas air mendidih kemudian disaring panas-
panas.

34
b. Setelah dingin ditambah FeCl3 sebanyak 3 tetes. Jika timbul
warna hijau biru menunjukkan adanya polifenol.
c. Uji diulang tetapi dengan filtrate hasil pendidihan serbuk
tumbuhan (2 gram) dengan etanol

2. Pengujiaan Taninn
a. sempel 200 mg dipanaskaan dengan aair (10 ml) selama a30
menit diataas penangas air, disaring.
b. Filtrate (5 ml) ditambah laarutan NaCl 2% (1 ml), bila terejadi
suspense aatau endapan disaring melalui kertaas saring.
c. Filtrate ditambah larutan geltin 1% (5 mml), bila timbul
endapan menunjukkan adanya tannin atau zat samak.

3. Pengujian Glikosida
a. Ke dalam gelas kimia dimaasukkan 2 gram saampel dan
ditamabahkan 10 ml methanol didihkan dan disaraing,
kemudian ditambahkan asam setrtat glasial diamati
perubahaannya. Jika ada perubahan atau rx kimia
menunjukkan adanya glikosida jantung/steroid.
b. Serbuk (2 gram) dipanaskan dengan air (10 ml) se3lama 30
menit diatas penangas air, kemudian disaring. Filtrate (2ml)
ditambah asam 3,5 dinitro benzoad (0,4ml) dan KOH 1N
(0,6ml) dalam methanol, bila timbul warna biru ungu
menunjukkan adanya kardenolida.

35
4. Pengujian Saponin
Sampel 200 mg dalam tabung reaksi ditambah 10 ml air suling,
tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik, biarkan tabung
dalam posisi tegak selama 30 menit, apabila timbul buih setinggi
lebih 3 cm dari permukaan yang tidak bilang setelah ditetesi HCI
encer, menunjukkan adanya saponin.
5. Pengujian alkaloid
a. Sampel 200mg dalam tabung reaksi besar dengan HCL 1%
(10ml) selama 30 menit diatas panagas air mendidih.
b. Suspense disaring dengan kapas dan masukkan dalam
tabung reaksi I dan tabung reaksi II sama banyak. larutan 1
daibagi 2 sama banyak lalu kedalam larutan Ia ditambah
pereaksi Dragendoff (3 tetes) dan larutan 1b ditam bah
pereaksi Meyer (3 tetes). Bila dengan kedua pereaksi
tersebut bentuk endapan, menunjukkan adanya alkaloid.

TUGAS !

Uji Alkoloid
Nama Uji Uji Uji
No Uji Polifenol
Simplisia Saponin Glikosida Tanin
Dragendorf Meyer

36
PERCOBAAN 7

SKRINING FITOKIMIA SENYAWA UKNOWN COMPOUND

DENGAN TEKNIK KLT

A. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu mengidentifikasikan senyawa aktif yang belum
diketahui dariu sebuah simplisia atau tanaman obat dengan
menggunakan teknik KLT.

B. Dasar Teori
Untuk menelusuri tumbuhan dan senyawa kandungan dari bahan
alami yang memiliki aktivitas biologi pada umumnya dilakukan 2
pendekatan yaitu: pendekatan fitofarmakologi dan skrining
fitokimia. Skrining fitokimia meliputi analisa kualitatif kandungan
kimia, terutama kandungan metabolit sekunder.Tujuan utama
pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mencari tumbuhan yang
menmgandung senyawa bioaktif atau kandungan yang berguna
untuk pengobatan.
C. Percoban
a. Sampel 200 mg dipanaskan dengan air (10ml) selama 30 menit
diatas penangas air mendidih, larutan yang terjadi disaring
dengan kapas.
b. Larutan yang dihasilkan bila warnanya sampai merah
menunjukkan adanya senyawa yang mengandungkromofor
(flavonoid, antrakinon, dsb), dengan gugus hidrofilik (gula, asam,

37
fenolat, dsb). Bila larutan ditambah larutan KOH (3 tetes), warna
akan menjadi lebih intensif (pekat).

2. KLT

TUGAS!

1. Buatlah tabel hasil pengamatan khusus pada Uji Pendahuluan !

2. Hitung Rf yang diperoleh dan bandingkan denganRf standar (teoritis)!

3. Lihat perubahaan warna dan fluoresesnsi yang terjadi ketika dilihat


dibawah sinar UV 254nm!

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1976…1995.Materia Medika Indonesia, Jilid I….VI, Dirjen


Pengawasan Obat dan Makanan,DEPKES RI, Jakarta.

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Dirwas Obat Tradisional,


DEPKES RI, Jakarta.

Anonim, 1985, Analisa Obat Tradisional jilid I dan II, BPOM, Jakarta.

Anonim, 1992, Standar Nasional Indonesia, BPOM Jakarta.

Anonim, 1994, Kadifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat


Tradisional, Dirwas Obat Tradisional, DEPKES RI, Jakarta.

Anonim, 2000, Parameter Standarisasi Simplisia dan Ekstrak, DEPKES RI,


Jakarta.

Bottolo, G.B.M., Nicoletti, M. and Patamia, M., 1981, Plant Screening by


Chemical and Chromatographic Procedurs Under Field
Condition, J. of Chromatog., p, 213.

Claus, E.P., 1970, Pharmacognosy, Lea &Febiger, Philadephia.

Sastrohamidjojo, 2005, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.

Seabaugh, K. and Smith, M., 1996, USP open caference on Botanicals for
medical and Dietary Uses; Standards and Informatiuon Issues,
The United States Pharmacopeia Convention, Inc., Rockville,
Maryland.

Sutrisno, B., 1996, Bladt, S. and Zgainski, E.M., 1984, Plant Drug Analysis
A Thin Layer Chromatgraphy atlas, Jilid I, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai