KIMIA FARMASI 1
PM-UMM-02-12/L1
Visi
Menjadi program studi Diploma III Farmasi yang
unggul dalam bidang farmasi komunitas yang berlandaskan
pada nilai-nilai islam dan ilmu pengetahuan & teknologi di
tingkat nasional pada Tahun 2020
Disusun oleh :
apt. Perdana Priya Haresmita, M.Pharm.Sci
Arief Kusuma Wardani, S.Si, M.Pharm.Sci
PM-UMM-02-12/L1
Modul Praktikum
KIMIA FARMASI 1
PM-UMM-02-12/L1
Revisi : 01
Tanggal : 1 September 2018
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi D3 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan
NO.
: PM-UMM-02-12/L1 TANGGAL : 1 September 2021
DOKUMEN
NO. REVISI : 00 NO. HAL : -
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :
Diperiksa Oleh:
Koordinator Praktikum Dekan
Ka. Prodi D3 Farmasi
Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan alasan apapun membuat salinan tanpa seijin Deka
n
PENGANTAR
Assalamualaikum, wr, wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karu
nia-Nya sehingga modul praktikum kimia farmasi ini dapat tersusun. Secara umum, mata
kuliah ini berhubungan dengan penetapan kadar suatu senyawa obat dan analisis bahan dilara
ng dalam obat, makanan, dan kosmetik baik dengan metode konvensional berupa titrasi maup
un secara instrumentasi. Praktikum ini akan dilaksanakan di laboratorium kimia.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu, p
enyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku
ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Koordinator Praktikum
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum
1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang berlaku.
2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti ke
giatan praktikum.
3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum.
4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.
5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat mengikuti praktikum sesuai
prosedur dan aturan yang berlaku (untuk mata praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan
laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang
praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali
peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu kendali praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran.
14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil praktikum.
Kepala Laboratorium
1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo universitas, nama dan NI
M penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas, tahun.
2. Isi
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Dasar teori
e. Hasil praktikum
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka
Kriteria Penilaian :
Indikator Point
Pretest/ postest 10
Praktikum 30
Laporan 20
Responsi 40
Total 100
PERTEMUAN KE-1
PENGENALAN LABORATORIUM
Ditinjau dari pengawasan, suatu laboratorium sangat penting peranannya, karena laboratoriu
m merupakan tempat penting untuk mendapatkan data tentang kuantitas maupun kualitas dari,
bahan murni, bahan berkhasiat yang terdapat dalam obat (sintetik maupun tradisional ), maka
nan, minuman, dan lainnya.
Untuk melakukan fungsinya dengan baik suatu laboratorium harus memenuhi persyaratan mi
nimal diantaranya.
2. memiliki tata ruang yang baik, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan selama mel
akukan praktek.
3. Memiliki prosedur keselamatan yang sesuai (tersedia alat pemadam kebakaran dan ter
dapat jalur evakuasi yang memadai)
4. memiliki fasilitas laboratorium (listrik, air, meja praktek, lemari asam, dan ventilasi y
ang cukup baik)
5. memiliki peralatan yang cukup baik (berfungsi, pemeliharaan, kalibrasi alat, dll)
6. Bahan pereaksi yang cukup baik (tingkat kemurnian, penyimpanan, penandaan / etiket
/ label bahan)
7. memiliki SDM yang berpengetahuan dan keterampilan yang baik (Ka laboratorium, A
ssistenLaboratorium, Pengawas praktium, dan Pekarya Laboratorium)
8. memiliki metode pengujian (referensi / litertur, metode standar yang telah diuji keben
aran)
9. memiliki pencatatan dan pelaporan yang jelas dan akurat (perencanaan, pengadaan, pe
nstock, catatan pemakaian bahan / alat).
A. BAHAN KIMIA
Contoh Tata Ruang Laboratorium Kimia
Sebelum mulai bekerja di laboratorium kimia maka pengetahuan tentang jenis-jenis bahan
kimia harus dikuasai. Sifat – sifat bahan kimia bisa diketahui dari Material Safety Data Sh
eet (MSDS). Bahan-bahan kimia memiliki sifat yang beragam
1. teknis
3. special grade : material references (bahan pembanding) dari yang bersifat mudah terbaka
r, beracun, mengiritasi, korosif, dan dapat merusak lingkungan.
1. padat
2. cair
3. gas
3. Jangan mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus (cukup
4. Hati-hati kontak dengan bahan kimia karena dapat bereaksi langsung dengan kulit
Untuk memindahkan atau mengambil bahan kimia perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Baca label bahan dengan seksama untuk menghindari kesalahan pengambilan bahan k
arena ada beberapa bahan yang mempunyai nama hampir sama misalnya antara asam
sitrat dan asam nitrat.
c. Bila ada sisa bahan saat pengambilan, jangan dikembalikan ke dalam wadahnya
Bahan kimia dapat berupa bahan padat maupun cair, sehingga penanganan kedua
Pada saat pengambilan bahan kimia perlu diperhatikan hal- hal berikut ini:
a. Bahan cair :
1) Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak
tangan memegang botol tersebut, gunakan satu tangan. Tutup botol jangan diletakk
an di atas meja karena kotoran diatas meja bisa mengotori tutup botol sehingga dap
at mencemari bahan kimia.
2) Dengan satu tangan yang lain ambil bahan sesuai kebutuhan, gunakan alat yang m
emudahkan pekerjaan seperti pipet volume.
b. Bahan padat :
1) Gunakan sendok sungu atau alat lain yang sesuai, bukan berasal dari logam.
3).Satu sendok untuk satu bahan, jangan mencampurkan sendok untuk mengambil a
neka bahan.
Pada saat bekerja di laboratorium kimia sering kali dilakukan pemanasan bahan. Pemanasa
n bisa dilakukan dengan tabung reaksi atau alat gelas kimia lain. Apabila melakukan pema
a. Tabung reaksi
3) Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata. Arah mulut tabung reaksi pada te
b. Gelas kimia
2) Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari pemanas
an mendadak.
3) Jika gelas kimia tersebut berfungsi sebagai penangas air, isikan air seperempatnya s
Demi keselamatan kerja di laboratorium perlu dipahami simbol yang menyertai setiap bah
an kimia yang terdapat pada wadahnya. Simbol – simbol tesebut diperlukan untuk menget
ahui sifat bahan sehingga memudahkan penanganannya. Berikut ini beberapa simbol yang
umum kita jumpai pada wadah bahan kimia :
b. Tabung Sentrifugal
Tabungsentrifugal mempunyai
bentuk tabung yang salah satu
ujungnya menyerupai kerucut.
Tabung sentrifugal biasanya te
rbuat dari gelas walaupun ada
juga yang terbuat dari bahan pl
astik atau kimia. Tabung ini di
gunakan unttuk tempat bahan
yang diendapkan dengan alat s
entrifuge.
Tabung sentrifugal den
gan skala
Tabung sentrifugal tan
pa skala
Tabung sentrifugal den
gan penutup ulir atau s
krup
c. Buret (Burette)
Buret adalah alat laboratorium
dari bahan gelas berbentuk sili
nder yang memiliki garis ukur
dan sumbat keran pada bagian
bawahnya. Buret digunakan da
lam percobaan yang memerluk
an presisi seperti pada eksperi
men titrasi dengan cara menete
skan sejumlah reagen cairan ke
dalam obyek dalam wadah gel
as di bawahnya. Pembacaan sk
ala harus dilakukan secara seks
ama pada permukaan meniskus
zat cair. Ukuran skala Buret :
Buret Makro (50 ml), Buret se
mi makro (25 ml) dan buret Mi
kro (10 ml)
d. Corong
g. Pipet Tetes
h. Batang Pengaduk
Terbuat dari gelas, digunakan
untuk mengaduk larutan atau u
ntuk membantu memindahkan
larutan dari satu wadah ke dala
m wadah lain.
i. Desikator
k. Beaker glass
1 5 0,1 0,1
2 10 0,2 0,2
3 25 0,5 0,5
4 50 1,0 1,0
b. Pipet Ukur
Terbuat dari bahan gelas biasa, ka
dang – kadang terbuat dari bahan
borosilikat. Digunakan untuk men
gukur cairan atau larutan. Jumlah
volumenya berdasarkan volume y
ang dikeluarkan.
4 1 0,1 0,1
5 2 0,1 0,02
6 5 0,1 0,05
7 10 0,1 0,1
8 25 0,2 0,2
c. Pipet Volume
Terbuat dari bahan g
elas biasa kadang – k
adang terbuat dari ba
han borosilikat. Digu
nakan untuk menguk
ur volume tepat berd
asarkan volume yang
dikeluarkan.
1 1 0,015
2 2-4 0,02
3 5 0,03
4 10 0,04
5 20 0,06
6 25 0,08
7 50 0,1
8 100 0,160
Kapasitas Yang Tersedia :
d. Timbangan analitik
ayun berskala
Neraca analitis dengan t
iga buah lengan
b. Klem (clamp)
c. Pembakar spirtus
d. Statif
Terbuat dari besi atau baja yan
g berfungsi untuk menegakka
n buret, corong, corong pisah
dan peralatan gelas lainnya pa
da saat digunakan.
f. Water Bath
PERTEMUAN KE-2
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang terlar
ut (solut) adalah zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan atau zat yang terlarut. Sedang
kan pelarut (solven) adalah zat yang jumlahnya lebih banyak dari zat-zat lain dalam laruta
n atau zat yang melarutkan. Umumnya pelarut yang digunakan adalah air, tapi juga bisa m
enggunakan alkohol, amoniak, benzene, asam asetat, dll. Pelarut yang akan digunakan ber
gantung pada karateristik bahan yang akan terlarut.
Pembuatan larutan adalah suatu cara membuat larutan dari bahan cair atau padat deng
an konsentrasi tertentu. Satuan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan adal
ah molaritas (M), normalitas (N), parts per million (ppm), part per billion (ppb), persen ber
at (%), persen volume (%), dll. Konsentrasi adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap sa
tuan larutan/ pelarut.
Rumus perhitungan untuk mencari normalitas, molaritas dan pengenceran sebagai beri
kut :
N = ( g / BE x 1000 / v )
M = ( % x BJ x 10 ) / Mr
M1 x V1 = M2 x V2
3. Pelaksanaan Praktikum
Alat:
Labu ukur, pipet ukur, pipet tetes, spatula, sendok tanduk, gelas ukur, gelas beaker, neraca
digital, kaca arloji, batang pengaduk
Bahan :
H2SO4 pekat, aquadest, etanol
Prosedur Percobaan:
PERTEMUAN KE-3
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi Bahan Kimia
Obat (BKO) pada sediaan jamu
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Plat tetes
3. Cawan porselen
4. Pipet tetes
5. Lampu Bunsen
Bahan :
1. Metanol
2. Sediaan jamu
3. CARA KERJA
1 Ekstraksi Sampel
Larutan standar natrium diklofenak dan sampel yang telah diekstraksi diambil sebanyak
1 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi terpisah kemudian masing-masing
ditambahkan KMnO4 sebanyak 1 mL kemudian dikocok. Larutan KMnO4 akan berubah
warna menjadi coklat bila direaksikan dengan senyawa yang memiliki ikatan rangkap.
Larutan standar natrium diklofenak dan sampel yang telah diekstraksi diambil sebanyak
1 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi terpisah kemudian masing-masing tabung
ditambahkan AgNO3 1 mL kemudian dikocok. Larutan AgNO 3 akan membentuk
endapan putih bila direaksikan dengan klorida yang terdapat pada senyawa natrium
diklofenak.
E. HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PENGAMATAN DUGAAN HASIL KET
1.
2.
PERTEMUAN KE-4
Amoxicillin berbentuk serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau; sukar larut dalam air
dan metanol. Mengandung tidak kurang dari 900 μg dan tidak lebih dari 1050 μg per mg, C16
H19N3O5S.3H2O, dihitung terhadap zat anhidrat (Depkes RI, 1995).
A. TUJUAN :
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat melakukan analisis kualitatif obat
antibiotik Amoxicillin
Alat :
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain beaker glass, buret, erlenmeyer, gelas
ukur, kertas saring, neraca analitik, perkamen, pipet, plat tetes, spatel, dan spirtus.
Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan adalah Amoxicillin, aquades, amilum 1%, iodin 0,1N, k
alium dikromat (K2Cr2O7) 0,1N, natrium hidroksida (NaOH) 1N, kalium iodida (KI) 10
%, natrium tiosulfat (Na2S2O3), hidroklorida (HCl) 1N, metanol, FeCl 3 3%, asam, dan as
am sulfat (H2SO4).
C. CARA KERJA
Untuk analisis secara kualitatif, dilakukan beberapa metode seperti organoleptik, uji
warna, reaksi pembakaran, serta uji kelarutan.
a Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, bau warna, dan rasa dari
Amoxicillin kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan pemerian pada Farmakope.
b Uji warna yang dilakukan meliputi uji warna dengan FeCl3 3% dan dengan H2SO4
yang difluoresensi.
Amoxicillin diletakkan ke atas plat tetes secukupnya, kemudian diteteskan larutan
FeCl3 3% dan diamati perubahan warna yang terjadi. Adapun perubahan warna
positif pada FeCl3 adalah biru, hijau, merah, ungu tua, atau hitam
uji warna dengan menggunakan asam sulfat, plat tetes difluoresensi dengan sinar
ultraviolet setelah ditetesi dengan reagen tersebut. Sampel akan berwarna kuning
kehijauan di bawah sinar ultraviolet.
D. HASIL PENGAMATAN
1. Organoleptis
Sampel diamati dengan panca
indra
2. Reaksi Warna
1. Reaksi FeCl3
Sample dimasukkan ke dalam
plat tetes kemudian diteteskan
FeCl3.
2. Reaksi H2SO4
3. Reaksi pembakaran
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan
rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada di pasaran.
Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya
bagus dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki performa
seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya pengawet boraks
disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam
piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalin
putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam
dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan
pada 1000C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400C dihasilkan asam piroborat.
Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam
borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa.
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logam-logam
lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan
dalam larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita memakai larutan
natrium tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
1. Asam Sulfat Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin, meskipun asam
ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap putih asam borat
dilepaskan. Jika asam klorida pekat ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam
borat mengendap.
Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat 5 ml methanol atau etanol
(yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap) dalam sebuah cawan porselen
kecil, dan alcohol ini dinyalakan, alKohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya
hijau, disebabkan oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3.
Kedua ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang
serupa.
Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang diasamkan dengan
asam klorida encer. Lalu dikeringkan pada 1000C, kertas ini menjadi coklat-kemerah-
merahan. Kertas dikeringkan paling sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar
dekat tepi mulut suatu tabung uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-
3 menit. Setelah kertas dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer, kertas menjadi
hitam-kebiruan atau hitam-kehijauan. Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain
mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu.
Endapan putih perak metaborat (AgBO2) dari larutan boraks yang cukup pekat, yang larut
baik dalam larutan ammonia encer maupun dalam asam asetat. Dengan mendidihkan
endapan dengan air, endapan dihidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak
oksida. Endapan coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang
sangat encer.
Asam borat yang terbentuk dalam reksi ini, praktis tak terdisosiasi.
Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang cukup pekat,
endapan larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-asam encer, dan dalam larutan
garam-garam ammonium. Larutan kalsium dan stronsium klorida bertindak serupa.
Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar, atau diatas
sebatang platinum, akan mengembang banyak sekali, dan lalu menyusut, meninggalkan
suatu keeping kaca yang tak berwarna dari garam anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat
melarutkan banyak oksida ketika dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang sering
mempunyai warna-warna yang khas. Ini merupakan dasar dari uji manik boraks terhadap
berbagai logam.
Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan
menggunakan larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan adalah
asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Kedua asam tersebut umumnya ada dalam
keadaan pekat. Asam klorida pekat konsentrasinya adalah 10,5 - 12 N, sedangkan asam
sulfat pekat mempunyai konsentrasi 36 N. Asam klorida lebih sering digunakan sebagai
standar dibandingkan dengan asam sulfat karena mudah larut dalam air. Kelemahan
penggunaan asam sulfat adalah asam sulfat dapat membentuk garam sukar larut. Asam
klorida encer dibuat dengan cara mengencerkan asam klorida pekat dengan
memperhitungkan berat jenis dan kadarnya. Standarisasi larutan HCl dapat dilakukan
dengan natrium boraks (Na2B4O7.10H2O). Reaksinya adalah sebagai berikut :
Na2B4O7.10H2O (aq) + HCl (aq) → 2 NaCl (aq) + 4 H3BO3 (aq) + 5 H2O (l)
A. TUJUAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Plat tetes
3. Cawan porselen
4. Pipet tetes
5. Lampu Bunsen
6. Lumpang alu
7. mortar
Bahan
1. Na2B4O7
2. AgNO3
3. Etanol
4. BaCl2
5. H2SO4
C. CARA KERJA
1. Meneteskan Larutan sampel sebanyak tiga tetes ke dalam tabung reaksi. Kemudian
menambahkan AgNO3 sebanyak tiga tetes.
2. Meneteskan Larutan sampel sebanyak tiga tetes ke dalam cawan porselen dan
dikeringkan. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat dan etanol sebanyak tiga tetes.
Kemudian dibakar dan perhatikan nyala api.
3. Meneteskan Larutan sampel sebanyak tiga tetes ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan BaCl2.
D. HASIL PENGAMATAN
1. Meneteskan Larutan
sampel sebanyak tiga tetes
ke dalam tabung reaksi.
Kemudian menambahkan
AgNO3 sebanyak tiga tetes.
2. Meneteskan Larutan
sampel sebanyak tiga tetes
ke dalam cawan porselen
dan dikeringkan.
Kemudian ditambahkan
H2SO4 pekat dan etanol
sebanyak tiga tetes.
Kemudian dibakar dan
perhatikan nyala api.
3. Meneteskan Larutan
sampel sebanyak tiga tetes
ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan
BaCl2
PERTEMUAN KE- 6
Analisa Kualitatif Obat Ranitidin
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi obat Ranitidin
menggunakan beberapa pereaksi.
Alat :
1. Lempeng tetes;
2. Neraca analitik (Acculab);
3. Alat – alat gelas.
Bahan :
1. Ranitidin
2. Simetidin
3. Reagen-reagen
C. CARA KERJA
1. Reaksi dengan aqua bromata (14)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, dilarutkan dalam 1 mL air lalu ditambahkan 4 tetes aqua
bromata. Diamati warna dan kemungkinan endapan yang terbentuk.
2. Reaksi dengan besi (III) klorida (9)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, dilarutkan dalam 1 mL air ditambahkan 1-2 tetes pereaksi
besi (III) klorida 4,5%. Diamati perubahan warna yang terjadi.
Diambil 3-5 mg serbuk zat, dimasukkan dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 tetes fo
rmalin dan 1 mL asam sulfat pekat. Diamati warna yang terjadi.
5. Reaksi dengan para-Dimetilaminobenzoat hidroklorida(13)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, di tempatkan pada plat tetes, lalu ditambahkan 4 tetes pe
reaksi para-Dimetilaminobenzoat hidroklorida, kemudian diamati warna yang terjadi.
6. Reaksi dengan pereaksi Nessler (9)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, di tempatkan pada plat tetes, lalu di tambahkan 4 tetes per
eaksi Nessler , kemudian diamati warna yang terjadi.
D. HASIL PENGAMATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PERTEMUAN KE-7
Alat :
1.Lempeng tetes;
2.Neraca analitik (Acculab);
3.Alat – alat gelas.
Bahan :
1.Ranitidin
2.Simetidin
3.Reagen-reagen
C. CARA KERJA
1.Reaksi dengan aqua bromata (14)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, dilarutkan dalam 1 mL air lalu ditambahkan 4 tetes aqua br
omata. Diamati warna dan kemungkinan endapan yang terbentuk.
2.Reaksi dengan besi (III) klorida (9)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, dilarutkan dalam 1 mL air ditambahkan 1-2 tetes p
ereaksi besi (III) klorida 4,5%. Diamati perubahan warna yang terjadi.
Diambil 3-5 mg serbuk zat, di tempatkan pada plat tetes, lalu ditambahkan 4 tetes perea
ksi para-Dimetilaminobenzoat hidroklorida, kemudian diamati warna yang terjadi.
6.Reaksi dengan pereaksi Nessler (9)
Diambil 3-5 mg serbuk zat, di tempatkan pada plat tetes, lalu di tambahkan 4 tetes pe
reaksi Nessler , kemudian diamati warna yang terjadi.
D. HASIL PENGAMATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Daftar Pustaka
Anonim, 1976, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Gandjar, I.G., Rohman A, 2013, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.
Harmita, 2006, Pengantar Kuantitatif Bahan Baku dan Bentuk sediaan Farmasi, Cipta Kreasi
Bersama, Jakarta
Mursyidi Ahmad, et al., 2008, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri,
Gadjah mada University Press, Jogjakarta
Svhela G, 1994, Buku teks Analisa An Organik Kualitatif Mikro dan Makro. Penerjemah Set
yono L , Hadyana, Kalman Media Pusaka, Jakarta
Wardiah, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, Praktikum Kimia Dasar, PPSDM Kemenk
es RI