Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan sarana prasarana
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan
rujukan yang mencakup pelayanan non medis dan penunjang medis serta
dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga
kesehatan.
Perekam medis harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan
dengan tepat sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-
10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen
kesehatan. Penerapan pengkodean digunakan untuk mengindeks
pencatatan penyakit, masukan bagi sistem evaluasi dan pelaporan diagnosis
medis, memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait
diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan, bahan dasar dalam
pengelompokkan INA-CBG’s (Indonesia Case Base Group) untuk sistem
penagihan pembayaran biaya pelayanan, pelaporan nasional dan
internasional mortalitas, tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses
evaluasi perencanaan pelayanan medis, menentukan bentuk pelayanan
yang harus direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman,
analisis pembiayaan pelayanan kesehatan, serta untuk penelitian
epidemiologi dan klinis.
Sistem pembiayaan merupakan suatu hubungan antara berbagai pihak
yang terlibat di dalam sektor kesehatan (khususnya rumah sakit) atas dasar
prinsip ekonomi dan social.
Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokkan penyakit-
penyakit yang sejenis ke dalam satu grup nomer kode penyakit sejenis
sesuai dengan International Statistical Classification of Disease and Related
Health Problem Tent Revision (ICD-10) untuk istilah penyakit dan masalah
yang berkaitan dengan penyakit.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu Mengelola Sistem Informasi RMIK dengan menguasai
pengetahuan tentang sistem pembiayaan kesehatan
2. Mampu Menentukan kode penyakit dan permasalahan kesehatan
serta kode tindakan, sesuai dengan pedoman yang berlaku di
Indonesia
3. Mampu Menelusuri kelengkapan informasi penunjang diagnosis untuk
mendapatkan kode penyakit dan masalah terkait kesehatan serta
kode tindakan yang akurat
4. Mampu mengelola indeks penyakit, tindakan, kematian, dan indeks
dokter, guna kepentingan laporan medis dan statistic serta permintaan
informasi pasien secara cepat dan terperinci
5. Mampu berkomunikasi dengan dokter dalam mengkonfirmasi
diagnosis dan tindakan berdasarkan hasil telaah pendokumentasi RM
6. Mampu memahami standar pelayanan minimal dan akreditasi unit
kerja RMIK

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan, wawasan, seta pengalaman
tentangPerencanaan Unit Kerja Rekam Medis dan Manajemen
Rekam Medis di BLUD Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin.
b. Mengetahui kegiatan rumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Mendapatkan bahan evaluasi penyelenggaraan rekam medis.
b. Mendapatkan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan terutama di bidang rekam medis.
3. Bagi Instalasi Pendidikan
a. Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
ilmu yang diperoleh.
b. Menjalin kerja sama dengan sarana pelayanan kesehatan.

2
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penyampaian materi
kuliah sehingga menjadi bahan materi.

D. Ruang Lingkup Penulisan


1. Ruang lingkup waktu
Praktek klinis semester V ini di bagian Tempat Pendaftaran Pasien
Rawat Jalan (TPPRJ), Unit Kerja Rekam Medis (UKRM), Tempat
Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI), BLUD Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin, yang dilaksanakan pada tanggal 18 Januari
– 30 Januari 2016 dengan lokasi waktu pada hari senin - kamis dari
pukul 08.00-14.30 WITA, hari jum’at 08.00-12.00 WITA, hari sabtu jam
08.00-12.00 WITA.
2. Ruang Lingkup Objek
Adapun objek yang diteliti tidak lain adalah bagian loket pendaftaran,
unit kerja rekam medis (UKRM),TPPO Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dan TPPO Rawat Jalan di Rumah Sakit BLUD RSUD Ulin Banjarmasin
dengan topik Perencanaan unit kerja rekam medis dan manajemen
rekam medis.
3. Ruang Lingkup Lokasi
Praktik klinis semester IV kali ini berlokasi di Rumah Sakit BLUD
RSUD Ulin Banjarmasin Jalan Jenderal A. Yani Km. 1 No. 43
Banjarmasin.
4. Ruang Lingkup Materi
Peserta praktik klinis semester IV ini membahas materi Perencanaan
unit kerja rekam medis dan manajemen rekam medis.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN UNIT
KERJA REKAM MEDIS
A. Sejarah Singkat BLUD RSUD Ulin Banjarmasin
Secara geografis RSUD Ulin Banjarmasin dibangun pada tahun 1943 di
atas lahan seluas 63.920m2 dengan luas bangunan 38.619 m2 yang
beralamat di Jalan Jenderal A. Yani Km. 1 No. 43 Banjarmasin.
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin adalah Rumah Sakit Umum dengan
klasifikasi Kelas A yang berada di Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan. RSUD Ulin berdiri tahun 1943 di atas lahan seluas 63.920 m2 dan
luas bangunan 55.000 m2 dengan konstruksi utama terdiri dari bahan kayu
Ulin.

UKURAN LUAS GEDUNG


Tabel 2.1 Ukuran Luas Gedung
Luas
Panjang Lebar Jumlah
NO LOKASI Gedung
(m2) (m2) Lantai
(m2)
1 Gedung Aster 61 41 5 12.505
2 GedungIGD Terpadu 50 30 5 7.500
3 Gedung OPD ( 50 43 2 4.300
Poliklinik
lama,Administrasi)
4 Gedung Radiologi,Ct 35 10 2 700
Scan
5 Gedung Radiotrapy 50 17 1 850
6 Gedung CMU ( 50 50 2 5.000
Lab.Patologi
Anatomi,Lab.Patologi
Klinik )
7 Rg Wijaya Kusuma 55 22 2 -
Dirobohkan untuk

4
akses
8 Workshop IPS 25 18 1 450
9 Komplek IPAL lama & 20 12 2 480
IPAL baru
10 Logistik dirobohkan 20 12 2 -
untuk akses
11 Instalasi Ruangan 30 9 1 270
Jenazah
12 Incenerator 11 9 1 99
13 Ruangan Genset 22 8 1 176
Utama
14 Instalasi Gizi,Ruangan 75 20 1 1.500
Londry dan Ruangan
CSSD
15 Ruangan Bayi (kosong 10 17 1 1.700
)
16 Gedung Farmasi ( 30 20 2 1.200
Depo Obat & Gudang)
17 Rencana Kealas I 45 45 1 2.022
18 Laboratorium PA dan 32 20 1 640
PK
19 Ruangan Anggrek 32 20 1 640
20 Ruangan Asoka 32 20 1 640
21 Ruangan Penyakit 30 20 1 600
Dalam Wanita
(kosong) pindah ke
TULIP
22 Ruangan Jantung 30 20 1 600
(Kosong) pindah ke
TULIP
23 Ruangan Mata (IRNA) 25 20 1 500
24 Ruanagan Syaraf 25 20 1 500
25 Ruangan Melati 40 20 1 800

5
26 Ruangan mawar 27 20 1 540
27 Ruangan Paru 30 20 1 600
28 Ruangan Wijaya 24 17 1 408
Kusuma
29 Instalasi Logistik 15 8 1 120
30 Ruangan Kelas III/Rg 110 25 3 8.250
Tulip

Ulin adalah kayu yang kokoh, kuat tidak lapuk oleh panas dan
hujan yang mungkin hanya berada di Pulau Kalimantan. Renovasi
rumah sakit ini pertama kali pada tahun 1985, bangunan kayu kayu Ulin
diganti dengan konstruksi beton. Tahun 1997 dibangun Ruang Paviliun
Aster, kemudian direnovasi lagi dan dibangun bersama Poliklinik Rawat
Jalan dan Ruang Rawat Inap Aster tahun 2002. Sejak itu RSUD Ulin
terus mengalami berbagai kemajuan fisik secara bertahap sampai pada
kondisi seperti sekarang.
Pada tahun 1995 sampai tahun 2002 berdasarkan Perda 06 Th
1995, status RSUD Ulin sebagai Unit Swadana. Untuk meningkatkan
kemampuan jangkauan dan mutu pelayanan maka berdasarkan SK
Menkes No. 004/Menkes/SK/I/2013 tanggal 16 Januari 2013 tentang
Peningkatan Kelas RSUD Ulin Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan
menjadi Rumah Sakit Umum dengan klasifikasi Kelas A, serta
Kepmendagri No. 445.420-1279 tahun 1999 tentang penetapan RSUD
Ulin Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Pendidikan Calon Dokter dan
Calon Dokter Spesialis. Dengan demikian tugas dan fungsi RSUD Ulin
selain mengemban fungsi pelayanan juga melaksanakan fungsi
pendidikan dan penelitian. Sejalan dengan upaya desentralisasi maka
berdasarkan Perda No. 9 tahun 2002 status RSUD Ulin berubah
menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

6
Saat ini RSUD Ulin Banjarmasin sudah menjalani Survei Akreditasi
RS: Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Bidang (SK Menkes 2007
YM.01.10/III/1142/07).
RSUD Ulin Banjarmasin merupakan rumah sakit pusat rujukan di
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Saat ini
sebagai Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dengan
klasifikasi Kelas A telah ditetapkan sebagai PPK Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) bertahap melalui Keputusan Gubernur Kalimantan
Selatan No.188.44/0456/Kum/2007 tanggal 27 Desember Tahun 2007.
PPK-BLUD Penuh melalui Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan
No.188.44/0464/Kum/2009. Sebagai RS-BLUD, RSUD Ulin Banjarmasin
mempunyai tugas utama melaksanakan ”Pelayanan Medik, Pendidikan
Kesehatan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”. Adapun tujuannya
adalah terselenggaranya pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) secara efektif dan efisien melalui pelayanan kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu dengan pelayanan
preventif dan promotif serta pelayanan rujukan, pendidikan, pelatihan
dan penelitian-pengembangan.
Pada tahun 2007, RSUD Ulin Banjarmasin telah berhasil
mendapatkan akredetasi penuh 16 pelayanan dari Kementerian
Kesehatan RI.
Program Unggulan yang dapat dijumpai di RSUD Ulin Banjarmasin
adalah Pelayanan Traumatologi, Pelayanan Kanker Terpadu, Pelayanan
Ginjal & Hemodialisa, Pelayanan Tumbuh Kembang Anak, Pelayanan
Endoskopi, Pelayanan Kesuburan, Pelayanan Kosmetik Estetika &
Rekonstruksi, Pelayanan Bone Densitometri, Pelayanan Laser Mata dan
Bedah Vitrectomy, Pelayanan Multislice CT Scan, Pelayanan Radioterapi dan
Pelayanan Pav. Aster. Pencapaian visi tersebut diupayakan melalui
pelaksanaan misi yang diemban selama tiga tahun ke depan dengan tujuan,
sasaran, kebijakan dan program yang terarah dan terencana sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
RSUD Ulin Banjarmasin adalah Rumah Sakit Umum dengan klasifikasi
Kelas A yang berada di kota Banjarmasin Kalimantan Selatan ditetapkan
dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

7
004/MENKES/SK/I/2013 tertanggal 7 Januari 2013 yang berfungsi:
a. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan spesialis dan
subspesialis.
b. Sebagai Rumah Sakit rujukan regional untuk Kalimantan Selatan,
juga banyak menerima rujukan dari Provinsi Kalimantan Tengah.
c. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan Rumah Sakit pendidikan bagi
tenaga kesehatan dan juga sebagai lahan praktik untuk
mahasiswa khususnya tenaga kesehatan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor:HK.03.05/III/63/12
Secara geografis RSUD Ulin Banjarmasin dibangun pada tahun
1943 di atas lahan seluas 63.920m2 dengan luas bangunan 38.619 m2
yang beralamat di Jalan Jenderal A. Yani Km. 1 No. 43 Banjarmasin
dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan Veteran
b. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Simpang Ulin ( Duta Mal)
c. Sebaelah barat berbatasan dengan Komplek Vetreran
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Ayani
Bangunan – bangunan yang terdapat di Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin terdiri dari :
1. Gedung Aster ( Admission,Medical Record, Polikklinik, Rawat Inap
VIP )
2. Gedung IGD Terpadu ( VK, Bersalin, NICU, ICU, ICCU, PICU dan
Bedah sentral )
3. Gedung OPD ( Poliklinik Lama, Administrasi )
4. Gedung Radiologi, CT Scan
5. Gedung Radioterapy
6. Gedung CMU ( Lab.Patologi Anatomi, Lab Patologi Klinik )
7. Ruangan Bersalin ( Lantai I ) & Ruangan Wijaya Kusuma ( Lantai
II )
8. Workshop IPS
9. Komplek IPAL Lama & IPAL Paru
10. Instalasi Logistik
11. Instalasi / Ruangan Jenazah
12. Incenerator

8
13. Ruangan Genset Utama
14. Instalasi GIZI, Ruangan londry dan Ruangan CSSD
15. Ruangan Bayi
16. Gedung Farmasi ( Depo Obat & Gudang )
17. Ruangan Anggrek & IRNA
18. Ruangan Bedah Umum
19. Ruangan Ortopedi
20. Ruangan Penyakit Dalam Pria
21. Ruangan Penyakit Dalam Wanita
22. Ruangan Jantung
23. Ruangan Mata
24. Ruangan Syaraf
25. Ruangan Melati
26. Ruangan Mawar
27. Ruangan Paru
28. Ruangan THT
29. Ruangan Kulit Kelamin
30. Ruangan Kelas III/ Gedung Baru ( TULIP )

Saat ini RSUD Ulin Dipimpin oleh Direktur Dr. Hj Suciati, Mkes.
RSUD Ilin Banjarmasin memiliki Visi ” Terwujudnya Rumah Sakit Kelas A
Pendidikan Berstandar Internasional dan Terpercaya Tahun 2015 ”. Jumlah
tenaga yang melaksanakan tugas di RSUD Ulin Banjarmasin sampai dengan
Desember 2013 berjumlah 1.649 orang terdiri dari 1.055 sebagai PNS dan
594 orang pegawai BLUD perincian sebagai berikut :
a. Tenaga Medis PNS
1) Dokter Spesialis : 41 orang
2) Dokter Subspesialis : 17 orang
3) Dokter Gigi Spesialis : 1 orang
4) Dokter Umum : 11 orang
5) Dokter Gigi : 5 orang
6) Dokter Pendidikan Spesialis 1 : 17 orang
7) Dokter Pendidikan Spesialis 2 : 5 orang

9
b. Tenaga Medis Non PNS
1) Dokter Spesialis : 9 orang
2) Dokter Umum : 24 orang
c. Tenaga Megister Kesehatan : 24 orang
d. Tenaga Farmasi : 49 orang
e. Tenaga Keperawatan dan Kebidanan : 667 orang
terdiri dari
1) Sarjana Keperawatan ( Ners ) PNS & Non PNS: 170 orang
2) D IV Kebidanan PNS & Non PNS : 21 orang
3) D III Keperawatan PNS & Non PNS : 370 orang
4) D III Kebidanan PNS & Non PNS : 66 orang
5) D IV Anestesi : 2 orang
6) D III Anastesi : 4 orang
7) SPK : 28 orang
8) SBD : 6 orang
f. Tenaga Non medis : 367 orang

10
B. Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan di BLUD RSUD Ulin
Banjarmasin
BLUD RSUD Ulin Banjarmasinmemiliki beberapa jenis pelayanan
kesehatan antara lain :
1. Instalasi Rawat Intensif
Dengan Jumlah Tempat Tidur 21 tempat tidur
Jumlah Tempat Tidur Ruangan Rawat Intensif RSUD Ulin
Banjarmasin 2014

Tabel 2.2 Instalasi Rawat Intensif


Ruangan Kelas I Total
ICU 10 10
ICCU 4 4
PICU 5 5
Isolasi ICU 2 2
Jumlah 21 21

2. Instalasi Rawat Inap Paviliun Aster dengan 53 tempat tidur


Jumlah Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap Paviliun Aster Rsud Ulin
Banjarmasin Tahun 2014.

Tabel 2.3 Instalasi Rawat Inap Paviliun Aster dengan 53 tempat


tidur
Ruangan Utama Utama Utama Utama Total
A B C D
Aster Lt 3 8 2 11 - 21
Aster Lt 4 8 2 12 - 22
Aster Lt 5 - 5 - 5 10
Jumlah 16 9 23 5 53

11
3. Instalasi Rawat Inap Kelas Utama
Jumlah Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap Kelas Utama Rsud Ulin
Banjarmasi Tahun 2014
Tabel 2.4 Instalasi Rawat Inap Kelas Utama

Ruangan Kelas I Utama A Utama B Utama C Total


Angrek - - 7 - 7
Mawar - - 12 - 12
WK 2 - - - 2
Boegenvil - - - 4
Edelwiss 10 - - 5 15
Melati 10 - - - 10
Asoka 10 - - 4 14
Jumlah 32 -- 19 9 60

4. Instalasi Rawat Inap Kelas III ( Gedung Tulip )


Jumlah Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap Kelas III RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2014
Tabel 2.5 Instalasi Rawat Inap Kelas III (Gedung Tulip)
Ruangan Kelas III
Tulip Lantai IA 37
Tulip Lantai I B dan C 70
Tulip Lantai II A 42
Tulip Lantai II B dan C 48
Tulip Lantai III A 39
Tulip Lantai III B 36
Tulip Lantai III C 34
Seruni / Syaraf 18
Dahlia / Paru 28
Jumlah 352

12
5. Instalasi One Day Care
6. Instalasi Medecal Check Up
7. Instalasi Pelayanan Geriatri Terpadu
8. Instalasi Diagnostik dan Intervensi Kardio Vaskuler
9. Instalasi Rawat Darurat
10. Instalasi Bedah Sentral
11. Instalasi Jiwa khusus
12. Instalasi Rehabilitasi Medik
13. Instalasi Hemodalisa
14. Instalasi Pemulasaran Jenazah
15. Instalasi Rawat Jalan
16. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
17. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
18. Instalasi Radiologi
19. Instalasi Radioterapi
20. Instalasi Farmasi
21. Instalasi Gas Medik
22. Instalasi CSSD & Londry
23. Instalasi Pemeliaraan Sarana RS
24. Instalasi Bank Darah
25. Instalasi Gizi
26. Instalasi K 3 RS
27. Instalasi Sanitasi & dan Pengolahan Lmbah Rs
28. Instalasi Ambulan Emergency 118
29. Instalasi Logistik
30. Instalasi PKMRS
31. Instalasi Pengolahan Data Elektrik
32. Instalasi Rekam Medik
33. Instalasi Perpustakaan
34. Instalasi Pelayanan Psikologi
35. Instalasi Pengaduan Masyarakat
36. Instalasi Hukum & Pemasaran
37. Instalasi Maternal dan Neonatal Emergency Unit

13
Jumlah Tempat Tidur Ruangan Bayi yang merupakan bagian / d
idalam Instalasi MANEU pada tahun 2013 adalah 32 tempat tidur dan
Nicu sebanyak 14 tempat tidur sebagaimana pada table di bawah ini.

Tabel 2.6 Instalasi Maternal dan Neonatal Emergency Unit


Ruangan Temapt Tidur
Bayi Lantai II 32
NICU 14
Jumlah 46

C. Konsep Manajemen Rekam Medis Informasi Kesehatan di


Rumah Sakit.
1. VISI
“Mewujudkan pusat manajemen data Rekam medis berstandar
Internasional dan terpercaya tahun 2015”
2. MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan prima dan paripurna rekam
medis
2. Menyelengarakan pelayanan Rekam Medis secara
professional dengan mengutamakan kepuasan pelanggan
3. Meningkatkan upaya peningkatan mutu pelayanan rekam
medis
4. Meningkatkan sumber daya manusia di bidang pelayanan
rekam medis

3. FALSAFAH Falsafah Instalasi Rekam Medis


Dokumen pasien yang akurat merupakan dasar untuk
menentukan pelayanan kesehatan bagi pasien

14
4. NILAI REKAM MEDIS
a. Medis
Isi rekam medis mempunyai nilai medis, dan digunakan sebagai
dasar merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan
kerada seorang pasien.
b. Administrasi
Isi rekam medis menyangkut tindakan berdasar wewenang dan
tanggungjawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
c. Legal atau Hukum
Isi rekam medis menyangkut masalah adanya jaminan hukum
atas dasar keadilan, dalam usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
d. Finansial atau Keuangan
Isi rekam medis dapat dijadikan bahan penetapan biaya
pembayaran pelayanan di rumah sakit.
e. Riset atau Penelitian
Isi rekam medis mengandung data/informasi yang dapat
dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
f. Edukasi atau Pendidikan
Isi rekam medis menyangkut data/informasi pengembangan
kronologis dari kegiatan pelayanan medis pasien, sebagai bahan
referensi pengajaran profesi pemakai.
g. Dokumentasi
Isi rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus di
dokumentasikan dan Nilai Nilai Instalasi Rekam Medis adalah
CITRA, yaitu
a. C : Cepat
Memberikan pelayanan secara cepat kepada mitra kerja,
pasien dan keluarga

15
b. I : Inofatif
Inofatif dalam pelayanan admisnistratif dan informasi
kesehatan
c. T : Tepat dan Terpercaya
Menunjang terciptanya tertib administrasi yang tepat dan
terpercaya dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
d. R : Rahasia
Kerahasiaan informasi medis pasien aman dan terjaga
dengan baik.
e. A : Akurat
Informasi yang dikeluarkan selalu akurat
a. TUJUAN REKAM MEDIS : Adalah menunjang tercapainya
tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu
sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil
sebagaimana diharapkan, sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam
upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

16
BAB III

MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI


KESEHATAN

A. Konsep sistem pembiayaan


1. Sistem pembayaran retrospektif

Pembayaran retrospektif sesuai namanya berarti bahwa


besaran biaya dan jumlah biaya yang harus dibayar oleh pasien
atau pihak pembayar, misalnya asuransi atau perusahaan majikan
pasien, ditetapkan setelah pelayanan diberikan. Cara pembayaran
retrospektif merupakan cara pembayaran yang sejak awal
pelayanan kesehatan dikelola secara bisnis, artinya pihak fasilitas
kesehatan menetapkan tarif pelayanan. Oleh karenanya cara
pembayaran ini disebut juga dengan cara pembayaran tradisional
atau fee for service (jasa per pelayanan). Di indonesia, cara
pembayaran jasa per pelayanan sering disebut dengan istilah cara
pembayaran out of pocket (dari kantor sendiri).

Penggunaan istilah cara pembayaran dari kantong sendiri


(DKS) untuk cara pembayaran jasa per pelayanan adalah cara
fasilitas kesehatan menagih biaya yang dirinci menurut pelayanan
yang diberikan, misalnya biaya untuk tiap visit dokter , infus, biaya
ruangan, tiap jenis obat yang diberikan, tiap jenis-jenis
pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya. Sedangkan DKS
merupakan sumber dana untuk membayar secara JPP.
Pembayaran DKS dapat berbentuk JPP dan dapat juga berbentuk
sejumlah uang tetap. Misalnya di malaysia, seorang pasien yang
berobat diRS publik (RS pemerintah) hanya membayar 30 Baht
(setara Rp.6000) per episode perawatan, artinya sampai pasien
pulang dari rumah sakit tanpa memperhatikan jumlah hari
perawatan. Selain DKS, pembayaran JPP dapat dilakukan oleh
sebuah perusahaan untuk seorang karyawan atau anggota

17
keluarga karyawan tersebut yang menjadi tanggungan
perusahaan atau oleh usaha asuransi.

Dari sisi pengendalian biaya kesehatan, cara


pembayaran JPP ini mempunyai kelemahan karena fasilitas
kesehatan maupun dokter akan terus dirangsang (mendapat
insentif) untuk memberikan pelayanan lebih banyak. Semakin
banyak jenis pelayanan yang diberikan semakin banyak fasilitas
kesehatan atau dokter mendapatkan uang banyak visit dokter,
semakin banyak dokter tersebut memperoleh jasa atau
penghasilan. Padahal visit atau pemeriksaan berulang-ulang
mungkin tidak memberikan manfaat pada pasiennya. Begitu juga
dengan jenis tindakan diagnosis seperti laboratorium atau
prosedur lainnya. Pasien akan ditagih untuk setiap jenis
pemeriksaan. Kondisi seperti ini disebut moral hazard atau abuse
dalam pelayanan kesehatan. Kesulitan besar pengendalian biaya
dengan pembayaran JPP adalah bahwa pasien tidak memahami
apakah suatu pelayanan memang diperlukan, diperlukan
sesering yang diberikan, dan besarnya tiap-tiap tarif biasa. Oleh
karena cara pembayaran retrospektif ini mempunyai potensi
pemborosan dan kenaikan biaya kesehatan, maka diseluruh
dunia.

Pembayaran retrospektif yang pada umumnya berbentuk


pembayaran JPP dapat bersumber dari :
 Uang yang dimiliki oleh pasien atau keluarga pasien atau
DKS
 Uang yang bersumber dari majikan pasien atau keluarga
pasien
 Uang bersumber dari perusahaan atau badan asuransi /
jaminan sosial seperti PT askes dan PT jamsostek atau
badan asuransi komersial seperti bapel JPKM dan
perusahaan asuransi

18
 Uang pemerintah yang mengganti biaya seorang pasien
misalnya pada korban pemboman di hotel mariot atau di
depan kedutaan besar Australia
 Uang yang bersumber dari lembaga donor seperti
dompet duafa, dana kemanusian kompas, RCTI peduli,
pundi amal SCTV, dan lain-lain
 Uang yang bersumber dari keluarga besar pasien atau
kerabat pasien yang menyumbang untuk pengobatan
seorang pasien.
2. Sistem pembayaran Prospektif
Pembayaran retrospektif terdiri dari berbagai jenis
pembayaran seperti diagnostik related group, kapitasi, per diem,
ambulatory care group, dan global budget.
a. Diagnostic Related Group (DRG)
Pengertian DRG dapat disederhanakan dengan cara
pembayaran dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya
satuan per jenis layanan medis maupun non medis yang
diberikan kepada seorang pasien dalam rangka penyembuhan
suatu penyakit. Sebagai contoh jika seorang pasien menderita
demam berdarah, maka pembayaran kerumah sakit sama
besarnya untuk setiap kasus demam berdarah, tanpa
memperhatikan berapa hari pasien dirawat disebuah Rumah
sakit dan jenis Rumah Sakitnya. Pembayaran dilakukan
berdasarkan diagnosis keluar pasien. Konsep DRG
sesungguhnya sederhana yaitu bahwa Rumah sakit mendapat
pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh
berbagai Rumah sakit untuk suatu diagnosis.
b. Pembayaran kafitasi
Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengendalian
biaya dengan menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi
menanggung resiko, seluruhnya atau sebagian, dengan cara
menerima pembayaran atau dasar jumlah jiwa yang ditanggung

19
c. Pembayaran per kasus / paket
Sistem pembayaran per kasus (case rates) banyak
digunakan untuk membayar rumah sakit dalam kasus-kasus
tertentu pembayaran per kasus ini mirip dengan pembayaran
DRG, yaitu dengan mengelompokkan berbagai jenis pelayanan
menjadi satu kesatuan (kongstvedt, 1996). Pengelompokan ini
harus ditetapkan dulu di muka dan disetujui kedua belah pihak,
yaitu pihak rumah sakit dan pihak pembayar.
d. Pembayaran per diem
Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang
dinegosiasi dan disepakati di muka yang didasari pada pembayaran
per hari perawatan, tanpa mempertimbangkan biaya yang
dihabiskan oleh rumah sakit (kongstvendt, 1996). Misalnya suatu
badan asuransi atau pemerintah membayar per hari perawatan di
kelas III sebesar Rp. 250.000 per hari untuk kasus apapun yang
sudah mencakup biaya ruangan, jasa konsultasi / visit dokter, obat-
obatan, pemeriksaan, laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Sebuah rumah sakit yang efesien dapat mengendalikian
biaya perawatan dengan memberikan obat ynag paling cost
effective, memeriksa laboratorium hanya untuk jenis pemeriksaan
yang memang diperlukan benar, memiliki dokter yang dibayar gaji
bulanan dan bonus, serta berbagai penghematan lainnya, akan
mendapatkan surplus.
f. Global Budget
Global budget (anggaran global) untuk RS banyak dilakukan di
eropa (Sandier, dkk, 2002) dan juga di Malaysia. Sesungguhnya
global budget merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh
pemerintah atau suatu badan asuransi kesehatan nasional dimana
RS mendapat dana untuk membiayai seluruh kegiatannya untuk
masa satu tahun. Alokasi dana ke RS tersebut diperhitungkan
dengan mempertimbangkan jumlah pelaynaan tahun sebelumnya
kegiatan lain yang diperkirakan akan dilaksanakan dan kinerja RS
tersebut. Manajemen RS mempunyai keleluasaan mengatur dana
anggaran global tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional

20
pemeliharaan RS dan ynag lainnya. Sistem ini pada umumnya
dilaksanakan di negara-negara dimana penduduk berhak mendapat
pelayanan rumah sakit tanpa harus membayar atau membayar
sedikit copayment.

B. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi
yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan
para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau
mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis
perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi,
yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient
treatment).
Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh
perusahaan asuransi sosial, perusahaan asuransi jiwa, maupun
juga perusahaan asuransi umum.
Di Indonesia, PT Askes Indonesia merupakan salah satu
perusahaan asuransi sosial yang menyelenggarakan asuransi
kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya merupakan
para pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak
mereka juga dijamin sampai dengan usia 21 tahun. Para
pensiunan beserta istri ataupun suami juga dijamin seumur hidup.
Di luar golongan tersebut pemerintah juga menyediakan
program asuransi kesehatan kepada warga berpenghasilan
rendah, kini disebut Jamkesmas, jaminan kesehatan masyarakat,
di samping program itu yang dibiayai oleh APBN, sejumlah
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota juga punya
program serupa yaitu Jamkesda dan Jamkesos seperti, antara
lain, di kabupaten Musi Banyuasin pada 2002, Jembrana sejak
2003 di DI yogyakarta dan provinsi Sumatera Selatan, di sana
disebut Jamsoskes, sejak awal januari 2009. walaupun pada awal
maret 2010 pemerintah pusat mengkaji kemungkinan melarang
pembiayaan asuransi kesehatan lewat APBD.

21
Pada tahun 2010, 120,2 juta dari sekitar 237 juta penduduk
Indonesia memiliki asuransi kesehatan disediakan baik oleh PT
Askes Indonesia, PT Jamsostek, PT Asabri maupun lewat
program Jamkesmas atau asuransi lain, seperti Sinar MasAviva
Indonesia.
Beberapa perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa
telah memasarkan pula program-program asuransi kesehatan
dengan berbagai macam varian yang berbeda. Pada umumnya
perusahaan asuransi yang menyelenggarakan program asuransi
kesehatan bekerja sama dengan provider rumah sakit baik secara
langsung maupun melalui institusi perantara sebagai asisten
manajemen jaringan rumah sakit.

Pihak-pihak ketiga yang bekerja sama dengan RSUD Ulin


Banjarmasin :
1. BPJS Non PBI
2. BPJS PBI
3. Jamkesprov
4. ASKES Negeri
5. Jamkesda
6. Jamkesmas
7. Jampersal
8. Minamas Gemilang, PT
9. Koperasi-TKBM
10. Koperasi-TKBM Samudera Nusantara, PT
11. Pihak Ketiga
12. Dana Pendamping
13. Inhealth Blue
14. Inhealth Silver
15. Inhealth Gold
16. Jamsostek, PT
17. Bumi Hutani Lestari. PT
18. Perkebunan Nusantara XIII, PT.
19. Makin Group, PT.

22
20. Pama Persada Nusantara, PT
21. Brigestone, PT
22. Buma, PT
23. Rahman Abdi Jaya, PT
24. Pemda Pelaihari
25. Sapta Indra Sejati
26. Adaro Indonesia, PT.
27. Indocement Tunggal Prakarsa, PT
28. Pos Indonesia, PT
29. Takaful Keluarga, PT.
30. Trio Motor
31. Graha Sawit Manunggal, PT
32. TKS
33. Demitra Karsa Perdana, PT
34. Arutmin Indonesia
35. Kartu Sehat (ASKIN)
36. Cakung Permata Nusa

C. Rembursement INA CBG’s


Reimbursement adalah pembayaran kembali kepada peserta
untuk jumlah yang diajukan sebagai klaim karena terjadinya suatu
penyakit/kecelakan. Nasabah harus terlebih dahulu membayar
keseluruhan biaya rumah sakit. Setelah itu, baru kemudian
mengurus dan melengkapi dokumen untuk diajukan kepada
perusahaan asuransi untuk meminta ganti rugi pembayaran rumah
sakit sebelumnya. Pengajuan penggantian klaim bpjs selama 14
hari.

23
di ruang rawat RMdilengkapi
Pasien Pulang Di antar ke ruang MR
kelengkapannya.

Verifikator Internal/JKN Tim JKN mekoding RM


entry data

BPJS
Jika kurang
lengkap
Layak

Keterangan :
1. Setelah pasien pulang berkas rekam medis dilengkapi oleh admin
ruang rawat inap.
2. Setelah dilengkapi berkas rekam medis diantar ke ruanga Medical
Record
3. di ruang Medical Record berkas rekam medis di koding oleh koder Tim
JKN
4. Verifikator memeriksa kelengkapan berkas klaim seperti SEP BPJS,
surat masuk rawat inap, fotocopy kartu peserta BPJS, resume medik
dll.
5. Berkas rekam medis di entry data-datanya seperti No. RM, nama,
umur, alamat, kode diagnosa dan tindakan, dll.
6. Berkas rekam medis diantar ke BPJS, jika kurang lengkap berkas di
kembalikan ke verifikator / Tim JKN
7. Setelah lengkap berkas rekam medis layak klaim.

24
D. Implementasi Sistem Pembiayaan di Indonesia
Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi
dalam 2 sistem yaitu:
1. Fee for Service ( Out of Pocket )
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem
pembayaran berdasarkan layanan, dimana pencari layanan
kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi pelayanan
kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit)
mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang
diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak
pula pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat
Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem pembiayaan
kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World
Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%)
masyarakat Indonesia masih bergantung pada sistem Fee for
Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem Health
Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service
adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency
Relationship, dimana PPK mendapat imbalan berupa uang
jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien
yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin
banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula
imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke
pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK
didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada
pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.

2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang
dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari
layanan kesehatan berobat. Sistem health insurance ini dapat
berupa sistem kapitasi dan sistem Diagnose Related Group (DRG
sistem).

25
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa
pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap
penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan
per periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan sistem kapitasi
adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada
PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka
sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya
(unit cost) tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan
Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group)
tidak berbeda jauh dengan sistem kapitasi di atas. Pada sistem ini,
pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yang
dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan
pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang
berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan
ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan
pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari sistem Health Insurance adalah dapat
terjadinya underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas
dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak
banyak bergabung dalam sistem ini, maka resiko kerugian tidak
dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan
sistem ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive
market), mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu
tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya
multidrug dan multidiagnose. Dan sistem ini akan membuat PPK
lebih kearah preventif dan promotif kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan
kesehatan dengan sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien
menurunkan angka kesakitan dibandingkan sistem pembayaran
berdasarkan layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku.
Hal ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia. Tentu
saja karena masih ada hambatan dan tantangan, salah satunya

26
adalah sistem kapitasi yang belum dapat memberikan asuransi
kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang
disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Sampai saat ini, perusahaan asuransi
masih banyak memilah peserta asuransi dimana peserta dengan
resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar rendah tidaklah
menjadi target anggota asuransi. Untuk mencapai terjadinya
pemerataan, dapat dilakukan universal coverage yang bersifat
wajib dimana penduduk yang mempunyai resiko kesehatan rendah
akan membantu mereka yang beresiko tinggi dan penduduk yang
mempunyai kemampuan membayar lebih akan membantu mereka
yang lemah dalam pembayaran. Hal inilah yang masih menjadi
pekerjaan rumah bagi sistem kesehatan Indonesia. Memang harus
kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan terutama dalam
pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem
yang ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Namun sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini
harus bergerak dengan pengawasan dan aturan dalam suatu
sistem kesehatan yang komprehensif, yang dapat mengurangi
dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan
sehingga dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi
pelayanan kesehatan di Indonesia. Contoh health insurance yang
di berada dibawah naungan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
diantaranya :
 Askes
 Jamkesmas
 ASBRI
 Taspen
 Jamsostek
 Dan lain sebagainya.

27
E. Billing System

Menurut Cambridge Advanced Learner's Dictionary (2003, p


113), Bill adalah a request for payment of money owed, or the piece
of paper on which it is written (noun); to give or send someone a bill
ask ing for money that they owe for a product or service (verb).
Dalam bahasa Indonesia, Bill berarti permintaan untuk membayar
sejumlah uang yang diutang, atau sebuah kertas yang ditulis (kata
benda); untuk memberiatau mengirim seseorang sebuah permintaan
tagihan untuk membayar sejumlahuang yang diutang untuk barang
atau jasa (kata kerja).
Jadi, billing system adalah suatu kesatuan yang berasal dari
beberap aelemenyang saling berhubun gan dan bekerjasama dalam
mencapai suatu tujuan yaitu29permintaan terhadap seseorang untuk
membayar sejumlah uang yang diutang untukbarang atau jasa.
Dengan adanyabilling system ini, akan membantu pemakai untuk
mengontrol dan memonitor operasionalnya.Billing System Rumah
Sakit adalah sebuah sistem yang terintegrasi dengan database
pasien yang berfungsi membantu staf administrasi dalam
menanganitransaksi pembayaran tagihan rumah sakit. Billing System
akan memudahkan dalam pengontrolan kegiatan administrasi
keuangan Rumah Sakit.
1. Manfaat Billing System
Manfaat menggunakanBilling System adalah sebagai berikut :
 Set up Billing Codes Nomor kuitansi yang dihasilkan secara
otomatis oleh sistem (autogenerate)sehingga mengurangi tingkat
kecurangan.
 Set up recurring Charge Shedules Dengan menggunakanbilling
systemdapat dengan mudah melakukanperubahan pada jadwal
penagihan iuran seperti penagihan setiap bulan,setiap caturwulan,
setiap semester atau setiap tahun.
 Late-fee Assesment Prosedur ini digunakan untuk mengetahui
dengan cepat pasien yang belummembayar biaya rumah sakit
sehingga monitoring dapat dilakukan secaraefektif dan efisien.

28
 Statements Billing System akan mencetak beberapa jenisbilling
statementyang berisirekapitulasi mengenai pembayaran masa
lalu. Dengan ini rumah sakitdapat mengurus tagihan rumah sakit
sesuai dengan tahun kalender.30
 Payment MethodBilling system mendukung metode akuntansi
secara tunai dengan pembayaran di muka (accrual).
2. Tahapan Billing System
Tahapanbilling systemadalah sebagai berikut :
 Perencanaan
 Implementasi
 Monitor
 Evaluasi
3. Training untuk staff
Pembagian tugas sesuai dengan keahlian masing-masing
staf, kemudian memberikan training untuk setiap peranan. Staff
Billing yang terlatih dengan baik akan dapat melakukan
pembuatan laporan, pembuatan duplikasi dokumen, serta
mengatur tagihan-tagihan dengan teratur. Tiga jenis training yang
harus dilakukan
yaitu :
 Training mengenai prosedur penagihan
 Pengaturan Dan tatacara untukmemperlakukanpelanggan
 Keahlian teknis untuk menggunakanbilling system
4. Penggunaan Elektronik
Dianjurkan untuk selalu melakukan perbandingan antara
penggunaan elektronik dalam billing system dengan billing system
manual. System manual terlihat jauh lebihmurah bila
dibandingkandengan penggunaan elektronik akan tetapi memakan
biaya dan waktu yang dapat membawa kegiatan operasional menjadi
tidak efisien.

29

Anda mungkin juga menyukai