Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Uji efektivitas ekstrak daun inai (Lawsonia Inermis L.) sebagai


alternative zat pewarna alami (ZPA) pada bahan tekstil
khususnya sutera

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
MUTIARA LAVINTANG 1411119698 2014
PRATIWI NINGSIH 1411113652 2014
RATIH INDAH SARI 1511110573 2015

UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………….……………………………………….. i


HALAMAN PENGESAHAN ………….………………………………...…. ii
DAFTAR ISI …………………………………………..……………………. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………..…………………. iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .…………………………….……..………..………… 1
1.2 Perumusan Masalah .………………….……………………..….. .............. 2
1.3 Tujuan Khusus ... ……………………….……...…………..…………. ..... 2
1.4 Urgensi Penelitian......................……………………………...……… 2
1.5 Kontribusi Temuan yang di targetkan………………………………... 2
1.6 Luaran kegiatan……...……………………………………………...... 3
1.7 Manfaat Kegiatan ...................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Ilmiah .................................................................................................... 4
2.2 penelitian Terkait ....................................................................................................... 4
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian…………………....………………...…..….....….. 5
3.2 Luaran .....................………...…………………………….....………. 5
3.3 Indikator pencapaian ……..….…...…….……………………. ……. 5
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data……………………...... 6
3.5 Cara Penafsiran ............................................................................................................ 6
3.6 Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................................................... 6
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya…………….……………………………………. ..........9
4.2 Jadwal Kegiatan ……………………………... ............................................ 9
BAB 5. DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…….. 10

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, anggota dan Dosen Pendamping yang ditanda
Tangani ............................................................................................................11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.................................................................. 12
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ..................13
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti................................................................15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Anggaran Biaya ................................................................................................... 11


Tabel 2. Jadwal Kegiatan ................................................................................................. 11

iv
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pada awalnya pewarna tekstil dikerjakan dengan zat pewarna yang
berasal dari alam. Misalnya dari tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun
mineral. Pemakaian pewarna alam sangat sulit karena harus didahului
dengan pengerjaan yang sangat lama agar dapat menempel dengan baik.
Saat pemakain pewarna alami semakin sedikit, sedangkan hampir semua
zat warna menggunakan zat warna sintetis. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan tentang kesehatan, mulai disadari bahwa penggunaan zat
warna sintesis dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Dian nur
fibrianto, 2008).
Penggunaan zat warna sintesis mempunyai pengaruh negative bagi
kesehatan seperti gugus azo (murbantan, dkk, 2009). Zat warna azo
mengalami sirkulasi enterohepatik dalam tubuh. Efek yang dapat
ditimbulkan oleh zat warna azo dalam jangka waktu lama menyebabkan
kanker hati.
Indonesia adalah Negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah. Salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang
diolah menjadi zat pewarna alami tekstil. Suatu zat dapat berlaku sebagi
zat warna apabila mempunyai gugus yang dapat menimbulkan warna
(kromofor) dan dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil. Kromofor
berasal dari kata (chromophore) yang berasal dari bahasa yunani yaitu
chroma yang berarti warna dan phoros yang berarti pengemban
(Fessenden dan Fessenden, 1982).
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi zat
warna alami tekstil adalah tanaman inai (Lawsonia inermis L.) dari family
lythraceae. Daun inai mengandung bermacam-macam glikosida, senyawa
asal gula dengan zat yang dapat terhidrolisis. Glukosa yang terpenting
adalah lawsonia dengan struktur senyawanya 2-hidroksil-1, 4-naftokuinon,
yaitu materi yang bertanggung jawab atas terjadinya pewarnaan. Selain itu,
efek dari limbah pewarnaan juga tidak berbahaya terhadap lingkungan
karena bahan yang terkandung merupakan bahan alami atau natural.

Melalui penelitian ini akan menguji efektivitas daun inai terhadap


pewarnaan bahan tekstil khususnya sutra, sehingga dapat memperkaya
jenis-jenis zat warna alam yang ada. Diharapkan kedepannya akan lebih
bermanfaat lagi bagi masyarakat serta menambah nilai ekonomis daun inai
sebagai pewarna alami yang dapat diterapkan pada bahan tekstil
khususnya sutera.
2

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Efektivitas ekstrak daun inai (lawsonia inermis L.) terhadap bahan
tekstil (sutera)
2. Formulasi dan cara penggunaan ekstraksi daun inai (lawsonia inermis
L) dalam meningkatkan kualitas pewarna alami pada bahan tekstil
(sutera)
3. Efektifitas ekstrak daun inai (lawsonia inermis L) dibandingkan
dengan pewarna sintesis.

1.3 TUJUAN KHUSUS


1. Untuk mengukur kemampuan dan efektivitas ekstrak daun inai
(Lawsonia inermis L.) terhadap bahan tekstil sutera
2. Untuk menjelaskan formulasi dan cara penggunaan ekstraksi daun inai
(lawsonia inermis L) dalam meningkatkan kualitas pewarna alami
pada bahan tekstil (sutera) dan untuk mengukur efektivitas ekstrak
daun inai (lawsonia inermis L.) dibandingkan pewarna sintesis.

1.4 URGENSI PENELITIAN


Penelitian ini sangat penting karena dapat memenfaatkan bahan alam
yang ramah lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomis masyarakat
sekitar, serta mengurangi pencemaran limbah zat pewarna sintesis.

1.5 KONTRIBUSI TEMUAN YANG DI TARGETKAN


Penelitian ini ditargetkan menemukan zat pewarna alami yang lebih
ramah lingkungan untuk alternatif pewarna sintesis pada kain sutera.

1.6 LUARAN KEGIATAN


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan zat
pewarna alami (ZPA) dari bahan alami, berkualitas, ekonomis, serta
dengan daya tahan yang cukup lama dan menghasilkan suatu produk baru
yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta ramah lingkunagan.

1.7 KEGUNAAN
1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan informasi ilmiah kepada
para akademisi tentang pengaruh dan mekanisme ekstrak daun inai
(Lawsonia Inermis L.) terhadap bahan tekstil sutera.
2. Secara aplikatif, penelitian ini juga memberikan alternative kepada
masyarakat tentang daun inai dapat diekstrak menjadi zat pewarna
alami yang ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan pada sutera.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Ilmiah


Lawsonia Inermis L.
Lawsonia inermis L (Gambar 1) adalah suatu tumbuhan berbunga,
spesies tunggal dari genus Lawsonia dari famili Lythraceae. Merupakan
tumbuhan asli daerah tropis dan subtropis seperti Afrika Selatan, Afrika
timur dan utara, Asia dan Australia utara yang secara alamiah tumbuh juga
di daerah-daerah tropis di Amerika, Mesir, India, dan sebagian daerah
Timur Tengah. Lawsonia inermis L merupakan tumbuhan semak belukar
dengan ukuran tinggi 2 sampai 6 m, bercabang banyak dengan cabang-
cabang kecil berduri. Daun lonjong, saling berhadapan, bertangkai pendek,
dengan ukuran antara 1,5–5,0 cm x 0,5–2 cm, dan berurat pada permukaan
belakangnya. Dalam musim hujan tanaman ini tumbuh lebih cepat.
Daunnya lama-kelamaan menguning dan rontok pada musim kering dan
dingin.
Pohon Lawsonia inermis L dapat mencapai ketinggian 8 sampai 10
kaki dan biasa digunakan untuk pagar, ada yang berduri maupun tidak
berduri, memiliki bunga kecil-kecil dengan warna berbeda-beda dan
berbau manis. Daun Lawsonia inermis L memiliki substansi zat warna
yang bervariasi mulai dari merah, burgundy, kuning tua, coklat kemerahan
sampai coklat.

Kandungan Lawsonia Inermis L.


Tanaman Lawsonia inermis L yang tergolong dalam tumbuhan semak
mengeluarkan sejenis pewarna karena mengandung bahan pewarna
glukosid dan asam henotanik. Asam henotanik pada Lawsonia inermis L
menyebabkan kulit yang disapu akan berwarna merah, ini disebabkan
pewarna yang memang terdapat dalam asam henotonik akan bergabung
dengan kolagen pada sel kulit dan keratin pada kuku dan rambut.
Lawsonia inermis L juga mengandung beberapa materi resin dan tannin
yang dikenal dengan nama hennatotanin. Asam henotanik pada Lawsonia
inermis L menyebabkan kulit yang disapu akan berwarna merah, ini
disebabkan pewarna yang memang terdapat dalam asam henotonik akan
bergabung dengan kolagen pada sel kulit dan keratin pada kuku dan
rambut.
Di dalam daun Lawsonia inermis L terdapat senyawa 2-hydroxy-1:4-
napthoquinone (lawsone) yang menghasilkan molekul berwarna kuning
kemerahan, asam p-coumaric, 2-methoxy-3-methyl-1, 4-naphthoquinone,
apiin, apigenin, luteolin, dan cosmosiin. Molukel ini memiliki kemampuan
mengikat protein, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai kulit, rambut,
kuku, kain sutera, dan wol. Selain itu daun Lawsonia inermis L
4

juga mengandung golongan senyawa aktif, seperti alkaloid, glikosida,


flavonoid,polifenol, saponin, tannin, dan minyak atsiri.

Zat pewarna Alami (ZPA)


Zat warna adalah senyawa yang dipergunakan dalam bentuk larutan
atau dispersi pada suatu bahan lain sehingga berwarna (Rambe, 2009). Zat
warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam seperti tumbuh-
tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan pewarna
alam yang biasa digunakan untuk tekstil diperoleh dari hasil ekstrak
berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga,
sedangkan zat warna sintesis adalah zat warna buatan (Laksono, 2012).
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tanaman.
Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenoldalam
molekulnya. Polifenol berperan dalam memberikan warna pada suatu
tanaman seperti warna daun saat musin gugur. Senyawa flavonoid adalah
senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di
tanaman. Antosianin adalah pigmen berwarna yang umunya terdapat di
bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Flavonoid sering terdapat disel
epidermis (harborne, 1996)

Sutera
Kain adalah segala sesuatu yang dipakai bahan pakaian, barang tenunan
(Tim Pustaka Agung Harapan 2003:287). Sutera adalah serat alam yang
berbentuk filamen, berasal dari kepompong ulat sutera jenis “Bombyx
Mori” (Enny Zuhni K., 1998:21). Sutera mentah tidak berkilau, kaku dan
sukar menyerap zat warna karena mengandung serisin. Menghilangkan
serisin pada filamen sutera dilakukan dengan memasaknya dalam air sabun
agar didapatkan sutera yang halus dan berkilau. Karakteristik kain sutera
antara lain: berbunyi gemerisik bila bergesekan, memiliki kilau yang
tinggi, sangat higroskopis, dapat menyerap kelembapan 11,0%, memiliki
kandungan listrik statis yang tinggi, mulur dengan elastic recovery rendah,
mudah kusut, namun kekusutan dilicinkan kembali melalui proses
penyetrikaan, kurang tahan terhadap penyetrikaan, sinar matahari, jamur
dan bakteri, bersifat amfoter (tidak tahan alkali ataupun asam) dan berbau
rambut terbakar bila dibakar.

2.2 Penelitian Terkait


1. Ekstrak warna daun alpukat sebagai zat pewarna alami untuk
mewarnai bahan tekstil khususnya kain sutera.
2. Khasiat daun lawsonia inermis L. Sebagai obat tradisional anti bakteri.
3. Uji penyerapan ekstrak metanol daun Lawsonia inermis l. Pada gigi.
5

BAB 3. METODE PENELITIAN

1.1 Tahapan Penelitian


Ekstraksi warna daun inai sebagai ZPA
Proses ekstraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut
air. Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4), tawas, natrium
karbonat/soda abu (Na2CO3), kapur tohor (CaCO3), bahan kimia ini
diperlukan untuk mengunci warna pada bahan tekstil (sutra). Perbandingan
larutan zat warna dengan bahan tekstil yang digunakan adalah 1:30.
Misalnya 100 gram berat bahan tekstil yang diperoses maka kebutuhan
larutan warna alam adalah 3 liter.

Langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna


alam dalam skala laboratorium:
1. Daun inai yang sudah tua dan banyak bintik hitam dan masih dalam
keadaan segar dicuci bersih kemudian dipotong-potong (direduksi
ukurannya), ambil potongan tersebut seberat 500 gram.
2. Masukkan potongan daun inai ke dalam panci. Tambahkan air
dengan perbandingan 1:10. Misalnya berat bahan yang diekstrak 500
gram maka air yang diperlukan 5 liter.
3. Rebus bahan dengan suhu 100oC hingga volume air menjadi
setengahnya (2,5 liter) kurang lebih 1/2 – 1 jam. Jika ingin larutan
zat warna menjadi zat warna perebusan bisa diperkecil menjadi
sepertiga. Indikasi pigmen warna ada dalam tumbuhan ditunjukkan
dengan air setelah perebusan menjadi berwarna.
4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut
untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diekstrak (residu)
sehingga diproleh ekstrak warna yang bersih.larutan ekstrak hasil
penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. setelah dingin
larutan siap digunakan.
Pencelupan kain sutera dengan ZPA ekstrak warna daun inai
Pada proses pencelupan kain sutera dengan ZPA ekstrak warna daun
inai, ada tiga proses utama/pokok yang harus dilakukan yaitu sebagai
berikut:
1. Proses mordanting yang bertujuan untuk meningkatkan daya afinitas
kain sutera supaya dapat mengikat zat warna alam dengan sempurna.
2. Proses pencelupan yang bertujuan untuk mewarnai kain sutera
dengan ZPA ekstrak warna daun inai secara merata dan menyeluruh.
3. Proses fiksasi yang bertujuan untuk memperkuat warna hasil celupan
dan member arah warna pada kain sutera.
6

1. Proses mordanting kain sutera


Sebelum dilakukan proses pencelupan dengan ZPA ekstrak warna daun
inai, maka kain sutera yang akan dicelup harus dimordanting terlebih
dahulu. Mordanting ialah suatu proses pemberian senyawa oksida logam
pada bahan tekstil (dalam hal ini kain sutera) supaya kin tersebut dapat
mengikat zat warna alam dengan sempurna (memprtinggi daya afinitas
kain). Zat yang biasa digunakan dalam proses mordanting kain sutera
ialah tawas yang berbentuk larutan. Adapun resep mordanting yang
dapat digunakan yaitu sebagai berikut: berat bahan (kain sutera) 500
gram, tawas 100 gram, air 10 liter, waktu 1 jam, suhu 35oC-45OC, Vlot
1:20.
Adapun proses mordantingnya sebagai berikut:
a. Kain sutera yang akan dimordanting terlebih dahulu direndam dalam
larutan pembasah (TRO = Turkey Red Oil) kurang lebih selama 10
menit. Perendaman ini dimaksudkan supaya kondisi dalam kain
sama dan kian mudah ditembus oleh zat warna mordanting yaitu
tawas, sehingga hasilnya dapat rata.
b. Zat mordanting yaitu tawas, dilarutkan dalam air dan diaduk
sehingga semua larut.
c. Setelah larutan tawas siap, kain sutera yang direndam dalam larutan
TRO tadi dimasukkan dalam larutan tawas kemudian dipanaskan
sampai suhu kuranglebih 35oC-45OC selama satu jam. Pada proses
pemanasan ini diusahakan supaya konstan.
d. Setelah satu jam api dimatikan dan kain sutera tetap direndam dalam
larutan tawas selama 1 malam.
e. Setelah satu malam, kain sutera tersebut diangkat dan dicuci bersih
dengan air panas kemudian bilas dengan air dingin hingga bersih.
f. Setelah kering, maka kain sutera sudah siap untuk dicelupkan ke
dalam ekstrak warna daun inai.

2. Proses pencelupan kain sutera dengan ZPA Ekstrak warna daun inai
Proses pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada
kain/bahan tekstil dengan zat warna secara merata dengan cara dingin.
Cara dingin, yaitu melalui proses perendaman. Cara ini banyak digunakan
untuk mencelupkan kain sutra yang di batik lilin, dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Kain sutera yang telah dimoderating direndam dahulu dalam
larutan TRO selama kurang lebih 10 menit. Setelah 10 menit, kain
sutera diangkat, ditiriskan dan siap dicelup.
2. Kain sutera kemudian direndam dalam larutan ekstrak warna daun
inai dingin (tanpa dipanaskan) selama kurang lebih 15-30 menit
dan setiap kali dibalik-balik.
7

3. Setelah kurang lebih 15-30 menit, kain sutera tersebut diangkat dan
dikeringkan dengan cara digantung (diatuskan) atau diangin-
anginkan saja.
4. Setelah kering, bila warna belum sesuai seperti yang diharapkan,
maka pencelupan dapat diulang 2-3 kali (kembali pada proses 2 dan
3). Namun jika tidak diulangi, maka kain sutera tersebut langsung
dimasukkan ke dalam larutan fiksasi untuk diproses fiksasi.

3. Proses Fiksasi
Proses fiksasi pada proses pencelupan kain sutera dengan ZPA ekstrak
warna daun inai ialah suatu proses yang dikerjakan pada kain sutera yang
telah dicelupkan dengan larutan ZPA tersebut yang bertujuan untuk
memperkuat atau memantabkan warnanya, menimbulkan/membangkitkan
warna, dan memberikan arah warna. Dalam proses fiksasi ini dapat
menggunakan larutan fiksasi tawas atau kapur tohor atau tunjung. Adapun
proses pembuatan larutan fiksasinya adalah sebagai berikut:
1. Larutan fiksasi kapur tohor.
Timbang kapur tohor 50 gram, dilarutkan dalam 1 liter air sampai
larut betul dan homogeny, kemudian didiamkan sampai bening. Larutan
kapur tohor yang bening tersebut yang digunakan untuk proses fiksasi.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata fiksasi dengan larutan kapur
tohor ini menghasilkan warna kemerahan.

2. Larutan fiksasi tawas


Timbang tawas 70 gram. Dilarutkan dalam 1 liter air, aduk hingga
larut sempurna. Setelah larut, dapat langsung digunakan untuk proses
fiksasi kain sutera.
Setelah larutan fiksasi tersebut siap, maka proses fiksasi langsung dapat
dikerjakan, yaitu dengan cara berikut ini:
a. Merendam kain sutera yang telah dicelup di atas dalam larutan
fiksasi selama kurang lenbih 10 menit.
b. Setelah 10 menit, maka kain sutera tersebut diangkat dan dicuci
bersih dengan air dingin.
c. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan saja (tidak
boleh langsung terkena sinar matahari).
d. Akhirnya kain sutera telah selesai diwarnai dengan ZPA ekstrak
warna daun inai berdasarkan hasil pengujian kualitas warna hasil
celupan dengan ZPA ekstrak warna daun inai pada kain sutera yang
telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui nilai gray scale
dan staining scale ketahanan luntur warnanya adalah berkisar 4-5
sehingga masuk dalam kategori baik.
8

1.2 Luaran
Luaran dari penelitian ini, yaitu Artikel Ilmiah, hasil data yang di dapat
dari uji coba efektivitas ekstrak daun inai sebagai zat pewarna alami pada
bahan tekstil khususnya kain sutera.

1.3 Indikator Pencapaian


Indikator dari pencapaian penelitian di dasarkan pada penelitian
sebelumnya dan dengan membandingkan hasil warna yang di hasilkan zat
pewarna alami dan sintesis.

1.4 Teknik pengumpulan Data dan Analisa Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengujian
dengan tiga proses: mordanting, pencelupan dan fiksasi.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian
kualitas zat pewarna alami dari daun inai dengan pewarna sintesis dan
dengan hasil studi literatur jurnal ilmiah yang sudah pernah dilakukan.

1.5 Cara Penafsiran


Penafsiran hasil penelitian yang dilakukan dalam program ini dengan
melihat efektivitas etanol pada daun inai terhadap konsentrasi warna pada
kain sutera. Apabila terdapat warna pudar atau tidak pekat maka percobaan
ini gagal.
9

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 ANGGARAN BIAYA

Tabel 1. Ringkasan Anggaran biaya


NO URAIAN JUMLAH
1 Peralatan penunjang 5.700.000
2 Bahan habis pakai 4.565.000
3 Perjalanan 800.000
4 Lain-lain 380.000

4.2 JADWAL KEGIATAN

Tabel 2. Jadwal kegiatan


N0 Kegiatan Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Bulan ke 4
1 Perencanaan,
pengumpulan
data dan
informasi.
2 Analisis
penelitian
3 Persiapan
alat
4 Proses
ekstraksi
5 Proses
mordanting
6 Proses
pencelupan
7 Proses
fiksasi
8 Proses
evaluasi dan
laporan
10

DAFTAR PUSTAKA

Anwar M. 2003. Potensi Produksi Zat Warna Alam untuk Aplikasi Pada Kain
Batik dan Tekstil. Seminar Teknologi Untuk Negeri (STUN), BPPT.

Fibrianto, Dian Nur. 2008. Panduan Kimia Praktis SMP. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.Harborne, J. B.1996.Metode Fitokimia.Terbitan ke-II.a.b.
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penentuan Cara Modern menganalisis


Tumbuhan. Alih bahasa Kosasih Padwaminata. ITB, Bandung.

Khairun Nisya Rambe. 2010. Penentuan Kadar Seng (Zn) pada Limbah Cair di PT
Industri Karet Nusantara, Karya Ilmiah, Program Studi , Pengaruh
Konsentrasi Kitosan.

Murbantan, dkk. 2009. Proses Ekstraksi dan Powderisasi Zat Warna Alam. Badan
Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi, Jakarta.

Tocharman, Maman. 2009. Eksperimen Pewarna Alami Dari Bahan Tumbuhan


Yang Ramah Lingkungan Sebagai Alternatif Untuk Pewarnaan Kain Batik.
Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Fitrihana.,Noor, 2007. Teknik
Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari Tanaman Di Sekitar Kita Untuk
Pencelupan Bahan Tekstil.
19

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan penunjang
No Material Justifikasi Volume Harga Jumlah
pemakaian satuan
(Rp)
1 Sewa Penelitian 4 bulan 500.000 2.000.000
laboratorium
2 Sewa Pembuatan ekstrak 5 25000 125.000
pinggan
porselin
3 Botol Pembuatan ekstrak 4 50.000 200.000
maserasi
4 Beaker glass Pembuatan ekstrak 5 40.000 200.000
5 Labu takar Pembuatan ekstrak 5 70.000 350.000
6 Kertas saring Pembuatan ekstrak I boks 100.000 100.000
(ekstraksi)
7 Tabung Pembuatan ekstrak 1 set 500.000 500.000
reaksi + rak
8 Alumunium Wadah serbuk 1 meter 50.000 50.000
foil pigmen
9 corong Pembuatan ekstrak 5 20.000 100.000
10 Thermometer Uji kestabilan 4 400.000 400.000
11 PH meter Uji kestabilan 1 50.000 50.000
12 Batang Uji kestabilan 2 150.000 300.000
pengaduk
13 Kain planel Pembuatan ekstrak 3 50.000 150.000
(saringan
besar)
14 Anak Pembuatan serbuk 1 set 300.000 300.000
timbangan
milligram
15 Sewa oven Pembuatan ekstrak 1 400.000 400.000
16 Kain sutera Bahan baku 5 meter 95.000 475.000
polos
SUB TOTAL (Rp) 5.700.000
20

2. Bahan habis pakai


No Material Justifikasi Volume Harga keterangan
pemakaian satuan
1 Daun inai Pembuatan ekstrak 80 kg 30.000 2.400.000
segar
2 Aquadest Pembuatan ekstrak 40 liter 10.000 400.000

3 Tawas Pengunci warna 25 kg 17.000 425.000


4 Tunjung Pengunci warna 50 kg 8.000 400.000
(FeSO4)
5 Kapur Pengunci warna 25 kg 5.000 150.000
(CaCO3)
6 Soda abu Pengunci warna 15 kg 26.000 390.000
(natrium
karbonat)
7 n-butanol Pembuatan ekstrak 20 liter 10.000 200.000
8 HCL pekat Uji warna 100 ml 200.000 200.000
SUB TOTAL (Rp) 4.565.000

3. Perjalanan
No Material Justifikasi Volume harga Keterangan
perjalanan satuan
(Rp)
1 Perjalanan Mencari bahan 15 kali 30.000 450.000
dalam kota baku
2 Bensin Mencari bahan 50 liter 7.000 350.000
baku
SUB TOTAL (Rp) 800.000

4. Lain-lain
No material Justifikasi Volume Harga Keterangan
pemakaian satuan
(Rp)
1 Pembuatan Administrasi 3 rangkap 30.000 90.000
proposal
2 Pembuatan administrasi 3 rangkap 30.000 90.000
laporan akhir
3 dokumentasi Dokumentasi 1 200.000 200.000
penelitian
SUB TOTAL (Rp) 380.000
TOTAL KESELURUHAN I+II+III+IV 11.445.000
21

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan Dan Pembagian Tugas

No Nama/Nim Program Bidang Alokasi Uraian


Studi Ilmu Waktu Tugas
(Jam/Mingg
u)
1 Mutiara lavintang/ Ilmu Ilmu 10 Jam / Penanggun
1411119698 Keperawatan Keperaw Minggu g Jawab
atan Kegiatan
Dan
Pelaksana
2 Pratiwi Ningsih/ Ilmu Ilmu 10 Jam / Penanggun
1411113652 Keperawatan Keperaw Minggu g Jawab
atan Lapangan
Dan
Pelaksana
3 Ratih Indah Sari/ Ilmu Ilmu 10 Jam / Penanggun
1511110573 Keperawatan Keperaw Minggu g Jawab
atan Keuangan
Dan
Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai