Anda di halaman 1dari 17

STANDARISASI JAHE MERAH

Kelompok 5
1. Ayunda Eka Zulistya (1720343843)
2. Bagas Adi Wicaksana (1720343844)
3. Brilian Widianto (1720343845)
4. Dhini Jiwa Rahmadhani (1720343846)
5. Fatimatur Rohmah (1720343847)
Monografi Jahe Merah
Rimpang jahe merah Ekstrak jahe merah
Pemerian. Berupa irisan rimpang pipih, bagian ujung Pemerian Ekstrak kental, warna kuning kecoklatan,
bercabang pendek, Bentuk bulat telur terbalik. Pada bau khas, rasa pedas.
setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam warna
putih kekuningan, bau khas, rasa pedas.

Susut pengeringan <111> Tidak lebih dari 10% Rendemen Tidak kurang dari 6,6

Abu total <81> Tidak lebih dari 5% Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2,81% v/b.

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 15,6%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 4,3%

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,70% v/b


Standarisasi Jahe Merah

Penetapan Kadar Abu Total

Penetapan Kadar Abu Tak Larut Asam

Cara standarisasi Penetapan Kadar Abu Larut Air


jahe merah

Kadar Sari Larut dalam Air

Kadar Sari Larut dalam Etanol

Penetapan Susut Pengeringan


FITOTERAPI

Pengembangan
Daun Kemunting
menjadi OHT
Arintya Kumala Sagitafuri (1720343842)
Ayunda Eka Zulistya (1720343843)
Bagas Adi Wicaksana (1720343844)
Brillian W. (1720343845)
Dhini Jiwa (1720343846)
Fatimatur R. (1720343847)
Daun Karamunting
(Rhodomyrtus tomentosa)
Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) merupakan salah
satu tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat.
Tumbuhan ini termasuk ke dalam famili Myrtaceae dan
mempunyai nama internasional Rosemyrle. Secara
tradisional, daun tumbuhan ini digunakan untuk mengobati
luka, kudis, sakit perut, diare, sakit kepala, mencegah
infeksi dan pendarahan setelah.
Kelebihan dari Karamunting
yaitu :
Ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, kadang
ditemukan tumbuh liar sehingga mudah ditemukan.
Dalam identifikasi senyawa mudah dilakukan karena
sudah terdapat senyawa penandanya
Sudah ada uji praklinik, yaitu sudah diujicobakan
pengaruhya pada hewan.
Pembuatan ekstrak etanol

Maserasi dilakukan dengan cara merendam 1 bagian


serbuk simplisia dengan 10 bagian pelarut etanol 70%.
Pengadukan dilakukan selama 6 jam dan dienapkan 24
jam. Setelah 24 jam, dilakukan penyarian, filtrat
disisihkan dan residu ditambah kembali dengan 10
bagian pelarut etanol 70%. Campuran diaduk kembali
selama 6 jam dan dienapkan 24 jam lagi. Proses ini
diulang sebanyak 2X.
Standarisasi ekstrak
Parameter Spesifik
Uji Organoleptis
Uji organoleptis terdiri dari pemeriksaan bentuk, bau, warna, dan rasa.
Parameter Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu
Senyawa Terlarut dalam Pelarut Air
Sebanyak 5 g ekstrak direndam selama 24 jam dengan 100 ml air : kloroform LP
menggunakan labu bersumbat sambil dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama
dan dibiarkan 18 jam. Campuran disaring, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering,
residu dipanaskan pada suhu 1050C, hingga didapat bobot konstan. Dihitung
kadar (dalam persen) senyawa larut dalam air terhadap berat ekstrak awal.
Senyawa Terlarut dalam Pelarut Etanol
Sebanyak 5 g ekstrak direndam 24 jam dengan 100 ml etanol 95% menggunakan
labu bersumbat sambil dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan
18 jam. Campuran disaring dengan cepat untuk menghindari penguapan etanol,
kemudian diuapkan 20 ml filtrat hingga kering, residu dipanaskan pada suhu
1050C, hingga didapat bobot konstan. Dihitung kadar (dalam persen) senyawa
larut dalam etanol terhadap berat ekstrak awal (Mutiatikum, 2010).
Pola Kromatogram dengan KLT Densitometri
Sistem KLT untuk uji flavonoid sebagai berikut : Volume cuplikan = 5l Fase diam
= silika gel GF 254 dengan jarak pengembangan 8 cm Fase gerak = etil asetat :
asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:24) Cuplikan ditotolkan pada
fase diam yang telah diberi batas elusi, lalu dimasukkan ke dalam bejana
pengembang (chamber) berisi eluen yang telah jenuh. Elusi dihentikan saat
mencapai batas elusi. Noda diamati dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm
(Stahl, 1969).
Parameter Non-Spesifik
Susut Pengeringan
Ekstrak yang diperoleh ditimbang sebanyak 1-2 g, dimasukkan dalam krus dan
dikeringkan pada oven suhu 1050C selama 30 menit, setelah 30 menit didinginkan
dalam desikator dan ditimbang. Hal ini dilakukan hingga didapat bobot yang konstan
dan dinyatakan dalam persen. Perhitungan ini dilakukan jika ekstrak tidak
mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap identik dengan
kadar air.
Kadar Abu
Ekstrak ditimbang 1-2 g dalam krus dan dipijarkan. Suhu dinaikkan hingga 600
25C hingga bebas karbon. Krus kemudian didinginkan dalam desikator, serta
ditimbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal
(Arifin dkk., 2006).
Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan penambahan 25
ml asam klorida encer selama 5 menit. Bagian abu yang tidak larut asam
dikumpulkan, disaring, dicuci dengan air panas, dipijarkan dan ditimbang hingga
didapat bobot yang konstan. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
terhadap bahan yang telah dikeringkan (Arifin dkk., 2006).
Cemaran Mikroba
Uji Angka Lempeng Total
Disiapkan 5 buah tabung atau lebih yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml NaCl 0,9%. Ekstrak
ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan dengan 9 ml NaCl 0,9%, kemudian dihomogenkan (pengenceran
10-1). Dipipet pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi larutan NaCl 0,9% hingga
diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6
atau sesuai yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat
duplo. Kedalam tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (451oC). Segera cawan petri
digoyangkan dan diputar sedemikian rupa sehingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui
sterilitas media dan pengencer dibuat uji kontrol (blangko). Setelah media memadat, cawan petri
diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh
diamati dan dihitung (DepKes RI, 2000).
Uji Angka Kapang dan Khamir
Disiapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml larutan NaCl 0,9%. Ekstrak ditimbang
sebanyak 1 g dan dilarutkan dengan 9 ml NaCl 0,9%, kemudian dihomogenkan (pengenceran 10-1).
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2, dan
dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4. Dari masing-masing
pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan media PDA, segera digoyang sambil diputar
agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20- 25oC
selama 5- 7 hari. Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan
terakhir pada inkubasi 7 hari (Arifin dkk., 2006).
Cemaran Logam Berat
Bobot jenis
Perhitungan bobot jenis menggunakan piknometer bersih, kering
dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan
bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25C. Lalu suhu ekstrak
cair diatur hingga lebih kurang 20C, dimasukkan ke dalam
piknometer. Piknometer yang telah diisi diatur suhunya hingga
25C, kemudian kelebihan ekstrak cair dibuang dan ditimbang.
Bobot piknometer kosong dikurangkan dari bobot piknometer
yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam
piknometer pada suhu 25C.
Hasil penelitian

Pemeriksaan organoleptis/makroskopis simplisia yaitu berupa lembaran daun berwarna


coklat dan tidak berbau. Pemeriksaan mikroskopik adanya fragmen pengenal seperti
rambut penutup berbentuk batang dan stomata tipe anomositik.
Dari karakterisasi simplisia didapatkan hasil susut pengeringan 11,322%0,420, kadar abu
2,1470,057 , kadar abu tidak larut asam 0,4920,028 , kadar senyawa terlarut dalam
campuran air:kloroform 10,8290,1535 % , dan kadar senyawa terlarut dalam etanol
14,0270,208 , dan simplisia mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan terpenoid.
Dari karakterisasi ekstrak aktif antibakteri (etil asetat) didapatkan hasil susut
pengeringan 28,4190,2956 , kadar abu 0,09990,04 , kadar senyawa terlarut dalam
campuran air:kloroform 4,6980,199, dan kadar senyawa terlarut dalam etanol
14,0270,20.
Ekstrak n-Heksan , Etil asetat , Metanol dan Isolat 4AB1 memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Salmonella thypimurium ATCC 14028, Vibrio parahaemolyticus 8070
dan Eschericia coli ATCC 25922. Namun berdasarkan potensinya bila dibandingkan
dengan antibakteri Siprofloksasin, ekstrak n Heksan , Etil asetat , Metanol dan Isolat 4AB1
tidak menunjukkan aktivitas antibakteri yang baik terhadap bakteri Vibrio
parahaemolyticus 8070.
Dari hasil isolasi senyawa aktif antibakteri dari ekstrak etil asetat didapatkan isolat 4AB1
yang diidentifikasi sebagai senyawa Rhodomyrtosone C berdasarkan data Spektrum IR,
Spektrum UV, C-NMR, H-NMR, DEPT, HMBC, HMQC dan COSY. Isolat ini berbentuk serbuk
putih kekuningan dengan titik leleh 148-149 oC.
Dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan kolom fasa normal,
pengelusi metanol 100% dengan kecepatan aliran 1mL/menit didapatkan hasil kadar
relatif isolat dalam ekstrak etil asetat sebesar 8,489% 0,271% dan 0,27% 0,008% .
TOKSISITAS

Telah dilakukan penelitian mengenai efek fraksi air daun karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa(Ait.) Hassk.) terhadap histologi hati, ginjal, dan jantung mencit putih.
Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan 36 ekor mencit betina (4
kelompok) yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram.
1. Kelompok I merupakan hewan yang tidak diberikan fraksi uji (kontrol negatif).
2. Kelompok II, III, dan IV masing-masingnya adalah hewan uji yang diberi ekstrak
dengan dosis 10,20, dan 40 mg/kgBB.
Larutan fraksi air ekstrak etanol daun karamunting diberikan secara oral satu kali
sehari selama 15, 30, dan 45 hari.
Parameter yang diuji adalah berat rasio organ dan gambaran histologi organ hati,
ginjal,dan jantung mencit putih.
Data dianalisis dengan anova 2 arah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian fraksi air
ekstrak etanol daun karamunting terhadap peningkatan dan penurunan berat
rasio organ ginjal relatif dan gambaran histologi organ ginjal pada dosis 20
mg/kgBB dan 40 mg/kgBB secara nyata. Tetapi, tidak terdapat pengaruh
pemberian fraksi air ekstrak etanol daun karamunting terhadap berat rasio
organ relatif dan gambaran histologi organ hati dan jantung mencit putih.
Data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi air ekstrak
etanol daun karamunting dengan dosis 10, 20, dan 40 mg/kgBB aman
digunakan terhadap organ hati dan jantung serta padadosis 10 mg/kg BB aman
digunakan dalam jangka waktu lama pada organ hati.
Jadi dapat disimpulkan pada penggunaan dosis karamunting 25 mg sebagai anti
diabetes aman untuk digunukan atau tidak berefek toksik
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai