Judul RPTP:
PRODUKSI SPECIALTY CHEMICAL, PANGAN FUNGSIONAL DAN
FARMASETIKAL SKALA IKM
Judul Kegiatan:
Penelitian Pengembangan Produk Farmasi dan Kosmetik berbasis Minyak
Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Oleh:
Ahmad Gazali Sofwan Sinaga, M.Si., Apt.
TIM PENELITI
KELTI. PENGOLAHAN HASIL DAN MUTU
PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui/Menyutujui
Kepala Bagian Penelitian PPKS Penanggung Jawab Kegiatan,
Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang
terdapat di lingkungan hidup kita. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun
dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara
kering, kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit
kulit maupun penyakit dalam tubuh. Faktor-faktor tersebut menyebabkan
perubahan struktural dan fisiologis, perubahan progresif dalam setiap lapisan kulit
dan perubahan dalam penampilan kulit, terutama pada daerah kulit yang terkena
sinar matahari. Biasanya kulit menunjukkan epidermis yang menebal, perubahan
warna, adanya kerutan, dan kehilangan elastisitas yang menyebabkan kulit
menjadi kendur (Wasitaatmadja, 1997).
Selain itu, penuaan kulit juga dirangsang oleh radikal bebas yang
merupakan suatu elektron tubuh yang tidak berpasangan. Radikal bebas tersebut
merusak sel-sel yang ada didalam tubuh guna mencari elektron lain yang ada
didalam sel tubuh agar dapat stabil, sehingga akibatnya sel akan mengalami
penuaan. Hal tersebut dapat dicegah dengan adanya antioksidan. Antioksidan
membantu tubuh untuk menetralisir radikal bebas berbahaya, karena antioksidan
berperan dengan memberikan elektron pada radikal bebas, sehingga radikal bebas
tersebut menjadi stabil. Antioksidan secara alami diproduksi didalam tubuh,
namun antioksidan yang diproduksi dalam tubuh manusia mungkin tidak cukup
untuk menyeimbangkan radikal bebas berlebihan yang dihasilkan. Perlu adanya
antioksidan tambahan dari luar (Oddos, et al., 2012).
Sinar matahari merupakan faktor utama penyebab proses menua pada kulit,
begitu juga dengan kelembaban udara yang rendah menyebabkan kulit menjadi
kering sehingga mempercepat proses menua pada kulit. Indonesia beriklim tropis
dengan sinar matahari yang melimpah dapat menyebabkan risiko tinggi terhadap
kerusakan kulit atau penuaan dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Hal ini dapat
memicu pembentukan radikal bebas pada kulit yang menyebabkan berbagai
penyakit kulit terutama keriput dan menua, karena kulit adalah organ terbesar
pada tubuh kita dan mempunyai peran penting, seperti penghalang fisik terhadap
faktor mekanis, kimia, panas dan mikroba yang dapat mempengaruhi fisiologis
tubuh (Lalitha dan Jayanthi, 2014).
Kaum wanita tidak lepas dari tuntuntan untuk tampil cantik dan menarik,
begitu juga pada kaum pria dituntut untuk menjaga penampilannya (Kunto, 2007),
dengan demikian untuk menghambat proses penuaan penting mengendalikan
pembentukan radikal bebas yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status
dengan antioksidan selular (Winarsi, dkk., 2013).
Salah satu sumber antioksidan alami adalah tanaman kelapa sawit yang
diolah menjadi minyak kelapa sawit. Senyawa karotenoid yang terdapat pada
minyak kelapa sawit merupakan senyawa penting bagi tubuh yang berperan
sebagai antioksidan. Minyak kelapa sawit dalam keadaan alami mengandung
komponen bioaktif (sering disebut “fitonutrien”) dengan jumlah sekitar 0,5-1% dari
total ekstrak buah sawit yang bersifat menunjang kesehatan. Minyak kelapa sawit
mengandung nilai nutrisi tinggi berupa komponen mayor seperti asam lemak
jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda, bahkan
komponen minor (nutrisi alami) seperti karotenoid, tokoferol, tokotrienol, dan
skualen.
Nanoemulsi terbentuk dari proses dispersi dari satu fase cair ke dalam fase
cair lainnya untuk membentuk droplet. Nanoemulsi memiliki ukuran globul yang
sangat kecil dapat mencegah terjadinya creaming, sedimentasi, koalesens.
Keuntungan dari penggunaan nanoemulsi sebagai sediaan topikal adalah lebih
banyak zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan dikarenakan
adanya peningkatan kapasitas kelarutan dan dapat meningkatkan bioavailabilitas
zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit meningkat.
Selain itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam menembus stratum corneum pada
kulit (Gupta, et al., 2010; Devarajan dan Ravichandran, 2011)
2. Dasar Pertimbangan
a. Tujuan Akhir
4. Keluaran
a. Keluaran Akhir
1. Kerangka Teoritis
Proses aging atau penuaan dibagi dua yaitu, penuaan primer, proses yang
berlangsung secara bertahap diikuti perubahan tubuh sepanjang hidup dan
merupakan masa yang tak terelakkan akibat akumulasi kerusakan biokimia
menyebabkan pergerakan melambat, penglihatan kabur, gangguan pendengaran,
kemampuan beradaptasi terhadap stres rendah, resistensi (ketahanan) terhadap
infeksi menurun. Penuaan sekunder, proses penuaan yang terjadi akibat dari
penyakit dan cara hidup yang buruk (misalnya tidak olahraga, merokok, kelebihan
lemak) dan bisa dicegah, melalui gaya hidup sehat atau pengobatan modern.
(Arsiwala, et al., 2013; Medicinus, 2011).
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik
yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu
diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat
stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi. Baik fase terdispers atau fase kontinyu
bisa berkisar dalam konsistensi dari suatu cairan sampai suatu massa setengah
padat (semisolid). Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari
0,1-10 μm, walaupun partikel sekecil 0,01 μm dan sebesar 100 μm bukan tidak
biasa dalam beberapa sediaan (Martin, dkk., 1993).
Minyak sawit olein merah merupakan minyak yang diproses dari minyak
sawit mentah tanpa melalui proses pemucatan (bleaching) dengan tujuan
mempertahankan kandungan karotenoidnya. Bleaching bertujuan menghilangkan
sebagian besarbahan pewarna tak terlarut atau bersifat koloid yang memberi
warna pada minyak, sekitar 80% karotenoid hilang selama proses bleaching.
Dibandingkan dengan minyak goreng biasa, minyak sawit olein merah memiliki
aktivitas provitamin A dan vitamin E yang jauh lebih tinggi. Karakter ini membuat
minyak sawit olein merah sangat baik dipandang dari segi nutrisi (Njoku, et al.,
2010).
Nanoemulsi
Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) selama 1 tahun
(Januari - Desember) 2019.
B. Alat
C. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit olein
merah yang diproduksi sesuai paten sederhana No (S0020180304) oleh PPKS,
tween 80, tween 20, sorbitol, propilen glikol, metil paraben, propil paraben,
akuabidestilata, carboxymethycellulose, gliserin.
3. Metode Penelitian
Beberapa surfaktan dan kosurfaktan dicampur dengan rasio 3:1, 2:1, 1:1,
1:0, 1:2, dan 1:3. Campuran Smix juga dikombinasikan dengan minyak olein
merah dengan rasio 9:1, 8:1, 7:1, 6:1, 5:1, 4:1, 3:1, 2:1, 1:1, 4:6 (0,7:1), 3:7
(0,43:1), dan 1:9. Perlakuan dilakukan pengujian thermodinamic stability testing,
analisis ukuran globular, viskositas, rheologi, pH, dan refaktif index.
Pembuatan nanoemulsi minyak sawit olein merah yaitu ditimbang minyak sawit
olein merah, lalu dicampurkan ke dalam larutan sorbitol 60% yang telah ditimbang
ke dalam gelas beaker, lalu diaduk homogeny menggunakan magnetic stirrer pada
kecepatan 5000 rpm selama 30 menit (Fase minyak).
Pembuatan basis gel CMC yaitu ditimbang CMC lalu ditambahkan dengan
sebagian jumlah aquadest 20 kali banyaknya air pada suhu 90°C, lalu
dikembangkan massa CMC di dalam lumpang yang telah dipanaskan di dalam
penangas air yang berisi aqua destilata yang telah dipanaskan dengan cara
menaburkan CMC sedikit demi sedikit di atas aqua destilata panas, lalu
dihomogenkan di dalam lumpang hingga terbentuk basis gel yang kental dan
transparan, kemudian ditetesi sedikit demi sedikit gliserin, lalu dihomogenkan
kembali di dalam lumpang.
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit mata bagian lateral
atau pada area uji yang telah ditandai dengan berbagai uji, seperti: kadar air
(moisture), pori (pore), dan noda (melanin), kerutan (wrinkle), dan sensitivitas
(sensitivity) dengan menggunakan skin analyzer. Prosedur pengukurannya,
bersihkan permukaan kulit yang hendak diukur dengan tisu halus, rangkaikan alat
skin analyzer dan hubungkan dengan komputer, sehingga hasil pengukuran dapat
ditampilkan. Pasangkan lensa perbesaran 30x, skin analyzer yang telah terpasang
lensa diletakkan di atas permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil akan tampil pada layar komputer.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
F1
BLANKO F3
F2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Warna B Bening
F1 Kuning
F2 Kuning
F3 Jingga
Bau B Khas
F1 Khas
F2 Khas
F3 Khas
Hasil penentuan tipe emulsi dapat dilihat pada gambar 4.3 Campuran Smix
F1, F2, dan F3 memiliki tipe emulsi o/w dengan penambahan metilen biru.
Penyebaran warna biru yang merata dan tidak terbentuk butiran pada emulsi yang
dihasilkan menunjukkan ukuran partikel yang kecil dan tersebar merata (Ditjen
POM, 1985)
a. Masalah
Penelitian membutuhkan waktu dan biaya yang relatif lama dan besar
b. Solusi
a. Kesmpulan
- Campuran Smix yang memiliki hasil jernih dengan pH dan viskositas yang
stabil menggunakan tween 80 sebagai surfaktan dan sorbitol sebagai
cosurfaktan dengan perbandingan 40:20
- Campuran Smix dengan minyak Sawit olein merah juga memiliki stabilitas
yang baik dengan penyimpanan selama 12 minggu. Pengujian rerata dan
distribusi ukuran partikel seluruh formula memiliki ukuran partikel < 1000
nm. Pengujian stabilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi menunjukkan
bahwa seluruh formula tidak mengalami pemisahan dan dapat bertahan
selama 1 tahun penyimpanan pada suhu kamar.
b. Saran
Arsiwala S, et al., (2013). Evaluation of topical antiwrinkle and firming (awf) for
women, antiwrinkle and firming (afm) for menand deep wrinkles for
wrinkles on face and neck. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research.6 (3).
Basiron,Y. (2007). Palm Oil Production Through Sustainable Plantations. Eur. J.
Lipid Sci. Technol. 109:289-295.
Haneefa, K.P.M., Easo, S., Hafsa, P.V., Mohanta, G.P., dan Nayar, C. (2013).
Emulgel : An Advanced Review. Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research.5(12): 255.
Jufri, M dan Natalia, M. (2014). Physical Stability and Antibacterial activity of
Black Cumin Oil (Nigella sativa L.) Nanoemulsion Gel. International Journal of
Pharm Tech Research6 (4). 1162-1169.
Lachman, L., H.A. Lieberman dan J.L. Kanig. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal.1079-1083,
1104-1105.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. (1993). Farmasi Fisik Dasar-Dasar
Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Volume Kedua, Edisi Ketiga. Jakarta:
Universitas Indonesia. Halaman 1095-1096, 1135-1136, 1144-1145.
Medicinus. (2011). Anti Aging. Scientific Journal of Pharmaceutical Development
and Medical Application. 24(1): 4-8
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Halaman 21, 312.
Naibaho, P.M., (1990). Penggunaan Minyak Sawit Sebagai Sumber Provitamin A dan
Dampaknya terhadap Perkembangan Industri Minyak Sawit. Pusat Penelitian
Perkebunan Medan. Halaman: 40-45.
Njoku, P.C., Egbukole, M.O and Enenebeaku, C.K. (2010). Physio-Chemical
Characteristics and Dietary Metal Levels of Oil from Elaeis guineensis
Species. Pakistan Journal of Nutrition. 9(2): 137-140.
Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas
Gramedia. Halaman 2, 5, 74-77, 89.
Panjaitan, D.T., Budi, P., dan Leenawaty, L. (2008). Peranan Karotenoid Alami
Dalam Menangkal Radikal Bebas di Dalam Tubuh. e-USU Repository.
Putro, D. S. (1997). Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Halaman 2,3,16,17.
Rohmatussolihat. (2009). Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia.
BioTrends. 4(1): 5.
Rosi, A. (2012). Cantik dan Bugar Sepanjang Usia. Jogjakarta: Andi Jogjakarta.
Halaman 4.
Sayuti, K., dan Yenrina, R. (2015). Antioksidan, Alami dan Sintetik. Cetakan
Pertama. Padang: Andalas University Press. Halaman 11- 12.
Shah, P., Bhalodia D., Shelat P. (2010). Nanoemulsion: A Pharmaceutical Review,
Sys Rev Pharm. 1(1):25-26.
Salager, J. L., J. M. Anderez, M. I. Briceno, de Sanchez, M. P., and de Gouveia M. R.
(2002). Formulation and Composition Variables as well as Stirring Energy.
Rev. Tec. Ing. Univ. Zulia. 25 (3): 16
Shakeel, F., Baboota, S., Ahuja, A., Ali, J., Aqil, M.,and Shafiq,S. (2008). Stability
evaluation of celecoxib nanoemulsion containing tween 80. Thai Journal
Pharm. Sci. 32, 49.
Utami, S.S. (2012).Formulasi dan Uji Penetrasi in VitroNanoemulsi, Nanoemulsi
Gel, dan Emulsi Gel Kurkumin. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Indonesia.
Halaman17-69.
Yuliasari, S dan Hamdan, (2012). Karakterisasi Nanoemulsi Minyak Sawit Merah
Yang Disiapkan Dengan High Pressure Homogenizer. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. Halaman: 25-28