2 0,163
4 0,278
6 0.411
8 0,544
10 0,659
12 0,796
DATA PENETAPAN KADAR
GRUP ABSORBAN
1 0.456
2 0.211
3 0.442
4 0.652
5 0.332
6 0.423
LAPORAN PRATIKUM
TEKNOLOGI FARMASI II
OLEH
KELOMPOK 1 / SHIFT 1
ANGGOTA :
2.SARI MULYA
3.WELLA EYDIZA
DOSEN :
2020
PENETAPAN KADAR
I. TUJUAN
II. TEORI
mengandung tidak kurang dari 90% (450 mg) dan tidak lebih dari 110% (550 mg)
mengindikasikan tidak ada sampel yang mengandung kurang dari 50% zat aktifnya (Audu,
dkk, 2012).
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai
analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui
aminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada
efek iritasi lambung, gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam basa. Di Indonesia
asam salisilat (Gunawan et al, 2007). Namun penggunaan dosis tinggi dalam waktu lama
dapat menimbulkan efek samping methemoglobin dan hepatotoksik (Surawidjadja & Tigor
Nauli, 1997).
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dan dalam 9 bagian
densiometri dan polarografi dapat digunakan untuk menentukan formulasi atau kadar
paracetamol dan lornoxicam. Tidak ada metode yang ditawarkan untuk menentukan dosis
paracetamol dan lornoxicam dengan metode panjang gelombang-ganda. Dalam analisis
formulasi yang mengandung dua atau lebih obat, satu obat dapat mengganggu dalam
penilaian obat yang lainnya. Untuk menghindari hal tersebut, pemisahan komponen
campuran dengan ekstraksi yang biasanya dilakukan membutuhkan waktu yang lebih dan
terkadang terdapat kekurangan ketelitelitian. Yang dilakukan saat ini adalah untuk
mengembangkan metode analisis yang dapat menentukan kombinasi kedua obat tanapa
pemisahan dengan tepat, akurat, sederhana, dapat dipercaya, dan membutuhkan waktu yang
lebih sedikit untuk melakuakn penilaian terhadap obat dalam sediaan tablet (Kondawarl, dkk,
2011).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat
digunakan identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan
cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa,
maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/ analisis kualitatif suatu senyawa tersebut.
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal,
intensitas, efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data
Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan (absorbansi) berubah atau
tidak karena peruubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah dari batokromik
ke hiposkromik, dan sebagainya; obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol, atau
obat-obat yang berisi auksukrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan
Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga
2) analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen
3) analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis antara lain
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang
maksimal, yaitu panjang gelombang maksimal maka kepekaannya juga maksimal, sehingga
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar; disekitar
panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut
hukum Lambert-Beer juga terpenuhi; jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang
disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali ketika
3.1 ALAT
Gelas ukur
Labu ukur
Pipet tetes
Erlemeyer
Corong
Kerta saring
Timbangan analitik
Kertas perkamen
3.2 BAHAN
Paracetamol tablet
NaOH 0.1N
Aquadest
IV. CARA KERJA
3. Masukan kedalam labu ukuru 250 ml tambhkan NaOH 0.1 N 50 ml dan aduk
homogen tambhkan aquadest smpai tanda batas dan kocok selama 15 menit
4. Saring kemudian ambil 10 ml fitrat masukan ke dalam labu 100 ml dan tambhkan
10ml NaOH 0.1N kemudian cukupkan dengan aquadest smpai tanda batas yaitu
100 ml
A. HASIL
GRUP ABSORBAN ( Y )
1 0.456
Dari data kurva kalibrasi diatas maka dapat kita ditentukan nilai a dan n b dengan
menggunakan kalukulator kalkulator scientific di peroleh :
: nilai a. 0.0310
Nilai b. 0.0634
ᩨ॒ Ǥ Ǥ ᩨ Ǥ
0Ǥ456 ᧈ 0Ǥ0310
0Ǥ0634
0Ǥ425
0Ǥ0634
Ǥ॒ ᧈ॒
Ǥ ॒ /ml
Ǥ ॒ ॒ ᧈ॒ X 250ml X 100 ml
167Ǥ5 ॒
ࢇ ࢇ
॒܍ ᩨ॒ ॒ ܑܑ ॒ ॒
167Ǥ5
ࢇ ࢇ
॒
0% 111.67%
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu penentuan kadar parasetamol. Hal pertama yang
dilakukan adalah isolasi sampel, untuk mengisolasi sampel agar yang terisolasi hanya
paracetamol dan yang lainnya tidak ikut terisolasi maka digunakan lah pelarut Natrium
hidroksida (NaOH).
Dimana menurut litelatur farmakope jepang hal 267 dikatakan bahwa paracetamol
dapat larut dalam NaOH sedangkan yang lainnya tidak larut dalam NaOH.NaOH ini
difungsikan sebagai pelarut untuk melarutkan parasetamol yang terdapat dalam sampel.
secara struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus
auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet.
Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana asam pada panjang gelombang
245 nm.
Gugusausokrompadaparacetamol :
-OR
-OH
absorbansi maksimal terhadap kompleks warna yang terbentuk dari analit. Penentuan panjang
gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan
panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu sehingga diperoleh
257nm sehingga dalam penentuan kadar parasetamol digunakan panjang gelombang tersebut.
Menurut teori, panjang gelombang maksimum untuk parasetamol adalah 249 nm.
Setelah diperoleh absorbansi sampel pada analisis spektrofotometer kemudian
dihitung dan dihubungkan antara hasil kurva kalibrasi dan absorbansi sampel berdasarkan
perhitungan y=a + bx
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Hasil perhitungan kadar parasetamol
adalah 111.67% berdasarkan hasil yang di dapat ini tinggi sekali dan tidak memenuhi
rentangnya 50,19-109,2%
Selain itu Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang diperoleh
antara lain :
volume.
Faktor lingkungan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
kadar 111.67%
2. Tablet parasetamol yang di uji, harus memenuhi syarat parasetamol pada Farmakope
Edisi IV yaitu mengandung Paraceamol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
3. Adapun ketidaksesuaian hasil praktikum ini dengan literatur, hal ini disebabkan
beberapa faktor kesalahan antara lain yaitu Ketidak tepatan pembuatan larutan
paracetamol standar, Pengenceran larutan sampel yang tidak akurat, Ketidak tepatan
B. SARAN
Audu, Sani Ali., Taiwo, Alemika Emmanuel., Mohammed, Bala Fatima., Musa,Sani., dan
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Rohman, Abdul, M. Si., Apt, 2007, Kimia
Kondawar, M.S., Shah, R. R., Waghmare, J. J., Shah, N. D., dan Malusare, M. K, UV