Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DOSEN PENGAMPU : Apt. Riana Putri Rahmawati, M.Farm

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

1|Page
DAFTAR ISI

BAB I. IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI .... 3

BAB II. PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI ......................... 14

BAB III. PEMERIKSAAN HAKSEL ...................................................................... 21

BAB IV. MASERASI ............................................................................................... 31

BAB V. INFUNDASI ............................................................................................... 41

BAB VI. SOKLETASI .............................................................................................. 50

BAB VII. DESTILASI .............................................................................................. 61

BAB VIII. EKSTRAKSI CAIR – CAIR ................................................................... 70

2|Page
IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN
MIKROSKOPI

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

3|Page
BAB I

IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI

A. DASAR TEORI

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian


besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A. 2009).
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati
sebagai sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak
bereaksi.

Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan
tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun, dan umbi. (Gunawan,2004).

Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah


jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela
rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima) (Gunawan, 2004).

Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering
umbi kentang. Amilum termasuk salah satu contoh polisakarida. Amilum berbentuk
granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan karakteristik. Beberapa spesies
tanaman mempunyai lapisan-lapisan serta ukuran dan bentuk granul yang khas sehingga
dapat di gunakan untuk mengidentifikasi tanaman asalnya. Secara umum, amilum terdiri
dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut air
(amilopektin). Parameter yang digunakan sebagai standar mutu tanaman yaitu
pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi serta

4|Page
identifikasi kandungan kimia. Identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu melakukan determinasi, pemeriksaan makroskopi dan mikroskopi.

Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea
mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum
Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau
sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang
mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul
yang berbeda (Gunawan, 2004).

Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan
pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara
oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa
digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).

Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau
pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan
(Syamsuni H,A. 2007).

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi amilum secara mikroskopis

5|Page
C. ALAT DAN BAHAN
1. Gambar Alat

2. Bahan
a. Amilum oryzae (pati beras)
b. Amilum tritici (pati gandum)
c. Amilum manihot (pati tapioka)
d. Amilum marantae (pati garut)
e. Amilum solani (pati kentang)

D. PROSEDUR KERJA
1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodin

masukkan
tambahkan catat warna yang
larutan amilum
larutan iodium terjadi
ke tabung reaksi

6|Page
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi

ambil amilum, letakkan di gelas objek, tambahkan air, tutup dengan gelas penutup

amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10

analisis bentuk amilum dari spesies tanaman

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pemeriksaan dengan iodium

No. Nama Keterangan


1. Amilum Oryzae (pati beras) Warna ungu agak kehitaman
2. Amilum Tritici (pati gandum) Warna biru tua
3. Amilum Manihot (pati Warna ungu kehitaman
tapioka)
4. Amilum Marantae (pati garut) Warna biru
5. Amilum Solani (pati kentang) Warna hijau tua

2. Pemeriksaan mikroskopi

No. Nama Keterangan


1. Amilum Oryzae (pati Memiliki butiran besar dan
beras) permukaan yang halus
2. Amilum Tritici (pati Memiliki butiran yang kecil dan
gandum) juga permukaan yang halus
3. Amilum Manihot (pati Memiliki butiran yang kecil dan
tapioka) kasar permukaannya
4. Amilum Marantae (pati Memiliki butiran besar dan
7|Page
garut) menonjol jelas
5. Amilum Solani (pati Memiliki butiran yang jelas
kentang)

F. PEMBAHASAN

Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering
umbi kentang. Amilum termasuk salah satu contoh polisakarida. Amilum berbentuk
granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan karakteristik. Beberapa spesies
tanaman mempunyai lapisan-lapisan serta ukuran dan bentuk granul yang khas sehingga
dapat di gunakan untuk mengidentifikasi tanaman asalnya. Secara umum, amilum terdiri
dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut air
(amilopektin).

1) Amylum Solani
Nama lain : Pati kentang
Tanaman asal : Solanum tuberosum L
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk halus , berwarna putih dan tidak berbau
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2) Amylum Oryzae
Nama lain : Pati beras
Tanaman asal : Oryza sativa L
Keluarga : Poaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk sangat halus , berwarna putih dan tidak
berbau
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3) Amylum Manihot
Nama lain : Pati singkong
Tanaman asal : Manihot utilissima Pohl.
8|Page
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk halus , kadang – kadang berupa gumpalan
kecil ,warna putih ,tidak berbau dan tidak berasa
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi akar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4) Amylum Tritici
Nama lain : Pati gandum , pati terigu
Tanaman asal : Triticum vulgare Vill.
Keluarga : Poaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk sangat halus , berwarna putih ,tidak
berbau dan hampir tidak berasa
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5) Amylum Marantae
Nama lain : Pati Ararut
Tanaman asal : Maranta aurandinacea L
Keluarga : Marantaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilopektin (polimerisasi dari triamilosa) ,
amilosa ( polimerisasi dari diamilosa) , air maksimum 16% , abu maxsimum
0,5% , persenyawaan zat lemas 1% dan asam fosfat
Penggunaan : bahan makan orang sakit atau yang baru sembuh
Pemerian : Serbuk , warna putih, tidak berbau , tidak berasa ,
sering bergumpal tidak beraturan dengan panjang sampai 8 mm , jika ditekan
agak gemerisik.
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari akar tinggal
Tempat tumbuh : Indonesia , Hindia Barat , Amerika Selatan
sebelah utara

Pada praktikum kali ini disediakan 4 macam larutan amilum, yaitu Amilum
oryzae (pati beras). Amilum tritici (pati gandum), Amilum manihot (pati tapioka),
Amilum marantae (pati garut), Amilum solani (pati kentang). Keempat larutan pati

9|Page
tersebut masing-masing diambil beberapa tetes dengan pipet, lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian masing-masing tabung reaksi yang sudah berisi amilum di isi
dengan beberapa tetes larutan iodium. Tujuan dari penambahan larutan iodium adalah
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam larutan tersebut yang dapat
diketahui dengan adanya perubahan warna. Kondisi larutan setelah ditetesi amilum
yaitu terdapat perubahan warna pada keempatnya dari sebelumnya yang tidak berwarna
atau jernih. Pati beras berubah menjadi warna ungu agak kehitaman menandakan positif
amilum. Pati gandum berubah menjadi warna biru tua menandakan positif amilum. Pati
tapioka berubah menjadi warna ungu kehitaman menandakan positf amilum. Pati garut
berubah menjadi warna biru menandakan positif amilum. Sedangkan pada pati kentang
berubah menjadiwarna hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat amilum
dalam larutan pati kentang tersebut, namun amilum yang terkandung di dalamnya
berada dalam keadaan rusak sehingga tidak menunjukkan perubahan warna yang
signifikan.

Pemeriksaan amilum secara mikroskopi amilum di letakkan di atas gelas obyek


kemudian di tetesi dengan sedikit air dan di tutup dengan gelas objek kemudian di amati
di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 dan diamatai di bawah mikroskop. Setelah di
amati pada pati beras memiliki butiran yang besar dan permukaan yang halus. Pati
gandum memiliki butiran yang kecil dan juga permukaan yang halus. Pati tapioka
memiliki butiran yang kecil dan kasar permukaannya. Pada pati garut memiliki butiran
besar dan menonjol jelas. Sedangkan pada pati kentang memiliki butiran yang besar.

G. KESIMPULAN
1. Penampang dan bentuk amilum dalam mikroskop setiap tanaman berbeda-
beda.
2. Untuk mengidenfifikasi amilum dapat dilakukan dengan uji Iodium
3. Untuk mengetahui bentuk fragmen tanamana menggunakan pemeriksaan
mikroskopi

10 | P a g e
H. LAMPIRAN
1. Pemeriksaan dengan larutan iodium

Amilum solani dan


Amilum marantae
amilum oryzae

Amilum tritici dan


amilum manihot

2. Pemeriksaan secara mikroskopi

Amilum oryzae Amilum tritici

11 | P a g e
Amilum manihot Amilum marantae

Amilum solani

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Kent NL. 1975. Technology of Cereals with Special References to Wheat. Oxford:


Pergamon Pr.

Fahn, A.1995. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada University


Press

Gunawan,D.,Mulyani,S.2004.Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar


Swadaya

13 | P a g e
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA
MIKROSKOPI

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

14 | P a g e
BAB II

PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI

A. DASAR TEORI

Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi bahwa simplisia


adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhsn
atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum
berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 2000). Simplisia nabati sering berasal dan
berupa seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan
seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. Di
samping itu, terdapat eksudat seperti gom, lateks, tragakanta, oleoresin, dan sebagainya.
Materia Medika Indonesia merupakan pedoman bagi simplisia yang akan dipergunakan
untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang dipergunakan untuk
keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama.

Namun, simplisia yang dijelaskan disini adalah simplisia nabati yang secara
umum merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca
panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang
siap dipakai atau siap diproses selanjutnya, yaitu:

1. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum
(jamu)
2. Siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan (infus)
3. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang
umumnya melalui proses ekstraksi, separasi dan pemurnian.

15 | P a g e
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi simplisia secara makroskopis dan
mikroskopis

C. ALAT DAN BAHAN


1. Gambar Alat
Mikroskop

2. Bahan
 Daun Dewa (gynura folium)
 Kumis Kucing (orthosiphonis)
 Temulawak (curcuma aeruginosa rhizoma)
 Kunyit (curcuma longae rhizoma)
16 | P a g e
D. PROSEDUR KERJA

ambil sedikit
amati hasil
serbuk simplisia

letakkan pada gunakan


gelas obyek dan perbesaran
tutup dg deglass lemah dan kuat

jaga kehangatan
hangatkan dg
jangan sampai
lampu spiritus
mendidih

E. HASIL PENGAMATAN

No. Nama Simplisia Keterangan dan Manfaat


1. Daun Dewa (gynura folium) Fragmen : rambut penutup, bunga
karang, epidermis bawah
Manfaat : analgesik, antiinflamasi
2. Kumis Kucing (orthosiphonis) Fragmen : rambut penutup,
epidermis atas sisik kelenjar,
epidermis bawah dengan stomata
Manfaat : antirematik, antialergi
3. Temulawak (curcuma aeruginosa Fragmen : parenkim,
rhizoma) penggumpalan sel, rambut penutup
Manfaat : antibakteri, menetralkan
racun
4. Kunyit (curcuma longae rhizoma) Fragmen : parenkim butir pati,
rambut penutup
Manfaat : antioksidan,
antiinflamasi

17 | P a g e
F. PEMBAHASAN

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan, simplisia dibagi menjadi 3 : simplisia nabati, hewani dan pelican (mineral)

Mikroskop adalah sebuah alat yang berfungsi untuk melihat objek yang terlalu
kecil untuk dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan alat bantu untuk
mengamati organisme berukuran kecil atau mikroskopis. Mikroskop yang paling umum
digunakan yaitu mikroskop optis. Mikroskop optis terdiri dari satu atau lebih lensa yang
memproduksi gambar yang diperbesar dari sebyah benda yang ditaruh dibidang vokal
dari lensa tersebut.

Pada identifikasi mikroskopis simplisia bahan yang digunakan berupa simplisia


dari bagian daun yaitu daun dewa, simplisia kulit batang orthosiphon korteks dan
simplisia rimpang yang digunakan yaitu rimpang temulawak dan rimpang kunyit.
Pengamatan dilakukan dengan cara menggerus simplisia menggunakan mortir dan
ditetesi dengan larutan kloralhidrat untuk memperjelas pengamatan karena klorahidrat
menyingkirkan butir amilum dan protein. Setelah ditetesi menggunakan klorida
simplisia dipanaskan diatas spirtus hingga kering dan pengamatan dapat dilakukan
menggunakan mikroskop.

Pengamatan yang dilakukan secara mikroskopis terhadap simplisia berupa apa ada
atau tidaknya anatomi tumbuhan untuk memastikan anatomi tumbuhan itu sendiri.
Anatomi tumbuhan biasanya berupa rambut penutup, epidermis, korteks dan jaringan
spons. Seperti halnya pengamatan pada ada simplisia daun dewa atau Gynura divaricata
didapatkan adanya rambut penutup atau trikomata, epidermis dan jaringan spons. Pada
simplisia batang kumis kucing atau orthosiphon cortex juga didapatkan hasil berupa
rambut penutup, epidermis atas dan epidermis bawah. Sedangkan simplisia rimpang
yang digunakan yaitu rimpang temulawak atau Curcuma aerugisa rhizoma dan rimpang
kunyit atau Curcuma longae rhizoma keduanya ditemukan adanya sel parenkim dan
pada rimpang temulawak terdapat rambut penutup dan stomata sedangkan pada rimpang
kunyit terdapat butir pati atau amilum.

18 | P a g e
G. KESIMPULAN
1. Penampang dan bentuk simplisia dalam mikroskop setiap tanaman berbeda-
beda.
2. Untuk mengidenfifikasi amilum dapat dilakukan dengan uji Iodium
3. Untuk mengetahui bentuk fragmen tanamana menggunakan pemeriksaan
mikroskopi

H. LAMPIRAN

Temulawak Kunyit

Kumis Kucing Daun dewa

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979 Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anonim, 1989. Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

20 | P a g e
PEMERIKSAAN HAKSEL

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

21 | P a g e
TAHUN 2020/2021

BAB III

PEMERIKSAAN HAKSEL

A. DASAR TEORI

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang


digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan
RI :1989).
Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya
Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja
dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-
bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga
( Dep.Kes RI,1989).
Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun,
biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan belum diserbukan. Haksel
merupakan simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen, atau utuh yang biasanya
terdapat dalam ramuan atau sediaan. Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalarn
22 | P a g e
mendeskripsikan suatu haksel melipuii tumbuhan atau tanaman asal, suku atau familia,
bentuk sediaan dan pertelaan secara organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran bila perlu,
serta gambar dari contoh haksel yang dideskripsikan.
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia untuk
mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan, minuman
ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam pengembangan produk.
Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikenhendaki
atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk
pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi
selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan untuk promosi
produk. (Ayustaningwarno, 2014).

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamananya
2. Mahasiswa mampu mengoprasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan spesialite dari simplisia berkhasiat obat

C. ALAT DAN BAHAN

NO NAMA ALAT GAMBAR


1 Kaca pembesar (loop)

NO NAMA BAHAN
1 Melaleuca fructus (merica bolong)
2 Curcuma aeruginosa rhizome (rimpang temu lawak)

23 | P a g e
3 Abri folium (daun saga)
4 Parkiae semen (biji kedawung)
5 Usneae thallus (kayu angin)
6 Alstonis scholaris korteks (kulit batang pule)

D. PROSEDUR KERJA

Ambil sedikit contoh yang mewakili


simplisia yang akan diperiksa

Deskripsikan wujud dan cirri


khasnya

Dilakukan uji organoleptis

E. HASIL PENGAMATAN

No Nama Haksel Nama Ciri Khusus Organoleptis


Tanaman
Warna Bau Rasa
Asal

1 .1a 1. Melaleuca Berbentuk Coklat Khas Pahit


leucadendra bulat dan kehitaman merica pedas
keras

Melaleuca Fructus
(Merica bolong)

24 | P a g e
2. Curcuma Tekstur Jingga tua Khas Pahit
xanthorriza permukaan kecoklatan aromatic
agak kasar kuat

Curcuma aeruginosa
Rhizoma (Temulawak)
3. Abrus Daun Hijau Bau Tidak
precatorius berbentuk pucat lemah berasa
bulat telur
berukuran
kecil-kecil

Abri Folium (Daun


saga)
4. Parkia Berbentuk Hitam Tidak Agak
roxburghii seperti pekat berbau pahit
petai,
tekstur
halus,
lonjong,
Parkiae Semen (Biji sedikit pipih
kedawung)
5. Usnea Berbentuk Kuning Bau Pahit
dasypoga seperti pucat lemah
benang

Usneae Thallus (Kayu


angin)

25 | P a g e
6. Alstonia Berbentuk Coklat Tidak Pahit
scholaris seperti muda berbau
kayu, tidak pucat
terlalu keras

Alstonis sholaris Cortex


(Kulit batang pule)

F. PEMBAHASAN
Haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji
dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk. Pemeriksaan haksel
dilakukan dengan cara pemeriksaan simplisia secara organoleptis pada 6 haksel.
Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa.

Banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan
simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut
dapat pula tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan
penyimpnan simplisia yang relatif lama.

Merica bolong (Melaleuca Fructus)

Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel Merica bolong, Rasa pahit dan
pedas, warna Coklat kehitaman, bau khas. Berkhasiat untuk mengobati sakit
perut,diare dan disentri. Klasifikasi merica bolong :

Nama : Melaleucae fructus


Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra L
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Myrtaceae
Ordo : Myrtales
Famili : Punicaceae
Genus : Punica
Species : Melaleuca Levian Dendra L
Kandungan : Minyak atsiri, tepenad
26 | P a g e
Temulawak (Curcuma aeruginosa Rhizoma)
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel temulawak, rasa pahit, warna
jingga tua kecoklatan, bau aromatic khas. Berkhasiat untuk menetralkan racun,
menghilangkan nyeri, antibakteri, antioksidan dan menurunkan triglisedia atau
lemak yang banyak ditemukan di dalam darah. Klasifikasi merica bolong :
Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma xanthorrhiza

Daun Saga (Abri Folium)

Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel daun saga, tidak berasa, warna
hijau pucat, bau lemah. Khasiatnya untuk mengatasi diare, mengobati sariawan,
meredakan panas dalam, meningkatkan nafsu makan. Klasifikasinya :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rosales

Suku : Papilionaceae

Marga : Abrus

Jenis : Abrus precatorius L.

Biji Kedawung (Parkiae semen)

Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung, bewarna hitam
pekat, tidak berbau, agak pahit. Berkhasiat sebagai obat perut kembung, obat

27 | P a g e
kolera dan obat radang usus, sedang daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan
obat mulas. Klasifikasi :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Resales

Suku : Mimosaceae

Marga : Parkia

Jenis : Parkia roxburghii

Kayu Angin (Usneae Thallus)

Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung, bewarna kuing
pucat, bau lemah, pahit. Berkhasiat mengatasi rasa letih berlebih serta pegal linu,
mengobati masuk angin dan demam, mampu meredakan batuk, menjaga tubuh
agar tidak mudah terserang infeksi saluran kemih. Klasifikasinya :

Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
SubDivisi : Lichenophyta(Lichenes)
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Famili : Parmeliaceae 
Genus : Usnea
Spesies : Usnea sp.
Kulit batang pule (Alstonia scholaris cortex)
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung, bewarna coklat
muda pucat, tidak berbau, pahit. Khasiat untuk mengobati malaria, mengobati
diare, meredakan bengkak pada tubuh, mengobati luka bernanah, mengobati
diabetes. Klasifikasi :
Kingdom : Plantae

Ordo : Gentianales

Family : Apocynaceae

28 | P a g e
Tribe : Plumeriae

Subtribe : Alstoniinae

Genus : Alstonia

Species : Alstonia scholaris L. R. Br

G. KESIMPULAN

Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun,
biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan belum diserbukan. Pada
praktikum ini haksel yang diunakan adalah merica bolong, daun saga, biji kedawung,
temulawak, kayu angin, kulit batang pule.

29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan: Teori Praktis dan Aplikasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V.
Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.

30 | P a g e
MASERASI

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

31 | P a g e
BAB IV

MASERASI

A. DASAR TEORI

Maserasi berasal dari bahasa latin yaitu “Macerare” yang artinya merendam.
Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk dari bahan alam
dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat
terkandung dalam bahan alam tersebut terlarut dalam pelarut yang digunakan (Ansel,
1989).

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).

Pengadukan dalam proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi


bahan yang diekstrak dalam cairan penyari. Hasil penyarian maserasi perlu dilakukan
dibiarkan selama beberapa waktu tertentu. Hal inidilakukan untuk mengendapkan zat-
zat yang tidak diperlukan tetapi ikut larut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-
lain.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode maserasi dan menentukan hasil ekstraksi

32 | P a g e
C. ALAT DAN BAHAN

NO NAMA ALAT GAMBAR


1 Erlenmeyer

2 Batang pengaduk

3 Corong

33 | P a g e
4 Tabung reaksi

5 Kertas saring

6 Pipet tetes

N NAMA BAHAN
O
1 Simplisia pegagan
2 Etanol 70%

34 | P a g e
D. PROSEDUR KERJA

Siapkan alat dan bahan

Timbang 25 gr simplisia
daun pegagan

Rendam di dalam erlenmeyer


menggunakan etanol 70%

Tutup erlenmeyer menggunakan


aluminium foil dan biarkan selama
1 hari, sesekali diaduk

Saring hasil rendeman


menggunakan kertas saring

Filtrat yang dihasilkan diuapkan


dengan waterbath pada suhu 700c

Lakukan identifikasi

Uji alkaloid Uji


Uji Uji saponin terpenoid
Uji fenol
flavonoid Sampel+10 ml Sampel + 2
Sampel CHCl3 + 2 ml Sampel
Sampel ml aquades, direndam
diteteskan amonia,
diteteskan dididihkan, asam
FeCl3 jadi disaring dan
diatas kertas dikocok, +3 asetat, 6
hijau diambil lapisan
saring tetes HCl tetes
diuapkan atasnya diuji diketahui
reagen Meyer larutan+
amonia busa stabil H2SO4
dan
dragendroff warna

35 | P a g e
E. HASIL PENGAMATAN

Nama lain : Herba pegagan, daun kaki kuda

Nama asal : Centella asiatica (L) Verba

Klasifikasi pegagan menurut Cronquist (1981), sebagai berikut:

Divisio : Magnoliphita

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Familia : Apiaceae

Genus : Centella

Species : Centella asiatica (L) Urban

Khasiat

1. Mempercepat pengobatan luka


2. Mengobati luka bakar
3. Mencegah penuaan dini
4. Memperlancar peredaran darah
Perhitungan rendemen

Berat simplisia daun pegagan: 25 gr

Cawan kosong Cawan + ekstrak Ekstrak


Cawan 1: 53, 69 gr 59, 79 gr 59, 79 gr-53, 69 gr= 6,1gr
Cawan 2: 59,58 gr 77, 04 gr 77, 04 gr-59,58 gr= 17, 46 gr
Jumlah ekstrak 23, 56 gr
jumlah ekstrak yang diperoleh
Rendemen% = x 100%
jumlah bahansebelum diolah

36 | P a g e
23 ,56 gr
= x 100%
25 gr

=58,9%

Hasil pengujian fitokimia

No Uji yang dilakukan +/− Indikasi/warna


1. Flavonoid + Warna kuning
2. Fenol + Warna hijau kehitaman
3. Alkaloid Meyer:− Tidak terdapat endapan putih
(Meyer), dan merah
Dragendroff:−
(Dragendroff)
4. Saponin + Busa
5. Terpenid − Warna hijau

Streroid +

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum maserasi tanaman yang digunakan yaitu tanaman pegagan


(Centella asiatica). Daun pegangan yang diekstraksi sebanyak 25 gram. Karena
maserasi merupakan metode dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam bejana
dengan cairan penyari selama beberapa hari dalam suhu kamar dan terlindung dari
cahaya. Maka 25 gram daun pegagan dihaluskan kasar lebih dahulu menggunakan
blendertinggi rendah menggunakan cairan penyari etanol 70% selama sehari di dalam
erlenmeyer yang ditutup menggunakan alumunium foil. Hal ini dilakukan dengan tujuan
menarik senyawa metabolit sekunder tanaman pegagan seperti flavonoid, fenol,
alkaloid, saponin dan terpenoid.

Pengujian dilakukan dari hasil ekstraksi maserasi yang telah diuapkan dan
mengalami penyusutan kurang lebih 50%. Dari 25 gram daun pegagan dan 170 ml
pelarut etanol 70% didapatkan ekstrak sebanyak 23,56 gram sehingga pada hasil
rendemen didapatkan sebanyak 58,9%. Hasil pengektrakan belum sepenuhnya
mengalami penyusutan karena pelarut etanol belum sepenuhnya menguap. Hasil
rendemen sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu perendaman simplisia daun pegagan
dengan pelarut etanol 70%. Karena semakin lama waktu maserasi semakin banyak
maserat. Hal ini dikarenakan waktu kontak antara bahan dengan pelarut bertambah
37 | P a g e
sehingga kemampuan pelarut untuk mengambil maserat juga semakin optimal.
Penggunaan etanol 70% dirasa sangat efektif dan aman serta tidak memiliki titik didih
yang cukup tinggi.

Uji yang dilakukan pada daun pegagan digunakan untuk mengetahui kandungan
flavonoid, fenol, alkaloid, saponin, terpenoid. Dari uji yang dilakukan terdapat
kandungan flavonoid karena pada saat sampel diteteskan di atas kertas saring kemudian
diuapkan dengan amonia sampel yang berwarna hijau menjadi kuning. Dalam daun
tanaman pegagan juga terkandung fenoldengan adanya perubahan warna menjadi hijau
kehitaman setelah ditetesi FeCl3. Serta terdapat saat kuning dengan indikasi adanya busa
mantap setelah dilakukan pengocokan dan pemanas serta ditetesi dengan asam aseta
klorida.Pada sampel tidak ditemukan adanya alkaloid dan terpenoid melainkan steroid
karena sampel saat direndam dengan larutan asam asetat anhidrat dan ditetesi dengan
asam sulfat pekat terbentuk warna hijau bukan merah. Berdasarkan jurnal yang ada
sebenarnya tanaman pegagan memiliki kandungan alkaloid yang cukup tinggi. Namun
saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya alkaloid karena tidak terdapat
endapan putih ssetelah penambahan reagen Mayer dan tidak terdapat endapan merah
setelah penambahan reagen Dragendorff. Hal ini dapat terjadi karena H 2SO4 sebagai
katalisator bukan merupakan bahan pro analisis dan reagen yang digunakan sudah
rusak.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum maserasi tanaman pegagan atau Centella asiatica


diperoleh rendemen sebanyak 58,9% Serta diketahui kandungan fitokimia tanaman
pegagan berupa flavonoid, fenol, saponin dan steroid. Tidak teridentifikasinya
kandungan alkaloid pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa hal seperti larutan yang
digunakan pada saat pengujian. Proses maserasi dilakukan dengan perendaman bahan
dalam pelarut selama beberapa hari. Maserasi merupakan metode ekstraksi dingin.

38 | P a g e
H. LAMPIRAN

Penguapan maserasi
menggunakan kertas saring
Hasil randemen di filtrasi

Penimbangan ekstrak

39 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan oleh
Ibrahim, F., 390-393, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Nova, N. Dkk. 2009. Analisis Fitokimia dan Penampilan Pola Pita Protein Tanaman
Pegagan (Centella Asiatica) Hasil Konservasi In Vitro. Bogor. Jurnal ilmiah

Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, 167 – 177, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

40 | P a g e
INFUNDASI

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

41 | P a g e
BAB V

INFUNDASI

A. DASAR TEORI

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya unuk


menyarikandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut
dalam air.Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula
berada didalam sel ditarik ole cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan
penyari(Anonim, 1986). Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus
dipilihberdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif
danseminimal mungkin zat yang tidak digunakan. ( Ansel, 1989)
Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyarian sebagai cairan penyari
digunakan air, etanol – air, eter. Penyarian pada pembuatan obat diIndonesia masih
terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol –air. (Anonim, 1979)
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisiadengan air pada
suhu 900 C selama 15 menit.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini
tidak boleh dsimpan lebih dari24 jam.Infusa dibuat dengan membasahi bahan bakunya,
biasanya dengan air duakali bobot bahannya. Penyaringannya dilakukan pada saat
cairan masih panasdengan kain flanel, kecuali bahan yang mudah menguap ( Anonim,
1986).

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamananya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode infundasi dan menentukan hasil ekstraksi

42 | P a g e
C. ALAT DAN BAHAN
N NAMA ALAT GAMBAR
O
1 Panci infus

2 Kompor

3 Batang pengaduk

43 | P a g e
4 Gelas bekker

5 Kain flanel

N NAMA BAHAN
O
1 Simplisia teh hijau
2 Aquadest

D. PROSEDUR KERJA

penyaringan rebusan
tambahkan air
menimbang simplisia menggunakan kain
hingga 500ml
flanel

panci infusa bagian


bawah diisi air
jaga agar suhu 90C
sepertiga bagian dan
selama 15 menit
bagian atas diisi air
sebanyak 200ml

masukkan sampel ke letakkan di atas


panci infusa bagian kompor listrik dan
atas dan tutup nyalakan

44 | P a g e
E. HASIL PENGAMATAN
Nama lain : Daun teh
Nama tanaman asal : Camellia sinensis (L)
Keluarga : Theaceae
 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : C. sinensis
 Manfaat
a. Menurunkan kolesterol
b. Melawan sel kanker
c. Mencegah diabetes
d. Menstabilkan tekanan darah
e. Mengurangi lingkaran hitam pada mata
f. Mengobati jerawat
g. Menurunkan berat badan

F. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini menggunakan sampel simplisia the hijau. Tumbuhan ini
merupakan perdu atau pohon kecil, Ia memiliki akar tunggang yang kuat. Bunganya
kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm dengan 7 hingga 8 petal. Biji Camellia
sinensis dapat dipres atau diperas untuk mendapatkan minyak teh, Daunnya memiliki
panjang 4–15 cm dan lebar 2–5 cm. Daun segar mengandung kafeina sekitar 4%. Daun
muda yang berwarna hijau muda lebih disukai untuk produksi teh; daun-daun itu
mempunyai rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun. Daun tua berwarna
lebih gelap. Daun dengan umur yang berbeda menghasilkan kualitas teh yang berbeda-
beda, karena komposisi kimianya yang berbeda. Biasanya, pucuk dan dua hingga tiga
daun pertama dipanen untuk pemrosesan. Pemetikan dengan tangan ini diulang setiap
dua minggu.

45 | P a g e
Komposisi kimia teh terdiri dari kafein, tanin, protein, gula dan minyak atsiri yang
terbentuk setelah fermentasi dan menghasilkan aroma. Daun teh mengandung beberapa
zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat golongan. Keempat golongan tersebut
adalah substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol (karbohidrat, pektin, alkaloid,
protein, asam amino, klorofil dan asam organik), senyawa aromatis dan enzim (Johnson
dan Paterson, 1974). Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut
polifenol termasuk di dalamnya flavonoid.Polifenol sangat menentukan mutu teh karena
selama ekstraksi senyawa polifenol akan berubah menjadi senyawa yang menghasilkan
warna, rasa, dan aroma yang dikehendaki. Hasil utama oksidasi polifenol akan
memberikan warna yang khas pada seduhan teh.Selain polifenol, kadar tanin teh juga
perlu diketahui karena merupakan salah satu faktor penentu mutu minuman teh. Dalam
bentuk aslinya, tanin terlibat proses pencoklatan pada tanaman dan memberikan rasa
sepat pada minuman teh. Tanin berwarna kehijauan hingga tidak berwarna. Daya larut
tanin dalam air sangat baik dan tanin tahan terhadap pemanasan. Semakin tinggi kadar
tanin maka rasanya semakin sepat atau pahit,
Tanaman teh telah dikenal sebagai sumber antioksidan potensial yang bermanfaat
untuk kesehatan. Selain sebagai antioksidan tanaman ini antara lain bermanfaat untuk
mengurangi risiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker
prostat, kanker rongga mulut), menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan
darah tinggi, membunuh bakteri, menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler,
hingga mencegah nafas tidak sedap. Teh juga digunakan untuk berbagai produk
kecantikan.
Infundasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air
pada suhu90C selama 15 manit. Infundasi merupakan proses penyarian yang paling
umum digunakanuntuk menyaari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati.Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar olehkuman dan kapng sehingga sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
disimpan lebihdari 24 jam.
Infuse dibuat dengan cara :Membasahi bahan bakunya biasanya dengan air 2 kali
bobotbahan, untuk bunga 4 kalibobot, unutk karagen 10 kali bobot bahan. Bahan baku
ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90C. Untuk
memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia misalnya : asam
sittrat unutk infuse kina dan lain-laind. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih
panas, kecuali bahan yang mengandungbahan yang mudah menguap.

46 | P a g e
Infundasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, di mana pelarutnya adalah air
pada temperatur96-98°C selama 14-20 menit (Voigt, 1995).Infundasi adalah proses
penyarian yang digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air daribahan-bahan
nabati. Infundasi dilakukan dengan cara mencampur serbuk dengan air
secukupnyadalam penangas air selama 15 menit yang dihitung mulai suhu di dalam
panci mencapai 90°C sambilsesekali diaduk, infus diserkai sewaktu masih panas dengan
menggunakan kain flanel.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh bakteri dan jamurInfundasi yaitu suatu metode ekstraksi dengan pelarut
air pada temperature penangas air (90C),selama waktu tertentu (15-20 menit). Metode
tersebut umumnya digunakan untuk mengekstraksizat aktif bahan-bahan nabati yang
larut dalam air. Selain itu, metode infundasi juga mudahditerapkan dalam masyarakat
serta aktu yang dibutuhkan untuk membuatnya cukup singkat.Pemanasan yang
digunakan dalam proses ekstraksi (90C) dapat menyebabkan zat aktif menguapbersama
pelarut.
Keuntungan dan kekurangan Metode Infundasi :
a) Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah.
b) Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh),
2. Hilangnya zat-zat atsiri,
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia
yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal
dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.

G. KESIMPULAN
1. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massakomponen
zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

47 | P a g e
2. Adapun jenis-jenis ekstraksi yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi
secara panas. Ekstraksi secara dibagi menjadi tiga metode yaitu metode
maserasi, metode soxhletasi dan metode perkolasi. Sedangkan esktraksi
secara panas dilakukan dengan metode refluks dan destilasi uap.
3. Infus atau rebusan obat adalah sediaan air yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air suhu 90°C selama 15 menit, yang
mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Penyarian adalah peristiwa
memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan penyari
sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan
bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas
(Ansel, 1989)

H. LAMPIRAN

Hasil infundasi teh hijau

48 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan farmasi, 605 – 612.


University Indonesia Press : Jakarta.
Anonim. 1986. Sediaan Galenik, 9-10. Direktorat Jenderal POM. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Edisi III, 12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Anonim, 1989. Ekstrak farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia,Jakarta:
Departemen Kesehatan ReblublikIndonesia

49 | P a g e
SOKLETASI

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

50 | P a g e
Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

BAB VI

SOKLETASI

A. DASAR TEORI

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang sama,
sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna.
prinsip sokletasi ini yaitu penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai,
maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa
organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak
diinginkan. Metode sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metode maserasi
dan perkolasi. Jika pada metode pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan
diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini
adalah sokletasi.

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,


sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel,
secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa
kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat
ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang
diinginkan

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang


sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini
51 | P a g e
akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan
sampel tidak alami lagi.

Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan
saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler
karena sampel tidak terendam seluruhnya.

Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :

Pelarut yang mudah menguap seperti : n-heksan, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol.
Titik didih pelarut rendah.
Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

Metode sokletasi ini lebih efisien, karena:

Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali.
Waktu yang digunakan lebih efisien.
Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi.

Sokletasi dihentikan apabila :

Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.


Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak
Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang
spesifik.

Keunggulan sokletasi :

Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.


Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
Proses sokletasi berlangsung cepat.
Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi :

52 | P a g e
Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian.
Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di labortorium
beserta kegunaan dan keamananya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode sokletasi dan menentukan hasil ekstraksi

C. ALAT DAN BAHAN

Gambar Nama Alat

Seperangkat Alat Soklet

53 | P a g e
Erlemeyer

Water baath

Beker glass

NO NAMA BAHAN
1 Etanol 70%
2 Simplisia kayu secang

54 | P a g e
D. PROSEDUR KERJA

Merangkai alat soklet

Menimbang sebanyak 50 gr simplisia dimasukan ke dalam


tabun sokletasi ( bungkus dengan kertas saring )

Pelarut dimasukan ke dalam tabung soklet sebanyak


minimal 2x sirkulasi

Labu alas bulat dipanaskan diatas penangas air selama


kurang lebih 10 x sirkulasi

Ekstrak di dinginkan dan diuapkan

Lakukan identifikasi sampel

E. HASIL PENGAMATAN
 Klasifikasi Secang
Kingdom : Plantae
Devisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia Sappan
 Manfaat

55 | P a g e
 Sebagai pewarna alami
 Pereda nyeri
 Mengobati asam urat
 Mengatasi demam
 Mengatasi diare,mual, muntah

No Uji yang dilakukan +/- Warna yang ada


.
1 Flovanoid - Warna rose
2 Fenol + Biru kehitaman
3 Alkoloid Meyer = - Tidak adamya
endapan
Dragendrof = - Merah putih
4 Saponin - Tidak ada busa
5 Terpenoid Terpenoid = + Warna yang
Steroid = - dihasilkan
merah

Cawan kosong 1 =59,88 gr B erat ekstrak 1 = 23,92 gr


Cawan isi ekstrak 1 = 83,8 gr
Cawan kosong 2 = 53,69 gr Berat ekstrak 2 = 23,98 gr
Cawan isi ekstrak 2 = 77,67 gr
Cawan kosong 3 = 54,62 gr Berat ekstrak 3 = 26,81 gr
Cawan isi ekstrak 3 = 81,43 gr
Cawan kosong 4 = 41,75 gr Berat ekstrak 4 = 12,57 gr
Cawan isi ekstrak 4 = 54,32 gr

Berat total ekstrak = 87,28 gram

Jumlah ekstrak yang diperoleh


Randemen (%) = × 100%
jumlah bahan sebelum diolah

87,28 gram
= x 100%
10 gram

= 872,8 %

56 | P a g e
F. PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini sampel yang kami gunakan yaitu simplisia secang. Adapun
prosedur yang kami lakukan dalam percobaan ini yaitu mula-mula serbuk daun
secangdiharuskan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kertas saring sedemikian
rupa hingga sampel. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak tercampurnya
sampel dengan pelarut secara langsung. Pelarut yang terkondensasi dan sampel tidak
dibiarkan tercampur secara langsung agar, hal ini dilakukan agar hasil akhir dari proses
ekstrak  ini lebih akurat (Lucas 1949).
Kertas saring yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Alat ekstraksi
soxhlet disambungkan dengan labu alas bulat yang telah diisi pelarut, adapun pelarut
yag digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 70% dan ditempatkan pada alat
pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air
untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan (Darmasih 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati pipa F menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan
uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke timble atau klonsong.
Pelarut melarutkan sampel dalam kertas saring, larutan sari ini terkumpul dalam kertas
saring dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju
labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses
ekstraksi dapat dilakukan secara terus menerus meskipun selama kurang lebih 10 x
sirkulasi . dimana Pelarut hanya akan berputar-putar dalam soklet, dengan ketentuan
tidak ada rongga yang terbuka pada alat soklet yang dapat menyebabkan uap pelarut
keluar dari alat dan tidak terkondensasi. Setelah proses ekstraksi selesai, di dingkan
terlehih dahulu kemudian diuapkan dan melakukan penapisan kimia.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

57 | P a g e
1. Pemeriksaan identifikasi sampel yang telah dilakukan pada simplisia secang
meliputi: pemeriksaan Fenol (+), pemeriksaan flavonoid (-), pemeriksaan
alkaloid meyer ( -) dan Dragendrof ( - ), pemeriksaan saponin (-), pemeriksaan
terpenoid (+).
2. Prinsip kerja dari ekstraksi soxhlet adalah menggunakan pelarut yang selalu
baru

H. LAMPIRAN

Kayu secang yang


Ekstrak hasil sokletasi dibungkus kertas saring

Hasil sokletasi Uji alkaloid

Uji fenol Dragendrof


58 | P a g e
Uji terpenoid Uji saponin

59 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk.Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.


Anonim. 2012. Prinsip Ekstraksi dengan cara Soxhletasi.
Azam Khan. 2012. Prinsip Kerja Ekstraktor Soxhlet.

60 | P a g e
DESTILASI

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

61 | P a g e
BAB VII
DESTILASI

A. DASAR TEORI
Proses Distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen dalam
larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik didih
komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah jika
suatu campuran komponen diuapkan maka komposisi pada fase uap akan berbeda
dengan fase cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka akan
didapatkan komposisi yang cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini
diembunkan dan dididihkan kembali secara bertingkat–tingkat maka akan diperoleh
komposisi yang semakin murni pada salah satu komponen. Pada beberapa campuran
komponen, untuk komposisi, suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi kecenderungan
tersebut, artinya jika campuran tersebut dididihkan maka komposisi fase uapnya akan
memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini disebut kondisi
azeotrop, sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan dengan cara
distilasi biasa (Abassato, 2007).
Destilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri dari
dalam bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi akan kontak langsung dengan air
mendidi.Sebelum rimpang jeringau didestilasi, rimpang terlebih dahulu diubah dalam
bentuk chipsuntuk mempermudah dalam proses destilasi. Permintaan akan minyak
jeringau ini sangat luas yaitu dari bidang industri makanan, farmasi, kecantikan maupun
industri parfum (Prisca, 2014).
Destilasi merupakan metode yang paling populer, digunakan secara luas,
dan cost-effective untuk memproduksi minyak esensial di seluruh dunia. Destilasi
tanaman aromatik secara sederhana menggunakan penguapan atau membebaskan
minyak dari membran sel tanaman dengan adanya kelembaban, dengan menerapkan
suhu yang tinggi dan kemudian mendinginkan campuran uap untuk memisahkan
minyak dari air berdasarkan ketidakbercampuran dan densitas minyak esensial dengan
air (Caroline, 2011).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.
Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa
murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih
masing-masing (Walangare, 2013).
62 | P a g e
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah
destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan metode yang
sederhana dan membutuhkan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh kedua metode destilasi
tersebut terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik
diselubungi oleh kelenjar minyak, pembuluh–pembuluh, kantung minyak atau rambut
granular. Sebelum diproses, sebaiknya bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya)
terlebih dahulu. Namun dalam proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan
yang digunakan tidak seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya melalui
proses penghancuran sederhana (Tri, 2012).

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode destilasi dan menentukan hasil ekstraksi

C. ALAT DAN BAHAN


Nama Alat Gambar

Seperangkat Alat Destilasi

Corong Pisah

63 | P a g e
N NAMA BAHAN
O
1 Minyak kayu putih

D. PROSEDUR KERJA

Menimbang 50 gram simplisia minyak kayu


putih lalu dihaluskan dengan blender

Simplisia yang sudah dihaluskan dimasukkan


ke dalam labu alas bulat dengan ditambahkan
aquadest sebanyak 300ml

Merangkai seperangkat alat destilasi

Labu alas bulat diletakkan diatas alat


pemanas yang telah dihidupkan dan destilasi
yang terjadi berlangsung sampai air yang
terdapat didalam labu alas bulat sudah habis

Hasil dari proses destilasi akan ditampung


didalam erlenmeyer

Destilasi dihentikan dengan cara


menghentikan proses pemanasan kemudian
hasil filtrat tersebut dimasukkan kedalam
corong pisah

Airnya dibuang dan diambil hasil minyaknya


lalu diukur

E. HASIL PENGAMATAN

64 | P a g e
Hasil minyak yang diperoleh dari proses destilasi adalah sebanyak 0,35ml.
Nama Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra(L)
Klasifikasi dari tanaman kayu putih yaitu

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo                : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies            : Melaleuca leucadendron L.
Manfaat
 Meredakan batuk
 Bahan-bahan pembuatan obat-obatan
 Sebagai bahan pembuatan insektisida
hingga kosmetik
 Meringankan nyeri
 Meringankan sesak nafas
 Mengobati luka

F. PEMBAHASAN

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan


kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia
jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal
destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Hukum Roult digunakan untuk menjelaskan bahwa tekanan uap suatu komponen
yang menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap komponen murni dikalikan
dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam lararutan pada suhu yang sama. Bila
didalam larutan terdapat komponen zat A yang mempunyai tekanan uap murni (P0A)
maka tekanan uap komponen A dalam larutan adalah  PA = P0A XA. Aplikasi destilasi

65 | P a g e
sederhanaini, digunakan untukmemperoleh pelarut murni ataupun memisahkan larutan
suatu pelarut dengan pelarut lain untuk memperoleh pelarut murni.
Jenis penyulingan yang digunakan yaitu hidrodestilasi. Hidrodestilasi adalah
penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur, hingga
membentuk dua fasa atau dua lapisan. Cara penyulingan menggunakan uap
(hidrodestilasi) ini memisahkan minyak atsiri dari tanaman aromatik (minyak kayu
putih) dengan jalan memasukkannya ke dalam labu alas bulat, kemudian ditambahkan
sejumlah air dan dididihkan, atau uap panas dialirkan ke dalam alat penyuling tersebut.
Campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak selanjutnya akan mengalir
menuju kondensor untuk dicairkan kembali dengan sistem pendinginan dari luar.
Kondensat yang keluar dari kondensor ditampung dalam tabung pemisah (decanter)
agar terjadi pemisahan (dekantasi) antara minyak atsiri dan air suling.
Percobaan kali ini adalah untuk mempelajari teknik pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan titik didih dan untuk mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri
menggunakan prinsip hidrodistilasi. Sampel yang digunakan yaitu simplisia tanaman
minyak kayu putih sebanyak 50 gram. Sampel dihaluskan dengan menggunakan blender
terlebih dahulu dengan tujuan agar pori-porinya mudah dijangkau oleh air sehingga
minyak atsiri akan lebih cepat keluar dari pori-pori simplisia dan hasil minyak atsiri
yang banyak. Pelarut yang digunakan adalah air sebanyak 300ml, karena air memiliki
sifat kepolaran yang berbeda dengan minyak atsiri sehingga minyak atsiri sehingga akan
mudah dipisahkan dari destilat. Air dan minyak atsiri tidak saling melarutkan, selain itu
titik didih air lebih kecil dari minyak atsiri sehingga uap air akan mendorong minyak
sereh untuk lepas dari pori-pori simplisia dan menghasilkan destilat.
Proses destilasi dilakukan selama kurang lebih 3 jam atau hingga kandungan air
pada labu alas bulat tersebut habis. Pemanasan awal berfungsi agar air terserap kedalam
pori-pori simplisia yang dapat mengeluarkan minyak atsiri karena adanya tekanan
osmotik. Percobaan yang telah dilakukan menghasil destilat berupa air dan minyak
atsiri, dimana minyak atsiri berada di lapisan atas karena massa jenisnya yang lebih
kecil dari air. Kemudian hasil destilate tersebut dimasukkan kedalam corong pisah
untuk dipisahkan antara kandungan minyak dan airnya dengan cara mengeluarkan
kandungan airnya sehingga diperoleh kandungan minyak atsiri dari simplisia minyak
kayu putih. Hasil volume minyak yang didapatkan dari percobaan adalah ± 0,35 mL.
Tanaman kayu putih (Melalauca leucadendron Linn.) merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia.
Dimana memiliki khasiat utama untuk melancarkan peredaran darah dengan
66 | P a g e
melebarkan pori-pori kulit sehingga badan menjadi hangat dan tidak akan mengganggu
pernafasan kulit karena adanya sifat dari minyak kayu putih yang mudah menguap
(Agoes, 2010). Menurut Angela & Davis (2010), minyak atsiri kayu putih dapat
meningkatkan monosit dalam darah tikus setelah 15 hari diberi asupan oral minyak
atsiri. Komponen utama dari minyak kayu putih merupakan golongan terpenoid.
Komponen terbesarnya merupakan 1,8-sineol yang merupakan senyawa monoterpana.
Senyawa 1,8-sineol berperan sebagai antimikroba, antioksidan, kekebalan tubuh,
analgetik, dan spasmolitik (Angela&David, 2010).

G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan distilasi minyak atsiri pada
simplisia minyak kayu putih yaitu melalui teknik pemisahan senyawa berdasarkan
perbedaan titik didih, sehingga diperoleh hasil destilat minyak atsiri simplisia minyak
kayu putih sebanyak 0,35ml

67 | P a g e
H. LAMPIRAN
No Keterangan Gambar
1. Berlangsungnya
Proses Destilasi

2. Pemisahan
Kandungan Minyak
Dan Air Dalam
Corong Pisah

3. Hasil Kandungan
Minyak Atsiri Pada
Simplisia Minyak
Kayu Putih

DAFTAR PUSTAKA

68 | P a g e
Abbassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. (2007).Efisiensi Kolom Sieve Tray
pada Destilasi yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air).  Jurnal
Nasional. 978-979.

Caroline. (2011). Pembuatan Minyak Esensial dengan Cara Destilasi. Makalah Konsep


Herbal Indonesia. Depok.

Irmanida,dkk. (2016). Sineol dalam Minyak Kayu Putih Sebagai Pelangsing


Aromaterapi. Jurnal Jamu Indonesia. 1(3): 12-17.

Ketaren,S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.

Prisca, Violetta Effendi & Simon Bambang Widjanarko. (2014). Distilasi dan


Karakterisasi Minyak Atsiri Rimpang Jeringau. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Vol.2, No.2. 1-8.

Rizqi,dkk. (2012). Isolasi, Identifikasi, Dan Pemurnian Senyawa 1,8 Sineol Minyak
Kayu Putih (Melaleuca leucadendron). Jurnal Ilmiah Universitas Gadjah Mada.

Tri, Fuki Yuliarto, Lia Umi Khasanah,&R. Baskara Katri Anandito. (2012). Pengaruh
Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi Uap-Air)
terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. Jurnal Teknosains
Pangan. Vol.1, No.1.

69 | P a g e
EKSTRAKSI CAIR – CAIR

KELOMPOK 5 :

1. IIS AYU NADHIFAH (52019050029)


2. NUR AINI IKA FEBRIANI (52019050030)
3. ANNISA SALSABILA (52019050031)
4. NILAWATI (52019050032)
5. MUHAMMAD ULIN NUHA (52019050033)
6. AVINDA PUTRI PARANTIKA (52019050035)
7. YUMNA NABILA AMANAH (52019050037)
8. IKKO RIKA ISMAELANI (52019050038)

KELAS : 2B FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2020/2021

70 | P a g e
BAB VIII
EKSTRAKSI CAIR – CAIR

A. DASAR TEORI
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak
dapat  digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads, 2012).
Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan
koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling
bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur,
berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan.
Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen
suatu campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga
ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan
berdasarkan perbedaan kelarutan (Yazid, 2005).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang
tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain
yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion
dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang memungkinkan
kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan karbon  tetraklorida
yang lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari
pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya
(Gillis, 2001)
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan
pelarut yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua
sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak.
saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa
yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu
salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini
tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi  yang tidak
71 | P a g e
dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya
penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah
terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat
pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali
menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar
dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fase homogen ikut
menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Gilis, 2001).
Pemisahan komponen dengan ekstraksi cair-cair tergantung pada partisi
kesetimbangan komponen-komponen termodinamika antara dua fase cair. Partisi ini
dugunakan untuk memilih rasio pelarut ekstraksi untuk umpan yang masuk proses
ekstraksi dan untuk mengevaluasi laju perpindahan massa atau efisiensi teoritis pada
peralatan. Sejak dua fase cair yang bercampur digunakan, kesetimbangan
termodinamika melibatkan larutan non-ideal (Chadijah, 2014).

B. TUJUAN
1. Untuk mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium beserta
kegunaan dan keamanannya
2. Untuk mengoperasikan peralatan
3. Untuk menerapkan prinsip kerja pemisahan zat dengan metode ekstraksi cair
– cair dengan corong pisah dan menentukan hasilnya

C. ALAT DAN BAHAN

N NAMA ALAT GAMBAR


O
1 Gelas bekker

72 | P a g e
2 Corong pisah

3 Statif

4 Klem

5 Pipet volume

73 | P a g e
6 Gelas ukur

7 Cawan porselin

N BAHAN
O
1 Ekstrak kental
2 Air
3 Eter

D. PROSEDUR KERJA
74 | P a g e
Menimbang 2 gram ekstrak kental

Suspensi dengan air sebanyak 20 ml sampai larut

Dimasukkan ke dalam corong pisah dan add 30 ml eter

Dikocok sampai rata, kran dibuka sesekali, didiamkan agar terjadi pemisahan

Dipisahkan antara fase air dan fase eter

Fase air dimasukkan dalam corong pisah dan diekstraksi lagi dengan 30 ml eter
sebanyak 3 kali siklus

Fase eter diperoleh dan dikumpulkan jadi satu dalam cawan lalu diuapkan sampai
mendapat ekstraks kental dan di timbang

Identifikasi sampel

E. HASIL PENGAMATAN
Uji fenol hasilnya positif berwarna hijau kehitaman
Nama lain : Herba pegagan, daun kaki kuda
Nama tanaman asal : Centella asiatiaa (L) ueban
Keluarga : Apiaceae
 Klasifikasi daun pegagan
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Famili : Umbilliferae (Apraceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica

 Khasiat
75 | P a g e
a. Mempercepat mengobati luka
b. Mengobati luka bakar
c. Mencegah penuaan dini
d. Memperlancar sirkulasi darah

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai ekstraksi cair – cair.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsep dasar ekstraksi cair – cair,
mengetahui cara pemilihan larutan ekstraksi dan mengetahui cara melakukan ekstraksi
cair – cair. Adapun prinsip kerja dari ekstraksi cair – cair yaitu pemisahan komponen
kimia diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagiankomponen
larut pada fase pertama dan sebagian pada fase kedua. Lalu kedua fase mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurnadan terbentuk
dua lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah kedalam kedua fase tersebut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Dalam praktikum digunakan sampel ekstrak hasil maserasi daun pegagan dengan
eter. Pada ekstraksi, air berperan sebagai pelarut polar. Proses fraksinasi yang dilakukan
adalah fraksinasi cair – cair tertingkat dimana dilakukan menggunakan air.
Menggunakan ekstrak karena yang akan digunakan pada tahap selanjutnya dari
percobaan ini adalah fraksi – fraksi yang terbentuk dari proses fraksinasi ekstrak hasil
maserasi daun pegagan dengan eter yaitu fraksi air. Tujuan dari fraksinasi cair – cair
bertingkat ini adalah untuk memisahkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada ekstrak hasil maserasi pegagan dengan eter berdasarkan tingkat
kepolarannya juga bertujuan untuk memisahkan komponen yang larut dalam air.
Adapun pada praktikum ini kedua pelarut tidak saling bercampur bukan hanya karna
massa jenisnya yang berbeda, tetapi juga disebabkan oleh kepolarannya kedua pelarut
tersebut yang berbeda. Ditinjau dari struktur molekulnya, air merupakan pelarut yang
polar sedangkan eter merupakan pelarut yang nonpolar.

Pada praktikum digunakan alat corong pisah untuk melakukan fraksinasi. Proses
fraksinasi dilakukan dengan air, pelarut digunakan untuk memisahkan senyawa yang
dapat dalam ekstrak hasil maserasi daun pegagan dengan eter dimana sampel
mengandung pelarut yang memiliki senyawa polar, maka akan ditarik oleh air kemudian
dipisahkan bagian airnya. Percobaan dimulai dengan memasukkan ekstrak hasil
76 | P a g e
maserasi daun pegagan dengan air dan eter ke dalam corong pisah kemudian dikocok,
tunggu dan diamkan hingga terbentuk pemisahan dua lapisan dan pisahkan bagian
airnya hasil pemisahanmenghasilkan fraksi 1 dan dilakukan sebanyak 3× fraksi. Setelah
itu dilakukan penguapan pada hasil ekstraksi dan melakukan identifikasi sampel.

Dalam praktikum ini kita menggunakan ekstrak hasil maserasi tetapi ekstraknya
belum sempurna sehingga masih cair, hal ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan untuk
menguapkan sangat sedikit sehingga hasilnya masih cair. Dari hasil maserasi yang
belum sempurna ketika dilakukan ekstraksi cair – cair tidak bisa karna terlalu cair,
sehingga hasil dari ekstraksi cair – cair yang seharusnya untuk melakukan identifikasi
sampel seperti uji flavonoid, uji fenol, uji alkaloid, uji saponin dan uji terpenoid tidak
bisa dilakukan. Namun kita tetap mencoba pada identifikasi sampel yang dilakukan
pada uji fenol yaitu memiliki hasil positif berwarna hijau kehitaman.

G. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ekstraksi cair – cair merupakan satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan
pelarut, ekstraksi cair – cair tidak dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan
cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis.

H. LAMPIRAN

Ekstrak maserasi + 20 ml
Ekstrak maserasi air

77 | P a g e
Ekstrak
maserasi +
Air + Eter
sebelum
Eter 30 ml dikocok

Ekstrak
maserasi +
Air + Eter
setelah Penguapan fraksi eter
dikocok

78 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Chadijah, Sitti, 2014. Pemisahan Kimia.: UIN Press, Makassar.


Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Gillis, Oxtoby, 2001.  Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Erlangga : Jakarta.
Khopkar, S.M., 2008.  Dasar-Dasar Kimia Analitik. Erlangga : Jakarta.
Underwood, A.L., 1986.  Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.
Wibawads, Indra, 2012. Ekstraksi Cair-cair. http// indrawibawads. Wordpress.com/ 17
April 2012.
Yazid, Estien, 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta.

79 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai