PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
1|Page
DAFTAR ISI
2|Page
IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN
MIKROSKOPI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
3|Page
BAB I
A. DASAR TEORI
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan
tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun, dan umbi. (Gunawan,2004).
Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering
umbi kentang. Amilum termasuk salah satu contoh polisakarida. Amilum berbentuk
granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan karakteristik. Beberapa spesies
tanaman mempunyai lapisan-lapisan serta ukuran dan bentuk granul yang khas sehingga
dapat di gunakan untuk mengidentifikasi tanaman asalnya. Secara umum, amilum terdiri
dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut air
(amilopektin). Parameter yang digunakan sebagai standar mutu tanaman yaitu
pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi serta
4|Page
identifikasi kandungan kimia. Identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu melakukan determinasi, pemeriksaan makroskopi dan mikroskopi.
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea
mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum
Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau
sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang
mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul
yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan
pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara
oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa
digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau
pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan
(Syamsuni H,A. 2007).
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi amilum secara mikroskopis
5|Page
C. ALAT DAN BAHAN
1. Gambar Alat
2. Bahan
a. Amilum oryzae (pati beras)
b. Amilum tritici (pati gandum)
c. Amilum manihot (pati tapioka)
d. Amilum marantae (pati garut)
e. Amilum solani (pati kentang)
D. PROSEDUR KERJA
1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodin
masukkan
tambahkan catat warna yang
larutan amilum
larutan iodium terjadi
ke tabung reaksi
6|Page
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi
ambil amilum, letakkan di gelas objek, tambahkan air, tutup dengan gelas penutup
E. HASIL PENGAMATAN
1. Pemeriksaan dengan iodium
2. Pemeriksaan mikroskopi
F. PEMBAHASAN
Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering
umbi kentang. Amilum termasuk salah satu contoh polisakarida. Amilum berbentuk
granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan karakteristik. Beberapa spesies
tanaman mempunyai lapisan-lapisan serta ukuran dan bentuk granul yang khas sehingga
dapat di gunakan untuk mengidentifikasi tanaman asalnya. Secara umum, amilum terdiri
dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut air
(amilopektin).
1) Amylum Solani
Nama lain : Pati kentang
Tanaman asal : Solanum tuberosum L
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk halus , berwarna putih dan tidak berbau
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2) Amylum Oryzae
Nama lain : Pati beras
Tanaman asal : Oryza sativa L
Keluarga : Poaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk sangat halus , berwarna putih dan tidak
berbau
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3) Amylum Manihot
Nama lain : Pati singkong
Tanaman asal : Manihot utilissima Pohl.
8|Page
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk halus , kadang – kadang berupa gumpalan
kecil ,warna putih ,tidak berbau dan tidak berasa
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi akar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4) Amylum Tritici
Nama lain : Pati gandum , pati terigu
Tanaman asal : Triticum vulgare Vill.
Keluarga : Poaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin
Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat
Pemerian : Serbuk sangat halus , berwarna putih ,tidak
berbau dan hampir tidak berasa
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5) Amylum Marantae
Nama lain : Pati Ararut
Tanaman asal : Maranta aurandinacea L
Keluarga : Marantaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Amilopektin (polimerisasi dari triamilosa) ,
amilosa ( polimerisasi dari diamilosa) , air maksimum 16% , abu maxsimum
0,5% , persenyawaan zat lemas 1% dan asam fosfat
Penggunaan : bahan makan orang sakit atau yang baru sembuh
Pemerian : Serbuk , warna putih, tidak berbau , tidak berasa ,
sering bergumpal tidak beraturan dengan panjang sampai 8 mm , jika ditekan
agak gemerisik.
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari akar tinggal
Tempat tumbuh : Indonesia , Hindia Barat , Amerika Selatan
sebelah utara
Pada praktikum kali ini disediakan 4 macam larutan amilum, yaitu Amilum
oryzae (pati beras). Amilum tritici (pati gandum), Amilum manihot (pati tapioka),
Amilum marantae (pati garut), Amilum solani (pati kentang). Keempat larutan pati
9|Page
tersebut masing-masing diambil beberapa tetes dengan pipet, lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian masing-masing tabung reaksi yang sudah berisi amilum di isi
dengan beberapa tetes larutan iodium. Tujuan dari penambahan larutan iodium adalah
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam larutan tersebut yang dapat
diketahui dengan adanya perubahan warna. Kondisi larutan setelah ditetesi amilum
yaitu terdapat perubahan warna pada keempatnya dari sebelumnya yang tidak berwarna
atau jernih. Pati beras berubah menjadi warna ungu agak kehitaman menandakan positif
amilum. Pati gandum berubah menjadi warna biru tua menandakan positif amilum. Pati
tapioka berubah menjadi warna ungu kehitaman menandakan positf amilum. Pati garut
berubah menjadi warna biru menandakan positif amilum. Sedangkan pada pati kentang
berubah menjadiwarna hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat amilum
dalam larutan pati kentang tersebut, namun amilum yang terkandung di dalamnya
berada dalam keadaan rusak sehingga tidak menunjukkan perubahan warna yang
signifikan.
G. KESIMPULAN
1. Penampang dan bentuk amilum dalam mikroskop setiap tanaman berbeda-
beda.
2. Untuk mengidenfifikasi amilum dapat dilakukan dengan uji Iodium
3. Untuk mengetahui bentuk fragmen tanamana menggunakan pemeriksaan
mikroskopi
10 | P a g e
H. LAMPIRAN
1. Pemeriksaan dengan larutan iodium
11 | P a g e
Amilum manihot Amilum marantae
Amilum solani
12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
13 | P a g e
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA
MIKROSKOPI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
14 | P a g e
BAB II
A. DASAR TEORI
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhsn
atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum
berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 2000). Simplisia nabati sering berasal dan
berupa seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan
seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. Di
samping itu, terdapat eksudat seperti gom, lateks, tragakanta, oleoresin, dan sebagainya.
Materia Medika Indonesia merupakan pedoman bagi simplisia yang akan dipergunakan
untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang dipergunakan untuk
keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama.
Namun, simplisia yang dijelaskan disini adalah simplisia nabati yang secara
umum merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca
panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang
siap dipakai atau siap diproses selanjutnya, yaitu:
1. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum
(jamu)
2. Siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan (infus)
3. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang
umumnya melalui proses ekstraksi, separasi dan pemurnian.
15 | P a g e
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi simplisia secara makroskopis dan
mikroskopis
2. Bahan
Daun Dewa (gynura folium)
Kumis Kucing (orthosiphonis)
Temulawak (curcuma aeruginosa rhizoma)
Kunyit (curcuma longae rhizoma)
16 | P a g e
D. PROSEDUR KERJA
ambil sedikit
amati hasil
serbuk simplisia
jaga kehangatan
hangatkan dg
jangan sampai
lampu spiritus
mendidih
E. HASIL PENGAMATAN
17 | P a g e
F. PEMBAHASAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan, simplisia dibagi menjadi 3 : simplisia nabati, hewani dan pelican (mineral)
Mikroskop adalah sebuah alat yang berfungsi untuk melihat objek yang terlalu
kecil untuk dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan alat bantu untuk
mengamati organisme berukuran kecil atau mikroskopis. Mikroskop yang paling umum
digunakan yaitu mikroskop optis. Mikroskop optis terdiri dari satu atau lebih lensa yang
memproduksi gambar yang diperbesar dari sebyah benda yang ditaruh dibidang vokal
dari lensa tersebut.
Pengamatan yang dilakukan secara mikroskopis terhadap simplisia berupa apa ada
atau tidaknya anatomi tumbuhan untuk memastikan anatomi tumbuhan itu sendiri.
Anatomi tumbuhan biasanya berupa rambut penutup, epidermis, korteks dan jaringan
spons. Seperti halnya pengamatan pada ada simplisia daun dewa atau Gynura divaricata
didapatkan adanya rambut penutup atau trikomata, epidermis dan jaringan spons. Pada
simplisia batang kumis kucing atau orthosiphon cortex juga didapatkan hasil berupa
rambut penutup, epidermis atas dan epidermis bawah. Sedangkan simplisia rimpang
yang digunakan yaitu rimpang temulawak atau Curcuma aerugisa rhizoma dan rimpang
kunyit atau Curcuma longae rhizoma keduanya ditemukan adanya sel parenkim dan
pada rimpang temulawak terdapat rambut penutup dan stomata sedangkan pada rimpang
kunyit terdapat butir pati atau amilum.
18 | P a g e
G. KESIMPULAN
1. Penampang dan bentuk simplisia dalam mikroskop setiap tanaman berbeda-
beda.
2. Untuk mengidenfifikasi amilum dapat dilakukan dengan uji Iodium
3. Untuk mengetahui bentuk fragmen tanamana menggunakan pemeriksaan
mikroskopi
H. LAMPIRAN
Temulawak Kunyit
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989. Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
20 | P a g e
PEMERIKSAAN HAKSEL
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
21 | P a g e
TAHUN 2020/2021
BAB III
PEMERIKSAAN HAKSEL
A. DASAR TEORI
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamananya
2. Mahasiswa mampu mengoprasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan spesialite dari simplisia berkhasiat obat
NO NAMA BAHAN
1 Melaleuca fructus (merica bolong)
2 Curcuma aeruginosa rhizome (rimpang temu lawak)
23 | P a g e
3 Abri folium (daun saga)
4 Parkiae semen (biji kedawung)
5 Usneae thallus (kayu angin)
6 Alstonis scholaris korteks (kulit batang pule)
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
Melaleuca Fructus
(Merica bolong)
24 | P a g e
2. Curcuma Tekstur Jingga tua Khas Pahit
xanthorriza permukaan kecoklatan aromatic
agak kasar kuat
Curcuma aeruginosa
Rhizoma (Temulawak)
3. Abrus Daun Hijau Bau Tidak
precatorius berbentuk pucat lemah berasa
bulat telur
berukuran
kecil-kecil
25 | P a g e
6. Alstonia Berbentuk Coklat Tidak Pahit
scholaris seperti muda berbau
kayu, tidak pucat
terlalu keras
F. PEMBAHASAN
Haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji
dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk. Pemeriksaan haksel
dilakukan dengan cara pemeriksaan simplisia secara organoleptis pada 6 haksel.
Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa.
Banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan
simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut
dapat pula tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan
penyimpnan simplisia yang relatif lama.
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel Merica bolong, Rasa pahit dan
pedas, warna Coklat kehitaman, bau khas. Berkhasiat untuk mengobati sakit
perut,diare dan disentri. Klasifikasi merica bolong :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel daun saga, tidak berasa, warna
hijau pucat, bau lemah. Khasiatnya untuk mengatasi diare, mengobati sariawan,
meredakan panas dalam, meningkatkan nafsu makan. Klasifikasinya :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rosales
Suku : Papilionaceae
Marga : Abrus
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung, bewarna hitam
pekat, tidak berbau, agak pahit. Berkhasiat sebagai obat perut kembung, obat
27 | P a g e
kolera dan obat radang usus, sedang daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan
obat mulas. Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Resales
Suku : Mimosaceae
Marga : Parkia
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung, bewarna kuing
pucat, bau lemah, pahit. Berkhasiat mengatasi rasa letih berlebih serta pegal linu,
mengobati masuk angin dan demam, mampu meredakan batuk, menjaga tubuh
agar tidak mudah terserang infeksi saluran kemih. Klasifikasinya :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
SubDivisi : Lichenophyta(Lichenes)
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Famili : Parmeliaceae
Genus : Usnea
Spesies : Usnea sp.
Kulit batang pule (Alstonia scholaris cortex)
Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung, bewarna coklat
muda pucat, tidak berbau, pahit. Khasiat untuk mengobati malaria, mengobati
diare, meredakan bengkak pada tubuh, mengobati luka bernanah, mengobati
diabetes. Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
28 | P a g e
Tribe : Plumeriae
Subtribe : Alstoniinae
Genus : Alstonia
G. KESIMPULAN
Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun,
biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan belum diserbukan. Pada
praktikum ini haksel yang diunakan adalah merica bolong, daun saga, biji kedawung,
temulawak, kayu angin, kulit batang pule.
29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
30 | P a g e
MASERASI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
31 | P a g e
BAB IV
MASERASI
A. DASAR TEORI
Maserasi berasal dari bahasa latin yaitu “Macerare” yang artinya merendam.
Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk dari bahan alam
dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat
terkandung dalam bahan alam tersebut terlarut dalam pelarut yang digunakan (Ansel,
1989).
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode maserasi dan menentukan hasil ekstraksi
32 | P a g e
C. ALAT DAN BAHAN
2 Batang pengaduk
3 Corong
33 | P a g e
4 Tabung reaksi
5 Kertas saring
6 Pipet tetes
N NAMA BAHAN
O
1 Simplisia pegagan
2 Etanol 70%
34 | P a g e
D. PROSEDUR KERJA
Timbang 25 gr simplisia
daun pegagan
Lakukan identifikasi
35 | P a g e
E. HASIL PENGAMATAN
Divisio : Magnoliphita
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Familia : Apiaceae
Genus : Centella
Khasiat
36 | P a g e
23 ,56 gr
= x 100%
25 gr
=58,9%
Streroid +
F. PEMBAHASAN
Pengujian dilakukan dari hasil ekstraksi maserasi yang telah diuapkan dan
mengalami penyusutan kurang lebih 50%. Dari 25 gram daun pegagan dan 170 ml
pelarut etanol 70% didapatkan ekstrak sebanyak 23,56 gram sehingga pada hasil
rendemen didapatkan sebanyak 58,9%. Hasil pengektrakan belum sepenuhnya
mengalami penyusutan karena pelarut etanol belum sepenuhnya menguap. Hasil
rendemen sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu perendaman simplisia daun pegagan
dengan pelarut etanol 70%. Karena semakin lama waktu maserasi semakin banyak
maserat. Hal ini dikarenakan waktu kontak antara bahan dengan pelarut bertambah
37 | P a g e
sehingga kemampuan pelarut untuk mengambil maserat juga semakin optimal.
Penggunaan etanol 70% dirasa sangat efektif dan aman serta tidak memiliki titik didih
yang cukup tinggi.
Uji yang dilakukan pada daun pegagan digunakan untuk mengetahui kandungan
flavonoid, fenol, alkaloid, saponin, terpenoid. Dari uji yang dilakukan terdapat
kandungan flavonoid karena pada saat sampel diteteskan di atas kertas saring kemudian
diuapkan dengan amonia sampel yang berwarna hijau menjadi kuning. Dalam daun
tanaman pegagan juga terkandung fenoldengan adanya perubahan warna menjadi hijau
kehitaman setelah ditetesi FeCl3. Serta terdapat saat kuning dengan indikasi adanya busa
mantap setelah dilakukan pengocokan dan pemanas serta ditetesi dengan asam aseta
klorida.Pada sampel tidak ditemukan adanya alkaloid dan terpenoid melainkan steroid
karena sampel saat direndam dengan larutan asam asetat anhidrat dan ditetesi dengan
asam sulfat pekat terbentuk warna hijau bukan merah. Berdasarkan jurnal yang ada
sebenarnya tanaman pegagan memiliki kandungan alkaloid yang cukup tinggi. Namun
saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya alkaloid karena tidak terdapat
endapan putih ssetelah penambahan reagen Mayer dan tidak terdapat endapan merah
setelah penambahan reagen Dragendorff. Hal ini dapat terjadi karena H 2SO4 sebagai
katalisator bukan merupakan bahan pro analisis dan reagen yang digunakan sudah
rusak.
G. KESIMPULAN
38 | P a g e
H. LAMPIRAN
Penguapan maserasi
menggunakan kertas saring
Hasil randemen di filtrasi
Penimbangan ekstrak
39 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan oleh
Ibrahim, F., 390-393, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Nova, N. Dkk. 2009. Analisis Fitokimia dan Penampilan Pola Pita Protein Tanaman
Pegagan (Centella Asiatica) Hasil Konservasi In Vitro. Bogor. Jurnal ilmiah
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, 167 – 177, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
40 | P a g e
INFUNDASI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
41 | P a g e
BAB V
INFUNDASI
A. DASAR TEORI
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamananya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode infundasi dan menentukan hasil ekstraksi
42 | P a g e
C. ALAT DAN BAHAN
N NAMA ALAT GAMBAR
O
1 Panci infus
2 Kompor
3 Batang pengaduk
43 | P a g e
4 Gelas bekker
5 Kain flanel
N NAMA BAHAN
O
1 Simplisia teh hijau
2 Aquadest
D. PROSEDUR KERJA
penyaringan rebusan
tambahkan air
menimbang simplisia menggunakan kain
hingga 500ml
flanel
44 | P a g e
E. HASIL PENGAMATAN
Nama lain : Daun teh
Nama tanaman asal : Camellia sinensis (L)
Keluarga : Theaceae
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : C. sinensis
Manfaat
a. Menurunkan kolesterol
b. Melawan sel kanker
c. Mencegah diabetes
d. Menstabilkan tekanan darah
e. Mengurangi lingkaran hitam pada mata
f. Mengobati jerawat
g. Menurunkan berat badan
F. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini menggunakan sampel simplisia the hijau. Tumbuhan ini
merupakan perdu atau pohon kecil, Ia memiliki akar tunggang yang kuat. Bunganya
kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm dengan 7 hingga 8 petal. Biji Camellia
sinensis dapat dipres atau diperas untuk mendapatkan minyak teh, Daunnya memiliki
panjang 4–15 cm dan lebar 2–5 cm. Daun segar mengandung kafeina sekitar 4%. Daun
muda yang berwarna hijau muda lebih disukai untuk produksi teh; daun-daun itu
mempunyai rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun. Daun tua berwarna
lebih gelap. Daun dengan umur yang berbeda menghasilkan kualitas teh yang berbeda-
beda, karena komposisi kimianya yang berbeda. Biasanya, pucuk dan dua hingga tiga
daun pertama dipanen untuk pemrosesan. Pemetikan dengan tangan ini diulang setiap
dua minggu.
45 | P a g e
Komposisi kimia teh terdiri dari kafein, tanin, protein, gula dan minyak atsiri yang
terbentuk setelah fermentasi dan menghasilkan aroma. Daun teh mengandung beberapa
zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat golongan. Keempat golongan tersebut
adalah substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol (karbohidrat, pektin, alkaloid,
protein, asam amino, klorofil dan asam organik), senyawa aromatis dan enzim (Johnson
dan Paterson, 1974). Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut
polifenol termasuk di dalamnya flavonoid.Polifenol sangat menentukan mutu teh karena
selama ekstraksi senyawa polifenol akan berubah menjadi senyawa yang menghasilkan
warna, rasa, dan aroma yang dikehendaki. Hasil utama oksidasi polifenol akan
memberikan warna yang khas pada seduhan teh.Selain polifenol, kadar tanin teh juga
perlu diketahui karena merupakan salah satu faktor penentu mutu minuman teh. Dalam
bentuk aslinya, tanin terlibat proses pencoklatan pada tanaman dan memberikan rasa
sepat pada minuman teh. Tanin berwarna kehijauan hingga tidak berwarna. Daya larut
tanin dalam air sangat baik dan tanin tahan terhadap pemanasan. Semakin tinggi kadar
tanin maka rasanya semakin sepat atau pahit,
Tanaman teh telah dikenal sebagai sumber antioksidan potensial yang bermanfaat
untuk kesehatan. Selain sebagai antioksidan tanaman ini antara lain bermanfaat untuk
mengurangi risiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker
prostat, kanker rongga mulut), menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan
darah tinggi, membunuh bakteri, menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler,
hingga mencegah nafas tidak sedap. Teh juga digunakan untuk berbagai produk
kecantikan.
Infundasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air
pada suhu90C selama 15 manit. Infundasi merupakan proses penyarian yang paling
umum digunakanuntuk menyaari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati.Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar olehkuman dan kapng sehingga sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
disimpan lebihdari 24 jam.
Infuse dibuat dengan cara :Membasahi bahan bakunya biasanya dengan air 2 kali
bobotbahan, untuk bunga 4 kalibobot, unutk karagen 10 kali bobot bahan. Bahan baku
ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90C. Untuk
memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia misalnya : asam
sittrat unutk infuse kina dan lain-laind. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih
panas, kecuali bahan yang mengandungbahan yang mudah menguap.
46 | P a g e
Infundasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, di mana pelarutnya adalah air
pada temperatur96-98°C selama 14-20 menit (Voigt, 1995).Infundasi adalah proses
penyarian yang digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air daribahan-bahan
nabati. Infundasi dilakukan dengan cara mencampur serbuk dengan air
secukupnyadalam penangas air selama 15 menit yang dihitung mulai suhu di dalam
panci mencapai 90°C sambilsesekali diaduk, infus diserkai sewaktu masih panas dengan
menggunakan kain flanel.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh bakteri dan jamurInfundasi yaitu suatu metode ekstraksi dengan pelarut
air pada temperature penangas air (90C),selama waktu tertentu (15-20 menit). Metode
tersebut umumnya digunakan untuk mengekstraksizat aktif bahan-bahan nabati yang
larut dalam air. Selain itu, metode infundasi juga mudahditerapkan dalam masyarakat
serta aktu yang dibutuhkan untuk membuatnya cukup singkat.Pemanasan yang
digunakan dalam proses ekstraksi (90C) dapat menyebabkan zat aktif menguapbersama
pelarut.
Keuntungan dan kekurangan Metode Infundasi :
a) Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah.
b) Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh),
2. Hilangnya zat-zat atsiri,
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia
yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal
dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
G. KESIMPULAN
1. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massakomponen
zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
47 | P a g e
2. Adapun jenis-jenis ekstraksi yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi
secara panas. Ekstraksi secara dibagi menjadi tiga metode yaitu metode
maserasi, metode soxhletasi dan metode perkolasi. Sedangkan esktraksi
secara panas dilakukan dengan metode refluks dan destilasi uap.
3. Infus atau rebusan obat adalah sediaan air yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air suhu 90°C selama 15 menit, yang
mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Penyarian adalah peristiwa
memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan penyari
sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan
bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas
(Ansel, 1989)
H. LAMPIRAN
48 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
49 | P a g e
SOKLETASI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
50 | P a g e
Telp : (0291) 437 218 / 442 993
TAHUN 2020/2021
BAB VI
SOKLETASI
A. DASAR TEORI
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang sama,
sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna.
prinsip sokletasi ini yaitu penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai,
maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa
organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak
diinginkan. Metode sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metode maserasi
dan perkolasi. Jika pada metode pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan
diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini
adalah sokletasi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan
saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler
karena sampel tidak terendam seluruhnya.
Pelarut yang mudah menguap seperti : n-heksan, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol.
Titik didih pelarut rendah.
Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali.
Waktu yang digunakan lebih efisien.
Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi.
Keunggulan sokletasi :
Kelemahan sokletasi :
52 | P a g e
Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian.
Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di labortorium
beserta kegunaan dan keamananya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode sokletasi dan menentukan hasil ekstraksi
53 | P a g e
Erlemeyer
Water baath
Beker glass
NO NAMA BAHAN
1 Etanol 70%
2 Simplisia kayu secang
54 | P a g e
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
Klasifikasi Secang
Kingdom : Plantae
Devisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia Sappan
Manfaat
55 | P a g e
Sebagai pewarna alami
Pereda nyeri
Mengobati asam urat
Mengatasi demam
Mengatasi diare,mual, muntah
87,28 gram
= x 100%
10 gram
= 872,8 %
56 | P a g e
F. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini sampel yang kami gunakan yaitu simplisia secang. Adapun
prosedur yang kami lakukan dalam percobaan ini yaitu mula-mula serbuk daun
secangdiharuskan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kertas saring sedemikian
rupa hingga sampel. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak tercampurnya
sampel dengan pelarut secara langsung. Pelarut yang terkondensasi dan sampel tidak
dibiarkan tercampur secara langsung agar, hal ini dilakukan agar hasil akhir dari proses
ekstrak ini lebih akurat (Lucas 1949).
Kertas saring yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Alat ekstraksi
soxhlet disambungkan dengan labu alas bulat yang telah diisi pelarut, adapun pelarut
yag digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 70% dan ditempatkan pada alat
pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air
untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan (Darmasih 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati pipa F menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan
uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke timble atau klonsong.
Pelarut melarutkan sampel dalam kertas saring, larutan sari ini terkumpul dalam kertas
saring dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju
labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses
ekstraksi dapat dilakukan secara terus menerus meskipun selama kurang lebih 10 x
sirkulasi . dimana Pelarut hanya akan berputar-putar dalam soklet, dengan ketentuan
tidak ada rongga yang terbuka pada alat soklet yang dapat menyebabkan uap pelarut
keluar dari alat dan tidak terkondensasi. Setelah proses ekstraksi selesai, di dingkan
terlehih dahulu kemudian diuapkan dan melakukan penapisan kimia.
G. KESIMPULAN
57 | P a g e
1. Pemeriksaan identifikasi sampel yang telah dilakukan pada simplisia secang
meliputi: pemeriksaan Fenol (+), pemeriksaan flavonoid (-), pemeriksaan
alkaloid meyer ( -) dan Dragendrof ( - ), pemeriksaan saponin (-), pemeriksaan
terpenoid (+).
2. Prinsip kerja dari ekstraksi soxhlet adalah menggunakan pelarut yang selalu
baru
H. LAMPIRAN
59 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
60 | P a g e
DESTILASI
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
61 | P a g e
BAB VII
DESTILASI
A. DASAR TEORI
Proses Distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen dalam
larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik didih
komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah jika
suatu campuran komponen diuapkan maka komposisi pada fase uap akan berbeda
dengan fase cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka akan
didapatkan komposisi yang cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini
diembunkan dan dididihkan kembali secara bertingkat–tingkat maka akan diperoleh
komposisi yang semakin murni pada salah satu komponen. Pada beberapa campuran
komponen, untuk komposisi, suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi kecenderungan
tersebut, artinya jika campuran tersebut dididihkan maka komposisi fase uapnya akan
memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini disebut kondisi
azeotrop, sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan dengan cara
distilasi biasa (Abassato, 2007).
Destilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri dari
dalam bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi akan kontak langsung dengan air
mendidi.Sebelum rimpang jeringau didestilasi, rimpang terlebih dahulu diubah dalam
bentuk chipsuntuk mempermudah dalam proses destilasi. Permintaan akan minyak
jeringau ini sangat luas yaitu dari bidang industri makanan, farmasi, kecantikan maupun
industri parfum (Prisca, 2014).
Destilasi merupakan metode yang paling populer, digunakan secara luas,
dan cost-effective untuk memproduksi minyak esensial di seluruh dunia. Destilasi
tanaman aromatik secara sederhana menggunakan penguapan atau membebaskan
minyak dari membran sel tanaman dengan adanya kelembaban, dengan menerapkan
suhu yang tinggi dan kemudian mendinginkan campuran uap untuk memisahkan
minyak dari air berdasarkan ketidakbercampuran dan densitas minyak esensial dengan
air (Caroline, 2011).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.
Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa
murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih
masing-masing (Walangare, 2013).
62 | P a g e
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah
destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan metode yang
sederhana dan membutuhkan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh kedua metode destilasi
tersebut terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik
diselubungi oleh kelenjar minyak, pembuluh–pembuluh, kantung minyak atau rambut
granular. Sebelum diproses, sebaiknya bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya)
terlebih dahulu. Namun dalam proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan
yang digunakan tidak seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya melalui
proses penghancuran sederhana (Tri, 2012).
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi dengan
metode destilasi dan menentukan hasil ekstraksi
Corong Pisah
63 | P a g e
N NAMA BAHAN
O
1 Minyak kayu putih
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
64 | P a g e
Hasil minyak yang diperoleh dari proses destilasi adalah sebanyak 0,35ml.
Nama Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra(L)
Klasifikasi dari tanaman kayu putih yaitu
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendron L.
Manfaat
Meredakan batuk
Bahan-bahan pembuatan obat-obatan
Sebagai bahan pembuatan insektisida
hingga kosmetik
Meringankan nyeri
Meringankan sesak nafas
Mengobati luka
F. PEMBAHASAN
65 | P a g e
sederhanaini, digunakan untukmemperoleh pelarut murni ataupun memisahkan larutan
suatu pelarut dengan pelarut lain untuk memperoleh pelarut murni.
Jenis penyulingan yang digunakan yaitu hidrodestilasi. Hidrodestilasi adalah
penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur, hingga
membentuk dua fasa atau dua lapisan. Cara penyulingan menggunakan uap
(hidrodestilasi) ini memisahkan minyak atsiri dari tanaman aromatik (minyak kayu
putih) dengan jalan memasukkannya ke dalam labu alas bulat, kemudian ditambahkan
sejumlah air dan dididihkan, atau uap panas dialirkan ke dalam alat penyuling tersebut.
Campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak selanjutnya akan mengalir
menuju kondensor untuk dicairkan kembali dengan sistem pendinginan dari luar.
Kondensat yang keluar dari kondensor ditampung dalam tabung pemisah (decanter)
agar terjadi pemisahan (dekantasi) antara minyak atsiri dan air suling.
Percobaan kali ini adalah untuk mempelajari teknik pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan titik didih dan untuk mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri
menggunakan prinsip hidrodistilasi. Sampel yang digunakan yaitu simplisia tanaman
minyak kayu putih sebanyak 50 gram. Sampel dihaluskan dengan menggunakan blender
terlebih dahulu dengan tujuan agar pori-porinya mudah dijangkau oleh air sehingga
minyak atsiri akan lebih cepat keluar dari pori-pori simplisia dan hasil minyak atsiri
yang banyak. Pelarut yang digunakan adalah air sebanyak 300ml, karena air memiliki
sifat kepolaran yang berbeda dengan minyak atsiri sehingga minyak atsiri sehingga akan
mudah dipisahkan dari destilat. Air dan minyak atsiri tidak saling melarutkan, selain itu
titik didih air lebih kecil dari minyak atsiri sehingga uap air akan mendorong minyak
sereh untuk lepas dari pori-pori simplisia dan menghasilkan destilat.
Proses destilasi dilakukan selama kurang lebih 3 jam atau hingga kandungan air
pada labu alas bulat tersebut habis. Pemanasan awal berfungsi agar air terserap kedalam
pori-pori simplisia yang dapat mengeluarkan minyak atsiri karena adanya tekanan
osmotik. Percobaan yang telah dilakukan menghasil destilat berupa air dan minyak
atsiri, dimana minyak atsiri berada di lapisan atas karena massa jenisnya yang lebih
kecil dari air. Kemudian hasil destilate tersebut dimasukkan kedalam corong pisah
untuk dipisahkan antara kandungan minyak dan airnya dengan cara mengeluarkan
kandungan airnya sehingga diperoleh kandungan minyak atsiri dari simplisia minyak
kayu putih. Hasil volume minyak yang didapatkan dari percobaan adalah ± 0,35 mL.
Tanaman kayu putih (Melalauca leucadendron Linn.) merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia.
Dimana memiliki khasiat utama untuk melancarkan peredaran darah dengan
66 | P a g e
melebarkan pori-pori kulit sehingga badan menjadi hangat dan tidak akan mengganggu
pernafasan kulit karena adanya sifat dari minyak kayu putih yang mudah menguap
(Agoes, 2010). Menurut Angela & Davis (2010), minyak atsiri kayu putih dapat
meningkatkan monosit dalam darah tikus setelah 15 hari diberi asupan oral minyak
atsiri. Komponen utama dari minyak kayu putih merupakan golongan terpenoid.
Komponen terbesarnya merupakan 1,8-sineol yang merupakan senyawa monoterpana.
Senyawa 1,8-sineol berperan sebagai antimikroba, antioksidan, kekebalan tubuh,
analgetik, dan spasmolitik (Angela&David, 2010).
G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan distilasi minyak atsiri pada
simplisia minyak kayu putih yaitu melalui teknik pemisahan senyawa berdasarkan
perbedaan titik didih, sehingga diperoleh hasil destilat minyak atsiri simplisia minyak
kayu putih sebanyak 0,35ml
67 | P a g e
H. LAMPIRAN
No Keterangan Gambar
1. Berlangsungnya
Proses Destilasi
2. Pemisahan
Kandungan Minyak
Dan Air Dalam
Corong Pisah
3. Hasil Kandungan
Minyak Atsiri Pada
Simplisia Minyak
Kayu Putih
DAFTAR PUSTAKA
68 | P a g e
Abbassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. (2007).Efisiensi Kolom Sieve Tray
pada Destilasi yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air). Jurnal
Nasional. 978-979.
Rizqi,dkk. (2012). Isolasi, Identifikasi, Dan Pemurnian Senyawa 1,8 Sineol Minyak
Kayu Putih (Melaleuca leucadendron). Jurnal Ilmiah Universitas Gadjah Mada.
Tri, Fuki Yuliarto, Lia Umi Khasanah,&R. Baskara Katri Anandito. (2012). Pengaruh
Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi Uap-Air)
terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. Jurnal Teknosains
Pangan. Vol.1, No.1.
69 | P a g e
EKSTRAKSI CAIR – CAIR
KELOMPOK 5 :
KELAS : 2B FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
70 | P a g e
BAB VIII
EKSTRAKSI CAIR – CAIR
A. DASAR TEORI
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak
dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads, 2012).
Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan
koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling
bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur,
berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan.
Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen
suatu campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga
ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan
berdasarkan perbedaan kelarutan (Yazid, 2005).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang
tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain
yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion
dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang memungkinkan
kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida
yang lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari
pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya
(Gillis, 2001)
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan
pelarut yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua
sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak.
saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa
yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu
salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini
tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak
71 | P a g e
dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya
penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah
terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat
pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali
menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar
dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fase homogen ikut
menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Gilis, 2001).
Pemisahan komponen dengan ekstraksi cair-cair tergantung pada partisi
kesetimbangan komponen-komponen termodinamika antara dua fase cair. Partisi ini
dugunakan untuk memilih rasio pelarut ekstraksi untuk umpan yang masuk proses
ekstraksi dan untuk mengevaluasi laju perpindahan massa atau efisiensi teoritis pada
peralatan. Sejak dua fase cair yang bercampur digunakan, kesetimbangan
termodinamika melibatkan larutan non-ideal (Chadijah, 2014).
B. TUJUAN
1. Untuk mengenal alat dan bahan baku kimia di laboratorium beserta
kegunaan dan keamanannya
2. Untuk mengoperasikan peralatan
3. Untuk menerapkan prinsip kerja pemisahan zat dengan metode ekstraksi cair
– cair dengan corong pisah dan menentukan hasilnya
72 | P a g e
2 Corong pisah
3 Statif
4 Klem
5 Pipet volume
73 | P a g e
6 Gelas ukur
7 Cawan porselin
N BAHAN
O
1 Ekstrak kental
2 Air
3 Eter
D. PROSEDUR KERJA
74 | P a g e
Menimbang 2 gram ekstrak kental
Dikocok sampai rata, kran dibuka sesekali, didiamkan agar terjadi pemisahan
Fase air dimasukkan dalam corong pisah dan diekstraksi lagi dengan 30 ml eter
sebanyak 3 kali siklus
Fase eter diperoleh dan dikumpulkan jadi satu dalam cawan lalu diuapkan sampai
mendapat ekstraks kental dan di timbang
Identifikasi sampel
E. HASIL PENGAMATAN
Uji fenol hasilnya positif berwarna hijau kehitaman
Nama lain : Herba pegagan, daun kaki kuda
Nama tanaman asal : Centella asiatiaa (L) ueban
Keluarga : Apiaceae
Klasifikasi daun pegagan
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Famili : Umbilliferae (Apraceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica
Khasiat
75 | P a g e
a. Mempercepat mengobati luka
b. Mengobati luka bakar
c. Mencegah penuaan dini
d. Memperlancar sirkulasi darah
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai ekstraksi cair – cair.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsep dasar ekstraksi cair – cair,
mengetahui cara pemilihan larutan ekstraksi dan mengetahui cara melakukan ekstraksi
cair – cair. Adapun prinsip kerja dari ekstraksi cair – cair yaitu pemisahan komponen
kimia diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagiankomponen
larut pada fase pertama dan sebagian pada fase kedua. Lalu kedua fase mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurnadan terbentuk
dua lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah kedalam kedua fase tersebut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Dalam praktikum digunakan sampel ekstrak hasil maserasi daun pegagan dengan
eter. Pada ekstraksi, air berperan sebagai pelarut polar. Proses fraksinasi yang dilakukan
adalah fraksinasi cair – cair tertingkat dimana dilakukan menggunakan air.
Menggunakan ekstrak karena yang akan digunakan pada tahap selanjutnya dari
percobaan ini adalah fraksi – fraksi yang terbentuk dari proses fraksinasi ekstrak hasil
maserasi daun pegagan dengan eter yaitu fraksi air. Tujuan dari fraksinasi cair – cair
bertingkat ini adalah untuk memisahkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada ekstrak hasil maserasi pegagan dengan eter berdasarkan tingkat
kepolarannya juga bertujuan untuk memisahkan komponen yang larut dalam air.
Adapun pada praktikum ini kedua pelarut tidak saling bercampur bukan hanya karna
massa jenisnya yang berbeda, tetapi juga disebabkan oleh kepolarannya kedua pelarut
tersebut yang berbeda. Ditinjau dari struktur molekulnya, air merupakan pelarut yang
polar sedangkan eter merupakan pelarut yang nonpolar.
Pada praktikum digunakan alat corong pisah untuk melakukan fraksinasi. Proses
fraksinasi dilakukan dengan air, pelarut digunakan untuk memisahkan senyawa yang
dapat dalam ekstrak hasil maserasi daun pegagan dengan eter dimana sampel
mengandung pelarut yang memiliki senyawa polar, maka akan ditarik oleh air kemudian
dipisahkan bagian airnya. Percobaan dimulai dengan memasukkan ekstrak hasil
76 | P a g e
maserasi daun pegagan dengan air dan eter ke dalam corong pisah kemudian dikocok,
tunggu dan diamkan hingga terbentuk pemisahan dua lapisan dan pisahkan bagian
airnya hasil pemisahanmenghasilkan fraksi 1 dan dilakukan sebanyak 3× fraksi. Setelah
itu dilakukan penguapan pada hasil ekstraksi dan melakukan identifikasi sampel.
Dalam praktikum ini kita menggunakan ekstrak hasil maserasi tetapi ekstraknya
belum sempurna sehingga masih cair, hal ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan untuk
menguapkan sangat sedikit sehingga hasilnya masih cair. Dari hasil maserasi yang
belum sempurna ketika dilakukan ekstraksi cair – cair tidak bisa karna terlalu cair,
sehingga hasil dari ekstraksi cair – cair yang seharusnya untuk melakukan identifikasi
sampel seperti uji flavonoid, uji fenol, uji alkaloid, uji saponin dan uji terpenoid tidak
bisa dilakukan. Namun kita tetap mencoba pada identifikasi sampel yang dilakukan
pada uji fenol yaitu memiliki hasil positif berwarna hijau kehitaman.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ekstraksi cair – cair merupakan satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan
pelarut, ekstraksi cair – cair tidak dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan
cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis.
H. LAMPIRAN
Ekstrak maserasi + 20 ml
Ekstrak maserasi air
77 | P a g e
Ekstrak
maserasi +
Air + Eter
sebelum
Eter 30 ml dikocok
Ekstrak
maserasi +
Air + Eter
setelah Penguapan fraksi eter
dikocok
78 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
79 | P a g e