Anda di halaman 1dari 27

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM YANG


MENGANDUNG EKSTRAK BIJI ANGGUR MERAH

Nama : Ikko Rika Ismaelani

Kelas : 3B Farmasi

Nim : 52019050038

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Alamat : Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218 / 442 993

TAHUN 2022

Page 1 of 27
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan “Makalah
Kosmetologi dan Herbal Estetik tentang Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Serta
Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Yang Mengandung Ekstrak Biji Anggur Merah”.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan


karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, kami tetap berharap agar tugas
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah
ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Kudus, 12 Maret 2022

Penulis

Page 2 of 27
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
C. Tujuan ........................................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8

A. Kosmetika ..................................................................................................... 8
B. Kulit ............................................................................................................... 9
C. Anggur merah ................................................................................................ 11
D. Krim .............................................................................................................. 13

BAB III. BAHAN DAN CARA KERJA .................................................................. 14

A. Alat ................................................................................................................ 14
B. Bahan ............................................................................................................. 14
C. Formula Krim ................................................................................................ 14
D. Cara Kerja ..................................................................................................... 15
E. Evaluasi ......................................................................................................... 15

BABIV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 18

A. Hasil .............................................................................................................. 18
B. Pembahasan ................................................................................................... 21

BAB V. KESIMPULAN ........................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25

Page 3 of 27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi
atau memelihara tubuh (BPOM RI, 2011).
Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif
ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, dan bahan pewangi. Pada
pencampuran tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari
berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia
teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).
Sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk kosmetika semakin praktis dan
mudah digunakan. Masyarakat menganggap bahwa kosmetika tidak akan menimbulkan
hal-hal yang membahayakan karena hanya ditempelkan dibagian luar kulit saja.
Pendapat ini tentu saja salah karena ternyata kulit mampu menyerap bahan yang
melekat pada kulit. Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai
celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat di atasnya.
Dampak dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetika yang dapat berlanjut menjadi
efek toksik kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik telah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Perkembangan
ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar- besaran pada abad ke-20.
Bahkan sekarang, teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara
kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik
(cosmeceuticals). Oleh karena itu, tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik
sangat diperlukan oleh manusia (Tranggono dan Fatma, 2007). Salah satu kosmetik
medik yang semakin dikembangkan yaitu kosmetik untuk mengatasi penuaan kulit
dengan suatu senyawa yang dikenal dengan antioksidan.

Page 4 of 27
Antioksidan merupakan segala bentuk substansi yang pada kadar rendah secara
bermakna dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi, yaitu suatu proses
dimana terjadi pengurangan atau pemindahan jumlah elektron dalam reaksi kimia.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian
merupakan sumber antioksidan alami yang baik yang dapat meredam reaksi berantai
radikal bebas dalam tubuh. Selain itu, berdasarkan pertemuan sekitar 200 pakar dari
berbagai penjuru dunia yang terdiri dari ahli farmasi, biokimia, kimia, gizi, dan pangan,
diketahui pula bahwa fito- kimia, yaitu buah-buahan dan sayuran, merupakan salah satu
komponen bioaktif pangan yang mempunyai efek kesehatan yang amat menakjubkan
(Arnelia, 2004). Salah satu sumber antioksidan alami yang berfungsi membantu
melindungi kulit dari radikal bebas adalah buah anggur (Salman, 2008).
Selama ini masyarakat mengenal buah anggur sebagai buah yang cukup diminati.
Namun demikian, tidak banyak yang mengetahui bahwa mengkonsumsi buah anggur
sekaligus bijinya akan memberikan khasiat antioksidan yang jauh lebih baik
dibandingkan jika hanya mengkonsumsi buahnya saja (Salman, 2008). Berdasarkan
penelitian dapat diketahui bahwa biji buah anggur mengandung suatu senyawa
bioflavonoid yang memberikan khasiat sebagai antioksidan, yaitu proantosianidin
(Olygomer Procyanidolic Complex atau OPC) (Jayaprakasha, 2002). Senyawa
proantosianidin yang terkandung dalam biji anggur memiliki kekuatan antioksidan 20
kali vitamin C dan 50 kali vitamin E. Kekuatan ini bersumber dari banyaknya jumlah
ikatan rangkap pada atom karbon dalam rantai molekul OPC sehingga mampu
melumpuhkan jauh lebih banyak radikal bebas. Oleh karena itu, buah anggur,
khususnya bagian bijinya, dapat dikatakan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
meredam penuaan. Penggunaan biji anggur dalam dunia kosmetik kini semakin
digalakkan, termasuk di Indonesia dengan memanfaatkan limbah anggur, seperti limbah
dari pembuatan Wine, kismis, dan selai (Salman, 2008).
Penggunaan sediaan topikal penting untuk diperhatikan, salah satunya yaitu akan
adanya kemungkinan produk yang diaplikasikan menimbulkan iritasi terhadap kulit
dapat disebabkan oleh beragam faktor antara lain lama pemaparan, luas area pemaparan,
tingkat ketoksikan dan penetrasi dari senyawa yang diaplikasikan (More et al., 2013).
Munculnya iritasi dapat terjadi setelah sediaan diaplikasikan selang beberapa waktu
tertentu, ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit terlihat kering dan pecah-pecah,

Page 5 of 27
timbulnya nyeri dan sampai perdarahan. Iritasi yang terjadi pada kulit ditandai dengan
adanya eritema dan edema dimana eritema atau kemerahan terjadi karena dilatasi
pembuluh darah pada daerah yang teriritasi, sedangkan pada udema terjadi perbesaran
plasma yang membeku pada daerah yang terluka (Irsan et al., 2013). Parameter lain
yang perlu dilakukan yaitu evaluasi sifat fisik dimana sifat fisik yang baik akan
mempengaruhi penyebaran efek farmakologi dan zat aktif dapat berdifusi dengan baik
ke area kulit (Latifah et al., 2016). Kulit mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi
jalan masuk zat-zat iritatif kedalam kulit yang melekat diatasnya sehingga dapat
memicu timbulnya eritema dan edema pada kulit yang sensitif (Tranggono dan Latifah,
2007).
Bentuk sediaan yang digemari untuk aplikasi kosmetik yaitu krim. Krim
merupakan bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim memiliki kelebihan
dibandingkan dengan sediaan lain, yaitu mudah dioleskan, mudah menyebar, daya
penetrasi tinggi, memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan dapat atau
tidak dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1998).
Berdasarkan urain diatas, maka dalam penelitian ini dibuat krim yang
mengandung ekstrak biji anggur merah. Dalam penelitian ini akan dibuat beberapa
formulasi sediaan krim dengan variasi konsentrasi ekstrak biji anggur merah dan
dilakukan uji stabilitas fisik serta aktivitas antioksidan sediaan krim ekstrak biji buah
anggur menggunakan metode DPPH.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak biji anggur merah memiliki antioksidan yang diuji dengan
metode DPPH ?
2. Bagaimana kestabilan secara fisik dan aktivitas ekstrak biji anggur sebagai
antioksidan alami dalam formula krim ?
3. Bagaimana variasi sampel krim yang mengandung ekstrak biji anggur merah
dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% (b/b) dalam komposisi basis
yang sama ?

Page 6 of 27
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ekstrak biji anggur merah memiliki antioksidan yang diuji
dengan metode DPPH
2. Untuk mengetahui kestabilan secara fisik dan aktivitas ekstrak biji anggur
sebagai antioksidan alami dalam formula krim
3. Untuk mengetahui variasi sampel krim yang mengandung ekstrak biji anggur
merah dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% (b/b) dalam komposisi
basis yang sama.

Page 7 of 27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetika
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998, yaitu suatu sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, & organ kelamin
bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.
Bahan yang biasa digunakan pada kosmetika dapat berupa bahan alam maupun
sintetik. Perkembangan produk kosmetika yang mengandung bahan obat telah
menggeser pengertian kosmetika. Dahulu penggunaan kosmetika bertujuan untuk
melindungi tubuh dari alam, seperti panas, sinar matahari, dingin, kekeringan, iritasi,
dan gigitan nyamuk. Saat ini kosmetika semakin berkembang, dimana penggunaannya
digunakan untuk meningkatkan daya tarik (make up), meningkatkan kepercayaan diri
dan ketenangan, melindungi kulit dan rambut dari sinar UV yang merusak, polutan,
faktor lingkungan lain, serta menghindari penuaan dini.
Klasifikasi kosmetika berdasarkan tujuan pemberiannya pada kulit digolongkan
menjadi 3 jenis kosmetik yaitu, skin care cometics, make up cosmetics, dan body
cosmetics. Skin care cosmetics, terdiri dari kosmetik pembersih (krim dan busa
pembersih), kosmetik kondisioner (losion dan krim massage), dan kosmetik pelindung
(krim dan losion pelembab). Make up cosmetics terdiri dari kosmetik dasar (foundation
dan bedak), make up (lipstik, eyeshadow, dan eyeliner), dan perawatan kuku (cat kuku,
pembersih, dan lain-lain). Body cosmetics terdiri dari beberapa jenis, antara lain sabun
mandi padat/cair, sunscreen, sun oil, deodoran, insect repellent, dan lain-lain.

Page 8 of 27
B. Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah
mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya ultraviolet matahari,
sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar
(Tranggono dan Fatma, 2007).
Kulit terbagi ke dalam tiga lapisan utama, yaitu :
1. Lapisan Epidermis (kulit ari)
Lapisan epidermis terdiri dari epitel berlapis gepeng yang merupakan
lapisan terluar dari kulit. Ketebalan epidermis pada tubuh berbeda-beda
tergantung lokasinya yang tebalnya berkisar antara 0,05 mm-1 mm. Sebagai
contoh, telapak kaki dan telapak tangan memiliki ketebalan l mm, dan pada
kelopak mata, pipi, dahi dan perut memiliki ketebalan lapisan epidermis 0,1
mm (Tranggono dan Fatma, 2007). Lapisan epidermis terutama terdiri dari
keratinosit yang merupakan fungsi dasar untuk menghasilkan filamen protein,
keratin yang berfungsi sebagai barrier pelindung yang dikombinasikan
dengan beberapa komponen lemak.
Para ahli histologi membagi lapisan epidermis dari bagian terluar hingga
ke dalam menjadi lima lapisan, yakni :
a. Lapisan tanduk (Stratum korneum)
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna,
dan sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas
keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk melindungi tubuh bagian luar. Secara alami, sel-sel yang sudah
mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi.

Page 9 of 27
Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung
lembab tipis yang bersifat asam, disebut sebagai mantel asam kulit.
b. Lapisan jernih (Stratum lusidum)
Lapisan ini terletak tepat di bawah stratum korneum yang
merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat
tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat suatu
lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak dapat
ditembus (impermeable) yang terletak di antara stratum lusidum dan
stratum korneum.
c. Lapisan berbutir-butir (Stratum granulosum)
Lapisan ini tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk
poligonal, berbutir kasar, dan berinti mengkerut. Di dalam butir
keratohialin tersebut terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang
menjadi katalisator proses pertandukan kulit.
d. Lapisan malphigi (Stratum spinosum)
Lapisan ini memiliki sel yang berbentuk kubus dengan inti yang
besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri
atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel
dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan basal (Stratum germinativum)
Lapisan ini merupakan lapisan terbawah pada epidermis. Di
dalam lapisan ini terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak
mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen
melanin dan memberikannya kepada sel- sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit dapat melayani sekitar 36 sel
keratinosit, diberi nama unit melanin epidermal.

2. Lapisan Dermis (korium, kutis, kulit jangat)


Berbeda dengan lapisan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam
berbagai bentuk dan keadaan, lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar
serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang
bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen

Page 10 of 27
dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak
(Tranggono dan Fatma, 2007). Ketebalan lapisan dermis bervariasi
tergantung pada daerah tubuh, dan permukaannya tidak teratur serta memiliki
banyak tonjolan (papilla dermis) yang saling mengunci dengan juluran-juluran
epidermis (Chien, 1992).
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,
papilla rambut, kelenjar keringat, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, otot
penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut
lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Fatma,
2007). Lapisan dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilar di sebelah luar dan stratum retikular yang lebih dalam.
Stratum papilar merupakan lapisan tipis yang terdiri atas jaringan longgar,
fibroblast, dan sel jaringan ikat lainnya, sedangkan stratum retikular
merupakan lapisan yang lebih tebal yang terdiri atas jaringan ikat padat tidak
teratur (Chien, 1992).

3. Lapisan Subkutan atau Hipodermis (Junquera, 1997)


Lapisan ini terletak di bawah lapisan dermis yang mengandung jaringan
adiposa dalam jumlah besar. Hipodermis akan membentuk agregat dengan
jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan lentur antara struktur kulit pada
bagian dalam dengan struktur kulit pada permukaan. Lapisan ini berfungsi
sebagai pelindung terhadap panas dan mekanik.

C. Anggur Merah
1. Buah Anggur Merah (Anonim, 2000)
Anggur merah merupakan tanaman buah berupa perdu yang merambat
yang termasuk dalam tanaman marga Vitis dengan varietas Vitis vinifera L
(Cao, 2003). Saat ini, anggur merah telah banyak dikembangkan di
Indonesia dimana sentranya terdapat di Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan,
dan Situbondo), Bali, dan Nusa Tenggara Timur (Kupang). Anggur dapat
dimanfaatkan sebagai buah segar seperti pencuci mulut setelah makan
maupun untuk diolah sebagai produk jadi lainnya seperti minuman

Page 11 of 27
fermentasi hasil perasan anggur yang mengandung alkohol yang biasa
disebut Wine. Selain itu, anggur yang dikeringkan juga dapat dikonsumsi
sebagai kismis dan untuk keperluan industri seperti selai dan jeli.
2. Biji Anggur Merah (Anonim, 2000))
Pada tahun 1970, Dr Jacques Masquelier dari Bordeaux University,
Prancis, menemukan suatu senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan
kuat yang disebut dengan nama proantosianidin (Oligomeric
Proanthocyanidin Complex atau OPC) dari biji-biji anggur. Istilah
proantosianidin merupakan gabungan dari kata "pro" dan "antosianin".
Antosianin adalah pigmen warna merah yang muncul pada tanaman ketika
buah matang atau daun- daun menua kemudian gugur. Pro sama artinya
dengan pra, yaitu sebelum atau bahan baku. Jadi, secara harfiah
proantosianidin berarti bahan baku pembentukan pigmen merah antosianin.
OPC merupakan kompleks bioflavonoid yang menunjukkan kemampuan
menangkal radikal bebas dalam tubuh. OPC dapat mendonorkan elektronnya
untuk radikal bebas yang tidak stabil sehingga menjadi netral. Biji anggur
merah juga memiliki kandungan mineral makro, yaitu seng dan mangan,
disamping kandungan utamanya senyawa polifenol OPC.
3. Ekstrak Biji Anggur (Hawkins, 2007)
Sebelum ekstrak biji anggur ditemukan, sumber antioksidan yang paling
baik berasal dari Vitamin C, Vitamin E, dan Beta- Carotene. Namun, sumber
ini ternyata kurang kuat untuk menangkal radikal bebas dan juga dieksresi
tubuh dengan waktu yang singkat melalui saluran pencernaan. Sebaliknya,
berdasarkan penelitian, ekstrak biji anggur telah menunjukkan
kemampuannya berada cukup lama dalam tubuh selama 3 hari penuh, dan
mempunyai aktivitas 20 kali lebih berpotensi dari Vitamin C dan 50 kali
lebih kuat dari Vitamin E.
Ekstrak biji anggur yang digunakan secara luas di Eropa merupakan
ekstrak buah yang kaya akan flavonoid, senyawa fitokimia yang memiliki
kemampuan antioksidan yang sama tapi lebih besar dari Vitamin C dan
Vitamin E yang dipercaya mampu mencegah reaksi dari radikal bebas yang
tidak stabil.

Page 12 of 27
D. Krim
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, definisi krim adalah bentuk sediaan
setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim, 1995). Krim merupakan suatu sistem emulsi
yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase yang
tidak bercampur antara satu dengan lainnya, dimana salah satu fase bersifat polar (air)
dan fase lainnya bersifat non polar (minyak). Bila fase minyak didispersikan sebagai
globul-globul ke seluruh fase kontinu air maka disebut sebagai emulsi minyak dalam air
(m/a atau o/w). Sebaliknya, jika fase minyak yang digunakan sebagai fase kontinu maka
disebut emulsi air dalam minyak (a/m atau w/o) (Ansel, 1989).
Secara garis besar, krim terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, bahan dasar,
dan bahan pembantu. Emulgator atau surfaktan dalam sediaan krim berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang tidak saling bercampur
dengan cara mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul dari kedua fase tersebut
sehingga fungsi emulgator berkenaan dengan peningkatan stabilitas emulsi (Rieger,
1982).

Page 13 of 27
BAB III
BAHAN DAN CARA KERJA

A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik digital, thermometer, cawan, pipet
ukur, bola penghisap, pipet tetes, mikropipet, beaker glass, gelas ukur, botol gelap, vial
10 mL, penjepit kayu, mortar dan stemper, alumunium foil, Erlenmeyer, batang
pengaduk, magnetic stirrer, pH meter, vortex, viscometer Brookfield, homogenizer,
spektrofotometer uv-vis.

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah biji anggur merah, asam stearat, setil
alkohol, isopropyl miristat, paraffin cair, propil paraben, metil paraben, trietanolamin,
gliserin, propilenglikol, etanol pro analyze, dan DPPH.

C. Formula Krim
Krim dibuat dalam 5 (lima) formula, yaitu satu formula yang merupakan blangko
positif yang berisi vitamin C sebagai pembanding dan empat formula sampel yang
dibedakan pada konsentrasi dari ekstrak biji anggur merah. Masing-masing sampel krim
mengandung serbuk ekstrak biji anggur merah dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan
2% (b/b) dalam komposisi basis yang sama.
FORMULA
NO BAHAN
Kontrol F1 F2 F3 F4
1 Ekstrak biji anggur - 0,5 1 1,5 2
merah
2 Vitamin C 0,5 - - - -
3 Asam stearate 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9
4 Setil alkohol 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4

Page 14 of 27
5 Isopropyl miristat 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9
6 Paraffin cair 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
7 Propil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
8 Metil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
9 Trietanolamin 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49
10 Gliserin 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9
11 Propilen glikol - 0,49 0,49 0,49 0,49
12 Gliseril monostearat 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
13 Aquadest Add 100 Add 100 Add 100 Add 100 Add 100

D. Cara Kerja
1. Pembuatan Krim
Bahan yang merupakan fase minyak yaitu asam stearat, setil alkohol,
isopropyl miristat, propil paraben, dan paraffin cair dimasukkan dalam
cawan penguap lalu dipanaskan pada penangan air suhu 70ºC. Bahan yang
merupakan fase air yaitu metil paraben dilarutkan dalam air pada suhu 70ºC
lalu dimasukkan ke dalam trietanolamin, gliserin, dan sisa air dalam cawan
penguap, dipanaskan fase air pada penangas air suhu 70ºC. Fase minyak dan
fase air dicampurkan bersamaan dalam beaker glass berukuran besar lalu
diaduk dengan menggunakan homogenizer yang diatur kecepatannya pada
3000 rpm selama kurang lebih 10 menit lalu didinginkan. Kemudian ekstrak
biji anggur merah yang telah dilarutkan terlebih dahulu dalam campuran air
dan propilenglikol dimasukkan dalam basis yang telah terbentuk kemudian
diaduk sampai homogen dan didiamkan hingga terbentuk massa krim.

2. Evaluasi
a. Pengamatan Organoleptis
Evaluasi ini bertujuan mengamati perubahan warna, bau (ketengikan),
dan terjadinya pemisahan fase.
b. Pengamatan homogenitas
Evaluasi ini bertujuan mengamati ukuran partikel-partikel pada kaca

Page 15 of 27
objek untuk mengetahui terbentuknya partikel-partikel kasar.
c. Pemeriksaan pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter yang
telah dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH 4 dan 7.
d. Pengamatan diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan dengan menggunakan
mikroskop optik dimana krim diletakkan di atas kaca objek dan ditutup
dengan gelas penutup lalu diamati dengan menggunakan alat mikroskop
optik pada perbesaran tertentu. Kemudian, gambar yang teramati difoto
dengan menggunakan kamera digital, dan diukur diameter partikel dan
distribusi partikelnya.
e. Penentuan sifat aliran
Sifat alir suatu sediaan dapat ditentukan dengan mengukur viskositas
menggunakan viskometer Brookfield dimana nomor spindel yang sesuai
dipasang pada alat kemudian dicelupkan ke dalam krim yang telah
diletakkan dalam beaker glass. Kecepatan alat dipasang pada kecepatan
yang beragam, yaitu 0,5 rpm, 1 rpm, 2 rpm, 2,5 rpm, 5 rpm, 10 rpm, 20
rpm; dan kemudian dibalik menjadi 10 rpm, 5 rpm, 2,5 rpm, 2 rpm, 1
rpm, dan 0,5 rpm. Baca skala dibaca dengan mengamati jarum merah
saat posisi telah stabil pada setiap kecepatan. Sifat aliran dapat diperoleh
dengan membuat kurva shearing stress vs rate of shear.
f. Penentuan Konsistensi
Pengukuran konsistensi dapat menggunakan alat penetrometer dimana
massa sampel diletakkan dalam suatu wadah lalu konsistensi ditentukan
dengan membaca skala pada jarum. Semakin besar skala yang terbaca,
maka suatu sediaan akan semakin keras atau kental.

3. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Peredaman DPPH (1,1-


Diphenyl-2-picrylhydrazyl)
DPPH (C18H12N5O6) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengetahui penangkapan radikal bebas yang ditunjukkan melalui
aktivitas antioksidan.

Page 16 of 27
a. Penyiapan Sampel
Sampel krim sebanyak 30 mg dilarutkan dengan etanol pro analisis
dalam corong pisah lalu kocok selama 5 menit. Masukkan dalam labu
ukur 100,0 ml dan cukupkan volume dengan etanol.
b. Uji pendahuluan dengan larutan DPPH (uji kualitatif)
Larutan sampel ditotolkan pada kertas Whattman kemudian
disemprotkan dengan larutan DPPH dalam etanol maka akan
memberikan warna kuning yang intensif dengan latar belakang ungu.
c. Uji peredaman radikal bebas terhadap DPPH (uji kuantitatif)
Larutan sampel sebanyak 1 ml ditambahkan 3 ml DPPH kemudian
campuran larutan diinkubasi dalam penangas air pada suhu 37°C
selama 30 menit. Ukur serapannya dengan alat Spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 515 nm. Nilai aktivitas antioksidan
diperoleh dengan menghitung nilai peredaman senyawa DPPH
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Serapan kontrol−Serapan sampel
% Aktivitas Antioksidan = ( ) ×
Serapan kontrol
100%

Page 17 of 27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Evaluasi Krim
Hasil dari evaluasi krim pada awal penyimpanan (minggu ke-0) diperoleh
sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah
padat, dan cukup nyaman untuk digunakan ketika dioleskan pada kulit. Hasil
evaluasi awal krim dan hasil evaluasi akhir krim dapat dilihat pada table,
sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi selama penyimpanan.
Waktu Penyimpanan (minggu)
Krim
2 4 6 8
Biji Anggur Coklat Coklat merah +, Coklat merah Coklat merah
0,5% merah+, tidak tidak terjadi +, tidak terjadi ++,tidak
terjadi perubahan bau, perubahan bau, terjadi
perubahan homogen homogen perubahan bau,
bau, homogen homogeny
Biji Anggur Coklat merah, Coklat merah, Coklat merah Coklat merah
1% tidak terjadi tidak terjadi +, tidak terjadi ++,tidak
perubahan bau, perubahan bau, perubahan bau, terjadi
homogen homogeny homogen perubahan bau,
homogeny
Biji Anggur Coklat merah Coklat merah + Coklat merah Coklat merah
1,5% ++, tidak +, tidak terjadi ++,tidak ++,tidak
terjadi perubahan bau, terjadi terjadi
perubahan homogen perubahan bau, perubahan bau,
bau, homogen homogen homogeny

Page 18 of 27
Biji Anggur Coklat merah + Coklat merah + Coklat merah Coklat merah
2% +,tidak terjadi +, tidak terjadi ++,tidak +++, tidak
perubahan bau, perubahan bau, terjadi terjadi
homogen homogen perubahan bau, perubahan bau,
homogen homogeny

Pada masing-masing krim yang dibedakan atas konsentrasi ekstrak biji anggurnya,
yaitu 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Krim ekstrak biji anggur 0,5%
Hasil evaluasi awal krim ekstrak biji anggur 0,5% menunjukkan warna
krim coklat merah, tidak berbau, homogen, pH 6,34, sifat alir plastis
tiksotropik, ukuran diameter globul rata- ratanya 2,201 µm, dan angka
kedalaman penetrasi kerucutnya 346,5x10-1 mm.
b. Krim ekstrak biji anggur 1%
Hasil evaluasi awal krim ekstrak biji anggur 1% menunjukkan warna
krim coklat merah, tidak berbau, homogen, pH 6,34, sifat alir plastis
tiksotropik, ukuran diameter globul rata- ratanya 2,245 µm, dan angka
kedalaman penetrasi kerucutnya 345x10-1 mm.
c. Krim ekstrak biji anggur 1,5%
Hasil evaluasi awal krim ekstrak biji anggur 1,5% menunjukkan warna
krim coklat merah, tidak berbau, homogen, pH 6,11, sifat alir plastis
tiksotropik, ukuran diameter globul rata- ratanya 2,467 µm, dan angka
kedalaman penetrasi kerucutnya 359x10-1 mm.
d. Krim ekstrak biji anggur 2%
Hasil evaluasi awal krim ekstrak biji anggur 2% menunjukkan warna
krim coklat merah, tidak berbau, homogen, pH 6,03, sifat alir plastis
tiksotropik, ukuran diameter globul rata- ratanya 2,458 µm, dan angka
kedalaman penetrasi kerucutnya 378x10-1 mm.

2. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1- Diphenyl-2-


picrylhydrazyl)
a. Penentuan panjang gelombang analisis

Page 19 of 27
Panjang gelombang yang digunakan untuk pengukuran aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH adalah pada panjang gelombang 515
nm. Aktivitas antioksidan krim yang mengandung ekstrak biji anggur
adalah dengan metode DPPH dimana larutan DPPH yang dibuat pada
konsentrasi tertentu diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 515 nm. Pengukuran aktivitas antioksidan
dilakukan pada minggu awal dan setelah penyimpanan pada suhu kamar
pada minggu terakhir penyimpanan, dan nilai aktivitas antioksidan
dengan DPPH.
Pada uji aktivitas antioksidan krim ekstrak biji anggur digunakan
krim blangko positif yang mengandung vitamin C 0,5% dengan
komposisi basis yang sama dengan krim yang mengandung ekstrak biji
anggur.
b. Pengukuran awal aktivitas antioksidan krim
Berdasarkan hasil pengukuran awal aktivitas antioksidan diperoleh
nilai % aktivitas antioksidan dengan peredaman DPPH, yaitu:
1. Krim biji anggur 0,5 % : 66,19 %
2. Krim biji anggur 1 % : 68,22 %
3. Krim biji anggur 1,5 % : 69,21 %
4. Krim biji anggur 2 % : 70,23 %
5. Krim vitamin C 0,5 % : 51,92 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh memberikan kesimpulan bahwa
nilai peredaman keempat krim biji anggur memenuhi nilai minimum
peredaman DPPH, serta krim vitamin C 0,5% memiliki nilai aktivitas
antioksidan 51,92%.
c. Pengukuran akhir aktivitas antioksidan krim
Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas antioksidan setelah
penyimpanan suhu kamar diperoleh nilai % aktivitas antioksidan dengan
peredaman DPPH, yaitu:
1. Krim biji anggur 0,5 % : 44,37 %
2. Krim biji anggur 1 % : 50,46 %
3. Krim biji anggur 1,5 % : 57,22 %

Page 20 of 27
4. Krim biji anggur 2 % : 69,63 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh memberikan kesimpulan bahwa
nilai peredaman krim biji anggur 0,5 %, 1 %, dan 1,5 % mengalami
penurunan aktivitas antioksidan yang cukup besar, sedangkan krim biji
anggur 2% mengalami penurunan yang tidak terlalu besar.

B. Pembahasan
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap pertama merupakan tahap
pembuatan formula krim yang diawali dengan penentuan basis krim dan bahan-bahan
tambahan yang digunakan. Komposisi basis krim diperoleh dengan trial dan error.
Evaluasi fisik terhadap krim sebagai tahap kedua dilakukan setelah krim terbentuk
dengan menggunakan parameter-parameter yang meliputi pengamatan organoleptis,
pengamatan homogenitas, pengukuran pH, pengukuran sifat alir, pengukuran
konsistensi, dan pengukuran diameter globul. Selain uji-uji di atas, dilakukan pula uji
aktivitas antioksidan pada awal dan setelah penyimpanan dalam suhu kamar pada
keempat krim biji anggur dengan menggunakan metode peredaman DPPH.
Evaluasi krim dilakukan dengan cara membandingkan keadaan krim sebelum
dilakukan uji kestabilan (minggu ke-0 tepat setelah pembuatan krim) dan setelah
dilakukan uji kestabilan selama 8 minggu yang diukur setiap 2 minggu dengan
menggunakan parameter- parameter kestabilan fisik sehingga dapat diketahui kestabilan
fisik dari krim biji anggur yang berbeda konsentrasinya. Masing-masing krim dibedakan
konsentrasinya, yaitu 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% tetapi menggunakan basis krim yang
sama.
Penggunaan konsentrasi ekstrak biji anggur yang berbeda dalam krim adalah
untuk membandingkan tingkat kestabilan krim dan juga tingkat aktivitas antioksidan
ekstrak biji anggur dalam sediaan krim. Pemilihan keempat konsentrasi tersebut
bertujuan agar diperoleh konsentrasi minimum dari krim biji anggur yang memenuhi
syarat sebagai krim antioksidan dengan metode peredaman DPPH. Krim dibuat dengan
konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% yang menghasilkan perbedaan warna pada krim
yang terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi biji anggur maka warna coklat merah
semakin intensif.

Page 21 of 27
Pada pengukuran pH krim dengan menggunakan alat pH-meter diperoleh nilai pH
keempat formula secara berurutan yang semakin kecil , yaitu krim dengan konsentrasi
ekstrak biji anggur 0,5% diperoleh pH sebesar 6,34, krim dengan konsentrasi 1%
diperoleh pH sebesar 6,34, krim dengan konsentrasi 1,5% diperoleh pH sebesar 6,11,
dan krim dengan konsentrasi ekstrak biji anggur 3% diperoleh pH sebesar 6,03.
Sifat alir krim atau viskositas dari keempat krim umumnya mengalami kenaikan
seiring dengan semakin besarnya kandungan biji anggur dalam krim. Peningkatan
viskositas juga dapat disebabkan oleh waktu dan kecepatan pengadukan pada saat
pembuatan krim (Jufri, 2006). Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan
alat viskometer Brookfield dengan spindel 5. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada
reogram dapat disimpulkan bahwa keempat krim yang mengandung ekstrak biji anggur
dengan konsentrasi yang berbeda memilki sifat alir plastis tiksotropik. Penentuan
keempat krim memiliki sifat alir plastis tiksotropik dikarenakan pada kurva terlihat
adanya penurunan kurva krim disebelah kiri dari kurva yang menaik. Hal ini
menunjukkan bahwa krim memiliki konsistensi lebih rendah pada setiap rate of shear
sehingga menandakan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan
segera jika stress tersebut dihilangkan atau dikurangi. Indikasi seperti ini
menggambarkan sifat aliran tiksotropik, yaitu suatu sifat yang diharapkan dalam suatu
sediaan farmasetika dimana sediaan tersebut mempunyai konsistensi yang tinggi dalam
wadah namun dapat dituang dan tersebar dengan mudah (Martin, 1983). Sifat aliran
seperti ini merupakan sifat aliran yang diharapkan pada suatu sediaan krim karena
sediaan krim yang baik memiliki penetrasi yang baik pula ke dalam kulit. Pada kurva
aliran tiksotropik terdapat harga yield value dimana emulsi tidak akan mengalir sampai
adanya shearing stress sebesar yield value. Sedangkan adanya yield value dikarenakan
adanya kontak antara partikel yang berdekatan yang harus dipecah terlebih dahulu agar
emulsi mengalir.
Pada pengukuran diameter globul diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
ukuran diameter globul rata-rata berubah secara tidak beraturan. Kisaran rata-rata
ukuran diameter globul dari keempat krim dalam penyimpanan suhu yang berbeda
adalah 2,201-5,231 μm sehingga ukuran diameter globul telah memenuhi persyaratan
ukuran diameter yang sesuai dengan literature, yaitu terletak dalam kisaran 0,5-10 μm
(Martin, 1983). Bentuk dan ukuran globul dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi

Page 22 of 27
selama proses pembuatan krim, seperti pengadukan atau pencampuran, suhu, dan
jumlah emulgator yang digunakan.
Pengukuran aktivitas antioksidan dengan peredaman DPPH merupakan metode
yang sering digunakan karena mudah dilakukan, cepat dan murah. DPPH (1,1-Difenyl-
2-picrylhydrazyl) merupakan radikal bebas atau zat pengoksidan yang mempunyai satu
kelebihan elektron pada strukturnya. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
aktivitas antioksidan pada ekstrak tanaman dan makanan.

Prinsip kerja metode DPPH adalah berdasarkan adanya senyawa antioksidan (AH)
yang akan mendonorkan hidrogen (H) pada DPPH dimana reaksi ini terlihat dengan
pengurangan absorpsi DPPH yang ditandai adanya perubahan warna radikal bebas
DPPH yang berwarna ungu menjadi berwarna kuning pucat yang kemudian serapannya
diukur dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
analisis.
Penetapan aktivitas antioksidan secara kualitatif dilakukan dengan cara
penyemprotan filtrat etanol hasil ekstraksi krim biji anggur yang telah ditotolkan pada
kertas Whattman dengan larutan DPPH. Hasil yang diperoleh pada kertas yang
disemprotkan larutan DPPH yang berwarna ungu akan berubah menjadi warna kuning
jingga yang menandakan bahwa terdapat aktivitas antioksidan dari filtrat hasil ekstraksi
dari krim biji anggur sehingga krim biji anggur dinyatakan positif mengandung
antioksidan secara kualitatif.
Penentuan aktivitas antioksidan secara kuantitatif dengan menggunakan metode
peredaman DPPH dinyatakan dengan nilai aktivitas antioksidan peredaman DPPH.
Semakin besar nilai aktivitas antioksidan maka menunjukkan bahwa nilai
peredamannya akan semakin besar pula.

Page 23 of 27
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Formula krim ekstrak biji anggur merah menunjukkan ketidakstabilan secara fisik
pada peningkatan konsentrasi serbuk ekstrak biji anggur. Hal ini dapat terlihat pada
perubahan pH dan warna pada penyimpanan selama 8 minggu. Sebaliknya, peningkatan
konsentrasi ekstrak biji anggur dapat mempertinggi kemampuannya sebagai antioksidan
yang dapat meredam radikal bebas.

Page 24 of 27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia; 6.
Anonim. 2000. Anggur (Vitis), editor oleh Kemal Prihatman. Jakarta: Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Anonim. 2006. Natural Product Isolation 2nd edition. New Jersey: Humana Press; 12.
Anonim. 2006. Stability Testing of Active Substance and Pharmaceutical Products.
WHO EMRO Consultation pada Regional Guidelines on Stability Studies of
Medicines and Biologicals di Jeddah 25-28 February 2006.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV, terj. dari Introduction to
Pharmaceutical Dosage Form oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press; 502-506.
Arnelia. 2004. Fito-kimia: Komponen Ajaib Cegah PJK, DM, dan Kanker. Dalam:
Buletin, Pusat Standardisasi Dan Akreditasi Infomutu oleh Departemen Pertanian.
Cao, Guohua, Boxin Ou, Moreno, and Ronald L. Prior. 2003. Anthocyanin and
Proanthocyanidin Content in Selected White and Red Wines. Oxygen Radical
Absorbance Capacity Comparison with Nontraditional Wines Obtained from
Highbush Blueberry. Dalam: Journal of Agricultural and Food Chemistry Vol.51;
4889-4896.
Chien, Y.W. 1992. Novel Drug Delivery System 2nd edition. London: Marcel Dekker,
Inc; 302-304.

Page 25 of 27
Conforti, F., M. Marrelli, G. Statti, and F. Menichini. 2005. Antioxidant dan cytotoxic
activities of metanolic extract and fractions from Senecio gibbosus subsp.
Gibbosus (GUSS) DC. Italy: Department of Pharmaceutical Sciences, University
of Calabria.
Hawkins, Ernest B., and Steven D. Ehrlich. 2007. Grape seed. VeriMed Healthcare
Network in Phoenix.
Jayaprakasha, G.K., Tamil Selvi, and K.K.Sakariah. 2002. Antibacterial and
Antioxidant Activities of Grape (VItis vinifera) seed extract. Human Resource
Development, Central Food Technological Research Institute.
Jufri, Mahdi., Effionora Anwar, dan Putri Margaining Utami. 2006. Uji Stabilitas
Sediaan Mikroemulsi Menggunakan Hidrolisat Pati (DE 35-40) Sebagai
Stabilizer. Dalam: Majalah Ilmu Kefarmasian Vol, III No. 1 April 2006; 8-21.
Junquera, L.C., and O.R.Kelley. 1997. Histologi Dasar. Terj. dari Basic Histology oleh
Jan Tamboyang. Jakarta: EGC; 357-364.
Martin, A., J. Swarbick, and A. Cammarata. 1983. Farmasi Fisik Jilid II Edisi Ke-3,
terj. dari Physical Pharmacy oleh Joshita. Jakarta: UI Press; 1077-1084, 1143-
1148, 1154-1161.
Rieger, M. 1982. Harry’s Cosmeticology 7th edition. New York: Chemical Publishing
Co, Inc; 733-734.
Rieger, M. 2000. Harry’s Cosmeticology 8th edition. New York: Chemical Publishing
Co, Inc; 889-898.
Rohman, Abdul, dan Sugeng Riyanto. 2006. Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak
Kloroform Buah Mengkudu (Mengkudu citrifolia, L.) Dan Fraksi- Fraksinya.
Dalam: Artocarpus Vol. 6 No. 1 Maret 2006; 38-42.
Rohman, Abdul, dan Sugeng Riyanto. 2007. Aktivitas Antioksidan Subfraksi-Subfraksi
Hasil Fraksinasi Lanjut Ekstrak Etil Asetat Buah Mengkudu (Morinda citrifolia,
L.). Dalam: Artocarpus Vol. 7 No. 2 September 2007; 99-105.
Salman. 2008. Biji Buah Anggur Terbukti Menangkal Kanker. Dalam: Forum Herbal
Indonesia.
T. Cararstensen, J., and C.T. Rhodes. 2000. Drug Stability: Principle and Practices 3rd
edition. New York: Marcel Dekker, Inc.; 276-285.
Tranggono, R.I.S., dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Page 26 of 27
Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama; 3, 7-13.

Page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai