Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena atas berkah,
rahmat, dan hidayah yang dilimpahkan-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengaruh Masker Madu Terhadap Penyembuhan Jerawat”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kosmetika herbal
dengan dosen pengampu Ibu Dhina Ayu Susanti,S. Farm, Apt
Akhir kata saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
2.1 KLASIFIKASI MADU............................................................................. 4
2.1.1 DEFINISI MADU............................................................................ 5
2.1.2 KANDUNGAN MADU .................................................................. 5
2.1.3 MANFAAT MADU......................................................................... 6
2.2 KLASIFIKASI ACNE VULGARIS......................................................... 6
2.1.1 DEFINISI ACNE VULGARIS........................................................ 6
2.1.2 EPIDEMOLOGI .............................................................................. 7
2.1.3 ETIOLOGI........................................................................................ 7
2.3 ANATOMI KULIT................................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
3.1 TINGKAT KEPARAHAN ACNE SEBELUM DILAKUKAN INTER-
VENSI....................................................................................................... 11
3.2 TINGKAT KEPARAHAN ACNE SETELAH DILAKUKAN INTER-
VENSI....................................................................................................... 11
3.3 PENGARUH PEMBERIAN MASKER MADU TERHADAP PENYE-
MBUHAN ACNE VULGARIS................................................................ 12
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 14
4.1 KESIMPILAN............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Acne vulgaris biasa disebut jerawat merupakan sebuah penyakit yang dapat sembuh
sendiri dari unit pilosebasea yang terlihat terutama pada remaja. Sebagian besar kasus
jerawat muncul dengan berbagai lesi pleomorfik, terdiri dari komedo, papula, pustula,
dan nodul. Meskipun pada perjalanan penyakit dari jerawat dapat sembuh dengan
sendirinya, tetapi sisa dari bekas penyakit tersebut dapat menetap seumur hidup, dengan
formasi bekas luka berlubang atau hipertrofik (Wolff, et al., 2008).
Salah satu penyebab terjadinya jerawat pada kulit adalah bakteri Staphylococcus
epidermidis, bakteri ini merupakan salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus
yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik. Bakteri ini secara alami hidup
pada kulit dan membran mukosa manusia. Staphylococcus epidermidis merupakan salah
satu penyebab infeksi pada kulit yang ditandai dengan pembentukan abses.
Staphylococcus epidermidis dapat mengubah diasigliserol dan triasigliserol sebaseus
menjadi gliserol dan asam lemak yang dapat menyebabkan proliferasi hiperkeratosis
pada bagian folikuler sehingga menimbulkan jerawat (Herslambang, et al., 2015).
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia. Dari Sabang
sampai Merauke tersebar sekitar 40.000 jenis tumbuhan yang mengandung berbagai jenis
bahan kimia yang berpotensi sebagai bahan pangan, kosmetika dan obat-obatan. Sejalan
dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmako dan kosmetika
tradisional maka penggunaan bahan alam sebagai obat semakin diminati masyarakat
(Wijaya & Respati, 2012).
Sebelum acne tumbuh lebih banyak di kulit wajah, sebaiknya seseorang melakukan
pencegahan terhadap acne, Perawatan kulit wajah dari luar dapat dilakukan dengan
menggunakan masker madu (Moussa et al., 2012). Madu mengandung inhibin dan
hidrogen peroksida yang memiliki khasiat sebagai antibakteri (Moussa et al., 2012).
Selain itu, madu memiliki antioksidan alami yang berperan untuk membunuh bakteri dan
kuman yang penyebab jerawat gatal pada kulitmengandung antiseptik alami yang bisa
membunuh bakteri dan membersihkan luka pada acne. Madu memiliki sifat osmotik
sehingga bisa membersihkan luka, menyerap air pada luka jerawat dan melepaskan
hidrogen peroksida yang berfungsi untuk mengeringkan luka jerawat, memiliki sifat
3
asam sehingga sangat efektif untuk mencegah dan mengurangi pertumbuhan bakteri,
mengandung zat anti inflamasi yang berfungsi untuk menghentikan peradangan pada
luka,memiliki zat khusus yang membuat lengket sehingga bisa digunakan untuk menarik
kotoran dan debu dari kulit wajah, memiliki zat probiotik alami dan bisa bermanfaat
untuk mengurangi jerawat dan menghentikan kemungkinan jerawat baru. Madu
melembabkan kulit sehingga kulit menjadi lebih halus, tidak berminyak dan
menyembuhkan jerawat dengan cepat dan alami (Vallianoul et al., 2014; Sabry, 2009).
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap penyembbuhan
acne vulgaris
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Madu adalah cairan manis alami yang berasal dari nektar tumbuhan yang
diproduksi oleh lebah madu. Nektar berasal dari bunga mekar, cairan tumbuhan
yang mengalir di daun dan kulit pohon. Setelah nektar dihisap, lebah akan
memfermentasikan dalam perutnya dengan mengubah sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa oleh enzim invertase yang berasal dari tenggorokan. Madu disimpan
di dalam sel-sel sarang kemudian madu akan mengalami ekstraksi air,
pembentukan monosakarida, dan pengayaan dengan campuran aromatik. Setelah
tiga sampai tujuh hari, lebah menutup sel dengan malam yang mematangkan madu
(Adji, 2007).
5
oksidasi glukosa menjadi asam peroksida, dan enzim peroksidase yang melakukan
proses oksidasi metabolisme dan enzim lipase (Adji, 2007)
Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustula, nodus, dan kista
pada tempat predileksinya
6
(Wasitaatmadja, 2010). Tempat predileksinya yaitu pada kelenjar sebasea
berukuran besar, seperti wajah, dada, dan punggung bagian atas (Tjekyan, 2008).
Akne sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu acme yang berarti sebuah titik
(Brown & Burns, 2005).
2.2.2 Epidemiologi
Jerawat atau acne biasanya dimulai pada usia pubertas, hal tersebut
menandakan bahwa terjadi kenaikan produksi hormon seks. Acne yang terjadi pada
usia 8 sampai 12 tahun adalah masa awal terjadinya jerawat dengan hanya terdiri
atas komedo, yang sering terjadi di dahi dan juga pipi. Tetapi hanya ringan saja,
dengan sesekali adanya inflamasi papul. Pada usia pertengahan remaja, lesi yang
timbul berupa papul, dan nodul yang bias juga timbul dengan penyabaran ke sisi
yang lainnya (James, 2005)
Pada seorang gadis, acne vulgaris dapat terjadi pada saat remenarke. Setelah
masa remaja, kejadian acne vulgaris ini berangsung berkurang. Namun kadang-
kadang, terutama pada wanita, acne vulgaris menetap sampai usia 30-an atau
bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya acne vulgaris lebih cepat berkurang,
namun gejala acne vulgaris lebih berat biasa terjadi pada pria (Wasitaatmadja,
2010).
Acne vulgaris biasanya dimulai ketika pubertas, yaitu pada anak perempuan antara
usia 12-14 tahun, dan pada anak laki-laki antara 14-16 tahun, serta terkadang dapat
terjadi lebih awal (Kubba et al, 2009)
2.2.3 Etiologi
Etiologi pasti timbulnya acne vulgaris sampai saat ini belum diketahui secara
jelas. Tetapi sudah pasti disebabkan oleh multifaktorial, baik yang berasal dari luar
(eksogen) maupun dari
dalam (endogen) (Hartadi, 1992). Beberapa faktor tersebut adalah :
a. Genetik
Acne vulgaris kemungkinan adalah penyakit genetik, apabila orang tua
mempunyai bekas acne maka besar kemungkinan anaknya akan mengalami acne
vulgaris. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa 81% populasi acne
adalah saudara kembar (Bataille et al, 2002).
b. Hormonal Endokrin
7
Faktor hormonal berperan terhadap timbulnya acne vulgaris. Pengaruh
hormon sebotropik asal kelenjar hipofisis dapat merangsang perkembangan
kelenjar sebaseus. Produksi sebum yang meningkat dipengaruhi oleh hormon
androgen. Hormon gonadotropin dan hormon adrenokortikosteroid,
Mempengaruhi secara tidak langsung masing-masing lewat testis, ovarii dan
kelenjar adrenal serta hormon-hormon ini merangsang kegiatan kelenjar sebasea
sehingga memperberat keadaan akne (Fulton, 2010).
c. Psikis
Terjadinya stress psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebaseae,
baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis
(Wasitaatmadja, 2010).
d. Makanan
Terdapat makanan tertentu yang memperberat acne vulgaris. Makanan
tersebut antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju,
dan sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat, dll),
alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam
makanan dapat mempertinggi kadar komposisi sebum (Cuncliffe, 2007).
Kulit meliputi seluruh permukaan tubuh manusia. Pada orang dewasa, kulit memiliki
area permukaan sekitar 1,8 m2 (Sylvia, 2007). Fungsi dari sistem integumen diantaranya
untuk perlindungan fisik, hidroregulasi, termoregulasi, absorbsi, sintesa, dan penerima
rangsangan (Kent & Ward, 2010).
8
Fungsi kulit menurut Syarif (2007) antara lain :
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik,
(gesekan dan tarikan) gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol,
karbol, dan asam kuat), gangguan panas (radiasi dan sinar ultraviolet) dan gangguan
infeksi dari luar (bakteri dan jamur). Karenaadanya bantalan lemak, tebalnya lapisan
kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar
matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah di antara sel, menembus sel–sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar
dan yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum menahan
air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan
keringat menyebabkan keasaman pada kulit pada pH 5 – 6.5.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respon
terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan Ruffini didermis dan subkutis,
terhadap dingin diperankan oleh badan Krause di dermis, perabaan diperankan oleh
badan taktil Meissner dan badan Merkel Ranvier di papilla dermis, sedangkan tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis.
9
5. Pengaturan Suhu Tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapatkan nutrisi yang baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh
saraf simpatis (asetilkolin).
6. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan berasal dari
rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Melanosum dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu, dan O2. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan–tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh
melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan
juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang
lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum, makin ke atas
sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi
menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira–kira 14-21 hari dan memberikan
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah 7 dehidroksi kolesterol dengan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
muka dengan membersihkan muka setelah memakai kosmetik juga penting agar sisa make up
tidak menyumbat pori-pori pada wajah yang menyebabkan jerawat. Penyembuhan acne
didukung pula dengan tidak sembarangan berganti-ganti bedak, berdasarkan data responden
yang mendukung penyembuhan jerawat dengan tidak menggunaka sembarang bedak dan
hanya memakai bedak tabur merupakan salah satu bedak yang banyak dipakai oleh
responden. bedak tabur memiliki kandungan pati beras yang dapat menyerap minyak dan
memiliki partikel-paertikel halus yang baik pada wajah, serta memiliki kandungan kapur
yang dapat memiliki kandungan baik pada wajah dan dapat menyerap keringat, dan masih
banyak kandungan baik yang terdapat pada bedak tabur dibanding bedak padat.. Jerawat lebih
berpotensi menurun pada anak apabila ayah/ibu memiliki masalah jerawat yang tergolong
berat. Penyembuhan jerawat ini didukung pula dengan treatment yang dapatmenyembuhkan
jerawat seperti melakukan facial, detoks. Dan masih responden yang mengalami acne sedang
dikarenakan responden tersebut memiliki riwayat genetik dari orang tua serta ketiga
responden tersebut jarang membersihkan wajah dan gemar mengonsumsi makanan yang
menyebabkan acne.
Untuk tahap pertama, digunakan madu murni tanpa campuran apapun sebagai masker
wajah. Gunakan mangkuk wadah kecil sebagai tempat madu dengan takaran 10 ml. Sebelum
memakai masker bersihkan wajah terlebih dahulu dengan menggunakan lotion atau
pembersih wajah pakai bandana terlebih dahulu supaya rambut tidak terurai ke depan atau
supaya rapi, cuci wajah menggunakan air hangat agar pori-pori terbuka setelah itu
12
aplikasikan masker ke wajah secara merata tunggu selama 15-20 menit, selanjutnya basuh
wajah dengan menggunakan handuk kecil dengan air dingin. Pemakaian masker madu
dilakukan selama 15-20 menit, ulangi pemakaian masker sebanyak 2-3 kali per minggu
secara rutin. Setelah dilakukan pemakaian masker madu selama 1 bulan sebagian besar
mahasiswa yang semula berjerawat berat/sedang menjadi ringan dan agar mendapatkan hasil
yang maksimal lebih baik pemakaian masker madu ini dilakukan secara rutin. Berdasarkan
data tingkat keparahan bahwa masih ada responden yang tetap sama terdapat 10 responden
sebelum diberikan masker madu dan 10 responden sesudah diberikan masker madu yang
tetap menjadi ringan dikarenakan setelah pemberian masker madu responden tetap
mengkonsumsi gorengan, dan ayam yang banyak mengandung lemak yang dapat
menyebabkan jerawat.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Acne/jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustula, nodus, dan kista pada
tempat predileksinya.
Perawatan kulit wajah dari luar dapat dapat dilakukan dengan menggunakan masker
madu, karena madu mengandung inhibin dan hidrogen peroksida yang memiliki khasiat
sebagai antibakteri
Sebelum pemberian masker madu, acne vulgaris pada mahasiswa PSIK Universitas
Gresik didapatkan semua responden mengalami acne vulgaris dengan berbagai derajat tingkat
keparahan acne vulgaris tingkat sedang 13 orang, ringan 10 orang, dan berat 5 orang.
Sesudah pemberian masker madu acne vulgaris pada mahasiswa PSIK Universitas
Gresik didapatkan sebagian besar mengalami acne vulgaris dengan derajatkeparahan ringan
25 orang, dan sedang 3 orang.
14
DAFTAR PUSTAKA
15