Anda di halaman 1dari 71

UJIAN AKHIR SEMESTER

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


“UJI EFIKASI SEDIAAN KOSMETIK ANTI AGING”

Dosen : Dra. Nurul Akhatik., M.Si

Disusun Oleh:

MAULIDIA GUSTIANANDA (21340129)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Uji Efikasi Sediaan Kosmetik Anti Aging”. Penulis berterimakasih kepada Ibu
Dra. Nurul Akhatik., M.Si., selaku dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi yang
memberikan tugas ini kepada penulis sebagai penunjang Ujian Akhir Semester mata
kuliah tersebut..

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Formulasi Sediaan Kosmetika yang
telah ditetapkan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan Terimakasih.

Jakarta, 17 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Kulit ............................................................................................................... 3

2.1.1 Fungsi Biologis Kulit ............................................................................. 3

2.1.2 Struktur Kulit ........................................................................................ 3

2.2 Pengertian Komestika.................................................................................. 5

2.2.1 Penggolongan Kosmetika ..................................................................... 6

2.2.2 Penggolongan kosmetik berdasarkan sifat dan pembuatannya ...... 6

2.2.3 Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaan ................................ 6

2.2.4 Evaluasi Kosmetika .............................................................................. 7

2.2.5 Cara Pengujian Sediaan Kosmetika .................................................... 8

2.2.6 Wadah Penandaan Komestika............................................................. 8

2.2.7 Faktor Penggunaan Kosmetika ........................................................... 9

2.3 Cara Memilih Kosmetik Yang Baik Untuk Kesehatan Kulit ................ 10

2.4 Sediaan Kosmetika Krim .......................................................................... 11

2.4.1 Pengertian Krim ................................................................................. 11

2.4.2 Penggolongan Krim ............................................................................ 11

2.4.3 Bahan Penyusun Krim ....................................................................... 12

2.4.4 Metode Pembuatan Krim ................................................................... 12

2.4.5 Pengujian Sediaan Krim .................................................................... 13

2.4.6 Bahan-bahan dalam Krim Antiaging................................................ 14

iii
2.5 Penuaan Dini .............................................................................................. 15

2.5.1 Definisi Penuaan Dini ......................................................................... 15

2.5.2 Tanda-tanda Penuaan Dini ................................................................ 15

2.5.3 Penyebab Penuaan Dini ...................................................................... 15

2.5.4 Anti-Aging ........................................................................................... 16

2.5.5 Fungsi dan Produk Anti-Aging ......................................................... 17

2.5.6 Antioksidan Sebagai Bahan Aktif Pada Produk Anti-Aging .......... 17

BAB III PEMBAHASAN JURNAL .................................................................. 18

3.1 Jurnal I ..................................................................................................... 18

3.1.1 Judul Jurnal ........................................................................................ 18

3.1.2 Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 18

3.2 Jurnal II .................................................................................................... 22

3.2.1 Judul Jurnal ........................................................................................ 22

3.2.2 Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 22

3.3 Jurnal III .................................................................................................. 30

3.3.1 Judul Jurnal ........................................................................................ 30

3.3.2 Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 30

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 35

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

LAMPIRAN JURNAL ....................................................................................... 38

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan hidup
manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan sandang, papan, pangan, Pendidikan
dan kesehatan saja. Kebutuhan untuk mempercantik diri pun kini menjadi prioritas utama
dalam menunjang penampilan sehari-hari. Salah satu cara untuk mengubah penampilan atau
mempercantik diri yaitu dengan menggunakan kosmetika.
Kosmetik merupakan salah satu bentuk kebutuhan sekunder dalam kehidupan
masyarakat. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1176/MenKes/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika , yang dimaksud dengan
“kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut , kuku , bibir dan organ genital bagian luar ) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan , mewangikan , mengubah penampilan dan/atau
dan memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Khususnya wanita sudah tidak asing lagi dengan istilah kosmetik. Kosmetik sudah
menjadi kebutuhan bagi wanita, mulai dari remaja maupun dewasa. Bukan hanya wanita kaum
adam pun sudah menjadikan kosmetik sebagai kebutuhannya. Karena kosmetik mampu
merubah penampilan seseorang dengan membuatnya menjadi cantik dan bahkan dapat
merubah paras dan penampilan sekaligus. Karena hal itulah banyak perusahaan kosmetik yang
berleomba-lomba dalam membuat penemuan baru dan memproduksinya lebih banyak.
Kulit cantik dan sehat merupakan impian yang diingkan oleh setiap wanita juga pria.
Kondisi geografis Indonesia dan berbagai permasalahan lingkungan dapat menghambat
keinginan setiap orang karena dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kulit, terutama
dapat menyebakan proses penuaan dini.
Gejala penuaan dini yang bisa membuat kurangnya percaya diri bukanlah penyakit atau
gangguan kesehatan yang kronis, namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap
orang. Sebagai organ paling luar, kulit langsung terpapar dengan lingkungan prooksidatif
seperti radiasi sinar UV, obatobatan, polusi udara, asap rokok, radiasi, alkohol dan paparan zat
tertentu. Akibatnya kulit terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus, muncul
pigmentasi, kulit terlihat tidak kencang, kusam dan tidak segar (Muliyawan dan Suriana, 2013)

1
Proses penuaan dini telah terbukti dapat dicegah dengan menggunakan kosmetik
topikal yang mengandung antioksidan karena dapat memberikan proteksi tambahan dari
kerusakan akibat paparan sinar matahari, memperlambat penuaan dini, mengurangi peradangan
dan memperbaiki tampilan kulit (Wilkes M dkk, 2015)
Anti-aging atau anti penuaan merupakan suatu produk kosmetik yang digunakan secara
topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan oleh sinar UV atau
disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat mengurangi/memperlama timbulnya
gejala-gejala photoaging (Barel dkk., 2009).
Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan.
Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah
penuaan. Berbagai terapi ditawarkan untuk mengatasi terjadinya proses penuaan dini. Terapi-
terapi yang sifatnya alami sampai sekarang masih menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat.
Kesadaran masyarakat untuk kembali pada sesuatu yang alamiah semakin meningkat
(Bogadenta, 2013)
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan kajian mengenai berbagai formulasi
sediaan anti aging dari bahan alam, baik ekstrak tumbuhan maupun hewan yang
penggunaannya mudah digunakan, paling stabil dan juga terbukti memiliki aktivitas anti aging.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mngetahui pengertian kosmetik

2. Untuk mengetahui tentang formulasi sediaan kosmetik antiaging

3. Untuk mengetahui tentang review pengkajian dari beberapa Uji Efikasi Formulasi
Sediaan Kosmetik Antiaging dengan menggunakan bahan dari alam.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia.Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan
iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.1 Fungsi Biologis Kulit

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh,
diantaranya adalah:
a. Proteksi
Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan luar.
Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu dan lain-lain.
b. Thermoregulasi
Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar pada saat
suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat adalah
salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitastemperatur.
c. Organ sekresi
Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan zatzat
lainnya, seperti NaCl, amonia dan lain-lain.
d. Persepsi sensoris
Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa sakit
dan tekanan.
e. Absorpsi
Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit.

2.1.2 Struktur Kulit


Menurut Wasitaatmadja (1997) secara histpatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama
terdiri : 1) Lapisan epidermis atau kutikel; 2) Lapis dermis (korium,kutis vera, true skin); dan
3) Lapis subkutis (hiodermis).

3
1. Lapisan Epidermis
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiridari
sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung
air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut
dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.
b. Lapisan jernih (stratum lucidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih,
mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang
disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus (impermeable).
c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
berintimengkerut.
d. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan
oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan
limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan basal (stratum germinativum atau membrane basalis)
Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel
melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit.

2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis
dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambutsebagai adneksa kulit
terdiri atas:
a. Pars papilaris yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikularis yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengansubkutis,
terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin.

4
3. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak kepinggir karena sitoplasma
lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan
yang lainnya oleh trabekula yangfibrosa.
Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran
getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3
cm, sedangkan kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi
sebagai bantalan.

2.2 Pengertian Kosmetika


Kosmetik di kenal manusia sejak berabad-abad yang lalu.Pada abad ke-19 pemakaian
kosmetik mulai mendapat perhatian.Selain digunakan untuk kecantikan, kosmetik juga
digunakan untuk kesehatan.
Kosmetik berasal dari kata Yunani yaitu kosmetikos yang berarti menghias,
mengatur.Pada dasarnya kosmetik adalah bahan campuran yang kemudian diamplikasikan
pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi dan sebagainya
dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki sehingga penampilannya
lebih dari semula.
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1175/MENKES/PER/2010 Pasal 1 “ Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan membrane mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik”. Sedangkan definisi kosmetik sesuai Pasal 1 angka 1
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 445/MENKES/PER/V/1998 tentang Bahan, Zat,
Pewarna, Substratum, Zat Pengawet, dan tabir surya pada Kosmetika adalah peduan bahan
yang siap untuk digunakan pada bagian tubuh luar (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin
luar), gigi dan rongga mulut untuk memberikan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi
tidak dimaksudkan untuk mengobati atau dapat menyembuhkan suatu penyakit.
Bahan utama yang dapat digunakan untuk kosmetik adalah bahan dasar yang berkasiat,
bahan aktif dan di tambah bahan tambahan lain seperti bahan pewarna, bahan pewangi, pada

5
pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari
berbagai segi teknologi, kimia teknik dan lainnya.

2.2.1 Penggolongan Kosmetika


Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI No. HK.03.1.23.12.10.11983 tahun
2010 penggolongan kosmetik terbagi ke dalam 20 jenis sediaan: berdasarkan bahan dan
penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk kosmetik dibagi 2 (dua) golongan :
a. Kosmetik golongan I adalah :
• Kosmetik yang digunakan untuk bayi;
• Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosalainnya;
• Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar danpenandaan;
• Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum
diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b. Kosmetika golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongon I

2.2.2 Penggolongan kosmetik berdasarkan sifat dan cara pembuatannya


Penggolongan kosmetik menurut sifat dan cara pembuatannya menurut (Sundari &
Fadhliani, 2019) terdapat dua bagian, yaitu :
a. Kosmetika Modern adalah kosmetika yang diproduksi secara pabrik (laboratorium),
dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetika tersebut
agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak.
b. Kosmetik tradisional. Jenis kosmetik tradisional ada 2 macam, yaitu:
1) Kosmetika tradisional murni adalah kosmetika yang berasal dari alam dan diolah
secara tradisional. Kosmetika yang termasuk kosmetika tradisional murni
misalnya bedak dingin. Kosmetik tersebut biasanya dibuat dalam bentuk butiran-
butiran kecil yang terbuat dari bahan dasar beras, rempah serta sari bunga.
2) Kosmetika semi tradisional adalah kosmetika tradisional yang pengolahannya
dilakukan secara modern dengan mencampurkan bahan kimia, seperti bahan
pengawet. Lulur, air mawar, masker, shampoo yang sudah dikemas dengan baik
dan beredar dipasaran dengan merk tertentu termasuk dalam kelompok kosmetika
semi tradisional

2.2.3 Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaan


Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya menurut (Yulia & Ambarwati, 2015)
antara lain :

6
a. Kosmetik pembersih kulit
Kotoran pada kulit dapat menimbulkan penyumbatan pada pori-pori kulit, misalnya
minyak dari kosmetika, talk dari bedak, sel-sel lapisan tanduk yang sudah mati.

b. Kosmetik penyegar kulit


Kosmetik penyegar kulit umumnya dalam bentuk cairan bening atau lotion.Kosmetik ini
bertujuan untuk menyegarkan kulit, menyempurnakan dalammembersihkan kulit, dan
mengecilkan pori-pori kulit.

c. Kosmetik pelembab kulit


Merupakan kosmetik nutrisi kulit yang dapat memperbaiki kondisi kulit. Kosmetik
pelembab dapat berupa cream atau lotion, yang dilapiskan padapermukaan kulit untuk
mencegah penguapan air permukaan kulit.

d. Kosmetik pelindung kulit


Kosmetik pelindung kulit dari sinar matahari sangat diperlukan untuk melindungi kulit
dari bahaya sinar ultraviolet. Kosmetik tabir surya atau sun screen dapat berupa cream
atau lotion

e. Kosmetik penipis
Kosmetik ini bertujuan untuk mengangkat atau membuang sel-sel kulit yang sudah mati
pada lapisan tanduk kulit agar tidak menumpuk. Karena sel-sel kulit yang mati ini jika
tidak dibersihkan akan mengakibatkan terjadinya penebalan kulit dan penyumbatan
pori-pori kulit.

f. Kosmetik riasan wajah


Kosmetik yang diperlukan untuk merias atau memperindah penampilan kulit dan
warna-warni yang menarik dan disertai dengan zat pewangi.

g. Kosmetik pencegahan dan penyembuhan kelainan pada kulit


Kelainan pada kulit dapat terjadi karena kurangnya perawatan. Kosmetik jenis ini dapat
mencegah dan mengatasi jerawat dengan sediaan cream ataulotion.

2.2.4 Evaluasi Kosmetika


Untuk membuat kosmetik yang aman, ada beberapa tahap yang harus diperhatikan
(Yulia & Ambarwati, 2015), yaitu :

7
a. Tujuan pemakaian kosmetik, apakah untuk iklim panas atau iklim dingin,apakah
lingkungan di sekitarnya panas kering, panas lembab, atau dingin kering, dan
bagaimana jenis kulit orang yang akan memakainya
b. Pemilihan bahan baku yang berkualitas tiggi dan tidak berbahaya untuk kulit dan tubuh,
yaitu yang tidak menimbulkan iritasi, alergi, fotosensitisasi, dan lain-lain
c. Pemilihan zat pewarna dan zat pewangi yang tidak menimbulkan reaksi jika terkena
sinar matahari
d. Cara pengolahan yang ilmiah, modern, dan higienis
e. Harus dibuat pH seimbang

f. Pengujian klinis hasil-hasil produk sebelum disebarkan kepada masyarakat


g. Pemilihan kemasan yang baik yang tidak merusak produk dan kulitpemakainya

2.2.5 Cara Pengujian Sediaan Kosmetika


Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 12, 2019 kosmetik yang
diproduksi untuk di edarkan harus memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, mutu,
penandaan, dan klaim kosmetik. Persyaratan keamanan dan mutu berupa uji cemaran
kosmetik, antara lain;
a. Cemaran mikroba

• Penetapan angka lempeng total;


• Penetapan Angka kapas dan khamir;
• Uji efektivitas pengawet

b. Cemaran logam
Pengujian logam yaitu berupa penetapan kadar logam merkuri (Hg), timbal(Pb), arsen
(As), dan kadmium (Cd)

c. Cemaran kimia
Cemaran kimia berupa 1,4-Dioxane

2.2.6 Wadah dan Penandaan Kosmetika


1. Wadah kosmetik harus dibuat dengan mempertimbangkan keamanan pemakai dan
dibuat dari bahan yang tidak mengeluarkan atau menghasilkan bahan berbahaya atau
suatu bahan yang dapat menganggukesehatan, dan tidak mempengaruhi mutu (Kepala
Badam Pengawas Obatdan Makanan RI No. HK.00.05.4.1745).

8
2. Wadah dan pembungkus harus diberikan penandaan yang berisi informasiyang lengkap,
objektif dan tidak menyesatkan. Pada etiket wadah atau pembungkus harus
dicantumkan informasi/keterangan mengenai :
a. Nama produk;

b. Nama dan alamat produsen


c. Ukuran, isi atau berat bersih
d. Komposisi dengan nama bahan sesuai dengan kodeks kosmetikindonesia atau
nomenklatur lainnya yang berlaku;
e. Nomor izin edar;
f. Nomor batch/kode produksi;
g. Kegunaan dan cara penggunaan kecuali untuk produk yang sudah jelas
penggunaannya;
h. Bulan dan tahun kadaluwarsa bagi produk yang stabilitasnya kurangdari 30 bulan;
i. Penandaan lain yang berkaitan dengan keamanan dan atau mutu.

2.2.7 Faktor Penggunaan Kosmetika


Pemakaian kosmetika yang sesuai dengan jenis kulit akan berdampak positif terhadap
kulit sedangkan pemakaian kosmetikan yang tidak sesuai dengan jenis kulit akan berdampak
negatif bagi kulit. Usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari efek samping dari
pemakaian kosmetika tersebutdiantaranya adalah mencoba terlebih dahulu jenis produk baru
yang akan digunakan untuk melihat cocok tidaknya produk tersebut bagi kulit kita. Setiap
pemakaian produk kosmetika diharapkan dapat berkhasiat sesuai dengan jenis produk yang
kita gunakan, akan tetapi sering kali pemakaian produk kosmetikatersebut justru membawa
petaka bagi pemakainya. Efek-efek negatif yang sering kali timbul dari pemakaian kosmetika
yang salah adalah kelainan kulit berupa kemerahan, gatal, atau noda-noda hitam. Ada empat
faktor yang mempengaruhi efek kosmetika terhadap kulit yaitu faktor manusia pemakainya,
faktor lingkungan alam pemakai, faktor kosmetika dan gabungandari ketiganya.
Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi dampak kosmetik terhadap kulit, yaitu
faktor manusia, faktor lingkungan, faktor kosmetik, dan gabungan dari ketiganya (Yulia &
Ambarwati, 2015)
1. Faktor manusia
Perbedaan warna dan tipe kulit dapat menyebabkan perbedaan reaksi kulit terhadap
kosmetik. Dampak negatif kosmetik dapat juga terjadi bila kulit
seseorang peka atau kurangnya pengetahuan cara pemakaian kosmetik yang tepat

9
2. Faktor lingkungan
Setiap lingkungan memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit, sehingga kosmetik
untuk iklim panas/tropis berbeda ddengan kosmetik untuk iklim dingin/subtropis.
3. Faktor kosmetik
Kosmetik yang dibuat dengan bahan-bahan yang berkualitas rendah atau bahan-bahan
yang berbahaya bagi kulit, pengolahannya kurang baik, atau
diformulasi tidak sesuai dengan manusia dan lingkungan maka dapat menimbulkan
reaksi negatif atau kerusakan kulit.
4. Gabungan ketiga faktor
Dampak negatif yang mungkin timbul antara lain kondisi bercak-bercak merah, gatal,
timbulnya jerawat.

2.3 Cara Memilih Kosmetik Yang Baik Untuk Kesehatan Kulit


Sebelum membeli kosmetika sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut
(Anwar, 2012):
1. Kenali jenis kulit dengan tepat
Jenis kulit setiap orang tidak sama, oleh karena itu penting untuk mengetahui jenis
kulit sebelum memutuskan untuk membeli kosmetikayang cocok. Untuk memastikan
jenis kulit seseorang, kulit harus dibersihkan lebih dahulu dan pemeriksaan harus
dilakukan di bawah cahaya yang terang bila perlu menggunakan kaca pembesar agar
tekstur kulit, besarnya pori-pori, aliran darah, pigmentasi, dan kelainan lain yang
terdapat pada permukaan kulit dapat terlihat. Analisis kulit sangatpenting dilakukan
untuk menentukan kelainan atau masalah kulit yangtimbul sehingga perlakukan yang
tepat dapat diberikan untuk memperbaikinya.
2. Memilih produk kosmetika yang mempunyai nomor regreistrasi dari Depkes.
Suatu produk kosmetika yang tidak memiliki nomor regristrasi, kemungkinan
memiliki kandungan zat-zat yang tidak diizinkanpemakaiannya atau memiliki kadar
yang melebihi ketentuan, sehinggadapat menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah berkaitan dengan kandungan
hidroquinon dan merkuri yang terdapat pada produk kosmetika.
3. Hati-hati dengan produk yang sangat cepat memberikan hasil.
Suatu produk kosmetika yang memberikan hasil yang sangat cepat (misalnya produk
pemutih) tidak menutup kemungkinan produk tersebut mengandung zat yang melebihi
kadar atau standar yang sudah ditetapkan oleh Depkes dan penggunaannya harus di

10
bawah pengawasan dokter.
4. Membeli kosmetika secukupnya pada tahap awal.

Setiap pertama kali menggunakan produk, tidak bisa diketahui apakah produk tersebut
cocok digunakan atau tidak, oleh karena itu perlu mencobanya terlebih dahulu dalam
jumlah sedikit.
5. Perhatikan keterangan-keterangan yang tercantum pada label atau kemasan.
Perlu diperhatikan informasi yang tertera pada kemasan mengenai unsur bahan yang
digunakan, tanggal kadaluarsa serta nomor registrasinya, karena tidak semua produsen
mencantumkan atau mendaftarkan produknya ke Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, sehingga tidak terjamin keamanannya. (Tips Pemilihan Kosmetika yang
Tepat).

2.4 Sediaan Kosmetika Krim

2.4.1 Pengertian Krim


Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaansetengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Menurut Farmakope IndonesiavEdisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
Krim adalah emulsi semisolid dengan viskositas lebih tinggi (lebih tebal). Krim
merupakan emulsi yang mengandung air > 20% dan volatil(mudah menguap) dan/atau < 50%
hidrokarbon, lilin, atau polyols sebagai vehicle (agennya). Karena krim mengandung oil phase
yang lebih tinggi, krim cenderung lebih greasy. Contoh krim adalah krim pelembab,
conditioner untuk rambut, krim eye shadow dankrim depilatori (perontok bulu).
(Elmitra,2017).

2.4.2 Penggolongan Krim

Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam
minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harusdisesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol
dan cera.Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin,
natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium
lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.Penyimpanan krim

11
dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus
juga tertera “obat luar”. Ada 2 tipe krim, yaitu (Anonim, 2021) :

 Krim Tipe M/A atau O/W


Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream. Krim m/a (vanishing cream)
yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas.Pembuatan krim m/a sering
menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang
umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan
kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.Contoh: vanishing cream. Sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

 Krim Tipe A/M atau W/O


Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane,
wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/Amembutuhkan emulgator yang berbeda beda.
Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh: Cold cream. Cold
cream adalahsediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran.
Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

2.4.3 Bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:


 Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh:
asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
 Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh: Na
tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH, Na2C03,
Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na
setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya).

2.4.4 Metode Pembuatan Krim

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,

12
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:

a. Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu
sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel
dimaksudkan untuk menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya
panikel yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.

b. Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan


bahan berkhasiat, pencampuran bahan bahan semisolid pada proses pembuatan
emulsi. Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses
homogenisasi bahan bahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang
sulit, kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada bahan bahan yang termolabil.

c. Pencampuran terdiri dari tiga macam :


 Pencampuran bahan padat. Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah
menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang
serba sama.
 Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua
tujuan yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.

 Pencampuran semi solida. Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat


digunakan alat pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma
blade. Alat dengan sigma blade dapat membersihkan salep/krim yang menempel
pada dinding wadah dan menjamin homogenitas produk serta proses transfer
panas lebih baik.

d. Penghalusan dan Homogenisasi. Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan


adalah penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan
baik.

2.4.5 Pengujian Mutu Krim

Meliputi 4 yaitu:
a) Organoleptic
b) Homogenitas
c) Uji pH
d) Uji Keseragaman

13
2.4.6 Bahan-bahan dalam Krim Anti-Aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu:


1. Asam stearat
Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi.
Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalamformulasi krim berkisar antara 1–
20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe dkk., 2009).
2. Setil alcohol
Berbentuk partikel pipih berwarna putih, berfungsi sebagai bahan pengemulsi dan
sebagai pengeras krim sehingga mampu meningkatkan Universitas Sumatera Utara 17
konsistensi. Setil alkohol seringkali digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya
sebagai emolien (Rowe dkk., 2009).
3. Propilen glikol
Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, rasa manis,
agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai pengawet
antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut
pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe dkk., 2009).
4. Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna
kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupaiamoniak. TEA digunakan
secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA
jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk
sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi
minyak dalam air yang stabil (Rowe dkk., 2009).
5. Metil paraben
Metil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi
kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari metil paraben
juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2– 5%. Konsentrasi
pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe
dkk., 2009).

2.5 Penuaan Dini


2.5.1 Definisi Penuaan Dini
Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya, dapat terjadi
saat umur memasuki usia 20–30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28–

14
30 hari regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia
50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab
terhadap elastisitas dan kehalusan kulit adalah lapisan dermis. Jika usia semakin
bertambahnya, maka regenerasi kulit semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput
(Noormindhawati, 2013).

2.5.2 Tanda-Tanda Penuaan Dini

Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda-tanda fisik sebagai berikut:
1. Keriput dan mengendur
Menurut Noormindhawati (2013) seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan
elastin kulit semakin berkurang. Akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga
tampak keriput dan mengendur.
2. Muncul age spot (noda hitam)
Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerah wajah, lengan,
dan tangan.
3. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi
kering dan kasar.
4. Pori-pori membesar
Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar.

2.5.3 Penyebab Penuaan Dini


Menurut Wasitaatmadja (1997) banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses
penuaan dini, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Beberapafaktor tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik menyebabkan penuaan yang terjadi secara alami. Penuaan intrinsik
terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang ireversibel. Ada
berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan kulit, yaitu:
a. Umur
Umur adalah suatu faktor fisiologik yang menyebabkan kulit akan menjaditua. Umur
bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menuaterjadi.
b. Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh dalam

15
perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan berbeda
dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin pada kulit.
Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna
sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejalakulit menua secara
dini.
c. Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses penuaan dini.
Faktor genetik menentukan kapan menurunnya proses metabolisme dalam tubuh dan
seberapa cepat proses menua itu berjalan.
d. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses
pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel
secara baik. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi estrogen akan
menurunkan elastisitas kulit. Berkurangnya hormon tersebut akan menunjukkan
gejala penuaan dini yang lebih jelas.
2. Faktor ekstrinsik
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu,
kelembapan, polusi dan terutama sinar ultraviolet. Sinar matahari adalah faktor
lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena sinar matahari
dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak
elastis, kering, dan keriput atau sering disebut dengan photo-aging.

2.5.4 Anti-aging

Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang dapat
memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Dalam hal ini, proses
penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit
berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi serta
kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009).
Penggunaan produk anti-aging dimaksudkan tidak hanya untukmemperlambat proses
penuaan, membersihkan, melembabkan dan memperindah penampilan tetapi juga dapat
memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak, melindungi serta mempertahankan integritas
kulit (Prianto, 2014).

16
2.5.5 Fungsi dari Produk Anti-Aging

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.

2.5.6 Antioksidan Sebagai Bahan Aktif Pada Produk Anti-Aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagikesehatan kulit.


Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapatmerusak jaringan kulit. Radikal
bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal
bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga
kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, oleh
karena itu, produk- produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan
sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga
mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang
menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

17
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

3.1 Jurnal I
3.1.1 Judul Jurnal
“Formulasi dan Uji Aktivitas Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza Nivara L.) Sebagai
Antiaging”
3.1.2 Hasil dan Pembahasan
Pada pengujian Aktivitas Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza nirvana L.) sebagai
Antiaging,dilakukan pada sukarela dengan mengukur kondisi kulit tangan sukarelawan, setelah
itu dilakukan pengolesan krim sesuai dengan pembagian konsentrasi krim. Pengolesan
dilakukan 2 kali sehari secara merata pada kulit bagian punggung tangan sukarelawan.
Kemudian dilakukan pengukuran kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan
menggunakan skin analyzer. Diamati kondisi kulit tangan sukarelawan masing-masing
konsentrasi sebelum dan sesudah pemberian krim.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian jurnal ini adalah maserasi dengan 4
L pelarut (1% HCl (p) dalam metanol). Hasil dari maserasi 500 g tepung beras merah diperoleh
ekstrak metanol kental sebanyak 115 g. Ekstrak beras merah akan digunakan dalam pembuatan
sediaan krim sebagai anti-aging. Dimana sediaan krim antiaging menggunakan ekstrak beras
merah dibuat dengan menggunakan formula standar krim (Young, 1972). Ekstrak beras merah
yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim antiaging dengan variasi konsentrasi 5%, 7,5%
dan 10%. Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna coklat, bau khas.
Adapun hasil evaluasi uji yang dilakukan untuk melihat aktivitas krim Ekstrak Beras
Merah (Oryza nivara L.) sebagai antiaging, di antara lain sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Homogenitas
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada sediaan krim antiaging memberikan hasil krim
yang homogen dan tidak adanya butiran kasar.

b. Pengamatan Stablitas Sediaan


Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan
pengamatan setiap 4 minggu, sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan
bau, warna dan adanya pemisahan fase. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan krim tetap stabil
pada penyimpanan suhu kamar selama 12 minggu, tidak terjadi perubahan bau, warna dan tidak
terjadi pemisahan fase. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel
berikut :
18
c. Pengujian PH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan per bulan selama 12 minggu dan diperoleh hasil masih
memenuhi batas pH fisiologis kulit. Menurut Bogadenta (2012) pH kosmetik diusahakan sama
atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5.

d. Penetuan Tipe Emulsi


Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan pewarnaan pada sediaan krim dengan mencampur
biru metil ke dalam masing-masing sediaan. Biru metil larut sewaktu diaduk maka tipe emulsi
pada sediaan krim yang dibuat adalah tipe emulsi minyak dalam air.
e. Penentuan Viskositas Sediaan
Viskositas sediaan krim ditentukan dengan alat Viskometer Myr VR 3000. Perbandingan
Fase Dispersi (PFD), dibagi menjadi:
 PFD rendah a/m (m/a), jika PFD lebih kecil dari 30%
 PFD sedang a/m (m/a), jika PFD 30-70%

19
 PFD tinggi a/m (m/a), jika PFD lebih besar dari 74% Percobaan yang dilakukan,
diperoleh data hasil pengukuran viskositas sediaan krim dapat dilihat pada Tabel
berikut :

Hasil yang diperoleh, formula krim mengalami peningkatan viskositas dengan


bertambahnya konsentrasi ekstrak beras merah. Berdasarkan perbandingan fase dispersi (PFD),
sediaan krim ektrak beras merah ini termasuk ke dalam PFD sedang yaitu partikel masih
berbentuk sferis dan tersusun teratur sehingga masih ada ruang gerak.

f. Pengamatan Iritasi pada Sukarelawan


Berdasarkan hasil uji iritasi pada 12 sukarelawan yang dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan krim pada permukaan kulit lengan bagian dalam, menunjukkan bahwa
semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang
diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji
iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk digunakan.
(Bogadenta, 2012)

g. Hasil Pengujian Aktivitas Antiaging


Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan alat skin analyzer Aramo, dimana
parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture), pengukuran kehalusan kulit
(evennes), besar pori (pore), dan pengukuran banyaknya noda (spot). Pengukuran aktivitas
anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan perawatan, hal ini
bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim yang digunakan. Hasil pengukuran
aktivitas antiaging akan dibahas per parameter.

 Kadar Air
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat
dalam perangkat skin analyzer Aramo

20
Pemulihan kulit yang paling baik adalah pada sediaan krim ekstrak beras merah 10%
karena mampu meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan krim yang lainnya
 Kehalusa (Avennes)
Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat skin analyzer
lensa perbesaran 6x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru.

Hasil pengukuran menunjukkan kondisi awal kehalusan semua sukarelawan adalah


normal, setelah perawatan selama satu minggu kehalusan kulit menjadi lebih halus
dibandingkan kondisi awal dengan ditunjukkan pada hasil pengukuran kehalusan kulit yang
diperoleh lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim C dengan konsentrasi ekstrak beras
merah 7,5% dan krim D dengan konsentrasi ekstrak beras merah 10% menunjukkan tingkat
pemulihan yang lebih baik dibandingkan krim yang lainnya.
 Besar Pori (Pore)
Pengukuran besar pori menggunakan skin analyzer yang sama dengan pengukuran
kehalusan yaitu lensa perbesaran 6x dan mode pembaca normal dengan warna lampu sensor
biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut
terbaca.
21
Hasil pengukuran besar pori Krim D menunjukkan pemulihan kulit yang paling baik
dibandingkan dengan krim yang lainnya karena mampu menurunkan besar pori yang baik
 Banyak Noda (Spot)
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa
perbesaran 6x dan mode pembacaan polarisasi dengan warna lampu sensor jingga.

Hasil pengukuran banyaknya noda seperti yang terlihat dalam Tabel 8 menunjukkan terdapat
banyak noda pada kondisi awal kulit semua sukarelawan, pemulihan terlihat pada minggu
ketiga untuk semua sediaan. Banyaknyanoda yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan kondisi awal. Krim D menunjukkan jumlah noda yang lebih banyak berkurang setelah
4 minggu pemakaian krim ekstrak beras merah dibandingkan dengan krim lainnya.

3.2 Jurnal II
3.2.1 Judul Jurnal
“Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
(L.) Lamk) Sebagai Anti Aging”
3.2.2 Hasil dan Pembahasan
Evaluasi basis dan krim antioksidan pada kulit. Penelitian ini menggunakan
sukarelawan sebanyak 12 orang dalam kondisi sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan

22
kulit dengan rata rata umur 22- 24 tahun dan telah mendapat naskah penjelasan relawan yaitu
tentang tata pelaksanaan terkait dengan penelitian. Uji keamanan tidak dilakukan dengan dasar
data empiris yaitu pemakaian ekstrak etanol daun ubi jalarungu Ipomoea batatas (L.) Lamk
sebesar 3 % dalam basis krim tipe m/a sebagai krim luka bakar terbukti efektif pada mencit dan
tidak mengiritasi kulit manusia. Sukarelawan mendapat dua jenis krim yaitu basis dan krim
antioksidan dan dilakukan pengukuran beberapa parameter penuaan kulit dengan instrumen
non invasif.
Masing masing sukarelawan melakukan pengukuran kemudian memakai basis pada
lengan tangan bawah sebelah kiri dan krim antioksidan pada lengan bawah tangan sebelah
kanan dan mereka diinstruksikan datang untuk melakukan pengukuran kembali setelah 2
minggu atau setelah 14 hari dan 4 minggu atau setelah 30 hari (dari awal pemakaian basis dan
krim antioksidan). krim. Formula krim tersebut diberi nama krim A yaitu krim antioksidan
(formula aktif) dan krim B yaitu (formula basis) dan diberikan kepada sukarelawan dengan
dilengkapi petunjuk/ instruksi penggunaan. Pengukuran dilakukan pada ruangan yang sama
untuk tiap sesi pengukuran dan terkendali suhunya yaitu pada suhu 25ºC.

a. Aktivitas Antioksidan
Nilai IC 50 ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 dan vitamin C
dapat dilihat pada gambar 1.

Nilai IC 50 ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 adalah 3,68
ppm sedangkan IC 50 vitamin C adalah 2,96 ppm. Aktivitas peredaman radikal bebas ekstrak
daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 adalah 80,43 %.

b. Organoleptis (perubahan warna, bau, tekstur), homogenitas, pemisahan fase


(melalui uji mekanik dan uji freeze and thaw), viskositas dan kapasitas sebar.
Pada penelitian ini formula basis dan krim antioksidan dibuat sebanyak 3 replikasi,
disimpan selama 4 minggu pada suhu kamar dan dilakukan pengamatan tiap minggu. Hasil
organoleptis menunjukkan bahwa basis dan krim antioksidan tidak mengalami perubahan

23
warna, bau dan tekstur. Hasil uji homogenitas fisik yang dilakukan pada awal pembuatan dan
minggu terakhir pengamatan, menunjukkan bahwa basis dan krim tetap homogen. Uji mekanik
adalah melakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit pada basis dan krim
antioksidan.
Hasil uji mekanik adalah kedua formula tersebut tidak terjadi pemisahan fase. Uji freeze
andthaw dilakukan dengan cara menyimpan formula basis dan krim antioksidan dalam suhu
4±2ºC pada 48 jam pertama dan suhu 40±2ºC pada 48 jam berikutnya (1 siklus), sediaan uji
dibuat hingga 4 siklus dengan kontrol yaitu penyimpanan suhu 25±2ºC. Hasil uji freeze and
thaw menunjukkan pada masing masing siklus baik formula basis dan krim antioksidan
memiliki konsistensi krim sama seperti kontrol yang berarti bahwa tidak terjadi pemisahan
fase. Uji viskositas dilakukan pada awal pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu masa
penyimpanan. Data hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada tabel 1.

Nilai viskositas basis dan krim IBLA cenderung menurun selama masa penyimpanan 4
minggu, namun nilainya masih sesuai dengan persyaratan viskositaskrim. Data nilai viskositas
diuji secara statistik dengan uji signifikasi Kruskal Wallis 0,039 < α(0,05) dan uji Chi Square
4,247< χ0,05, (4) (9,488) maka diperoleh hipotesis nol (H0 ) diterima (bahwa tidak terdapat
pengaruh waktu penyimpanan terhadap nilai viskositas basis dan krim antioksidan). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa viskositas basis dan krim antioksidan stabil selama 4 minggu.
Uji kapasitas sebar menunjukkan semakin besar beban yang diberikan pada basis dan
krim antioksidan maka semakin luas area penyebaran krim. Data pengukuran kapasitas sebar
dapat dilihat pada tabel 2.

24
Beban yang dipakai adalah pelat kaca 290,35 gram kemudian ditambah 50 gram
pertama menjadi 340,35 gram kemudian ditambah 50 gram kedua menjadi 390,35 gram.

c. Uji warna dan uji daya hantar listrik.


Pada penelitian ini dilakukan uji warna pada awal pembuatan dan minggu terakhir
pengamatan, yaitu dengan menambahkan pewarna larut minyak (Sudan III) yang berwarna
kuning ke dalam formula basis dan krim antioksidan. Pengamatan uji warna di bawah
mikroskop menunjukkan droplet (fase dalam krim) berwarna kuning. Penambahan dengan
pewarna larut air biru metilen pada basis maupun krim antioksidan menunjukkan perubahan
warna menjadi biru merata.
Uji daya hantar listrik pada formula basis dan krim antioksidan menunjukkan bahwa kedua
formula tersebut mampu menghantarkan listrik (fase luar air mampu menghantarkan listrik).
Dari kedua uji tersebut dapat disimpulkan bahwa fase dalam adalah minyak dan fase luar
adalah air.

d. Uji PH
Uji pH dilakukan pada awal pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu masa
penyimpanan. Data hasil pengukuran pH dapat dilihat pada tabel 3.

25
Rentang pH normal kulit adalah 4,5- 6,8. sehingga rata rata nilai pH basis dan krim
antioksidan masih masuk dalam rentang pH normal kulit. Secara statistik menggunakan uji
Chi Square 6,860 < χ0,05, (4) (9,488) atau nilai signifikansi 0,009< α(0,05) maka diperoleh
hipotesis nol (H0) di terima (bahwa tidak terdapat pengaruh waktu penyimpanan terhadap pH
basis dan krim antioksidan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH basis dan krim
antioksidan stabil selama 4 minggu.
e. Nilai Kelembaban
Kelembaban kulit diukur sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0 kemudian setelah 2
minggu (setelah 14 hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan alat uji kelembaban
Coscam USB-225 (1.3M). Nilai rata-rata kelembaban basis dan krim antioksidan pada masing
masing waktu pengukuran dapat dilihat dalam gambar 2.

Pada gambar 2, terlihat terjadi penurunan angka kelembaban dari hari ke-0 menuju
setelah 14 hari baik basis maupun krim antioksidan. Hal ini disebabkan karena selama masa 2
minggu tersebut, relawan menghentikan pemakaian lotion tubuh (pelembab kulit) yang biasa
mereka pakai 2-3 kali sehingga terjadi penurunan hidrasi, pemakaian krim uji satu kali sehari
tidak cukup menggantikan hidrasi kulit. Pada waktu setelah 14 hari menuju setelah 30 hari
terjadi penurunan hidrasi kulit disebabkan pengukuran setelah 30 hari pada saat bulan puasa
sehingga kemungkinan terjadi dehidrasi kulit lebih cepat.

f. Nilai Kurvatur
Kurvatur kulit diukur sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0 kemudian setelah 2
minggu (setelah 14 hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan alat X12 Illumination
Cap - Coscam USB-225 (1.3M). Nilai rata-rata kurvatur basis dan krim antioksidan pada
masing masing waktu pengukuran dapat dilihat dalam gambar 3.

26
Pada gambar 3, pada pengukuran setelah 14 hari dan 30 hari terjadi peningkatan nilai
kurvatur dari basis dan terjadi penurunan nilai kurvatur dari krim antioksidan. Perbandingan
nilai kurvatur basis yang tertera pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan setelah 30 hari
dari 12 orang sukarelawan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Nilai Kurvatur Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari

Dari tabel 4, disimpulkan bahwa dari 12 sukarelawan sebanyak 10 sukarelawan


mengalami kenaikan nilai kurvatur dan sebanyak 2 sukarelawan mengalami penurunan nilai
kurvatur setelah memakai basis selama 14 hari. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian basis
tidak memiliki manfaat mencegah kerutan.
Perbandingan nilai kurvatur krim antioksidan yang tertera pada alat saat pengukuran setelah 14
hari dan setelah 30 hari dari 12 orang sukarelawan dapat dilihat pada tabel 5.

27
Tabel 5. Perbandingan Nilai Kurvatur Krim Antioksidan antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari

Dari tabel 5, disimpulkan bahwa dari 12 sukarelawan sebanyak 8 sukarelawan mengalami


penurunan nilai kurvatur, sebanyak 1 orang tidak mengalamiperubahan nilai kurvatur dan
sebanyak 3 sukarelawan mengalami kenaikan nilai kurvatur setelah memakai krim antioksidan
selama 14 hari. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian krim antioksidan memiliki manfaat
mencegah kerutan.

g. Nilai Warna Kulit


Warna kulit diukur sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0 kemudian setelah 2
minggu (setelah 14 hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan alat X14 Polarized
Filter Cap - Coscam USB-225 (1.3M). Nilai rata warna kulit basis dan krim antioksidan pada
masing masing waktu pengukuran dapat dilihat dalam gambar 4.

28
Pada gambar 4, pada pengukuran setelah 14 hari menuju setelah 30 hari, dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan warna kulit (peningkatan pigmen kulit) dari basis dan terjadi
penurunan warna kulit dari krim antioksidan. Perbandingan nilai warna kulit basis yang tertera
pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan setelah 30 hari dari 12 orang sukarelawan dapat
dilihat pada tabel6.

Tabel 6. Perbandingan Nilai Warna Kulit Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari

Dari tabel 6, disimpulkan bahwa dari 12 sukarelawan sebanyak 5 sukarelawan mengalami


kenaikan nilai warna kulit, sebanyak 3 orang tidak mengalami perubahan nilai warna kulit dan
sbnyak 4 sukarelawan mengalami penurunan nilai warna kulit setelah memakai selama 14hari.
Hal ini membuktikan bahwa pemakaian basis tidak memiliki manfaat mencegah
pigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap) Perbandingan nilai warna kulit krim
antioksidan yang tertera pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan setelah 30 hari dari 12
orang sukarelawan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Nilai Warna Kulit Krim Antioksidan Antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari

29
Dari tabel 7, disimpulkan bahwa dari 12 sukarelawan sebanyak 9 sukarelawan mengalami
penurunan nilai warna kulit, sebanyak 2 orang tidak mengalami perubahan nilai warna kulit
dan sebanyak 1 sukarelawan mengalami kenaikan nilai warna kulit setelah memakai krim
antioksidan selama 14 hari. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian krim antioksidan memiliki
manfaat mencegah pigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap).
Untuk nilai kurvatur dan warna kulit, hasil pengukuran hari ke 0 hingga setelah 14 hari
tidak diperhitungkan karena merupakan masa kulit mengkondisikan dari penghentian
pemakaian lotion tubuh atau produk perlindungan kulit pribadi sukarelawan lainnya menuju
pemakaian tunggal basis dan krim antioksidan, setelah 14 hari maka kulit telah terkondisi sama
yaitu hanya menerima pemakaian basis dan krim antioksidan sehingga efek antioksidan dapat
terlihat.

3.3 Jurnal III


3.3.1 Judul Jurnal
“ Formulasi Krim Anti-Aging Dari Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.)”

3.3.2 Hasil dan Pembahasan

Untuk mendapatkan hasil pengujian efektifitas Antiaging dari Ekstrak Etanol Bawang
Merah (Allium cepa L) Pemilihan sukarelawan dilakukan berdasarkan kriteria antara lain
wanita berusia sekitar 20 - 30 tahun, diperiksa dalam memiliki riwayat alergi pada kulit dan
telah dikondisikan tidak menggunakan krim lain selama 4 minggu untuk terapi anti-aging.
Konsentrasi estrak etanol bawang merah yang digunakan dalam pembuatan sediaan
krim anti-aging masing-masing adalah 1%, 3%, 5%. Formula dasar krim ekstrak etanol bawang
merah dibuat sebagai blanko. Rancangan formula dijelaskan pada table berikut.

a. Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Krim


Uji homogenitas memberikan hasil krim yang homogen, tidak terdapat butiran kasar
pada gelas objek

30
b. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Krim
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil tipe emulsi sediaan krim pada tabel diatas, untuk semua sediaan krim menunjukkan
warna biru metil dapat tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan
krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Tipe emulsi ini memiliki
keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah
dihilangkan dengan adanya pencucian.

c. Pengukuran pH Sediaan Krim


Hasil pengukuran pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran pH
sediaan dilakukan pada saat setelah dibuat, kemudian diukur setelah penyimpanan 4, 8, 9, 10,
11, dan 12 minggu. Hasil pengukuran pH sediaan krim dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :

31
Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada Tabel 3. menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi tidak mempengaruhi nilai pH dari sediaan krim. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian sebelumnya tentang formulasi sediaan krim ekstrak etanol bawang merah
dengan basis vanishing cream, dan konsentrasi ekstrak etanol bawang merah dalam lotion.
Nilai pH ini masih dlam persyaratan pH fisiologis kulit yg baik berada pada rentang 4,50–6,50

d. Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Krim


Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan
setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu. Sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan diamati pemisahan
fase, perubahan warna, dan bau.

Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak etanol bawang merah yang dibuat dengan berbagai
variasi konsentrasi ekstrak dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna masing-masing
sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4 dan data hasil pengamatan stabilitas
selama 90 hari.

e. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan


Hasil uji iritasi kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis dibagian belakang
telinga dibiarkan selama 24 jam.

32
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan, tidak terlihat adanya reaksi iritasi
seperti gatal, kemerahan, ataupun pengerasan kulit pada kulit sukarelawan dari setiap formula,
hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim aman untuk digunakan.

f. Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan


 Kadar air (Moisture)
Kadar air diukur menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin
analyzer Aramo. Hasil Uji Pemberian masing masing konsentrasi dilakukan dengan lima
tahapdi mulai dari melihat kondisi awal, kemudian di lanjutkan dengan melihat perubahan
yang terjadi setelah minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke 4 . Sbb :

33
 Pori (Pore)
Besar pori kulit sukarelawan yang diukur menggunakan perangkat skin analyzer yang
sama dengan pengukuran kehalusan yaitu lensa perbesaran 60 kali (normal lens) dengan warna
lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar
pori ikut terbaca (Aramo, 2012). Hasil Uji Pemberian masing masing konsentrasi dilakukan
dengan lima tahap di mulai dari melihat kondisi awal, kemudian di lanjutkan dengan melihat
perubahan yang terjadi setelah 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun
perubahan kondisi pori-pori dapat di jelaskan sebagai berikut:

 Keriput (Wrinkle)
Keriput pada kulit sukarelawan dapat diukur dengan menggunakan perangkat skin
analyzer lensa perbesaran 10 kali dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor
biru. Hasil Uji Pemberian masing masing konsentrasi dilakukan dengan lima tahap di mulai
dari melihat kondisi awal kemudian di lanjutkan dengan melihat perubahan yang terjadi setelah
1minggu ,2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun perubahan kondisi keriput dapat di
jelaskan sebagai berikut:

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan review akan ketiga jurnal yang penulis bahas di atas dapat di sipulkan
bahwa Formula krim antioksidan terbukti memiliki manfaat meningkatkan kualitas kulit yaitu
mampu mencegah terjadinya kerutan dan mencegah terjadinya pigmentasi. Hal ini dapat di
paparkan dari ketiga jurnal tersebut dengan uraian sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian dari jurnal I yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas
Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza nivara L. ) Sebagai Antiaging” yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa ekstrak beras merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai
antiaging. Sediaan krim 10% memberikan efek antiaging yang lebih baik dibandingkan
dengan krim dengan konsentrasi lainnya setelah empat minggu pemakaian. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman beras merah, dan dapat
menjadi alternatif lain dalam penggunaan beras merah sebagai antioksidan alami yang baik
untuk menghasilkan produk perawatan kulit
Selanjutnya pada hasil penelitian jurnal II yang berjudul “Formulasi Krim Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk) Sebagai Anti Aging”
yang diperolah, dapat disimpulkan bahwa Ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.)
Lamk Antin 3 sebesar 0,37 % dalam formula krim antioksidan memiliki aktivitas peredaman
DPPH sebesar 80,43 %. Formula krim antioksidan terbukti stabil secara fisik (organoleptis
(perubahan warna, bau, tekstur), homogenitas, pemisahan fase, viskositas, kapasitas sebar dan
nilai pH) selama 4 minggu pada suhu kamar. Sehingga sangat baik sebagai antiaging untuk
mencegah terjadinya kerutan, namun tidak terbukti mampu mempertahankan kelembaban kulit.
Sedangkan pada penelitian Jurnal III yang berjudul “Formulasi Krim Anti-Aging Dari
Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.) juga di peroleh hasil dengan kesimpulan
bahwa Ekstrak etanol bawang merah dapat diformulasikan kedalam sediaan krim anti-aging
dalam bentuk sediaan tipe emulsi m/a, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil dalam
penyimpanan selama 12 minggu dalam suhu kamar. Penambahan ekstrak etanol bawang merah
ke dalam sediaan krim mampu memberikan efek anti-aging. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak etanol bawang merah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi
kemampuan sediaan krim untuk memberikan efek anti-aging. Krim ekstrak etanol bawang
merah dengan konsentrasi 5% memberikan efektivitas anti-aging yang lebih baik dengan
parameter kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal (21,33 menjadi 33,33), kondisi
angka pori besar menjadi angka pori kecil (40,66 menjadi 28,33), dan kondisi keriput dari
berkeriput menjadi tidak berkeriput (31 menjadi 17).

35
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Dewi, Herlina. (2018). Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) untuk Kesehatan Kulit. Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Anwar, E. 2012. Eksipien dalam sediaan farmasi: karakterisasi dan aplikasi.Jakarta: Dian
Rakyat. Halaman 1-10.

Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H. I. 2009. Handbook of cosmetic science andtechnology.
Third Edition. New York: John Willy and Son Inc. Halaman 626-629

Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal.
Jogjakarta: Buku Biru. Hal. 15

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. (2019). Peraturan BadanPengawas
Obat dan Makanan Nomor 23 tahun 2019 tentang Persyaratan teknis bahan kosmetika.
Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RepublikIndonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 12 tahun 2019 tentang Cemaran dalam kosmetika. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 10.

Elmitra, M.Farm., Apt. (2017). "Dasar-dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. 117-155.
Penerbit. CV. Budi Utama, Yogyakarta.

Jaelani. 2009. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Halaman 153-
155.

Muliyawan, D., Suriana, N. 2013. A-Z tentang kosmetik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Halaman 16-17,138-289.

Noormindhawati, L. 2013. Jurus ampuh melawan penuaan dini. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Halaman 2-5

Prianto, J. 2014. Cantik panduan lengkap merawat kulit wajah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Halaman 60.

36
Rowe, R. C., Sheskey, P. J. Quinn, M. E. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients. 6th
Ed. London: The Pharmaceutical Press. Halaman 155, 441, 592, 679, 697, dan 754.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia. Halaman 16-21

Wilkes, M., Wright, C. Y., du Plessis, J. L., and Reeder, A. 2015. Fitzpatrick Skin Type,
Individual Typology Angle, And Melanin Index In An African Population: Steps Toward
Universally Applicable Skin Photosensitivity Assessments. JAMA Dermatology, vol.
151, no. 8, pp. 902-903.

Yulia, E &amp; Ambarwati, S. (2015). Dasar-dasar Kosmetika Untuk Tata Rias.LPP Press :
Universitas Negeri Jakarta

37
TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM)

PAPER – OPEN ACCESS

Formulasi dan Uji Aktivitas Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza


Nivara L. )Sebagai Antiaging
Author : T. Ismanelly Hanum
DOI : 10.32734/tm.v1i1.82
Paper Page : 237 - 244

Volume 1 Issue 1 – 2018 TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.
Published under licence by TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara
TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244

TALENTA Conference Series


Available online at https://talentaconfseries.usu.ac.id

Formulasi dan Uji Aktivitas Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza


Nivara L. )Sebagai Antiaging
T. Ismanelly Hanuma,*
a
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia

ism4fzn@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Antiaging adalah sediaan untuk menghambat proses degeneratif sehingga menghambat timbulnya tanda-tanda
penuaan pada kulit. Beras merah (Oryza nivara L.) memiliki kandungan antosianin yang merupakan senyawa fenolik yang
bertindak sebagai antioksidan alami yang efektif untuk mencegah penuaan dini. Tujuan penelitian: untuk memformulasikan dan
menguji aktivitas antiaging ekstrak beras merah dalam bentuk sediaan krim. Metodologi: pembuatan ekstrak beras merah,
formulasi dalam bentuk sediaan krim dengan variasi konsentrasi ekstrak beras merah 5%, 7,5% dan 10%. Evaluasi sediaan krim
meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, pengukuran pH, viskositas, uji iritasi dan uji stabilitas seperti pengamatan organoleptis dan
pH selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan dengan
mengoleskan krim dua kali sehari pada kulit punggung tangan dan dilakukan pengukuran parameter kadar air, kehalusan kulit,
besar pori, dan banyaknya noda menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama pemakaian 4 minggu.
Hasil penelitian: ekstrak beras merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim yang homogen,tidak mengiritasi, dan stabil
selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim ekstrak beras merah 10% memiliki kadar air pada kulit lebih banyak, kulit yang
lebih halus, ukuran pori yang lebih kecil dan jumlah noda lebih sedikit dibandingkan dari konsentrasi yang lainnya. Kesimpulan:
ekstrak beras merah dapat diformulasi dalam bentuk sediaan krim sebagai antiaging setelah empat minggu pemakaian.

Kata Kunci: Beras merah, krim, anti-aging, skin analyzer

1. Pendahuluan
Gejala penuaan dini yang bisa membuat kurangnya percaya diri bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang
kronis, namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang. Sebagai organ paling luar, kulit
langsung terpapar dengan lingkungan prooksidatif seperti radiasi sinar UV, obatobatan, polusi udara, asap rokok,
radiasi, alkohol dan paparan zat tertentu. Akibatnya kulit terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan
halus, muncul pigmentasi, kulit terlihat tidak kencang, kusam dan tidak segar [7].
Proses menua pada kulit dapat dibedakan atas dua, yaitu proses menua intrinsik (proses menua sejalan dengan
waktu) dan proses menua ekstrinsik (proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal, seperti pajanan sinar matahari
yang berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi yang tidak seimbang). Pada penuaan
ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpapar matahari [2].
Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan
merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan [2]. Berbagai terapi ditawarkan untuk
mengatasi terjadinya proses penuaan dini. Terapi-terapi yang sifatnya alami sampai sekarang masih menjadi salah
satu pilihan bagi masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk kembali pada sesuatu yang alamiah semakin meningkat
[3].

© 2018 The Authors. Published by TALENTA Publisher Universitas Sumatera Utara


Selection and peer-review under responsibility of Seminar Ilmiah Nasional Dies Natalis USU-64
238 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244

Padi beras merah (Oryza nivara L.) merupakan bahan pangan pokok bernilai kesehatan tinggi. Selain
mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat, mineral dan antosianin.Antosianin adalah senyawa fenolik yang
bertindak sebagai antioksidan, dibutuhkan untuk tanaman itu sendiri dan nutrisi penting bagi kesehatan
manusia.Antosianin merupakan pigmen merah yang terkandung pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, atau
dijumpai pula pada setiap bagian gabah [12].
Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap beras merah, seperti yang dilakukan [12] yang menguji kadar
antosianin dari padi beras merah, dan diperoleh kadar antosianin terbanyak terdapat pada bagian perikarp. Penelitian
[6] menunjukkan bahwa adanya aktivitas antioksidan dari tepung beras merah, yang memiliki kemampuan
menangkap radikal bebas DPPH.
Berdasarkan latar belakang di atas dilakukanlah penelitian untuk memformulasikan dan menguji aktivitas
antiaging ekstrak beras merah dalam bentuk sediaan krim.

2. Metode Panelitian

2.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah seperangkat alat skin analyzer (Aramo SG), neraca listrik (Ohaus), pH meter
(HANNA), rotary evaporator, viskometer (Myr VR3000). Bahan-bahan yang digunakan adalah asam stearat, setil
alkohol, sorbitol syrup, propilen glikol, TEA, nipagin, nipasol, BHT, air suling, minyak mawar, metil biru, larutan
pH asam (4,01), larutan pH netral (7,01), pelarut teknis metanol, dan HCl(p). Sampel yang digunakan adalah beras
merah yang diambil di Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara

2.2. Pembuatan Ekstrak

Simplisia yang telah diolah menjadi tepung beras merah (25 gram) ditambahkan 200 mL pelarut (1% HCl (p)
dalam metanol), diaduk dan disaring kemudian residu dibilas dengan air suling secukupnya. Filtrat yang diperoleh
kemudian disaring kembali dengan kertas Whatman no. 41. Filtrat diuapkan dengan rotary evaporator hingga
mendapatkan ekstrak kental.

2.3. Formulasi Sediaan Krim

• Formula Dasar Krim (Young, 1972)


Asam stearat 12 g
Setil alkohol ½g
Sorbitol syrup 5g
Propilen glikol 3g
TEA 1g
Nipagin 0,1 %
Nipasol 0,1 %
BHT 0,1 %
Minyak mawar 2 tetes
Air suling ad 100
T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018) 237–244 239

Table. 1. Komposisi bahan dalam krim

Konsentrasi (gram)
Bahan Krim A Krim B Krim C Krim D
(Blanko) (5%) (7,5%) (10%)
Ekstrak Beras
- 5 7.5 10
Merah
Dasar Krim 100 95 92,5 90

• Cara pembuatan krim ekstrak beras merah


Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dipisahkan antara fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari
asam stearat dan setil alkohol di masukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur diatas penangas air pada suhu 70-
̊ (massa I). Fase air terdiri dari sorbitol syrup,propilen glikol, TEA, BHT, nipagin dan nipasol, lalu aduk sampai
75 C
homogen (massa II). Masukkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus terus menerus
cepat dan searah, sisa air suling ditambahkan sedikit demi sedikit hingga terbentuk dasar krim [13]. Bahan aktif
yang telah ditimbang digerus dalam lumpang lalu ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus
sampai sampel.

2.4. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan

• Pemeriksaan Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar [4].
• Pengamatan Stabilitas Sediaan
Pengamatan yang dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat meliputi adanya perubahan bentuk, warna, dan
bau dari sediaan. Waktu penyimpanan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar (National Health Surveillance
Agency, 2005).
• Pengujian pH Sediaan
Pengujian pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter [11].
• Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambah 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang
pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru
berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m [13].
• Penentuan Viskositas Sediaan
Penentuan viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Myr VR 3000. Dengan cara
menimbang 100 gram sediaan krim ekstrak beras merah kemudian diatur Spindel dan kecepatan yang digunakan.
Viskometer Myr VR 3000 dijalankan, kemudiaan viskositas dari sediaan krim ekstrak beras merah akan terbaca.
• Pengujian iritasi sediaan
Uji iritasi dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan dengan teknik tempel terbuka yang dilakukan dengan
mengoleskan sediaan pada bagian lengan tangan selama tiga kali dalam sehari selama tiga hari berturut-turut setelah
pembuatan dan pada hari akhir penyimpanan untuk masing-masing sediaan. Diamati gejala yang timbul apakah
terjadi gatal-gatal ataupun kulit yang memerah [5].

2.5. Uji Efek AntiAging

Diukur kondisi kulit tangan sukarelawan, setelah itu dilakukan pengolesan krim sesuai dengan pembagian
konsentrasi krim. Pengolesan dilakukan 2 kali sehari secara merata pada kulit bagian punggung tangan sukarelawan.
Kemudian dilakukan pengukuran kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan menggunakan skin
analyzer. Diamati kondisi kulit tangan sukarelawan masing-masing konsentrasi sebelum dan sesudah pemberian
krim.
240 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Hasil Ekstraksi Tepung Beras Merah (Oryza nivara L.)\

Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi dengan 4 L pelarut (1% HCl (p) dalam metanol). Hasil dari
maserasi 500 g tepung beras merah diperoleh ekstrak metanol kental sebanyak 115 g. Ekstrak beras merah akan
digunakan dalam pembuatan sediaan krim sebagai anti-aging.

3.2. Hasil Pembuatan Sediaan Krim

Sediaan krim antiaging menggunakan ekstrak beras merah dibuat dengan menggunakan formula standar krim
(Young, 1972). Ekstrak beras merah yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim antiaging dengan variasi
konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%. Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna coklat, bau khas.

3.3. Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan

• Pemeriksaan Homogenitas
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada sediaan krim antiaging memberikan hasil krim yang homogen dan tidak
adanya butiran kasar.
• Pengamatan Stabilitas Sediaan
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 4 minggu,
sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna dan adanya pemisahan fase. Hasil uji
menunjukkan bahwa sediaan krim tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 12 minggu, tidak terjadi
perubahan bau, warna dan tidak terjadi pemisahan fase. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat
dalam Tabel 2.

Table. 2. Hasil pengamatan stabilitas krim ekstrak beras merah

Lama Pengamatan (Minggu)


No Formula 0 1 4 8 12
X x z X y z X y z x y z x y y
1 A - - - - - - - - - - - - - - -
2 B - - - - - - - - - - - - - - -
3 C - - - - - - - - - - - - - - -
4 D - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan: Formula
A: Dasar krim (blanko) x : Perubahan warna Formula
B: Krim ekstrak beras merah 5% y : Perubahan bau Formula
C: Krim ekstrak beras merah 7,5% z : Pemisahan fase Formula
D: Krim ekstrak beras merah 10% - : Tidak ada perubahan * : Terjadi perubahan
T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018) 237–244 241

• Pengujian pH Sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan per bulan selama 12 minggu dan diperoleh hasil masih memenuhi batas pH
fisiologis kulit. Menurut [7] pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu
4,5-6,5.

Table. 3. Hasil pengukuran pH sediaan

pH
No Formula Lama Pengamatan (minggu)
0 4 8 12
1 A 6,3 6,3 6,3 6,3
2 B 6,3 6,3 6,3 6,3
3 C 6,3 6,3 6,2 6,2
4 D 6,3 6,3 6,2 6,2
Keterangan :
Formula A: Dasar krim (blanko)
Formula B: Krim ekstrak beras merah 5%
Formula C: Krim ekstrak beras merah 7,5%
Formula D: Krim ekstrak beras merah 10%

• Penentuan Tipe Emulsi


Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan pewarnaan pada sediaan krim dengan mencampur biru metil ke dalam
masing-masing sediaan. Biru metil larut sewaktu diaduk maka tipe emulsi pada sediaan krim yang dibuat adalah tipe
emulsi minyak dalam air.
• Penentuan Viskositas Sediaan
Viskositas sediaan krim ditentukan dengan alat Viskometer Myr VR 3000. Perbandingan Fase Dispersi (PFD),
dibagi menjadi:
• 1. PFD rendah a/m (m/a), jika PFD lebih kecil dari 30%
• 2. PFD sedang a/m (m/a), jika PFD 30-70%
• 3. PFD tinggi a/m (m/a), jika PFD lebih besar dari 74% Percobaan yang dilakukan, diperoleh data hasil
pengukuran viskositas sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.

Table. 4. Data pengukuran viskositas sediaan krim

Viskositas Temperatur Range


Formula Rpm
(mPas) (ºC) (mPas)
A 60 2370 27,3 10000
B 60 3010 27,2 10000
C 60 3190 27,4 10000
D 60 3460 27,3 10000
Keterangan :
Formula A: Dasar krim (blanko)
Formula B: Krim ekstrak beras merah 5%
Formula C: Krim ekstrak beras merah 7,5%
Formula D: Krim ekstrak beras merah 10%

Hasil yang diperoleh, formula krim mengalami peningkatan viskositas dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak
beras merah. Berdasarkan perbandingan fase dispersi (PFD), sediaan krim ektrak beras merah ini termasuk ke dalam
PFD sedang yaitu partikel masih berbentuk sferis dan tersusun teratur sehingga masih ada ruang gerak.
242 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244

• Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan


Berdasarkan hasil uji iritasi pada 12 sukarelawan yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan krim pada
permukaan kulit lengan bagian dalam, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap
parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya
pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk
digunakan [7].

3.4. Hasil Pengujian Aktivitas Antiaging

Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan alat skin analyzer Aramo, dimana parameter uji meliputi:
pengukuran kadar air (moisture), pengukuran kehalusan kulit (evennes), besar pori (pore), dan pengukuran
banyaknya noda (spot). Pengukuran aktivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum
dilakukan perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim yang digunakan. Hasil
pengukuran aktivitas antiaging akan dibahas per parameter
• Kadar air (Moisture)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin
analyzer Aramo.

Table. 5. Hasil pengukuran kadar air (Moisture) kulit sukarelawan

Persentase Kadar Air (%)


Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 30 30 32 32 33
B 32 32 32 33 33
C 30 32 32 32 33
D 30 30 32 34 37
Keterangan :
Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 [1]
Krim A: Dasar krim
Krim B: Krim beras merah 5%
Krim C: Krim beras merah 7,5%
Krim D: krim beras merah 10%

Pemulihan kulit yang paling baik adalah pada sediaan krim ekstrak beras merah 10% karena mampu
meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan krim yang lainnya
• Kehalusan (Evenness)
Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 6x dan
mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru.

Table. 6. Hasil pengukuran kehalusan (Evennes) kulit sukarelawan

Kehalusan Kulit
Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 33 31 31 28 28
B 30 29 28 27 27
T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018) 237–244 243

C 27 26 26 25 23
D 28 28 28 26 21
Keterangan :
Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 [1]

Hasil pengukuran menunjukkan kondisi awal kehalusan semua sukarelawan adalah normal, setelah perawatan
selama satu minggu kehalusan kulit menjadi lebih halus dibandingkan kondisi awal dengan ditunjukkan pada hasil
pengukuran kehalusan kulit yang diperoleh lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim C dengan konsentrasi
ekstrak beras merah 7,5% dan krim D dengan konsentrasi ekstrak beras merah 10% menunjukkan tingkat pemulihan
yang lebih baik dibandingkan krim yang lainnya.
• Besar pori (Pore)
Pengukuran besar pori menggunakan skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yaitu lensa
perbesaran 6x dan mode pembaca normal dengan warna lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa
kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca [1].

Table. 7. Hasil pengukuran besar pori (pore) kulit sukarelawan

Besar Pori
Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 52 50 39 27 12
B 48 33 31 28 22
C 33 27 27 18 12
D 77 50 39 27 22
Keterangan :
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 [1]

Hasil pengukuran besar pori Krim D menunjukkan pemulihan kulit yang paling baik dibandingkan dengan krim
yang lainnya karena mampu menurunkan besar pori yang baik.
• Banyaknya noda (Spot)
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 6x dan mode
pembacaan polarisasi dengan warna lampu sensor jingga.

Table. 8. Hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kulit sukarelawan.

Banyaknya Noda
Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 50 41 39 26 22
B 68 36 34 29 24
C 61 44 38 26 18
D 70 31 39 34 26
Keterangan :
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyaknya noda 40-100 [1]

Hasil pengukuran banyaknya noda seperti yang terlihat dalam Tabel 8 menunjukkan terdapat banyak noda pada
kondisi awal kulit semua sukarelawan, pemulihan terlihat pada minggu ketiga untuk semua sediaan. Banyaknya
244 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244

noda yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi awal. Krim D menunjukkan jumlah noda
yang lebih banyak berkurang setelah 4 minggu pemakaian krim ekstrak beras merah dibandingkan dengan krim
lainnya.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak beras merah dapat diformulasikan
dalam sediaan krim sebagai antiaging. Sediaan krim 10% memberikan efek antiaging yang lebih baik dibandingkan
dengan krim dengan konsentrasi lainnya setelah empat minggu pemakaian. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman beras merah, dan dapat menjadi alternatif lain dalam penggunaan
beras merah sebagai antioksidan alami yang baik untuk menghasilkan produk perawatan kulit.

5. Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibrahim Sagala dan kawan-kawan, mahasiswa FMIPA Farmasi UMN-
AW atas kontribusinya dalam penelitian ini

Referensi
[1] Aramo, I. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10.
[2] Ardhie, M. A. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Jakarta. Scientific Journal Of Pharmaceutical
Development and Medical Application. Hal. 4-9.
[3] Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Hal. 15.
[4] Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.
[5] Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 22-31. Galuh, A.
(2013).Perbedaan Kandungan Senyawa Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Tepung Beras Organik Varietas Lokal. Surabaya. Seminar
Nasional.
[6] Latifah, F., dan Tranggono, R.I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 21.
[7] Muliyawan, D. dan Suriana, N. (2013).A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 14,16-17, 21-25, 141-142,
312.
[8] National Health Surveillance Agency.(2005). Cosmetic Products Stability Guide. Brazil: ANVISA. Halaman 19
[9] Rawlins, E. A. (2003), Bentleys of Pharmaceutics, 18 Ed. London: Baillierre Tindall. Hal. 22, 35.
[10] Suliartini, Ni Wayan. (2011). Pengujian Kadar Antosianin Padi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara.
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
[11] Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kedua. Penerjemah Soendari. Gajah Mada University. Yogyakarta. Halaman
165, 179, 222.
[12] Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Halaman 197-199.
166 Original Article Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar


Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk) Sebagai Anti Aging
Damaranie Dipahayu1, Widji Soeratri1, Mangestuti Agil1
Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
1

Email : d.dipahayu@gmail.com

Abstrak
Daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk) varietas Antin 3 (IBLA) adalah
sumber antioksidan alami karena mengandung senyawa antosianin. IBLA diekstrak
secara maserasi kinetik dengan pelarut etanol 70 %. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan aktivitas antioksidan melalui uji peredaman DPPH (2,2-diphenyl-
1-picrylhydrazil). Lebih lanjut adalah untuk memformulasi ekstrak IBLA ke dalam
sediaan krim basis minyak dalam air (m/a). Basis dan formulasi krim diuji stabilitas
fisik pada penyimpanan suhu 28ºC selama 4 minggu. Parameter stabilitas yang diukur
adalah organoleptis, homogenitas fisik, nilai pH, nilai viskositas, tipe emulsi, kapasitas
sebar, uji mekanik dan uji freeze and thaw. Pada basis dan formulasi krim dilakukan
evaluasi manfaat kelembaban, kurvatur dan pigmentasi pada kulit manusia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol IBLA memiliki aktivitas antioksidan
sebesar 80,43% dibanding dengan vitamin C murni. Nilai IC 50 ekstrak IBLA
adalah 3,68 ppm dan IC 50 vitamin C adalah 2,96 ppm. Basis dan formula krim stabil
secara fisik selama 4 minggu. Basis dan krim antioksidan tidak memiliki manfaat
meningkatkan kelembaban kulit. Basis tidak memiliki efek mencegah kerutan namun
krim antioksidan memiliki manfaat mencegah kerutan. Basis tidak memiliki manfaat
mencegah pigmentasi namun krim antioksidan memiliki manfaat mencegah pigmentasi.

Abstract
Purple sweet potatoes leaves (Ipomoea batatas (L.) Lamk) Antin 3 variety (IBLA) are
natural antioxidant sources because of anthocyanins contents. IBLA extracted by kinetic
maseration with 70 % ethanolic solution. The aims of this research are to determine
antioxidant activity for DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) scavenging activity and
formulating IBLA extract into oil in water base cream dosage form. Both the base
cream and formulation were stored at 28ºC for a period of 4 weeks to predict their
stability. The evaluation parameters consisted of organoleptic, homogenity, pH value,
viscosity, emulsion type, dispersive power, mechanic and freeze and thaw. Futhermore,
the base cream and formulation were evaluated for their effects on skin moisture,
curvature and pigmentation. The results showed that ethanolic extract of IBLA had
antioxidant activity of 80.43 % compared with pure vitamin C. IC 50 value of IBLA
extract is 3.68 ppm while vitamin C is 2.96 ppm. Base and antioxidant creams had
a physical stability for 4 weeks. The base and antioxidant creams have no effect on
promoting skin moisture. The base cream had no effect in inhibiting curvature but
antioxidant cream was effective to inhibit curvature. The base showed no pigmentation
inhibiting effect but antioxidant cream was effective in inhibiting pigmentation.

Keywords : antioxidant, IBLA, o/w cream, skin moisture,curvature,pigmentation.

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 167

PENDAHULUAN ungu varietas Antin 3 merupakan varietas


baru yang prospektif untuk dikembangkan
Aging kulit sebagian besar disebabkan oleh karena kandungan antosianin yang dimiliki
radiasi sinar matahari. UV A dan B dalam (Yusuf et al., 2013). Antosianin memiliki
sinar matahari menginduksi terbentuknya sistem ikatan rangkap terkonjugasi yang
Reactive Oxygen Species (ROS) dalam kulit mampu menjadikan antosianin sebagai
dan mengakibatkan stress oksidatif bila antioksidan dengan mekanisme penangkapan
jumlah ROS tersebut melebihi kemampuan radikal. Bagian daun memiliki kandungan
pertahanan antioksidan dalam sel kulit antioksidan dan komponen fitokimia yang
(Dahmane & Poljsak, 2012). Aging kulit lebih tinggi dibandingkan bagian umbinya
ditandai dengan tampilan kulit yang kering, (Mun Hue et al., 2012). Ketersediaan daun
tipis, tidak elastis, keriput karena pecahnya ubi jalar ungu yang berlimpah, mudah didapat
kolagen dan rusaknya sintesa kolagen, dan pemanfaatannya yang belum maksimal,
kematian sel-sel kulit tidak dibarengi dengan menjadikan daun ubi jalar ungu tepat sebagai
pembentukan kulit baru, warna kulit tidak bahan aktif kosmetika antioksidan. Ekstrak
merata, hyperpigmentasi, hypopigmentasi daun ubi jalar ungu varietas Antin 3 akan
dan terparah adalah kanker kulit (Ratnam et diukur aktivitas antioksidannya secara in
al., 2006; Almeida et al., 2008). vitro yaitu dengan metode DPPH untuk
mengetahui nilai IC 50 dan nilai IC 50
Perawatan utama untuk mencegah aging tersebut akan dipakai sebagai konsentrasi
kulit karena stres okidatif adalah pemakaian ekstrak yang ditambahkan dalam formula.
produk pelindung matahari sedangkan untuk Formula krim yang dibuat adalah tipe minyak
perawatan sekunder adalah pemakaian dalam air (m/a) karena merupakan sistem
produk yang mengandung antioksidan penghantaran optimal untuk bahan aktif
seperti polifenol (Pojsak & Dahmane, polifenol dan lebih acceptable karena mudah
2011). Antioksidan dipakai untuk mencegah diaplikasikan ke kulit serta meninggalkan
timbulnya penuaan kulit dan bukan gold rasa nyaman dibanding krim tipe air dalam
standart terapi aging kulit (Thornfeldt & minyak (a/m) (Bernatoniene et al., 2011).
Bourne, 2010). Asupan antioksidan didapat Pemilihan komponen basis berdasarkan sifat
secara oral ataupun topikal dengan dioleskan kestabilan dan kompatibilitas dengan ekstrak
pada kulit (Pinnel, 2003). Antioksidan etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
alami yang diperoleh dari tumbuhan telah (L.) Lamk Antin 3. Formula basis dan krim
dikembangkan untuk digunakan secara antioksidan yang terbentuk akan diteliti
topikal untuk meminimalkan efek perusakan stabilitas fisiknya selama 4 minggu dan diuji
dan mencegah kondisi patologi maupun efektifitasnya (in vivo) pada kulit manusia
fisiologi terkait dengan stres oksidatif dengan penilaian parameter aging yaitu
(Bernatoniene et al., 2011). Tanaman ubi jalar peningkatan kelembaban kulit, pengurangan

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


168 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

kerutan atau curvature dan kecerahan warna gelombang 517 nm dengan spektrofotometer
kulit. Penilaian dilakukan terhadap basis dan Argilent 8453 Larutan kontrol adalah
krim antioksidan selama 28 hari. campuran DPPH dengan etanol. Aktivitas
radikal bebas dihitung berdasar persen
METODE peredaman DPPH dengan rumus :

Cara Kerja

Ekstraksi. Daun segar merupakan hasil Regresi linier dari rentang konsentrasi
klon pengembangan BALITKABI ( Balai ekstrak vs % peredaman DPPH digunakan
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang
Malang, daun didapat dari pertanian binaan dapat meredam 50 % DPPH (nilai IC 50) .
BALITKABI di daerah tumpang Malang, Untuk preparasi vitamin C sebagai larutan
berumur 5 bulan dan dari 1 area penanaman. standart dan penentuan nilai IC 50 vitamin
Daun dikeringkan dengan freeze drying dan C, sama dengan preparasi ekstrak. Aktivitas
diblender halus. Serbuk daun diekstraksi peredaman radikal bebas ekstrak, didapat
secara maserasi kinetik dengan etanol 70 % dengan perhitungan :
(dengan perbandingan : 0,1 gram serbuk daun (IC 50 vitamin C/ IC 50 ekstrak)*100 %.
dalam 100 mL etanol 70 %) selama 1 jam
kemudian disaring buchner. Proses maserasi Persiapan Formulasi. Pada penelitian ini
diulang hingga filtrat menjadi jernih. Filtrat krim tipe minyak dalam air dibuat dengan
yang didapat, diuapkan pelarut alkoholnya cara menambahkan fase air ke dalam fase
pada suhu 40ºC dengan alat rotary evaporator minyak secara perlahan dengan pengadukan
hingga tinggal satu pertiga bagian kemudian manual secara konstan dengan arah
dikeringkan dengan freeze drying hingga berlawanan arah jarum jam hingga suhu
didapat ekstrak kering. turun menjadi 35ºC. Fase minyak terdiri
dari vaselin album, mineral oil, isopropil
Aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan miristat, asam stearat, gliseril monostearat
ekstrak kering daun ubi jalar ungu Ipomoea dan nipasol. Fase minyak dipanaskan di
batatas (L.) Lamk Antin 3 ditentukan dengan atas penangas air hingga suhu 70ºC (hingga
metode DPPH (Mun Hue et al., 2012; semua bahan melebur sempurna) kemudian
Ghasemzadeh, 2012). 3,0 mL larutan ekstrak diturunkan dari penangas air hingga suhu
dengan konsentrasi (0,5; 1; 2; 3; 4 ppm) menjadi 60ºC. Fase air terdiri dari TEA,
dicampur dengan 1,5 mL larutan DPPH dalam xanthan gum, nipagin dan aquadestilata.
etanol 70 % p.a, campuran diinkubasi pada Fase air dipanaskan di atas penangas air
suhu ruang selama 30 menit. Selanjutnya, hingga suhu 70 ºC. Ekstrak kering dilarutkan
diukur absorbansinya pada panjang terlebih dahulu dalam aquadestilata suhu

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 169

35ºC kemudian ditambahkan ke dalam krim ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk sebesar 3
fase minyak dalam air yang telah terbentuk % dalam basis krim tipe m/a sebagai krim
dan ditambahkan aquadestilata hingga 100 luka bakar terbukti efektif pada mencit dan
% bobot formula (100 g). Formula basis tidak mengiritasi kulit manusia (Farida et
(Modifikasi Bernatoinene et al., 2011) : al, 2011). Sukarelawan mendapat dua jenis
vaselin album (6,2 g), mineral oil (13,8 g), krim yaitu basis dan krim antioksidan dan
isopropil miristat (1,5 g), asam stearat (7,5 dilakukan pengukuran beberapa parameter
g), gliseril monostearat (5 g), Nipasol (0,05 penuaan kulit dengan instrumen non invasif
g), TEA (0,2 g), xanthan gum (0,2 g), nipagin (Colipa, 2008).
(0,1 % g), aquadestilata (ad 100 g). Formula
krim antioksidan : vaselin album (6,2 g), Parameter kelembaban, kurvatur dan warna
mineral oil (13,8 g), isopropil miristat (1,5 kulit dievaluasi dengan alat Coscam USB-
g), asam stearat (7,5 g), gliseril monostearat 225 (1.3M) dengan spesifikasi power supply
(5 g), nipasol (0,05 g), TEA (0,2 g), xanthan : 5VDC Via USB Port; resolution : 1.3 mega
gum (0,2 g), nipagin (0,1 % g), ekstrak kering pixels ¼ color VGA CMOS Image Sensor
(0,37 g), aquadestilata (ad 100 g). ; effective pixels: 307.200; ACG/ white
balance : On/ fixed; Output signal : USB 1.1
Kelengkapan Formulasi. Uji stabilitas Format; light source : high luminance white
formula basis dan krim antioksidan LED: 8 EA; light intensity : fixed ; camera
dilakukan selama 4 minggu pada suhu kamar. cable : 2.0 M; light delivery : side/ vertical/
Karakteristik fisik yang diperiksa adalah polarized illuminating; magnification : full
organoleptis (perubahan warna, bau, tekstur), body, full face, partial area X12, X14, X40,
homogenitas fisik, nilai pH, viskositas, X50, X100, X400-500 (option). Masing
kapasitas sebar, tipe krim, pemisahan fase masing sukarelawan melakukan pengukuran
(melalui uji mekanik dan uji freeze & thaw) kemudian memakai basis pada lengan tangan
(Colipa, 2004). bawah sebelah kiri dan krim antioksidan
pada lengan bawah tangan sebelah kanan
Evaluasi basis dan krim antioksidan dan mereka diinstruksikan datang untuk
pada kulit. Penelitian ini menggunakan melakukan pengukuran kembali setelah 2
sukarelawan sebanyak 12 orang dalam minggu atau setelah 14 hari dan 4 minggu
kondisi sehat dan tidak memiliki masalah atau setelah 30 hari (dari awal pemakaian
kesehatan kulit dengan rata rata umur 22- 24 basis dan krim antioksidan).
tahun dan telah mendapat naskah penjelasan
relawan yaitu tentang tata pelaksanaan Desain penelitian. Penelitian ini didesain
terkait dengan penelitian. Uji keamanan dengan membandingkan dua krim yaitu krim
tidak dilakukan dengan dasar data empiris dengan bahan aktif ekstrak daun ubi jalar ungu
yaitu pemakaian ekstrak etanol daun ubi jalar Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 dan basis

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


170 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

krim. Formula krim tersebut diberi nama krim 2,96 ppm. Aktivitas peredaman radikal bebas
A yaitu krim antioksidan (formula aktif) dan ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas
krim B yaitu (formula basis) dan diberikan (L.) Lamk Antin 3 adalah 80,43 %.
kepada sukarelawan dengan dilengkapi
petunjuk/ instruksi penggunaan. Pengukuran Organoleptis (perubahan warna, bau,
dilakukan pada ruangan yang sama untuk tiap tekstur), homogenitas, pemisahan fase
sesi pengukuran dan terkendali suhunya yaitu (melalui uji mekanik dan uji freeze and
pada suhu 25ºC (Rasul & Akhtar, 2012). thaw), viskositas dan kapasitas sebar.
Pada penelitian ini formula basis dan krim
Standar etik. Penelitian ini telah disetujui antioksidan dibuat sebanyak 3 replikasi,
oleh tim uji etik Fakultas Kedokteran disimpan selama 4 minggu pada suhu kamar
Universitas Airlangga Surabaya. dan dilakukan pengamatan tiap minggu. Hasil
organoleptis menunjukkan bahwa basis dan
HASIL DAN PEMBAHASAN krim antioksidan tidak mengalami perubahan
warna, bau dan tekstur. Hasil uji homogenitas
Aktivitas Antioksidan. Nilai IC 50 ekstrak fisik yang dilakukan pada awal pembuatan dan
daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) minggu terakhir pengamatan, menunjukkan
Lamk Antin 3 dan vitamin C dapat dilihat bahwa basis dan krim tetap homogen. Uji
pada gambar 1. mekanik adalah melakukan sentrifugasi
pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit
Nilai IC 50 ekstrak daun ubi jalar ungu pada basis dan krim antioksidan. Hasil uji
Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 adalah mekanik adalah kedua formula tersebut
3,68 ppm sedangkan IC 50 vitamin C adalah tidak terjadi pemisahan fase. Uji freeze and

Gambar 1. Perbandingan Nilai IC 50 Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu Ipomoea


batatas (L.) Lamk Antin 3 dan Vitamin C

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 171

thaw dilakukan dengan cara menyimpan Uji viskositas dilakukan pada awal
formula basis dan krim antioksidan dalam pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu
suhu 4±2ºC pada 48 jam pertama dan suhu masa penyimpanan. Data hasil pengukuran
40±2ºC pada 48 jam berikutnya (1 siklus), viskositas dapat dilihat pada tabel 1.
sediaan uji dibuat hingga 4 siklus dengan
kontrol yaitu penyimpanan suhu 25±2ºC. Viskositas ideal untuk krim wajah tipe minyak
Hasil uji freeze and thaw menunjukkan pada dalam air adalah tidak kurang dari 50 dPaS
masing masing siklus baik formula basis dan (Gozali et al., 2009). Nilai viskositas basis
krim antioksidan memiliki konsistensi krim dan krim IBLA cenderung menurun selama
sama seperti kontrol yang berarti bahwa tidak masa penyimpanan 4 minggu, namun nilainya
terjadi pemisahan fase. masih sesuai dengan persyaratan viskositas

Tabel 1. Nilai Rata-rata Viskositas Basis dan Krim Antioksidan


Selama Masa Penyimpanan 4 Minggu

Masa Penyimpanan
Formula
Minggu ke 0 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Basis 90 dPaS 90 dPaS 90 dPaS 80 dPaS 70 dPaS
Krim
80 dPaS 80 dPaS 60 dPaS 60 dPaS 60 dPaS
antioksidan

krim. Data nilai viskositas diuji secara Beban yang dipakai adalah pelat kaca 290,35
statistik dengan uji signifikasi Kruskal Wallis gram kemudian ditambah 50 gram pertama
0,039 < α(0,05) dan uji Chi Square 4,247< menjadi 340,35 gram kemudian ditambah 50
χ0,05, (4) (9,488) maka diperoleh hipotesis nol gram kedua menjadi 390,35 gram.
(H0 ) diterima (bahwa tidak terdapat pengaruh
waktu penyimpanan terhadap nilai viskositas Uji warna dan uji daya hantar listrik.
basis dan krim antioksidan). Sehingga dapat Pada penelitian ini dilakukan uji warna
disimpulkan bahwa viskositas basis dan pada awal pembuatan dan minggu terakhir
krim antioksidan stabil selama 4 minggu. pengamatan, yaitu dengan menambahkan
Uji kapasitas sebar menunjukkan semakin pewarna larut minyak (Sudan III) yang
besar beban yang diberikan pada basis dan berwarna kuning ke dalam formula basis dan
krim antioksidan maka semakin luas area krim antioksidan. Pengamatan uji warna di
penyebaran krim. Data pengukuran kapasitas bawah mikroskop menunjukkan droplet (fase
sebar dapat dilihat pada tabel 2. dalam krim) berwarna kuning. Penambahan
dengan pewarna larut air biru metilen pada

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


172 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Tabel 2. Nilai Rata-rata Kapasitas Sebar Basis dan Krim Antioksidan


Selama Masa Penyimpanan 4 Minggu

Luas Kapasitas Sebar


Formula Beban Pengamatan Minggu ke 0 Pengamatan Minggu ke 4
Basis
290,35 gram 6,42 cm2 6,71 cm2
340,35 gram 6,70 cm2 7,02 cm2
390,35 gram 6,83 cm2 7,18 cm2
Krim antioksidan 290,35 gram 5,99 cm2 6,97 cm2
340,35 gram 6,23 cm2 7,28 cm2
390,35 gram 6,35 cm2 7,58 cm2

basis maupun krim antioksidan menunjukkan Uji pH. Uji pH dilakukan pada awal
perubahan warna menjadi biru merata.Uji pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu
daya hantar listrik pada formula basis dan masa penyimpanan. Data hasil pengukuran
krim antioksidan menunjukkan bahwa kedua pH dapat dilihat pada tabel 3
formula tersebut mampu menghantarkan
Rentang pH normal kulit adalah 4,5- 6,8
listrik (fase luar air mampu menghantarkan
(Lambers H et al., 2006) sehingga rata rata
listrik). Dari kedua uji tersebut dapat
nilai pH basis dan krim antioksidan masih
disimpulkan bahwa fase dalam adalah minyak
dan fase luar adalah air.

Tabel 3. Nilai Rata-rata pH Basis dan Krim Antioksidan Selama Masa


Penyimpanan 4 Minggu

Masa Penyimpanan
Formula
Minggu ke 0 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4

Basis pH 6,29 pH 6,44 pH 6,66 pH 6,66 pH 6,59


Krim
pH 6,25 pH 6,23 pH 6,19 pH 6,18 pH 6,28
antioksidan

masuk dalam rentang pH normal kulit. Secara penyimpanan terhadap pH basis dan krim
statistik menggunakan uji Chi Square 6,860 < antioksidan). Sehingga dapat disimpulkan
χ0,05, (4) (9,488) atau nilai signifikansi 0,009< bahwa pH basis dan krim antioksidan stabil
α(0,05) maka diperoleh hipotesis nol (H0) di selama 4 minggu.
terima (bahwa tidak terdapat pengaruh waktu

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 173

Nilai kelembaban. Kelembaban kulit diukur dengan alat uji kelembaban Coscam USB-225
sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke (1.3M). Nilai rata-rata kelembaban basis dan
0 kemudian setelah 2 minggu (setelah 14 krim antioksidan pada masing masing waktu
hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) pengukuran dapat dilihat dalam gambar 2.

Gambar 2. Perbandingan Nilai Kelembaban Kulit Hari ke 0, Setelah 14 hari dan


Setelah 30 hari

Pada gambar 2, terlihat terjadi penurunan Nilai kurvatur. Kurvatur kulit diukur
angka kelembaban dari hari ke-0 menuju sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0
setelah 14 hari baik basis maupun krim kemudian setelah 2 minggu (setelah 14 hari)
antioksidan. Hal ini disebabkan karena dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan
selama masa 2 minggu tersebut, relawan alat X12 Illumination Cap - Coscam USB-
menghentikan pemakaian lotion tubuh 225 (1.3M). Nilai rata-rata kurvatur basis dan
(pelembab kulit) yang biasa mereka pakai krim antioksidan pada masing masing waktu
2-3 kali sehingga terjadi penurunan hidrasi, pengukuran dapat dilihat dalam gambar 3.
pemakaian krim uji satu kali sehari tidak Pada gambar 3, pada pengukuran setelah
cukup menggantikan hidrasi kulit. Pada 14 hari dan 30 hari terjadi peningkatan nilai
waktu setelah 14 hari menuju setelah 30 hari kurvatur dari basis dan terjadi penurunan
terjadi penurunan hidrasi kulit disebabkan nilai kurvatur dari krim antioksidan.
pengukuran setelah 30 hari pada saat bulan Perbandingan nilai kurvatur basis yang
puasa sehingga kemungkinan terjadi dehidrasi tertera pada alat saat pengukuran setelah
kulit lebih cepat. 14 hari dan setelah 30 hari dari 12 orang
sukarelawan dapat dilihat pada tabel 4.

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


174 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Gambar 3. Perbandingan Nilai Kurvatur Kulit Hari ke 0, Setelah 14 hari


dan Setelah 30 hari

Tabel 4. Perbandingan Nilai Kurvatur Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari


dan Setelah 30 hari

Nilai kurvatur Nilai kurvatur


No.Relawan
(saat setelah 14 hari) (saat setelah 30 hari)
1 10 35
2 10 29
3 9 28
4 1 11
5 4 14
6 5 15
7 1 8
8 16 22
9 1 2
10 1 2
11 14 12
12 14 10

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 175

Dari tabel 4, disimpulkan bahwa dari 12 bahwa pemakaian basis tidak memiliki
sukarelawan sebanyak 10 sukarelawan manfaat mencegah kerutan. Perbandingan
mengalami kenaikan nilai kurvatur dan nilai kurvatur krim antioksidan yang tertera
sebanyak 2 sukarelawan mengalami pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan
penurunan nilai kurvatur setelah memakai setelah 30 hari dari 12 orang sukarelawan
basis selama 14 hari. Hal ini membuktikan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Nilai Kurvatur Krim Antioksidan antara Pengukuran Setelah 14 hari
dan Setelah 30 hari

Nilai kurvatur Nilai kurvatur


No.Relawan
(saat setelah 14 hari) (saat setelah 30 hari)
1 21 8
2 23 11
3 12 4
4 16 8
5 6 3
6 8 5
7 6 3
8 5 4
9 5 5
10 8 11
11 10 14
12 10 21

Dari tabel 5, disimpulkan bahwa dari 12 Nilai warna kulit. Warna kulit diukur
sukarelawan sebanyak 8 sukarelawan sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0
mengalami penurunan nilai kurvatur, kemudian setelah 2 minggu (setelah 14 hari)
sebanyak 1 orang tidak mengalamiperubahan dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan
nilai kurvatur dan sebanyak 3 sukarelawan alat X14 Polarized Filter Cap - Coscam USB-
mengalami kenaikan nilai kurvatur setelah 225 (1.3M). Nilai rata warna kulit basis dan
memakai krim antioksidan selama 14 hari. krim antioksidan pada masing masing waktu
Hal ini membuktikan bahwa pemakaian krim pengukuran dapat dilihat dalam gambar 4.
antioksidan memiliki manfaat mencegah
kerutan.

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


176 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Gambar 4. Perbandingan Nilai Warna Kulit Hari ke 0, Setelah 14 hari


dan Setelah 30 hari

Pada gambar 4, pada pengukuran setelah 14 antioksidan. Perbandingan nilai warna kulit
hari menuju setelah 30 hari, dapat dilihat basis yang tertera pada alat saat pengukuran
bahwa terjadi peningkatan warna kulit setelah 14 hari dan setelah 30 hari dari 12
(peningkatan pigmen kulit) dari basis dan orang sukarelawan dapat dilihat pada tabel
terjadi penurunan warna kulit dari krim 6.

Tabel 6. Perbandingan Nilai Warna Kulit Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari
dan Setelah 30 hari

Nilai warna kulit Nilai warna kulit


No.Relawan
(setelah 14 hari) (setelah 30 hari)
1 2 10
2 3 6
3 3 4
4 4 5
5 6 7
6 3 3
7 4 4
8 4 4
9 5 4
10 5 2
11 8 6
12 8 1

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 177

Dari tabel 6, disimpulkan bahwa dari 12 memiliki manfaat mencegah pigmentasi


sukarelawan sebanyak 5 sukarelawan (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap)
mengalami kenaikan nilai warna kulit, Perbandingan nilai warna kulit krim
sebanyak 3 orang tidak mengalami perubahan antioksidan yang tertera pada alat saat
nilai warna kulit dan sebanyak 4 sukarelawan pengukuran setelah 14 hari dan setelah 30
mengalami penurunan nilai warna kulit hari dari 12 orang sukarelawan dapat dilihat
setelah memakai basis selama 14 hari. Hal ini pada tabel 7.
membuktikan bahwa pemakaian basis tidak

Tabel 7. Perbandingan Nilai Warna Kulit Krim Antioksidan Antara Pengukuran


Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari

Nilai warna kulit Nilai warna kulit


No.Relawan
(setelah 14 hari) (setelah 30 hari)
1 24 8
2 10 4
3 7 2
4 11 8
5 8 2
6 6 2
7 7 3
8 6 3
9 5 2
10 6 6
11 8 8
12 8 10

Dari tabel 7, disimpulkan bahwa dari 12 lebih gelap).


sukarelawan sebanyak 9 sukarelawan
mengalami penurunan nilai warna kulit, Untuk nilai kurvatur dan warna kulit, hasil
sebanyak 2 orang tidak mengalami perubahan pengukuran hari ke 0 hingga setelah 14 hari
nilai warna kulit dan sebanyak 1 sukarelawan tidak diperhitungkan karena merupakan
mengalami kenaikan nilai warna kulit setelah masa kulit mengkondisikan dari penghentian
memakai krim antioksidan selama 14 hari. pemakaian lotion tubuh atau produk
Hal ini membuktikan bahwa pemakaian krim perlindungan kulit pribadi sukarelawan
antioksidan memiliki manfaat mencegah lainnya menuju pemakaian tunggal basis dan
pigmentasi (perubahan warna kulit menjadi krim antioksidan, setelah 14 hari maka kulit

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


178 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

telah terkondisi sama yaitu hanya menerima secara fisik (organoleptis (perubahan warna,
pemakaian basis dan krim antioksidan bau, tekstur), homogenitas, pemisahan fase,
sehingga efek antioksidan dapat terlihat. viskositas, kapasitas sebar dan nilai pH)
selama 4 minggu pada suhu kamar.
Adanya 3 sukarelawan yang mengalami
kenaikan nilai kurvatur dan 2 sukarelawan yang Formula krim antioksidan terbukti memiliki
mengalami kenaikan nilai warna kulit setelah manfaat meningkatkan kualitas kulit yaitu
14 hari memakai krim antioksidan adalah mampu mencegah terjadinya kerutan dan
besar kemungkinan karena krim antioksidan mencegah terjadinya pigmentasi namun
tidak terserap maksimal ke dalam kulit. tidak terbukti mampu mempertahankan
Karena faktor etik, lokasi pengujian adalah kelembaban kulit.
kulit lengan dan terdapat pengaruh formulasi
yang awalnya untuk tujuan pemakaian kulit DAFTAR ACUAN
wajah. Hal ini mempengaruhi permeabilitas
bahan aktif karena perbedaan ketebalan 1. Almeida, I., Valentao, P., Andrade, P.
antara kulit wajah dan kulit lengan. Kulit (2008). In vivo skin irritation potential
wajah lebih tipis sehingga jumlah pembuluh of a Castanea sativa (chesnut) leaf
darah lebih banyak dibanding lengan yang extract, a putative natural antioxidant
memungkinkan penyerapan substansi for topical application. Basic Clinical
kosmetik lebih baik, kulit wajah memiliki Pharmacology Toxicology, 103(5), 461-
kelenjar minyak lebih banyak dibanding 467
kulit lengan, sehingga fungsi barrier kulit 2. Bernatoniene, J., Masteikova, R.,
wajah lebih terjaga (Draelos & Pugliese, Davalgiene, J., Peciura, R., Gauryliene,
2011; Trifena, 2012). Krim antioksidan R., Bernatoniene, R. (2011). Topical
dengan ekstrak IBLA bila digunakan untuk Apllication Of Calendula officinalis
kulit wajah, diharapkan memberikan hasil (L.) ; Formulation and Evaluation of
lebih baik dalam mencegah penuaan dini Hydrophilic With Antioxidant Activity.
dibandingkan bila digunakan pada daerah Journal of Medicinal Plants Research,
lengan. 5(6), 868-877
3. Colipa Guidelines. (2004). Guideliness
KESIMPULAN For The Stability Testing of Cosmetic
Product. The European Cosmetics
Ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea Association.
batatas (L.) Lamk Antin 3 sebesar 0,37 % 4. Colipa Guidelines. (2008). Guideliness
dalam formula krim antioksidan memiliki For The Evaluation of The Efficacy
aktivitas peredaman DPPH sebesar 80,43 of Cosmetic Product. The European
%. Formula krim antioksidan terbukti stabil Cosmetics Association.

Pharm Sci Res


Damaranie Dipahayu, Widji Soeratri, Mangestuti Agil 179

5. Draelos, Z.D., Pugliese, P.T. (2011). Dermatology, Inc. Website: pinne002@


Physiology of the Skin (3rd Ed.) USA : mc.duke.edu. http://skin-care.health-
Allured Bussiness Media cares.net/oily-skin-care.php
6. Farida, R., Mimi, A., Nurwani, P.A 12. Poljsak, B., Dahmane, R.(2012). Free
.(2011). Formulasi Krim Ekstrak Etanol Radicals and Extrinsic Skin Aging.
Daun Ubi Jalar (Ipomoeae batatas L.) Dermatol Research and Practice.Website :
Untuk Pengobatan Luka Bakar. Scientia, http://dx.doi.org/10.1155/2012/135206.
1( 1) 13. Rasul, A., Akhtar., N. (2012). Anti
7. Ghasemzadeh, A., Omidvar, V., Jaafar, H .Z. Aging Potential Of Cream Containing
E. ( 2012) . Polyphenolic content and their Milk Thistle Extract : Formulation and
antioxidant activity inleaf extract of In Vivo Evaluation. African Journal of
sweet potato (Ipomoea batatas). Journal Biotechnology, 11(6), 1509- 1515.
of Medicinal Plants Research, 6(15), 14. Ratnam, D., Ankola, D., Bhardjaw, V.,
2971-2976 Sahana, D., Kumar, M. (2006). Role of
8. Gozali, D., Abdassah, M., Subghan, A., antioxidant in prophylaxis and therapy :
Al Lathiefah, S. (2009). Formulasi Krim A pharmaceutical prespective. Journal
Pelembab Wajah yang Mengandung Control Release, 113(3), 189-207.
Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida 15. Trifena. (2012). Analisis Uji In Vitro
Salut Silikon. Farmaka, 7 (1). dan In Vivo Ekstrak Kombinasi Kulit
9. Lambers, H., Piessens, S., Bloem, A., Manggis (Garcinia mangostana L.) Dan
Pronk, H., Finke,l P. (2006). Natural Pegagan (Centella asiatica L) Sebagai
skin surface pH is on average below 5, Krim Antioksidan. Tesis. Universitas
which is beneficial for its resident flora. Indonesia.
International Journal Cosmetics Science, 16. Thornfeldt, C., Bourne, K. (2010). The
28(5), 359- 370. New Ideal in Skin Health :Separating
10. Mun, H.S., Boyce, N.A., Somasundram. Fact from Fiction Practical Application
(2012). Antioxidant activity, phenolic of the Science of Skin Care. Allured
and flavonoid content in the leaves of Business Media.Carol Stream, USA.
different varieties of sweet potatoes 17. Yusuf., Ginting, E., Rahmi,Y., Restuono,
(Ipomoea batatas). Australian Journal J. (2013). Antin-2 dan Antin-3, Varietas
of Crop Science, 6 (3), 375-380. Unggul Ubijalar Ungu Kaya Antosianin
11. Pinnel, S. (2003) .Cutaneous Sebagai Pangan Sehat Menyehatkan.
Photodamage, Oxidative Stress, Website: http://balitkabi.litbang.deptan.
and Topical Antioxidant Protection. go.id : 20/11/2013
Retrieved from American Academy of

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


Herbal Medicine Journal
e-ISSN 2621-2625
Volume 3 Nomor 1: Januari 2020

Formulasi Krim Anti-Aging Dari Ekstrak Etanol Bawang Merah


(Allium cepa L.)

Maya Amelia Sinaga1*, Vivi Asfianti1,2, Kasta Gurning1


Program Studi Farmasi
1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Senior Medan, Indonesia

2Universitas Sari Mutiara Indonesia

maya.amelia.08sinaga@gmail.com

ABSTRACT
Onion which is a species of Allium cepa L, is the name of the plant of the Amaryllidaceae family.
Onion provides about 29% of the flavonoids the body needs while proving that onion is a good source of
antioxidant polyphenols. In a survey of 29 vegetables and fruits, onion ranked highest in quarcetin.
Quarsetin is a flavonoid compound from the flavonol group and is indicated as the flavonoid phytochemical
that has the strongest antioxidant ability. The purpose of this study was to determine whether onion ethanol
extract can be formulated in anti-aging creams and to determine the ability of onion ethanol extract as anti-
aging. Onion was extracted by listening to maceration using ethanol 96% extract. The concentration of
onion extract used in the preparation is 1,3, and 5% is then compared with the preparation Ponds and blank
(without onion extract). Evaluation is done by examining homogeneity, determining the type of emulsion
obtained results and not changing effectively is the concentration of examination using skin analyzer onion
extract can be 5%. Overall it can be concluded that onion extract can be formulated into cream preparations
and has the ability as anti-aging.

Keywords: Extract, Allium cepa L, anti-aging creams, Antioxidant Flavonoids

ABSTRAK
Bawang merah yang merupakan spesies Allium cepa L adalah nama tanaman dari familia
Amaryllidaceae. Bawang merah menyediakan sekitar 29% dari flavonoid yang diperlukan tubuh
sekaligus membuktikan bahwa bawang merah merupakan sumber polifenol antioksidan yang
baik. Dalam survey terhadap 29 sayuran dan buah-buahan, bawang merah menduduki peringkat
tertinggi kandungan kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol
dan diindikasikan sebagai fitokimia flavonoid yang mempunyai kemampuan antioksidan paling
kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bawang merah dapat
diformulasikan dalam sediaan krim anti-aging dan untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol
bawang merah sebagai anti-aging. Bawang merah diekstraksi dengan maserasi menggunakan
pelarut etanol 96% ekstrak kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Konsentrasi
ekstrak bawang merah yang digunakan dalam sediaan adalah 1,3, dan 5% lalu dibandingkan
dengan sediaan Pond’s dan blanko (tanpa ekstrak bawang merah). Evaluasi sediaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan homogenitas, penetuan tipe emulsi, pH, uji iritasi, dan tidak
mengalami perubahan selama 12 minggu. Dan diproleh hasil pemeriksaan menggunakan skin
analyzer yang paling efektif adalah konsentrasi 5%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak bawang merah dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dan memiliki kempuan
sebagai anti-aging.

Kata kunci : Ekstrak, Allium cepa L, Krim anti-aging, Flavonoid, Antioksidan.

Program Studi Sarjana Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Senior Medan
12
Herbal Medicine Journal
ISSN 2621-2625
Volume 3 Nomor 1; Januari 2020

PENDAHULUAN yang mempunyai kemampuan antioksidan


Kulit merupakan selimut yang menutupi paling kuat (Cita dkk, 2010).
psermukaan tubuh dan memiliki fungsi utama Berdasarkan hasil penelitian
sebagai pelindung dari berbagai macam menunjukkan bahwa uji aktivitas antioksidan
gangguan dan rangsangan dari luar kulit. dilakukan melalui penetapan IC50terhadap
Menurut penelitian (Archroni, 2012) DPPH (1,1-difenil-2-pikril hidrazil). Hasil
mengatakan kulit juga memiliki kemampuan percobaan menunjukkan bahwa ekstrak umbi
untuk terus melakukan regenerasi, mengganti bawang merah (Allium cepa L) mempunyai
sel-sel kulit mati dengan sel-sel kulit baru aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar
melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
95,995 bpj. Berdasarkan penjelasan diatas
pembentukan lapisan tanduk secara terus
peneliti tertarik untuk meneliti ekstrak etanol
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel
bawang merah sebagai krim anti-aging
yang sudah mati) (Trangono dan Latifah,
2007). Krim anti-aging atau anti penuaan
METODOLOGI
adalah kosmetik yang memiliki bioaktivitas
Waktu dan Tempat
yang mampu mencegah atau memperbaiki
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
tanda-tanda penuaan (Draelos dan Thaman,
Januari – April 2019 di Laboratorium Farmasi
2006).
STIKes Senior Medan.
Aging merupakan perubahan manusia
yang diakibatkan oleh faktor usia, psikologi,
Alat dan Bahan
dan sosial. Pada umumnya aging diartikan
Alat-alat yang digunakan dalam
sebagai perubahan fisik manusia. Perubahan
penelitian ini meliputi lumpang porselen,
fisik dapat dihambat dengan salah satunya
stamfer, cawan porselen, spatula, sudip, pot
menggunakan anti aging seperti obat atau
plastik, pipet tetes, batang pengaduk, beaker
kosmetik (Rahmi et al. 2013).
glass, gelas ukur, objek glass, timbangan
Krim Anti-aging atau anti penuaan
analitis, hot plate, penangasair,rotary evaporator
adalah kosmetik yang memiliki bioaktivitas
vacuum, pH meter (Orion Star A211), dan skin
yang mampu mencegah atau memperbaiki
analyzer. Sampel yang digunakan dalam
tanda-tanda penuaan (Draelos dan Thaman,
penelitian ini adalah ekstrak etanol bawang
2006).
merah. Bahan kimia yang digunakan dalam
Indonesia terkenal dengan kekayaan
penelitian ini adalah etanol 96%, asam stearat,
alam yang memiliki berbagai jenis tumbuhan
setil alkohol, gliserin, metil paraben, TEA,
yang berkhasiat sebagai obat. Obat tradisional
parfum dan akuades.
telah dikenal dan digunakan secara turun-
temurun oleh masyarakat Indonesia. Bawang
Metode Penelitian
merah yang merupakan spesies Alium cepa L.
Metode penelitian ini adalah
adalah nama tanaman dari familia Lilliaceae.
eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan
Tanaman ini termasuk sayuran golongan umbi
sampel, pembuatan ekstrak etanol bawang
dan merupakan herba semusim. Bawang
merah yang dipekatkan, formulasi sediaan,
merah menyediakan sekitar 29% dari
pemeriksaan homogenitas sediaan,
flavonoid yang diperlukan tubuh sekaligus
pengukuran pH sediaan, penentuan stabilitas
membuktikan bahwa bawang merah
sediaan, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan,
merupakan sumber polifenol antioksidan yang
dan uji efek anti-aging pada manusia.
baik. Dalam survey terhadap 29 sayuran dan
buah-buahan, bawang merah menduduki
Sukarelawan
peringkat tertinggi kandungan kuersetin.
Pemilihan sukarelawan dilakukan
Kuersetin (3,4-dihidroksiflavonol) merupakan
berdasarkan kriteria antara lain wanita berusia
senyawa flavonoid dari kelompok flavonol
sekitar 20 - 30 tahun, diperiksa dalam memiliki
dan diindikasikan sebagai fitokimia flavonoid
13 Herbal Medicine JournalVolume 3Nomor 1Januari 2020
Formulasi Krim Anti-Aging Dari Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.)

riwayat alergi pada kulit dan telah Cara Pembuatan Krim


dikondisikan tidak menggunakan krim lain Mortir porselin diisi dengan air panas
selama 4 minggu untuk terapi anti-aging. dan didiamkan sampai dinding luar mortar
terasa panas, kemudian air panas di buang
Pembuatan Simplisia dan mortir di keringkan, di peroleh mortir
Bawang merah yang sudah panas.Disiapkan alat dan bahan. Bahan-bahan
dikumpulkan, disortasi basah dibuang kulit fase minyak (asam stearat, setil alkohol) dan
luarnya dan dicuci dengan air mengalir untuk fase air (TEA, gliserin, metil paraben dan
mwnghilangkan kotoran yang menempel dan aquades) dipisahkan. Fase minyak dan fase
timbang beratnya. Bawang merah (Allium cepa air dipanaskan hingga suhu 70oC- 80oC.
L) dikeringkan dengan cara dipotong tipis- Setelah semuanya melebur, dimasukkan fase
tipis, kemudian dimasukkan kedalam lemari air sedikit demi sedikit ke dalam lumpang
pengeringan hingga kering. Sampel yang telah panas yang berisi fase minyak, digerus cepat
kering dihaluskan dengan menggunakan ringan searah hingga terbentuk basis krim.
blender hingga menjadi serbuk yang halus. Dimasukkan ekstrak Bawang merah dalam
Disimpan dalam wadah tertutup rapat mortar, dicampur dengan basis krim sedikit
sebelum digunakan. demi sedikit, diteteskan pengaroma (parfum)
lalu digerus hingga homogen. Dimasukkan
Pembuatan Ekstrak dalam wadah, kemudian buat krim anti- aging
Menurut Ditjen POM (1979), cara sesuai konsentrasi yang sudah ditentukan
maserasi adalah sebagai berikut: Sebanyak (Nella, 2013).
1000 gr serbuk simplisia dimasukkan ke dalam Konsentrasi estrak etanol bawang merah
sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian yang digunakan dalam pembuatan sediaan
etanol 96% (7,5 L), ditutup dibiarkan selama 5 krim anti-aging masing-masing adalah 1%, 3%,
hari terlindung dari cahaya sambil sering 5%. Formula dasar krim ekstrak etanol
diaduk, diserkai, disaring. Ampas dimaserasi bawang merah dibuat sebagai blanko.
lagi dengan 25 bagian etanol etanol 96 % (2,5) Rancangan formula dijelaskan pada tabel 3.1
pada bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk sebagai berikut :
dan terlindung dari cahaya sambil sering Tabel 1. Formula Sediaan Krim
diaduk, diserkai, disaring. Filtrat digabungkan Bahan Konsentrasi (Gram)
lalu dibiarkan selama 2 hari untuk proses Blanko F1 F2 F3 F4
dekantasi, kemudian dipekatkan dengan alat (F0) Sediaan (1% (3% (5%
Pembandin ) ) )
rotary evaporatorpada suhu 40oC sampai tidak g
ada lagi cairan yang menetes kemudian di Dasar 50 Krim Anti 49 47 45
pekatkan di atas waterbath sampai diperoleh Krim Aging
Ekstrak - (Pond’s) 0,5 1,5 2,5
ekstrak kental,dan disimpan di tempat Total 50 50 50 50
terlindung dari cahaya matahari.
Penentuan Mutu Fisik Sediaan
Formula Sediaan Krim Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan
a. Formula standar krim (Nella, 2013) terhadap sediaan krim meliputi uji
R/ Asam stearat 12 g homogenitas, pengamatan organoleptis,
Setil alcohol 4g pengukuran pH, pemeriksaan stabilitas
Sorbitol 5g sediaan, dan penentuan viskositas sediaan
Propilen glikol 2g krim.
Gliserin 15 g
Metil paraben 2g Pemeriksaan Homogenitas
Triethanolamin 3g Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan
Parfum 2 tetes pada sekeping kaca atau bahan transpran lain
Aquadest ad 50 yang cocok, sediaan harus menunjukkan
Herbal Medicine JournalVolume 3Nomor 1Januari 2020 14
susunan yang homogen dan tidak terlihat gatal, kemerahan, dan pengkasaran pada kulit
adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979). (Wasitaatmadja, 1997).

Pengamatan Stabilitas Sediaan Pengujian Anti-aging


Masing-masing formula sediaan Pengujian anti-aging menggunakan
dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup sukarelawan sebanyak 15 orang dan dibagi
bagian atasnya dengan tutup dan aluminium menjadi 5 kelompok, yaitu:
foil. Selanjutnya pengamatan yang dilakukan Kelompok I: 3 orang sukarelawan untuk krim
pada saat sediaan telah selesai dibuat meliputi F0 (blanko)
adanya perubahan bentuk, warna, dan bau Kelompok II: 3 orang untuk kelompok ekstrak
dari sediaan. Waktu penyimpanan umumnya bawang merah 1%
90 hari (12 minggu) dilakukan pada Kelompok III: 3 orang untuk kelompok
temperatur kamar (National Health ekstrak bawang merah 3%
Surveillance Agency, 2005). Kelompok IV: 3 orang untuk kelompok
ekstrak bawang merah 5%
Penentuan pH Sediaan Kelompok V: 3 orang sukarelawan untuk krim
Penentuan pH sediaan dilakukan Pond’s(pembanding).
dengan menggunakan alat pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan larutan dapar standar netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH Hasil Ekstraksi Bawang Merah
4,01) hingga alat menunjukkan harga pH Hasil maserasi dari 1000 g serbuk
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan simplisia bawang merah dengan pelarut
air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. etanol 96%, dipekatkan dengan menggunakan
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu rotary evaporator dan diperoleh ekstrak kental
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan 310 g (rendeman 31%). Ekstrak etanol yang
dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda diperoleh diformulasi menjadi sediaan krim
dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan anti-aging.
alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Krim
merupakan sediaan (Rawlins, 2003). Uji homogenitas memberikan hasil krim
yang homogen, tidak terdapat butiran kasar
Penentuan Tipe Sediaan pada gelas objek
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan
diatas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Krim
biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim
metil biru tersebar merata berarti sediaan dapat dilihat pada Tabel 2.
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya Tabel 2. Data kelarutan metil biru pada
bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe sediaan krim
emulsi a/m (Syamsuni, 2006). NO. Formula Kelarutan Biru Metil
Pada Sediaan
Ya Tidak
Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan
1. F0 √ -
Uji iritasi kulit ini dilakukan terhadap 2. F2 √ -
10 orang dari 15 orang sukarelawan pada 3. F3 √ -
sediaan krim anti-aging dengan cara 4. F4 √ -

mengoleskan sediaan pada kulit yang tipis Keterangan :


Formula F0: Blanko Dasar krim)
dibagian belakang telinga dibiarkanselama 24
Formula F2: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 1%
jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa Formula F3: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 3%
Formula F4: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 5%

15 Herbal Medicine JournalVolume 3Nomor 1Januari 2020


Formulasi Krim Anti-Aging Dari Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.)

Hasil tipe emulsi sediaan krim pada Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Krim
tabel diatas, untuk semua sediaan krim Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan
menunjukkan warna biru metil dapat tersebar selama penyimpanan 12 minggu dengan
merata di dalam krim sehingga dapat pengamatan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu.
dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat Sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan
mempunyai tipe emulsi minyak dalam air diamati pemisahan fase, perubahan warna,
(m/a). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan dan bau.
yaitu lebih mudah menyebar di permukaan Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak
kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan etanol bawang merah yang dibuat dengan
dengan adanya pencucian. berbagai variasi konsentrasi ekstrak dan
blanko memiliki perbedaan kecerahan warna
Pengukuran pH Sediaan Krim masing-masing sediaan, data organoleptis
Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4 dan data hasil
ditentukan dengan menggunakan pH meter. pengamatan stabilitas selama 90 hari.
Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat Tabel 4. Data organoleptis sediaan krim yang
setelah dibuat, kemudian diukur setelah dibuat
penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Formula Penampilan
Warna Bau Konsistensi
Hasil pengukuran pH sediaan krim dapat
F0 Putih Green Tea Semi padat
dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : F2 Coklat Bawang Semi padat
Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan krim muda Merah Green
Sela Hasil pengukuran pH Tea
ma F0 F1 F2 F3 F4 F3 Coklat Bawang Semi padat
(min (Blank (Pembandi (1%) (3%) (5%)
muda Merah Green
ggu) o) ng)
Tea
0 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
F4 Coklat Bawang Semi padat
4 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
Tua Merah Green
8 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
Tea
9 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
10 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73 Keterangan :
11 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73 Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
12 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73 Formula F2 : Konsentrasi ekstrak etanol bawang
merah 1%
Keterangan:
Formula F3 : Konsentrasi ekstrak etanol bawang
Formula F0: Blanko (dasar krim tanpasampel)
merah 3%
Formula F1: Sediaan krim m/a di pasaran (Pond’s)
Formula F4 : Konsentrasi ekstrak etanol bawang
Formula F2: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 1%
merah 5%
Formula F3: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 3%
Formula F4: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 5%
Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh Hasil uji iritasi kulit sukarelawan yang
pada Tabel 3. menunjukkan bahwa dioleskan pada kulit yang tipis dibagian
peningkatan konsentrasi tidak mempengaruhi belakang telinga dibiarkan selama 24 jam.
nilai pH dari sediaan krim. Hasil penelitian ini Tabel 5. Data hasil uji iritasi krim terhadap
juga sesuai dengan penelitian sebelumnya sukarelawan pada 24 jam
Formula Sukarelawan Reaksi 24
tentang formulasi sediaan krim ekstrak etanol
Jam
bawang merah dengan basis vanishing cream, Kulit
dan konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 1 Gatal -
dalam lotion (Wiguna, 2016; Kurnianto, dkk., Kemerahan -
Pengerasan -
2017). Nilai pH ini masih dalam persyaratan
kulit
pH fisiologis kulit yang baik berada pada F3 2 Gatal -
rentang 4,50 – 6,50 (Tranggono & Latifah, Kemerahan -
2007). Pengerasan -
kulit
3 Gatal -

Herbal Medicine JournalVolume 3Nomor 1Januari 2020 14


16
Kemerahan -
Pengerasan -
kulit
4 Gatal -
Kemerahan -
Pengerasan -
kulit
5 Gatal -
Kemerahan -
Pengerasan -
kulit
6 Gatal -
Kemerahan -
Pengerasan - Gambar 1. Grafik Total Rata-rata Kadar Air
kulit
Keterangan (Wasitaatmadja, 1997) a. Pori (Pore)
F3 : Formulasi krim ekstrak etanol bawang merah Besar pori kulit sukarelawan yang diukur
5%
menggunakan perangkat skin analyzer yang
o - : Tidak terjadi perubahan
sama dengan pengukuran kehalusan yaitu
lensa perbesaran 60 kali (normal lens) dengan
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap kulit
warna lampu sensor biru, pada waktu
sukarelawan, tidak terlihat adanya reaksi
melakukan analisa kehalusan kulit, secara
iritasi seperti gatal, kemerahan, ataupun
otomatis analisa besar pori ikut terbaca
pengerasan kulit pada kulit sukarelawan dari
(Aramo, 2012). Hasil Uji Pemberian masing
setiap formula, hal ini menunjukkan bahwa
masing konsentrasi dilakukan dengan lima
sediaan krim aman untuk digunakan.
tahap di mulai dari melihat kondisi awal,
kemudian di lanjutkan dengan melihat
Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging
perubahan yang terjadi setelah 1 minggu, 2
Terhadap Sukarelawan
minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun
Pengujian efektivitas anti-aging
perubahan kondisi pori-pori dapat di jelaskan
menggukan skin analyzer Aramo, parameter uji
sebagai berikut:
meliputi pengukuran kadar air (Moisture),
besar pori (Pore), dankeriput (Wrinkle).
Pengujian efektivitas anti-aging dimulai
dengan mengukur kondisi awal kulit
sukarelawan bertujuan untuk melihat
seberapa besar pengaruh krim ekstrak kayu
manis dalam memulihkan kulit yang
mengalami penuaan dini. Contoh hasil
pengukuran uji efektivitas anti-aging.

a. Kadar air (Moisture)


Kadar air diukur menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin Gambar 2. Grafik Total Rata-rata pori-pori
analyzer Aramo. Hasil Uji Pemberian masing
masing konsentrasi dilakukan dengan lima b. Keriput (Wrinkle)
tahapdi mulai dari melihat kondisi awal, Keriput pada kulit sukarelawan dapat
kemudian di lanjutkan dengan melihat diukur dengan menggunakan perangkat skin
perubahan yang terjadi setelah minggu ke-1, analyzer lensa perbesaran 10 kali dan mode
minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke 4 . pembacaan normal dengan warna lampu
Adapun perubahan kondisi kadar dapat di sensor biru. Hasil Uji Pemberian masing
jelaskan sebagai berikut: masing konsentrasi dilakukan dengan lima
tahap di mulai dari melihat kondisi awal,

15 Herbal Medicine JournalVolume 3Nomor 1Januari 2020


17
Formulasi Krim Anti-Aging Dari Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.)

kemudian di lanjutkan dengan melihat Cita Auli Nisa dan Linda Rosita. 2010.
perubahan yang terjadi setelah 1minggu ,2 Pengaruh Ekstrak Etanol Bawang Merah
minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun (Allium cepa L) Terhadap Kadar
perubahan kondisi keriput dapat di jelaskan Kolesterol Total Tikus (Rattus novergicus),
sebagai berikut: Mutiara Medika, Vol. 10, No. 1, Hal 7-15.

Ditjen POM. 1979. Formularium Kosmetika


Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 29.

Draelos, Z. D., dan lauren A. Thaman. 2006.


Cosmetic Formularium of Skin Care Product,
362, Taylor and Francis Group, New
York.

Gambar 3.Grafifk Total Rata-rata Keriput National Health Sulveillance Agency. 2005.
Cosmetic Product Stability Guide,
KESIMPULAN National Health Sulveillance Agency
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Press, Brazil.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Ekstrak
etanol bawang merah dapat diformulasikan Nela Sharon. 2013. Formulasi Krim
kedalam sediaan krim anti-aging dalam bentuk Antioksidan Ekstrak Etanol Bawang
sediaan tipe emulsi m/a, tidak menimbulkan Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr).
iritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan Online Jurnal of Natural Science,Vol 2 (3)
selama 12 minggu dalam suhu kamar. :111-122
Penambahan ekstrak etanol bawang merah ke
dalam sediaan krim mampu memberikan efek Rahmi, D., R. Yunilawati, dan E. Ratnawati.
anti-aging. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak 2013. Pengaruh nano Pertikel Terhadap
etanol bawang merah yang ditambahkan pada Aktivitas Anti aging pada Krim. Jurnal
sediaan krim, maka semakin tinggi sains material Indonesia 4 (3): 235 – 238.
kemampuan sediaan krim untuk memberikan
efek anti-aging. Krim ekstrak etanol bawang Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook of
merah dengan konsentrasi 5% memberikan Pharmaceutics. 18th edition. London:
efektivitas anti-aging yang lebih baik dengan Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
parameter kondisi kadar air dari dehidrasi
menjadi normal (21,33 menjadi 33,33), kondisi Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan
angka pori besar menjadi angka pori kecil Hitungan Farmasi, Penerbit Buku :
(40,66 menjadi 28,33), dan kondisi keriput dari Kedokteran EGC, Jakarta 29-31.
berkeriput menjadi tidak berkeriput (31
menjadi 17). Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku
Pegangang Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 32.
Archroni, K. 2012. Semua Rahasia Kulit
Caantik & sehat ada disini. Jogjakarta. Wasitaatmadja SM .1997. Penuntun Ilmu
Kosmetika Medik. Jakarta: UI Press. Hal.
Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. 196 – 197.
Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Hal. 1
– 10.

Herbal Medicine JournalVolume 3Nomor 1Januari 2020 14


18

Anda mungkin juga menyukai