Disusun Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Uji Efikasi Sediaan Kosmetik Anti Aging”. Penulis berterimakasih kepada Ibu
Dra. Nurul Akhatik., M.Si., selaku dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi yang
memberikan tugas ini kepada penulis sebagai penunjang Ujian Akhir Semester mata
kuliah tersebut..
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Formulasi Sediaan Kosmetika yang
telah ditetapkan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.3 Cara Memilih Kosmetik Yang Baik Untuk Kesehatan Kulit ................ 10
iii
2.5 Penuaan Dini .............................................................................................. 15
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan hidup
manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan sandang, papan, pangan, Pendidikan
dan kesehatan saja. Kebutuhan untuk mempercantik diri pun kini menjadi prioritas utama
dalam menunjang penampilan sehari-hari. Salah satu cara untuk mengubah penampilan atau
mempercantik diri yaitu dengan menggunakan kosmetika.
Kosmetik merupakan salah satu bentuk kebutuhan sekunder dalam kehidupan
masyarakat. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1176/MenKes/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika , yang dimaksud dengan
“kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut , kuku , bibir dan organ genital bagian luar ) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan , mewangikan , mengubah penampilan dan/atau
dan memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Khususnya wanita sudah tidak asing lagi dengan istilah kosmetik. Kosmetik sudah
menjadi kebutuhan bagi wanita, mulai dari remaja maupun dewasa. Bukan hanya wanita kaum
adam pun sudah menjadikan kosmetik sebagai kebutuhannya. Karena kosmetik mampu
merubah penampilan seseorang dengan membuatnya menjadi cantik dan bahkan dapat
merubah paras dan penampilan sekaligus. Karena hal itulah banyak perusahaan kosmetik yang
berleomba-lomba dalam membuat penemuan baru dan memproduksinya lebih banyak.
Kulit cantik dan sehat merupakan impian yang diingkan oleh setiap wanita juga pria.
Kondisi geografis Indonesia dan berbagai permasalahan lingkungan dapat menghambat
keinginan setiap orang karena dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kulit, terutama
dapat menyebakan proses penuaan dini.
Gejala penuaan dini yang bisa membuat kurangnya percaya diri bukanlah penyakit atau
gangguan kesehatan yang kronis, namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap
orang. Sebagai organ paling luar, kulit langsung terpapar dengan lingkungan prooksidatif
seperti radiasi sinar UV, obatobatan, polusi udara, asap rokok, radiasi, alkohol dan paparan zat
tertentu. Akibatnya kulit terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus, muncul
pigmentasi, kulit terlihat tidak kencang, kusam dan tidak segar (Muliyawan dan Suriana, 2013)
1
Proses penuaan dini telah terbukti dapat dicegah dengan menggunakan kosmetik
topikal yang mengandung antioksidan karena dapat memberikan proteksi tambahan dari
kerusakan akibat paparan sinar matahari, memperlambat penuaan dini, mengurangi peradangan
dan memperbaiki tampilan kulit (Wilkes M dkk, 2015)
Anti-aging atau anti penuaan merupakan suatu produk kosmetik yang digunakan secara
topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan oleh sinar UV atau
disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat mengurangi/memperlama timbulnya
gejala-gejala photoaging (Barel dkk., 2009).
Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan.
Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah
penuaan. Berbagai terapi ditawarkan untuk mengatasi terjadinya proses penuaan dini. Terapi-
terapi yang sifatnya alami sampai sekarang masih menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat.
Kesadaran masyarakat untuk kembali pada sesuatu yang alamiah semakin meningkat
(Bogadenta, 2013)
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan kajian mengenai berbagai formulasi
sediaan anti aging dari bahan alam, baik ekstrak tumbuhan maupun hewan yang
penggunaannya mudah digunakan, paling stabil dan juga terbukti memiliki aktivitas anti aging.
3. Untuk mengetahui tentang review pengkajian dari beberapa Uji Efikasi Formulasi
Sediaan Kosmetik Antiaging dengan menggunakan bahan dari alam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia.Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan
iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh,
diantaranya adalah:
a. Proteksi
Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan luar.
Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu dan lain-lain.
b. Thermoregulasi
Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar pada saat
suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat adalah
salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitastemperatur.
c. Organ sekresi
Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan zatzat
lainnya, seperti NaCl, amonia dan lain-lain.
d. Persepsi sensoris
Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa sakit
dan tekanan.
e. Absorpsi
Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit.
3
1. Lapisan Epidermis
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiridari
sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung
air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut
dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.
b. Lapisan jernih (stratum lucidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih,
mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang
disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus (impermeable).
c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
berintimengkerut.
d. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan
oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan
limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan basal (stratum germinativum atau membrane basalis)
Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel
melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit.
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis
dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambutsebagai adneksa kulit
terdiri atas:
a. Pars papilaris yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikularis yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengansubkutis,
terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin.
4
3. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak kepinggir karena sitoplasma
lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan
yang lainnya oleh trabekula yangfibrosa.
Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran
getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3
cm, sedangkan kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi
sebagai bantalan.
5
pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari
berbagai segi teknologi, kimia teknik dan lainnya.
6
a. Kosmetik pembersih kulit
Kotoran pada kulit dapat menimbulkan penyumbatan pada pori-pori kulit, misalnya
minyak dari kosmetika, talk dari bedak, sel-sel lapisan tanduk yang sudah mati.
e. Kosmetik penipis
Kosmetik ini bertujuan untuk mengangkat atau membuang sel-sel kulit yang sudah mati
pada lapisan tanduk kulit agar tidak menumpuk. Karena sel-sel kulit yang mati ini jika
tidak dibersihkan akan mengakibatkan terjadinya penebalan kulit dan penyumbatan
pori-pori kulit.
7
a. Tujuan pemakaian kosmetik, apakah untuk iklim panas atau iklim dingin,apakah
lingkungan di sekitarnya panas kering, panas lembab, atau dingin kering, dan
bagaimana jenis kulit orang yang akan memakainya
b. Pemilihan bahan baku yang berkualitas tiggi dan tidak berbahaya untuk kulit dan tubuh,
yaitu yang tidak menimbulkan iritasi, alergi, fotosensitisasi, dan lain-lain
c. Pemilihan zat pewarna dan zat pewangi yang tidak menimbulkan reaksi jika terkena
sinar matahari
d. Cara pengolahan yang ilmiah, modern, dan higienis
e. Harus dibuat pH seimbang
b. Cemaran logam
Pengujian logam yaitu berupa penetapan kadar logam merkuri (Hg), timbal(Pb), arsen
(As), dan kadmium (Cd)
c. Cemaran kimia
Cemaran kimia berupa 1,4-Dioxane
8
2. Wadah dan pembungkus harus diberikan penandaan yang berisi informasiyang lengkap,
objektif dan tidak menyesatkan. Pada etiket wadah atau pembungkus harus
dicantumkan informasi/keterangan mengenai :
a. Nama produk;
9
2. Faktor lingkungan
Setiap lingkungan memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit, sehingga kosmetik
untuk iklim panas/tropis berbeda ddengan kosmetik untuk iklim dingin/subtropis.
3. Faktor kosmetik
Kosmetik yang dibuat dengan bahan-bahan yang berkualitas rendah atau bahan-bahan
yang berbahaya bagi kulit, pengolahannya kurang baik, atau
diformulasi tidak sesuai dengan manusia dan lingkungan maka dapat menimbulkan
reaksi negatif atau kerusakan kulit.
4. Gabungan ketiga faktor
Dampak negatif yang mungkin timbul antara lain kondisi bercak-bercak merah, gatal,
timbulnya jerawat.
10
bawah pengawasan dokter.
4. Membeli kosmetika secukupnya pada tahap awal.
Setiap pertama kali menggunakan produk, tidak bisa diketahui apakah produk tersebut
cocok digunakan atau tidak, oleh karena itu perlu mencobanya terlebih dahulu dalam
jumlah sedikit.
5. Perhatikan keterangan-keterangan yang tercantum pada label atau kemasan.
Perlu diperhatikan informasi yang tertera pada kemasan mengenai unsur bahan yang
digunakan, tanggal kadaluarsa serta nomor registrasinya, karena tidak semua produsen
mencantumkan atau mendaftarkan produknya ke Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, sehingga tidak terjamin keamanannya. (Tips Pemilihan Kosmetika yang
Tepat).
Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam
minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harusdisesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol
dan cera.Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin,
natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium
lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.Penyimpanan krim
11
dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus
juga tertera “obat luar”. Ada 2 tipe krim, yaitu (Anonim, 2021) :
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
12
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:
a. Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu
sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel
dimaksudkan untuk menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya
panikel yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.
Meliputi 4 yaitu:
a) Organoleptic
b) Homogenitas
c) Uji pH
d) Uji Keseragaman
13
2.4.6 Bahan-bahan dalam Krim Anti-Aging
14
30 hari regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia
50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab
terhadap elastisitas dan kehalusan kulit adalah lapisan dermis. Jika usia semakin
bertambahnya, maka regenerasi kulit semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput
(Noormindhawati, 2013).
Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda-tanda fisik sebagai berikut:
1. Keriput dan mengendur
Menurut Noormindhawati (2013) seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan
elastin kulit semakin berkurang. Akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga
tampak keriput dan mengendur.
2. Muncul age spot (noda hitam)
Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerah wajah, lengan,
dan tangan.
3. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi
kering dan kasar.
4. Pori-pori membesar
Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar.
15
perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan berbeda
dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin pada kulit.
Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna
sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejalakulit menua secara
dini.
c. Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses penuaan dini.
Faktor genetik menentukan kapan menurunnya proses metabolisme dalam tubuh dan
seberapa cepat proses menua itu berjalan.
d. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses
pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel
secara baik. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi estrogen akan
menurunkan elastisitas kulit. Berkurangnya hormon tersebut akan menunjukkan
gejala penuaan dini yang lebih jelas.
2. Faktor ekstrinsik
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu,
kelembapan, polusi dan terutama sinar ultraviolet. Sinar matahari adalah faktor
lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena sinar matahari
dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak
elastis, kering, dan keriput atau sering disebut dengan photo-aging.
2.5.4 Anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang dapat
memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Dalam hal ini, proses
penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit
berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi serta
kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009).
Penggunaan produk anti-aging dimaksudkan tidak hanya untukmemperlambat proses
penuaan, membersihkan, melembabkan dan memperindah penampilan tetapi juga dapat
memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak, melindungi serta mempertahankan integritas
kulit (Prianto, 2014).
16
2.5.5 Fungsi dari Produk Anti-Aging
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.
17
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Jurnal I
3.1.1 Judul Jurnal
“Formulasi dan Uji Aktivitas Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza Nivara L.) Sebagai
Antiaging”
3.1.2 Hasil dan Pembahasan
Pada pengujian Aktivitas Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza nirvana L.) sebagai
Antiaging,dilakukan pada sukarela dengan mengukur kondisi kulit tangan sukarelawan, setelah
itu dilakukan pengolesan krim sesuai dengan pembagian konsentrasi krim. Pengolesan
dilakukan 2 kali sehari secara merata pada kulit bagian punggung tangan sukarelawan.
Kemudian dilakukan pengukuran kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan
menggunakan skin analyzer. Diamati kondisi kulit tangan sukarelawan masing-masing
konsentrasi sebelum dan sesudah pemberian krim.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian jurnal ini adalah maserasi dengan 4
L pelarut (1% HCl (p) dalam metanol). Hasil dari maserasi 500 g tepung beras merah diperoleh
ekstrak metanol kental sebanyak 115 g. Ekstrak beras merah akan digunakan dalam pembuatan
sediaan krim sebagai anti-aging. Dimana sediaan krim antiaging menggunakan ekstrak beras
merah dibuat dengan menggunakan formula standar krim (Young, 1972). Ekstrak beras merah
yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim antiaging dengan variasi konsentrasi 5%, 7,5%
dan 10%. Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna coklat, bau khas.
Adapun hasil evaluasi uji yang dilakukan untuk melihat aktivitas krim Ekstrak Beras
Merah (Oryza nivara L.) sebagai antiaging, di antara lain sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Homogenitas
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada sediaan krim antiaging memberikan hasil krim
yang homogen dan tidak adanya butiran kasar.
19
PFD tinggi a/m (m/a), jika PFD lebih besar dari 74% Percobaan yang dilakukan,
diperoleh data hasil pengukuran viskositas sediaan krim dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Kadar Air
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat
dalam perangkat skin analyzer Aramo
20
Pemulihan kulit yang paling baik adalah pada sediaan krim ekstrak beras merah 10%
karena mampu meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan krim yang lainnya
Kehalusa (Avennes)
Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat skin analyzer
lensa perbesaran 6x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru.
Hasil pengukuran banyaknya noda seperti yang terlihat dalam Tabel 8 menunjukkan terdapat
banyak noda pada kondisi awal kulit semua sukarelawan, pemulihan terlihat pada minggu
ketiga untuk semua sediaan. Banyaknyanoda yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan kondisi awal. Krim D menunjukkan jumlah noda yang lebih banyak berkurang setelah
4 minggu pemakaian krim ekstrak beras merah dibandingkan dengan krim lainnya.
3.2 Jurnal II
3.2.1 Judul Jurnal
“Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
(L.) Lamk) Sebagai Anti Aging”
3.2.2 Hasil dan Pembahasan
Evaluasi basis dan krim antioksidan pada kulit. Penelitian ini menggunakan
sukarelawan sebanyak 12 orang dalam kondisi sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan
22
kulit dengan rata rata umur 22- 24 tahun dan telah mendapat naskah penjelasan relawan yaitu
tentang tata pelaksanaan terkait dengan penelitian. Uji keamanan tidak dilakukan dengan dasar
data empiris yaitu pemakaian ekstrak etanol daun ubi jalarungu Ipomoea batatas (L.) Lamk
sebesar 3 % dalam basis krim tipe m/a sebagai krim luka bakar terbukti efektif pada mencit dan
tidak mengiritasi kulit manusia. Sukarelawan mendapat dua jenis krim yaitu basis dan krim
antioksidan dan dilakukan pengukuran beberapa parameter penuaan kulit dengan instrumen
non invasif.
Masing masing sukarelawan melakukan pengukuran kemudian memakai basis pada
lengan tangan bawah sebelah kiri dan krim antioksidan pada lengan bawah tangan sebelah
kanan dan mereka diinstruksikan datang untuk melakukan pengukuran kembali setelah 2
minggu atau setelah 14 hari dan 4 minggu atau setelah 30 hari (dari awal pemakaian basis dan
krim antioksidan). krim. Formula krim tersebut diberi nama krim A yaitu krim antioksidan
(formula aktif) dan krim B yaitu (formula basis) dan diberikan kepada sukarelawan dengan
dilengkapi petunjuk/ instruksi penggunaan. Pengukuran dilakukan pada ruangan yang sama
untuk tiap sesi pengukuran dan terkendali suhunya yaitu pada suhu 25ºC.
a. Aktivitas Antioksidan
Nilai IC 50 ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 dan vitamin C
dapat dilihat pada gambar 1.
Nilai IC 50 ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 adalah 3,68
ppm sedangkan IC 50 vitamin C adalah 2,96 ppm. Aktivitas peredaman radikal bebas ekstrak
daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 adalah 80,43 %.
23
warna, bau dan tekstur. Hasil uji homogenitas fisik yang dilakukan pada awal pembuatan dan
minggu terakhir pengamatan, menunjukkan bahwa basis dan krim tetap homogen. Uji mekanik
adalah melakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit pada basis dan krim
antioksidan.
Hasil uji mekanik adalah kedua formula tersebut tidak terjadi pemisahan fase. Uji freeze
andthaw dilakukan dengan cara menyimpan formula basis dan krim antioksidan dalam suhu
4±2ºC pada 48 jam pertama dan suhu 40±2ºC pada 48 jam berikutnya (1 siklus), sediaan uji
dibuat hingga 4 siklus dengan kontrol yaitu penyimpanan suhu 25±2ºC. Hasil uji freeze and
thaw menunjukkan pada masing masing siklus baik formula basis dan krim antioksidan
memiliki konsistensi krim sama seperti kontrol yang berarti bahwa tidak terjadi pemisahan
fase. Uji viskositas dilakukan pada awal pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu masa
penyimpanan. Data hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada tabel 1.
Nilai viskositas basis dan krim IBLA cenderung menurun selama masa penyimpanan 4
minggu, namun nilainya masih sesuai dengan persyaratan viskositaskrim. Data nilai viskositas
diuji secara statistik dengan uji signifikasi Kruskal Wallis 0,039 < α(0,05) dan uji Chi Square
4,247< χ0,05, (4) (9,488) maka diperoleh hipotesis nol (H0 ) diterima (bahwa tidak terdapat
pengaruh waktu penyimpanan terhadap nilai viskositas basis dan krim antioksidan). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa viskositas basis dan krim antioksidan stabil selama 4 minggu.
Uji kapasitas sebar menunjukkan semakin besar beban yang diberikan pada basis dan
krim antioksidan maka semakin luas area penyebaran krim. Data pengukuran kapasitas sebar
dapat dilihat pada tabel 2.
24
Beban yang dipakai adalah pelat kaca 290,35 gram kemudian ditambah 50 gram
pertama menjadi 340,35 gram kemudian ditambah 50 gram kedua menjadi 390,35 gram.
d. Uji PH
Uji pH dilakukan pada awal pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu masa
penyimpanan. Data hasil pengukuran pH dapat dilihat pada tabel 3.
25
Rentang pH normal kulit adalah 4,5- 6,8. sehingga rata rata nilai pH basis dan krim
antioksidan masih masuk dalam rentang pH normal kulit. Secara statistik menggunakan uji
Chi Square 6,860 < χ0,05, (4) (9,488) atau nilai signifikansi 0,009< α(0,05) maka diperoleh
hipotesis nol (H0) di terima (bahwa tidak terdapat pengaruh waktu penyimpanan terhadap pH
basis dan krim antioksidan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH basis dan krim
antioksidan stabil selama 4 minggu.
e. Nilai Kelembaban
Kelembaban kulit diukur sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0 kemudian setelah 2
minggu (setelah 14 hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan alat uji kelembaban
Coscam USB-225 (1.3M). Nilai rata-rata kelembaban basis dan krim antioksidan pada masing
masing waktu pengukuran dapat dilihat dalam gambar 2.
Pada gambar 2, terlihat terjadi penurunan angka kelembaban dari hari ke-0 menuju
setelah 14 hari baik basis maupun krim antioksidan. Hal ini disebabkan karena selama masa 2
minggu tersebut, relawan menghentikan pemakaian lotion tubuh (pelembab kulit) yang biasa
mereka pakai 2-3 kali sehingga terjadi penurunan hidrasi, pemakaian krim uji satu kali sehari
tidak cukup menggantikan hidrasi kulit. Pada waktu setelah 14 hari menuju setelah 30 hari
terjadi penurunan hidrasi kulit disebabkan pengukuran setelah 30 hari pada saat bulan puasa
sehingga kemungkinan terjadi dehidrasi kulit lebih cepat.
f. Nilai Kurvatur
Kurvatur kulit diukur sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0 kemudian setelah 2
minggu (setelah 14 hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan alat X12 Illumination
Cap - Coscam USB-225 (1.3M). Nilai rata-rata kurvatur basis dan krim antioksidan pada
masing masing waktu pengukuran dapat dilihat dalam gambar 3.
26
Pada gambar 3, pada pengukuran setelah 14 hari dan 30 hari terjadi peningkatan nilai
kurvatur dari basis dan terjadi penurunan nilai kurvatur dari krim antioksidan. Perbandingan
nilai kurvatur basis yang tertera pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan setelah 30 hari
dari 12 orang sukarelawan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Kurvatur Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari
27
Tabel 5. Perbandingan Nilai Kurvatur Krim Antioksidan antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari
28
Pada gambar 4, pada pengukuran setelah 14 hari menuju setelah 30 hari, dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan warna kulit (peningkatan pigmen kulit) dari basis dan terjadi
penurunan warna kulit dari krim antioksidan. Perbandingan nilai warna kulit basis yang tertera
pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan setelah 30 hari dari 12 orang sukarelawan dapat
dilihat pada tabel6.
Tabel 6. Perbandingan Nilai Warna Kulit Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari
Tabel 7. Perbandingan Nilai Warna Kulit Krim Antioksidan Antara Pengukuran Setelah 14 hari dan Setelah 30 hari
29
Dari tabel 7, disimpulkan bahwa dari 12 sukarelawan sebanyak 9 sukarelawan mengalami
penurunan nilai warna kulit, sebanyak 2 orang tidak mengalami perubahan nilai warna kulit
dan sebanyak 1 sukarelawan mengalami kenaikan nilai warna kulit setelah memakai krim
antioksidan selama 14 hari. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian krim antioksidan memiliki
manfaat mencegah pigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap).
Untuk nilai kurvatur dan warna kulit, hasil pengukuran hari ke 0 hingga setelah 14 hari
tidak diperhitungkan karena merupakan masa kulit mengkondisikan dari penghentian
pemakaian lotion tubuh atau produk perlindungan kulit pribadi sukarelawan lainnya menuju
pemakaian tunggal basis dan krim antioksidan, setelah 14 hari maka kulit telah terkondisi sama
yaitu hanya menerima pemakaian basis dan krim antioksidan sehingga efek antioksidan dapat
terlihat.
Untuk mendapatkan hasil pengujian efektifitas Antiaging dari Ekstrak Etanol Bawang
Merah (Allium cepa L) Pemilihan sukarelawan dilakukan berdasarkan kriteria antara lain
wanita berusia sekitar 20 - 30 tahun, diperiksa dalam memiliki riwayat alergi pada kulit dan
telah dikondisikan tidak menggunakan krim lain selama 4 minggu untuk terapi anti-aging.
Konsentrasi estrak etanol bawang merah yang digunakan dalam pembuatan sediaan
krim anti-aging masing-masing adalah 1%, 3%, 5%. Formula dasar krim ekstrak etanol bawang
merah dibuat sebagai blanko. Rancangan formula dijelaskan pada table berikut.
30
b. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Krim
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil tipe emulsi sediaan krim pada tabel diatas, untuk semua sediaan krim menunjukkan
warna biru metil dapat tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan
krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Tipe emulsi ini memiliki
keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah
dihilangkan dengan adanya pencucian.
31
Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada Tabel 3. menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi tidak mempengaruhi nilai pH dari sediaan krim. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian sebelumnya tentang formulasi sediaan krim ekstrak etanol bawang merah
dengan basis vanishing cream, dan konsentrasi ekstrak etanol bawang merah dalam lotion.
Nilai pH ini masih dlam persyaratan pH fisiologis kulit yg baik berada pada rentang 4,50–6,50
Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak etanol bawang merah yang dibuat dengan berbagai
variasi konsentrasi ekstrak dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna masing-masing
sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4 dan data hasil pengamatan stabilitas
selama 90 hari.
32
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan, tidak terlihat adanya reaksi iritasi
seperti gatal, kemerahan, ataupun pengerasan kulit pada kulit sukarelawan dari setiap formula,
hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim aman untuk digunakan.
33
Pori (Pore)
Besar pori kulit sukarelawan yang diukur menggunakan perangkat skin analyzer yang
sama dengan pengukuran kehalusan yaitu lensa perbesaran 60 kali (normal lens) dengan warna
lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar
pori ikut terbaca (Aramo, 2012). Hasil Uji Pemberian masing masing konsentrasi dilakukan
dengan lima tahap di mulai dari melihat kondisi awal, kemudian di lanjutkan dengan melihat
perubahan yang terjadi setelah 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun
perubahan kondisi pori-pori dapat di jelaskan sebagai berikut:
Keriput (Wrinkle)
Keriput pada kulit sukarelawan dapat diukur dengan menggunakan perangkat skin
analyzer lensa perbesaran 10 kali dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor
biru. Hasil Uji Pemberian masing masing konsentrasi dilakukan dengan lima tahap di mulai
dari melihat kondisi awal kemudian di lanjutkan dengan melihat perubahan yang terjadi setelah
1minggu ,2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun perubahan kondisi keriput dapat di
jelaskan sebagai berikut:
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan review akan ketiga jurnal yang penulis bahas di atas dapat di sipulkan
bahwa Formula krim antioksidan terbukti memiliki manfaat meningkatkan kualitas kulit yaitu
mampu mencegah terjadinya kerutan dan mencegah terjadinya pigmentasi. Hal ini dapat di
paparkan dari ketiga jurnal tersebut dengan uraian sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian dari jurnal I yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas
Krim Ekstrak Beras Merah (Oryza nivara L. ) Sebagai Antiaging” yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa ekstrak beras merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai
antiaging. Sediaan krim 10% memberikan efek antiaging yang lebih baik dibandingkan
dengan krim dengan konsentrasi lainnya setelah empat minggu pemakaian. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman beras merah, dan dapat
menjadi alternatif lain dalam penggunaan beras merah sebagai antioksidan alami yang baik
untuk menghasilkan produk perawatan kulit
Selanjutnya pada hasil penelitian jurnal II yang berjudul “Formulasi Krim Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk) Sebagai Anti Aging”
yang diperolah, dapat disimpulkan bahwa Ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.)
Lamk Antin 3 sebesar 0,37 % dalam formula krim antioksidan memiliki aktivitas peredaman
DPPH sebesar 80,43 %. Formula krim antioksidan terbukti stabil secara fisik (organoleptis
(perubahan warna, bau, tekstur), homogenitas, pemisahan fase, viskositas, kapasitas sebar dan
nilai pH) selama 4 minggu pada suhu kamar. Sehingga sangat baik sebagai antiaging untuk
mencegah terjadinya kerutan, namun tidak terbukti mampu mempertahankan kelembaban kulit.
Sedangkan pada penelitian Jurnal III yang berjudul “Formulasi Krim Anti-Aging Dari
Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.) juga di peroleh hasil dengan kesimpulan
bahwa Ekstrak etanol bawang merah dapat diformulasikan kedalam sediaan krim anti-aging
dalam bentuk sediaan tipe emulsi m/a, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil dalam
penyimpanan selama 12 minggu dalam suhu kamar. Penambahan ekstrak etanol bawang merah
ke dalam sediaan krim mampu memberikan efek anti-aging. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak etanol bawang merah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi
kemampuan sediaan krim untuk memberikan efek anti-aging. Krim ekstrak etanol bawang
merah dengan konsentrasi 5% memberikan efektivitas anti-aging yang lebih baik dengan
parameter kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal (21,33 menjadi 33,33), kondisi
angka pori besar menjadi angka pori kecil (40,66 menjadi 28,33), dan kondisi keriput dari
berkeriput menjadi tidak berkeriput (31 menjadi 17).
35
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Dewi, Herlina. (2018). Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) untuk Kesehatan Kulit. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Anwar, E. 2012. Eksipien dalam sediaan farmasi: karakterisasi dan aplikasi.Jakarta: Dian
Rakyat. Halaman 1-10.
Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H. I. 2009. Handbook of cosmetic science andtechnology.
Third Edition. New York: John Willy and Son Inc. Halaman 626-629
Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal.
Jogjakarta: Buku Biru. Hal. 15
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. (2019). Peraturan BadanPengawas
Obat dan Makanan Nomor 23 tahun 2019 tentang Persyaratan teknis bahan kosmetika.
Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RepublikIndonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 12 tahun 2019 tentang Cemaran dalam kosmetika. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 10.
Elmitra, M.Farm., Apt. (2017). "Dasar-dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. 117-155.
Penerbit. CV. Budi Utama, Yogyakarta.
Jaelani. 2009. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Halaman 153-
155.
Muliyawan, D., Suriana, N. 2013. A-Z tentang kosmetik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Halaman 16-17,138-289.
Noormindhawati, L. 2013. Jurus ampuh melawan penuaan dini. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Halaman 2-5
Prianto, J. 2014. Cantik panduan lengkap merawat kulit wajah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Halaman 60.
36
Rowe, R. C., Sheskey, P. J. Quinn, M. E. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients. 6th
Ed. London: The Pharmaceutical Press. Halaman 155, 441, 592, 679, 697, dan 754.
Wilkes, M., Wright, C. Y., du Plessis, J. L., and Reeder, A. 2015. Fitzpatrick Skin Type,
Individual Typology Angle, And Melanin Index In An African Population: Steps Toward
Universally Applicable Skin Photosensitivity Assessments. JAMA Dermatology, vol.
151, no. 8, pp. 902-903.
Yulia, E & Ambarwati, S. (2015). Dasar-dasar Kosmetika Untuk Tata Rias.LPP Press :
Universitas Negeri Jakarta
37
TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.
Published under licence by TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara
TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244
ism4fzn@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: Antiaging adalah sediaan untuk menghambat proses degeneratif sehingga menghambat timbulnya tanda-tanda
penuaan pada kulit. Beras merah (Oryza nivara L.) memiliki kandungan antosianin yang merupakan senyawa fenolik yang
bertindak sebagai antioksidan alami yang efektif untuk mencegah penuaan dini. Tujuan penelitian: untuk memformulasikan dan
menguji aktivitas antiaging ekstrak beras merah dalam bentuk sediaan krim. Metodologi: pembuatan ekstrak beras merah,
formulasi dalam bentuk sediaan krim dengan variasi konsentrasi ekstrak beras merah 5%, 7,5% dan 10%. Evaluasi sediaan krim
meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, pengukuran pH, viskositas, uji iritasi dan uji stabilitas seperti pengamatan organoleptis dan
pH selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan dengan
mengoleskan krim dua kali sehari pada kulit punggung tangan dan dilakukan pengukuran parameter kadar air, kehalusan kulit,
besar pori, dan banyaknya noda menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama pemakaian 4 minggu.
Hasil penelitian: ekstrak beras merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim yang homogen,tidak mengiritasi, dan stabil
selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim ekstrak beras merah 10% memiliki kadar air pada kulit lebih banyak, kulit yang
lebih halus, ukuran pori yang lebih kecil dan jumlah noda lebih sedikit dibandingkan dari konsentrasi yang lainnya. Kesimpulan:
ekstrak beras merah dapat diformulasi dalam bentuk sediaan krim sebagai antiaging setelah empat minggu pemakaian.
1. Pendahuluan
Gejala penuaan dini yang bisa membuat kurangnya percaya diri bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang
kronis, namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang. Sebagai organ paling luar, kulit
langsung terpapar dengan lingkungan prooksidatif seperti radiasi sinar UV, obatobatan, polusi udara, asap rokok,
radiasi, alkohol dan paparan zat tertentu. Akibatnya kulit terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan
halus, muncul pigmentasi, kulit terlihat tidak kencang, kusam dan tidak segar [7].
Proses menua pada kulit dapat dibedakan atas dua, yaitu proses menua intrinsik (proses menua sejalan dengan
waktu) dan proses menua ekstrinsik (proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal, seperti pajanan sinar matahari
yang berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi yang tidak seimbang). Pada penuaan
ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpapar matahari [2].
Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan
merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan [2]. Berbagai terapi ditawarkan untuk
mengatasi terjadinya proses penuaan dini. Terapi-terapi yang sifatnya alami sampai sekarang masih menjadi salah
satu pilihan bagi masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk kembali pada sesuatu yang alamiah semakin meningkat
[3].
Padi beras merah (Oryza nivara L.) merupakan bahan pangan pokok bernilai kesehatan tinggi. Selain
mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat, mineral dan antosianin.Antosianin adalah senyawa fenolik yang
bertindak sebagai antioksidan, dibutuhkan untuk tanaman itu sendiri dan nutrisi penting bagi kesehatan
manusia.Antosianin merupakan pigmen merah yang terkandung pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, atau
dijumpai pula pada setiap bagian gabah [12].
Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap beras merah, seperti yang dilakukan [12] yang menguji kadar
antosianin dari padi beras merah, dan diperoleh kadar antosianin terbanyak terdapat pada bagian perikarp. Penelitian
[6] menunjukkan bahwa adanya aktivitas antioksidan dari tepung beras merah, yang memiliki kemampuan
menangkap radikal bebas DPPH.
Berdasarkan latar belakang di atas dilakukanlah penelitian untuk memformulasikan dan menguji aktivitas
antiaging ekstrak beras merah dalam bentuk sediaan krim.
2. Metode Panelitian
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat skin analyzer (Aramo SG), neraca listrik (Ohaus), pH meter
(HANNA), rotary evaporator, viskometer (Myr VR3000). Bahan-bahan yang digunakan adalah asam stearat, setil
alkohol, sorbitol syrup, propilen glikol, TEA, nipagin, nipasol, BHT, air suling, minyak mawar, metil biru, larutan
pH asam (4,01), larutan pH netral (7,01), pelarut teknis metanol, dan HCl(p). Sampel yang digunakan adalah beras
merah yang diambil di Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
Simplisia yang telah diolah menjadi tepung beras merah (25 gram) ditambahkan 200 mL pelarut (1% HCl (p)
dalam metanol), diaduk dan disaring kemudian residu dibilas dengan air suling secukupnya. Filtrat yang diperoleh
kemudian disaring kembali dengan kertas Whatman no. 41. Filtrat diuapkan dengan rotary evaporator hingga
mendapatkan ekstrak kental.
Konsentrasi (gram)
Bahan Krim A Krim B Krim C Krim D
(Blanko) (5%) (7,5%) (10%)
Ekstrak Beras
- 5 7.5 10
Merah
Dasar Krim 100 95 92,5 90
• Pemeriksaan Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar [4].
• Pengamatan Stabilitas Sediaan
Pengamatan yang dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat meliputi adanya perubahan bentuk, warna, dan
bau dari sediaan. Waktu penyimpanan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar (National Health Surveillance
Agency, 2005).
• Pengujian pH Sediaan
Pengujian pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter [11].
• Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambah 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang
pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru
berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m [13].
• Penentuan Viskositas Sediaan
Penentuan viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Myr VR 3000. Dengan cara
menimbang 100 gram sediaan krim ekstrak beras merah kemudian diatur Spindel dan kecepatan yang digunakan.
Viskometer Myr VR 3000 dijalankan, kemudiaan viskositas dari sediaan krim ekstrak beras merah akan terbaca.
• Pengujian iritasi sediaan
Uji iritasi dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan dengan teknik tempel terbuka yang dilakukan dengan
mengoleskan sediaan pada bagian lengan tangan selama tiga kali dalam sehari selama tiga hari berturut-turut setelah
pembuatan dan pada hari akhir penyimpanan untuk masing-masing sediaan. Diamati gejala yang timbul apakah
terjadi gatal-gatal ataupun kulit yang memerah [5].
Diukur kondisi kulit tangan sukarelawan, setelah itu dilakukan pengolesan krim sesuai dengan pembagian
konsentrasi krim. Pengolesan dilakukan 2 kali sehari secara merata pada kulit bagian punggung tangan sukarelawan.
Kemudian dilakukan pengukuran kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan menggunakan skin
analyzer. Diamati kondisi kulit tangan sukarelawan masing-masing konsentrasi sebelum dan sesudah pemberian
krim.
240 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244
Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi dengan 4 L pelarut (1% HCl (p) dalam metanol). Hasil dari
maserasi 500 g tepung beras merah diperoleh ekstrak metanol kental sebanyak 115 g. Ekstrak beras merah akan
digunakan dalam pembuatan sediaan krim sebagai anti-aging.
Sediaan krim antiaging menggunakan ekstrak beras merah dibuat dengan menggunakan formula standar krim
(Young, 1972). Ekstrak beras merah yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim antiaging dengan variasi
konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%. Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna coklat, bau khas.
• Pemeriksaan Homogenitas
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada sediaan krim antiaging memberikan hasil krim yang homogen dan tidak
adanya butiran kasar.
• Pengamatan Stabilitas Sediaan
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 4 minggu,
sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna dan adanya pemisahan fase. Hasil uji
menunjukkan bahwa sediaan krim tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 12 minggu, tidak terjadi
perubahan bau, warna dan tidak terjadi pemisahan fase. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat
dalam Tabel 2.
• Pengujian pH Sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan per bulan selama 12 minggu dan diperoleh hasil masih memenuhi batas pH
fisiologis kulit. Menurut [7] pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu
4,5-6,5.
pH
No Formula Lama Pengamatan (minggu)
0 4 8 12
1 A 6,3 6,3 6,3 6,3
2 B 6,3 6,3 6,3 6,3
3 C 6,3 6,3 6,2 6,2
4 D 6,3 6,3 6,2 6,2
Keterangan :
Formula A: Dasar krim (blanko)
Formula B: Krim ekstrak beras merah 5%
Formula C: Krim ekstrak beras merah 7,5%
Formula D: Krim ekstrak beras merah 10%
Hasil yang diperoleh, formula krim mengalami peningkatan viskositas dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak
beras merah. Berdasarkan perbandingan fase dispersi (PFD), sediaan krim ektrak beras merah ini termasuk ke dalam
PFD sedang yaitu partikel masih berbentuk sferis dan tersusun teratur sehingga masih ada ruang gerak.
242 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244
Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan alat skin analyzer Aramo, dimana parameter uji meliputi:
pengukuran kadar air (moisture), pengukuran kehalusan kulit (evennes), besar pori (pore), dan pengukuran
banyaknya noda (spot). Pengukuran aktivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum
dilakukan perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim yang digunakan. Hasil
pengukuran aktivitas antiaging akan dibahas per parameter
• Kadar air (Moisture)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin
analyzer Aramo.
Pemulihan kulit yang paling baik adalah pada sediaan krim ekstrak beras merah 10% karena mampu
meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan krim yang lainnya
• Kehalusan (Evenness)
Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 6x dan
mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru.
Kehalusan Kulit
Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 33 31 31 28 28
B 30 29 28 27 27
T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018) 237–244 243
C 27 26 26 25 23
D 28 28 28 26 21
Keterangan :
Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 [1]
Hasil pengukuran menunjukkan kondisi awal kehalusan semua sukarelawan adalah normal, setelah perawatan
selama satu minggu kehalusan kulit menjadi lebih halus dibandingkan kondisi awal dengan ditunjukkan pada hasil
pengukuran kehalusan kulit yang diperoleh lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim C dengan konsentrasi
ekstrak beras merah 7,5% dan krim D dengan konsentrasi ekstrak beras merah 10% menunjukkan tingkat pemulihan
yang lebih baik dibandingkan krim yang lainnya.
• Besar pori (Pore)
Pengukuran besar pori menggunakan skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yaitu lensa
perbesaran 6x dan mode pembaca normal dengan warna lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa
kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca [1].
Besar Pori
Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 52 50 39 27 12
B 48 33 31 28 22
C 33 27 27 18 12
D 77 50 39 27 22
Keterangan :
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 [1]
Hasil pengukuran besar pori Krim D menunjukkan pemulihan kulit yang paling baik dibandingkan dengan krim
yang lainnya karena mampu menurunkan besar pori yang baik.
• Banyaknya noda (Spot)
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 6x dan mode
pembacaan polarisasi dengan warna lampu sensor jingga.
Banyaknya Noda
Krim Kondisi Awal Pemulihan (minggu)
I II III IV
A 50 41 39 26 22
B 68 36 34 29 24
C 61 44 38 26 18
D 70 31 39 34 26
Keterangan :
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyaknya noda 40-100 [1]
Hasil pengukuran banyaknya noda seperti yang terlihat dalam Tabel 8 menunjukkan terdapat banyak noda pada
kondisi awal kulit semua sukarelawan, pemulihan terlihat pada minggu ketiga untuk semua sediaan. Banyaknya
244 T. Ismanelly Hanum / TM Conference Series 01 (2018), Page 237–244
noda yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi awal. Krim D menunjukkan jumlah noda
yang lebih banyak berkurang setelah 4 minggu pemakaian krim ekstrak beras merah dibandingkan dengan krim
lainnya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak beras merah dapat diformulasikan
dalam sediaan krim sebagai antiaging. Sediaan krim 10% memberikan efek antiaging yang lebih baik dibandingkan
dengan krim dengan konsentrasi lainnya setelah empat minggu pemakaian. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman beras merah, dan dapat menjadi alternatif lain dalam penggunaan
beras merah sebagai antioksidan alami yang baik untuk menghasilkan produk perawatan kulit.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibrahim Sagala dan kawan-kawan, mahasiswa FMIPA Farmasi UMN-
AW atas kontribusinya dalam penelitian ini
Referensi
[1] Aramo, I. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10.
[2] Ardhie, M. A. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Jakarta. Scientific Journal Of Pharmaceutical
Development and Medical Application. Hal. 4-9.
[3] Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Hal. 15.
[4] Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.
[5] Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 22-31. Galuh, A.
(2013).Perbedaan Kandungan Senyawa Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Tepung Beras Organik Varietas Lokal. Surabaya. Seminar
Nasional.
[6] Latifah, F., dan Tranggono, R.I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 21.
[7] Muliyawan, D. dan Suriana, N. (2013).A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 14,16-17, 21-25, 141-142,
312.
[8] National Health Surveillance Agency.(2005). Cosmetic Products Stability Guide. Brazil: ANVISA. Halaman 19
[9] Rawlins, E. A. (2003), Bentleys of Pharmaceutics, 18 Ed. London: Baillierre Tindall. Hal. 22, 35.
[10] Suliartini, Ni Wayan. (2011). Pengujian Kadar Antosianin Padi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara.
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
[11] Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kedua. Penerjemah Soendari. Gajah Mada University. Yogyakarta. Halaman
165, 179, 222.
[12] Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Halaman 197-199.
166 Original Article Pharm Sci Res ISSN 2407-2354
Email : d.dipahayu@gmail.com
Abstrak
Daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk) varietas Antin 3 (IBLA) adalah
sumber antioksidan alami karena mengandung senyawa antosianin. IBLA diekstrak
secara maserasi kinetik dengan pelarut etanol 70 %. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan aktivitas antioksidan melalui uji peredaman DPPH (2,2-diphenyl-
1-picrylhydrazil). Lebih lanjut adalah untuk memformulasi ekstrak IBLA ke dalam
sediaan krim basis minyak dalam air (m/a). Basis dan formulasi krim diuji stabilitas
fisik pada penyimpanan suhu 28ºC selama 4 minggu. Parameter stabilitas yang diukur
adalah organoleptis, homogenitas fisik, nilai pH, nilai viskositas, tipe emulsi, kapasitas
sebar, uji mekanik dan uji freeze and thaw. Pada basis dan formulasi krim dilakukan
evaluasi manfaat kelembaban, kurvatur dan pigmentasi pada kulit manusia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol IBLA memiliki aktivitas antioksidan
sebesar 80,43% dibanding dengan vitamin C murni. Nilai IC 50 ekstrak IBLA
adalah 3,68 ppm dan IC 50 vitamin C adalah 2,96 ppm. Basis dan formula krim stabil
secara fisik selama 4 minggu. Basis dan krim antioksidan tidak memiliki manfaat
meningkatkan kelembaban kulit. Basis tidak memiliki efek mencegah kerutan namun
krim antioksidan memiliki manfaat mencegah kerutan. Basis tidak memiliki manfaat
mencegah pigmentasi namun krim antioksidan memiliki manfaat mencegah pigmentasi.
Abstract
Purple sweet potatoes leaves (Ipomoea batatas (L.) Lamk) Antin 3 variety (IBLA) are
natural antioxidant sources because of anthocyanins contents. IBLA extracted by kinetic
maseration with 70 % ethanolic solution. The aims of this research are to determine
antioxidant activity for DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) scavenging activity and
formulating IBLA extract into oil in water base cream dosage form. Both the base
cream and formulation were stored at 28ºC for a period of 4 weeks to predict their
stability. The evaluation parameters consisted of organoleptic, homogenity, pH value,
viscosity, emulsion type, dispersive power, mechanic and freeze and thaw. Futhermore,
the base cream and formulation were evaluated for their effects on skin moisture,
curvature and pigmentation. The results showed that ethanolic extract of IBLA had
antioxidant activity of 80.43 % compared with pure vitamin C. IC 50 value of IBLA
extract is 3.68 ppm while vitamin C is 2.96 ppm. Base and antioxidant creams had
a physical stability for 4 weeks. The base and antioxidant creams have no effect on
promoting skin moisture. The base cream had no effect in inhibiting curvature but
antioxidant cream was effective to inhibit curvature. The base showed no pigmentation
inhibiting effect but antioxidant cream was effective in inhibiting pigmentation.
kerutan atau curvature dan kecerahan warna gelombang 517 nm dengan spektrofotometer
kulit. Penilaian dilakukan terhadap basis dan Argilent 8453 Larutan kontrol adalah
krim antioksidan selama 28 hari. campuran DPPH dengan etanol. Aktivitas
radikal bebas dihitung berdasar persen
METODE peredaman DPPH dengan rumus :
Cara Kerja
Ekstraksi. Daun segar merupakan hasil Regresi linier dari rentang konsentrasi
klon pengembangan BALITKABI ( Balai ekstrak vs % peredaman DPPH digunakan
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang
Malang, daun didapat dari pertanian binaan dapat meredam 50 % DPPH (nilai IC 50) .
BALITKABI di daerah tumpang Malang, Untuk preparasi vitamin C sebagai larutan
berumur 5 bulan dan dari 1 area penanaman. standart dan penentuan nilai IC 50 vitamin
Daun dikeringkan dengan freeze drying dan C, sama dengan preparasi ekstrak. Aktivitas
diblender halus. Serbuk daun diekstraksi peredaman radikal bebas ekstrak, didapat
secara maserasi kinetik dengan etanol 70 % dengan perhitungan :
(dengan perbandingan : 0,1 gram serbuk daun (IC 50 vitamin C/ IC 50 ekstrak)*100 %.
dalam 100 mL etanol 70 %) selama 1 jam
kemudian disaring buchner. Proses maserasi Persiapan Formulasi. Pada penelitian ini
diulang hingga filtrat menjadi jernih. Filtrat krim tipe minyak dalam air dibuat dengan
yang didapat, diuapkan pelarut alkoholnya cara menambahkan fase air ke dalam fase
pada suhu 40ºC dengan alat rotary evaporator minyak secara perlahan dengan pengadukan
hingga tinggal satu pertiga bagian kemudian manual secara konstan dengan arah
dikeringkan dengan freeze drying hingga berlawanan arah jarum jam hingga suhu
didapat ekstrak kering. turun menjadi 35ºC. Fase minyak terdiri
dari vaselin album, mineral oil, isopropil
Aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan miristat, asam stearat, gliseril monostearat
ekstrak kering daun ubi jalar ungu Ipomoea dan nipasol. Fase minyak dipanaskan di
batatas (L.) Lamk Antin 3 ditentukan dengan atas penangas air hingga suhu 70ºC (hingga
metode DPPH (Mun Hue et al., 2012; semua bahan melebur sempurna) kemudian
Ghasemzadeh, 2012). 3,0 mL larutan ekstrak diturunkan dari penangas air hingga suhu
dengan konsentrasi (0,5; 1; 2; 3; 4 ppm) menjadi 60ºC. Fase air terdiri dari TEA,
dicampur dengan 1,5 mL larutan DPPH dalam xanthan gum, nipagin dan aquadestilata.
etanol 70 % p.a, campuran diinkubasi pada Fase air dipanaskan di atas penangas air
suhu ruang selama 30 menit. Selanjutnya, hingga suhu 70 ºC. Ekstrak kering dilarutkan
diukur absorbansinya pada panjang terlebih dahulu dalam aquadestilata suhu
35ºC kemudian ditambahkan ke dalam krim ungu Ipomoea batatas (L.) Lamk sebesar 3
fase minyak dalam air yang telah terbentuk % dalam basis krim tipe m/a sebagai krim
dan ditambahkan aquadestilata hingga 100 luka bakar terbukti efektif pada mencit dan
% bobot formula (100 g). Formula basis tidak mengiritasi kulit manusia (Farida et
(Modifikasi Bernatoinene et al., 2011) : al, 2011). Sukarelawan mendapat dua jenis
vaselin album (6,2 g), mineral oil (13,8 g), krim yaitu basis dan krim antioksidan dan
isopropil miristat (1,5 g), asam stearat (7,5 dilakukan pengukuran beberapa parameter
g), gliseril monostearat (5 g), Nipasol (0,05 penuaan kulit dengan instrumen non invasif
g), TEA (0,2 g), xanthan gum (0,2 g), nipagin (Colipa, 2008).
(0,1 % g), aquadestilata (ad 100 g). Formula
krim antioksidan : vaselin album (6,2 g), Parameter kelembaban, kurvatur dan warna
mineral oil (13,8 g), isopropil miristat (1,5 kulit dievaluasi dengan alat Coscam USB-
g), asam stearat (7,5 g), gliseril monostearat 225 (1.3M) dengan spesifikasi power supply
(5 g), nipasol (0,05 g), TEA (0,2 g), xanthan : 5VDC Via USB Port; resolution : 1.3 mega
gum (0,2 g), nipagin (0,1 % g), ekstrak kering pixels ¼ color VGA CMOS Image Sensor
(0,37 g), aquadestilata (ad 100 g). ; effective pixels: 307.200; ACG/ white
balance : On/ fixed; Output signal : USB 1.1
Kelengkapan Formulasi. Uji stabilitas Format; light source : high luminance white
formula basis dan krim antioksidan LED: 8 EA; light intensity : fixed ; camera
dilakukan selama 4 minggu pada suhu kamar. cable : 2.0 M; light delivery : side/ vertical/
Karakteristik fisik yang diperiksa adalah polarized illuminating; magnification : full
organoleptis (perubahan warna, bau, tekstur), body, full face, partial area X12, X14, X40,
homogenitas fisik, nilai pH, viskositas, X50, X100, X400-500 (option). Masing
kapasitas sebar, tipe krim, pemisahan fase masing sukarelawan melakukan pengukuran
(melalui uji mekanik dan uji freeze & thaw) kemudian memakai basis pada lengan tangan
(Colipa, 2004). bawah sebelah kiri dan krim antioksidan
pada lengan bawah tangan sebelah kanan
Evaluasi basis dan krim antioksidan dan mereka diinstruksikan datang untuk
pada kulit. Penelitian ini menggunakan melakukan pengukuran kembali setelah 2
sukarelawan sebanyak 12 orang dalam minggu atau setelah 14 hari dan 4 minggu
kondisi sehat dan tidak memiliki masalah atau setelah 30 hari (dari awal pemakaian
kesehatan kulit dengan rata rata umur 22- 24 basis dan krim antioksidan).
tahun dan telah mendapat naskah penjelasan
relawan yaitu tentang tata pelaksanaan Desain penelitian. Penelitian ini didesain
terkait dengan penelitian. Uji keamanan dengan membandingkan dua krim yaitu krim
tidak dilakukan dengan dasar data empiris dengan bahan aktif ekstrak daun ubi jalar ungu
yaitu pemakaian ekstrak etanol daun ubi jalar Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 dan basis
krim. Formula krim tersebut diberi nama krim 2,96 ppm. Aktivitas peredaman radikal bebas
A yaitu krim antioksidan (formula aktif) dan ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas
krim B yaitu (formula basis) dan diberikan (L.) Lamk Antin 3 adalah 80,43 %.
kepada sukarelawan dengan dilengkapi
petunjuk/ instruksi penggunaan. Pengukuran Organoleptis (perubahan warna, bau,
dilakukan pada ruangan yang sama untuk tiap tekstur), homogenitas, pemisahan fase
sesi pengukuran dan terkendali suhunya yaitu (melalui uji mekanik dan uji freeze and
pada suhu 25ºC (Rasul & Akhtar, 2012). thaw), viskositas dan kapasitas sebar.
Pada penelitian ini formula basis dan krim
Standar etik. Penelitian ini telah disetujui antioksidan dibuat sebanyak 3 replikasi,
oleh tim uji etik Fakultas Kedokteran disimpan selama 4 minggu pada suhu kamar
Universitas Airlangga Surabaya. dan dilakukan pengamatan tiap minggu. Hasil
organoleptis menunjukkan bahwa basis dan
HASIL DAN PEMBAHASAN krim antioksidan tidak mengalami perubahan
warna, bau dan tekstur. Hasil uji homogenitas
Aktivitas Antioksidan. Nilai IC 50 ekstrak fisik yang dilakukan pada awal pembuatan dan
daun ubi jalar ungu Ipomoea batatas (L.) minggu terakhir pengamatan, menunjukkan
Lamk Antin 3 dan vitamin C dapat dilihat bahwa basis dan krim tetap homogen. Uji
pada gambar 1. mekanik adalah melakukan sentrifugasi
pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit
Nilai IC 50 ekstrak daun ubi jalar ungu pada basis dan krim antioksidan. Hasil uji
Ipomoea batatas (L.) Lamk Antin 3 adalah mekanik adalah kedua formula tersebut
3,68 ppm sedangkan IC 50 vitamin C adalah tidak terjadi pemisahan fase. Uji freeze and
thaw dilakukan dengan cara menyimpan Uji viskositas dilakukan pada awal
formula basis dan krim antioksidan dalam pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu
suhu 4±2ºC pada 48 jam pertama dan suhu masa penyimpanan. Data hasil pengukuran
40±2ºC pada 48 jam berikutnya (1 siklus), viskositas dapat dilihat pada tabel 1.
sediaan uji dibuat hingga 4 siklus dengan
kontrol yaitu penyimpanan suhu 25±2ºC. Viskositas ideal untuk krim wajah tipe minyak
Hasil uji freeze and thaw menunjukkan pada dalam air adalah tidak kurang dari 50 dPaS
masing masing siklus baik formula basis dan (Gozali et al., 2009). Nilai viskositas basis
krim antioksidan memiliki konsistensi krim dan krim IBLA cenderung menurun selama
sama seperti kontrol yang berarti bahwa tidak masa penyimpanan 4 minggu, namun nilainya
terjadi pemisahan fase. masih sesuai dengan persyaratan viskositas
Masa Penyimpanan
Formula
Minggu ke 0 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Basis 90 dPaS 90 dPaS 90 dPaS 80 dPaS 70 dPaS
Krim
80 dPaS 80 dPaS 60 dPaS 60 dPaS 60 dPaS
antioksidan
krim. Data nilai viskositas diuji secara Beban yang dipakai adalah pelat kaca 290,35
statistik dengan uji signifikasi Kruskal Wallis gram kemudian ditambah 50 gram pertama
0,039 < α(0,05) dan uji Chi Square 4,247< menjadi 340,35 gram kemudian ditambah 50
χ0,05, (4) (9,488) maka diperoleh hipotesis nol gram kedua menjadi 390,35 gram.
(H0 ) diterima (bahwa tidak terdapat pengaruh
waktu penyimpanan terhadap nilai viskositas Uji warna dan uji daya hantar listrik.
basis dan krim antioksidan). Sehingga dapat Pada penelitian ini dilakukan uji warna
disimpulkan bahwa viskositas basis dan pada awal pembuatan dan minggu terakhir
krim antioksidan stabil selama 4 minggu. pengamatan, yaitu dengan menambahkan
Uji kapasitas sebar menunjukkan semakin pewarna larut minyak (Sudan III) yang
besar beban yang diberikan pada basis dan berwarna kuning ke dalam formula basis dan
krim antioksidan maka semakin luas area krim antioksidan. Pengamatan uji warna di
penyebaran krim. Data pengukuran kapasitas bawah mikroskop menunjukkan droplet (fase
sebar dapat dilihat pada tabel 2. dalam krim) berwarna kuning. Penambahan
dengan pewarna larut air biru metilen pada
basis maupun krim antioksidan menunjukkan Uji pH. Uji pH dilakukan pada awal
perubahan warna menjadi biru merata.Uji pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu
daya hantar listrik pada formula basis dan masa penyimpanan. Data hasil pengukuran
krim antioksidan menunjukkan bahwa kedua pH dapat dilihat pada tabel 3
formula tersebut mampu menghantarkan
Rentang pH normal kulit adalah 4,5- 6,8
listrik (fase luar air mampu menghantarkan
(Lambers H et al., 2006) sehingga rata rata
listrik). Dari kedua uji tersebut dapat
nilai pH basis dan krim antioksidan masih
disimpulkan bahwa fase dalam adalah minyak
dan fase luar adalah air.
Masa Penyimpanan
Formula
Minggu ke 0 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
masuk dalam rentang pH normal kulit. Secara penyimpanan terhadap pH basis dan krim
statistik menggunakan uji Chi Square 6,860 < antioksidan). Sehingga dapat disimpulkan
χ0,05, (4) (9,488) atau nilai signifikansi 0,009< bahwa pH basis dan krim antioksidan stabil
α(0,05) maka diperoleh hipotesis nol (H0) di selama 4 minggu.
terima (bahwa tidak terdapat pengaruh waktu
Nilai kelembaban. Kelembaban kulit diukur dengan alat uji kelembaban Coscam USB-225
sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke (1.3M). Nilai rata-rata kelembaban basis dan
0 kemudian setelah 2 minggu (setelah 14 krim antioksidan pada masing masing waktu
hari) dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) pengukuran dapat dilihat dalam gambar 2.
Pada gambar 2, terlihat terjadi penurunan Nilai kurvatur. Kurvatur kulit diukur
angka kelembaban dari hari ke-0 menuju sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0
setelah 14 hari baik basis maupun krim kemudian setelah 2 minggu (setelah 14 hari)
antioksidan. Hal ini disebabkan karena dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan
selama masa 2 minggu tersebut, relawan alat X12 Illumination Cap - Coscam USB-
menghentikan pemakaian lotion tubuh 225 (1.3M). Nilai rata-rata kurvatur basis dan
(pelembab kulit) yang biasa mereka pakai krim antioksidan pada masing masing waktu
2-3 kali sehingga terjadi penurunan hidrasi, pengukuran dapat dilihat dalam gambar 3.
pemakaian krim uji satu kali sehari tidak Pada gambar 3, pada pengukuran setelah
cukup menggantikan hidrasi kulit. Pada 14 hari dan 30 hari terjadi peningkatan nilai
waktu setelah 14 hari menuju setelah 30 hari kurvatur dari basis dan terjadi penurunan
terjadi penurunan hidrasi kulit disebabkan nilai kurvatur dari krim antioksidan.
pengukuran setelah 30 hari pada saat bulan Perbandingan nilai kurvatur basis yang
puasa sehingga kemungkinan terjadi dehidrasi tertera pada alat saat pengukuran setelah
kulit lebih cepat. 14 hari dan setelah 30 hari dari 12 orang
sukarelawan dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel 4, disimpulkan bahwa dari 12 bahwa pemakaian basis tidak memiliki
sukarelawan sebanyak 10 sukarelawan manfaat mencegah kerutan. Perbandingan
mengalami kenaikan nilai kurvatur dan nilai kurvatur krim antioksidan yang tertera
sebanyak 2 sukarelawan mengalami pada alat saat pengukuran setelah 14 hari dan
penurunan nilai kurvatur setelah memakai setelah 30 hari dari 12 orang sukarelawan
basis selama 14 hari. Hal ini membuktikan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Nilai Kurvatur Krim Antioksidan antara Pengukuran Setelah 14 hari
dan Setelah 30 hari
Dari tabel 5, disimpulkan bahwa dari 12 Nilai warna kulit. Warna kulit diukur
sukarelawan sebanyak 8 sukarelawan sebelum pengaplikasian krim yaitu hari ke 0
mengalami penurunan nilai kurvatur, kemudian setelah 2 minggu (setelah 14 hari)
sebanyak 1 orang tidak mengalamiperubahan dan setelah 4 minggu ( setelah 30 hari) dengan
nilai kurvatur dan sebanyak 3 sukarelawan alat X14 Polarized Filter Cap - Coscam USB-
mengalami kenaikan nilai kurvatur setelah 225 (1.3M). Nilai rata warna kulit basis dan
memakai krim antioksidan selama 14 hari. krim antioksidan pada masing masing waktu
Hal ini membuktikan bahwa pemakaian krim pengukuran dapat dilihat dalam gambar 4.
antioksidan memiliki manfaat mencegah
kerutan.
Pada gambar 4, pada pengukuran setelah 14 antioksidan. Perbandingan nilai warna kulit
hari menuju setelah 30 hari, dapat dilihat basis yang tertera pada alat saat pengukuran
bahwa terjadi peningkatan warna kulit setelah 14 hari dan setelah 30 hari dari 12
(peningkatan pigmen kulit) dari basis dan orang sukarelawan dapat dilihat pada tabel
terjadi penurunan warna kulit dari krim 6.
Tabel 6. Perbandingan Nilai Warna Kulit Basis Antara Pengukuran Setelah 14 hari
dan Setelah 30 hari
telah terkondisi sama yaitu hanya menerima secara fisik (organoleptis (perubahan warna,
pemakaian basis dan krim antioksidan bau, tekstur), homogenitas, pemisahan fase,
sehingga efek antioksidan dapat terlihat. viskositas, kapasitas sebar dan nilai pH)
selama 4 minggu pada suhu kamar.
Adanya 3 sukarelawan yang mengalami
kenaikan nilai kurvatur dan 2 sukarelawan yang Formula krim antioksidan terbukti memiliki
mengalami kenaikan nilai warna kulit setelah manfaat meningkatkan kualitas kulit yaitu
14 hari memakai krim antioksidan adalah mampu mencegah terjadinya kerutan dan
besar kemungkinan karena krim antioksidan mencegah terjadinya pigmentasi namun
tidak terserap maksimal ke dalam kulit. tidak terbukti mampu mempertahankan
Karena faktor etik, lokasi pengujian adalah kelembaban kulit.
kulit lengan dan terdapat pengaruh formulasi
yang awalnya untuk tujuan pemakaian kulit DAFTAR ACUAN
wajah. Hal ini mempengaruhi permeabilitas
bahan aktif karena perbedaan ketebalan 1. Almeida, I., Valentao, P., Andrade, P.
antara kulit wajah dan kulit lengan. Kulit (2008). In vivo skin irritation potential
wajah lebih tipis sehingga jumlah pembuluh of a Castanea sativa (chesnut) leaf
darah lebih banyak dibanding lengan yang extract, a putative natural antioxidant
memungkinkan penyerapan substansi for topical application. Basic Clinical
kosmetik lebih baik, kulit wajah memiliki Pharmacology Toxicology, 103(5), 461-
kelenjar minyak lebih banyak dibanding 467
kulit lengan, sehingga fungsi barrier kulit 2. Bernatoniene, J., Masteikova, R.,
wajah lebih terjaga (Draelos & Pugliese, Davalgiene, J., Peciura, R., Gauryliene,
2011; Trifena, 2012). Krim antioksidan R., Bernatoniene, R. (2011). Topical
dengan ekstrak IBLA bila digunakan untuk Apllication Of Calendula officinalis
kulit wajah, diharapkan memberikan hasil (L.) ; Formulation and Evaluation of
lebih baik dalam mencegah penuaan dini Hydrophilic With Antioxidant Activity.
dibandingkan bila digunakan pada daerah Journal of Medicinal Plants Research,
lengan. 5(6), 868-877
3. Colipa Guidelines. (2004). Guideliness
KESIMPULAN For The Stability Testing of Cosmetic
Product. The European Cosmetics
Ekstrak daun ubi jalar ungu Ipomoea Association.
batatas (L.) Lamk Antin 3 sebesar 0,37 % 4. Colipa Guidelines. (2008). Guideliness
dalam formula krim antioksidan memiliki For The Evaluation of The Efficacy
aktivitas peredaman DPPH sebesar 80,43 of Cosmetic Product. The European
%. Formula krim antioksidan terbukti stabil Cosmetics Association.
maya.amelia.08sinaga@gmail.com
ABSTRACT
Onion which is a species of Allium cepa L, is the name of the plant of the Amaryllidaceae family.
Onion provides about 29% of the flavonoids the body needs while proving that onion is a good source of
antioxidant polyphenols. In a survey of 29 vegetables and fruits, onion ranked highest in quarcetin.
Quarsetin is a flavonoid compound from the flavonol group and is indicated as the flavonoid phytochemical
that has the strongest antioxidant ability. The purpose of this study was to determine whether onion ethanol
extract can be formulated in anti-aging creams and to determine the ability of onion ethanol extract as anti-
aging. Onion was extracted by listening to maceration using ethanol 96% extract. The concentration of
onion extract used in the preparation is 1,3, and 5% is then compared with the preparation Ponds and blank
(without onion extract). Evaluation is done by examining homogeneity, determining the type of emulsion
obtained results and not changing effectively is the concentration of examination using skin analyzer onion
extract can be 5%. Overall it can be concluded that onion extract can be formulated into cream preparations
and has the ability as anti-aging.
ABSTRAK
Bawang merah yang merupakan spesies Allium cepa L adalah nama tanaman dari familia
Amaryllidaceae. Bawang merah menyediakan sekitar 29% dari flavonoid yang diperlukan tubuh
sekaligus membuktikan bahwa bawang merah merupakan sumber polifenol antioksidan yang
baik. Dalam survey terhadap 29 sayuran dan buah-buahan, bawang merah menduduki peringkat
tertinggi kandungan kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol
dan diindikasikan sebagai fitokimia flavonoid yang mempunyai kemampuan antioksidan paling
kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bawang merah dapat
diformulasikan dalam sediaan krim anti-aging dan untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol
bawang merah sebagai anti-aging. Bawang merah diekstraksi dengan maserasi menggunakan
pelarut etanol 96% ekstrak kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Konsentrasi
ekstrak bawang merah yang digunakan dalam sediaan adalah 1,3, dan 5% lalu dibandingkan
dengan sediaan Pond’s dan blanko (tanpa ekstrak bawang merah). Evaluasi sediaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan homogenitas, penetuan tipe emulsi, pH, uji iritasi, dan tidak
mengalami perubahan selama 12 minggu. Dan diproleh hasil pemeriksaan menggunakan skin
analyzer yang paling efektif adalah konsentrasi 5%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak bawang merah dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dan memiliki kempuan
sebagai anti-aging.
Hasil tipe emulsi sediaan krim pada Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Krim
tabel diatas, untuk semua sediaan krim Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan
menunjukkan warna biru metil dapat tersebar selama penyimpanan 12 minggu dengan
merata di dalam krim sehingga dapat pengamatan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu.
dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat Sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan
mempunyai tipe emulsi minyak dalam air diamati pemisahan fase, perubahan warna,
(m/a). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan dan bau.
yaitu lebih mudah menyebar di permukaan Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak
kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan etanol bawang merah yang dibuat dengan
dengan adanya pencucian. berbagai variasi konsentrasi ekstrak dan
blanko memiliki perbedaan kecerahan warna
Pengukuran pH Sediaan Krim masing-masing sediaan, data organoleptis
Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4 dan data hasil
ditentukan dengan menggunakan pH meter. pengamatan stabilitas selama 90 hari.
Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat Tabel 4. Data organoleptis sediaan krim yang
setelah dibuat, kemudian diukur setelah dibuat
penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Formula Penampilan
Warna Bau Konsistensi
Hasil pengukuran pH sediaan krim dapat
F0 Putih Green Tea Semi padat
dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : F2 Coklat Bawang Semi padat
Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan krim muda Merah Green
Sela Hasil pengukuran pH Tea
ma F0 F1 F2 F3 F4 F3 Coklat Bawang Semi padat
(min (Blank (Pembandi (1%) (3%) (5%)
muda Merah Green
ggu) o) ng)
Tea
0 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
F4 Coklat Bawang Semi padat
4 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
Tua Merah Green
8 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
Tea
9 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73
10 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73 Keterangan :
11 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73 Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
12 6,00 6,00 5,63 5,71 5,73 Formula F2 : Konsentrasi ekstrak etanol bawang
merah 1%
Keterangan:
Formula F3 : Konsentrasi ekstrak etanol bawang
Formula F0: Blanko (dasar krim tanpasampel)
merah 3%
Formula F1: Sediaan krim m/a di pasaran (Pond’s)
Formula F4 : Konsentrasi ekstrak etanol bawang
Formula F2: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 1%
merah 5%
Formula F3: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 3%
Formula F4: Konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 5%
Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh Hasil uji iritasi kulit sukarelawan yang
pada Tabel 3. menunjukkan bahwa dioleskan pada kulit yang tipis dibagian
peningkatan konsentrasi tidak mempengaruhi belakang telinga dibiarkan selama 24 jam.
nilai pH dari sediaan krim. Hasil penelitian ini Tabel 5. Data hasil uji iritasi krim terhadap
juga sesuai dengan penelitian sebelumnya sukarelawan pada 24 jam
Formula Sukarelawan Reaksi 24
tentang formulasi sediaan krim ekstrak etanol
Jam
bawang merah dengan basis vanishing cream, Kulit
dan konsentrasi ekstrak etanol bawang merah 1 Gatal -
dalam lotion (Wiguna, 2016; Kurnianto, dkk., Kemerahan -
Pengerasan -
2017). Nilai pH ini masih dalam persyaratan
kulit
pH fisiologis kulit yang baik berada pada F3 2 Gatal -
rentang 4,50 – 6,50 (Tranggono & Latifah, Kemerahan -
2007). Pengerasan -
kulit
3 Gatal -
kemudian di lanjutkan dengan melihat Cita Auli Nisa dan Linda Rosita. 2010.
perubahan yang terjadi setelah 1minggu ,2 Pengaruh Ekstrak Etanol Bawang Merah
minggu, 3 minggu dan 4 minggu . Adapun (Allium cepa L) Terhadap Kadar
perubahan kondisi keriput dapat di jelaskan Kolesterol Total Tikus (Rattus novergicus),
sebagai berikut: Mutiara Medika, Vol. 10, No. 1, Hal 7-15.
Gambar 3.Grafifk Total Rata-rata Keriput National Health Sulveillance Agency. 2005.
Cosmetic Product Stability Guide,
KESIMPULAN National Health Sulveillance Agency
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Press, Brazil.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Ekstrak
etanol bawang merah dapat diformulasikan Nela Sharon. 2013. Formulasi Krim
kedalam sediaan krim anti-aging dalam bentuk Antioksidan Ekstrak Etanol Bawang
sediaan tipe emulsi m/a, tidak menimbulkan Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr).
iritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan Online Jurnal of Natural Science,Vol 2 (3)
selama 12 minggu dalam suhu kamar. :111-122
Penambahan ekstrak etanol bawang merah ke
dalam sediaan krim mampu memberikan efek Rahmi, D., R. Yunilawati, dan E. Ratnawati.
anti-aging. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak 2013. Pengaruh nano Pertikel Terhadap
etanol bawang merah yang ditambahkan pada Aktivitas Anti aging pada Krim. Jurnal
sediaan krim, maka semakin tinggi sains material Indonesia 4 (3): 235 – 238.
kemampuan sediaan krim untuk memberikan
efek anti-aging. Krim ekstrak etanol bawang Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook of
merah dengan konsentrasi 5% memberikan Pharmaceutics. 18th edition. London:
efektivitas anti-aging yang lebih baik dengan Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
parameter kondisi kadar air dari dehidrasi
menjadi normal (21,33 menjadi 33,33), kondisi Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan
angka pori besar menjadi angka pori kecil Hitungan Farmasi, Penerbit Buku :
(40,66 menjadi 28,33), dan kondisi keriput dari Kedokteran EGC, Jakarta 29-31.
berkeriput menjadi tidak berkeriput (31
menjadi 17). Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku
Pegangang Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 32.
Archroni, K. 2012. Semua Rahasia Kulit
Caantik & sehat ada disini. Jogjakarta. Wasitaatmadja SM .1997. Penuntun Ilmu
Kosmetika Medik. Jakarta: UI Press. Hal.
Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. 196 – 197.
Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Hal. 1
– 10.