Anda di halaman 1dari 19

TUGAS III TEKNOLOGI KOSMETIK

KRIM PELEMBUT RAGA UNTUK MENCEGAH KERIPUT


(CREAM ANTI AGING)

Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat mengikuti UAS

Oleh :

Indah Puspita Sari NPM. 17334044

Rohendi Wiguna NPM. 17334734

Astri Rahmadela NPM. 18334736

Titis Triyamuliyana NPM. 18334784

Dosen Pembimbing:

Dr. Teti Indrawati, MS, Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kakuatan, kamampuan, dan rahmat - Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dalam mata kuliah Teknologi Kosmetik ini.
Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Teknologi Kosmetik dengan judul “Krim Pelembut Raga untuk Mencegah Keriput
(Cream Anti Aging)” yang membahas mengenai sediaan kosmetika cream anti aging
untuk kulit.

Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat


bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya kepada
Ibu DR. Teti Indrawati, MSc, Apt selaku dosen untuk mata kuliah Teknologi
Kosmetika dan rekan-rekan yang telah memberi dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknik
penulisan maupun materi. Kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan maupun
pengembangan sehingga makalah ini lebih bermanfaat. Akhir kata semoga tugas ini
dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya

Jakarta, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.....................................................................................................1

Rumusan Masalah...............................................................................................................2

Tujuan 2

Manfaat 3

BAB II DASAR TEORI

Teori Aging (Penuaan).......................................................................................................4

Mekanisme Terjadinya Aging (Penuaan)...........................................................................5

Anti Aging Atau Anti Keriput/Kerut..................................................................................6

Definisi Cream....................................................................................................................7

Klasifikasi Cream...............................................................................................................8

Komponen Cream Anti aging.............................................................................................8

BAB III PRAFORMULASI

Kriteria Cream Yang Baik..................................................................................................9

Contoh Formula Cream Anti Aging...................................................................................9

BAB IV METODE PEMBUATAN..................................................................................12

BAB V EVALUASI..........................................................................................................14

BAB VI BROSUR & KEMASAN....................................................................................17

KESIMPULAN.................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
BAB I
PENDAULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penuaan secara alamiah terjadi pada semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Efek dari proses ini adalah terjadinya gangguan secara fisik. Hal ini dapat terlihat
gangguan secara visual proses penuaan ini adalah struktur kulit yang mengalami keriput,
kehilangan elastisitas sehingga menjadi kendur dan juga terjadi hiperpigmentasi
(Mulyawan & Neti, 2013).
Proses penuaan ini dapat terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik yaitu penuaan yang terjadi disebabkan oleh gen, hormonal dan ras, dalam hal ini
tidak dapat cegah. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu penuaan yang terjadi disebabkan oleh
faktor eksternal seperti paparan sinar matahari, suhu, asap dari rokok, kelembaban udara
serta polusi, yang dalam hal ini terjadi di luar faktor tubuh dan hal ini dapat dicegah
dengan cara meminimalisir terkena faktor-faktor tersebut (Baumann, et al., 2009).
Paparan sinar matahari kronik dan repetitif disebut photoaging. Paparan tersebut
menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan struktur maupun lapisan
kulit pada lapisan dermis yaitu fibroblast dan matriks ekstraseluler seperti kolagen, elastin
dan substansi dasar yang mengalami penurunan fungsi sehingga mengakibatkan kulit
menjadi kehilangan elastisitas dan akhirnya menjadi keriput (Barel, et al., 2009).
Umumnya dimasyarakat peremajaan kulit dilakukan untuk meningkatkan
penampilan dan bukan untuk kesehatan, sehingga kulit yang diremajakan hanyalah kulit
yang terlihat oleh orang lain (exposed skin), misalnya daerah muka, leher, dada bagian
atas, lengan atas, lengan bawah, tangan dan tungkai bawah. Orang dewasa jarang sekali
meremajakan kulit bagian dalam, kecuali memakai kosmetik perawatan. Namun harus
tetap diingat bahwa usaha meremajakan kulit bukanlah usaha untuk memperpanjang umur,
karena bagaimanapun umur manusia tetap terbatas sebagaimana kodrat yang telah
ditentukan oleh-Nya. (Wasitaatmadja, 2003).
Anti-aging creams umumnya krim pelembab berbasis cosmeceutical produk
perawatan kulit yang dipasarkan dengan janji membuat konsumen tampak terlihat lebih
muda dengan mengurangi kerutan, garis-garis ekspresi, cacat, perubahan pigmentasi,
discolourations dan lingkungan lainnya (terutama dari matahari) terkait kondisi kulit.
Meskipun banyak permintaan, banyak produk dan pengobatan yang belum terbukti
abadi atau memberikan efek positif utama. Penurunan kedalaman kerut 10% adalah khas.
Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa bahan mempunyai efek. Secara
tradisional, krim anti-penuaan telah dipasarkan terhadap perempuan, tapi produk yang
khusus ditujukan bagi laki-laki semakin umum.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana karakteristik sediaan cream anti aging yang baik serta apa
saja komponen yang termasuk di dalamnya?

2) Bagaimana metode pembuatan sediaan cream anti aging yang sesuai


standar CPKB ?

3) Apa saja cara evaluasi sediaan cream anti aging ?

4) Bagaimana rancangan formulasi sediaan cream anti aging ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan deskripsi tentang formulasi sediaan kosmetik cream Anti aging dan
teknologi yang digunakan dalam pembuatan Anti aging tersebut.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Memberikan informasi tentang manfaat pemakaian obat Anti aging dalam
menghambat proses penuaan.

1.3.2.2 Menjelaskan bagaimana memformulasikan sediaan kosmetik cream Anti


aging dalam menghambat proses penuaan.

1.3.2.3 Menjelaskan apa saja komponen dan karateristik yang baik pembuatan
sediaan kosmetik cream anti Aging

1.3.2.4 Menjelaskan teknik metode pembuatan dan evaluasi sediaan cream anti aging.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi civitas akademika Prodi Farmasi F-MIPA ISTN Jakarta;


Makalah ini bisa menjadi bahan pustaka yang berguna bagi civitas
akademika Prodi Farmasi F-MIPA ISTN Jakarta, sehingga pengetahuan
tentang teknologi sediaan kosmetika cream anti aging yang menghambat
proses penuaan menjadi lebih jelas dan detail.
1.4.2 Bagi masyarakat;
Diharapkan dari makalah ini dapat memberikan informasi tentang manfaat
dan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian cream anti aging dalam
menghambat proses penuaan.
1.4.3 Penulis;
Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang memformulasikan sediaan
cream anti aging dalam menghambat proses penuaan serta meningkatkan
keterampilan dalam menulis, berpikir logis dan aplikatif dalam memecahkan
permasalahan ilmiah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penuaan

Penuaan adalah  konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)


adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau  tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia, yang ditandai
dengan  menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan  kematian. Hal ini disebabkan  terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Orang mati bukan karena lanjut usia
tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat
berbeda, baik dalam  hal pencapaian puncak maupun  menurunnya.

2.2 Pengaruh dan Gejala Penuaan

Penuaan kulit terjadi karena dipengaruhi oleh radiasi ultraviolet (UV), konsumsi
alkohol berlebih, penyalahgunaan tembakau dan pencemaran lingkungan. Selain itu
juga terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan kerusakan kumulatif dalam kulit
secara visual dan fungsinya yaitu genetic, hormonal, ras, suhu dan polusi (Fisher, et al.,
1997; Verani, et al., 2000).
Kerut/keriput merupakan gejala utama penuaan pada kulit. Menurut (Soyun, et al.,
2009) penuaan kulit ditandai oleh pigmentasi yang tidak teratur, peningkatan kerutan,
kehilangan elastisitas, kulit menjadi kering dan kasar (Bisset, et al., 1990). Namun
umur bukanlah penyebab utama. Hanya garis tawa (laugh lines) yang merupakan
dampak alami dari penuaan. Garis-garis di sekitar sudut mata seperti juga kerut antara
hidung dan bibir bagian atas disebabkan serat elastis dalam kulit berkurang sehingga
menyebabkan kulit mengendur dan melipat menjadi kerut/keriput. Sebagian besar
garis-garis wajah dan kerut/keriput disebabkan oleh pemaparan berlebihan terhadap
sinar UV, baik UVA yang bertanggung jawab atas noda gelap, kerut/keriput, dan
melanoma maupun UVB yang bertanggung jawab atas kulit terbakar dan karsinoma.

2.3 Mekanisme terjadinya Aging atau gejala penuaan

Berkurangnya ketebalan dermis sebanyak 20% pada orang tua berkaitan dengan
hilangnya serat elastin dan kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponen utama lapisan
dermis. Hilangnya serat-serat ini berdampak buruk terhadap kelembaban dan ketegangan
kulit sehingga menimbulkan kerut/keriput. Kolagen merupakan komponen utama di
epidermis, dengan 75% berat kering dan 18-30% volume lapisan Epidermis. Kolagen kaya
akan asam amino hidroksiprolin, hidroksilisin, dan glisin.
Fibroblast dermis memproduksi prekursor yang dikenal sebagai pro kolagen. Pro
kolagen ini mengandung terdiri dari 300-400 asam amino tambahan pada setiap
cabangnya, tambahan ini dipindahkan setelah sekresi menghasilkan molekul kolagen.

Gambar 1.
Kulit kekurangan Kolagen

2.4 Efek penuaan

Anda tidak bisa membalikan waktu dan menjadi muda. Bagaimanapun, dengan
kemajuan teknologi pengobatan kulit sekarang, anda dapat menghilangkan efek dari
penuaan dan photoaging (penuaan yang disebabkan oleh sinar matahari). Anda tidak dapat
menjadi muda tapi anda dapat terlihat muda dan lebih menarik dengan perawatan anti
penuaan atau lebih dikenal dengan anti aging.

Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses degeneratif.
Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit
kasar, noda-noda gelap. Kerutan ataupun keriput dapat diartikan secara sederhana sebagai
penyebab menurunnya jumlah kolagen dermis.
Gambar 2. Perbedaan Penampang kulit

Indonesia mempunyai iklim tropis dengan sinar matahari melimpah yang dapat
menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit atau penuaan dini (premature aging).
Masalah yang timbul pada kulit akibat sinar matahari dapat diatasi dengan pengobatan
dermatologis. Pengobatan yang diaplikasikan langsung ke kulit biasanya lebih efektif.
Kosmetika anti kerut/anti keriput sangat digemari oleh para wanita saat ini. Memang
kerut/keriput identik dengan usia yang sudah lanjut. Namun, kerut/keriput dapat muncul
pada wanita muda yang lebih dikenal dengan sebutan penuaan dini (premature aging).
Sinar UV dianggap sebagai penyebab utama terjadinya penuaan dini. Oleh sebab itu,
kosmetika dan perawatan tubuh yang berfungsi sebagai anti kerut/anti keriput banyak
digunakan untuk mencegah dan menghilangkan dampak penuaan dini.
Untuk menghilangkan dampak dari sinar UV dan sebagai anti kerut/anti keriput, telah
tersedia banyak kosmetika yang mengandung antioksidan. Antioksidan berfungsi
menangkap radikal bebas dalam kulit akibat sinar UV dan polusi. Molekul antioksidan
berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam
proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan
radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan dirinya”
untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino
penyusun kolagen dan elastin. Diantara antioksidan yang paling sering digunakan adalah
vitamin C yang telah terbukti secara ilmiah. Vitamin C terbukti menekan proses
pigmentasi kulit sehingga banyak juga digunakan sebagai bahan pemutih kulit wajah
(whitening). Disamping juga mencegah proses pembentukan bintik kecil kulit (freckle),
bintik coklat kulit (brownspots) serta memulihkan efek kantong mata (eye-sack). Proses
pencerahan kulit dengan vitamin C dianggap lebih aman dibanding bahan lain, seperti
hidroquinone sehingga cocok bagi kulit wanita di Asia.
2.5 Definisi Cream

Cream merupakan sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (FI III). Menurut Moh. Anief,
cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari
60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe cream ada 2, yaitu tipe air minyak (w/o)
dan tipe minyak air (o/w). Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV cream
adalah sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Ukuran partikel emulsi sekitar >1000 nm.
Cream merupakan bentuk kosmetik perawatan klasik karena range stabilitasnya yang
lebar. Bentuk ini diformulasikan dengan minyak, humectan, air, dan komponen lainnya.

2.6 Klasifikasi Cream

1. Tipe O/W atau M/A


Pada cream tipe O/W fase minyak dan fase air disiapkan secara terpisah kemudian
dicampur. Cream O/W (moisturizing cream) yang digunakan akan hilang tanpa bekas.
Pembuatan cream O/W sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan
(non ionik) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa
kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular. Cream ini menggunakan surfaktan non
inonik (setil alcohol) dan surfaktan ampifilik (stearil alcohol) agar menjadikan cream
lebih stabil.
Keunggulan dari krim ini adalah mudah dicuci dengan air, tidak lengket, tidak
meninggalkan noda pada pakaian serta memiliki sifat pelepasan bahan obat yang baik
dikarenakan pada saat bahan obat dioleskan pada kulit akan terjadi penguapan dan
peningkatan konsentrasi obat yang larut dalam air sehingga dapat mendorong terjadinya
penyerapan bahan obat menembus jaringan kulit (Aulton & Taylor, 2013).

2. Tipe W/O atau A/M


Berbeda dengan tipe W/O, cream jenis ini membutuhkan pengemulsi dengan HLB
(Hydrophile/Lipophile Balance) sekitar 5-7. Prinsip cream ini sama dengan tipe O/W,
kecuali fase air ditambahkan ke dalam fase minyak.
Cream berminyak mengandung zat pengemulsi W/O yang spesifik seperti adeps
lanae, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan
logam bervalensi 2, misal Ca. Cream W/O dan O/W membutuhkan emulgator yang
berbeda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fase.

2.7 Komponen Cream Anti Aging

Komponen sediaan cream anti aging terdiri atas :


1. Fase minyak (hidrokarbon, lilin, asam lemak dll);
2. Fase air (humektan, alkohol, pengental dan air murni);
3. Surfaktan/emulgator
- nonionic : gliserin stearat, PEG sorbitan sabun asam lemak, dll;
- anionic : sabun asam lemak, sodium alkil sulfat, dll.

4. Tambahan
- antioksidan (BHT, BHA, Vitamin C, Vitamin E, Hormon pertumbuhan (growth
hormone), dll.
- pengawet (asam sorbat, golongan paraben, dll)
- antikelat (EDTA)
- anti mikroba
- parfum, pewarna dan lain-lain.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Sediaan Cream yang Baik


Cream yang baik, harus memiliki kriteria (Formularium Kosmetik Indonesia Hal 33) :
1. Mudah dioleskan merata pada kulit.
2. Mudah dicuci besih dari daerah lekatan.
3. Tidak berbau tengik.
4. Bebas partikulat keras dan tajam.
5. Tidak mengiritasi kulit.
6. Dalam penyimpanan, harus memiliki sifat sebagai berikut :
 Harus tetap homogen dan stabil.
 Tidak berbau tengik.
 Bebas partikulat keras dan tajam.
 Tidak mengiritasi kulit.

3.2 Formulasi Cream Anti Aging


Sediaan cream anti aging dimaksudkan untuk mengembalikan penampilan yang
kencang dan muda pada kulit wanita berusia diatas 40 tahun. Bahan aktif yang terpenting
adalah hormon-hormon folikel dan bahan yang erat hubungannya dengan itu, seperti
estrogen concenterate/sintesis dan bahan-bahan kompleks, seperti ekstrak plasenta.
Sedangkan bahan aktif yang lain tergolong sebagai anti oksidan seperti ; α- tokoferol
(Vitamin E), As. askorbat (Vitamin C) dan mungkin juga terdapat royal jelly, hidrolisat
protein, dan enzim-enzim.

Contoh formulasi 2 formula yang berbeda

Komponen Karakteristik bahan I II

Paraffin wax Emolien - 7,0


Petrolatum Emolien - 42,5
Almond oil Emolien 2,5 -
Isopropyl myristate Pelarut - 4,0
Cethyl alcohol Pengental 0,8 2,0
Anhydrous lanolin Pelembap kulit - 4,0
Stearic acid Pengemulsi 20,0 -
Pregnenolone Bahan Aktif 0,5 -
Triethanolamine Pengemulsi 1,8 -
Sorbitan mono- Surfaktan - 4,0
oleate
Glycerol Humektan 5,0 -
Sorbitol liquid humektan - 2,0
Methyl Paraben Pengawet 0,2 0,2
Perfume Pengharum 0,2 0,2
Air pembawa. 69,2 33,4

3.3 Metode Pembuatan

Umumnya, tanpa memperhatikan tipe emulsi w/o atau o/w, campur zat pengemulsi
yang larut dalam minyak ke dalam fase minyak, jika perlu pemanasan, dan zat emulsi yang
larut dalam air ke fase air. Tambahkan fase air ke dalam fase minyak, dengan hati-hati,
suhu kedua fase diatur lebih kurang sama. Jika dalam formula terdapat parfum atau minyak
atsiri, ditambahkan ke dalam campuran setelah suhu mencapai suhu 45-500 C.

Cream tipe O/W ini dibuat dengan mencampurkan fase minyak yang terdiri atas fase
minyak, surfaktan, anti oksidan yang telah dibuat sebelumnya dan dipanaskan pada suhu
70-800C dan ditambahkan parfum kemudian dilakukan proses stirring pada suhu 700C.
Fase minyak ini kemudian ditambahkan kedalam fase air (purified water) yang telah
dicampur dengan humektan pada suhu 700C kemudian didinginkan. Fase minyak
ditambahkan kedalam fase air untuk dilakukan pre eliminary emulsification suhu 70 0C.
Dan dilakukan proses emulsifikasi suhu 700C dengan alat Homomixer untuk membuat
partikel seragam. Setelah itu dilakukan proses filtering dan proses pendinginan
menggunakan Heat Exchanger untuk membuat krim dalam kualitas stabil.

Saat proses ini harus diperhatikan setting putaran kecepatan silinder dan temperatur
final sehingga diperoleh krim yang stabil. Kemudian dimasukkan kedalam tangki
penyimpanan untuk selanjutnya diisikan kedalam wadah-wadah (proses filling)

Metil paraben dilarutkan dalam Triethanolam

Fase Minyak isopropil miristat setil alkohol BHT Fase Air Stearic acid
glycerol campurkan
dipanaskan di cawan porselen di penangas air pada suhu 700C

campur Homogenkan

Sediaan cream anti aging


dikembangkan dengan air
parafin Basis cream

Larutkan dalam air panas/air


Zat aktif campur
suhu dan homogenkan
normal

campur dan homogenkan

Gambar 3. Skema Pembuatan cream Anti aging

3.4 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan cream Anti aging, yaitu:
A. Uji Mikrobiologi terdiri dari :
1) Angka Lempeng Total
Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Badan POM tidak boleh lebih dari 5x102 koloni/
ml.
2) Mikroba Patogen
3) Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Badan POM mikroba patogen (Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans) harus negatif.

B. Uji Stabilitas Krim:


1) Organoleptis atau penampilan fisik
Uji organoleptis dilakukan secara visual dengan menggunakan panca indera, yang meliputi
warna, bau dan bentuk sediaan.
2) Homogenitas
Pada pemeriksaan ini secara makroskopik dilihat apakah kadar atau ukuran partikel zat
aktif sama di seluruh bagian krim. Untuk zat aktif yang larut dalam fase internalnya dilihat
apakah ukuran partikel minyak sama di seluruh bagian krim. Uji homogenitas dilakukan
dengan menggunakan alat metalograf. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
- Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang bersih dan kering
sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemuian ditutup dengan kaca preparat
(cover glass).
- Preparat krim diletakkan pada tempat yang tersedia pada metalograf. Pengamatan
dilakukan dengan pembesaran 400 kali. Krim dinyatakan homogen apabila krim
mempunyai fase dalam yang tampak rata dan tidak menggumpal.
3) Uji Viskositas (sifat Aliran)
Secara umum kenaikan viskositas akan meningkatkan stabilitas sediaan. Walaupun
viskositas merupakan kriteria penampilan pokok, penggunaannya untuk pengkajian shelf-
life tidak berkenaan dengan harga viskositas absolut, tetapi engan perubahan dalam
viskositas selama penyimpanan. Pada saat menguji viskositas dapat diketahui
kecenderungan atau kemajuan terjadinya creaming dan breaking. Menggunakan
viskometer ostwald.

4) Uji pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik, sedangkan pH yang
terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit.

Untuk membantu kulit mempertahankan pH, beberapa sediaan topikal disesuaikan dengan
pH kulit. pH krim dapat dengan mudah diketahui dengan menggunakan pH meter
(dengan metode standar) atau dengan ”test Paper” (kertas indikator).
5) Uji Pemisahan fase
Becher menyatakan bahwa sentrifugasi pada 3750 rpm dalam suatu radius sentrifugasi 10
cm untuk waktu 5 jam setar dengan efek gravitasi untuk kira- kira satu tahun, sedangkan
hukum stokes menunjukkan bahwa pembentukkan krim merupakan suatu fungsi gravitasi
dan karenanya kenaikan dalam garvitasi mempercepat pemisahan.
Dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugator, yaitu dengan cara sebagai
berikut :
a. Sejumlah krim dimasukkan kedalam tabung sentifus berukuran 10 cm dan ukur tingi krim
tersebut sebelum disentrifuse.
b. Tabung sentrifuse yang berisi krim dimasukkan kedalam sentrifusgator
5.500 rpm selama 15 menit.
c. Setelah 15 menit, tinggi diukur kembali setelah disentrifuse. Tinggi krim awal dengan krim
akhir dibandingkan.
6) Uji Penentuan Tipe Emulsi
Untuk penentuan tipe emulsi terdapat sejumlah cara, yaitu dengan metode warna, metode
pengenceran, metode pencucian, percobaan cincin dan pengukuran daya hantar.
Penentuan tipe emulsi dilakukan terhadap setiap formula selama 6 minggu, dengan
pengamatan sebanyak 7 kali (selang waktu 1 minggu). Pengujian dilakukan dengan cara
mencampur krim dengan beberapa tetes larutan bahan pewarna larut air (Metilen biru) dan
bahan pewarna larut lemak (Sudan III) di atas kaca objek. Amati dengan mikroskop.
Hasilnya :
a. Emulsi minyak dalam air
Pada penambahan Metilen biru, tetesan cairan (fase dalam) tidak berwarna, sedangkan
dasar emulsi (fase luar) berwarna biru. Atau pada penambahan Sudan III, tetesan cairan
(Fase dalam) berwarna merah, sedangkan fase luarnya tidak berwarna.
b. Emulsi air dalam minyak
Pada penambahan Metilen biru, tetesan cairan (ase dalam) berwarna biru, sedangkan dasar
emulsi (fase luar) tidak berwarna. Atau paa penambahan Sudan III, tetesan cairan (fase
dalam) tidak berwarna, sedangkan fase luarnya berwarna merah.
Cream dikatakan stabil jika :
- Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi partikel dari globul
fasa dalam selama life time produk.
- Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.
- Memiliki aliran tiksotropik (mudah mengalir atau tersebar tetapi memiliki viskositas yang
tinggi untuk meningkatkan stabilitas fisiknya).
- Tidak terjadi koalesen fasa internal, creaming dan perubahan penampilan, bau, warna, serta
sifat fisik yang lain.

7) Uji Stabilitas Dipercepat :


Analisis frekuensi ukuran dari emulsi dari waktu kewaktu dengan makin lamanya produk
etrsebut. Untuk emulsi yang pecah dengan cepat, penyelidikan mikroskopik dari fase
dalam yang terpisah sudah cukup.

C. Uji Isi Minimum ( FI Edisi IV )


- Pengujian krim yang dikemas dalam wadah dengan etiket yang mencantumkan bobot
bersih tidak lebih dari 10 g.
- Ambil 10 contoh, isi wadah dikeluarkan, bersihkan dan keringkan, timbang wadah.
- Timbang lagi masing-masing wadah yang kering dan bersih beserta bagian-bagiannya.
- Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.
- Bobot bersih + isi dan wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan tidak
satu pun wadah yang bobot bersih isinya kurang dari 90% dan bobot yang tertera pada
etiket untuk bobot ≤ 60 g dan tidak kurang dari 95% dari bobot yang tertera pada etiket.
Untuk bobot lebih besar dari 60 g dan lebih dari 150 g. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi,
tetapkan bobot minimum.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
1. H.D Goulden, Emil G Harmann Donald, H. Power edward sagarin.1957.Cosmetics science
and technology. Interscience Publishers Inc: New york
2. Harry’s Cosmetology eigth edition, edited by Matin M. Rieger, Ph.d, Chemical Publishing
Co, Inc New York 2000
3. New cosmetic science, edited takeo mitsui, Ph.d Former Senior Executive Director And
Director Research And Development Division Shiseido Co. Ltd 1997.
4. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, & Dra.
Fatma Latifah, Apt
5. Wasiaatmadja, Syarif. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.UI-Press : Jakarta
6. Cyril A Keele, M.D and Eric Neil, M.D. “Samson Wright’s Applied Physiology”. Oxford
University Press, Twelfth Edition, 1971. Vol. 57 (494-500)
7. International Hormone Society, “A Practical Application of Treating Adult Hormone
Deficiencies”, First Practical Symposium, Las Vegas November 30th – December 1th 2004.
8. Robert Berkow, M.D., Editor. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. Thirteenth
edition 1977. Chapter 12, 1244 – 1265.
9. Wintrobe, Thorn, Adams, Braunwald, Isselbacher. Petersdorf. Harrison’s “Prinsiples of
Internal Medicine” Copyright 1974 by McGraw-Hill, Inc. Section 3 Hormonal disorders.
444,447,465.
10. Cosmeology-Theory and Practice, Karlheinz and Andreas Domsch, volume III, 2005 Rieyer
M. R., 2000, Harry’s Cosmetiology, Eighth Edition, Chemical Publishig Co.
11. Oktoba, Zulpakor. 2009. Cream Anti Aging. Institut Sains dan Teknologi Nasional : Jakarta
12. Maya, Ira dan Mutakin. 2018. Formulasi dan Evaluasi Secara Fisikokimia Sediaan Krim Anti
Aging. Majalah Farmasetika : Bandung. Vol. 5 (112-120).

Anda mungkin juga menyukai