Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IMUNOLOGI

“HIPERSENSITIVITAS”

DOSEN :

Teodhora, S.Farm., M.Farm., Apt.


Disusun Oleh :

Vivi Viona 18334775


Yovone Theresia M.M. 18334777
Rizky Firmansyah 18334778
Lupita 18334781
Fathur Rahman 18334782
Titis Triyamuliyana 18334784
Fernando Hutagalung 18334786
Ayu Ghenni Pratiwi 18334767

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kakuatan, kamampuan, dan rahmat - Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Imunologi yang berjudul “Hipersensitivitas”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Teodhora, S.Farm., M.Farm., Apt.
sebagai Dosen Imunologi kami atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah di berikan
kepada kami, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknik
penulisan maupun materi. Kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk perbaikan
maupun pengembangan sehingga makalah ini lebih bermanfaat.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1. Latar Belakang..................................................................................................1

2. Rumusan Masalah............................................................................................2

3. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

1. Definisi Hipersensitivitas.................................................................................3

2. Mekanisme Hipersensitivitas............................................................................3

3. Klasifikasi Hipersensitivitas.............................................................................5

BAB III...........................................................................................................................8

KESIMPULAN..............................................................................................................8

BAB IV..........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik dan
imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM,
IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila
mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan differensiasi dan menghasilkan zat limfokin,
yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.

Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon.
Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga
yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak,
maka terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.

Hipersenstivitas merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah utama


kesehatan di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk
dunia mengalami alergi yang diperantarai IgE, seperti asma, rhinitis alergi, konjungtivitis
alergi, eksema, dan anafilaksis. Prevalensi alergi di dunia meningkat pesat baik itu di negara
maju ataupun di negara berkembang. Peningkatan ini terjadi dalam dua dekade terakhir dan
menjadi masalah terutama pada anak-anak.

Pada dasarnya bila suatu alergen masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan membuat
suatu respon. Apabila sistem imun tubuh kuat maka dalam menghancurkan alergen tersebut.
Tetapi bilasistem imun tubuh lemah maka alergen dapat merusak jaringan tubuh, maka
terjadilah reaksi hipersensitivitas. Sehingga definisi reaksi hipersensitivitas atau alergi adalah
reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal
mengalami cedera atau terluka.

Mekanisme reaksi hipersensitivitas yaitu timbulnya respon IgE yang berlebihan


terhadap bahan yang dianggap sebagai alergen, sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator
penyebab reaksi alergi, walaupun pada orang normal reaksi ini tidak terjadi. Apabila reaksi

1
alergi ini berlangsung sangat berlebihan, dapat timbul syok anafilaktik. Karena itu reaksi
alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen
dalam sistem imun tubuh yang berfungsi sebagai pelindung. Reaksi hipersenstivitas terbagi
menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu
reaksi.

2. Rumusan Masalah

1. Apayang dimaksudhipersensitivitas?
2. Bagaimanakah mekanisme hipersensitivitas?
3. Berapa klasifikasi penyakit hipersensitivitas?

3. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih
dalam mengenai malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi khususnya penyakit
hipersensitifitas (alergi) serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Hipersensitivitas
Hipersensitivitas atau alergi adalah suatu kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh
seseorang bereaksi secara imunologi terhadap alergen. Dengan kata lain, tubuh manusia
bereaksi berlebihan terhadap senyawa dianggap asing atau berbahaya oleh tubuh sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan. Alergen ini dapat berupa makanan, obat, serbuk sari, debu,
kosmetik, tanaman, atau minyak tumbuhan. Contohnya adalah alergi makanan merupakan
reaksi sistem kekebalan yang terjadi segera setelah mengonsumsi makanan tertentu.Suatu
allergen dalam jumlah kecil saja penyebab alergi dapat memicu tanda dan gejala seperti
masalah pencernaan, gatal-gatal atau bengkak saluran udara. Pada beberapa orang, alergi
dapat menyebabkan gejala parah atau bahkan reaksi yang mengancam nyawa yang dikenal
sebagai anafilaksis.

4. Mekanisme Hipersensitivitas
Mekanismen reaksi melibatkan imunoglobulin, yaitu protein yang membantu dalam
respon kekebalan tubuh, tepatnya Imonuglobulin E (IgE) yang membentuk respon imun
tubuh. Penderita alergi membentuk IgE yang terikat pada basofil dalam darah dan sel mast
dalam jaringan sekitar pembuluh darah. Ikatan IgE terhadap sel mast menyebabkan sel ini
melepas granula dalam sel yang mengandung bahan kimia histamin. Histamin melebarkan
pembuluh darah, hal ini merupakan suatu aktivitas untuk membawa sel-sel imun ke daerah
jejas.

Keadaan ini menyebabkan pembengkakan dan radang yang berhubungan dengan


alergi. Pada alergi serbuk sari, granula-granula yang dilepas oleh sel mast menyebabkan
bersin dan pengeluaran air mata secara tiba-tiba. Pengobatannya adalah dengan antihistamin
dan kortikosteroid yang diisap untuk mengurangi radang. Respons anafilaktik dapat
membahayakan hidup, menyebabkan syok. Pada ke adaan ini, epinefrin diberikan untuk
melawan efek histamin.

3
Respon imun yang muncul dalam reaksi alergi melalui dua tahap, yaitu tahap
sensitisasi dan tahap elisitasi.

a. Tahap Sensitisasi

Tahap sensitisasi muncul ketika tubuh memproduksi antibodi IgE yang spesifik.
Tahap sensitisasi ini juga disebut dengan tahap induksi, merupakan kontak pertama dengan
allergen.

b. Tahap Elisitasi

Fase elisitasi terjadi jika terpajan dengan penyebab alergi yang sama kembali. Protein
akan mengikat molekul di sel mediator (sel basofil dan sel mast). Tahap elisitasi ini
menyebabkan tubuh mengeluarkan molekul yang menyebabkan inflamasi (seperti leukotrien
dan histamin). Efek yang timbul dipengaruhi oleh konsentrasi dan tipe alergen, rute pajanan,
dan sistem organ yang terlibat (misalnya kulit, saluran cerna, saluran pernapasan, dan darah).

4
5. Klasifikasi Hipersensitivitas
Hipersensitivitas diklasifikasikan menjadi 4 tipe menurut Coombs & Gell. Tipe I, II,
dan III melibatkan antibodi. Tipe IV melibatkan sel-T, dan dinamakan reaksi yang dimediator
oleh sel atau reaksi tertunda karena membutuhkan waktu sebelum sel merespons terhadap
alergen.

a. Hipersensitivitas Tipe I

Adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif


dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahanbahan yang umumnya imunogenik
(antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh
manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap
asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik.

Terdapat 2 kemungkinan yang terjadi pada mekanisme reaksi alergi tipe I, yaitu :

 Alergen langsung melekat/terikat pada Ig E yang berada di


permukaan sel mast atau basofil, dimana sebelumnya penderita
telah terpapar allergen sebelumnya, sehingga Ig E telah terbentuk.
Ikatan antara allergen dengan Ig E akan menyebabkan keluarnya
mediator mediator kimia seperti histamine dan leukotrine.

 Respons ini dapat terjadi jika tubuh belum pernah terpapar dengan
allergen penyebab sebelumnya. Alergen yang masuk ke dalam
tubuh akan berikatan dengan sel B, sehingga menyebabkan sel B
berubah menjadi sel plasma dan memproduksi Ig E. Ig E
kemudian melekat pada permukaan sel mast dan akan mengikat
allergen. Ikatan sel mast, Ig E dan allergen akan menyebabkan
pecahnya sel mast dan mengeluarkan mediator kimia. Efek
mediator kimia ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi,
hipersekresi, oedem, spasme pada otot polos. Oleh karena itu
gejala klinis yang dapat ditemukan pada alergi tipe ini antara lain :
rinitis (bersin-bersin, pilek) ; sesak nafas (hipersekresi sekret),
oedem dan kemerahan (menyebabkan inflamasi) ; kejang (spasme
otot polos yang ditemukan pada anafilaktic shock).

5
Alergen/eksogen nonspesifik seperti asap, sulfurdioksida, obat yang masuk melalui
jalan nafas akan menyebabkan saluran bronkus yang sebelumnya masih baik menjadi
meradang. Alergen

diikat Ig E pada sel mast dan menyebabkan sel yang berada di bronkus mengeluarkan
mediatorkimia (sitokin) sebagai respons terhadap alegen. Sitokin ini mengakibatkan sekresi
mukus, sehingga sesak nafas. Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi
tipe I seperti konjungtivitis, asma, rhinitis, anafilaktik shock.

b. Hipersensitivitas Tipe II

Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada seltubuh
oleh karena antibody melawan atau menyerang secara langsung antigen yang berada pada
permukaan sel.Antibodi yang berperan biasanya Ig G. Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu
melibatkan K cell atau makrofag. Alergen akan diikat antibody yang berada di permukaan sel
makrofag atau K cell membentuk antigen antibody kompleks. Kompleks ini menyebabkan
aktifnya komplemen (C2 –C9) yang berakibat kerusakan :

Contoh penyakit yaitu Goodpasture (perdarahan paru,anemia), myasthenia gravis


(MG), immune hemolytic (anemia hemolitik), immune thrombocytopenia purpura,
thyrotoxicosis (Graves' disease)

6
c. Hipersensitivitas Tipe III

Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks
antigen antibody berada di jaringan. Mekanisme respons alergi tipe ini yaitu adanya antigen
antibody kompleks di jaringan, menyebabkan aktifnya komplemen. Kompleks ini
mengatifkan basofil sel mast aktif dan merelease histamine, leukotrines dan menyebabkan
inflamasi.

Reaksi alergi ini berawal dari alergen misalnya makanan yang terikat pada antibody
pada netrofil (yang berada dalam darah) dan antibodi yang berada pada jaringan,
mengaktifkan komplemen. Kompleks tersebut menyebabkan kerusakan pada jaringan.

d. Hipersensitivitas Tipe IV

Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik (nikel, bahan kimia) dan intrinsic
(Rheumatoid arthritis, TBC). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag
dan sel T.

Mekanisme kerjanya yaitu makrofag (APC)


mengikat allergen pada permukaan sel dan akan
mentransfer allergen pada sel T, sehingga sel T
merelease interleukin (mediator kimia) yang akan
menyebabkan berbagai gejala.

7
BAB III

KESIMPULAN

1. Hipersensitivitas atau alergi adalah suatu kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh

seseorang bereaksi secara imunologi terhadap alergen. Dengan kata lain, tubuh manusia

bereaksi berlebihan terhadap senyawa dianggap asing atau berbahaya oleh tubuh

sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. Alergen ini dapat berupa makanan, obat,

serbuk sari, debu, kosmetik, tanaman, atau minyak tumbuhan.

2. Mekanisme terjadinya alergi terdiri dari fase sensitasi dan fase elisitasi.

3. Klasifikasi dari hipersensitivitas terdiri dari empat tipe yaitu tipe I, Tipe II. Tipe III dan

Tipe IV.

8
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Hikmah, Nuzulul dan Ayu Dewa I. 2010. Seputar Reaksi Hipersensitivitas Alergi.

Jember : FKG Universitas Jember

2. Made, I. 2017. Hipersensitivitas : Proses Imun Yang Menyebabkan Cedera

Jaringan. Denpasar : FK Universitas Denpasar

3. Prof. Drg. Sudiono Janti, MDSc. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta : EGC

4. Rifai, Muhaimin, PhD. Med.Sc. 2013. Imunologi dan Alergi Hipersensitif. Malang

: Universitas Brawijaya

5. Dra. Riwayati, M.Si. 2015. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 13 Reaksi

Hipersensitifitas atau Alergi. Medan : Universitas Negeri Medan

Anda mungkin juga menyukai