Fitokimia
Awal P. Kusumadewi
&
Willy Tirza Eden
Kesepakatan sebelum Perkuliahan
1. Mahasiswa mengisi Presesnsi
yang di sediakan
2. Mahasiswa berpakaian rapi dan
sopan
3. Mahasiswa boleh makan dan
minum selama perkuliahan
berlangsung
3. Selama perkuliahan berlangsung,
Mahasiswa on Camera
Buku-buku yang saya gunakan
RISTOJA
Data Penelitian RISTOJA
Jumlah Etnis yang memiliki Ramuan
Kebugaran dan Jumlah-nya
No Tahun Jumlah Etnis yg Jumlah
memiliki Ramuan Ramuan
kebugaran Kebugaran
1 2012 187 933
2 2015 94 776
3 2017 96 529
Fitoterapi
Farmakognosi
Fitokimia
Anfistum
Farmakologi
Interaksi
Galenika Obat &
Makanan
Apa yang yang dipelajari dalam
Fitokimia?
METABOLISME SEKUNDER
Tidak penting atau esensial untuk
perkembangan/eksistensi tumbuhan
Misal terpenoid, alkaloid, flavonoid
Tapi penting bagi manusia
METABOLIT
SEKUNDER
awalmadewa@gmail.com 20
Metabolit sekunder
adalah:
awalmadewa@gmail.com 36
Jalur Asam mevalonat
Terpenoid diturunkan dari unit isoprena (C5) yang
bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-
to-tail),
unit isoprena diturunkan dari metabolisme asam
asetat melalui jalur asam mevalonat (mevalonic
acid : MVA).
Jalur Asam mevalonat
awalmadewa@gmail.com 38
39
awalmadewa@gmail.com
Hubungan
antara
Metabolis
me Primer
&
Sekunder
Met Sek berdasarkan struktur kimianya
Produk metabolit Senyawa fenol Senyawa terpen
mengandung nitrogen
Sistem C6 - C3 – C6
awalmadewa@gmail.com 47
Beberapa contoh flavonoid di alam
O O O
O
OH OH
O O O
O
flavanon flavanonol flavon flavonol
+ +
O O O
C
H
OH
O
garam flavilium antosianidin auron
awalmadewa@gmail.com 48
Anthocyanins
• Range warna: merah – ungu - biru
• Komponen utama dari warna bunga
• Penting → menarik serangga membantu penyerbukan
• Serangga dapat madu, tanaman berkembang biak → simbiosis
mutualisme
awalmadewa@gmail.com 49
Pengaruh gugus ttt pada cincin B terhadap warna bunga
awalmadewa@gmail.com 50
Flavonols and Flavones
• Merupakan pigmen tak berwarna pada tan
• Mangkontrol masuknya cahaya pada daun :
fotosintesa dan UV protection
• Menyebabkan daun berubah warna saat gugur :
daun tua, klorofil rusak, sebagian besar flavonol dan
flavon berubah enjadi antosianin
awalmadewa@gmail.com 51
TANIN
• Tanin adalah suatu polifenol yang tersebar dalam dunia tumbuhan
terutama dalam jaringan kayu, seperti kulit batang, dan jaringan lain
seperti buah dan daun.
• Tanin umumnya berada di vakuola sel tumbuhan.
• Tanin terkondensasi lebih banyak dijumpai di kulit batang, sedangkan
tanin terhidrolisis banyak terdapat di buah yang belum matang.
(Hanani, 2015)
SIFAT UMUM TANIN
• Mampu menyambung silang protein (sehingga
dapat mencegah serangan bakteri dan jamur) → sbg zat penyamak
kulit.
(Hanani, 2015)
BIOSINTESA TANIN
• Tannin termasuk dalam golongan fenol. Semua senyawa fenol
dibentuk melalui jalur asam sikimat (skhimic acid pathway) yang
biasa disebut juga sebagai jalur fenilpropanoid (phenylpropanoid
pathway).
• Jalur ini juga merupakan jalur pembentukan senyawa golongan
fenol lain seperti isoflavon, kumarin, lignin, dan asam amino
aromatik (triptophan, fenilalanin, dan tirosin).
• Biosintesa tannin diawali dengan terbentuknya asam galat, yang
dimulai dari asam sikimat melalui 3-dehidroksisikimat yang diikuti
dengan prosesdehidrasi dan enolisasi, dan/atau dehidrogenasi dan
enolisasi.
(Hanani, 2015)
TERPEN
• Hidrokarbon dengan rumus umum (C5H8)n
• Disebut juga Isoprenoid
• Nama terpenoid berasal dari kata TURPENTINE [hasil destilasi
resin pohon pinus]
• Berupa minyak atsiri, resin, sterol
• Senyawanya mudah menguap
• penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka
atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus
hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya
awalmadewa@gmail.com 62
Struktur dasar terpen
CH2
CH3 CH2
CH
CH2
Ekor atau
CH2 CH2 CH
Kepala OH OH
CH2 CH
CH3 CH3
Unit isopren
Kepala
CH2OH
Ekor
awalmadewa@gmail.com 63
awalmadewa@gmail.com 64
Klasifikasi terpen berdasarkan jumlah isopren
awalmadewa@gmail.com 65
awalmadewa@gmail.com 66
Fungsi Terpen dalam tanaman
awalmadewa@gmail.com 67
GLIKOSIDA
Merupakan kondensasi gula dan senyawa
hidroksi organik
Aglikon/
Glikosida Gula
genin
➢ nama : berakhiran “in” → strophantidin
(dari strophantin)
➢Bersifat mudah larut dalam air.
Ikatan glikosida
Ikatan antara glikon dan aglikon :
1. Jembatan oksigen → O-glikosida
2. Jembatan Sulfur → S-glikosida
3. Jembatan N → N-glikosida
4. Jembatan C → C-glikosida
Jembatan O
O-Glikosida
Ikatan O-glikosida
adalah sbb:
Contoh;
Rhein-8-glikosida,
terdapat dalam Glukosa Rhein
tanaman: Senna,
Rhubarb dan
Frangula
S-Glikosida Jembatan S
Ikatan S-Glikosida
adalah sbb:
Contoh: Sinigrin
merupakan glikosida
isothiosianat terdapat Glukosa isotiosianat
dalam biji Brassica
campestris
N-Glikosida Asam amino
Ikatan N-Glikosida
adalah sbb:
Jembatan
N
Contoh: Adenosine →
dalam asam nukleat
Pentosa
C-Glikosida Aloe-Emodin
Ikatan C-Glikosida
adalah sbb:
Jembatan C
Aloe-Emodin
Klasifikasi Glikosida
Klasifikasi Glikosida berdasarkan senyawa kimia
aglikonnya:
1. Glikosida antrakinon/Glikosida antrasen
2. Glikosida fenol
3. Glikosida Flavonoid
4. Glikosida Kumarin dan Furanokumarin
5. Glikosida cianogenik
6. Thioglikosida
7. Glikosida saponin
8. Glikosida aldehid
9. Glikosida bitter
10.Glikosida miselanos
Tugas/paper
Susun prosedur analisis kandungan kimia dari:
1. Glikosida antrakinon/Glikosida antrasen
2. Glikosida fenol
3. Glikosida Flavonoid
4. Glikosida Kumarin dan Furanokumarin
5. Glikosida cianogenik
6. Thioglikosida
7. Glikosida saponin
8. Glikosida aldehid
9. Glikosida bitter
10. Glikosida miselanos
Ketentuan:
1.Tiap tugas dikerjakan oleh satu kelompok
beranggotakan 3 mahasiswa
2. Diketik pada kertas ukuran A4, simpan dalam bentuk
pdf. Unggah tugas sesuai format google form yang
tersedia
3. Mencantumkan : halaman Judul, Daftar anggota
kelompok, Daftar Isi, Prosedur, Reaksi kimia yang
menyertai (jika ada), Daftar pustaka.
4. Tugas di kumpulkna Maksimal 17 September 2022,
pukul 24.00
Skrining Fitokimia
Awal P. Kusumadewi
&
Willy Tirza Eden
KONSEP PENELUSURAN
AKTIFITAS BIOLOGIS TANAMAN
OBAT
1. PENDEKATAN FITOKIMIA
- analisis kualitatif bagian tumbuhan (akar,
batang, daun, bunga, buah, dll)
- “golongan” kandungan kimia ➔ metabolit
sekunder: alkaloid, saponin, tanin,
polifenol, cardenolin/bufadienol,
flavonoid, antraquinon, dll.
2.PENDEKATAN FITOFARMAKOLOGI
Fitokimia → phytochemical .
Phyto = tumbuhan atau tanaman
chemical = zat kimia
Kerugian
1. Tidak sesuai untuk zat yang termolabil
2. Butuh energi tunggi untuk memanaskan soxhlet
Pemekatan Ekstrak
Acuan Karakterisasi
1. Materia Medika Indonesia
2. Farmakope Herbal Indonesia 2
Tanaman obat
Simplisia Ekstrak
Karakterisasi
3
KONSEP PEMANFAATAN
TANAMAN OBAT
SCOPE
OF
Jamu
Scientif
ication
Penyiapan Ekstrak Tanaman untuk karakterisasi
Ditimbang 100 g serbuk simplisia, dimasukkan dalam Erlenmeyer.
Ditambahkan 300 ml alkohol 70%, ditutup dengan corong, dipanaskan
diatas tangas air ( water bath ) selama 1 jam.
Jika menggunakan tanaman segar, maka ditimbang 200 g bahan tanaman,
dipotong kecil-kecil, dimasukkan dalam Erlenmeyer, ditambah 300 ml
alkohol 70%, ditutup dengan corong, dipanaskan di atas tangas air ( water )
bath selama 1 jam.
Disaring selagi panas menggunakan kertas saring,residu yang tertinggal
dicuci dengan alkohol 70%. Ekstrak yang diperoleh dicampur kemudian
dipekatkan menggunakan vacum evaporator, atau langsung di atas tangas
air, hingga volume ekstrak yang tertinggal + 20 ml.
5
Karakterisasi Simplisia meliputi:
1. Parameter uji Fisika:
a.Makroskopis,
b.mikroskopis,
c.Organoleptis,
d.Kadar air bahan
6
Contoh Makroskopis
7
Contoh Mikroskopis
8
Karakterisasi Simplisia meliputi:
9
Karakterisasi Simplisia meliputi:
10
Parameter Uji Kimia
“ 1. Kadar Abu
Memberikan gambaran kandungan mineral internal & eksternal yang
berasal dari proses panen, hingga ekstraksi
Contoh simplisia temulawak,
Kadar Abu total tidak lebih dari 4,8%
Kadar abu tak larut asam, tidak lebih dari 0,7%
Contoh Ekstrak temulawak
Kadar Abu total tidak lebih dari 7,8%
Kadar abu tak larut asam, tidak lebih dari 1,6%
11
Parameter Uji Kimia
“ 2. Kadar Sari
Memberikan gambaran jumlah senyawa yang terlarut dalam pelarut
tertentu
Contoh simplisia temulawak,
Kadar sari larut air tidak kurang dari 9,1%
Kadar sari larut etanol tidak kurang dari 3,6%
12
Parameter Uji Kimia
“ 3. Histokimia
Uji dilakukan secara mikroskopis, untuk
memberikan gambaran jenis kandungan
senyawa kimia yang terdapat di dalam
simplisia
13
Lignin
⊹ Basahi irisan atau serbuk simplisia dengan
flouroglusin, periksa dalam asam klorida,
dinding sel yang berlignin berwarna
merah.
14
Suberin, kutin, minyak lemak dan minyak atsiri.
⊹ Pada bahan yang diperiksa di atas kaca obyek,
tambahkan beberapa tetes Sudan III LP. Bahan
dapat dijernihkan lebih dahulu dengan
kloralhidrat LP, , kecuali jika bahan
mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30
menit sampai 48 jam. Bagian bahan yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak atau
minyak atsiri berwarna jingga.
15
Pati dan aleuron.
⊹ Pada bahan yang diperiksa di atas kaca
obyek tambahkan Iodium 0,1N pati
berwarna biru, aleuron berwarna kuning
coklat sampai coklat..
16
Zat samak
⊹ Pada bahan tambahkan besi (III)ammonium
sulfat LP yang telah diencerkan 5 kali. Zat
samak dan senyawa tanat lainnya
berwarna hijau atau biru sampai hitam .
17
Uji Alkaloid
⊹ Irisan rimpang pada slide glass ditetesi
dengan reagen Wagner, lalu ditutup
dengan cover glass. Adanya senyawa
alkaloid ditandai dengan warna merah
kecoklatan. Selanjutnya diamati
menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x dan 400x (Novitasari,
2015)
18
Uji Flavonoid
⊹ Irisan rimpang pada slide glass ditetesi
dengan larutan NaOH 10%, lalu ditutup
dengan cover glass. Adanya senyawa
flavonoid ditandai dengan warna merah.
Selanjutnya diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 100x dan
400x (Mulyani dan Toga, 2011).
19
Uji Steroid
⊹ Irisan rimpang di fiksasi dengan etanol
70%, kemudian ditetesi reagen CH3COOH
pekat dan H2SO4 pekat.. Setelah dilakukan
perendaman sampel pada reagen, sampel
kembali direndam pada alkohol 70% untuk
melakukan fiksasi kedua. Hasil positif
mengandung senyawa steroid ditandai
dengan terbentuknya perubahan warna
Hijau (Rizky, 2017).
20
Contoh Uji Histokimia Steroid pada
daun Pulutan
21
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji alkaloid.
Sampel 3 mL ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan dipanaskan .
Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring.
Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4
bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah
pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji penegasan.
Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia 25% pada filtrat D hingga PH 8-9.
Kemudian ditambahkan kloroform, dan diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl
2M, diaduk dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B diuji
dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrat C diuji dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya
endapan menunjukkan adanya alkaloid.
22
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji tanin dan polifenol.
25
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji Kardenolin dan bufadienol.
26
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji Kardenolin dan bufadienol.
28
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji flavonoid. Sebanyak
3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai jernih. Residu
dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4 bagian A,
B, dan C. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl pekat
kemudian dipanaskan pada penangas air, jika terjadi perubahan warna
merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif (metode Bate Smith-
Metchalf). Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg kemudian
diamati perubahan warna yang terjadi (metode Wilstater). Warna merah
sampai jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua diberikan
oleh flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon
atau glikosida. Filtrat D digunakan untuk uji KLT.
29
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji antrakuinon.
Uji antrakuinon dilakukan dengan uji Brontrager dan uji Brontrager
termodifikasi. Uji Brontrager dilakukan dengan cara melarutkan 2 mL
sampel dengan 10 mL akuades kemudian disaring, filtrat diekstrak
dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2 bagian, A dan
B. Filrat A digunakan sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 5
mL ammonia kemudian dikocok, bila terdapat warna merah berarti
hasil positif.
30
Identifikasi kandungan Senyawa kimia pada ekstrak
Uji antrakuinon.
Uji Brontrager termodifikasi dilakukan dengan melarutkan 2 mL sampel
dengan 10 mL 0,5 N KOH dan 1 mL larutan hidrogen peroksida. Kemudian
dipanaskan pada waterbath selama 10 menit, didinginkan dan disaring.
Pada filtratnya ditambahkan asam asetat bertetes-tetes sampai pada kertas
lakmus menunjukkan asam. Selanjutnya diekstrak dengan 5 mL benzena.
Hasil ekstrak dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Larutan A digunakan
sebagai blangko, sedangkan larutan B dibuat basa dengan 2-5 mL larutan
amonia. Perubahan warna pada lapisan basa diamati. Warna merah atau
merah muda menunjukkan adanya antrakuinon.
31
Uji Kromatografi Lapis Tipis
KLT
Uji KLT
Uji alkaloid.
Filtrat D pada skrining fitokimia ditambah amonia 25% hingga PH 8-
9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan dipekatkan diatas
waterbath. Fase kloroform ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi
dilakukan dengan metanol : NH4OH pekat = 200 : 3. Plat
dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366
nm. Kemudian plat disemprot dengan pereaksi Dragendorff,
dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366
nm.
33
Uji KLT
Uji saponin.
Sampel ditambah dengan HCl 2M, diaduk, direfluks 6 jam diatas
waterbath, kemudian didinginkan. Setelah itu dinetralkan dengan
amonia, diuapkan diatas waterbath, ditambah n-heksana kemudian
disaring. Filtratnya kemudian diuapkan diatas waterbath, ditambah
5 tetes kloroform, dan ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi
dilakukan dengan kloroform : aseton = 4 : 1. Plat dikeringkan dan
diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian
plat disemprot dengan SbCl3 dioven pada suhu 110oC selama 10
menit, dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm
34
Uji KLT
Uji kardenolin/bufadienol.
35
Uji KLT
Uji flavonoid.
36
Bioassay guided
isolation
Awal P Kusumadewi & Willy Tirza Eden
Apakah yang dimaksug dengan Bioassay
guided isolation?
Bioassay Uji
Fraksinat
guided
Ekstrak Aktifitas
isolation
1. Ekstraksi
2. Fraksinasi
3. Uji senyawa bioaktif
4. Isolasi
5. Uji kemurnian isolat
1. Ekstraksi
Sampel Segar Sampel kering/simplisia
1. Bisa dilakukan 1. Maserasi
secara Enfleurasi 2. perkolasi
(misak untuk 3. decocta
senyawa atsiri) 4. Soxhletasi
2. Dilakukan dengan
cara Pressing, misal
untuk minyak lemak
2. Fraksinasi
a. Cair-cair
b. Padat-cair:
➢ Perendaman
➢ Kromatografi kolom
➢ Kromatografi kertas
Fraksinasi Cair-cair
Pelarut untuk Frkasinasi, tidak boleh bercampur
dengan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi
Contoh: Ekstraksi dilakukan menggunakan Etanol
Senyawa yang akan di isolasi kelompok Asam
lemak. Maka untuk fraksinasi digunakan
pelarut yang tidak bercampur, misal: Heksana,
kloroform, Eter atau dietil eter
Fraksinasi Padat-Cair
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Fraksinasi Padat-Cair
2. Kromatografi Kolom (KK)
Fraksinasi Padat-Cair
3. Kromatografi Kertas (KKt)
Hasil Fraksinat
Diberi label :
1. Nama Ekstrak
2. Komposisi fransinat
3. Berat fraksinat
Uji Aktifitas
1. Uji Aktifitas BSLT
2. Uji Antioksidan
3. Uji anti bakteri
4. uji anti jamur
5. Uji antimalaria
6. Uji anti diabetes
7. Uji anti kanker
dll
Contoh Biassay guided
Isolation
Bioassay-Guided Separation Approach for
Characterization of New Antibacterial Fractions
from the Stem Roots Extracts of Archidendron
jiringa
n-heksana
(3,6 kg)
Ekstrak aktif
Etil Asetat Uji antimikroba,
(55,8 kg) dilakukan
antimikroba fraksinasi lebih
lanjut
n-heksana
(67,2kg)
Note: bobot Ekstrak ditulis, sesuai info dari
jurnal
Hasil uji antimikroba dengan metode difusi
Diplih Ekstrak Etil Asetat, karena memilik zona hambat yang lebih
besar terhadap bakteri
E. Coli dan B. subtulis
Hasil uji antimikroba dengan metode dilusi
Diplih Ekstrak Etil Asetat, karena memilik zona hambat yang lebih
besar terhadap bakteri
E. Coli dan B. subtulis
Fraksinasi
Ekstrak Etil Asetat dilakukan fraksinasi KK menggnakan fase diam
dilikagel 35-70 mesh, menggunakan campuran pelarut:
Spot dengan nilai Rf Note: Eluen TLC
1. Hexan: Etil Asetat sama, dikumpulkan tidak terinfokan
2. Etil Asetat : Aseton jadi satu di jurnal
3. Aceton: Metanol
03 04
Identifikasi KLT
penegasan
1. Ekstraksi
A A. Ekstraksi dengan pelarut
tunggal
B. Ekstraksi dengan pelarut
bertingkat/majemuk.
Ekstraksi dilakukan dari pelarut
Non polar > Polar
Petroleum Eter>
B Benzene>Cloroform> Etil
asetat>etanol>air
❖ Ethanol and methanol → terutama digunakan untuk ekstraksi
flavonoid.
❖ Fraksi air yang telah murni difraksinasi kembali dengan diethyl ether,
ethyl acetate, propanol, butanol secara bertahap untuk mendapatkan fraksi
yang mengandung aglycones, mono-, di-, triglycosides.
2. Identifikasi pendahuluan
Reaksi Bate Smith-Metcalfe.
Menunjukkan → leukoantosianin.
IDENTIFIKASI SENYAWA
FLAVONOID EKSTRAK DAUN
SENGGANI (Melastoma malabathricum
L.) MENGGUNAKAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Nunung dkk,
FK Univ Tanjungpura
Visualisasi dengan UV 254 nm & 366 nm
IDENTIFIKASI SENYAWA
FLAVONOID EKSTRAK DAUN
SENGGANI (Melastoma malabathricum
L.) MENGGUNAKAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Nunung dkk,
FK Univ Tanjungpura
KLT 2 dimensi