Anda di halaman 1dari 66

PETUNJUK PRAKTIKUM 1

PETUNJUK PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI FARMASI &
PARASITOLOGI
SEMESTER II

PENYUSUN :
TIM PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PROGRAM D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA
SEMARANG
2020 – 2021

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 2

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya. Kami
sebagai tim praktikum mikrobiologi farmasi & parasitologi telah selesai menyusun buku
petunjuk praktikum mikrobiologi farmasi untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Nusaputera Semester II. Kami berharap buku petunjuk ini dapat dijadikan pedoman bagi
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum mikrobiologi farmasi & parasitologi.
Dalam buku ini, kami memberikan acuan bagi mahasiswa agar dapat memahami
materi-materi yang diberikan selama praktikum. Kami berharap mahasiswa dapat lebih aktif
untuk menggali lebih dalam materi-materi yang diberikan dalam buku petunjuk ini, dengan
membaca literatur-literatur yang mendukung proses praktikum.
Kami mengucapkan banyak terima kasih, kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan buku ini. Buku ini masih terbuka untuk menerima kritik dan saran demi
kemajuan bersama.

Semarang, Februari 2020

Tim Praktikum Mikrobiologi Farmasi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 3

JADWAL PRAKTIKUM REGULER

Rombel A → Kamis, 10.30 – 13.50 WIB


Rombel B → Selasa, 07.00 – 10.20 WIB
Rombel C → Rabu, 10.30 – 13.50 WIB
ROMBEL
NO MATERI
A B C
1 Pendahuluan 25/2/21 23/2/21 24/2/19
2 BAB I (Pengenalan Alat Laboratorium) 04/3/21 02/3/21 03/3/21
3 BAB II (Penyediaan Media Uji dan Sterilisasi) 18/3/21 09/3/21 10/3/21
4 BAB III (Penangkapan Mikroorganisme) 25/3/21 16/3/21 17/3/21
5 BAB IV (Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme) 01/4/21 23/3/21 24/3/21
6 BAB V (Angka Lempeng Total) 08/4/21 30/3/21 31/3/21
7 Review dan latihan soal 15/4/21 06/4/21 07/4/21
8 UTS (Masuk Teori) Terjadwal
9 BAB VI (Uji Sterilitas) 06/5/21 04/5/21 05/5/21
10 BAB VII (Uji Koefisien Fenol) 20/5/21 11/5/21 02/6/21
11 BAB VIII (Sensitifitas dan Potensi Antibiotik) 27/5/21 25/5/21 09/6/21
12 BAB IX (Uji Aktifitas Antibakteri) 03/6/21 08/6/21 16/6/21
13 BAB X (Uji Biokimia dan Gula-gula) 10/6/21 15/6/21 23/6/21
14 BAB XI (Uji Parasitologi) 17/6/21 22/6/21 30/6/21
15 Review dan latihan soal 24/6/21 29/6/21 07/7/21
16 UAS (Masuk Teori) Terjadwal

Catatan :

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 4

JADWAL PRAKTIKUM KARYAWAN

Rombel A → Sabtu, 11.20 – 14.00 WIB


Rombel B → Jum’at, 15.20 – 18.00 WIB
ROMBEL
NO MATERI
A B
1 Pendahuluan 27/2/21 26/2/21
2 BAB I (Pengenalan Alat Laboratorium) 06/3/21 05/3/21
3 BAB II (Penyediaan Media Uji dan Sterilisasi) 20/3/21 19/3/21
4 BAB III (Penangkapan Mikroorganisme) 27/3/21 26/3/21
5 BAB IV (Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme) 10/4/21 09/4/21
6 BAB V (Angka Lempeng Total) 17/4/21 16/4/21
7 Review dan latihan soal 24/4/21 23/4/21
8 UTS (Masuk Teori) Terjadwal
9 BAB VI (Uji Sterilitas) 15/5/21 21/5/21
10 BAB VII (Uji Koefisien Fenol) 29/5/21 28/5/21
11 BAB VIII (Sensitifitas dan Potensi Antibiotik) 05/6/21 04/6/21
12 BAB IX (Uji Aktifitas Antibakteri) 12/6/21 11/6/21
13 BAB X (Uji Biokimia dan Gula-gula) 20/6/21 18/6/21
14 BAB XI (Uji Parasitologi) 26/6/21 25/6/21
15 Review dan latihan soal 03/7/21 02/7/21
16 UAS (Masuk Teori) Terjadwal

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 5

PERATURAN DALAM PELAKSANAAN


PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

1. Mahasiswa harus memenuhi syarat kehadiran 100%, jika sakit membawa surat ijin dari
dokter dan diserahkan pada hari dilaksanakan praktikum.
2. Jika kehadiran kurang dari 100% maka Mahasiswa yang bersangkutan harus mengganti
dengan praktikum mandiri sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan dosen
pengampu (Inhal).
3. Jika tidak mengikuti inhal maka mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti UTS
dan atau UAS.
4. Mahasiswa harus membawa peralatan praktikum sendiri-sendiri.
5. Mahasiswa masuk ke dalam laboratorium sudah memakai jas lab dan siap dengan
laporan sementara serta materi yang akan dipraktekkan.
6. Apabila mahasiswa tidak membawa laporan sementara ataupun laporan resmi maka
mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
7. Mahasiswa tidak boleh terlambat lebih dari 15 menit, apabila terlambat lebih dari itu
tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
8. Mahasiswa dilarang meninggalkan laboratorium tanpa seijin dosen/ass.dosen
pengampu.
9. Mahasiswa wajib mengikuti instruksi dari dosen/ass.dosen pengampu selama praktikum
berlangsung.
10. Mahasiswa tidak diperbolehkan makan dan minum selama pelaksanaan praktikum.
11. Mahasiswa harus mengumpulkan laporan resmi praktikum paling lambat 1 minggu
setelah praktikum dilaksanakan.

Semarang, Februari 2020

Tim Praktikum Mikrobiologi Farmasi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 6

FORMAT LAPORAN

➢ Laporan Sementara (Kelompok)


Ditulis pada buku kecil dengan format :
a. Judul Percobaan
b. Tujuan Percobaan
c. Dasar Teori
d. Alat dan Bahan
e. Skema kerja
f. Data Hasil Percobaan

➢ Laporan Resmi
Ditulis pada Folio dan di jilid dengan format :
a. Judul Percobaan
b. Tujuan Percobaan
c. Dasar Teori
d. Alat dan Bahan
e. Skema kerja
f. Hasil Percobaan
g. Pembahasan
h. Kesimpulan
i. DaftarPustaka
j. Lampiran

Catatan :
1. Laporan Sementara di acc kan maksimal 1 hari sebelum praktikum dimulai
2. Hasil pengamatan di acc kan maksimal 1 hari setelah hari pengamatan
3. Laporan resmi dikumpulkan setiap pergantian BAB atau waktu yang telah ditentukan
oleh pengampu

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 7

BAB I
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

A. TUJUAN
1. Mengetahui dan mengenal alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
2. Mengetahui teknik penyiapan serta penggunaan alat-alat tersebut dengan baik.
3. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja alat-alat laboratorium mikrobiologi.

B. TEORI
Pada sekarang ini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi
pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada
mikroorganisme yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang atau berukuran kecil. Dari hal
inilah muncul ilmu pengetahuan tentang mikroorganisme yang disebut mikrobiologi.
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat
mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik. Pengenalan alat dan sterilisasi
merupakan hal mendasar yang harus kita ketahui dan kuasai karena penting dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologi selanjutnya.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi harus dalam keadaan steril
atau bebas dari kuman serta bakteri, virus dan jamur. Maka dari itu dalam praktikum ini
tentunya menggunakan teknik atau cara-cara khusus dalam penggunaan alat dan bahan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui
teknik pengenalan, penyiapan dan penggunaan serta fungsi dan prinsip kerja dari masing-
masing alat.

1. Mikroskop Cahaya
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop
cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak
mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm

2. Autoklaf Alat untuk mensterilkan alat dan bahan yang digunakan dalam
mikrobiologi, menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan 15 Psi / 2 atm dan suhu 121°C (250°F). Tekanan yang
bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi (15 Psi
= 15 pounds per squere inch) waktu yang dibutuhkan 15 menit
untuk 121°C.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 8

3. Inkubator Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba


pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu
dan waktu. Kisaran suhu untuk inkubaor produksi Heraeus B5042
adalah 10-70°C.

4. Oven
Oven merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pengering dan
sterilisasi alat gelas. Sterilisasi dengan oven termasuk dalam
sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang sensitif terhadap
kelembaban. Suhu yang digunakan 60-180°C.

5. Hot Plate Stirer


Berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan
pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat
dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.

6. Colonycounter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang
tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca
pembesar. Alat tersebut juga dilengkapi dengan skala atau kuadran
yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat
banyak. Jumlah koloni pada cawan petri dapat ditandai dan dihitung
otomatis yang dapat di-reset.

7. Laminar Air Flow (LAF)


Laminar Air Flow (LAF) atau dapat juga disebut Biological Safety
Cabinet (BSC) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis
karena LAF mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara
sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum
digunakan.

8. Mikropipet dan tip Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume
cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Mikropipet dapat diatur
volume pengambilanya. Dalam penggunaanya, mikropipet
memerlukan tip.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 9

9. Cawan petri Berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Cawan


petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang
biasanya adalah 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-
20 ml.

10. Tabung reaksi


Digunakan untuk uji-uji biokimiiawi dan menumbuhkan mikroba.
Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tabung reaksi
tersedia berbagai ukuran dan diameter.

11. Jarum inokulum


Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk
ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Biasanya terbuat dari kawat
nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas.
Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) disebut ose
atau inoculating loop/transfer loop yang cocok digunakan untuk
melakukan streak di permukaan agar, dapat pula berbentuk lurus
disebut inoculating needle/transfer needle yang cocok digunakan
untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).

12. Tabung durham Tabung durham mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih
kecil dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk
akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Penempatannya
terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam
media (jangan sampai ada sisa udara).

13. Labu erlenmeyer


Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Dapat pula
digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung aquadest, kultivasi mikroba dalam
kultur cair, dll. Terdapat berbagai volume yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml,
250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

14. Gelas ukur

Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu


erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala
volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume
tersebut ditentukan berdasarkan miniskus cekung larutan.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 10

15. Bekker glass Beaker gelas / glass beaker ini berbentuk gelas dan biasa digunakan
untuk menampung larutan atau cairan dengan tingkat ketelitian yang
sangat rendah. Beaker glass bisa juga digunakan sebagai wadah
untuk memanaskan cairan dengan hotplate.

16. Pipet ukur Pipet Ukur berfungsi untuk memindahkan larutan atau cairan ke
dalam suatu wadah dengan berbagai ukuran volume. Untuk ukuran
volume pada Pipet ukur yang paling besar adalah pipet ukur dengan
volume 50ml.

17. Pipet volume


Pipet ini mempunyai bentuk yang berbeda dengan pipet lainnya
dengan bentuk menggelembung ditengahnya. Bentuk yang
menggelembung berfungsi untuk mengambil larutan dengan volume
tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang
menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang dipergunakan adalah keseluruhan alat yang ada di laboratorium mikrobiologi.
Alat-alat tersebut antara lain :
a. Alat non gelas : sendok tanduk, spoit, labu semprot, hand spray.
b. Alat gelas : cawan petri, batang pengaduk, pipet gondok, pipet ukur, pipet volum,
tabung durham, erlenmeyer, tabung reaksi, bekker glass, gelas ukur.
c. Alat instrument : oven, inkubator, Laminar Air Flow, sentrifuges, penangas air,
shaker, neraca analitik, neraca ohaus, autoklaf, spektrofotometer.
d. Alat lain : ose lurus, ose bulat, enkas
2. Bahan
Deterjen, Alkohol 70%

D. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat-alat gelas, alat non gelas, alat instrument dan alat-alat lain yang
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
2. Memotret alat-alat tersebut kemudian menempelkan pada buku laporan.
3. Memberikan keterangan dari bagian alat tersebut. Kemudian mencatat fungsi dan prinsip
kerja dari alat-alat tersebut.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 11

E. HASIL PENGAMATAN
No. Nama Alat Gambar Alat Fungsi dan Prinsip Kerja
1.
2.

F. TUGAS
1. Sebutkan alat dan bahan yang ada di AkFar Nusaputera yang cocok untuk disterilisasi
dengan oven dan dengan autoklaf! Sebutkan alasannya!
2. Buatlah skema sterilisasi menggunakan autoklaf!
3. Bagaimana prinsip kerja dari inkubator?
4. Sebutkan alat-alat yang belum ditemui di laboratorium mikrobiologi Akfar Nusaputera?
5. Bagaimana gambaran laboratorium mikrobiologi yang standar?

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 12

BAB II
PENYEDIAAN MEDIA UJI DAN STERILISASI

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui berbagai jenis medium dan cara melakukan preparasinya.
2. Mahasiswa mampu membuat serta mensterilisasikan medium yang diperlukan untuk
percobaan mikrobiologi.
3. Mahasiswa mampu memahami dasar pemilihan teknik sterilisasi dan prinsip sterilisasi
panas kering dan panas basah.

B. TEORI
Media (perbenihan) dalam pengertian mikrobiologi merupakan kumpulan zat organik
dan anorganik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Media memiliki persyaratan
antara lain :
1. Mengandung bahan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba (air, sumber C, N, mineral,
vitamin serta faktor tumbuh bagi mikroba)
2. Memiliki kondisi lingkungan yang sesuai dengan mikroba yang ditumbuhkan (tekanan
osmose, keasaman, suhu, dll yang sesuai)
3. Harus steril
Selain untuk menumbuhkan mikroba, media berfungsi untuk memperbanyak
mikroba, mengisolasi mikroba, mengidentifikasi mikroba, menguji sifat-sifat fisiologis
mikroba, dan untuk menghitung (enumerasi) mikroba. Berdasarkan komposisi kimiawinya,
media dapat dibedakan menjadi :
1. Media alamiah (non-sintetik) yaitu media yang tidak dapat diketahui dengan pasti jumlah
maupun jenis bahan penyusunnya, contohnya : media beras, jagung, dll.
2. Media sintetik yaitu media yang diketahui dengan pasti jumlah dan bahan penyusunnya,
contohnya : media nutrient agar, plate count agar, dll.
3. Media semi sintetik yaitu media yang sebagian jumlah dan jenis penyusunnya diketahui
dengan pasti, sedangkan sebagian lagi tidak diketahui dengan pasti jumlah dan jenis
komponen penyusunnya. Contohnya Potatoes Dextrose Agar, Tauge Ekstrak Agar, dll.
Berdasarkan konsistensinya, media dibedakan menjadi :
1. Media padat (ditambah agar sebanyak 2-3%)
2. Media semi solid/ setengah padat (ditambah agar sebanyak 0,5%)
3. Media cair atau broth (tanpa penambahan agar).

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 13

Selain itu media dapat dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi :


1. Media diperkaya (Enriched medium) yaitu media yang ditambah zat-zat tertentu (serum,
telur, ekstrak tumbuh-tumbuhan, dll) tergantung kebutuhan mikroba yang akan
ditumbuhkan.
2. Media selektif yaitu media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk
mencegah pertumbuhan mikroba lain yang tidak dikehendaki.
3. Media differensial yaitu media yang ditambah reagensia/ zat kimia tertentu yang
menyebabkan perubahan tertentu pada pertumbuhan mikroba sehingga dapat digunakan
untuk membedakan tipe-tipe mikroba.
4. Media penguji (assay medium) yaitu media dengan susunan tertentu, untuk pengujian
adanya vitamin, asam amino dan antibiotika.
5. Media khusus yaitu media yang digunakan untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba
dan kemampuannya melakukan perubahan tertentu.
6. Media sederhana yaitu media yang umum digunakan untuk menumbuhkan mikroba.
Saat ini di pasaran telah banyak beredar medium dalam bentuk terdehidrasi dengan
berbagai merek dagang seperti : E Merck, Difco, Oxoid, dll. Media tersebut dalam
pemakaiannya hanya tinggal menambahkan aquades sesuai ukuran yang tercantum sehingga
sering disebut media jadi.
Persiapan alat dan bahan adalah hal yang sangat penting dilakukan sebelum
melakukan kegiatan pengujian sampel secara mikrobiologi. Sterilisasi alat dan bahan
merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam alat dan
bahan yang akan digunakan untuk pengujian mikrobiologi.
Sterilisasi adalah proses untuk mematikan semua mikroba yang hidup sehingga
menghasilkan keadaan steril. Sedangkan keadaan steril adalah keadaan bebas secara absolut
dari semuan bentuk kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu secara fisik, kimia dan mekanik.
1. Sterilisasi secara fisik yaitu metode sterilisasi panas, yang digunakan untuk bahan yang
tahan panas.
a. Pemanasan
1) Pemijaran (dengan api langsung) : membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, batang L, dll.
2) Metode sterilisasi panas tanpa kelembaban, tanpa penggunaan uap air/ metode
sterilisasi panas kering : sterilisasi dengan oven suhu 60-180°C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, misalnya erlenmeyer.
3) Metode dengan penggunaan uap air/ metode sterilisasi panas basah (pasteurisasi,
tyndalisasi). Metode uap air panas : konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 14

yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi
dehidrasi.
4) Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf
Umumnya untuk bahan yang sensitif terhadap kelembaban digunakan metode
sterilisasi panas kering dengan suhu 160-180°C, alat yang digunakan adalah
oven. Sedang untuk bahan yang resisten kelembaban digunakan metode
sterilisasi panas basah pada temperatur 115-134°C, dengan menggunakan
autoklaf.
b. Penyinaran dengan UV
Sinar UV dapat digunakan untuk sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang
ada pada permukaan Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
2. Sterilisasi secara kimiawi dilakukan untuk bahan-bahan yang rusak bila disterilkan pada
suhu tinggi (misal bahan-bahan dari plastik). Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan
dengan menggunakan gas (dengan cara fumigasi atau pengasapan) atau radiasi.
Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi kimia antara lain : gas
etilen dioksida, gas formaldehid, cairan desinfektan (senyawa aldehid, hipoklorit,
fenolik, alkohol).
3. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) yaitu menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0,22 atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan
antibiotik.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Sterilisasi Alat : oven, cawan petri, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet ukur, gelas ukur,
kapas serap, alumunium foil, kertas payung.
2. Pembuatan Media Uji : Autoklaf, timbangan, beaker glass, Timbangan, Beaker glass,
Aquadest, Media pertumbuhan (media semi sintetik Potato Dekstrosa Agar dan media
sintetik NA), Gelas ukur, Erlenmeyer, pH meter/ indikator universal, hotplate magnetic
stirer, Alumunium foil/ Kertas payung, Tali/karet

D. CARA KERJA
1. Sterilisasi alat
a. Siapkan cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur dan pipet ukur.
b. Susun cawan petri sedemikian rupa sehingga dapat dibungkus dengan alumunium
foil/ kertas payung, usahakan bungkus rapat dan tidak ada celah.
c. Tutup rawat mulut tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur dan pipet ukur dengan kapas
serap.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 15

d. Tutup rapat kapas serap dengan alumunium foil.


e. Letakkan dan susun rapi semua alat ke dalam oven.
f. Nyalakan oven
g. Tunggu sampai oven mencapai suhu 180°C
h. Oven alat selama 2 jam pada suhu 180°C
i. Matikan oven setelah mencapai 2 jam pada suhu 180°C
j. Keluarkan semua alat setelah dingin (suhu oven turun).
2. Pembuatan media uji
a. Media semi sintetis PDA
1) Siapkan media yang akan dibuat :
a) Media semi sintetik Potato Dekstrosa Agar/ Taoge Dekstrosa Agar :
i. Kentang dikupas, kemudian diiris/ taoge : 100 gram
ii. Sukrosa : 60 gram
iii. Agar (1,5 – 2 %) : 15 gram
iv. Aquadest : 1000 ml
b) Kentang direbus dengan aquades 1L selama 30 menit sampai 1 jam atau sampai
air tinggal separo
c) Disaring dengan menggunakan kertas/kain saring bersih, masukkan ke dalam
erlenmeyer steril
d) Ke dalam filtrat tambahkan sukrosa, tambah dengan aquades sampai volume
1L lagi
e) Tambahkan agarnya, bila dibuat medium padat maka diperlukan 1,5-2 % agar
f) Dipanaskan sehingga semua agar larut dan homogen
g) Angkat dan periksa pHnya dengan indikator universal, atur pH pada 4-5 dengan
menambah asam laktat atau asam sitrat
2) Tutup erlenmeyer dengan kapas berlemak, tutup dengan alumunium foil dan kertas
payung beri identitas.
3) Sterilisasikan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C dan
tekanan 2 atm
4) Tuang pada cawan atau tabung reaksi steril. Untuk mendapatkan agar miring pada
tabung maka sebelum dingin letakkan tabung dengan kemiringan 45°. Beri
identitas media
5) Tunggu sampai dingin dan simpan media
b. Media sintetik Nutrient Agar
1) Timbang serbuk media NA 23 gram untuk 1L larutan. Masukkan ke dalam beaker
glass.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 16

2) Larutkan dengan aquades, lalu panaskan bila belum larut sempurna sampai
komponen agar larut.
3) Tambahkan air dalam beakerglass sampai tanda batas untuk menggantikan volume
air yang hilang
4) Maukkan ke dalam erlenmeyer
5) Tutup erlenmeyer dengan kapas berlemak, tutup dengan alumunium foil dan kertas
payung, beri identitas media
6) Masukkan media ke dalam autoklaf, nyalakan autoklaf
7) Tunggu sampai proses sterilisasi selesai
8) Keluarkan media dari autoklaf setelah dingin (suhu autoklaf turun)
9) Segera plate media agar saat media masih cair
10) Simpan media padat tempat dan suhu yang sesuai dengan yang tertulis pada
etiketnya.
3. Cara sterilisasi
a. Isi tempat air dengan air sampai tanda batas
b. Letakkan autoklaf di atas kompor atau tancapkan stopkontak
c. Masukkan media yang akan disterilisasi
d. Pasang tutup autoklaf dan kencangkan skrup-skrupnya (2 skrup yang segaris dipasang
bersamaan)
e. Biarkan kran pengatur tempat keluarnya uap air tetap terbuka sampai uap air banyak
yang keluar bersama udara dalam autoklaf sehingga di dalam autoklaf hanya terdapat
uap air saja
f. Jika dirasa semua udara dalam autoklaf sudah keluar semua sehingga di dalam
autoklaf hanya terdapat uap air saja, kran pengatur keluarnya uap air ditutup sehingga
tekanan naik sampai 1 atm dan suhu 121°C
g. Tekanan tersebut dijaga tetap konstan selama 15 menit
h. Setelah sterilisasi selesai, matikan autoklaf dan biarkan tekanan turun, kemudian kran
pengatur keluarnya uap air dibuka perlahan-lahan
i. Autoklaf boleh dibuka setelah semua uap air keluar
j. Media yang telah selesai disterilisasi dibiarkan dingin lalu dimasukkan dalam almari
es jika belum akan digunakan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 17

E. HASIL PENGAMATAN
No. Nama bahan Hasil
1.
2.

F. TUGAS
1. Sebutkan komposisi medium taoge agar atau kentang agar dan sebutkan fungsi masing-
masing komponennya!
2. Mengapa pada medium PDA/TDA media harus diatur pada pH 4-5?
3. Sebutkan masing-masing minimal 3 contoh media berdasarkan fungsinya!
4. Sebutkan komposisi dari Nutrient Agar dan mengapa tidak diatur pHnya dalam
pembuatan media!

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 18

BAB III
PENANGKAPAN MIKROORGANISME

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan penangkapan mikroorganisme udara, air, dan kulit dan
fungi endofit.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan sifat-sifat makroskopis koloni.

B. TEORI
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik dalam air, di udara maupun di dalam
tanah. Mikroorganisme tersebut dapat ditangkap serta ditumbuhkan pada media padat.
Apabila keadaan lingkungan sesuai dan nutrisi yang dibutuhkan tersedia, maka dalam waktu
tertentu mikroorganisme tersebut akan membentuk koloni yang berbeda-beda.
Pada tubuh manusia juga terdapat mikroorganisme yang merupakan flora normal,
namun dalam kondisi terinfeksi mikroorganisme asing bisa masuk dan menyebabkan
penyakit tertentu. Koloni dapat dibedakan berdasar sifat-sifat makroskopisnya. Sifat-sifat
yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan media padat adalah :
1. Bentuk koloni : titik, bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar dan sebagainya.
2. Kenaikan permukaan koloni : rata, timbul, datar, melengkung, cembung, serupa kawah
dan sebagainya.
3. Tepi koloni : utuh, berombak, berbelah, bergerigi, berbenang-benang, dsb.
4. Ukuran koloni : diukur diameternya, jika bentuknya tidak bulat maka diukur bagian
terpendek dan terpanjang.
5. Tekstur koloni : meliputi kombinasi dari 3 sifat, yaitu :
a. Halus/kasarnya permukaan
b. Mucoid (basah) atau kering
c. Transparan/translusen/opaque
6. Warna koloni : putih, kuning, hijau, merah, dan sebagainya.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : Cawan petri, Lampu spiritus, Pinset, Ose
Bahan : Media nutrient agar, Alkohol 70 %, Larutan antiseptik, Deterjen / Sabun

D. CARA KERJA
1. Menangkap mikroorganisme udara
a. Buka tutup cawan petri lempengan media dan letakkan dasar cawan petri menumpang
pada tutupnya (tutup cawan petri dalam posisi menutup)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 19

b. Biarkan selama 30 menit


c. Setelah 30 menit tutup kembali cawan petri
2. Menangkap mikroorganisme air
a. Buka kran sebesar-besarnya selama 2 menit
b. Kran ditutup rapat dan bagian luarnya dilewati nyala api spiritus
c. Buka kembali kran sebesar-besarnya
d. Atur kran hingga aliran menjadi tetes demi tetes
e. Tamping 1 tetes air pada cawan petri yang telah berisi lempengan media
f. Ratakan tetesan tersebut secara aseptis
3. Menangkap mikroorganisme kulit
a. Dasar cawan petri dibagi menjadi 2 sector dengan menggunakan spidol beri tanda 1
dan 2
b. Buka sedikit tutup cawan petri disekitar nyala api, sektor 1 disentuh dengan 3 jari
tangan (telujuk, tengah, jari manis)
c. Cuci tangan tersebut dengan bahan yang ditentukan
d. Sentuh sector 2 dengan 3 jari yang sudah dicuci
4. Penanaman Fungi endofit
Isolasi Fungi Endofit
a. Sapkan bahan alam yang akan digunakan
b. Cuci bersih bahan tersebut dan potong-potong
c. Rendam dengan alkohol 70% selama 1 menit.
d. Potongan sampel dikeringkan di atas kertas saring steril selama beberapa menit.
e. Siapkan media PDA ke dalam cawan petri dan beri suspensi antibiotik
f. Masing–masing potongan sampel kemudian diletakkan di atas media PDA (Potato
Dextrose Agar) dengan posisi permukaan belahan menempel pada agar medium.
g. Sampel diletakkan di atas médium dengan diberi tekanan, dan bagian potongan
berada di atas medium
h. Inkubasi selama 2-14 hari hari pada suhu 27-29°C (suhu ruang).
Pemurnian Fungi Endofit
a. Jamur endofit yang telah tumbuh pada media isolasi PDA, kemudian secara bertahap
dimurnikan satu persatu
b. Masing-masing isolat murni jamur endofit yang diperoleh, kemudian dipindahkan ke
dalam media dalam MEA cawan Petri.
c. Jamur endofit diinkubasi pada suhu kamar selama 3-5 hari sesuai dengan
pertumbuhannya.
Buat blangko control negatif, yaitu cawan petri berisi lempengan media yang tidak ditumbuhi
mikroorganisme. Inkubasikan semua cawan petri pada suhu 370C selama 24 jam (untuk

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 20

menumbuhkan bakteri) atau pada suhu kamar selama 3 x 24 jam (untuk menumbuhkan
jamur).

E. PENGAMATAN HASIL
Tabel pengamatan untuk mikroorganisme udara, air dan kulit
Mikroor Kenaikan
Jumlah Bentuk Warna Ukuran Tekstur Tepi
ganisme permukaan
koloni (jumlah) (jumlah) (jumlah) (jumlah) (jumlah)
(jumlah)
Udara
Air
Kulit

F. TUGAS
1. Sebutkan perbedaan ciri fisik antara koloni bakteri dan fungi!
2. Apa perbedaan yang terjadi pada cara kerja nomer 3 dan mengapa terjadi demikian?
3. Apa fungsi blangko pada percobaan di atas?
4. Media apa yang dapat digunakan untuk menumbuhkan fungi? Mengapa?

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 21

BAB IV
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROORGANISME

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami cara dan kultivasi mikroba secara goresan, taburan maupun
perataan.
2. Mahasiswa mampu mengamati secara makros dan mikros bentuk bakteri yang diisolasi
dan ditumbuhkan.
3. Mahasiswa dapat melakukan berbagai macam metode pewarnaan bakteri.
4. Mahasiswa dapat menggambarkan dan menjelaskan macam-macam bakteri secara
mikroskopis.

B. TEORI
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan bakteri adalah pemilihan media
perbenihan yang sesuai dan isolasi mikroba dari biakan murni. Perbenihan yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan lingkungan alamiah bakteri yang meliputi suhu, Ph,
penganginan dan zat makanannya.
Isolasi merupakan proses pemisahan satu jenis bakteri dari berbagai jenis bakteri yang
tumbuh bersama dalam satu media pertumbuhan, yang bertujuan untuk mendapatkan kultur
murni dari satu jenis bakteri. Untuk mengisolasi mikroorganisme dari kultur murni harus
ditanam pada media lempeng agar, hal ini dimaksudkan agar sel bakteri tidak bergerak
sehingga dapat membentuk koloni spesifik tersendiri. Metode yang digunakan dapat
menggunakan metode tuang atau gores.
Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)
1. Teknik Preparasi Suspensi
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquadest steril. Tujuan
dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi
bergantung kepada bentuk sampel :
a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada stampel yang memiliki
permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda
tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll.
Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar
sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud
kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik
jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam
larutan atraktan semisal pepton water.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 22

b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba


yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi
relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll.
Rinse merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan
sampel ke dalam aquadest dengan perbandingan 1 : 9 (w/v).
Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian
dibilas dengan aquadest 45 ml yang terdapat dalam beaker glass.
c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan
mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat
terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antara lain bakso, biji,
buah, dll.
Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1:9 (w/v). Untuk
sampel dari tanah tidak perlu dimaserasi.
2. Teknik Pengenceran Bertingkat
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Penentuan besarnya atau banyaknya
tingkat pengenceran tergantung
kepada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan
perbandingan 1:9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan
selanjutnya, sehingga pengenceran
berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisme dari pengenceran
sebelumnya.
Cara kerja :
a. Sampel yang mengandung bakteri dimasukkan ke dalam tabung pengenceran pertama
(1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel
dengan volume tabung pertama adalah 1:9 dan ingat aquadest yang digunakan jika
memakai teknik rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel
masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya (pengocokan yang benar dapat dilihat
pada gambar disamping).
b. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-
2
secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan
sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir
dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 23

harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril
yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan
cairan dari sumber yang sama.
3. Teknik Penanaman
a. Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lanjutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan
suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi
(mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.
1. Spread Plate (agar tabur ulas)
a) Ambil suspensi cairan sebanyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan di
atas permukaan agar yang telah memadat.
b) Batang L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol dan dibakar
di atas bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa
detik.
c) Kemudian disebarkan dengan menggosokkannya pada permukaan agar supaya
tetesan suspensi merata, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.
d) Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat menyebabkan
sel-sel mikroorganismedapat mati karena panas.

2. Pour Plate (agar tuang)


Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (> 45OC) untuk dituang
bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan
dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada
permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga
terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di
dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung O2. Adapun prosedur
kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat
yang masih cair (> 45OC).
b) Teteskan 1 ml secara aseptis suspensi sel ke dalam cawan kosong
c) Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 24

Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml


untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan
dipermukaannya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas
untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak daripada spread plate.

b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)


Bertujuan untuk mengisolasi mikoorganisme dari campurannya atau meremajakan
kultur ke dalam medium baru.
1) Goresan Sinambung
Cara kerja :
a) Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai
setengah permukaan agar.
b) Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 18oC lanjutkan goresan sampai habis.
Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

2) Goresan T
Cara kerja :
a) Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
b) Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
c) Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag
pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan
yang sempurna.
d) Lakukan hal yang sama pada daerah 3

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 25

3) Goresan Kuadran ( Streak quadrant)


Cara kerja :
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisme. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan
pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi
koloni tunggal.

Cara Kerja Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah


1. Tanah seberat 1 g dimasukkan ke dalam tabung pengenceran 10-1 secara aseptis dan
selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-8
2. Tiga pengenceran terakhir diambi 0,1 ml untuk ditanam secara spread plate pada medium
NA, setelah selesai, diinkubasi pada 37oC selama 1x24 jam
3. Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut kemudian dipilih koloni yang relatif
terpisah dari koloni lain dan koloni yang mudah dikenali.
4. Koloni yang terpilih kemudian ditumbuhkan atau dimurnikan ke NA baru dengan teknik
streak kuadran. Inkubasi 1x24 jam

Identifikasi merupakan suatu cara untuk mengenali mikroorganisme. Pengenalan ciri


mikroorganisme ini dapat dilakukan dengan pengamatan morfologi maupun pengamatan
fisiologi mikroorganisme. Pengamatan ciri morfologi dapat dilakukan dengan pengamatan
di bawah mikroskop. Hal yang dapat diamati antara lain : bentuk dan jenis Gram bakteri
(melalui pengecatan Gram), ada tidaknya kapsul atau endospora. Sedangkan pengamatan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 26

fisiologi bakteri dapat dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada sejumlah media
biokimianya.
Ada beberapa bentuk dasar bakteri, yaitu bulat (coccus), batang (bacillus) dan spiral
yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar-lingkar. Sebagian besar bakteri memiliki
diameter dengan ukuran 0,2-2,0 mm dan panjang berkisar 2-8 mm. Biasanya sel-sel bakteri
yang masih muda berukuran jauh lebih besar daripada sel-sel yang sudah tua.
Bentuk cocci umumnya bulat atau oval. Bila sel cocci membelah diri, sel-sel dapat
saling melekat satu sama lain. Cocci yang tetap berpasangan setelah membelah disebut
diplococci, cocci yang membelah namun tetap melekat membentuk struktur menyerupai
rantai disebut streptococci. Cocci yang membelah dalam 2 bidang dan tetap melekat
membentuk krlompok 4 coccus disebut tetrad. Cocci yang membelah dalam 3 bidang dan
tetap melekat membentuk kubus dengan 8 coccus disebut sarcina, sedangkan cocci yang
membelah pada banyak bidang dan membentuk kumpulan menyerupai buah anggur disebut
staphylococci.
Bacilli membelah hanya melalui sumbu pendeknya (dalam satu bidang). Sebagian
besar bacilli tampak sebagai batang tunggal. Diplobacilli muncul dari pasangan bacilli
setelah pembelahan dan streptobacilli muncul dalam bentuk rantai. Beberapa bacilli tampak
menyerupai cocci dan disebut coccobacilli.
Bentuk spiral bakteri memiliki dua atau lebih lekukan dan tidak dalam bentuk lurus.
Bakteri berbentuk spiral ini dibedakan menjadi beberapa jenis. Bakteri berbrntuk batang
melengkung menyerupai koma disebut vibrio. Bakteri berpilin kaku disebut spirilla,
sedangkan bakteri yang berpilin fleksibel disebut spirochaeta.
Khamir atau yeast merupakan fungi bersel satu tidak berfilamen, berbentuk oval atau
bulat, tidak berflagela dan berukuran lebih besar dari ukuran sel bakteri dengan lebar berkisar
1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm.
Kapang, tubuh buahnya dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora.
Miselium merupakan kumpulan filamen yang disebut hifa. Bagian hifa yang berfungsi untuk
mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif sedangkan hifa yang berfungsi sebagai alat
reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha). Ada 3 macam morfologi
hifa yaitu aseptat, hifa bersekat dan multinuklet (septa dengan ruang yang berisi lebih dari 1
inti).
Karena sebagian besar mikroba tidak berwarna, maka untuk melakukan pengamatan
di bawah mikroskop diperlukan pewarnaan mikroba dengan mikroba. Pewarnaan
mikroorganisme pada dasarnya adalah prosedur mewarnai mikroorganisme dengan
menggunakan zat warna yang dapat menonjolkan struktur tertentu dari mikroorganisme yang
ingin kita amati. Sebelum mikroba diwarnai terlebih dahulu harus difiksasi agar
mikroorganisme terikat pada gelas benda.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 27

Pewarna merupakan garam-garam yang tersusun atas ion positif dan ion negatif yang
salah satunya berwarna dan disebut sebagai kromofor. Bila kromofor berada pada ion positif
disebut sebagai pewarna basa dan bila berada pada ion negatif disebut pewarna asam. Yang
termasuk pewarna basa : Kristal violet, methylen blue, malachite green dan safranin.
Sedangkan pewarna asam antara lain : eosin dan fuchsin acid.
Ada 3 macam pewarnaan yaitu : pewarnaan sederhana, diferensial, dan khusus.
1. Pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu warna, contoh carbol fuchsin dan safranin
2. Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu pewarna, contoh pewarnaan Gram
dan pewarnaan tahan asam.
3. Pewarnaan khusus digunakan untuk mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari
mikroorganisme, contoh pewarnaan endospora, flagela, kapsul bakteri.

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT : Erlenmeyer, Pipet ukur, Gelas ukur, Cawan petri, Tabung reaksi, Ose,
Inkubator, Autoklaf, Oven, Bunsen, Objek+Degglass, Mikroskop, Pipet tetes.
BAHAN : Peptone dillution fluid (PDF), Nutrien Agar, Larutan NaCl steril, Mc Conkey
agar, MSA, Aquadest steril, Reagen pewarnaan gram (kristal violet, alkohol 95%,
amonium oksalat, iodium, KI, safranin), Reagen pewarnaan spora (malachite green,
H2SO4), Reagen pewarnaan kapsul (tinta cina pelikan, methylen blue, boraks),
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera.

D. CARA KERJA
1. Teknik penanaman mikroba
a. Teknik penanaman dari suspensi
1) Spread Plate (agar tabur ulas)
a) Ambil suspensi cairan sebanyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan di
atas permukaan agar yang telah memadat
b) Batang L/batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol dan dibakar di
atas bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa detik
c) Kemudian disebarkan dengan menggosokkannya pada permukaan agar supaya
tetesan suspensi merata, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.
d) Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat menyebabkan
sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas.
2) Pour Plate (agar tuang)
a) Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat
yang masih cair (45oC).
b) Teteskan 1 ml secara aseptis sel ke dalam cawan kosong.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 28

c) Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi.
b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)
1) Goresan Sinambung
a) Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai
setengah permukaan agar.
b) Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis.
Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.
2) Goresan T
a) Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
b) Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
c) Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag
pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan
yang sempurna.
d) Lakukan hal yang sama pada daerah 3.
3) Goresan Kuadran ( Streak quadrant)
a) Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
b) Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
c) Daerah 2 distreak zig zag memotong daerah 1, cawan diputar untuk
memperoleh goresan yang sempurna
d) Lakukan hal yang sama pada daerah 3 dan 4
2. Penyiapan reagen pewarnaan
a. Pewarnaan Gram
1) Gram A
a) Siapkan wadah reagen yang diperlukan
b) Timbang 2 g kristal violet dan tambahkan 20 ml aquadest alkohol 95% (larutan
1)
c) Timbang 0,8 g amonium oksalat dan tambahkan 80 ml aquadest (larutan 2)
d) Campur larutan 1 dan 2, saring setelah 24 jam dengan kertas saring
2) Gram B
a) Timbang 1 g yodium kristal dan 2 g KI
b) Larutkan dalam 300 ml aquadest
3) Gram C
Alkohol 96%
4) Gram D
a) Timbang 0,25 g kristal safranin

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 29

b) Tambahkan 10 ml Alkohol 95%


c) Tambahkan aquadest 90 ml
d) Saring larutan setelah 24 jam
b. Pewarnaan Endospora
1) Malachite green 5%
a) Timbang 5 g Malachite green
b) Tambahkan 100 ml aquadest
2) Safranin 0,5%
a) Timbang 0,5 g Safranin
b) Tambahkan 10 ml Alkohol 95%
c) Tambahkan 90 ml aquadest
3) H2SO4 1%
c. Pewarnaan kapsul
1) Siapkan tinta china pelikan
2) Boraks methylen blue 2%
a) Timbang 2 g methylen blue
b) Timbang 5 g boraks kristal
c) Campurkan methylen blue dan boraks kristal dan tambahkan 100 ml aquadest
3. Teknik pewarnaan
1) Pewarnaan sederhana
1) Bersihkan object glass dengan kapas
2) Jika perlu tuliskan kode atau nama bakteri pada sudut object glass
3) Bila menggunakan biakan cair maka pindahkan setetes biakan dengan pipet tetes
atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum. Jangan lupa biakan dikocok
terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, maka biakan dipindahkan dengan
jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian diberi aquadest dan disebarkan supaya
sel merata.
4) Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan api bunsen (lewatkan di
atas api 2-3 kali)
5) Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya ditetesi dengan pewarna
(dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal Violet) dan tunggu kurang lebih
30 detik
6) Cuci dengan aquadest kemudian keringkan dengan kertas tissue

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 30

7) Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100x10)

2) Pewarnaan Gram
1) Siapkan object glass
2) Siapkan biakan mikroba yang akan diwarnai
3) Bersihkan object glass dengan tissue
4) Tetesi object glass dengan NaCl atau aquadest steril menggunakan jarum ose yang
sebelumnya telah dipanaskan dengan nyala api bunsen
5) Ambil satu sengkelit mikroba yang akan diwarnai dan letakkan di object glass yang
sudah ditetesi dengan larutan NaCl atau aquadest steril
6) Campur dan ratakan mikroba dengan dengan larutan NaCl atau aquadest steril,
buat preparat setipis mungkin.
7) Fiksasi mikroba dengan memanaskan object glass pada nyala api bunsen
8) Beri tanda dengan spidol daerah yang telah difiksasi
9) Tetesi preparat dengan reagen Gram A, biarkan selama 2-3 menit
10) Bilas preparat dengan air mengalir perlahan-lahan
11) Tetesi preparat dengan reagen Gram B, biarkan selama 1-2 menit
12) Bilas preparat dengan air mengalir perlahan-lahan
13) Tetesi preparat dengan reagen Gram C sampai warna tepat luntur
14) Bilas preparat dengan air mengalir perlahan-lahan
15) Tetesi preparat dengan reagen Gram D, biarkan selama 0,5-1 menit
16) Bilas preparat dengan air mengalir perlahan-lahan
17) Biarkan preparat kering
18) Amati di bawah mikroskop
19) Bakteri Gram positif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna
merah.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 31

3) Pewarnaan endospora
1) Buat suspensi bakteri dengan NaCl fisiologis sebanyak 1 ml
2) Tambahkan 1 ml malachite green
3) Panaskan di api kecil selama 6 menit
4) Buat sediaan dari sspensi tersebut lalu difiksasi
5) Teteskan H2SO4 1% selama 1-2 detik
6) Cuci dan tuangi safranin kurang lebih 4 menit
7) Cuci dengan air dan keringkan
8) Amati di bawah mikroskop
9) Endospora berwarna hijau, bakteri berwarna merah
4) Pewarnaan kapsul
1) Sediakan 2 object glass
2) Teteskan 1 tetes tinta china pelikan di pinggir object glass

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 32

3) Ambil 1 ml suspensi bakteri, kemudian campurkan dengan tetesan tinta china


pelikan tadi sampai homogen dan jangan melebar
4) Dengan ujung object glass buat sediaan hapusan
5) Biarkan kering, kemudian difiksasi
6) Tambahkan larutan methylen blue selama 3 menit
7) Cuci dengan air kemudian kering udarakan
8) Amati di bawah mikroskop
9) Kapsul bakteri bening dengan latar belakang gelap, bakteri berwarna biru.
5) Pewarnaan tahan asam
1) Preparat dibuat secara langsung kemudian difiksasi, yaitu dengan membersihkan
kotoran dengan alkohol pada object glass lalu sputum diletakkan di atasnya dengan
menggunakan jarum ose (dalam keadaan aseptis) setipis mungkin kemudian
dilakukan pengeringan, setelah kering kemudian difiksasi.
2) Object glass yang kering ditetesi carbol fuchsin 0,3% dan dipanaskan selama 5
menit tetapi jangan sampai mendidih
3) Cuci dengan aquadest mengalir dan keringkan
4) Tetesi dengan alkohol asam 3%, lalu cuci dengan aquadest mengalir dan
dikeringkan
5) Tetesi dengan methylen blue, didiamkan selama 20-30 detik kemudian dicuci
dengan menggunakan aquadest mengalir, keringkan dan amati di bawah
mikroskop

E. PENGAMATA HASIL
E.coli / Salmonella / Bakteri lain
1. Isolasi
Bahan pemeriksaan ditanam pada media :
a.
b.
Inkubasi 37oC selama 18-24 jam
Hasil pengamatan
No A B C
1 Bentuk koloni
2 Warna koloni
3 Elevasi
4 Konsistensi
5 Sifat
6 Hitung jumlah koloni

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 33

2. Pemeriksaan mikroskopik
Bentuk :
Warna :
Susunan :
Sifat :
3. Pewarnaan Gram
Bentuk :
Warna :
Susunan :
Sifat :
Perbesaran :
4. Pewarnaan endospora
5. Pewarnaan kapsul
6. Pewarnaan BTA

F. TUGAS
1. Sebutkan zat pewarna bakteri dan fungsinya!
2. Apakah tujuan dari fiksasi?
3. Jelaskan perbedaan antara bakteri gram positif dan gram negatif?
4. Sebutkan masing-masing 3 contoh bakteri gram positif dan gram negatif!

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 34

BAB V
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mngetahui cara-cara perhitungan mikroba dan dapat melakukan
perhitungan mikroba dengan metode Angka Lempeng Total
2. Mahasiswa memiliki ketrampilan dalam menghitung koloni dari mikroba yang tumbuh
3. Mahasiswa dapat melakukan teknik pengenceran yang tepat dan aseptis.

B. TEORI
Metode penghitungan jumlah total bakteri (total plate count/TPC) atau Angka
Lempeng Total (ALT) dapat digunakan untuk mendeteksi adanya mikroorganisme
kontaminan. Prinsip pengujian ALT adalah menghitung jumlah semua bakteri yang ada
dalam suatu produk, dengan mengencerkan produk sampai pada pengenceran tertentu hingga
bakteri dapat dihitung. Media yang digunakan adalah media umum atau media penghitungan.
Metode pengujian ALT ada 2 macam yaitu metode tuang (pour plate) dan metode
sebar (spread). Metode pour plate yaitu suatu metode pengujian ALT dengan cara
menuangkan media pertumbuhan pada cawan petri yang telah diisi dengan cairan sampel.
Metode spread yaitu suatu metode pengujian ALT dengan cara menyebaratakan cairan
sampel dengan batang kaca bengkok (spreader) pada media pertumbuhan yang telah diplate
atau telah dipadatkan pada cawan petri.
Ciri-ciri koloni pada media Nutrient Agar yang perlu diperhaikan adalah sebagai
berikut :
1. Ukuran
Pinpoint / punctiform (titik) …
Small (kecil)
Moderate (sedang)
Large (besar)
2. Pigmentasi : mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler,
beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut dalam media
3. Karakteristik optik : diamati berdasarkan jumlah cahaya yang melewati koloni. Opaque
(tidak dapat ditembus cahaya), translucent (dapat ditembus cahaya sebagian),
Transparant (bening)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 35

4. Bentuk :

Elevasi :

Flat Raise Convex Pulvinate Umbonate


5. Permukaan :
Halus mengkilap
Kasar
Berkerut
Kering seperti bubuk
6. Margins :

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT : Cawan petri, Pipet ukur, Tabung reaksi, Erlenmeyer, Inkubator
BAHAN : Plate Count Agar (PCA), Pepton Dillution Fluid (PDF), TTC

D. CARA KERJA
1. Siapkan sampel yang akan diuji
2. Siapkan erlenmeyer
3. Pipet atau timbang sampel yang akan diuji dan letakkan di dalam erlenmeyer
4. Encerkan sampel dengan PDF hingga diperoleh pengenceran 10-1
5. Isi tabung reaksi dengan 9 ml PDF

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 36

6. Pipet 1 ml sampel pengenceran 10-1 ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml PDF
sehingga diperoleh pengenceran 10-2 , buat pengenceran selanjutnya sampai 10-3
7. Pipet 1 ml sampel dari tiap pengenceran ke dalam cawan petri dan buat duplo
8. Tuangkan 20 ml PCA cair ke dalam cawan petri yang berisi sampel
9. Goyang cawan petri hingga suspensi sampel tersebar rata
10. Biarkan cawan petri sampai media memadat
11. Masukkan cawan petri ke dalam inkubator dan inkubasikan selama 24 jam dengan posisi
terbalik
12. Amati pertumbuhan koloni mikroba setelah inkubasi 24 jam
13. Hitung jumlah mikroba dan simpulkan nilai ALT sampel

E. CARA PERHITUNGAN
1. Pilih cawan petri yang jumlah koloni bakteri yang 25-250 (30-300), ALT bakteri adalah
nilai rata-rata dari 2 cawan yang telah dihitung
2. Bila paxda 2 tingkat pengenceran terdapat julah koloni 25-250, maka buat perbandingan
antar 2 tingkat pengenceran tersebut. Jika perbandingannya kurang dari 2 maka nyatakan
ALT sebagai rata-rata ALT dari pengenceran terendah dan tertinggi tapi bila
perbandingan lebih dari 2 maka nyatakan ALT dari rata-rata pengenceran terendah
3. Beberapa koloni yang menggabung merupakan satu kumpulan koloni dan dihitung satu
koloni
4. Koloni bakteri yang berbentuk rantai hitung sebagai satu koloni
5. Cara pelaporan dan perhitungan koloni sebagai berikut :
a. Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama (satuan) dan angka
kedua (decimal). Jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, maka
dibulatkan satu angka lebih tinggi dari angka kedua.
Contoh : 1,75 x 104 maka dilaporkan 1,8 x 104
b. Jika semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni per cawan petri, berarti
pengenceran terlalu tinggi. Oleh karena itu angka yang dilaporkan adalah hasil
perhitungan dari pengenceran terendah.
c. Jika semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni per cawan petri, berarti
pengenceran terlalu rendah. Oleh karena itu angka yang dilaporkan adalah hasil
perhitungan dari pengenceran tertinggi.
d. Jika dari ketiga pengenceran dihasilkan 2 cawan petri yang koloninya diantara 30-
300 maka data dari pengenceran tertinggi dibagi dengan data dari pengenceran
terendah. Jika hasilnya kurang atau sama dengan 2 maka angka yang dilaporkan
adalah rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan mempertimbangkan faktor

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 37

pengencerannya. Jika hasilnya lebih dari 2 maka yang dilaporkan adalah hasil yang
terkecil.
e. Bila sau pengenceran ditanam secara duplo, maka data yang digunakan untuk ALT
adalah rata-rata dari kedua cawan dikalikan dengan faktor pengenceran.
6. Nyatakan ALT sebagai jumlah mikroba per ml atau per gr sampel dinyatakan dengan
“jumlah koloni dalam cawan x 1/faktor pengenceran CFU/ml”.

F. HASIL PENGAMATAN
Pengenceran
No. 10-1 10-2 10-3 10-4 Nilai
Sampel Cawan Cawan Cawan Cawan Cawan Cawan Cawan Cawan ALT
1 2 1 2 1 2 1 2

G. SOAL-SOAL
Laporkan nilai ALT dari perhitungan koloni sebagai berikut :
No 10-1 10-2 10-3
1 29 13 7
2 302 217 19
3 276 35 15
4 478 326 264
5 164 289 36
6 12 7 0
7 581 271 163
8 117 75 28

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 38

9 274 136 14
10 146 98 38

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 39

BAB VI
PENGUJIAN STERILITAS

A. TUJUAN
Mahasiwa mengetahui cara pengujian sterilitas dari berbagai produk farmasi yang
telah memenuhi syarat sterilitas.

B. TEORI
Uji sterilitas digunakan untuk menetapkan apakah bahan-bahan sediaan farmasi yang
harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada
monografi masing-masing. Pada pengujian sterilitas ini sangat ditentukan oleh teknik aseptik
yang baik dan minimalisasi terjadinya kontaminasi dari lingkungan. Dengan demikian pada
pengujian sterilitas ini sangat diperlukan ketrampilan teknik aseptik dari analis dan
pemenuhan persyaratan lingkungan steril. Prosedur pengujian sterilitas terdiri dari inokulasi
langsung ke dalam media uji dan teknik penyaringan membran.

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT : Tabung reaksi, Pipet ukur, Inkubator, Bunsen, Laminar air flow cabinet
BAHAN : Fluid Thioglicolate Medium (FTM), Tryptic Soy Broth (TSB), Sampel bahan
uji, Alkohol

D. CARA KERJA
1. Sucihamakan ruang kerja / LAF dengan alkohol 70%
2. Rendam sampel dalam alkohol 70%
3. Pipet 1 ml sampel dan masukkan ke dalam 15 ml media FTM
4. Pipet 1 ml sampel dan masukkan ke dalam 15 ml media TSB
5. Buat kontrol Bacillus subtilis pada media FTM dan Candida albicans pada media TSB
6. Buat kontrol negatif, yaitu inkubasikan media tanpa penambahan apapun
7. Inkubasikan media FTM pada inkubator 37oC
8. Inkubasikan media TSB pada inkubator 20oC
9. Amati kekeruhan media setiap hari selama 14 hari

E. PENGAMATAN
Volume (ml) Pengamatan Tanggal
No Media
Contoh Media
1 15
1
1 15

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 40

1 15
2
1 15
1 15
3
1 15
1 15
4
1 15
1 15
5
1 15
1 15
6
1 15
1 15
7
1 15
1 15
8
1 15
1 15
9
1 15
1 15
10
1 15
15
Blanko
15
Kontro Positif
Bacillus subtilis 15
Candida albicans 15

F. TUGAS
1. Apa fungsi dari alkohol yang digunakan pada praktikum ini?
2. Jelaskan tentang kontrol positif dan kontrol negatif beserta fungsinya!
3. Buatlah skema penggunaan LAF yang ada di laboratorium AkFar Nusaputera!
4.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 41

BAB VII
UJI KOEFISIEN FENOL

A. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara menentukan koefisien fenol dari suatu desinfektan.

B. TEORI
Fenol (asam karboksilat) digunakan secara luas sebagai disinfektan dan antiseptik.
Golongan fenol diketahui mempunyai aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisidal namun
tidak bersifat sporisidal. Fenol sebagai disinfektan cair tidak dipengaruhi oleh bahan organik,
aktivitasnya rendah terhadap endospora bakteri, efektif pada konsentrasi 2-5% dengan
mendenaturasi protein dan merusak dinding sel bakteri serta aktif pada pH asam. Saat ini
fenol jarang digunakan sebagai disinfektan karena fenol dapat mengiritasi kulit.
Senyawa fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung molekul fenol
yang secara kimiawi telah diubah untuk mengurangi kemampuannya dalam mengiritasi kulit
dan meningkatkan senyawa antibakterinya. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik adalah
dengan merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel
keluar.
Beberapa contoh senyawa fenolik antara lain cresol dan bisfenol. Cresol yang
terpenting adalah o-polyphenol yang merupakan bahan utama pada formulasi lysol. Yang
termasuk bisfenol antara lain hexachlorophene dan triclosan. Hexachlorophene merupakan
bahan lotion hisohex, sedangkan triclosan merupakan bahan sabun antibakteri dan pasta gigi.
Efek utama triclosan adalah pada membran plasma terutamaterhadap bakteri gram positif dan
fungi.
Metode untuk mengukur aktivitas fenol sebagai agen antimikroba dinyatakan sebagai
tes koefisien fenol (phenol coefficient test). Koefisien fenol dinyatakan sebagai rasio
efektifitas germisida uji (dalam hal ini fenol) terhadap organisme uji. Misalnya, bila larutan
germisida uji dengan pengenceran 1:250 dapat membunuh populasi Staphylococcus aureus,
sedangkan hasil yang sama juga ditunjukkan pula oleh fenol pada pengenceran 1:60, maka
koefisien fenol sebagai germisida uji adalah 250/60 = 4,2. Hasil ini menunjukkan bahwa
germisida uji 4,2 kali lebih efektif dibandingkan fenol dalam membunuh Staphylococcus
aureus.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : Tabung reaksi dan rak tabung, Labu takar, Jarum ose, Stop watch, Inkubator
Bahan : Larutan NaCl fisiologis, Nutrient agar, Larutan fenol, Sampel disinfektan,
Aquadest steril, Salmonella typhosa

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 42

D. CARA KERJA
1. Pembuatan media
a. Timbang sejumlah media sesuai dengan takarannya.
b. Dilarutkan di dalam erlenmeyer dengan sejumlah aquadest.
c. Dihomogenkan dan dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk-aduk.
d. Dipipet 15 ml media dan dimasukan ke 18 tabung reaksi
e. Disterilisasi basah dengan autoclave dalam suhu 121°C tekanan 1 atm
2. Pembuatan NaCl fisiologis
a. Ditimbang 0.85 gram NaCl (p.a)
b. Dilarutkan di dalam Erlenmeyer dengan aquadest steril ad 100 ml
c. Disterilisasi basah dengan autoclave dalam suhu 121°C tekanan 1 atm
3. Pembuatan inokulum Salmonella typhosa
a. Siapkan bakteri uji Salmonella typhosa dengan cara membiakan pada media,
inkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam.
b. Ambil 1 sengkelit biakan, masukkan ke dalam 10 ml larutan NaCl fisiologis, kocok
homogen, inkubasikan pada suhu 35-37°C selama 48 jam.
c. Remajakan bakteri dari nutrient broth 3 kali berturut-turut
d. Biakan yang digunakan untuk pengujian adalah yang berasal dari nutrient brith
peremajaan yang ke tiga.
4. Pembuatan larutan fenol
a. Timbang 5% kristal fenol sesuai kadar, addkan dengan 100 ml aquadest steril, kocok
homogen.
Larutan baku 5% = 5/100 = 1/20
b. Buat pengenceran 1:80, 1:100 dan 1:120 dari larutan baku 5%
Contoh pengenceran : 1/20 x n = 1/100, n = 1/100 x 20, n = 20/100 = 1/5
5 ml adalah volume campuran fenol dan aquadest, 1 ml adalah volume fenol dan 4
ml volume aquadest
c. Larutan pengenceran yang dibutuhkan sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi
5. Pembuatan larutan desinfektan
a. Buat baku desinfektan 5% dengan menggunakan aquadest steril hingga 100 ml
b. Buat pengenceran 1:80, 1:100, 1:150 dan 1:200 dari larutan baku 5%
c. Larutan pengenceran yang dibutuhkan sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi
6. Uji koefisien fenol
a. Disiapkan 9 cawan petri berisi media NA yang sudah memadat
b. Masing-masing cawan petri dibagi menjadi 3 bagian yaitu untuk waktu 5, 10 dan 15
menit.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 43

c. Dipipet inokulum masing-masing sebanyak 0,5 ml ke dalam 5 ml larutan fenol dan


larutan desinfektan. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran dan lakukan
gores pada cawan petri yang berisi media NA.
d. Ditunggu sampai 10 menit, ambil lagi 1 ose kemudian gores pada cawan petri yang
sama tetapi pada bagian yang berbeda.
e. Ditunggu sampai 15 menit, ambil lagi 1 ose kemudian gores pada cawan petri yang
sama tetapi pada bagian yang berbeda.
f. Diinkubasi cawan petri yang telah selesai digores pada suhu 36 ± 1º C, masa
inkubasi selama 24-48 jam.
g. Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap cawan petri.

E. PENGAMATAN HASIL
(+) keruh : ada pertumbuhan (-) jernih : tidak ada pertumbuhan
Hasil
No Larutan Pengenceran
5’ 10’ 15’
1:20
1:80
1 Fenol 1:100
1:150
1:200
1:20
1:80
2 Desinfektan 1:100
1:150
1:200

F. PERHITUNGAN
Pc = {(Cat : Cbt) + (Cat’ : Cbt’)} : 2
Keterangan :
Pc = Koefisien fenol
Cat = Pengenceran desinfektan uji dengan waktu tercepat membunuh
Cbt = Pengenceran fenol dengan waktu tercepat membunuh
Cat’ = Pengenceran desinfektan uji dengan waktu terlama membunuh
Cbt’ = Pengenceran fenoldengan waktu terlama membunuh
G. TUGAS
1. Bagaimana mekanisme aksi senyawa fenol dalam aktivitasnya sebagai antibakteri?
2. Sebutkan contoh produk yang mengandung senyawa fenol!

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 44

BAB VIII
SENSITIFITAS DAN POTENSI ANTIBIOTIK

A. TUJUAN
1. Mahasiwa mengetahui cara pengujian sensitivitas suatu antibiotik terhadap bakteri.
2. Mahasiswa mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh
mikroba
3. Mahasiswa mengetahui cara-cara pengukuran dalam penentuan potensi antibiotika

B. TEORI
Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian.
Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu konsentrasi komponen tertentu
pada campuran kompleks kimia, untuk mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji
bahan kimia guna menentukan potensi mutagenikatau karsinogenik suatu bahan.
Sebelum menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan kepada pasien, maka
terlebih dahulu harus ditentukan penyebab penyakit serta jenis antibiotik apa yang tepat
untuk mengobati penyakit tersebut. Nilai penting pada pengujian sensitifitas antibiotik ini
adalah dapat diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien.
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari berbagai
spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan penting
dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos. Antiniotika ini
memiliki susunan kimia dan cara kerja yang berbeda-beda sehingga masing-masing
antibiotika memiliki kuman standar tertentu. Dari sekian banyak antibiotika yang telah
berhasil ditemukan, hanya beberapa saja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam
pengobatan. Antbiotika yang kini banyak dipakai kebanyakn diperoleh deari genus Bacillus,
Penicillum, dan Streptomyces.
Sifat-sifat antibiotika sebaiknya :
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host
2. Bersifat bakterisid
3. Tidak menyebabkan resistensi terhadap kuman
4. Berspektrum luas
5. Tidak bersifat alenergik atau menimbulakan efek samping jika digunakan dalam waktu
lama
6. Aktif dalam plasma, cairan badan, atau eksudat
7. Larut dalam air serta stabil
8. Bakterial level di dalam tubuh cepat dicapai dan brtahan untuk waktu lama

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 45

Antibiotika menganggu bagian-bagian yang peka dalam sel, yaitu :


1. Sintesis dinding sel
2. Fungsi membran
3. Sintesis protein
4. Metabolism asam nukleat
5. Metabolism intermedier
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan juga ada yang
bersifat membunuh mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Dalam percobaan ini
antibiotik berupa amoxicilin diuji potensinya apakah memenuhi standar dalam kegunaannya
untuk membunuh mikroba. Bila perhitungan potensi antibiotik berada pada kisaran 95% -
105% berarti antibiotik amixicilin yang diujikan dapat menghambat pertumbuhan kuman
dengan baik.

C. ALAT DAN BAHAN


Sensitivitas
Alat : Cawan petri, Inkubator, Tabung reaksi, Pinset
Bahan : Media Brain Heart Agar (BHI A) atau Tryptic Soya Agar (TSA), Cakram
antibiotik (antibiotic disc), Staphylococcus aureus, Micrococcus luteus
Potensi
Alat : Cawan petri, Ose, Cakram kertas, Jangka sorong, Tabung reaksi
Bahan : Antibiotik uji (kapsul amoksisilin trihidrat), Antibiotik standar (amoksisilin),
Staphylococcus aureus, Media cair : kaldu tioglikolat, kaldu BHI (Brain Heart Infusion),
Medium padat : base layer (lapisan dasar) = medium 2, penssay seed agar (lapisan
perbenihan) = medium 1, agar miring ; Bahan pembantu : bufer fosfat pH 8,0, NaCl
fisiologis

D. CARA KERJA
1. Sensitivitas
a. Suspensikan bakteri uji dengan aquadest steril
b. Tuangkan pada media BHI A/TSA yang telah cair bersuhu 45°C
c. Buat lempeng pada cawan petri
d. Biarkan media memadat
e. Letakkan cakram antibiotik diatas lempeng media
f. Inkubasika media pada suhu 37°C
g. Amati terbentuknya daerah hambatan di sekitar cakram antibiotik
2. Potensi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 46

a. Pembuatan Inokulum
1) Menyediakan biakan kuman standar dalam agar miring pada 37°C selama 10-24 jam.
2) Menyiapkan 4 buah tabung reaksi secara berderet dan dilabel 109, 108, 107 dan 106
3) Mengisi tabung dengan NaCl fisiologis, tabung 109 2 ml, tabung 108, 107, dan 106
4) Masing-masing 9 ml.
5) Mengisi tabung 109 dengan suspense kuman menggunakan ose sesuai dengan Mc
Farland III, mengocoknya sampai homogen.
6) Mengambil 1 ml dari tabung 109 dan memasukkannya pada tabung 108, mengocoknya
sampai homogen.
7) Mengambil 1 ml dari tabung 108 dan memasukkannya pada tabung 107, mengocoknya
samapi homogen.
8) Mengambil 1 ml dari tabung 107 dan memasukkannya pada tabung 108, mengocoknya
samapi homogen. Memperoleh pengenceran 10x, 100x, 1000x (setara dengan 106
kuman/ml)
b. Pembuatan larutan stok amoksilin standar
1) Menimbang 5,47 mg amoksisilin standar.
2) Melarutkan dengan larutan buffer fosfat labu ukur 25 ml.
3) Menyediakan 1 labu ukur 50 ml dan 2 labu ukur 25 ml.
4) Mengambil 4,5 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan buffer pH 8,0
sampai volumnya 25 ml, sehingga di8dapat konsentrasi 9 µg/ml (larutan S1)
5) Menyaring larutan dengan filter bakteri
6) Mengambil 3 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH
8,0 sampai volumnya 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 12 µg/ml (larutan S2)
7) Menyaring larutan dengan filter bakteri
8) Mengambil 4 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH
8,0 sampai 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 16 µg/ml (larutan S3)
9) Menyaring larutan dengan filter bakteri.
c. Pembuatan stok amoksisilin uji
1) Menimbang sampel (antibiotik dalam kapsul)5,0 mg amoksisilin yang akan diuji.
2) Melarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 8,0 hingga volumnya 50 ml.
3) Mengambil 4,5 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH
8,0 sampai volumnya 50 ml, sehingga disapat konsentrasi 9 µg/ml (larutan U1)
4) Menyaring larutan dengan filter bakteri.
5) Mengambil 3 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH
8,0 sampai volumnya 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 12 µg/ml (larutan U2)
6) Menyaring larutan dengan filter bakteri.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 47

7) Mengambil 4 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH


8,0 sampai volumnya 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 16 µg/ml (larutan U3)
8) Menyaring larutan dengan filter bakteri.
d. Pembuatan lapisan dasar (base layer)
1) Menyiapkan 6 cawan petri steril.
2) Mengisi setiap cawan dengan 10 ml lapisan dasar
3) Meratakan lapisam agar menutupi seluruh permukaan atas cawan petri dengan cara
memutar-mutar cawan petri ke kanan dan ke kiri dengan hati-hati di atas bidang rata.
4) Biarkan beberapa saat hingga membeku.
e. Pembuatan lapisan pembenihan (seed layer)
1) Menyediakan 6 tabung reaksi steril
2) Mengisi masing-masing tabung dengan 4 ml lapisan pembenihan (medium antibiotik)
yang telah dicairkan
3) Setelah suhu mencapai 45-60°C masukkan 1 ml suspensi kuman yang setara dengan 106
kuman/ml
4) Memfortex larutan hingga homogen, setelah itu dituangkan pada setiap cawan petri
yang sudah berisi lapisan dasar
5) Meratakan pada seluruh permukaan lapisan dasar, dengan menggoyangkan cawan petri
ke kanan dan ke kiri beberapa kali dengan hati-hati
6) Biarkan beberapa saat hingga membeku
f. Meneteskan antibiotik standar (s) bdan antibiotik uji (u) pada cakram kertas
1) Mengambil 6 buah cakram kertas secara aseptik
2) Menyusunnya ke dalam cawan petri
3) Meneteskan larutan U1 pada keenam cakram kertas, masing-masing sebanyak 20µl
menggunakan pipet mikro (ependor)
4) Memindahkan cakram kertas ke dalam seed layer sesuai dengan pola yang telah dibuat
5) Mengulangi langkah 1-3 untuk larutan U1, U2, S1, S2, dan S3
6) Biarkan beberapa saat sampai cawan kertas melekat sempurna pada seed layer.
7) Memasukkan keenam cawan petri terhadap dalam incubator untuk inkubasi selama 18-
24 jam pada suhu 37°

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 48

Skema

pindahkan biakan kuman Setarakan Larutan Mc Farland III


dengan ose kekeruhan (109 kuman/ml)

2 ml NaCl 0,9%

Biakan Suspensi kuman uji


S. uareus setara dengan Mc Farland III (109 kuman/ml)

0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml

4,5 ml 4,5 ml 4,5 ml


NaCl 0,9% NaCl 0,9% NaCl 0,9%

Suspensi kuman 108 kuman/ml 107 kuman/ml setara dengan 106 kuman/ml
109 kuman/ml

50 ml buffer fosfat
pH 8,0
100 µg/ml

Amoksisilin standar 5,74 mg Saring dengan filter bakteri

4,5 ml
3 ml 4 ml

50 ml buffer fosfat 25 ml buffer fosfat 25 ml buffer


fosfat pH 8,0 pH 8,0 pH8,0
Amoksisilin standar 1 Amoksisilin standar 2 Amoksisilin standar 3
(S1) 9 µg/ml (S2) 12 µg/ml (S3) 16 µg/ml

50 ml buffer fosfat pH 8,0


100 µg/ml

Amoksisilin Uji 5,0 mg Saring dengan filter bakteri

4,5 ml 3 ml 4 ml

50 ml buffer fosfat 50 ml buffer fosfat 50 ml buffer fosfat


pH 8,0 pH 8,0
pH 8,0

Uji 1 (U1) 9 µg/ml Uji 2 (U2) 12 µg/ml Uji 3 (U3) 16 µg/ml

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 49

Gambar peletakkan cakram kertas U1


teteskan 20µl U1 U1 U1
pada setiap cakram kertas

U1 U1
Pipet 20 µl U1
pindahkan cakram kertas
dengan pinset
U1 U1 U1 U1 U1

Antibiotik U1 Cawan yang berisi base layer dan seed layer

Ulangi langkah di atas pada antibiotik U2, U3, S1, S2, S3. Letakkan U2, U3, S1, S2, S3 seperti
gambar di bawah ini.
U1 U1 U1
S2 S3 S2 S3 S2 S3

I II III

U3 U2 U2 U3 U2 U3
S1 S1 S1
U1 U1 U1
S2 S3 S2 S3 S2 S3

IV V VI

U3 U2 U2 U3 U2 U3
S1 S1 S1

E. HASIL PENGAMATAN
1. Sensitivitas
Kepekaan terhadap Antibiotik Kepekaan terhadap Antibiotik
NO Jenis Antibiotik
A B
1
2

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 50

3
2. Potensi
Misalkan didapatkan data sbb :
Cawan I II III IV V VI
U1 0,72 0,66 0,65 0,80 0,65 0,65
U2 0,73 0,77 0,69 0,85 0,80 0,70
U3 0,85 0,90 0,67 0,93 1,00 0,93
S1 0,85 0,91 0,65 0,88 1,03 0,90
S2 1,30 0,92 0,84 1,03 1,13 1,08
S3 1,17 1,00 1,16 1,19 1,15 1,10
Keterangan
Cakram kertas S1 berisi antibiotika standar yang memiliki konsentrasi paling kecil diantara S2
dan S3, yaitu 9 µg/ml. Dari data tampakbahwa zona yang terbentuk oleh S1 rata-rata lebih kecil
dari S2 dan S3. Begitu pula yang terjadi pada antibiotik uji U1 yang memiliki konsentrasi paling
kecil diantara U2 dan U3 menghasilkan zona yang lebih kecil.
Setelah zona yang dihasilkan diukur diameternya, maka dapat dicari persentase potensi
antibiotik uji.
Contoh Perhitungan :
Standar (S) Uji (U)
Jumlah zona kadar rendah ΣS1 = 5,22 ΣU1 = 4,13
Jumlah zona kadar tengah ΣS2 = 6,3 ΣU2 = 4,54
Jumlah zona kadar tinggi ΣS3 = 6,77 ΣU3 = 5,28
Jumlah sediaan S = Σ(S1+S2+S3) U = Σ(U1+U2+U3) = 18,25
Kontras linier Ls = Σ S3 – Σ S1 Lu = Σ U3 – Σ U1
= 1,55 = 1,15

i = log S1 – log S2 = log S2 – log S3


= log 5,22 – log 6,3 = log 6,3 – log 6,77
= -0,08167 = -0,031248 (diambil nilai terbesar)
Ls + Lu U 13,95
𝑏= 𝑌𝑢 = = = 0,775
(d − 1)𝑖 𝑛 ℎ 𝑛x𝑑 6x3
1,55 + 1,15
=
(3 − 1) x (−0,031248) x 6 x 2 Yu − Ys 0,775 − 1,01333
𝑀𝑢 = =
= −3,60023 𝑏 6x3
S 18,25 = 0,066199
𝑌𝑠 = = = 1,01333
𝑛x𝑑 6x3
Rasio Potensi Ru = antilog Mu
= 1,16466

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 51

Potensi Ru x 100% = 1,16466 x 100 % = 116 %


Keterangan :
B = slope regresi zona log kons. Semua sediaan
D = banyaknya ragam konsentrasi setiap sediaan = 3
H = banyaknya sediaan termasik standar = 2
N = banyaknya sediaan termasuk tiap perlakuan = 6
I = interval log konsentrasi berdampingan
Antibiotik amoksisilin yang dipakai merupakan antibiotik dengan beragam konsentrasi.
Seperti yang telah diketahui di atas, rasio perhitungan yang kami dapat adalah 116%.
Sementara batas keyakinan rasio antara 99% sampai 110%.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa antibiotik yang diuji memiliki potensi
yang baik dalam menghambat pertumbuhan kaum Staphylococccus aureus karena
memiliki potensi 116,6%

F. LAMPIRAN

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 52

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 53

BAB IX
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan aktivitas antibakteri dari ekstrak yang berasal dari bahan
alam dengan metode disk diffusion.
2. Mahasiswa dapat menentukan aktivitas antibakteri fungi endofit yang berasal dari bahan
alam dengan metode sumuran.

B. PENDAHULUAN
Antibakteri yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme adalah antibiotik.
Berdasarkan kerjanya dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (menghambat
pertumbuhan bakteri atau hanya membunuh bakteri Gram negatif atau positif saja) dan
antibiotik berspektrum luas (menghambat atau membunuh bakteri Gram positif maupun
Gram negatif). Berdasarkan mekanisme kerjanya, sebagai berikut :
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
2. Antibiotik yang merusak membran plasma
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein
4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)
5. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial
Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode difusi
a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)
Metode disc diffusion menggunakan cakram yang berfungsi sebagai tempat menentukan
agen antimikroba. Cakram yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar
yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar.
b. E-test
Digunakan untuk mengukur kadar hambat minimum, merupakan konsentrasi minimal
agen antibakteri dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Metode ini
menggunakan strip plastik yang mengandung agen antibakteri dari kadar terendah
hingga tertinggi yang diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami
mikroorganisme. Hasilnya dengan mengamati area jernih yang menunjukkan agen
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme di media agar.
c. Ditch-plate technique
Metode ini meletakkan agen antibakteri pada parit yang telah dipotong dalam media agar
di cawan petri pada bagian tengahnya secara membujur. Bakteri yang diuji digoreskan
kedalam parit yang telah berisi antibakteri.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 54

d. Cup-plate technique
Metode ini prinsipnya sama dengan metode disc diffusion, media agar yang telah
ditanami bakteri akan dibuat sumur yang akan diisi oleh agen antibakteri.
e. Gradient-plate technique
Metode ini menggunakan beberapa konsentrasi antibakteri di media agar yang dicairkan
dan larutan uji ditambahkan. Campurannya dituang ke dalam cawan petri dalam posisi
miring. Bakteri uji digoreskan dari konsentrasi tinggi ke rendah, hasilnya dihitung dari
panjang total pertumbuhan bakteri maksimum dibandingkan dengan panjang
pertumbuhan hasil goresan.
2. Metode dilusi
a. Metode dilusi cair
Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimal (KHM) dan
konsentrasi bunuh minimal (KBM) dari bahan antibakteri uji terhadap bakteri uji.
Caranya dengan mengencerkan bahan antibakteri uji pada medium cair sampai diperoleh
beberapa konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi ditambahkan bakteri uji.
b. Metode dilusi padat
Metode ini sama dengan metode dilusi cair, tetapi menggunakan media padat.
Kelebihannya pada metode ini adalah satu konsentrasi agen antibakteri yang diuji dapat
untuk menguji beberapa bakteri lain.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : Tabung reaksi, vortex, bunsen, alkohol, ose, cawan petri, penggaris, korek api,
rak tabung, autoclave, baki, alumunium foil, swab kapas, erlenmeyer, inkubator, oven,
label, alat tulis, laminar air flow, tisu, pinset, dan kamera.
Bahan : Sampel Ekstrak, sampel fungi endofit, pelarut etanol 96%, Nutrient agar,
Nutrient broth, biakan bakteri, blank disk, disk antibiotik.

D. CARA KERJA
1. Metode disc diffusion (ekstrak bahan alam)
a. Kultur bakteri Escherichia coli di medium Nutrient agar
b. Masukan 1 ose Escherichia coli dari hasil kulturke dalam larutan NaCl
c. NaCl dan Escherichia coli divortex hingga homogen
d. Kekeruhan distandarisasi menggunakan Mc Farland dengan konsentrasi 0,5
e. Media NA dibekukan terlebih dahulu di dalam cawan petri steril.
f. Pada media NA yang telah beku di tanam kultur murni dari bakteri sebanyak 1ml
menggunakan mikro pipet

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 55

g. Kultur diratakan menggunakan triangel yang telah di sterilkan dengan cara dibakar
pada bunsen.
h. Blank disk di celupkan pada ekstrak (larutan anti mikroba) selama 15 menit
i. Disk diambil menggunakan pinset lalu diletakkan pada bagian media yang telah
ditanami mikroba.
j. Masing-masing cawan diberi label sesuai jenis senyawa anti mikroba yang digunakan
dan jenis mikroba yang digunakan.
k. Cawan berisi sampel dibungkus dan di inkubasi 36°C selama 24 jam.
l. Zona bening yang terbentuk disekitar disk diukur dengan menggunakan jangka
sorong.
2. Metode sumuran (fungi endofit)
a. Kultur fungi murni yang didapat diujikan aktivitasnya terhadap bakteri uji.
b. Sebanyak 100 µl kultur bakteri uji dicampur dengan 10 ml media NA steril dan
dituang ke dalam cawan petri.
c. Setelah memadat, dibuat plug pada kultur fungi dan media berisi bakteri uji
dengan alat pelubang.
d. Pindahkan plug pada kultur fungi ke media bakteri uji
e. inkubasi di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 18-24 jam.
f. Setelah inkubasi diamati adanya zona hambatan yang terbentuk disekeliling kultur
fungi.

E. HASIL PENGAMATAN
No Ekstrak Konsentrasi Hasil

F. TUGAS
1. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode yang digunakan dalam
uji aktivitas antibakteri!
2. Buatlah skema pembuatan larutan McFarland!
3. Apa yang dimaksud dengan McFarland 0,5? Mengapa kultur bakteri kita harus
disamakan kekeruhannya dengan larutan tersebut?

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 56

BAB X
UJI BIOKIMIA DAN GULA-GULA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan berbagai macam pengujian sifat-sifat bakteri
2. Mahasiswa dapat membedakan dan menggolongkan bakteri berdasarkan sifat-sifat
biokimianya.

B. PENDAHULUAN
Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam
identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel
bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai
mengenai organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan.
karakteristik dan klasifikasi sebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan reaksi enzimatis
ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi tipe
metabolit tentunya yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana
menghasilkan perubahan warna reagen (Murray, 2005).
Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji biokimia yang biasanya
dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase,
uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrolisis kanji, uji hidrogen sulfit dan lain-lain. Pengujian
biokimia merupakan salah satu hal yang sangat pentng dalam dunia mikrobiologi (Lim,
1998). Uji-uji biokima yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain uji katalase, hidrolisis gelatin,uji oxidatif/fermentasi, uji
motilitas, dan uji oksidase (Dwidjoseputro, 1994).
Berikut beberapa uji biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri antara lain :
1. SIM
Media ini biasanya digunakan dalam identifikasi yang cepat. Uji indol untuk mengetahui
apakah bakteri membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat
diketahui dengan menambahkan larutan kovaks. Hasil uji indol yang diperoleh positif
bila terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan. Asam
amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein,
sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat
penguraian protein.
Media ini juga digunakan untuk mengidentifikasi apakah bakteri menghasilkan sulfur
dan juga untuk mengetahui motilitas bakteri (apakah bakteri mempunyai flagella atau
tidak)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 57

Cara pengujian : satu ose bakteri ditanam dalam media SIM, diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam. Lalu diteteskan reagen kovaks (terdiri dari dimetil aminobenzaldehid, n-
amyl alkohol dan HCl p), jika terbentuk cincin merah berarti positif dan jika terbentuk
cincin kuning berarti negatif. Terbentuknya cincin merah karena bakteri membentuk
indol dari triptopan sebagai sumber karbon.
2. MR-VP
a. Uji MR dengan hasil positif, terjadi perubahan warna
menjadi merah setelah ditambahkan methyl red.
Artinya, bakteri ini menghasilkan asam campuran
(metilen glikol) dari proses fermentasi glukosa yang
terkandung dalam medium MR-VP. terbentuknya asam
campuran pada media akan menurunkan pH sampai 5,0
atau kurang, oleh karena itu bila indikator metil
ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah
itu maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini
menandakan bahwa bakteri ini peragi asam campuran.
b. Uji VP dengan hasil positif, bila terbentuk warna
merah pada medium setelah ditambahkan α- naphtol
dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini
bukan asetil metil karbinol (asetolin) (Anonim,
2008).

3. Gula-gula (glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa dan manitol)


Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu memfermentasi
karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media dari warna
merah menjadi kuning yang mengindikasikan bakteri melakukan fermentasi. Pada media
glukosa juga dilengkapi tabung dueham unuk mengetahui apakah fermentasinya
menghasilkan gas atau tidak.
4. Uji katalase
Selama respirsi aerobik (proses fosforilasi oksidatif), mikroorganisme menghasilkan
hidrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang sangat beracun.
Senyawa ini dalam jumlah besar akan menyebabkan kematian pada mikroorganisme.
Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik, fakultatif aerob maupun
mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik. superoksida dismutase adalah
enzim yang bertanggungjawab untuk penguraian khususnya superoksida pada organisme
aerob yang bersifat katalase negatif. Produksi katalase bisa diidentifikasi dengan
menambahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan gelembung gas,

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 58

berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim katalase. jika tidak dihasilkan
gelembung gas berarti uji katalase dinyatakan negatif.
Cara kerja :
a. Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan
diinokulasi pada objectglass.
b. Dengan menggunakan pipet tetes, 3% H2O2
diteteskan pada objectglass secukupnya.
c. aAmati adanya gelembung untuk hasil positif dan
tidak ada gelembung untuk hasil negatif (hati-hati
membedakan antara gelembung yang muncul dari
sel dengan kumpulan sel yang mengembang akibat
ditambahi reagen)
5. Uji Triple Sugar Iron Agar
TSIA adalah uji yang dirancang untuk membedakan beberapa jenis bakteri yang
termasuk kelompok Enterobacteriaceae, yang bersifat gram negatif dan
memfermentasikan glukosa membentuk asam sehingga dapat dibedakan dengan bakteri
gram negatif intestinal lain. Perbedaan ini didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat
dan produksi H2S pada tabung reaksi. Untuk mengamati fermnetasi karbohidrat, media
TSIA mengandung laktosa dan sukrosa dengan konsentrasi 1% dan mengandung
glukosa dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,1%.
Konsentrasi ini akan berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan keadaan asam
yang terbentuk. Indikator pH (Phenol red) ditambahkan untuk menunjukkan adanya
perubahan pH akibat fermentasi karbohidrat. Perubahan warna menjadi kuning
menandakan asam, sedangkan warna menjadi lebih merah menandakan media menjadi
basa. warna media mula-mula adalah merah-orange. Selain itu ditambahkan FeSO4
untuk mendeteksi adanya gas H2S.
Cara kerja :
a. Inokulasi biakan pada media TSIA dengan cara
slant
inokulasi tusuk kemudian dilanjutkan dengan
diulaskan lurus tegak pada agar miring (lihat
gambar). butt
b. Inkubasi pada 37°C selama 24-48 jam
c. Interpretasikan hasil dengan melihat keterangan
gambar setelah ini.
Bila slant dan butt merah (alkali) atau tidak terjadi perubahan warna tidak terjadi
fermentasi karbohidrat, sedangkan pepton yang ada digunakan untuk sumber energi
dalam keadaan aerob atau anaerob sehingga meningkatkan pH karena produksi amonia

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 59

meningkat sebagaihasil samping metabolisme protein. Jika kemerahan lebih pekat pada
slant maka terjadi degradasi aerobik peptone, sedangkan warna merah pekat di semua
media maka interpretasinya adalah degradasi peptone secara aerob maupun anaerob.
Bila slant merah (alkali) sedangkan butt kuning (asam) dengan atau tanpa produksi gas
hanya terjadi fermentasi glukosa, sedangkan fermentasi laktosa dan sukrosa tidak terjadi.
Sel lebih memilih untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu karena glukosa adalah
monosakarida yang dapat langsung masuk ke dalam jalur metabolisme (glikolisis).
Media mengandung glukosa yang sangat sedikit (lebih sedikit dibanding laktosa dan
sukrosa) sehingga jumlah asam pada permukaan (slant) hilang secara cepat menjadi
basa, karena pada mulanya bagian slant telah menjadi kuning tapi dalam waktu lebih
dari 24 jam sel akan kehabisan glukosa dan memilih untuk memanfaatkan protein
sehingga media menjadi merah.
Bila slant dan butt kuning (asam) dengan atau tidaknya gas telah terjadi fermentasi
glukosa, laktosa dan atau sukrosa karena laktosa dan sukrosa memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk substrat fermentasi lanjutan (jika
glukosa habis) menghasilkan asam yang ditandai warna kuning setelah 24 jam.
Bila butt berwarna kehitaman adanya H2S yang bereaksi dengan senyawa besi FeSO4
pada media menghasilkan FeS yang berwarna kehitam-hitaman. H2S ini merupakan hasil
dari metabolisme protein media pecah atau terangkat timbul gas sebagaihasil samping
fermentasi.
6. Uji Simone citrat
Uji ini untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim sitrat permiase yaitu enzim
yang spesifik membawa sitrat ke dalam sel. Positif bila terjadi perubahan warna.
7. Uji Urea
Uji hidrolisis urea dilakukan untuk melihat bakteri mampu menghasilkan enzim urease.
Dilakukan dengan cara : digoreskan 1 ose biakan pada permukaan urea agar miring, lalu
diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Timbulnya warna merah muda berarti
reaksi positif dan negatif warna tidak berubah.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : Cawan petri, Ose, Tabung reaksi, Erlenmeyer, Inkubator
Bahan : Peptone dillution fluid (PDF), Nutrient agar, Larutan NaCl steril, Gula-gula
(glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, manitol), Trytose Water (indol), Simmons Citrat
Agar (SCA), Metyl Red – voges proskouer (MRVP), Triple Sugar Iron Agar (TSIA),
Urea agar, Mc Conkey agar, MSA, H2O2, reagen kovaks, metyl red, KOH, α-naphtol,
Aquadest steril

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 60

D. CARA KERJA
1. Uji deret gula-gula
a. Disiapkan seri uji gula-gula masing-masing dalam tabung reaksi yang berisi glukosa,
sukrosa, fruktosa, maltosa dan manitol.
b. Dalam media tersebut terdapat indikator yang dapat menunjukkan perubahan pH.
c. Setiap sampel diinokulasi pada satu deret uji gula-gula dengan menggunakan ose.
d. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
e. Diamati perubahan media, tentukan hasil uji gula-gula.
f. Uji gula glukosa dilengkapi dengan tabung durham, diamati apakah terbentuk gas
didalamnya.
g. Tentukan hasil uji gula-gula menggunakan literatur.
2. Uji SIM
a. Media SIM disiapkan dalam tabung
b. dalam media tersebut diinokulasikan bakteri yang diamati menggunakan ose lurus
yang ditusukkan tegak lurus pada tengah media sampai mendekati dasar tabung (tidak
sampai dasar)
c. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
d. Diamati perubahan yang terjadi, mulai dari bentuk tusukkan yang menunjukkan
motilitas bakteri, timbulnya warna hitam yang menunjukkan terbentuknya sulfur.
e. Dalam media inkubasi ini tambahkan reagen kovax, bila terbentuk cincin merah,
menunjukkan bakteri menghasilkan indol
3. Uji TSIA
a. Diinokulasikan biakan pada media TSIA dengan cara inokulasi tusuk kemudian
dilanjutkan dengan diulaskan lurus tegak pada agar miring (lihat gambar diatas)
b. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
c. Diamati dan diinterpretasikan hasil dengan melihat keterangan seperti pada teori
diatas
4. Uji MR-VP
a. Diinokulasikan biakan pada media masing-masing MR dan PV
b. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
c. Diamati dan diinterpretasikan hasil dengan melihat keterangan seperti pada teori
diatas
5. Uji Simon sitrat dan urea
a. Diinokulasikan biakan pada media masing-masing simon sitrat dan urea dengan
menggores streak dipermukaan agar miring.
b. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 61

c. Diamati dan diinterpretasikan hasil dengan melihat keterangan seperti pada teori
diatas

E. HASIL PENGAMATAN
No Media penguji Kegunaan Media Media Keterangan
sebelum setelah
diuji diuji
1 Gula-gula
a. glukosa
b. fruktosa
c. ......
d. ......
2 SIM
3 TSIA
4 MR-PV
5 Simone citrat
6 Urea

F. TUGAS
1. Jelaskan mengapa bisa terjadi perubahan warna pada uji Simone citrat dan uji urea!
2. Sebutkan masing-masing bakteri apa saja yang dapat terdeteksi dengan SIM, TSIA,
MR-PV, Simone citrat, dan Urea! Sebutkan alasannya!

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 62

BAB XI
UJI PARASITOLOGI

A. TUJUAN
1. Mendiagnosa adanya infeksi cacing parasit pada orang yang diperiksa fecesnya.
2. Mengetahui teknik pemeriksaan telur pada tinja anak-anak
3. Mengetahui bentuk dari cacing parasit

B. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevalensinya terutama
pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup
besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi
geografis dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai, sehingga kehidupan cacing
ditunjang oleh proses daur hidup dan cara penularannya.
Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat
sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva dan juga memerlukan pengetahuan tentang
berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi
parasit juga bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam
keadaan hidup maupun sediaan yang telah dipulas. Bahan yang akan diperiksa tergantung
dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan diperiksa adalah
tinja atau feces, sedangkan parasit darah dan jaringan cara biopsi, kerokan kulit maupun
imunologis (Kadarsan, 1983).
Pemeriksaan feces dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun
larva yang infektif. Pemeriksaan feces ini juga dimaksudkan untuk mendiagnosa tingkat
infeksi cacing parasit usus pada orang yang diperiksa fecesnya (Gandahusada, dkk., 2000).
Pemeriksaan feces dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
dilakukan dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan metode kato. metode
ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif dilakukan
dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada didalam usus.
Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien.
Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya
infeksi penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium
parasit yang ditemukan. Sebagian besar infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau
menimbulkan gejala ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan
karena diagnosis yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan.
Misalnya, infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Infeksi ini
lebih banyak ditemukan pada anak-anak yang sering bermain di tanah yang telah

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 63

terkontaminasi, sehingga mereka lebih mudah terinfeksi oleh cacing-cacing tersebut.


Biasanya hal ini terjadi pada daerah dimana penduduknya sering membuang tinja
sembarangan sehingga lebih mudah terjadi penularanya. pengalaman dalam hal membedakan
sifat berbagai spesies parasit, kista, telur, larva dan juga pengetahuan tentang bentuk
pseudoparasit dan ertefak yang dikira parasit, sangat dibutuhkan dalam pengidentifikasian
suatu parasit.
Macam-macam metode pemeriksaan feces :
Penularan penyakit parasit disebabkan oleh tiga faktor yaitu sumber infeksi, cara penularan
dan adanya hospes yang ditulari. Efek gabungan dari faktor ini menentukan penyebaran dan
menetapnya parasit pada waktu dan tempat tertentu. Penyakit yang disebabkan oleh parasit
dapat bersifat menahun disertai dengan sedikit atau tanpa gejala (Noble, 1961). Pemeriksan
telu-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu secara kualitatif
dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode naif, metode
apung dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan metode kato.
1. Pemeriksaan Kualitatif
a. Metode natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat,
tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini
menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaan eosin 2%
dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran
disekitarnya.
Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa
fecesnya.
Dasar teori : eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna
kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feces dengan kotoraan yang ada.
Kekurangan : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terdeteksi.
Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang
diperlukan sedikit, peralatan yang digunakan sedikit.
b. Metode apung (Flotation method)
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang
didasarkan atas BJ (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah
diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feces yang mengandung sedikit telur.
Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur
terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang
terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda,

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 64

Schistostoma, Dibothriosephalus telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur


Achantochephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi ringan.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang diperiksa
fecesnya.
Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur
Kekurangan : Penggunaan feces banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu
ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi.
Kelebihan : dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.
c. Metode harada mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing
Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Srongyloides stercolaris dan
Trichostronngilus yang didapatkan dari feces yang diperiksa. Teknik ini memungkinkan
telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama
kurang lebih 7 hari, kemudian larva iniakan ditemukan didalam air yang terdapat pada
ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Strongyloides stercolaris dan Trichostrongylus spatau mencari larva cacing-cacing
parasit usus yang menentas di luar tubuh hospes.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing tambang.
Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan menetas 7
hari menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang
dibutuhkan lama dan memelurkan peralatan yang banyak.
Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya untuk mengidentifikasi larva infektif
mengingat bentuk
2. Pemeriksaan Kuantitatif
Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear technique) atau disebut teknik
Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik yang digunakan sepotong “cellahane tape”.
Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja.
Teknik ini dianjurkan untuk pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan
murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat
ringannya infeksi cacing parasit usus.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 65

Dasar teori : Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau.
Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja
kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feces mengandung 100 telur
maka 150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
Kekurangan : Bahan feces yang digunakan banyak.
Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur
dan cacing, baik dikerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal
karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat
didiagnosis.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Metode Natif
Alat : Gelas obyek, Pipet tetes, Lidi, Cover glass, Mikroskop
Bahan : Tinja anak kecil, Eosin 2%
2. Metode Apung
Alat : Obyek glass, Mikroskop, Cover glass, Penyaring teh, Tabung reaksi, Pengaduk
dan beker glass
Bahan : Tinja, Larutan NaCl jenuh (33%), Aquades
3. Metode Harada Mori
Alat : Kantong plastik ukuran 30 x 200 mm, Kertas saring ukuran 3 x 15 cm, Lidi bambu,
Penjepit, Mikroskop
Bahan : Tinja, Aquades steril
4. Metode Kato
Alat : Selophane, Gelas preparat, Karton berlubang, Soket bambu, Kawat saring, Kertas
minyak
Bahan : Aquades, Gliserin, Melachite green, Tinja

D. CARA KERJA
Metode Natif
1. Gelas obyek yang bersih diteteskan 1-2 tetes NaCl fisiologi atau eosin 2%
2. Dengan lidi, diambil sedikit tinja dan taruh pada larutan tersebut
3. Dengan lidi tadi, kita ratakan/larutkan, kemudian ditutup dengan cover glass
Metode Apung
1. 10 gram tinja dicampur dengan 200 ml naCl jenuh (33%), kemudian diaduk sehingga
larut. Bila terdapat serat selulosa disaring menggunakan penyaring teh.
2. Didiamkan 5-10 menit, kemudian dengan lidi di ambil larutan permukaan dan taruh di
atas gelas obyek, kemudian ditutup dengan cover glass. Diperiksa di bawah mikroskop.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM 66

3. Dituangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan permukaan tabung,
didiamkan selama 5-10 menit dan ditutup/ diletakkan gelas obyek dan segera angkat.
Selanjutnya diletakkan di atas gelas preparat dengan cairan berada di antara gelas
preparat dan gelas penutup, kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Metode Harada Mori
1. Plastik diisi aquades steril kurang lebih 5 ml.
2. Dengan lidi bambu, tinja dioleskan pada kertas saring sampai sepertiga bagian tengah.
3. Kertas saring dimasukkan dalam plastik. Cara memasukkannya : dilipat membujur
dengan ujung kertas menyentuh permukaan aquades dan tinja jangan terkena aquades.
4. Nama penderita, tanggal penamaan, tempat penderita, dan nama mahasiswa. Tabung
ditutup plastik/dijepret.
5. Simpan selama 3-7 hari.
6. Disentrifuge dan diambil dengan pipet tetes kemudian diamati di bawah mikroskop.
Metode Kato
1. Sebelum pemakaian, pita selophane dimasukkan ke dalam larutan melachite green selam
kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, ditaruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas tinja tersebut
ditumpangi dengan kawat saringan dan ditekan sehingga didapatkan tinja yang kasar
tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus keluar di atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus di ambil di atas kawat penyaring ±30 mg, dengan
menggunakan cetakan karton yang berlubang di taruh gelas preparat yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh permukaan
pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.
5. Dibiarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi transparan.
6. Seluruh permukaan diperiksa dengan menghitung jumlah semua telur yang ditemukan
dengan perbesaran lemah.

E. HASIL PENGAMATAN
Nama cacing Natif Apung H. Mori Kato
Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura
Cacing tambang
Cacing pita
Ancylostoma duodenale
Necator americanus
Strongyloides stercolaris

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai