Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA KOLOID DAN ANTAR MUKA

COSMTICS DAN PERSONAL CARE PRODUCT

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka
Dosen Pengampu: Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si

Disusun Oleh
1. Ester Margaretha Siburian (A1C120005)
2. Sri Rahayu (A1C120019)
3. Boy Pinandhita (A1C120025)
4. Yunita Dwi Jaayanti (A1C120039)
5. Imas Rizky Sarinda (A1C120041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami smapaikan kepada Ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si
sebagai dosen pengampu pada mata kuliah kimia koloid dan antar muka yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunna makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Kiranya apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Jambi, 12 Februari 2022

Kelompok VII

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
2.1 Pengertian Kosmetik dan Personal Care Produk ........................................... 5
2.2 Komposisi Kosmetik dan Personal Care Produk ......................................... 6
2.3 Jenis-Jenis Surfaktan pada Kosmetik dan Personal Care Produk ................ 9
2.4 Penerapan surfaktan dalam Kosmetik dan Personal Care Produk ............. 11
2.5 Kosmetik dan Personal Care Produk untuk Indonesia ............................... 17
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
3.2 Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

2
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1.1 Skema Sejarah Kosmetik 3


2.1 Struktur Sophorolipids 13
2.2 Struktur Rhamnolipid 14
2.3 Struktur Lipid Mannosyelerythritol 15

3
KESAN MENGIKUTI PERKULIAHAN

Untuk ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si, terima kasih karena telah

memberikan banyak ilmu kepada kami. Terima kasih juga, karena selama ini

selalu sabar dalam mendidik kami. Ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si selalu bisa

memberikan penjelasan yang mudah dipahami di setiap pertemuannya. Terlebih,

pada saat pembelajaran tidak lupa memberikan materi baik melalui e-book

maupun video. Sehingga tidak membuat kami bosan dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang bisa kami ambil dari ibu Dr.

Yusnaidar, S.Si., M.Si. Bahkan, tidak hanya tentang materi perkuliahan saja, tapi

juga tentang kehidupan di luar kampus.

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kosmetik dan produk perawatan pribadi penting untuk kesehatan untuk

kebersihan atau hanya untuk terlihat lebih baik dan lebih percaya dari dalam

hidup. Sudah banyak sekali jenis kosmetik yang untuk mempercantik wajah agar

meningkatkan daya tarik mereka sebagai perempuan. Menurut Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, digosokkan dilekatkan, dipercikan, disemprotkan,

dimasukan, dituangkan pda tubuh atau bagian tertentu pada tubuh dengan maksud

untuk membersihkan, memelihara menambah daya tarik atau merubah rupa dan

tidak termasuk dalam golongan obat (Sarirah,2016).

Secara tradisional, kosmetik semacam itu dibuat terutama dari lemak dan

minyak, yang sering dianggap memiliki keuntungan karena terjadi secara alami

dalam tubuh manusia dan karena itu menimbulkan lebih sedikit masalah dalam

hal taksisitas, alegerisitas, dan sebagainya. Persepsi itu tentu saja sama sekali

salah seperti yang ditunjukkan dan sejumlah besar alegen dan racun yang cukup

jahat yang berasal dar sumber yang paling alami. Meskipun demikian surfakan

alami dan bahan amfilik lainnya telah digunakan dalam kosmetik sejak penemuan

mereka di Mesirkuno. Kemungkinan efek merugikan dari surfaktan dalam

kosmetik dan produk perawatan pribadi tentu saja harus dipelajai secara

mendalam untuk alasan keamanan yang jelas (Myers, D., 2006).

1
Menurut (Yosef 2021), kosmetik adalah produk bentuk perawatan tubuh

yang berguna untuk membersihkan, mempercantik dan mengubah penampilan.

Penggunaan kosmetik dimulai kurang lebih 30 ribu tahun yang lalu. Awalnya

kosmetik hanya digunakan sebagai perangkat keagamaan seperti dupa bakar dan

kayu wangi. Tidak hanya itu konsep untuk meningkatkan penampilan tubuh pun

sudah muncul. Berawal dari Mesir dilansir bahwa saat jaman Cleopatra,

merupakan cikal bakal penggunaan kosmetik, dengan contoh adanya kolam susu

kambing ddimana ratu sering dibenamkan untuk melembutkan kulit. Bahan alami

seperti susu, madu, tepung nabati, hingga lilin dari lebah menjadi invensi orang

Mesir untuk membuat krim kulit.

2
Gambar 1.1 Skema sejarah kosmetik (Yosef Pramudito Noki Murargo. 2021)

Saat ini perusahaan memproduksi perawatan tubuh yang dapat

mempercantik penampilan, produk ini masuk dalam beberapa kategori antara lain

: lipstick, bedak, eye shadow, sun screen,pelembab, dan masih banyak lagi. Salah

satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan

surfaktan Proses pembuatan tersebut berhubungan dengan materi koloid.

Sehingga makalah ini dapat diangkat dengan judul “Cosmetics dan personal care

product”.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertulis diatas maka penulis membuat

rumusan masalah yang merujuk pada pembahasan masalah ini, adapun rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan kosmetik dan personal care produk?

2. Apa saja komposisi kosmetik dan personal care produk?

3. Apa saja jenis surfaktan pada kosmetik dan personal care produk?

4. Bagaimana penerapan surfaktan dalam kosmetikdan personal care produk?

5. Bagaimana cara memilih kosmetik dan personal care produk di indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diperoleh tujuan pada bab ini secara khusus. Adapun tujuannya sebagai berikut :

1. Untuk memahami pengertian kosmetik dan personal care produk.

2. Untuk mengetahui komposisi kosmetik dan personal care produk.

3. Untuk mengetahui jenis surfaktan pada kosmetik dan personal care produk.

4. Untuk mengetahui penerapan surfaktan dalam kosmetikdan personal care

produk.

5. Untuk mengetahui cara memilih kosmetik dan personal care produk untuk

Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kosmetik dan Personal Care Produk

Kosmetik adalah bahan atau sedian yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ

genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa. Kosmetika dapat

memberikan efek positif atau negatif. Efek samping kosmetika pada

seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor iklim, faktor kondisi kulit

seseorang, faktor bahan penyusun kosmetika atau kombinasi dari

ketiganya.(Diningsih & Vera, 2020)

Menurut (Supriati, 2022) Bahan – bahan kosmetika sangat banyak

jenisnya,akan tetapi pada prinsipnya hampir 90% dari bahan itu dibuat dalam

keadaaan koloid. Hal itu disebabkan sifat koloid yang mudah menyerap pewangi

dan pewarna,lembut,mudah dibersihkan,tidak merusak kulit dan rambut dan

sekaligus mengandung dua bahan yang tidak dapat saling larut. Adapun macam-

macam bentuk bahan kosmetik sebagai berikut :

1. Bahan kosmetik yang berbentuk aerosol,misalnya parfum dan deodorant

spray,hair spray,penghilang bau mulut yang disemprotkan.

2. Bahan kosmetik yang berbentuk sol,misalnya susu pembersih muka dan

ku.it,cairan untuk masker dan cat kuku.

5
3. Bahan kosmetik yang berbentuk emulsi,misalnya susu pembersih muka dan

kulit.

4. Bahan kosmetik yang berbentuk gel,misalnya deodorant stick dan minyak

rambut(jelly)

5. Bahan kosmetika yang berbentuk buih,misalnya sabun cukur dan sabun

kecantikan.

6. Bahan kosmetik yang berbentuk sol padat misalnya pemerah bibir,pensil alis

dan mascara

7. Bahan kosmetik yang berbentuk padat misalnya sabun, deodorant stik

Jadi dapat disimpulkan kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan

bagi konsumen, dimana mempunyai fungsi masing-masing. Secara umum

kosmetik dan personal care produk tersebut memberikan manfaat sebagai

pembersih (rambut & kulit), perlindungan kulit, penahan air dan penghilang bau.

Sebagai pengguna atau konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau,

tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan

faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.

2.2 Komposisi Kosmetik dan Personal Care Produk

Menurut Hanifah (2015), komposisi kosmetika merupakan salah satu hal

yang penting diperhatikan saat memilih kosmetika. Salah satu kebijakan dan

peraturan yang dirancang untuk melindungi dan memudahkan konsumen adalah

kewajiban produsen untuk mencantumkan semua bahan-bahan komposisi dari

kosmetika tersebut pada label. Komposisi pada kosmetika bisa berperan sebagai

media informasi bagi konsumen untuk memperoleh kepercayaan terhadap produk.

6
Selain memberi informasi, konsumen dapat terhindar dari kandungan komposisi

berbahaya dan dapat memilih kosmetika dengan komposisi yang tepat bagi jenis

kulit. Berikut komposisi kosmetik yang sering digunakan :

1. Paraben : Paraben bukanlah nama satu zat kimia melainkan nama kelompok

suatu zat kimia yang biasa digunakan sebagai pengawet. Paraben ini sangat

murah, sehingga membuat beberapa produsen kosmetik tetap

menggunakannya. Paraben biasanya digunakan untuk mengawetkan bahan-

bahan alami dalam produk kosmetik. Bentuk - bentuk paraben yang biasa kita

temui dalam produk kosmetik antara lain: Methylparaben, Propylparaben,

Ethylparaben, Butylparaben. Methylparaben dalam bentuk naturalnya bisa

ditemui di dalam buah blueberry, dimana paraben berguna sebagai

antimicrobial.

2. Alkohol : Alkohol biasa digunakan untuk mencampur atau mengencerkan

senyawa kimia. Alkohol pun berguna sebagai pengawet, menggantikan

paraben yang berbahaya bagi kesehatan. Alkohol atau alkanon memiliki

beberapa bentuk, sehingga dalam penulisan komposisi suatu produk mungkin

saja kita tidak menemukan alkohol di dalamnya tetapi bentuk lain dari

alkohol. Dalam bahasa kimia, senyawa alkohol ditulis dengan akhiran -nol.

Jadi, jika kamu menemukan suatu zat kimia berakhiran -nol sudah dapat

dipastika itu adalah alkohol. Bentuk alkohol yang biasa ditemukan dalam

produk kosmetik adalah: Cetylalcohol (Emollient), Panthenol (Emollient),

Benzylalcohol (Emollient), dan Etanol. Bentuk alkohol emollient adalah

bentuk alkohol yang "ramah", dalam arti, ia tidak bertindak sebagai

7
pengencer melainkan sebagai moisturizer. Sedangkan etanol, ia adalah jenis

alkohol untuk mengencerkan, bagi beberapa orang ketika kulitnya terpapar

etanol akan terasa panas. Ini salah satu masalah yang bisa ditimbulkan dari

alkohol pengencer. Tidak heran, karena zat-zat ini bisa juga jadi bahan bakar

kendaraan ramah lingkungan.

3. Acid Acid, atau asam dalam bahasa indonesia. Ini adalah salah satu zat yang

paling sering ditemukan dalam produk kosmetik. Berikut ini adalah beberapa

bentuk acid yang sering kita temui: Stearicacid : Gunanya adalah untuk

membersihkan dan menciptakan tekstur yang greasy. Sorbicacid : Ini adalah

antimicrobial agent. Citricacid : Untuk mengontrol ph dalam produk yang

berbentuk krim atau gel.

4. Silikon : Silikon adalah salah satu zat yang berguna untuk melindungi kulit

dari terpaan sinar matahari. Ia juga membantu kulit atau rambut kita terasa

tetap lembut. Zat silikon biasanya berakhiran -siloxane. Ada beberapa jenis

silikon yang biasa kita temui dalam produk kosmetik.

5. Surfaktan : Surfaktan merupakan bahan yang digunakan pada cleanser atau

facialwash dan body wosh untuk membantu mengikat molekul kotoran pada

permukaan kulit agar mudah dibersihkan dengan air. Contoh dari surfaktan

adalah SLS (sodium lauryl surfate) yang dapat menyebabkan kulit kering dan

iritasi bila digunakan dengan eczema. SLES yang lebih bersifat gentle pada

kulit, butylen glikol merupakan zat pengikat dan sebagai emulsifier, juga

sebagai humektan, poly etylen glikol (PEG) merupakan zat yang juga bersifat

8
sebagai emulsifier, emolien dan surfaktan. Trietanolamine juga sebagai zat

pengikat dan emulsifier, serta sebagai buffer.

6. Fragrance : Sebagian besar fragrance terbuat dari essential oil dan senyawa

aromatik. Biasanya, merupakan sebuah konsentrasi dari dilusi senyawa

dengan ethanol atau campuran antara ethanol dan air. Kandungan aroma

dalam suatu produk juga berasal dari campuran minyak kelapa, aceton,

benzyl alcohol, camphor, ethyl acetate, liquid waxes, dan senyawa lainnya.

Kedua bahan pembuatan itu memiliki efek samping yang dapat

membahayakan kesehatan kulit dan dirimu. Mulai dari reaksi alergi berupa

kemerahan, mabuk, memicu asma, sakit kepala, masalah resptiratori,

memengaruhi hormon, dan dapat mengubah mood termasuk rasa cemas.

2.3 Jenis-Jenis Surfaktan pada Kosmetik dan Personal Care Produk

Menurut Haria (2012), jenis-jenis dari surfaktan yang digunakan dalam

kosmetik dan personal care:

1. Surfaktan anionik : Surfaktan anionik memiliki muatan negatif pada kepala.

Termasuk pada kelompok-kelompok seperti asam karboksilat, sulfat, asam

sulfonat, asam fosfat dan turunannya, dan berguna untuk aplikasi yang

memerlukan pembersihan (perlengkapan mandi dan busa).

➢ Surfaktan Asam Karboksilat : stearat berguna untuk produk seperti

deodoran dan antiperspirant. Garam (natrium stearat) membuat sabun

yang sangat baik.

➢ Sulfat : natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau

teretoksilasi, natrium sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan

9
pembuatan sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam sangat baik, agen

pembersih, dan relatif murah.

➢ Asam sulfonat : umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka

termasuk Taurates (berasal dari taurin), Isethionates (berasal dari

asam isethionic), sulfonat olefin, dan Sulfosuccinates. Alasan mereka

tidak digunakan lebih sering adalah bahwa mereka lebih mahal untuk

diproduksi.

2. Surfaktan kationik : Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala.

Termasuk kationik yaitu seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin

Alkoxylated, dan Senyawa Amonium Quaternized (atau Quats). Surfaktan

kationik paling signifikan yang digunakan dalam kosmetik yaitu Quats. Quats

seperti klorida Cetrimonium dan Klorida Stearalkonium memberikan dasar

untuk kondisioner rambut banyak. Masalah dari surfaktan kationik biasanya

tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk

yang secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan

iritasi sehingga ini harus dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik

dengan kationik.

➢ Surfaktan amfoter : contohnya termasuk Lauriminodipropionate

Natrium dan Lauroamphodiacetate Dinatrium.Amphoterics terutama

digunakan dalam kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Amfoterik

dapat membantu meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi.

Juga digunakan untuk shampoo bayi dan produk pembersih lain yang

memerlukan kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka tidak

10
memiliki sifat pembersihan yang baik dan tidak berfungsi dengan baik

sebagai emulsifier.

➢ Surfaktan Non ionik : surfaktan yang tidak bermuatan. Paling

sering digunakan sebagai emulsifier, bahan pendingin, dan agen

pelarut. Nonionics utama yang digunakan untuk kosmetik termasuk

alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amina. Surfaktan non ionik

yang umum digunakan yaitu surfaktan teretoksilasi tetapi surfaktan ini

dapat bersifat karsinogenik.

2.4 Penerapan surfaktan dalam Kosmetik dan Personal Care Produk

Menurut Lourith (2009), berikut contoh aplikasi surfaktan pada kosmetik

atau personal care produk yaitu sebagai berikut :

1. Surfaktan pada kosmetik pembersih wajah Micellar Water

Surfaktan adalah suatu kelompok senyawa yang memiliki gugus hidrofilik

(suka air)dan gugus hidrofobik (tidak suka air), atau disebut juga ampifilik.

Karena strukturnya ini, surfaktan bisa berikatan dengan air dan minyak sekaligus.

Oleh kerena itu senyawa ini juga banyak digunakan dalam produk kosmetik

lainnya. Diketahui bahwa surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan dan

membentuk emulsi dari dua cairan yang berbeda kepolarannya (fase air dan fase

minyak). Selain itu, fungsi surfaktan diantaranya adalah pembersih, pembasah,

emulsifikasi, solubilisasi, dispersi, peningkat penetrasi, bahkan beberapa memiliki

aktivitas antibakteri. Hampir setengah dari surfaktan yang ada, dipergunakan di

sektor washing and cleaning.

11
2. Surfaktan pada kosmetik nanoemulsi pencerah kulit

Saat ini telah ditemukan banyak bahan aktif yang dapat digunakan untuk

mengurangi tingkat pigmentasi kulit. Salah satunya adalah bahan yang berkerja

sebagai antioksidan. Bahan-bahan yang bersifat antioksidan relatif lebih

digunakan karena kebanyakan dari jenis vitamin dan bahan alam seperti Vitamin

E dan minyak dedak yang mempunyai potensi antioksidan yang tinggi. Untuk

menghantarkan bahan aktif yang bersifat lipofil seperti vitamin E dan minyak

dedak diperlukan bentuk sediaan yang sesuai. Nanoemulsi merupakan bentuk

sediaan yang menjanjikan untuk menghantarkan bahan aktif ketempat site of

action karena, nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang sangat kecil sehingga

dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif kedalam kulit. Selain itu, nanoemulsi

relatif lebih stabil secara fisik karena terhindar dari flokulasi dan creaming.

Nanoemulsi adalah dispersi halus air dalam minyak atau minyak dalam air yang

distabilkan oleh film antarmuka molekul surfaktan dan memiliki rata-rata ukuran

droplet sekitar 50-1000 nm. Karena ukuran partikelnya yang sangat kecil,

3. Surfaktan alami yang digunakan dalam kosmetik: glikolipid.

Menurut Surfaktan digunakan dalam kosmetik dan memiliki efek

detergency, pembasahan, pengemulsi, pelarutan, pendispersi dan pembusaan.

Surfaktan adalah senyawa amfifilik dan mengandung gugus hidrofobik dan

hidrofilik yang mengurangi tegangan permukaan dan memfasilitasi pembentukan

emulsi antara cairan dengan polaritas yang berbeda. Hampir setengah dari semua

surfaktan yang diproduksi adalah untuk sektor pencucian dan pembersihan.

Biosurfaktan adalah surfaktan yang diproduksi oleh mikroorganisme dan telah

12
mendapat perhatian luas mengenai biodegradabilitasnya, toksisitasnya rendah,

akseptabilitas ekologis dan ketersediaannya dari sumber terbarukan. Biosurfaktan

glikolipid potensial yang digunakan dalam industri kosmetik adalah

sophorolipids, rhamnolipids dan mannosylerythri tol lipids.

a. Aplikasi sophoralipids dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi

Gambar 2.1 Struktur Sophorolipids (Sumber: Lourith, 2009)

Sophorolipids memiliki berbagai macam fungsi dan digunakan sebagai

pengemulsi, agen pembusa, pelarut, agen pembasah dan deterjen dan memiliki

aktivitas biologis yang digunakan sebagai bahan aktif dalam kosmetik. Tan

biosurfak multifungsi memiliki beberapa aplikasi kosmetik dan sophorolipids

telah terbukti memiliki kompatibilitas kulit yang baik dan sifat pelembab yang

sangat baik.

13
b.Rhamnolipid

Gambar 2.2 Struktur Rhamnolipid (Sumber: Lourith, 2009)

Rhamnolipid terdiri dari satu atau dua molekul rhamnose dan terikat pada

hingga tiga molekul asam lemak hidroksil dengan panjang rantai bervariasi dari

delapan hingga 14, di mana asam b-hidroksidekanoat dominan. Rhamnolipids

diproduksi oleh Pseudomo nas sp., dan P. aeruginosa menghasilkan biosurfaktan

komersial terkemuka yang cocok dari perspektif aplikasi/biaya gabungan dan

diproduksi pada skala industri. Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145, 47T2,

UG2 dan LBI telah dipelajari secara luas untuk menentukan pembentukan

rhamnolipid mikroba yang paling hemat biaya. Rhamnolipid yang diekskresikan

mengurangi tegangan permukaan air dari 72 mN m)1 menjadi 27 mN m)1 dengan

cmc 110-150 mg L)1.

c. Lipid Mannosylerythritol

14
Gambar 2.3 Struktur Lipid Mannosylerythritol (Sumber: Lourith, 2009)

Lipid mannosileritritol adalah biosurfaktan glikolipid yang mengandung 4-

Obd-mannopyranosyl-meso erythritol sebagai bagian hidrofilik dan asam lemak

sebagai bagian hidrofobik. Lipid Mannosylerythritol memiliki hidrofilisitas tinggi

dan konsentrasi agregasi kritis rendah dan cocok sebagai pengemulsi, dispersan

dan deterjen. Surfaktan ini telah ditemukan untuk mengurangi tegangan

permukaan air menjadi 33,8 mN m)1 pada cmc 3,6 · 10)4 M dengan

keseimbangan hidrofilikˇlipofilik (HLB) 12,15, dan telah terbukti memiliki

aktivitas antimikroba.

Menurut (Retno, 2007) proses pembuatan kosmetik dapat dilakukan dengan

langkah-langkah berikut:

1. Pemilihan Formula

Sebelum pemilihan terakhir atas suatu formulasi (setelah melewati

percobaan-percobaan klinis kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta

15
bahan-bahan baku di dalamnya), kita harus secara realistis yakin bahwa

formulasi kita memang akan dapat di produksi secara besar-besaran dengan

menggunakan alat-alat pabrik yang telah ada. Bahkan pada saat itupun, bahan-

bahan baku yang terkandung dalam formulasi itu masih harus secara kritis

diteliti kembali sebelum betul-betul dipilih untuk digunakan.

2. Pemilihan metode pembuatan

pemutihan metode pembuatan yang tepat dengan menggunakan peralatan

yang tersedia itu esensial. Produksi besar-besaran umumnya didasarkan pada

hasil pengamatan produksi percobaan (clinical batch). (Batch adalah kuantitas

tertentu produk kosmetikyang mempunyai sifat dan mutu yang seragam yang

dihasilkan dalam siklus pembuatan, Esensi suatu batch adalah

homogenitasnya.) Selama pembuatan clinical batches tersebut, kita harus bisa

mengamati parameter parameter kritis yang mempengaruhi kinerja produk,

antara lain:

a. Langkah-langkah kritis dalam metode pembuatan.

b. Sifat-sifat produk yang kritis, seperti viskositas, dan lain-lain.

3. rencana Pembesaran Batch

Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical bathces), yang

umumnya sampai 25 kg, ke pilot plant bathces (25-200 kg) disebut scale-up

formulasi atau produksi kosmetik yang masih baru, scale up dapat

dirampungkan dalam dua fase:

a. Pembuatan clinical batches.

16
Pembuatan Clinical Batch Pengalaman pertama dengan batch ukuran agak

besar umumnya ditemui di sini. Karena itu, formulator produk itu sebaiknya

hadir menyaksikan pembuatan clinical batch tersebut untuk menghindari

masalah yang mungkintimbul akibat tidak tersedianys metode pembuatan

yang kurang terperinci. Setelah beberapa clinical batch sukses dibust, suatu

metode pembuatan umumnya sudah bisa dituliskan dalam format tertulis

yang dapat dengan mudah dilanjutkan ke produksi pilat plant batches.

b. Pembuatan pilot plant batches.

Pembuatan Pilot Plant Batches Umumnya pembuatan batch dalam fase pilot

plant batches disarankan untuk dilanjutkan sebelum Test Kemanan Klinis

Fase 111 mulai dilakukan untuk produk hasil metode pembuatan pilihan

terakhir. Kebutuhan produksi untuk tes klinis demikian umumnya

membutuhkan batches ukuran agak besar

2.5 Kosmetik dan Personal Care Produk untuk Indonesia

Indonesia adalah negara tropis dengan intensitas sinar matahari tinggi

dibandingkan negara empat musim. Meskipun berada pada iklim tropis yang

panas, namun tingkat kelembaban udara di Indonesia tinggi. Kondisi cuaca dan

iklim ini akan mempengaruhi kondisi kulit penduduk yang tinggal di Indonesia.

Berdasarkan jumlah melanin atau sel pembentuk warna kulit, diketahui ada 6 tipe

kulit, yang biasanya diwakili dengan nomer 1 sampai dengan 6. Semakin besar

nomornya maka menunjukkan semakin gelap warna kulit. Rata-rata penduduk asli

Indonesia memiliki tipe kulit 4,5 dan 6 yaitu kulit coklat cenderung gelap. Selain

dari warnanya, karakter kulit orang Indonesia juga mudah timbul pigmentasi,

17
kusam, dan cenderung kering karena banyak mengeluarkan keringat. Kemudian,

untuk pemakaian produk kosmetik sendiri, bagaimanakah cara untuk bisa memilih

dengan tepat produk kosmetik yang cocok untuk di negara beriklim tropis seperti

kita di Indonesia ini? Ini penjelasan dari dr. Anesia Tania SpKK selaku dokter

spesialis kulit dan kelamin. "Banyak hal yang harus dilihat kita sebagai wanita

yang tinggal di negara iklim tropis dalam memilih kosmetik. Pertama itu yang

pasti harus pastikan produk yang dipilih sudah ada nomor BPOM nya, cek di situs

resmi BPOM karena banyak juga yang menaruh nomor BPOM palsu, intinya sih

pilih produk yang memang sudah dikenal dan sudah dijual di tempat-tempat

terpercaya. Setelah lihat nomor BPOM nya, periksa apakah produk kosmetik kita

ini memang diformulasikan untuk tipe kulit 4-6 untuk kulit di negara tropis,"

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen,

dimana mempunyai fungsi masing-masing. Secara umum kosmetik dan

personal care produk tersebut memberikan manfaat sebagai pembersih

(rambut & kulit), perlindungan kulit, penahan air dan penghilang bau.

2. Komposisi kosmetika terdiri dari paraben, alkohol, acid, silikon, surfaktan

dan fragrance.

3. Jenis-jenis surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan personal care

produk yaitu surfaktan anionik yang memiliki muatan negative pada

bagian kepala, dan surfaktan kationik yang memiliki muatan positif pada

bagian kepala.

4. Aplikasi surfaktan dalam cosmetik dan personal care produk yaitu pada

pembersih wajah micellar water, pada kosmetik nanoemulsi pencerah

kulit, dan surfaktan alami yang digunakan dalam kosmetik: glikolipid.

5. Kosmetik dan personal care produk yang cocok untuk iklim Indonesia

adalah produk yang memiliki tipe kulit 4,5 dan 6 berdasarkan jumlah

melanin dan sel pembentuk warna kulit. selain itu sudah terbukti BPOM.

3.2 Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari

tulisan dan bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon diberikan

19
arahannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Herasafitri, R. D., Rahajeng, U. W., & Sarirah, T. (2016). Wake Up and Make Up: Efek

Kosmetik Wajah dan Waktu Pemaparan Terhadap Attractiveness. Jurnal

MEDIAPSI, Volume 2 (No. 02).

Yosef Pramudito Noki Murargo. 2021. Potensi Kosmetik Natural Indonesia. Brusel :

Kedutaan Besar Republik Indonesia

Hanifah, W. J., 2015, Hubungan Pengetahuan Komposisi Bahan Kosmetika dengan

Perilaku Keputusan Membeli Kosmetika, Jurnal Tata Rias, 4(1), 44-50.

Myers, D., 2006. Surfactant Science and Technology, 3rd edition, Wiley-Interscience,

New Jersey.

Lourith, N., & Kanlayavattanakul, M., 2009, Natural Surfactants Used in Cosmetics:

Glycolipids, International Journal of Cosmetic Science, 31(4), 255-261.

21

Anda mungkin juga menyukai