Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

FORMULASI DAN KARAKTERISTIK SEDIAAN MASKARA


BIJI KEMIRI (Aleurites moluccana (L) Willd)

IYUT PRASTIWI
PO. 71.4.251.16.1.026

PEMBIMBING I : SANTI SINALA,S.Si, M.Si, Apt


PEMBIMBING II : TAJUDDIN ABDULLAH,ST,M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL

Judul : Formulasi Dan Karakteristik Sediaan Maskara Biji


Kemiri (Aleurites Moluccana (L) Willd)
Penyusun : Iyut Prastiwi
Nim : PO714251161026
Pembimbing I : Santi Sinala, S.Si,M.Si,Apt
Pembimbing II : Tajuddin Abdullah, ST,M.Kes
Tanggal seminar :

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Santi Sinala, S.Si, M.Si, Apt Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes


NIP.198309282008122001 NIP. 196912021995031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua Jurusan Farmasi


Sarjana Terapan Farmasi

Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt.
NIP. 198408292008012005 NIP. 196502241992031002
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala sanjungan kesempurnaanhanya teruntuk Sang


Maha Sempurna, Tuhan pemilik segala alam semesta dan segala yang terhampar
di dalamnya atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya selama ini kepada penulis
sehingga atas izin-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “FORMULASI DAN KARAKTERISTIK SEDIAAN MASKARA
BIJI KEMIRI (Aleurites moluccana (L) Willd)” yang merupakan salah satu syarat
akademik dalam menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Makassar. Tak lupa pula penulis kirimkan shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman
jahiliyah menuju era serba maju seperti saat ini.

Terima kasih yang tak terhingga untuk orang tua tercinta, Ayahanda dan
Ibunda, semoga Allah SWT senantiasa memelihara keduanya. Terima kasih atas
segala doa, cinta, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materil yang
diberikan selama penulis menempuh pendidikan, juga terima kasih kepada
saudara-saudaraku dan seluruh keluargaku atas dukungannya.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, peoposal skripsi ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada Ibu Santi
Sinala, S.Si, M.Si, Apt selaku pembimbing pertama dan Bapak Tajuddin
Abdullah ST, M.Kes selaku pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktu,
pikiran, perhatian, motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama
proses penyusun Proposal dan penyelesaian tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti
pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
2. Bapak Drs. H.Ismail Ibrahim, M.Kes., Apt.Selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar atas kesempatan yang diberikan
untuk menjadi mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Makassar.
3. Ibu Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt. selaku Ketua Program Studi DIV yang
telah mengelola program studi di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar.
4. Bapak Ibu Dosen serta Para Laboran yang telah membantu memberikan
motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan.
5. Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu mulai dari administrasi
pendidikan sampai penyelesaian tugas akhir.
6. Kepada seluruh teman seperjuanganku “DIV Farmasi” Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar yang telah menggoreskan
kenangan suka maupun duka selama menjalani pendidikan bersama.
Dan untuk semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
terimakasih telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugasakhirini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Penulis menyadari bahwa dengan
keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang demikian, sehingga dalam
penulisanProposal ini tentu masih banyak kekurangan baik dari segi kedalaman
materi maupun tata bahasa. Oleh sebab itu, Penulis berharap adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan Proposal ini. Semoga
Proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 28 November2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL...............................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

I.1 Latar Belakang.....................................................................1


I.2 Rumusan Masalah................................................................3
I.3 Tujuan Penelitian..................................................................3
I.4 Manfaat Penelitian................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4

II.1 Uraian Tanaman...................................................................4


II.2 Riasan Mata..........................................................................7
II.3 Maskara................................................................................8
II.4 Formula Umum....................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................14

III.1 Metode Penelitian.................................................................14


III.2 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................14
III.3 Teknik Pengumpulan............................................................14
III.4 Pengolahan Sampel................................................................14

III.5 Alat dan Bahan.......................................................................14

III.6 Prosedur Kerja.......................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kelarutan Trietanolamin 12
2.2 Kelarutan Gliserin 13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Skema Kerja 22
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian. Perkembangan ilmu
kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20
(Primawati.F, 2016). Kosmetik digunakan untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa. Berdasarkan kegunaan pada kulit,
kosmetik terbagi menjadi kosmetik perawatan kulit dan kosmetik riasan
(Fahmi.N, 2014). Salah satu jenis sediaan kosmetik yang sering digunakan
adalah sediaan maskara.
Sediaan maskara adalah sediaan riasan pada mata yang ditujukan untuk
mempercantik penampilan bentuk mata dengan cara mengoleskan pada bulu
mata (Ditjen POM, 1985). Maskara digunakan untuk memanjangkan dan
menebalkan bulu mata agar mendapatkan tampilan yang menarik. Maskara
banyak diandalkan para wanita untuk menghidupkan atau memperindah mata
mereka. Dengan menggunakan maskara, bulu mata asli akan lebih tampak ke
permukaan hingga dapat terlihat jelas dan lentik, bervolume, dan tentunya
mata pun indah dipandang (Nashriyyah.D, 2016). Biasanya kandungan
sediaan maskara adalah adalah karbon aktif yang mempunyai konsistensi
serbuk hitam.
Salah satu bahan alam yang telah lama digunakan masyarakat untuk
penyubur rambut adalah kemiri. Sebagai kosmetika tradisional, biji kemiri
telah lama digunakan dan diwariskan secara turun-temurun sebagai
penghitam dan penumbuh rambut (Listiyani, 2015). Biasanya kemiri
dimanfaatkan dengan cara disangrai lalu diserbukan. Menurut penelitian yang
dihasilkan oleh Leliqia (2003), Endosperm biji kemiri mengandung senyawa
flavonoid, alkaloid dan asam lemak. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi
merangsang pertumbuhan rambut dengan bersifat sebagai vasodilator, serta
merangsang produksi hormon yang bertanggung jawab pada pertumbuhan
rambut (Rahadian, 2012).
Ulfah (2003) dalam penelitiannya melaporkan bahwa ekstrak etanolik
70% biji kemiri dengan konsentrasi 5% memiliki kemampuan untuk
merangsang pertumbuhan rambut pada kelinci jantan galur lokal. Dari
skrining fitokimia yang dilakukan, dilaporkan bahwa kandungan utamanya
adalah fenol, flavonoid, dan alkaloid. Flavonoid dan fenol diduga sebagai
senyawa yang bertanggung jawab sebagai penumbuh rambut (Prasojo dkk,
2012).
Hasil uji laboratorium di Balai Penelitian dan Konsultasi Industri
Surabaya, ekstraksi minyak biji kemiri (Aleurites Moluccana L. Willd)
dengan metode maserasi mempunyai kandungan trigliserida sebesar 94,83%;
asam lemak 3,05%; triterpenoid 1,08%; dan protein 1,03%. Trigliserida
dalam bahan kosmetik dibutuhkan sebagai emollient (pelembut) dan sebagai
thickening agent (pengental) yang dapat mempengaruhi hasil jadi bentuk dan
tekstur kosmetik (Michalun & Dinardo, 2014). Kandungan asam lemak pada
minyak kemiri dapat memicu pertumbuhan rambut (Sari & Wibowo, 2016).
Triterpenoid yaitu asam ursolat yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi,
anti-iritasi, dan antimikroba (Yuliani dkk, 2016). Kandungan protein yang
terdapat pada minyak kemiri adalah asam amino esensial yang dapat menjaga
kekuatan akar rambut (Hotindra.S, 2016).
Umumnya pengolahan biji kemiri masih banyak digunakan sebagai
bumbu dapur dan biasanya diolah menjadi minyak rambut. Namun jika
melihat potensi dan aktifitas yang dimiliki pada biji kemiri, tanaman ini bisa
di kembangkan dengan memanfaatkan kandungan pada biji kemiri sebagai
penyubur dan bisa diolah sebagai pewarna dengan membakar biji kemiri
hingga berwarna hitam seperti karbon sehingga berpotensi untuk
diformulasikan dalam sediaan maskara.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Formulasi Dan Karakteristik Sediaan Maskara Biji Kemiri
(Aleurites moluccana (L) Willd)
I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah biji kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd) dapat diformulasikan


menjadi sediaan maskara?
2. Bagaimana karakteristik dari sediaan maskara yang dibuat dari biji kemiri
(Aleurites moluccana (L) Willd) ?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasi sediaan maskara yang dibuat dari biji kemiri


(Aleurites moluccana (L) Willd).
2. Untuk menentukan karakteristik dari sediaan maskara yang dibuat dari biji
kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd).

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berperan dalam memberikan kontribusi di


bidang Farmasi khususnya bagi mahasiswa Farmasi dan peneliti dalam ruang
lingkup formulasi sediaan maskara serta memberikan sumbangsih kepada
masyarakat dalam menyediakan sediaan maskara murah dan sehat. Selain itu
penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi untuk masyarakat dan
penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman


II.1.1 Deskripsi Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd)
Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd) yang dikenal secara
internasional sebagai candlenut termasuk ke dalam family
Euphorbiaceae dan sub family Crotonoideae. Tanaman ini termasuk ke
dalam Genus Aleurites, spesies Aleurites moluccana (L) Willd
(Natasha.P, 2008).
Tanaman kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd) berpohon besar
dengan tinggi (25-40) meter, beranting banyak, mempunyai tunas muda
yang tertutup rapat oleh bulu yang berwarna putih keabu-abuan atau
coklat. Daun muda, berlekuk tiga atau lima, sedang daun tua berbentuk
bulat dengan ujung meruncing. Daun tersebut mempunyai kelenjar
berwarna hijau kekuningan (Ketaren.S, 1986). Batang pohon kemiri
tegak, dengan permukaan batangnya terdapat banyak lentisel, dengan
percabangan simpodial, dan berwarna cokelat. Tanaman kemiri berakar
tunggang ( Nathasya.P, 2008).
Bunga kemiri merupakan bunga majemuk yang berumah satu,
berwarna putih dan bertangkai pendek. Buah kemiri berkulit keras
berdiameter 5 cm di dalamnya terdapat satu atau dua biji yang
diselubungi kulit biji yang keras dengan permukaan kasar dan beralur.
Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang
disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dihilangkan
dengan cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan
bumbu lainnya seperti garam, merica dan terasi. Bila terjadi keracunan
karena kemiri, dapat dinetralkan dengan meminum air kelapa (Ketaren.S,
1986).
Tanaman kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd) berasal dari daerah
kepulauan Maluku, dan menurut Burkill (1935) berasal dari Malaysia.
Tanaman kemiri menyebar dari sebelah timur Asia hingga Fiji di
kepulauan Pasifik. Di Indonesia tanaman kemiri tersebar luas di hampir
seluruh wilayah Nusantara. Luasnya penyebaran kemiri di Nusantara
terlihat juga dari beragamnya nama daerah dari kemiri. Di Sumatera,
kemiri disebut kereh, kemili, kembiri, tanoan, kemiling, atau buwa kare:
di Jawa, disebut midi, pidekan, miri, kemiri, atau muncang (Sunda):
sedangkan di Sulawesi, disebut wiau, lana, boyau, bontalo dudulaa atau
saketa (Barani, 2006).
Tanaman kemiri terdiri dari beberapa jenis, antara lain; Aleuritus
moluccana berasal dari semenanjung Malaya; aleuritus fordi berasal dari
China Tengah; A. trisperma berasal dari Philipina; A Montana tumbuh di
daerah subtropics dan diduga berasal dari China Selatan dan Indocina;
dan A cordata berasal dari Jepang, banyak tumbuh di pulau-pulau dekat
Tokyo (Achmad., 2006). Berikut merupakan kandungan yang ada pada
biji kemiri : Gliserida, Asam linoleat, Palmitat, Stearate, Miristat, Asam
minyak, Protein, Vitamin B1, dan Zat lemak. (Barani, 2006).
II.1.2 Klasifikasi Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd)
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dialypetalae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana (L) Willd (Martawijaya dkk, 1989).
II.1.3 Nama lokal/umum Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd)
Nama lokal di Indonesia: buwa kare, kembiri, kemili, kemiling,
kereh, madang ijo, tanoan (Sumatera); kamere, kemiri, komere, midi,
miri, muncang, pidekan (Jawa); keminting, kemiri (Kalimantan); berau,
bontalo dudulaa, boyau, lana, saketa, wiau (Sulawesi); kemiri, kemwiri,
kumiri, mi, nena, nyenga (Maluku); tenu (Nusa Tenggara); anoi (Papua)
(Martawijaya dkk, 1989).
Nama lokal di negara lain: candlenut, candleberry, varnish tree,
Indian or Belgaum walnut (Inggris); lauci, nggerenggere, sikeci, sikeli,
sikethi, toto, tuitui, tutui, waiwai (Fiji); bancoulier, noyer de bancoul,
noyer des Moluques, aleurites, noisette, noix, noyer, noyer des Indes
(Perancis); Kerzennussbaum, Lichtnussbaum (Jerman); lumbang
(Guam); kuikui (Hawai); rama (Mangareva); ama (Marquesans); tahii,
tahiri, tiairi, ti‘a‘iri, tutui (Mauretania); raguar (Kepulauan Caroline);
sakan (Palau); sakan, shakan (Pohnpei); arbol lloron, avellano, avellano
criollo, nogal de la India, nuez (Spanyol); kandeltri (Vanuatu); lerit, nwa,
nwazet (Creole); ragaur (Carolina Utara) (Krisnawati.N dkk, 2011).
II.1.4 Kandungan minyak Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd)
Mula-mula minyak kemiri dipakai sebagai pengganti linseed oil,
yaitu minyak yang dapat digunakan sebagai cat dan pernis, karena
mempunyai sifat yang lebih baik dari linseed oil. Minyak kemiri
mempunyai sifat lebih mudah menguap dibanding dengan linseed oil,
sehingga minyak kemiri termasuk golongan minyak yang mudah
menguap. (Desi.L, 2017)
Bagian buah (biji) mengandung minyak sebesar (55-65) persen, dan
kadar dalam tempurung sebesar 60 persen. Asam lemak yang terkandung
dalam minyak terdiri dari 55 persen asam palmitat, 6,7 persen strearat,
10,5 persen oleat, 48,5 persen linoleat, dan 28,5 persen linolenat. Asam
lemak palmitat dan stearate termasuk golongan asam lemak jenuh,
sedangkan asam oleat, linoleat dan linolenat termasuk golongan asam
lemak tidak jenuh. Daging kemiri diperoleh setelah melepaskan biji dari
kulit biji yang keras. Kulit biji dapat dilepaskan dengan memanaskan
buah langsung di atas api kemudian segera direndam dalam air dingin
atau buah dibanting sehingga pecah, atau dapat juga dengan merebus
selama 5-6 jam, kemudian ditumbuk. (Desi.L, 2017)
Cara tradisional lainnya ialah dengan penjemuran lalu ditumbuk dan
menghasilkan minyak yang berwarna pucat. Cara yang lebih mudah yaitu
pemanasan dengan oven, kemudian direndam selama satu malam dalam
air dingin, dan keesokan harinya biji akan pecah dengan sendirinya. Cara
yang paling baik adalah dengan pemanasan 100oC, selanjutnya direndam
dalam air dingin (Ketaren.S, 1986).
Di beberapa daerah, biji diletakkan di dalam lubang yang dangkal
ditutupi jerami, kemudian dibakar. Biji yang telah dipanaskan tersebut
dimasukan dalam air sehingga kulit biji akan pecah. Dengan cara
perebusan akan diperoleh biji yang berwarna putih kecoklat coklatan,
sehingga minyak yang dihasilkan berwarna gelap. Cara extraksi minyak
yang biasa dilakukan adalah dengan menjemur biji kemudian dipecah
dengan tangan dan daging dikeluarkan dengan alat yang runcing. Dengan
pengepresan dingin (cold press) dihasilkan minyak berwarna kuning,
sedang pengepresan panas akan menghasilkan minyak yang berwarna
kuning sampai coklat (Ketaren.S, 1986).
II.2 Riasan mata
Riasan mata memiliki sejarah yang sangat panjang. Eyeshadow dan
eyeliner telah digunakan sejak zaman Mesir kuno. Di Jepang, alis telah
dihitamkan untuk waktu yang lama tetapi hanya relatif baru-baru ini
bahwa riasan mata telah menjadi penggunaan umum. Penggunaan macam
riasan mata yang mencakup semua kelompok umur telah terjadi sebagai
akibat dari perubahan gaya hidup dan minat yang tinggi dalam mode
(Primawati.F, 2016).
Ada berbagai macam produk riasan mata. Penerapan produk riasan
mata adalah membuat mata lebih jelas dan memberikannya ekspresi. Jika
semua kombinasi dari bahan dasar dan bentuk yang berbeda dari riasan
mata diperhitungkan ada jumlah yang sangat besar dari produk. Bagian
ini juga akan menyentuh pada Penghilang dan produk khusus lainnya
yang penting untuk riasan mata. produk riasan mata terdiri berikut:
1. Riasan mata: eyeliner, maskara, eyeshadow, kosmetik alis.
2. Produk lainnya khusus: make-up remover mata, produk perawatan
kerut mata, bulu mata palsu dan perekat.
Riasan mata terdiri dari tiga kategori utama: maskara, eyeshadow, dan
eyeliners. Maskara menebal dan memanjangkan bulu mata untuk
mendapatkan tampilan yang intens. Eyeliners membantu menarik garis
yang tepat di dasar bulu mata, dan eyeshadow membawa cahaya untuk
tampilan dan menonjolkan warna iris (Primawati.F, 2016).
Selain alis, bulu mata juga menjadi bagian yang penting. Bulu mata
yang lentik dan panjang akan membuat mata terlihat lebih indah dan
berbinar. Bulu mata yang dianggap cantik adalah bulu mata yang
panjang, lebat, dan melengkung dengan lentik. Berbagai cara bisa
dilakukan untuk mempercantik bulu mata. Untuk pemilik bulu mata yang
kurang panjang dan lentik ada berbagai pilihan untuk mempercantik bulu
mata, yaitu menggunakan maskara, bulu mata palsu, atau memanfaatkan
teknik keriting bulu mata. Namun, dari ketiga pilihan tersebut,
menggunakan maskara adalah teknik yang paling popular untuk
mendapatkan bulu mata yang indah, karena menggunakan maskara
adalah yang paling sederhana dan praktis (Primawati.F, 2016).
Penggunaan riasan mata telah menjadi sebuah bagian yang perlu
untuk melengkapi riasan harian. Ini merupakan hal yang perlu bahwa
bahan-bahan dari riasan mata harus seaman mungkin, tidak toksik dan
tidak mengiritasi. Diantara bahan-bahan yang digunakan dalam riasan
mata yaitu minyak-minyak, lemak lemak dan lilin-lilin yang ditemui
pada pembuatan lipstick dengan penambahan pewarna hitam, biru, dan
coklat atau pewarna lainnya (Primawati.F, 2016).
II.3 Maskara
II.3.1 Pengertian Maskara
Maskara adalah sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk
memperindah penampilan bentuk mata dengan cara mengoleskannya
pada bulu mata dan atau alis mata. Bahan yang digunakan meliputi zat
manfaat dan zat tambahan, sedangkan zat warna merupakan zat manfaat
utama (Ditjen POM., 1985).
Di antara semua produk make-up, formula maskara membutuhkan
pengembangan tertentu. Pilihan maskara tergantung pada jenis bulu mata
(pendek atau panjang, kaku atau melengkung, dan tipis atau lebat) dan
efek yang diperlukan (memanjangkan, melengkungkan, dan atau
menebalkan bulu mata) (Primawati.F, 2016).
Maskara adalah produk kosmetik yang relatif sederhana, di mana
konsumen dan formulator menempatkan seperangkat persyaratan yang
sangat kompleks. Pendekatan formulasi yang berbeda digunakan untuk
mencapai kombinasi kemudahan penggunaan, peningkatan volume bulu
mata dan kelentikan bulu mata, diharapkan dari produk yang baik
(Primawati.F, 2016). Syarat kualitas untuk maskara adalah sebagai
berikut:
1. Maskara harus tidak mengiritasi karena digunakan sangat dekat
dengan mata
2. Maskara harus tidak mengeraskan bulu mata atau menggumpal
3. Maskara harus membuat bulu mata terlihat tebal dan panjang
4. Maskara harus membuat bulu mata lentik
5. Maskara harus memiliki waktu kering yang tepat
6. Ketika mengering maskara harus tidak mengotori kelopak mata
7. Maskara harus mudah di hapus
8.Maskara harus mudah digunakan sepanjang masa penggunaannya
9.Harus tidak ada kontaminan dari mikroorganisme.
II.3.2 Jenis-jenis maskara
Di masa lalu, maskara batangan termasuk populer. Maskara
batangan ini pada dasarnya adalah dasar lilin dengan kehadiran sabun
atau pengemulsi nonionik sehingga warnanya bisa diaplikasikan dengan
kuas yang dibasahi. Maskara dan eyeliner terdiri dari satu atau lebih
pembentuk film, pigmen, dan pembawa yang sebagian besar menguap
untuk memungkinkan film untuk mengatur (Primawati.F, 2016).
Maskara diformulasikan sebagai sebuah krim emulsi atau cairan
tersuspensi atau sebuah batang yang ditekan ataupun dicetak. Formulasi
dari maskara ditujukan untuk memperoleh produk yang membasahi
bulu mata dan siap dioleskan sepanjang bulu mata. Maskara harus tidak
melengket karena itu menyebabkan bulu mata melekat bersama dan
harus kering dengan cepat untuk sebuah lapisan. Produk harus
mengandung maksimum kandungan lilin dan dan air dan minimum
kandungan minyak lemak dan bahan higroskopik (Primawati.F, 2016).
Maskara krim emulsi harus diformulakan sebagai minyak dalam air
emulsi. Krim diformulasikan untuk cepat mengering pada
penggunaannya dan dikemas biasanya dalam tube besi yang dapat
dilipat. Maskara liquid dapat berupa liquid emulsi minyak dalam air
ataupun suspensi air. Cairan emulsi dapat mengandung sedikit
suspending agent sebagai penstabil emulsi.
Formulasi maskara cair adalah formula modern yang paling
populer, dan dapat dibagi menjadi varietas berbasis air, berbasis pelarut
dan air/pelarut hybrid. Maskara berbasis air diformulasikan dari lilin
(misalnya, lilin lebah, carnauba wax, dan lilin sintetis), air, pigmen,
yang sering besi oksida, dan resin terlarut dalam air. Air menguap
dengan mudah, menciptakan produk cepat-kering, yang mengental dan
menggelapkan bulu mata. Beberapa maskara berbasis air, sangat kaya
lilin (30%), diberi label waterproof atau water resistant. Untuk
mewarnai bulu mata, pigmen anorganik yang paling sering digunakan
karena sebagian besar maskara berwarna hitam. Perhatikan bahwa
pigmen tertentu, seperti cochineal carmine, dapat menghasilkan
beberapa masalah seperti warna lensa kontak. Formula juga
mengandung bahan antioksida untuk menghindari bau tengik dari zat
lemak dan pengawet, yang melindungi mata dari risiko infeksi. Vitamin
dan hidrokarbon volatile atau pelarut silikon juga dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja makeup. Mengenai maskara berbasis
pelarut, mereka diformulakan dengan petroleum kemudian pigmen
(dioksida besi dan ultramarin biru) dan lilin (lilin candellila dan minyak
jarak terhidrogenasi) ditambahkan, membuat mereka tahan air. Jika
jelas bahwa efek riasan tergantung pada formula, itu juga penting untuk
mempertimbangkan jenis kuas dan diameter lubang dari tabung mascara
(Primawati.F, 2016).
II.3.3 Fungsi maskara
Fungsi maskara antara lain adalah:
1. Menebalkan penampilan bulu mata
2. Memperpanjang penampilan mata
3. Menambahkan kedalaman dan karakter untuk tampilan
4. Mempertajam warna eyeshadow ketika dipakai.
Kinerja Maskara biasanya dinilai berdasarkan penggunaanya,
penampilan, dan kemudahan penghapusan. Sangat penting bahwa sikat
yang tepat diberikan untuk perumusan dipilih. Umumnya, maskara dan
eyeliner terdiri dari satu atau lebih pembentuk Film, pigmen, dan
kendaraan yang sebagian besar menguap untuk memungkinkan film
untuk mengatur (Barel dkk, 2001).
II.4 Formula Umum
1. Zat Aktif
Zat aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah Biji Kemiri
yang dibakar dan dihaluskan.
2. Zat tambahan
a. Asam Stearat
Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai bahan
pengemulsi. Dalam pembuatan basis krim netral (anionik), asam
stearat dinetralisasi dengan penambahan alkali. Bahan ini mudah
larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut
dalam etanol, heksan, dan propilen glikol; dan praktis tidak larut
dalam air. Umumnya, bahan ini tidak toksik dan tidak
menyebabkan iritasi. Titik lelehnya di atas 540C. Konsentrasi
yang umumnya digunakan dalam sediaan krim adalah sebesar 1-
20%. (Nashriyyah.D, 2016).
b. Trietanolamin Stearat
Trietanolamin Stearat digunakan sebagai emulsifying agent.
Bentuk Jernih, tidak berwarna, hingga kekuningan, kental, cairan
yang memiliki sedikit bau amoniak. (Nashriyyah.D, 2016).
Tabel 2.1 Kelarutan triethanolamine
Solvent Solubility at 20℃
Acetone Miscible
Benzene 1 in 24
Carbon tetrachloride Miscible
Ethyl ether 1 in 63
Methanol Miscible
Water Miscible

c. Isopropyl Miristat
Isopropyl Miristat digunakan sebagai emulient. Jernih, tidak
berwarna, cairan tidak berbau, memiliki viskositas yang rendah
5°C. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), etil asetata,
lemak, asam lemak, minyka, cairan hidrokarbon, toluene, dan
wax. Tidak larut dalama gliserin, glikol, dan air. (Nashriyyah.D,
2016).
d. Glyceril monostearat
Glyceril monostearat digunakan sebagai Emollient,
emulsifying agent, solubilizing agent, stabilizing agent. Berwarna
putih hingga krem, seperti lilin padat dalam bentuk manik-manik,
serpih, atau bubuk. Hal ini lilin dengan sentuhan dan memiliki
bau lemak sedikit dan rasa. Larut dalam alcohol panas, eter,
kloroform, aseton panas, minyak mineral, dan minyak. Parktis
tidak larut dalam air, tapi mudah terdispersi dalam air dengan
penambahan sabun ataupun surfaktan. (Nashriyyah.D, 2016).
e. Glycerin
Glycerin digunakan sebagai cosolvent, emollient. Jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopik, rasa
manis. (Nashriyyah.D, 2016).
Tabel 2.2 Kelarutan gliserin
Solvent Solubility at 20℃
Acetone Slightly soluble
Benzene Practically insoluble
Chloroform Practically insoluble
Ethanol (95%) Soluble
Ether 1 in 500
Ethyl acetate 1 in 11
Methanol Soluble
Oils Practically insoluble
Water Soluble
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen
Laboratorium.
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei
2020 bertempat di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi Jurusan
Farmasi kampus Poltekkes Kemenkes Makassar.
III.3 Teknik Pengumpulan
Sampel biji Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd) diperoleh dari
kabupaten Gowa, Sulawesi selatan.
III.4 Pengolahan Sampel
Sampel yang telah diperoleh kemudian dipisahkan biji dari kulitnya. Biji
kemiri yang telah terpisah dari kulitnya kemudian dibakar sampai berwarna
hitam merata lalu dihancurkan. Setelah itu biji kemiri ditumbuk hingga
benar benar halus lalu diayak.
III.5 Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah lumpang, alu, neraca analitis, pH meter,
cawan porselen, ayakan, climatic chamber, batang pengaduk, gelas ukur,
gelas beker, viskometer Brookfiled, gelas arloji, bulu mata palsu.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; Biji Kemiri,
Trietanolamine Stearat, Asam Stearat, Isopropil Miristat, Glyceril
Monostearat, Propyl Paraben, Glycerin, dan Aquades.
III.6 Prosedur kerja

1. Formulasi Sediaan Maskara Biji Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd)

No Bahan Konsentrasi (%)


F1 F2 F3

1. Trietanolamine Stearat 3,3 3,3 3,3


2. Asam Stearat 10 12 14
3. Isopropil Miristat 7 7 7
4. Glyceril Monostearat, 5 5 5
5. Glycerin, 5 5 5
9. Propyl Paraben 0,2 0,2 0,2
10 Serbuk Biji Kemiri 10 10 10
12. Air suling 59,5 57,5 55,5

2. Pembuatan Maskara Biji Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd)


Semua bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan. Komponen dibuat
dengan melebur asam stearate, isopropyl miristat, propil paraben dan
glyceril monostearat pada suhu 75˚C diatas penangas air sambil diaduk
sampai homogen. Kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit campuran
Trietanolamin, Glycerin, dan aquades kedalam campuran pertama sambil
terus diaduk hingga terbentuk dasar sediaan. Kemudian ditambahkan
serbuk halus biji kemiri yang telah dibakar kedalam campuran pertama
dan kedua dan temperatur pemanasan dijaga selama 2 menit. Kemudian
dimasukkan ke dalam wadah pada suhu 55°C.
3. Sediaan ditempatkan pada climatic chamber selama 5 siklus sebelum dan
sesudah pengujian dilakukan, sebelum dan sesudah sediaan diberi kondisi
dipercepat.

4. Penentuan Mutu Fisik Sediaan


a. Uji organoleptis
Pemeriksaan organoleptik dilakukan untuk sediaan maskara
sebelum dan sesudah diberi kondisi dipercepat dengan melihat secara
visual dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada sediaan,
yakni penampilan bentuk, warna, dan bau.
b. Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan object
glass dengan cara: sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran
kasar (Ditjen POM., 1979).
c. Pengamatan stabilitas sediaan
1) Pemeriksaan pH
Alat pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan
larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam
(pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian
elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan
dan diencerkan dalam gelas beker dengan air suling hingga 100 ml.
Kemudian, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan
alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Nilai pH diamati
sebelum dan sesudah penyimpanan. Nilai pH penting untuk
mengetahui tingkat keasaman dari sediaan agar tidak mengiritasi
kulit. Sehingga pH sediaan kosmetik harus sesuai dengan pH kulit,
yaitu antara 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, 1997).

2) Uji Viskositas
Viskositas sediaan dapat diukur degan menggunakan Brookfield
viscometer (Ansel, 1989). Dilakukan dengan cara sejumlah sediaan
dimasukkan ke dalam wadah. Spindle No. 64 dipasang pada
tempatnya, kemudian diturunkan ke dalam sediaan hingga tanda
batas. Atur jarum penunjuk skala menunjukkan angka nol, motor
dinyalakan dengan speed 12 dan spindle dibiarkan berputar. Setelah
jarum penunjuk skala menunjukkan angka yang tetap maka
pengukuran dinyatakan selesai. Pengukuran diulangi sebanyak tiga
kali untuk masing-masing formula sediaan. Viskositas diperoleh
dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan nilai
faktor 500.
5. Pengujian Sediaan Maskara
a. Uji pelekatan produk pada bulu mata
Berat bulu mata sebelum diaplikasikan sediaan dicatat. Kemudian,
sediaan dioleskan pada bulu mata sebanyak 6 kali pengolesan,
selanjutnya, bulu mata tersebut dibiarkan kering, kemudian ditimbang.
Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk masing-masing
formula (Primawati,F, 2016).
b. Tack test (analisis waktu pengeringan produk)
Sejumlah kecil sediaan ditempatkan di kaca arloji dan diratakan
menggunakan batang aplikator. Daerah yang dibuat ditempelkan jari
telunjuk setiap 10 detik. Titik tack diacak dan jari telunjuk dibersihkan
setiap setelah melakukan tack test. Setelah tidak ada produk yang
terhapus oleh jari, produk tersebut dianggap kering dan dicatat waktunya
(Primawati,F, 2016).
c. Uji Kesukaan (Hedonic test)
Uji kesukaan atau hedonic test dilakukan untuk mengetahui kesukaan
panelis terhadap sediaan yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara
visual terhadap 10 orang panelis. Uji kesukaan atau hedonic test
merupakan salah satu uji penerimaan yang menyangkut penilaian
seseorang terhadap kesukaan dan ketidaksukaan suatu produk
(Purnamawati, 2006). Setiap panelis diminta untuk menilai secara visual
sediaan maskara yang dibuat. Kemudian panelis menuliskan SS bila
sangat suka (5), S bila suka (4), CS bila cukup suka (3), KS bila kurang
suka (2), TS bila tidak suka (1). Parameter pengamatan pada uji kesukaan
adalah aroma, bentuk (konsistensi), dan warna. Percobaan dilakukan
pada 10 orang panelis dengan cara setiap panelis memberikan penilaian
terhadap masing-masing formula berdasarkan parameter tersebut.
Kemudian dihitung nilai kesukaan terhadap masing-masing sediaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariestya, Arlene. (2013). Ekstraksi Kemiri Dengan Metode Soxhlet Dan


Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(2), 6–10.
Ansel C, Howard. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.
Universitas Indonesia-Press, Jakarta. 377-390.
Barani A,A. (2006). Pedoman Budidaya Kemiri (Aleurites molluccana willd).
Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 1-3.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. New York: Marcel Dekker Inc, 485-486.

Desi, Lia. (2017). Pengaruh Massa Kemiri Terhadap Volume Dan Karakterisasi
Minyak Kemiri Hasil Pengolahan Tradisional Sebagai Bahan Dasar
Biofuel. Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta,
9-10.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. 83-86, 195-197.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Fahmi, Nadia, S. (2014). Laporan Formulasi  Kosmetik Dekoratif “Maskara”.


Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi, Bogor, 1-2.

Hotindra, Sanggam. (2016). Formulasi dan Uji Aktivitas Pomade dari Minyak
Kemiri (Aleurites Moluccana (L.) Willd). Jurnal Farmasi Universitas
Pancasila: 45.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas


Indonesia Pres, Jakarta, 12-13, 261-263.

Krisnawati, Haruni., Maarit, Kallio., Markku, Kanninen. (2011). Aleurites


moluccana (L) Willd (L.) Willd, Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas.
CIFOR, Bogor, Center for International Forestry Research, 1-4.

Listiyani, Vivi. (2015). Uji Aktivitas Sub Fraksi Heksan Minyak Kemiri (Aleutitas
moluccana) Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Putih Jantan Dan
Identifikasi Kandungan Utamnya. Universitas Gadja Mada, Yogyakarta,
2-3.
Martawijaya, A., I.K.Sujana., Y.I. Mandang, S. Amang., P.K. Kadir. (1989). Atlas
Kayu Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Bogor, 6-23.

Michalun, M. Varinia., and DiNardo, Joseph C. (2014). Skin Care and Cosmetic
Ingredients Dictionary. New York: Cengage Learning.

Nashriyyah, Durrotun. (2016). Makalah Maskara. Fakultas MIPA. Institusi Sains


Dan Teknologi Nasional, Jakarta, 5-6.

Nathasya, P. (2008). Sintesis Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Biji Kemiri
(Alurites moluccana) Hasil Ekstraksi melalui Metode
Ultrasonokimia.Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Departemen Kimia,Universitas Indonesia, 6-10.

Primawati, Fifie. (2016). Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif Dalam Formulasi


Sediaan Maskara Terhadap Karakteristik Maskara. Program Studi Sarjana
Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 10-14.

Prasojo, S. P. A., Mulyani, S., & Mufrod. (2012). Pengaruh Lama Penyimpanan
Terhadap Stabilitas Fisik dan Kimia Lotion Penumbuh Rambut Ekstrak Biji
Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd.). Fakultas Farmasi, Universitas
Gadjah Mada, Indonesia, 17(1), 1–7.

Rahadian, Octo. (2012). Prediksi Komposisi Optimum Gliserin Dan Virgin


Coconut Oil (VCO) Sebagai Penetration Enhancer Dalam Formula Emulsi
A/M Tonik Rambut Ekstrak Etanol Air Biji Kemiri (Aleuritas moluccana).
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 1-2.

Sari, D. K., & Wibowo, A. (2016). Perawatan Herbal pada Rambut Rontok
Herbal Treatment for Hair Loss. Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung, 5, 129–134.
Ulfah, Tsatyana, S. S. (2018). Pengaruh Perbandingan Minyak dan Ampas Biji
Kemiri (Aleurites Moluccana L . Willd) terhadap Hasil jadi Kosmetik
Eyebrow Pomade. E-Journal Fakultas Teknik Universitas Surabaya, 07,
60–67.

Wasitaatmadja. (1997). Penuntun Kosmetik Medik. Universitas Indonesia, Jakarta,


100-102.

Yuliani., Sri Hartati., Rahmadani, Yuni., dan Istyastono, Enade P. (2016). Uji
Iritasi Sediaan Gel Penyembuh Luka Ekstrak Etanol Daun Binahong
Menggunakan Slug Irritation Test.Vol 14. (2). Hal. 135-140.
Lampiran 1

SKEMA KERJA

Pengolahan Biji Kemiri (Aleuritas moluccana (L) Willd)

Biji Kemiri

Dipisahkan biji kemiri dari cangkangnya


Biji kemiri dibakar hingga berwarna hitam
kemudian dihancurkan lalu Di ayak hingga
menjadi serbuk halus

Serbuk hitam Kemiri

Pembuatan Maskara Biji Kemiri (Aleuritas moluccana (L) Willd)

Asam stearate + Propil paraben


+ Isopropyl miristat + Glyceril
monostearat

Dicampurkan hingga
terbentuk dasar
Maskara yang
Trietanolamin stearate + homogen
Glycerin + Aquades

Serbuk halus Biji Kemiri


Tambahkan sedikit demi sedikit

Evaluasi mutu fisik, Uji stabilitas 1. Pemeriksaan Organoleptis


dan Pengujian sediaan maskara
2. Pemeriksaan Homogenitas
biji Kemiri
3. Pemeriksaan PH
4. Pengujian viskositas
5. Uji Pelekatan
Pengolahan data dan penarikan 6. Uji Waktu Kering
kesimpulan 7. Uji Kesukaan

Anda mungkin juga menyukai