Dosen pengampu :
Apt., Fauzia Ningrum Syaputri, M. Farm
Minyak
Minyak jarak
jarak 20%
20%
Propilen
Propilen glikol
glikol 5%
5%
Adeps lanue 5%
Adeps lanue 5%
Alfa-tokoferol
Alfa-tokoferol 0,05%
0,05%
Cera alba 20%
Cera alba 20%
Cetaceum
Cetaceum 10%
10%
Setil alkohol 5%
Setil alkohol 5%
Vaselin album 15%
Vaselin album 15%
Tween 80 1%
Tween 80 1% Oleum rosae Q.S Q.S
Oleum rosae Q.S Q.S
Prosedur
1. Penyiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah ekstrak buah naga. Buah naga yang telah dipetik disortasi basah denngan tujuan untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada buah dengan menggunakan air yang mengalir. Setelah itu buah naga di kupas
diambil bagian kulit buah lalu ditiriskan dengan cara di angin – anginkan untuk mengurangi airnya, kemudian ditimbang.
2. Ekstraksi Sampel
Kulit buah naga dihaluskan menggunakan blender. Dilakukan penimbangan kemudian dimasukkan kedalam wadah
maserasi. Kemudian ditambahkan alkohol 96% sebanyak 1250 mL yang dicampur dengan asam sitrat 1% hingga sampel
terendam atau selapis diatas permukaan sampel. Ditutup toples dengan lakban hitam, kemudian dilakukan ektraksi secara
maserasi selama 24 jam pada suhu kamar terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Dilakukan penyaringan setelah 24
jam, disaring menggunakan kain flanel, selanjutnya filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan Rotary evaporator pada
temperatur ± 40oC – 50oC hingga menghasilkan ekstrak kental.
Prosedur
3. Metode Pembuatan
2. Uji stabilitas Diamati masing - masing sediaan yaitu ada tidaknya perubahan bentuk, warna Warna dan bau sesuai dengan
dan bau dari sediaan lipstik selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke karakterisasi zat aktif
1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al.,
2011).
3. Uji oles Mengoleskan lipstik pada bibir kemudian mengamati banyaknya warna yang lipstik yang memiliki bentuk dan
menempel pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. konsistensi yang baik, yaitu bentuk
Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan sediaan tetap keras, tidak lembek
dioleskan pada bibir dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956). serta tidak berair maupun berlendir.
(Keithler, 1956).
4. Uji kekerasan Kekerasan lipstik ditentukan dengan cara meletakkan lipstik secara horisontal Penambahan beban terus dilakukan
kemudian pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi lipstik digantungkan beban setiap 30 detik sampai lipstik
patah. Berapa bebab keseluruhan
sampai lipstik patah dikategorikan
sebagai kekuatan lipstik
Metode Evaluasi
5. Uji pH Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan pH disesuaikan dengan
dalam 100 ml aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. pH bibir yaitu 4,0 – 6,5
Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH Sindy, 2020).
meter merupakan pH sediaan lipstik (Rawlins, 2003).
6. Uji iritasi Dilakukan dengan metode uji tempel terbuka (Patch Test) pada lengan bawah bagian Syarat tidak adanya kulit merah,
dalam terhadap 15 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan gatal -gatal
sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang ataupun adanya pembengkakan.
terjadi. Diamati reaksi yang terjadi, reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya (Ditjen POM, 1985).
kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak (Risnawati et al., 2012).
7. Uji kesukaran Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 15 orang panelis. Setiap panelis Memenuhi syarat apabila lebih
diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis. dari 50% panelis yang menyukai
Kemudian, panelis memilih variasi formula mana yang paling disukai dari sediaan lipstik tersebut (Yuliana, 2014)
lipstik yang dianggap menarik, cukup menarik dan tidak menarik dengan cara
mengisi kuisioner. Dihitung persentase kesukaan terhadap masingmasing sediaan.
(Yuliana, 2014)
8. Uji homogenitas Pengujian homogenitas lipstik dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik Homogen, memiliki tekstur yang
pada bahan yang permukaannya licin dan putih. Pemeriksaan homogenitas dan halus, mudah diaplikasikan pada
kestabilan zat warna dari formula lipstik dapat dilakukan dengan cara memotong bibir, mudah kering dan
lipstik secara membujur dan diamati terdapat bintik-bintik pewarna atau tidak terdistribusi secara merata (Sindy,
berbintik (Risnawati et al., 2012) 2020).
Pembahasan
Pada percobaan kali ini dibuat sediaan lipstick (pewarna bibir) yang merupakan salah satu bentuk kosmetik riasan (dekoratif).Dalam
produk kosmetik khususnya kosmetik dekoratif, zat warna memainkan peran yang penting karena memberikan modifikasi warna yang diperlukan
untuk menunjang produk tersebut. Penggunaan pewarna alami dalam formulasi lipstick merupakan salah satu solusi untuk menghindari
penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya. Bahan alam yang digunakan sebagai zat pewarna dalam formulasi ini adalah buah naga merah
(Hylocereus polyhizus).
Buah naga merah (Hylocereus polyhizus). mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi pewarna alami karena mempunyai
kandungan antosianin yang tinggi. Ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyhizus) mengandung antosianin sebanyak 26,4587ppm. Antosianin
merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah. Selain itu zat pewarna alami yang terkandung dalam buah naga dapat membuat
bibir yang gelap menjadi lebih merah. Buah naga merah mengandung vitamin B3, vitamin ini bermanfaat untuk melembabkan berbagai jenis kulit
dan dapat menghaluskan kulit yang kasar. Vitamin C yang terkandung pada buah naga merah memiliki peran penting untuk faktor kolagen,
kolagen yang terkandung di dalamnya baik untuk kulit terutama untuk kulit bibir (Citramukti, 2008).
Lipstik atau pewarna bibir merupakan kosmetik yang digunakan pada bibir dan berbentuk sticks, pada umumnya disperse bahan pewarna
terdiri dari campuran yang sesuai antara lilin, minyak, zat warna lekat, pigmen, zat pengawet dan zat tambahan lain. Fungsi lipstick adalah untuk
memberikan warna pada bibir sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah, memberikan ekspresi wajah yang menarik, melindungi
bibir dari kekeringan dan meningkatkan percaya diri dalam penampilan, bibir yang kurang baik akan di samarkan atau disembunyikan, bibir yang
lebih tipis dapat dibuat tampak lebih tebal dan sebaliknya, membuat wajah terlihat kebih segar. Warna lipstick merupakan komponen utama yang
mengikuti mode up to date.
Pembahasan
Sediaan lipstick yang dibuat dalam bentuk padat karena cocok digunakan untuk sehari hari, selain praktis lipstick
padat juga tidak membutuhkan waktu lama untuk mengoleskannya, berbeda dengan lipstick cair dimana penggunaanya
membutuhkan waktu yang lama dan ketelatenan untuk mengoleskannya, jika terburu-buru hasilnya tidak akan maksimal ,
maka dari itu lipstick cair leih cocok digunakan un tuk har-hari tertentu.
Bibir pecah-pecah atau kering merupakan salah satu permasalahan yang umum terjadi selain kekurangan dalam
mengkonsumsia air putih juga terjadi karena penggunaan lipstick yang sembarangan. Saat ini keberadaan lipstick sangat
banyak dan tersebar luas sehingga banyak sediaan lipstick dengan harga yang murah karena menggunakan zat pewarna
sintetis yang berbahaya hal tersebut dapat membuat bibir menjadi kering dan pecah pecah. Dengan demikian dibuatlah
inovasi suatu sediaan lipstik yang bertujuan untuk melembabkan kulit bibir serta memiliki warna merah alami.dari buah naga
merah (Hylocereus polyhizus). Dengan berbagai macam kandungan yang terdapat pada buah naga merah inovasi lain dari
sediaan ini adalah dapat membantu mengubah warna kulit bibir yang gelap menjadi lebih merah. Bibir yang gelap biasanya
menganggu rasa percaya diri, dan bibir yang kering membuat rasa tidak nyaman sehingga dibuat lipstick untuk melembabkan
bibir dengan pewarna alami dari buah naga merah (Hylocereus polyhizus)
Pembahasan
Pada pembuatan lipstik menggunakan bahan diantaranya minyak jarak sebagai pendispersi warna atau basis minyak. Minyak jarak merupakan
minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi yang sangat menguntungkan didalam pengaturan warna lipstik dan kelenturan. Selain
itu minyak tumbuhan banyak digunakan karena dapat menyerap cahaya UV. Kemudian adeps lanae merupakan zat yang lemak yang diperoleh dari bulu
domba dan mempunyai sifat moisturization yang baik (Barel, et al. 2001). Fungsi adeps yaitu sebagai basis lemak yaitu bahan pelicin dan membuat
tekstur lipstik lebih lunak serta dapat melindungi kulit. Lalu penggunaan cera alba dalam lipstik yaitu mempunyai sifat sebagai pengikat minyak dan
malam yang baik sehingga dapat menghasilkan massa sediaan yang homogen. Selain itu cera alba juga dapat menjaga konsistensi dan kestabilan warna
(Mercado C, G. 1991). Setil alkohol digunakan sebagai pengkilap dan emolient yang dapat memperbaiki tekstur sediaan dan stabilitas dengan
konsentrasi 2-5% (Rowe, et al. 2009). Penggunaan dalam jumlah banyak harus dihindarkan karena dapat mengurangi efek berkilau dikarenakan adanya
efek pengikatan air (Jellinek, 1970). Tween 80 dalam sediaan lipstik untuk pendispersi partikel-partikel pewarna yang padat dan sebagai agen pelarut
untuk berbagai zat termasuk minyak esensial dan vitamin yang larut dalam minyak dalam jumlah 1-15 (Rowe, et al. 2009). Lalu digunakan pengawet
yaitu nipagin dan nipasol yang merupakan kombinasi bahan pengawet yang memberikan hambatan pada pertumbuhan mikroba yang lebih efektif.
Kedua pengawet ini memiliki efektifitas antimikroba yang luas dan efektif pada pH yang luas. Penggunaan propilen glikol sebagai humetan dan dapat
membantu melarutkan ekstrak agar dapat bercampur dengan yang lainnya (Rowe, et al. 2009). Penggunaan alfa tokferol sebagai antioksidan yaitu
dapat melindungi bibir dari radikal bebas serta dapat melembabkan bibir. Penambahan vaselin album sebagai basis lilin, selain itu penggunaan vaselin
album dalam sediaan lisptik untuk menambahkan kilauan pada lipstik. Cetaceum dalam lipstik digunakan sebagai bahan pengisi yang memberikan efek
mate. Selanjutnya penambahan oleum rosae sebagai pewangi untuk memberikan wangi pada lipstik dan menutupi bau.
Pembahasan
Alasan pemilihan bentuk kemasan pada lipstik karena kemasan telah menjadi bagian penting yang harus mencakup proses
dalam pembuatan sediaan produk. Baik itu sediaan produk kosmetik maupun makanan. Namun dalam hal ini, visualisasi dalam
kemasan dapat mempengaruhi konsumen untuk tertarik pada suatu produk yang dilanjutkan dengan tindakan pembelian. Banyak
produk lipstik yang dijual dipasaran, mulai dari yang murah sampai yang mahal harganya. Namun umumnya, visual desain pada
kemasan lipstik terlihat monoton dan hanta menonjolkan merk dari lipstik saja. Jarang sekali ditemukan visual desain kemasan
yang menarik dan membuat orang tertarik untuk membeli oleh karena itu visual desain kemasan lipstik yang menarik tersebut.
Kebanyakan orang pada umumnya memilih keterkenalan dari merk lipstik dan dari warna lipstiknya, sehingga sangat penting
bagi seseorang yang akan membeli sebuah lipstik untuk harus melihat dahulu warna yang sebenarnya. Lipstik Nagamatte
merupakan salah satu produk yang memiliki visual desain kemasan yang unik dan menarik dan tidak seperti kemasan lipstik pada
umumnya. Pada umumnya visual desain pada produk kecantikan menonjolkan kesan kemewahan, namun pada produk nagamatte
ini melakukan inovasi dengan memberikan visual desain yang modern. Lipstik Nagamatte ini dibuat dalam bentuk tabung yang
bertujuan untuk memudahkan penggunanya. Kemudian bagian dalam tabung pada lipstik ini dilapisi dengan aluminium agar
memberikan efek terkesan modern.
Daftar pustaka
Arfina A. (2012). Analisis Kandungan Rhodamin B Pada Kosmetik Perona Pipi Yang Beredar Di Pasar Tradisional Kota Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Badan POM RI. 2007. Public Warning/Peringatan Tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna yang Dilarang.
Jakarta.
Barel, A. O., Paye, M., dan Maibech, H. I. 2001. Handbook of Cosmetic Science and Tecnology. New York Marcel Dekker, Inc. Hal
670-671.
Citramukti, I., 2008, Ekstraksi dan Uji Kualitas Pigmen Antosianin pada Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyhizus),
SKRIPSI Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Irnawati I, Suryani S, Sari I. (2015). Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) dan Pemanfaatannya
sebagai Pewarna Alami dalam Sediaan Lipstik. Pharmauho.
Jellinek, J.S. 1970. Formulation and Function Of Cosmetics. Willey Interscience. New york.
Rowe, R. C. Paul, J. S., dan Marian, E. Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London. Pharmaceutical
Tanty, H. (2009). Analisis rhodamine B pedagang cabe merah giling menggunakan Fisher Exact Probability Test Tinjauan Pustaka.
Kemasan
TERIM
A
KASIH
!!!
1, 3, 6,
8