Anda di halaman 1dari 8

Formulasi Sediaan Bedak Tabur (Losse Powder) Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum

L) Sebagai Tabir Surya.


BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Tinggi nya tren penggunaan tabir surya membuat maraknya produk tabir surya yang
beredar dipasaran. Tabir surya merupakan sediaan topikal dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu tabir surya kimiawi dan tabir surya fisik. Mekanisme perlindungan tabir surya pemblok
fisik (Physical blocker) adalah dengan menghalangi sinar Ultra Violet (UV) menembus masuk
lapisan kulit dengan cara menghamburkan sinar UV karena sifat fisisnya. Dalam jumlah yang
cukup, penghadang fisik ini akan memantulkan sinar UV, visibel dan infra merah. Tabir surya
fisik sangat efektif untuk melindungi kulit terhadap paparan sinar UV-A maupun UV-B.
(Shaath,1990). Pengembangan kosmetik untuk tabir surya dewasa ini banyak digunakan bahan
aktif kimia sintetik dan bahan aktif dari bahan alam. Bahan aktif sintetik dilaporkan telah
menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti reaksi alergi maupun reaksi toksisitas ringan,
bahkan sampai menimbulkan kanker kulit (Brezova et al.,2005).

Bedak merupakan sediaan serbuk topical yang digunakan untuk pemakaian luar wajah
dan tubuh. Perkembangan fungsi bedak bergantung pada bahan yang digunakan pada
formulasinya. Dengan penambahan tabir surya maka bedak mampu pelindungi kulit wajah dari
pengaruh sinal ultraviolet yang dapat merusak wajah.
Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman yang umum bagi masyarakat. Daun
kemangi mengandung tanin (4,6 %), flavonoid, steroid/triterpenoid, minyak atsiri (2%), asam
heksauronat, pentosa, xilosa, asam metil homoanisat, molludistin serta asam urolat (Yuhana
dkk.,2010: 7). Senyawa fenolik khusunya golongan flavonoid dan tanin mempunyai potensi tabir
surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu
menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B (Shovyana dkk., 2013: 110; Sa’adah, 2010: 45).
Dalam penelitian (Isriyani, dkk. 2014) menyakatan bahwa sediaan krim ekstrak etanol daun
kemangi memiliki nilai SPF sebesar 8,97. Nilai SPF tersebut termasuk rendah dalam klasifikasi
nilai SPF menurut European Commission(EC) Recommendation(Osterwalder & Herzog (2009),
namun masih memenuhi persyaratan tabir surya yang beredar di pasaran harus memiliki SPF
dengan nilai minimum 2 (Draelos & Thaman, 2006). Karna itu penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan produk bedak losse powder yang memiliki nilai SPF dari bahan alam.
Tujuan Khusus
Menghasilkan formulasi produk bedak tabur (Losse Powder) yang memiliki nilai SPF
dari ekstrak daun kemangi yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV.
Manfaat Penelitian
1. Memanfaatkan kandungan bahan alam sebagai tabir surya alami.
2. Menghasilkan produk kosmetik berupa bedak tabur yang memiliki aktivitas sebagai tabir
surya dari bahan alam.
Keutamaan Penelitian
Didapatkan hasil berupa sediaan bedak tabur wajah (Losse powder) memiliki nilai SPF
yang dapat digunakan sebagai tabir surya.
Temuan yang Ditargetkan
Produk kosmetik berupa bedak tabur wajah (Losse powder) dari ekstrak daun kemangi
(Ocimum sanctum L) sebagai tabir surya.
Konstribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan tentang formulasi sediaan kosmetik dari bahan alam yang
memiliki aktivitas sebagai tabir surya.
Luaran Penelitian
1. Laporan kemajuan
2. Laporan akhir
3. Artikel ilmiah yang akan di publikasikan di jurnal kefarmasian
4. Bedak tabur wajah (losse powder) tabir surya bahan alam yang dapat setara dengan losse
power tabir surya sintesis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan tabir surya menuju pada penggunaan bahan alam karena lebih mudah
diterima oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya anggapan yang beredar di masyarakat
yang menyebutkan bahwa alam lebih aman digunakan dan dampak negatifnya lebih sedikit
daripada bahan kimia. Oleh karena itu, penggunaan bahan alam yang dapat menurunkan radiasi
sinar matahari dan meningkatkan perlindungan terhadap efek negatif radiasi sinar matahari pada
kulit menjadi fokus dalam beberapa penelitian (Tabrizi et al. 2003). Pemaparan sinar matahari
yang berlebihan pada kulit dapat berdampak buruk karena sinar matahari mengandung sinar
ultraviolet (UV). Sinar UV-A memiliki λ 320-400 nm, dapat menyebabkan tanning karena
pelepasan melanin, serta menstimulasi melanogenesis meskipun lebih lemah daripada UV-B.
Hampir 50% sinar UV-A berpenetrasi sampai ke dermis sehingga dapat menyebabkan penuaan
kulit (Lee & Kaplan, 1992). Efek berbahaya dari radiasi UV pada kulit dapat dibagi menjadi
yaitu efek akut seperti kulit terbakar atau eritema, reaksi fototoksik, fotoalergi dan
fotosensitivitas serta efek kronis yaitu fotoaging, kanker kulit dan imunosupresi (Balakhrisnan,
K., & Narayanaswamy. 2011).
Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan nilai Sun Protection Factor
(SPF) yang menggambarkan kemampuan tabir surya dalam melindungi kulit dari eritema
(Stanfield, 2003). SPF ini terutama diperuntukkan bagi perlindungan terhadap UV B dan tidak
secara khusus diperuntukkan untuk melawan UV A (Draelos & Thaman, 2006). SPF yang sering
tercantum dalam tabir surya menunjukkan kemampuan tabir surya melindungi kulit. Nilai SPF
dapat ditentukan secara in vitro (menggunakan spektrofotometer) dan juga dapat secara invivo.
Nilai SPF merupakan perbandingan Dosis Eritema Minimum (DEM) pada kulit manusia
terlindungi tabir surya dengan DEM tanpa perlindungan (Harry, 1982; Walters et al., 1997). SPF
dapat ditentukan melalui perbandingan energi dari sinar yang dipaparkan untuk dapat
menimbulkan eritema dan dapat juga melalui waktu yang diperlukan sampai timbul eritema
(Draelos & Thaman, 2006). Nilai SPF 6-10, memberikan perlindungan rendah 2). Nilai SPF 15-
25, memberikan perlindungan. 3). Nilai SPF 30-50, memberikan perlindungan tinggi. 4) Nilai
SPF 50+, memberikan perlindungan yang sangat tinggi. Semakin tinggi nilai SPF yang
diinginkan, dibutuhkan jumlah zat aktif tabir surya yang semakin tinggi juga (Draelos &
Thaman, 2006).
Serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalahserbukringan, bebas dari butiran kasar untuk
mempercantik muka atau obat kulit yang biasanya untuk menyerap air dan keringat dimaksudkan
untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit (Anief, M.2005). Ukuran partikel dan luas permukaan dari
suatu partikel dapat dihubungkan dengan sifat fisika, kimia, dan farmakologi dari suatu obat.
Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasannya obat dari bentuk
sediaan yang diaplikasikan secara topical (Sinko, 2006).

Penggunaan antioksidan pada sediaan tabir surya dapat meningkatkan aktivitas


fotoprotektif. Penggunaan zat-zat yang bersifat antioksidan dapat mencegah berbagai penyakit
yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV (Putra et al, 2012). Pada penelitian ini digunakan daun
kemangi (Ocimum sanctum L) sebagai bahan unutk perlindungan sinar UV. Dimana daun kemangi
memiliki kandungan berupa kandungan kimia yang terkandung yaitu tanin (4,6%), flavonoid,
steroid/triterpenoid, minyak atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa, asam metil
homoanisat, molludistin serta asam ursolat (Peter, 2002). flavonoid pada daun kemangi yaitu
apigenin yang merupakan golongan flavon (Hariana, 2008) yang dapat digunakan sebagai
antioksidan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan formulasi tentang aktivitas perlindungan sinar
UV dari daun kemangi pada bedak tabur wajah (losse powder) berdasarkan nilai Sun Protection
Factor (SPF) secara spektrofotometri UV-VIS.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode Penelitian
Penelitian termasuk dalam penelitian kuantitatif eksperiment dengan melakukan
formulasi dan penentuan nilai SPF dari bedak tabur daun kemangi yang diharapkan memiliki
aktivitas sebagai tabir surya.
A. Alat
B. Bahan

Tahapan Penelitian
Diagram Alur

Pengumpulan Simplisia dan Standarisasi Simplisia.


pembuatan simplisia.

Pembuatan Ekstrak etanol daun Standarisasi Ekstrak.


kemangi.

Formulasi sediaan bedak tabur


(losse Powder) ekstrak daun
kemangi

Penentuan nilai SPF dari sediaan


bedak tabur (losse powder) ekstrak
daun kemangi
Prosedur Penelitian

Pengumpulan simplisia dan pembuatan simplisa:

Daun kemangi diperoleh dari Balai penelitian obat dan tanaman lalu dilakukan proses
pembuatan simplisia (pengumpulan, sortasi kering, pencucian, pengeringan daun, sortasi kering).
Simplisia daun yang telah diperoleh dilakukan proses penyerbukan yang selanjutnya dilakukan
standarisasi meliputi :

Shaath, N. A., 1990, The Chemistry of Sunscreens, in Sunscreens : Development, Evaluation, and
Regulatory Aspect, Lowe, N. J., and N. A. Shaath (Eds.), 211-232 Marcel Dekker Inc., New York

Putra, DP & Susanti, M 2012, ‘Aktivitas perlindungan sinar UV kulit buah Garcinia mangostana Linn
secara in vitro’, pp. 61-64

Tabrizi, H., Mortazavi, S.A., dan Kamalinejad, M. (2003). An In Vitro Evaluation of Various Rosa
damascena Flower Extracts As Natural Antisolar Agent. International journal Cosmetic science: 25 (6):
259-265.

Lee, A., &Kaplan, M.D., 1992, Suntan, Sunburn, and Sun Protection, Journal of Wildernes Medicine 3,
174-175, 179.

Stanfield, J.W., 2003, Sun Protectans: Enhancing Product Functionality in Sunscreen, in Schueller, R.
Romanowski, P., (Eds), Multifunctional Cosmetics, 145, Marcell Dekker Inc., New York.

Draelos, Z. D., &Thaman, L. A., 2006, 157-159, Cosmetic Formulation of Skin Care Products, Taylor and
Francis Group, New York.
Harry, R.G., 1982, The Principle and Practice of Modern Cosmetics, 6th Ed., 306-320; 702- 705, Leonard
Hill Book, London.

Balakhrisnan, K., & Narayanaswamy. 2011. Botanicals as Sunscreens: Their Role in the Prevention of
Photoaging and Skin Cancer. International Journal of Research in Cosmetics Science. 1(1): 1-12.

Anda mungkin juga menyukai