Anda di halaman 1dari 87

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK BEDAK PADAT

DARI EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI

(Cyperus rotundus L)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

YULI WIDIARTI

16080068

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019
KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai


Gelar Derajat Ahli Madya Farmasi

Oleh :
YULI WIDIARTI
16080068

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL


201 9

ii
D A L A M A N P E R S E T U J IN .4 N

FORMt LASI DAN €!JI SIFAT FISIK BEDAK PADAT


DARI EKSTRAK RIMPANG RUAIPtlT TEKI
{Cyperus rotundus L)

Oleh :

YULI W’IDIARTI

16080068

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBfiMBlNG I PEMBIM

Inur Tivani, S.Si, M. Pd Joko Santoso M.Farm


NIDN. 0610078502 NIDN. 0623109201
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :


NAMA : YULI WIDIARTI
NIM 16080068
Jurusan Program Studi DIII FARMASI
Judul Karya Tums Ilmiah : FORMULASI DAN UTI SIFAT FIST BEDAK
PADAT DARI EKSTRAK RIMPANG
RUMPUT TEKI (C.yperus rotundus L)
Telah berhasil dipertahankan dibadapan Tim Penguji dan di terima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuh memperoleh gelar Ahli
Nladya Farmasi pada J u rusan / Program Studi DIII Farniasi Politeknih
Harapan Bersama Tegal.
TIM PENGUJI

Penguji 1 Aldi Budi Riyanta, S. Si. M. T

Penguji 2 lnur Tivani, S.Si, M. Pd

Penguji 3 Joko Santoso, M.


Fawn
Tcgal, Juli 2019
Program Studi DIII Farmasi
Prdgram Studi,

(H o S. Farm. M.Sc.
NIPY. 010.007.038
Karja Tufts Ilmiah ini adalah hasil kari u sat’a sendiri,

tlan sem ua su mber baik yang dikutip man pun yang diruju k

telah saya nyatahan dengan benar.

NJM 1 6080068

DAF F86637

Tanda Tamar
.1 Lili. ?0 i 9

Tanggal
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULlS

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang beuanda
tans• n di bawah ini
Nama : YULI WIDI ARTI
NIM : 16080068
Jurusan ' Program studi : D1l1 FARMASI
jenis Karya Karya i uiis iimiah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Harapan Bersama Tega1 Hah Bebas Royalti Noneksklisif (Ar›ac-
e.vklu› ives Iloyult v I“re o highs ) atas karya ilmiah saya yang berjudul
FORMULASJ DAN UH SIFAT FISIK BEDAK PADAT DARI EKSTRAK
RIMPANG RUMPUT TEKI iCvperus rotundus L). Beserta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Noneksklusif ini Politeknik Harapan
Berasama I egaf berhak menyiinpan, inengalih medlWtormatLan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), meraivat dan meinpublikasikan karya
ilmiah saya selama tetep menca0trunkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan
pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Tegal

Yang menyatakan
CEAFF870258

(J 6080068)
MOTTO

Tidak ada akal yang lebih baik daripada orang yang suka
berpikir, dan taka ada sesuatu derajat yang dapat dinilai
daripada luhurnya budi pekerti .

(Nabi Muhammad SAW)


Mencari ilmu itu seperti ibadah, mengungkapkannya seperti bertasbih,
menyelidikinya seperti berjihad, mengajarkannya seperti bersedakah,
dan memikirkannya seperti berpuasa.

(Ibnu Adz Bin Jabbal)

Sebuah pencarian akan dimulai dengan keberuntungan bagi si pemula, dan


pencarian akan diakhiri dengan ujian berat bagi si pemenang.

(Paulo Coelho)

Kupersembahkan Buat:

 Allah SWT
 Kedua orang tuaku
 Sahabat-sahabat ku
 Teman-teman satu angkatan
 Dosen pembimbingku
 Keluarga besar DIII Farmasi
 Almamaterku

vii
PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan, rahmat

serta hidayah Nya kepada kami. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W serta umatnya yang

sholeh.

Alhamdulillah, Saya mengucapkan syukur karena penulisan karya tulis ilmiah ini

yang membahas tentang FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK BEDAK

PADAT DARI EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus

L) dapat terselesaikan dalam waktu yang diharapkan walaupun dalam bentuk

yang sederhana.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak Khafdilah MS, S.Kom, SH selaku ketua Yayasan Politeknik Harapan

Bersama kota Tegal.

2. Bapak Mc. Chambali, B.Eng,E.E, M.Kom selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama kota Tegal.

3. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm, M.Sc., Apt selaku Kaprodi DIII Farmasi di

Politeknik Harapan Bersama kota Tegal.

viii
4. Ibu Inur Tivani, S.Si, M. Pd selaku pembimbing I pelaksana karya Tulis

Ilmiah Program studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

5. Bapak Joko Santoso, M.Farm selaku pembimbing II pelaksana Karya Tulis

Ilmiah Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama kota Tegal.

6. Orang tua dan keluarga atas restunya,

7. Teman terbaik (Alfina, tuhfatul, khanifah, lia waroka dan Putri Nk

8. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiahini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiahini

masih sangat jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu saran serta kritikan

dari semua pihak masih penulis harapkan demi perbaikan karya tulis

ilmiahini sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Tegal, Juli 2019

Penulis

ix
INTISARI

Widiarti, Yuli., Tivani, Inur., Santoso, Joko., 2019. Formulasi dan Uji Sifat
Fisik Bedak Padat Dari Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus
L).
Rumput teki merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah tanpa
memilih tanah atau ketinggian tempat, dimana bagian yang sering digunakan
adalah rimpang. Rimpang teki memiliki kandungan kimia diantaranya adalah
alkaloid. Alkaloid memiliki sifat biologis yang menyegarkan tubuh dan
melembutkan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan bedak padat
dengan memakai ekstrak rimpang rumput teki dan untuk mengetahui formula
rimpang rumput teki yang memberikan sifat fisik yang baik.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Politeknik Harapan
Bersama Kota Tegal. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode maserasi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:7,5.
Metode uji alkaloid menggunakan pereaksi bauchardat dan hasil penelitian
menunjukan bahwa uji skrining fitokimia rumput teki benar mengandung
alkaloid.
Hasil penelitian ekstrak rimpang rumput teki dapat digunakan dalam
pembuatan sediaan bedak padat. Ada pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak
rimpang teki yang paling baik berdasarkan uji sifat fisik dilihat dari uji kesukaan.
Formula II memberikan sifat fisik yang paling baik dengan konsentrasi ekstrak
rimpang rumput teki 3%.

Kata Kunci : Ekstrak Rimpang Teki, Bedak Padat, Metode Maserasi, Uji
Sifat Fisik.

x
Abstract

Widiarti, Yuli., Tivani, Inur., Santoso, Joko., 2019. Formulation and Physical
Properties Test of Compact Powder from Grass Rhizome (Cyperus rotundus L )
Extract
Grass is a plant that can grow easily without choosing land or altitude, where
the part that is often used is rhizome. The rhizome of the puzzle has a chemical
content including alkaloids. Alkaloids have biological properties that refresh the
body and soften the skin. This study aimed to make solid powder preparations
using grass rhizome extract and to find out the formula of the rhizome of grass
riddles which provides good physical properties.
This research was conducted at the Harapan Bersama Pharmacy Laboratory.
The extraction method used in this study was the maceration method with ethanol
96% solvent with a ratio of 1: 7.5. Alkaloid test method was using Bauchardat
reagent and the results of the study showed that the phytochemical screening test
of the grass was true containing alkaloids.
The results of research on rhizome grass rhizome extract can be used in
making solid powder preparations. There is an effect of the difference in
concentration of the best rhizome extract based on the test of physical properties
seen from the test of preference. Formula II provides the best physical properties
with a concentration of 3% grass rhizome extract.
Keywords: Extract of Rhizome, Compact Powder, Maceration Method, Physical
Properties Test.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
INTISARI...............................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................3
1.6 Keaslian Penelitian.............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS...............................................5
2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................5
2.1.1 Tanaman Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L)........5
2.1.2 Simpilisia................................................................................7
2.1.3 Ekstrak..................................................................................11
2.1.4 Serbuk...................................................................................13
2.1.5 Metode Maserasi...................................................................13
2.1.6 Kosmetik...............................................................................15
2.1.7 Bedak padat...........................................................................15
2.1.8 Uraian Bahan........................................................................22
2.1.9 Pemeriksaan mutu sifat fisik sediaan....................................24
2.2. Hipotesis...........................................................................................26

xii
xiii

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................27


3.1 Objek Penelitian................................................................................27
3.2 Sampel dan teknik sampling.............................................................27
3.3 Variabel penelitian............................................................................27
3.3.1 Variabel bebas.......................................................................27
3.3.2 Variabel terikat......................................................................28
3.3.3 Variabel terkontrol................................................................28
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................28
3.4.1 Cara Pengumpulan Data.......................................................28
3.4.2 Alat dan Bahan......................................................................28
3.4.3 Cara kerja..............................................................................29
3.4.4 Formulasi..............................................................................35
3.4.5 Pembuatan bedak padat.........................................................36
3.4.6 Evaluasi Uji Sifat Fisik Bedak Padat....................................38
3.5 Cara Analisis.....................................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................42
BAB V PENUTUP.................................................................................................56
5.1 Kesimpulan.......................................................................................56
5.2 Saran.................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
LAMPIRAN...........................................................................................................59

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................4


Tabel 4.1 Hasil uji makroskopik serbuk rimpang teki..........................................43
Tabel 4.2 Hasil uji mikroskopik serbuk rimpang teki............................................44
Tabel 4.3 Uji Bebas Etanol....................................................................................46
Tabel 4.4 Hasil Uji Alkaloid..................................................................................46
Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptis..........................................................................48
Tabel 4.6 Uji Homogenitas....................................................................................49
Tabel 4.7 Uji Iritasi................................................................................................50
Tabel 4.8 Uji Keretakan.........................................................................................51
Tabel 4.9 Uji pH.....................................................................................................52
Tabel 4.10 Hasil Uji Kesukaan..............................................................................53

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rimpang Teki.......................................................................................5


Gambar 2.2 Rimpang Teki.......................................................................................5
Gambar 3.1 Skema Pengambilan Bahan................................................................30
Gambar 3.2 Skema Pembuatan Serbuk Simplisia..................................................30
Gambar 3.3 Skema uji identifikasi makroskopis...................................................31
Gambar 3.4 Skema Identifikasi Mikroskopik........................................................31
Gambar 3.5 Skema Pembuatan Ekstrak Rimpang Rumput Teki...........................33
Gambar 3.6 Skema uji bebas etanol.......................................................................33
Gambar 3.7 Skema Pembuatan Sediaan Bedak Padat...........................................37
Gambar 3.8 Uji Organoleptis.................................................................................38
Gambar 3.9 Skema pemeriksaan homogenitas......................................................39
Gambar 3.10 Uji Iritasi..........................................................................................39
Gambar 3.11 Uji Keretakan...................................................................................40
Gambar 3.12 Uji pH...............................................................................................40
Gambar 3.13 Uji Kesukaan....................................................................................41

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan % bobot kering terhadap bobot basah rimpang teki.....60


Lampiran 2. Perhitungan penimbangan bahan......................................................61
Lampiran 3. Perhitungan hasil uji kesukaan.........................................................63
Lampiran 4. Gambar pembuatan serbuk rimpang teki..........................................64
Lampiran 5. Gambar pembuatan ekstrak rimpang teki.........................................65
Lampiran 6. Pembuatan sediaan bedak padat.......................................................67
Lampiran 7. Gambar uji fisik sediaan bedak padat...............................................68

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

panas. Tinggal di daerah tropis berarti akan lebih banyak terkena paparan

sinar matahari langsung. Sinar matahari berperan penting bagi kesehatan

manusia terutama pada wajah. Namun, paparannya juga memiliki dampak

negatif terhadap kesehatan. Sinar matahari memicu terjadinya perubahan

pigmen kulit dan kulit terbakar yang menimbulkan eritmen atau kemerahan.

Sinar matahari mampu menembus sampai ke lapisan epidermis kulit dan

menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan sehingga mempercepat

penuaan pada kulit (Djuanda, 2010).

Peningkatan suhu udara yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan

peningkatan produksi minyak didalam tubuh terutama pada wajah. Maka

perlu diperlukan kosmetik peluang salah satu contohnya yaitu bedak. Bedak

dibuat dengan tujuan untuk mengurangi kilau pada wajah akibat kulit wajah

yang berminyak. Peningkatan produksi minyak pada wajah juga dapat

disebabkan oleh kosmetik yang mengandung zat kimia berbahaya. Maka

dibuatlah kosmetik dengan bahan alami karena bahan alami lebih aman dalam

penggunaanya dibanding bahan kimia. Bahan alami yang dapat digunakan

untuk pembuatan bedak padat ini adalah rimpang rumput teki.

1
2

Rimpang rumput teki mempunyai khasiat untuk kesehatan tubuh, dan

kecantikan kulit wajah. Rumput teki merupakan salah satu tanaman gulma

yang dapat tumbuh dengan mudah. Namun rimpang rumput teki ini

mengandung berbagai bahan penting untuk pengobatan herbal dan kandungan

utamanya adalah alkaloid yang berfungsi untuk menyegarkan tubuh dan

melembutka kulit. Serbuk rimpang rumput teki sering digunakan masyarakat

sebagai bedak karena aromanya yang khas menyegarkan, sedikit berbau

mentol, dan karena baunya yang khas, serbuk rimpang juga sering digunakan

sebagai bedak anti nyamuk. Rimpang teki (Cyperus rotundus L) merupakan

tanaman liar yang banyak digunakan untuk mengobati penyakit seperti, gatal-

gatal dikulit dikulit (Rahim dkk, 2017).

Dalam pembuatan sediaan bedak padat harus melakukan pemeriksaan

uji sifat fisik bedak padat yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji

pH, uji keretakan, uji iritasi dan uji kesukaan. Berdasarkan uraian tersebut

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Formulasi dan uji sifat

fisik bedak padat dari ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L)”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak rimpang rumput teki dapat digunakan dalam pembuatan

sediaan bedak padat?

2. Pada konsentrasi berapa rimpang rumput teki yang memiliki sifat fisik

yang paling baik dalam pembuatan sediaan bedak padat.


1.3 Batasan Masalah

1. Sampel rimpang rumput teki diperoleh langsung dari pasar pagi kota

tegal.

2. Uji sampel yang digunakan adalah uji makroskopis, mikroskopis dan uji

bebas etanol.

3. Konsentrasi ekstrak rimpang teki yang digunakan dalam Pembuatan

bedak padat yaitu 1%, 3% dan 5%.

4. Pemeriksaan mutu fisik sediaan bedak padat meliputi uji organoleptis,

pemeriksaan homogenitas, uji iritasi, uji keretakan,uji pH dan uji

kesukaan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan bedak padat menggunakan ekstrak

rimpang rumput teki .

2. Untuk mengetahui konsentrasi rimpang rumput teki terhadap sifat fisik

yang paling baik dalam pembuatan bedak padat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan pada masyarakat tentang manfaat rimpang

rumput teki yang di gunakan dalam pembuatan sediaan bedak padat.

2. Memberikan informasi tentang konsentrasi rimpang teki yang

memiliki sifat fisik paling baik pada sediaan bedak padat.


1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Pembeda Penulis 1 Penulis II Mahasiswa

Rahim,dkk(2017) Justitia(2014) Widiarti(2019)

1. Judul Formulasi dan uji Formulasi sediaan Formulasi dan uji


Penelitian sifat fisik bedak bedak padat sifat fisik bedak
tabur dari ekstra menggunakan sari padat dari ekstrak
rimpang rumput wotel rimpang rumput
teki(Cyperus teki(Cyperus
rotundus L) rotundus L)
sebagai antiseptik

2. Sampel Rimpang rumput Wortel Rimpang rumput


teki teki

3. Variabel Maserasi Maserasi Maserasi


Penelitian

4. Metode Penelitian Penelitian Penelitian


Penelitian eksperimen eksperimen eksperimen

5. Hasil Data hasil Variasi Hasil penelitian


Penelitian konsentrasi saya yang
penelitianyang
pewarna sari memberikan sifat
paling kuat formula wortel yang paling baik yaitu
digunakan pada formula II
3 dengan
menghasilkan dengan
konsentrasi 7% perbedaan warna konsentrasi 3%
pada bedak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L)

Gambar 2.1 Rimpang Teki (dokumentasi pribadi, 2018).

1. Klasifikasi tanaman rimpang rumput teki menurut

(Kristanti,2013):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Cyperales

Family : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Species : Cyperus rotondus L

5
6

2. Morfologi rimpang rumput teki

Rumput teki adalah rumput liar yang tumbuh di tempat

terbuka, sering dianggap seperti gulma (tanaman hama) dan

sering tumbuh di pinggir jalan, lapangan rumput, dan lahan

pertanian. Tanaman ini sangat adaptif dan mampu untuk tumbuh

hampir dikondisikan apapun. Tanaman ini bisa tumbuh di

ketinggian 1-1000 meter diatas permukaan air laut.

3. Kandungan rimpang rumput teki

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Kilani dkk.,2005;

Kumar dkk., 2014). bahwa umbi teki ini mengandung senyawa

kimia diantaranya alkaloid. Fungsi alkaloid sendiri disini berguna

untuk menyegarkan tubuh dan melembutkan kulit. Adanya

alkaloid ditujukan oleh pereaki bauchardat yang menghasilkan

endapan berwarna coklat.

4. Manfaat rimpang teki

Secara tradisional masyarakat di berbagai daerah di banyak

negara telah lama dan banyak memanfaatkan rimpang rumput teki

ini sebagai obat, terutama kandungan minyak atsirinya yang telah

diteliti sebelumnya yang mempunyai khasiat yang banyak untuk

kesehatan. Apalagi jika sudah diserbuk rimpang teki ini

digunakan oleh masyarakat sebagai bedak dingin dengan aroma

yang khas menyegarkan, sedikit berbau menthol, dan karena

baunya yang khas juga sering digunakan sebagai bedak anti


nyamuk. Dan dapat juga digunakan untuk sebagai obat berbagai

penyakit seperti antidiare, antijamur (Rahim dkk, 2017).

2.1.2 Simpilisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan (Djuanda 2010).

1. Macam-macam simplisia yaitu:

a. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian

tanaman dan eksudat tanaman.

b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum

berupa zat kimia murni.

c. Simplisia mineral adalah simplisia berupa bahan mineral, baik

telah diolah atau belum diolah dan belum berupa zat kimia

murni.

2. Tahapan dalam pembuatan simplisia

Menurut Prasetyo (2013), tahapan dalam pembuatan simplisia

ada beberapa tahap yaitu:

a. Pengumpulan bahan

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada

bagian tanaman yamag digunakan, umur tanaman, atau bagian

tanaman saat panen, dan lingkungan tempat tumbuh jika

penanganan ataupun pengaolahan simplisia tidak benar maka


mutu produk yang di hasilkan kurang berkhasiat atau

kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.

b. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya

bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput liar, batang,

daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya yang

harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi oleh karena itu pembersihan

simplisia dari tanah yang berikut dapat mengurangi jumlah

mikroba awal.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba lainnya yang melekat pada

bahan simplisia. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang

sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya

zat yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus

dilakukan dengan air bersih secara mengalir.

d. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia

yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu

yang lebih lama, selain itu pengeringan dilakukan untuk

mengeluarkan atau menghilangkan kadar air sari suatu bahan.


Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi

enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan

simplisia.air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar

tertentu dapat menyebabkan media pertumbuhan kapang dan

jasad renik lainnya, secara umum kadar air simplisia tanaman

obat tidak boleh lebih dari 10%. Selama proses pengeringan

harus memperhatikan suhu pengeringan, kelembaban

udara,aliran udara, dan lamanya waktu pengeringan. Suhu

pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara

pengeringannya.

3. Cara pengeringan

Beberapa metode yang digunakan untuk pengeringan tanaman

menurut (Djuanda 2010).

a. Pengeringan dengan sinar matahari langsung.

Metode pengeringan ini dilakukan untuk mengeringkan

bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji

dan sebagai yang mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.

Pengeringan ini yang banyak dipraktikan di Indonesia

merupakan suatu cara yang mudah dan murah, biasanya

dilakukan dengan membiarkan bahan yang telah dipotong-

potong diudara terbuka di atas tampah tanpa kondisi yang

terkontrol seperti suhu, kelembaban dan aliran udara. Metode

pengeringan ini sangat tergantung dengan keadaan iklim,


sehingga metode ini hanya baik dilakukan di daerah yang

udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun

hujan. Cara ini dinilai cukup ekonomis, tetapi kurang efektif

karena selalu dipengaruhi oleh keadaan cuaca setempat.

b. Pengeringan dengan cara diangin-anginkan

Metode pengeringan ini dilakukan tidak dipanaskan dengan

sinar matahari langsung. Cara ini biasanya digunakan untuk

mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun,

dan sebagainya yang mengandung senyawa aktif mudah

menguap.

c. Pengeringan dengan oven

Metode pengeringan dengan oven sangat efektif dan

efisien karena selama melakukan pengeringan tidak

dipengaruhi keadaan cuaca setempat. Selama melakukan

pengovenan tanaman, yang harus diperhatikan adalah derajat

panas yang dihasilkan oleh oven serta waktu yang dibutuhkan

pada saat pengeringan. Suhu open pengeringan tergantung

dengan bahan simplisia dan cara pengeringan. Bahan simplisia

dapat dikeringkan pada suhu 30˚C sampai 90˚C, tetapi suhu

yang terbaik adalah tidak melebihi

60˚C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang

tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada

suhu serendah mungkin, misalnya 30˚C sampai 45˚C. Hal ini


dikarenakan supaya simplisia tanaman yang diperoleh ideal dan

tidak mengalami kehangusan.

4. Susut pengeringan

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah

pengeringan pada temperatur 105˚C selama 30 menit atau sampai

berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen.dalam hal

khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa

pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu

kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan udara

terbuka. Reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam

simplisia kurang dari 10%. Tujuan mengetahui susut pengeringan

adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya

senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Depkes RI, 1985).

e. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-

benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan

pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia. Proses

ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan

(Prasetyo, 2013).

2.1.3 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental atau cair,

di buat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut


carayang sesuai yaitu maserasi, perkolasi atau soxhletasi. Pembuatan

sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat disimplisia terdapat

dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini

memudahkan zar berkhasiat untuk diatur dosisnya (Anief, 1987).

Ekstrak kental sediaan ini kuat dalam keadaan dingin dan tidak

dapat dituang, kandungan airnya berjumlah 30%. Sistem pelarut yang

digunakan dalam pembuatan ekstrak dipilih berdasarkan

kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimum dari zat aktif

dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Dalam

banyak hal mempunyi sifat kelarutan yang sama pula dapat diekstraksi

secara simultan dengan pelarut tunggal atau campuran. Proses

ekstraksi pada dasarnya adalah mengumpulkan zat aktif dari bahan

mentah obat dan mengeluarkan senyawa bahan-bahan sampingan

yang tidak diperlukan.

Berdasarkan sifatnya, ekstrak dapat di bagi menjadi empat

golongan yaitu, yaitu:

1. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang

mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet.

2. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsentrasi seperti

madu dan dapat di tuang.

3. Ekstrak kental adalah sediaan yang dapat dilihat dalam keadaan

dingin dan tidak dapat di tuang, kandungan air didalam ekstak ini

berjumlah sampai 30%.


4. Ekstrak kering adalah ekstrak yang memiliki konsentrasi kering

dan mudah digosokkan melalui penguapan cairan pengekstraksi

dan pengeringan, sisanya akan terbentuk suatu produk yang

sebaiknya memiliki lembab tidak lebih dari 5%.

2.1.4 Serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang di

haluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah

terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan.

Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat

dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk

memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur

harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh seperti tertera

pada pengayak dan derajat halus serbuk <1141> agar tidak

menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Depkes RI, 2000).

2.1.5 Metode Maserasi

Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan

cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan

masuk kedalam sel tanaman melewati kedalam sel.

Proses maserasi ini menguntungkan dalam isolasi bahan alam

karena selama proses perendaman akan terjadi proses pemecahan

dinding dan membran sel akan beda tekanan antara didalam dan
diluar selnya sehingga metabolit sekunder yang ada didalam

sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan senyawa akan

tereaksi sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang

dilakukan

Simplisia yang di ekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana

bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana

ditutup rapat, kemudian dikocok berulang-ulang sehingga

memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan simplisia.

Rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung

(mencegah reaksi yang dikatalis oleh cahaya atau perubahan

warna).Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu tersebut

keseimbangan antara bahan yang di ekstraksi pada bagian dalam sel

telah di capai. Dengan pengocokan keseimbangan konsentrasi bahan

ekstaksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi

menyebakan turunya perpindahan dengan aktif (Kristanti, 2013).

Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan

cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari

pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk

kedalam sel tanaman melewati dinding sel, isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan diluar

sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan tersedak keluar dan

diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah. Maserasi biasanya


dilakukan pada temperatur atau suhu kamar dalam waktu selama 3

hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut.

Keuntungan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan kerugian dari

cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang

sempurna.

2.1.6 Kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada

kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya

tarik serta merubah rupa. Adanya kontak antara kosmetika dengan

kulit, maka kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian

yang lebih dalam dari tubuh. Kontak kosmetik dengan kulit

menimbulkan efek positif berupa manfaat dari kosmetik dan efek

negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik (Tranggono,

2007).

2.1.7 Bedak padat

1. Menurut Justitia (2014) definisi bedak kompak atau bedak padat

yaitu:

Bedak kompak yang diperkenalkan di Amerika pada tahun

1930 telah mencapai popularitasnya dikarenakan penggunaanya

yang sangat mudah dan penyimpanan yang nyaman. Bedak

kompak atau bedak padat adalah bubuk yang dikompres menjadi

padatan. Penggunaan bedak kompak biasanya dengan memakai


spons bedak. Bedak kompak harus dapat menempel dengan mudah

pada spons bedak dan padatan bedaknya harus cukup kompak,

tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan normal.

Bahan baku dasar bedak kompak sama seperti bahan dasar

bedak tabur namun, pada bedak kompak menggunakan pengikat

agar bedak dapat dipress membentuk sebuah cake. Sifat dari

pengikat yaitu membantu dalam kompresi,adhesi dan

mengembangkan pewarna. Jika tingkat pengikat yang terlalu besar,

bedak akan semakin mengeras sehingga menyebabkan bedak

menjadi sukar untuk dipoleskan pada wajah. Tingkat pengikat yang

baik di gunakan antara 3 hingga 10 %,tergantung pada variabel

formulasi. Pigmen pewarna dapat ditambahkan pada bedak

kompak.

Bentuknya sangat padat digunakan setelah pemakaian alas

bedak. Bahan-bahan yang terkandung didalamnya membuat bedak

jenis padat ini cepat menyerap sekaligus mengurangi minyak.

Bentuknya beragam tidak mudah tumpah hingga praktis dibawa

kemanapun. Sebaiknya dioleskan tipis-tipis saja.

2. Bahan Tambahan

Menurut Barel (2001), komponen bedak yang di gunakan adalah:

a. Zat aktif

Zat aktif merupakan zat yang memberikan efek

farmakologis, idealnya zat aktif yang akan diformulasikan


dalam sediaan harus mempunyai sifat kemurniannya tinggi,

stabil kompatibel dengan semua zat tambahan atau eksipien.

b. Zat tambahan

Zat tambahan disebut juga dengan eksipien merupakan

bahan selain zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi suatu

sediaan untuk berbagai tujuan dan fungsi. Bahan tambahan

bukan merupakan bahan aktif, namun secara langsung atau

tidak langsung akan berpengaruh pada kualitas atau mutu dari

sediaan yang dihasilkan. Zat tambahan ang ada dalam sediaan

bedak antara lain: magnesium stearat berfungsi sebagai daya

licin yang baik serta memberikan kesan kelembutan, zink

oksida memiliki fungsi daya lekat yang baik , metil paraben

memiliki fungsi sebagai zat pengawet.

c. Pengharum

Pemilihan parfum yang cocok dan sifat efesiennya

yangdigunakan dalam bedak wajah adalah sangat penting,

karena bau dari bedak memiliki peranan penting dalam

kemampuan penjualan dari produk. Penggunaan parfum yang

cocok bukan merupakan prosedur yang mudah, karena

permukaan yang sangat luasdari padatan bedak dan

kemungkinan reaksi dari parfum dengan bahan-bahan dasar

lainnya. Jika bahan dasar merupakan bahan-bahan yang halus,

wangi yang dipilih akan lebih sedikit dari pada masalah dalam
penyelesaian formulasi bedak wajah, penggunaan pengharum

dalam pembuatan bedak tidak boleh terlalu banyak atau

secukupnya saja, misalnya oleum rosae yang memiliki fungsi

sebagai aroma atau pengharum.

d. Pewarna

Pewarna merupakan bahan atau campuran bahan yang

digunakan untuk memberi atau memperbaiki warna pada

kosmetik. Zat warna merupakan suatu bahan baik alami

maupun sintesis yang dapat memberikan warna. Jenis pewarna

ada dua yaitu pewarna alami yang berasal dari tumbuhan.

Karakteristik pewarna alami memiliki variasi warna yang

terbatas, jenis pewarna alami yang berasal dari tumbuhan yang

sering digunakan adalah klorofil,curcumin, antosianin, dan

karetonoid sedangkan pearna sintesis merupakan pewarna yang

berasal dari zat kimia. Karakteristik pewarna sintesi memiliki

variasi yang lebih banyak. Contoh pewarna sintesis antara lain

sunset yellow, carmoisine, methanil yellow, terirazine. Fungsi

utama dalam sediaan bedak adalah menyamarkan bintik atau

noda serta menghasilkan warna yang indah untuk wajah.

e. Pengikat

Beberapa jenis bahan pengikat yang akan digunakan

dalam bedak wajah adalah bervariasi dan banyak. Oleh karena

itu ,terdapat 5 tipe dasar pengikat yang digunakan .


1) Pengikat kering

Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat

(zink atau magnesium stearat) di butuhkan untuk

meningkatkan tekananbagi kompaknya bedak kompak.

2) Pengikat minyak

Minyak tunggal, seperti minyak minneral, isopropil

miristat dan turunan lanolin, dapat digunakan untuk

dicampurkan dalam formula sebagai pengikat. Penggunaan

pengikat minyak ini banyak digunakan dalam formula bedak

kompak.

3) Pengikat larut air

Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya

adalah gum seperti tragakan, karaya dan arab. Penambahan

pengawet penting dalam mdium gum dan juga dalamsemua

larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan

bakteri.

4) Pengikat tidak larut air

Pengikat tidk larut air digunakan secara luas dalam

bedak kompak. Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe

dan turunan lanolin , dapat digunakan dan dicampur dengan

sejumlah air untuk membantu pembentukan bedak padat

yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan


membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban

bedak.

5) Pengikat emulsi

Karena kesulitan tercapainya keseragaman penggunaan

pengikat tidak larut air dalam bedak kompak, peneliti telah

mengembangkan bahan pengikat emulsi yang sekarang telah

banyak digunakan. Emulsi memberikan distribusi yang

seragam baik padafase minyak maupun fase air, dimana hal

penting dalam pengempaan serbuk. Pengikat emulsi tidak

akan kehilangan kelembaban secepat pengikat tidak larut air.

Penggunaan minyak dalam bentuk emulsi bertujuan untuk

mencegah penggumpalan yang dapat terjadi ketika minyak

tunggal digunakan sebagai pengikat dalam bedak wajah.

6) Talkum

Secara kimiawi talk adalah magnesium silikat ini

merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi bedak

modern sifat yang sangat luar biasa adalah mudah menyebar

dan kekuatan yang cukup baik. Untuk bedak wajah talk

harus putih dan tidak berbau dengan rasa halus. Tentu saja

sifat mudah menyebar ini adalah yang paling dibutuhkan.

Ukuran partikel dari talk adalah salah satu kriteria untuk

standar kualitasnya. Paling tidak 98% harus dapat melewati

ayakan 200 mesh (tidak lebih dari 74 mikro) talk


termikronisasi sekarang sudah tersedia dimana ukuran

partikel dapat dikurangi menjadi beberapa mikron.

Penggunaan dari talk termikronisasi dalam ukuran partikel

dan nilai massa besar yang diinginkan. Padatan dari massa

besar adalah sangat penting dalam talk, karena sangat

mempengaruhi kualitas sekaligus pengepakan dari produk

akhir. Talkum mempunyai fungsi sebagai bahan pengisi atau

bahan dasar dalam bedak.

3. Karakteristik Bedak

Karakteristik bedak menurut Justitia, (2014) sebagai berikut:

a. Daya penutupan bedak

Daya penutupan bedak adalah kemampuan untuk menutupi

cacat dan kemerahan pada wajah. Kemampuan ini dapat

diperoleh dari bahan-bahan seperti kaolin, zink oksida.

b. Daya Lekat

Daya lekat mengindikasikan seberapa baik bedak melekat

pada kulit. Daya lekat juga membantu menentukan tahan bedak

(lasting power) Daya lekat diperoleh dari penggunaan

magnesium stearat.

c. Pewarna

Pewarna adalah bahan tambahan alam dalam sebuah produk

kosmetik dekoratif seperti bedak. Fungsi utama pewarna adalah

menyamarkan bintik atau noda serta menghasilkan warna yang


indah untuk menciptkan daya tarik. Pewarna terbagi menjadi

pewarna bahan organik sintetik, pigmen inorganik dan pewarna

alami.

d. Pengawet

Pengawet adalah bahan untuk mencegah tumbuhnya

mikroorganisme yang bisamerusak produk atau tumbuh pada

produk kosmetik. Bahan pengawet yang sering digunakan

dalam dunia farmasi salah satunya adalah metil paraben.

4. Fungsi sediaan bedak

Menurut Tranggono (2007) fungsi dari sediaan bedak antara lain:

a. Mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada

kulit atau keringat.

b. Mempercantik wajah

c. Dapat menutupi kekurangan kulit seperti pori-pori besar, warna

kulit yang tidak rata dan cacat kecil pada wajah.

2.1.8 Uraian Bahan

a. Zink Oksida (Depkes RI, 1979).

Sinonim : Zinci oxydum

Pemerian : Serbuk amorf sangat halus, putih, atau putih

kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun

menyerap karbon dioksida dari udara.


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%)p, larut dalam asam mineral encer dan dalam

alkali hidroksida.

Standar : <25%

Khasiat : Zat tambahan dan memiliki daya lekat yang baik

b. Mg stearat (Depkes RI, 1979).

Sinonim : Magnesium Octadecanoate

Pemerian : Putih mengkilap, endapan putih, bau seperti asam

stearat.

Kelarutan : Praktis tidak larut etanol, etanol 95%,eter dan air,

mudah larut dalam benzene hangat dan etanol

hangat.

Standar : 0,25%-5%

Khasiat : Zat tambahan dan sebagai pelicin yang baik.

c. Metil paraben (Depkes RI, 1979).

Sinonim : Nipagin

Pemerian : Serbuk putih hablur halus, putih, hampir tidak

berbau

Kelarutan : larut dalam airdandalam etanol (95%)

Standar : 0,02%-0,3%

Khasiat : zat tambahan dan zat pengawet

d. Talkum (Depkes RI, 1979).

Sinonim : Talk
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat

pada kulit, warna putih atau putih kelabu

Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua

pelarut Standar: ad 100 g

Khasiat : bahan dasar atau pengisi dalam pembuatan bedak

e. Rose Oil (Depkes RI, 1979).

Sinonim : Minyak mawar atau oleum rosae

Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning bau menyerupai

bunga mawar, rasa khas .

Khasiat : zat tambahan atau pengaroma

f. Paraffin liquid

Sinonim : paraffin cair

Pemerian : cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

punya rasa

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol

Standar : 1,0 – 32,0%

Khasiat : Pengikat

2.1.9 Pemeriksaan mutu sifat fisik sediaan

a. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan menggunakan panca indra.

komponen yang dievaluasi meliputi bentuk, bau, warna dan

tekstur.
b. Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan dengan menyebarkan

bedak padat pada kertas putih dan dilihat homogenitasnya. Jika

warna pada dasar menyebar secara merata, maka bedak dikatakan

homogen (Justitia, 2014).

c. Uji iritasi

Uji iritasi ini dilakukan terhadap sediaan bedak padat dari ekstrak

rimpang teki dan teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah

dengan cara dilakukan pada 10 orang panelis dengan cara

mengoleskan sediaan bedak padat selama 15 menit pada kulit

lengan bawah. Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi adanya

kemerahan, gatal-gatal pada kulit lengan bawah pada bagian yang

diberi perlakuan (Rahim dkk, 2017).

d. Uji Keretakan

Uji keretakan bedak kompak dilakukan dengan menjatuhkan

bedak pada permukaan kayu beberapa kali (2-3kali). Jika bedak

kompak tidak rusak, menunjukan bahwa kekompakannya lulus uji

dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak

memuaskan (Juatitia, 2014).

e. Uji pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH

meter yang bertujuan untuk mengetahui sediaan asam atau basa.


f. Uji kesukaan

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesukaan

responden terhadap sediaan bedak padat dari ekstrak rimpang teki

yang meliputi respon warna,aroma dan kehalusan.

2.2. Hipotesis

1. Pembuatan sediaan bedak padat dari ekstrak rimpang rumput teki itu

bisa digunakan.

2. Pada konsentrasi 3% yang memiliki sifat fisik yang paling baik dalam

pembuatan sediaan bedak padat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah mengenai formulasi dan uji sifat

fisik sediaan bedak padat dari ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

rotundus L).

3.2 Sampel dan teknik sampling

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah bedak padat dari

rimpang rumput teki yang didapat melalui proses maserasi dan di ekstraksi

yang kemudian di buat sediaan bedak padat.

Pada peneitian ini subjek pemilihan dipilih secara purposive

sampling menggunakan metode purposive sampling karena pengambilan

sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan untuk dapat dianggap

mewakili karakteristik.

3.3 Variabel penelitian

3.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas adalah faktor faktor yang menjadi pokok

permasalahan yang ingin diteliti atau penyebab utama suatu

gejala. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi

rimpang rumput teki yaitu 1%, 3%, dan 5%.

27
28

3.3.2 Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung

dari variabel bebas yang diberikan dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya pengaruh (kriteria dan variabel bebas). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah sifat fisik bedak padat dari

ekstrak rimpang rumput teki.

3.3.3 Variabel terkontrol

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

tetapi tidak diteliti. Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah

lokasi pengambilan rimpang rumput teki , metode ekstraksi yang

akan digunakan, dan cara pembuatan sediaan bedak padat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif.

2. Metode pengambilan data menggunakan eksperimen di

laboratorium farmasi Politeknik Harapan Bersama

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam proses ini adalah mortir dan

stemper, timbangan analitik, ayakan 44, 60 dan 100 mesh, alat

pencetak dan wadah bedak, blender dan oven.


2. Bahan penelitian

Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ekstrak rimpang rumput teki,etanol 96%, zink oksida, mg

stearat, metil paraben,oleum rosae, parafin cair dan talk.

3.4.3 Cara kerja

1. Pengambilan sampel

Rimpang rumput teki yang digunakan untuk pembuatan

sediaan bedak padat diperoleh dari pasar pagi kota Tegal.

Pengambilan sampel yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap

yaitu:

a. Pengumpulan sampel

Tahapan pengumpulan sampel sangat menentukan

kualitas bahan baku. Pada tahap ini yaitu pengambilan

sampel rimpang rumput teki yang masih segar.

b. Sortasi

Pemilihan rimpang rumput teki dilakukan dengan

menyortasi terhadap bagian tanaman yang rusak dan tidak

digunakan.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran

yang melekat pada sampel.


d. Pengeringan

tujuan pengeringan untuk mendapatkan simplisia

yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lama.

Pengumpulan bahan baku

Melakukan sortasi basah

Melakukan pengeringan terhadap bahan baku

Gambar 3.1 Skema Pengambilan Bahan (Prasetyo, 2013).

2. Pembuatan serbuk rimpang rumput teki

Serbuk rimpang rumput teki yang telah dikeringkan

melalui proses pembuatan serbuk dengan cara diblender

tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan

kimia yang dibutuhkan dan di ayak dengan ayakan. Serbuk

rimpang rumput teki ditimbang untuk persiapan bahan

maserasi. Secara skema dapat dilihat skema dibawah ini:

Mengeringkan rimpang rumput teki yang telah disortasi

Menghaluskan rimpang rumput teki dengan di blender

Mengayak serbuk rimpang rumput teki

Menimbang serbuk rimpang rumput teki


Gambar 3.2 Skema Pembuatan Serbuk Simplisia (Prasetyo,
2013).
1. Uji identifikasi makroskopis serbuk rimpang rumput teki

Uji makroskopis pada serbuk rimpang rumput teki

dilakukan dengan cara mengamati serbuk rimpang rumput

teki yang me;iputi bentuk, warna, bau, dan rasa.

Mengambil serbuk rimpang rumput teki

Mengamati bentuk,warna, bau, dan rasa


menggunakan panca indra
Gambar 3.3 Skema uji identifikasi makroskopis (Kristanti,
2013).

2. Uji Identifikasi Mikroskopik Serbuk Rimpang Rumput

Teki

Uji mikroskopik serbuk rimpang rumput teki dilakukan

dengan tujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri fragmen serbuk

rimpang rumput teki menggunakan mikroskop.

Meletakkan serbuk rimpang rumput teki pada objek glass

Menambahkan 1 – 2 tetes aquadest, menutupnya menggunakan


degg glass

Mengambil bentuk jaringan penampang dengan menggunakan


mikroskop

Menyesuaikan dengan Literatur

Gambar 3.4 Skema Identifikasi Mikroskopik (Depkes RI, 1989)


3. Proses Maserasi

Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan

dengan cara maserasi dengan etanol 96%. Pertama menimbang

serbuk rimpang rumput teki sebanyak 250 gram, selanjutnya

memasukan serbuk simplisia kedalam bejana lalu menambahkan

pelarut sebanyak 1800 ml dimana pelarut tersebut berisi

campuran etanol 96%, kemudian bejana ditutup rapat dan

dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali

diaduk. Ekstrak disaring menggunakan kain flanel dan akan

diperoleh ekstrak cair kemudian cairan penyari diuapkan dengan

cara penguapan langsung sampai kental, dan uji bebas etanol.

Berikut ini adalah skema dari proses maserasi dan ekstraksi.


Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang tiap sampel yang sudah menjadi serbuk sebanyak 250 gram

Merendam dengan pelarut etanol 96 % sebanyak 1800 ml

Mengaduk sesekali dalam sehari kurang lebih 5 menit

Menyaring dengan menggunakan flanel setelah 5 hari

Memasukan ekstrak cair ke dalam beaker glass

Menguapkan ekstrak dengan cara penguapan langsung


sampai terjadi ekstrak kental
Gambar 3.5 Skema Pembuatan Ekstrak Rimpang Rumput
Teki (Susanti, 2014).

4. Uji Bebas Etanol

Reaksi identifikasi uji bebas etanol yaitu dengan menggunakan

pereaksi H2SO4, asam asetat


Memasukkan 2 tetes ekstrak ke dalam tabung reaksi

Menambahkan H2SO4 pekat dan asam asetat, dipanaskan

Mengamati perubahan bau yaitu jika berbau ester maka masih mengandung
etanol, tetapi jika baunya ekstrak maka ekstrak tidak mengandung etanol
Gambar 3.6 Skema uji bebas etanol (Raymon, 2016).
5. Uji Alkaloid

Reaksi identifikasi uji alkaloid yaitu dengan menggunakan


pereaksi baurchadat

Memasukan 2 tetes ekstrak ke dalam kaca arloji

Menambahkan pereaksi bauchardat dan mengamati hasil endapan yang ada


Gambar 3.7 Skema Uji Alkaloid (Santoso, 2018).
3.4.4 Formulasi

Tabel 3.1 Formula Sediaan Bedak Padat

Nama Formulasi Standar (%) FUNGSI DAPUS


bahan F1 F2 F3
Ekstrak
rimpang 1 3 5 0,25 – 7 Rahim
Zat Aktif
rumput dkk,
teki 2017
Zat
Zink 5 5 5 <25 Dewi,
Tambahan
oksida 2010
Rowe,
Zat
Mg stearat 5 5 5 0,25 – 5 dkk,
Tambahan
2009

Metil 0,1 0,1 0,1 0,02 - 0,3 Zat Rowe,


paraben Tambahan dkk,
2009

Oleum Qs qs Qs Qs Pengharum -
rosae

Parafin 10 10 10 1,0 – 32,0 Pengikat Depkes


cair RI,1979

Talkum Ad Ad Ad - Pengisi -
30 30 30
3.4.5 Pembuatan bedak padat

Pembuatan bedak padat yang pertama dilakukan adalah

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan masing-

masing formula di buat sebanyak 30 gram, kemudian zink oksida

diayak dengan pengayak nomor 60 mesh. Kemudian masukan

magnesium stearat dalam mortir dan tambahkan metil paraben

sama zink oksida yang sudah diayak lalu masukan dalam( mortir

1). Kemudian gerus ekstrak rimpang teki bersama talkum gerus ad

homogen(mortir 2). Masukan bahan mortir 2 ke mortir 1 gerus ad

homogen kemudian tambahkan oleum rosae gerus ad homogen

dan masukan sejumlah larutan parafin cair sedikit demi sediki

gerus ad homogen. Mengayak dengan mesh 60 setelah itu

masukan kedalam oven sekitar 20 menit kemudian diayak kembali

menggunakan mesh 100 agar menghasilkan bedak yang sangat

halus. Lalu masukan kedalam wadah dan di beri etanol 1-2 tetes

agar sebuk tadi menjadi padat.(Justitia, 2014).


Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Menimbang bahan - bahan yang sudah di ayak sesuai dengan konsentrasinya

Mencampurkan bahan – bahan seperti zink, mg stearat, methyl paraben, dan talkum, aduk s

Menambahkan ekstrak rimpang rumput teki sedikit demi sedikit, aduk sampai homogen

Menambahkan parafin cair aduk sampai homogen

Menambahkan oleum rosae secukupnya dan aduk sampai homogen

Memasukkan sediaan bedak padat ke dalam wadah bedak

Melakukan uji evaluasi sediaan

Gambar 3.7 Skema Pembuatan Sediaan Bedak Padat (Justitia, 2014).


3.4.6 Evaluasi Uji Sifat Fisik Bedak Padat

a) Uji organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan cara

mengamati sediaan bedak padat secara fisik meliputi bentuk,

warna, bau dan tekstur dari sediaan bedak padat ekstrak

rimpang teki (Warnida dkk, 2016).

Menyiapkan sediaan yang sudah dibuat

Mengamati bentuk, warna, bau, dan tekstur dari


sediaan yang sudah dibuat

Gambar 3.8 Uji Organoleptis

b) Pemeriksaan Homogenitas

Pewarna pada bedak wajah harus dapat terdispersi

secara homogen dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan

adanya warna yang tidak merata pada bedak. Pemeriksaan

homogenitas dapat dilakukan dengan menyebarkan bedak pada

kertas putih dan dilihat homogenitasnya pada kaca pembesar.

Jika warna pada dasar bedak menyebar secara merata, maka

bedak dikatakan homogen (Justitia, 2014).


Oleskan sediaan bedak padat pada kertas bening

Amati apakah sediaan bedak homogen atau tidak

Gambar 3.9 Skema pemeriksaan homogenitas (Justitia, 2014).

c) Uji iritasi

Uji ini dilakukan untuk memeriksa kepekatan kulit

terhadap suatu bahan yang dilakukan oleh panelis selama 15

menit pada kulit lengan bawah. Kulit dikatakan teriritasi

apabila terjadi gatal-gatal pada kulit lengan bawah padabagian

yang diberi perlakuan(Rahim dkk, 2017).

Mengoleskan sediaan bedak pada kulit lengan bawah

Mengamati apakah ada reaksi pada kulit selama 15 menit

Gambar 3.10 Uji Iritasi

d) Uji Keretakan

Uji keretakan bedak kompak dilakukan dengan

menjatuhkan bedak kompak pada permukaan kayu beberapa

kali (2-3 kali) pada ketinggian 8-10 inci. Jika bedak kompak

tidak rusak, menunjukkan bahwa kekompakannya lulus uji dan

dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak


Menyiapkan sediaan bedak padat

Menjatuhkan bedak pada pada permukaan kayu

Mengamati sediaan bedak padat apakah rusak atau tidak rusak

Gambar 3.11 Uji Keretakan (Justitia, 2014).

e) Uji pH

Uji pH dilakukan menggunakan kertas pH yang

dicelupkan kedalam 1 gram sediaan bedak padat yang telah

diencerkan dengan 5 ml aquadest. Kemudian mengamati

perubahan warna yang terjadi terhadap kertas indikator tersebut

dan menentukan nilai pHnya. Nilai pH yang baik adalah 4,5-

6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Hardhi,2013).

Mencelupkan kertas pH

Melihat perubahan warna yang terjadi, mencocokan dengan indikator pH

Gambar 3.12 Uji pH

f) Uji kesukaan

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kesukaan responden terhadap sediaan bedak padat dari ekstrak


rimpang teki yang meliputi respon warna, aroma dan

kehalusan.

Membagi 1 lembar data quisioner kepada 20 responden

Responden mengamati sediaan bedak padat yang sudah dibuat meliputi warna, aroma, dan kehalusan

Responden diharuskan memilih kategori suka atau tidak suka pada lembar quisioner sediaan bedak pad
Gambar 3.13 Uji Kesukaan (Kusuma dkk, 2014).

3.5 Cara Analisis

1) Pendekatan teoritis

Data evaluasi sediaan bedak padat ekstrak rimpang rumput teki

diperoleh secara teoritis yang meliputi hasil pemeriksaan homogenitas, uji

daya sebar, uji keretakan.

2) Pendektan statistik

Menganalisis data sifat fisik sediaan bedak padat meliputi hasil

pemeriksaan homogenitas, uji daya sebar, uji keretakan dengan

menggunakan analisis deskriptif.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini tentang formulasi dan uji sifat fisik bedak padat dari

ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L) yang bertujuan untuk

mengetahui formula rimpang rumput teki yang memberikan sifat fisik yang

paling baik dalam pembuatan sediaan bedak padat terhadap uji sifat fisik.

4.1 Persiapan Sampel

4.1.1 Pembuatan serbuk rimpang teki

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu rimpang rumput

teki dan proses awal pengambilan rimpang rumput teki diperoleh dari

pasar pagi kota tegal. Rimpang rumput teki diambil secara purposive

sampling yang artinya pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang

ditentukan untuk dapat dianggap mewakili karakkteristik populasinya.

Rimpang rumput teki yang diperoleh kemudian dilakukan sortasi basah

yaitu memisahkan bahan pengotor atau bahan-bahan asing lainnya yang

terdapat dalam sampel. Tujuan dilakukannya sortasi basah yaitu untuk

pemilihan rimpang teki yang masih segar dan tidak terserang hama,

kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan kotoran

yang melekat pada rimpang teki, kemudian dilakukan pengamatan

secara makroskopis berikut hasil uji makroskopis tanaman rimpang

teki.

42
43

4.1.2 Hasil Uji Makroskopik

Untuk membuktikan tanaman rimpang teki maka dilakukan

pengujian dengan uji makroskopik yang meliputi bentuk, warna, bau,

dan rasa serta dilakukan uji mikroskopik dengan menggunakan

mikroskop tujuannya untuk mengetahui fragmen-fragmen yang

dimiliki oleh rimpang rumput teki. Hasil yang diperoleh dari uji

makroskopik dan mikroskopik serbuk rimpang teki dapat di lihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Makroskopik Rimpang Teki

Organoleptis Hasil literatur(kristanti,2013) Gambar

Bentuk Bulat Bulat telur

telur

Warna Coklat Coklat

Bau Khas Khas Sesuai

Rasa Pahit Pahit

Hasil uji makroskopik yang sudah dilakukan terhadap tanaman

rimpang teki hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan standar

literatur yaitu mempunyai bau khas rimpang teki, warna coklat, dan

rasa agak pahit. Tujuan dilakukannya uji makroskopik pada serbuk

rimpang teki untuk memastikan kebenaran warna bau dan rasa dari

tanaman.
4.1.3 Hasil Uji Mikroskopik

Setelah uji makroskopik selanjutnya yang dilakukan yaitu uji

mikroskopik pada serbuk rimpang teki dengan menggunakan

mikroskop. Tujuan uji mikroskop yaitu untuk mengetahui fragmen

yang dimiliki oleh rimpang teki. Berikut tabel hasil uji mikroskopik:

Tabel 4.2 Hasil Uji Mikroskopik Rimpang Teki

No Gambar Literatur dan keterangan

1.

Fragmen hipodermis

Pembuluuh kayu

Butir pati
4

Serabut

Berdasarkan hasil uji mikroskopik yang sudah dilakukan

bahwa serbuk yang digunakan benar-benar serbuk rimpang teki. Hal

ini dikarenakan hasil yang didapatkan pada rimpang teki sesuai

dengan literatur (Materia Medika Indonesia Jilid I-IV Tahun 1977-

1980). Rimpang teki mempunyai fragmen khas yang dimiliki oleh

serbuk rimpang teki yaitu serabut, pembuluh kayu, butir pati, dan

fragmen hipodermis dari rimpang teki.

4.2 Proses Ekstraksi

Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan dengan cara maserasi

menggunakan pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia yang sudah ditimbang, selanjutnya memasukan serbuk

simplisia kedalam bejana lalu menambahkan pelarut sebanyak 1500 ml,

kemudian bejana di tutup rapat dan didiamkan selama 5 hari agar terlindung

dari cahaya dan sering diaduk sehari sekali kurang lebih 5 menit. Proses

maserasi dilakukan selama 5 hari yaitu agar kandungan zat dalam simplisia

dapat terlarut lebih banyak dan dilakukan pengadukan untuk meratakan

konsentrasi larutan serbuk simplisia sehingga dengan pengadukan tersebut


tetap terjaga adanya perbedaan konsentrasi antara larutan. Setelah diperoleh

ekstrak rimpang teki kemudian dilakukan penguapan ekstrak sampai

menghasilkan ekstrak kental. Hasil ekstrak selanjutnya diuji bebas etanol

dengan tujuan untuk memastikan etanol yang digunakan sebagai pelarut telah

menguap sempurna.

Tabel 4.3 Hasil Uji Bebas Etanol

Perlakuan Pustaka Hasil penelitian Keterangan

Ekstrak rimpang Tidak berbau

teki + 2 tetes ester

HSO4 dan asam (Raymon dkk, +

asetat kemudian 2016).


Tidak berbau ester
panaskan

Tabel 4.4 Hasil Uji Alkaloid

Perlakuan Pustaka Hasil penelitian Keterangan

Ekstrak rimpang Endapan coklat

teki + 2 tetes (Santoso, 2018). +

pereaksi

bauchardat
Endapan coklat

4.3 Pembuatan Sediaan Bedak Padat

Hasil dari ekstrak rimpang teki yang digunakan sebagai bahan dalam

pembuatan bedak padat , sediaan dibuat dengan 3 konsentrasi yang berbeda


yaitu formula I konsentrasi ekstrak rimpang teki 1%, formula II konsentrasi

ekstrak rimpang teki 3% dan formula III konsentrasi ekstrak rimpang teki 5%.

Jumlah perbedaan konsentrasi ekstrak rimpang teki pada tiap formula

bertujuan untuk melihat perbedaan warna dalam bedak padat. Bahan

tambahan seperti zink oksida 5% mempunyai fungsi sebagai daya lekat yang

baik dan magnesium stearat 5% dipilih karena memiliki kelebihan

memberikan daya licin yang baik dan memberikan kesan kelembutan, metil

paraben 0,1% digunakan sebagai pengawet supaya sediaan tidak mudah

ditumbuhi jamur sehingga sediaan dapat bertahan lebih lama, parafin cair

digunakan sebagai pengikat agar sediaan yang dibuat menjadi kuat

ditambahkan oleum rosae yang memiliki fungsi sebagai pemberi aroma

dalam sediaan bedak padat dan untuk menutupi bau khas dari rimpang teki

yang agak kurang enak. Talkum digunakan sebagai bahan dasar atau bahan

pengisi dalam pembuatan sediaan bedak padat yang memiliki sifat yang

mudah menyebar kepermukaan kulit dan mudah melekat pada kulit (Justitia,

2014).

4.4 Evaluasi Pembuatan Sediaan Bedak Padat

4.4.1 Hasil Uji organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk mengetahui bentuk, bau,

warna dan tekstur dari sediaan. Pada penelitian hasil uji organoleptis

dapat di lihat pada tabel berikut:


Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptis
Formulasi Bentuk Warna Bau Tekstur Gambar

Formula I Serbuk Putih Khas ol Halus

padat rosae

Formula II Serbuk Ceam Khas ol Halus

padat rosae

Formula Serbuk Cream Khas ol Kurang

III padat rosae halus

Keterangan :

Formula 1 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 1%

Formula 2 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 3%

Formula 3 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 5%

Uji organoleptis diperoleh hasil bahwa formula I mempunyai

warna putih karena menggunakan konsentrasi ekstrak rimpang teki 1%,

sedangkan formula II mempunyai warna cream dengan konsentrasi ekstrak

rimpang teki 3% dan formula III mempunyai warna cream dengan

konsentrasi ekstrak rimpang teki 5%. Ketiga formula bedak padat ekstrak

rimpang teki memiliki bentuk yang sama yaitu serbuk padat, dan bau

yang sama yaitu oleum rosae kemudian ada tekstur yang berbeda pada

formula III karena waktu pencampuran kurang homogen.


4.4.2 Hasil Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengamati keseragaman

warna campuran serbuk dan basis bedak padat secara visual. Uji

homogenitas sediaan bedak padat dari ekstrak rimpang teki

dilakukan dengan cara mengamati keseragaman warna campuran

serbuk dan basis bedak secara visual. Dikatakan homogen apabila

tidak terdapat partikel kasar ketika dilihat secara visual. Adanya

partikel kasar menandakan sediaan bedak padat tidak terdispersi

antar basis bedak. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.6 Uji Homogenitas:

Hasil uji homogenitas


Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 Homogen Homogen Tidak
Homogen
2 Homogen Homogen Tidak
Homogen
3 Homogen Homogen Tidak
Homogen

Keterangan :

Formula 1 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang

teki1%

Formula 2 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki

3%

Formula 3 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki

5%
Hasil uji homogenitas dari tabel diatas tedapat formula I dan

II homogen sedangkan formula III tidak homogen karena waktu

pencampiran kurang homogen dan dikatakan homogen apabila

tidak terdapat partikel kasar ketika di lihat secara visual (Warnida

dkk,2016).

4.4.3 Hasil Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan bedak padat dari

ekstrak rimpang teki dan teknik yang digunakan pada uji iritasi ini

adalah dengan cara dilakukan pada 10 orang panelis yang dengan

mengoleskan sediaan bedak padat selama 15 menit pada kulit

lengan bawah. Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi adanya

kemerahan, gatal-gatal pada kulit lengan bawah pada bagian yang

diberi perlakuan (Rahim dkk, 2017).

Tabel 4.7 Uji Iritasi:

Hasil uji iritasi


Replikasi Formula I Formula II Formula III

1 Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi

2 Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi

3 Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi Tidak mengiritasi

Hasil uji iritasi yang dilakukan pada sediaan bedak padat

ekstrak rimpang teki menunjukan bahwa sediaan yang dibuat tidak


mengiritasi karena sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan

yaitu tidak kasar atau gatal-gatal pada kulit lengan bawah selama

15 menit, kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi pengkasaran atau

gatal-gatal pada area kulit (Untari, 2018).

4.4.4 Hasil Uji Keretakan

Pengujian keretakan sediaan bedak padat dilakukan untuk

mengetahui kekompakan dari sediaan. Hasil uji keretakan pada

setiap sediaan bedak padat dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 4. 8 Uji Keretakan

Hasil uji keretakan


Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 Pecah Pecah Tidak pecah
2 Pecah Pecah Tidak pecah
3 Pecah Pecah Tidak pecah

Keterangan:

Formula 1 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki1%

Formula 2 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 3%

Formula 3 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 5%

Menurut Justitia, (2014). Jika bedak tidak padat tidak rusak, maka

menunjukan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa

memberikan hal-hal yang tidak memuaskan. Dari hasil yang diperoleh

formula III menghasilkan bahwa sediaan itu tidak mudah pecah sedangkan

formula I dan II pecah dikarenakan waktu pemadatan bedak alkoholnya

sedikit.
4.4.5 Hasil Uji pH

Uji pH dilakukan menggunakan kertas pH yang dicelupkan

kedalam 1 gram sediaan bedak padat yang telah diencerkan dengan

5ml etanol. Kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi

terhadap kertas indikator tersebut dan menentukan nilai pH. Nilai pH

yang baik adalah 4,5 - 6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia

(Hardhi, 2013).

Tabel 4.9 Uji pH


Replikasi Formula I Formula II Formula III
1 6 6 6
2 6 6 6
3 6 6 6
Rata-rata 6 6 6

Keterangan:

Formula 1 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki1%

Formula 2 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 3%

Formula 3 : bedak padat dengan konsentrasi ekstrak rimpang teki 5%

Berdasarkan hasil uji bedak padat menunjukan bahwa masing-

masing formula mempunyai rata-rata pH 6, hal ini

menunjukan bahwa ketiga formula sediaan bedak padat ekstrak

rimpang teki yang dibuat merupakan pH yang normal bagi kulit

karena memenuhi standar sesuai dengan pH kulit manusia yang

memiliki pH 4,5 - 6,5 (Hardhi, 2013).


4.4.6 Hasil Uji Kesukaan

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaan terhadap bedak padat dari ekstrak rimpang teki. Uji

kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis. Jumlah 20 panelis

sudah mewakili untuk ujikesukaan karena menurut Brog and Gall

untuk penelitian eksperimen diperlukan 15-30 panelis. Uji ini

meliputi penilaian karakteristik sediaan bedak padat yaitu tekstur dan

warna. Tingkat kesukaan meliputi suka dan tidak suka. Berikut hasil

data uji kesukaan:

Tabel 4.10 Hasil Uji Kesukaan

Penilaian Uji kesukaan warna Uji kesukaan Aroma Uji kesukaan Tekstur
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3
Suka 80% 85% 65% 70% 90% 75% 80% 85% 70%
Tdk suka 20% 15% 35% 30% 10% 25% 20% 15% 30%

Hasil observasi pada tabel 4.6 apabila disajikan dalam bentuk

diagram batang menjadi berikut:

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40% Suka
30% Tdk suka
20%
10%
0%
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3
Uji kesukaan Uji kesukaan Uji kesukaan warnaAromaTekstur

Gambar 4.1 Grafik Uji Kesukaan


Uji kesukaan diperoleh hasil bahwa formula I

menghasilkan persentase kesukaan warna 80%, kesukaan aroma

70%, dan kesukaan tekstur 80%. Formula II menghasilkan

presentase kesukaan warna 85%, kesukaan aroma 90%, dan

kesukaan tekstur 85% sedangkan formula III menghasilkan

persentase kesukaan warna 65%, kesukaan aroma 75%, dan

kesukaan tekstur 70%.

Uji kesukaan dari ketiga formula sediaan bedak padat

terhadap 20 orang panelis pada tabel dapat diketahui formula yang

mempunyai persentase tingkat kesukaan paling banyak pada

formula II yaitu bedak padat ekstrak rimpang teki dengan

konsentrasi 3% dengan presentase kesukaan warna 85%, hal ini

karena bedak padat pada formula II memiliki warna lebih menarik

yaitu cream muda, berbeda dengan formula I dan II. Sedangkan

pada aroma memiliki presentase 90%, hal ini dikarenakan bedak

padat pada formula II mempunyai aroma khas oleum rosae yang

tidak terlalu banyak bau oleum rosae, berbeda pada formula I yang

terlalu bau khas oleum rosae dan formula III berbau khas rimpang

teki. Dan pada tekstur memiliki persentase 85%, hal ini

dikarenakan bedak padat pada formula II mempunyai sifat

kehalusan yang paling baik dibandingkan dengan formula I dan II

mempunyai sifat kehalusan yang kurang baik.


Evaluasi organoleptis menurut penelitian (Rahim dkk,

2017) menunjukan pada konsentrasi 3% menghasilkan bentuk

serbuk putih, warna putih, tidak berbau ,pada konsentrasi 5%

mengasilkan bentuk bentuk serbuk, warna crem dan bau yang khas,

pada konsentrasi 7% menghasilkan bentuk serbuk, warna coklat

dan bau yang khas. Pemeriksaan pH bedak pada FI 7, FII 7 dan

pada FII 7. pH kulit normal berkisar antara pH 4,5-6,5 meskipun

yang didapat berada diluar rentang pH normal kulit namun masih

dapat diterima kulit.


BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian sediaan bedak padat dari

ekstrak rimpang teki dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada penelitian ini bahwa ekstrak rimpang teki bisa di jadikan untuk

membuat sediaan bedak padat.

2. Konsentrasi rimpang teki yang menghasilkan sediaan paling baik yaitu

pada formula II dengan konsentrasi rimpang teki 3% dilihat dari uji

kesukaan.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pembuatan bedak

padat dengan konsentrasi yang berbeda bila perlu dikombinasikan

dengan sampel yang lain.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai rimpang teki

dalam bentuk sediaan lain.

3. Perlu percobaan lagi agar sediaan bisa menghasilkan tekstur yang halus.

56
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Barel, Andre. 2001 dalam Hardih, Purbanary Sylvia. 2013. Formulasi Bedak
(Face powder) Ekstrak Etanol Kulit Buah manggis (Garciana mangostana
L.) sebagai Pewarna Kosmetik Alami Kajian Uji Stabilitas dan Uji
Iritasinya. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : Fakultas Matematika dan Ilm
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

Damanik, surbakti.2014. ekstraksi daun gambir dengan metode maserasi. Jurnal


teknik kimia. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Denada dan kristanti. 2013. Studi profesi herbisida ekstrak dun ketapang terhadap
gulma rumput teki (Cyperus rotundus L). Jurnal sains dan semi pomits
Vol.2 No.2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1979. Farmakope


Indonesa Edisi III. Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1985. Cara Pembuatan


Simplisia . Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2000. Farmakope


Herbal. Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1989 - 1995. Materia


Medika Indonesia Jilid V-VI. Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1977 - 1980. Materia


Medika Indonesia Jilid I-IV Jakarta : Depkes RI

Dewi kusuma, lestari titik.2014. Uji Hedonik aediaan instan buah naga. Jurnal
jamu . Surakarta : poltekkes kemenkes surakarta.

Djuanda, Adhi; Hamzah, Mochtar; Aisah, Siti. 2010. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Farida, Rahim. 2017. formulasi bedak tabur ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus
rotundus L) sebagai antiseptik. Jurnal ipteks terapan. Padang: Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Indnesia Perintias.

Hardih, Purbanary Sylvia. 2013. Formulasi Bedak (Face powder) Ekstrak Etanol
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Sebagai Pewarna kosmetik
Alami Kajian Uji Stabilitas dan Uji Iritasinya. Karya Tulis Ilmiah.

57
58

Surakarta : Fakultas Mtemtika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas


Sebelas Maret.

Justitia, Maya. 2014. Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari


Wortel (Daucus carota L.) Sebagai Pewarna. Skripsi.Medan : Fakultas
Farmasi Sumatera Utara.

Kilani, S., Ammar, R.B., Bouhlel, I., Abdelwahed, A., Hayder, N., Mahmoud,
A., dkk., 2005. Investigaion of extracts Cyperus rotundus L.

Kumar, K.H., Razack, S., Nallamuthu, I., dan khanum, F., 2014. Analisis biologi
Cyperus rotundus L.

Prasetyo, inoriah. (2013). pengelolaan budidaya tanaman obat obatan. indonesia:


Departemen pertanian RI.

Raymon, mario. 2016. Uji aktivitas antibakteri ekstrak rimpang teki (Cyperus
rotundus L) terhadap salmonella typhimurium Journal of pharmaceutical
and medicinal sciences. Makasar: Sekolah Tingggi Ilmu Farmasi Makasar.

Rowe, C, Raymond, Sheskey, J. Paul amd E.Quinn, Marian, 2009. Handbook


pharmaceutical excipient sixth edition. Pharmaceutical Press: London.

Santoso, agus. 2018. Potensi ekstrak rimpang teki (Cyperus rotundus L) Jurnal
ilmiah farmasi . Malang: Akademi farmasi putra indonesia.

Simaremare, eva susanti. 2014. Skrining fiokimia ekstrak etanol daun gatal
(Laportea decumana roxb). Jurnal. Jaya pura: Universitas cenderawasih.

Tenda, priska ernestina. 2017. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit pohon
faloak. Jurnal info kesehatan. Kupang : Poltekkes kemenkes kupang.

Tranggono,R.I.,dan Latifah,F.,2007 dalam panintra, Sekar Dea Carolina. 2015.


Uji In Vivo dan Validasi Protokol Slug Irritation Test pada sediaan Bedak
Tabur Amilum Manihot (Manihot Utilisima L.) Menggunakan pewarna
karotenoid dari Umbi Wortel (Dancus carota L.) dengan Metode
Classification and RegressionTree (Cart). Skripsi. Yogyakarta : Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hal : 27 : 29.

Untari,eka kartika. 2018. Uji Fisikokimia dan Uji Iritasi Sabun Antiseptik. Jurnal
Jamu Indonesia. Indonesia: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Warnida, Husnl,. Masliyana, Agustiani, dan Sapri. 2016. Formulasi Ekstrak


Etanol Gambir (Unicaria gambir Roxb.) Dalam Bedak Anti Jerawat.
Jurnal Ilmiah Manuntung. Samarinda : Akademik Farmasi Samarinda Hal
: 105.
59
60

LAMPIRAN 1

Perhitungan % bobot kering terhadap bobot basah rimpang teki

Diketahui :

Berat basah rimpang teki 345 g

Berat kering rimpang teki 275 g

Rumus :

bobot kering
% bobot kering terhadap bobot basah = x 100%
bobot basah

bobot kering
% bobot kering terhadap bobot basah = x 100%
bobot basah
275
= x 100% = 79,7%
345
LAMPIRAN 2

Perhitungan penimbangan bahan

No Nama bahan Formula I Formula II Formula III


1 Ekstrak rimpang 0,3 g 0,9 g 1,5 g
teki
2 Zink oksida 1,5 g 1,5 g 1,5 g
3 Mg stearat 1,5 g 1,5 g 1,5 g
4 Metil paraben 0,03 g 0,03 g 0,03 g
5 Paraffin liquid 3g 3g 3g
6 Oil rosae Qs Qs Qs
7 Talk 23,67 g 23,07 g 22,47 g

1. Formula I

Ekstrak rimpang teki1 = 1100 x 30 = 0,3 gram

5
Zinc oksida 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
5
Mg stearat 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
0,1
Metil paraben 0,1% =
100 x 30 = 0,03

Paraffin liquid = 10
100 x 30 = 3 gram

Talk ad 30 gram = 30 – ( 0,3 + 1,5 + 1,5 +0,03 + 3)

=30 – 6,33

= 23,67 gram
2. Formula II
3
Ekstrak rimpang teki 3% =
100 x 30= 0,9 gram
5
Zinc oksida 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
5
Mg stearat 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
0,1
Metil paraben 0,1% =
100 x 30 = 0,03
10
Paraffin liquid =100
x 30 = 3 gram

Talk ad 30 gram = 30 – ( 0,9 + 1,5 + 1,5 +0,03 + 3)

=30 – 6,93 Gram

= 23,07 gram

3. Formula III

5
Ekstrak rimpang teki 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
5
Zinc oksida 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
5
Mg stearat 5% =
100 x 30 = 1,5 gram
0,1
Metil paraben 0,1% =
100 x 30 = 0,03

10
Paraffin liquid =100 x 30 = 3 gram

Talk ad 30 gram = 30 – ( 1,5 + 1,5 + 1,5 +0,03 + 3)

=30 – 7,53 gram

= 22,47 gram
LAMPIRAN 3

Perhitungan hasil uji kesukaan

 Jumlah seluruh responden = 20 orang

 Jumlah kategori ada 2 =Suka (S), dan tidak suka (TS)

 jumlah pemilih kategogi


Jumlah %=jumlah seluruh x100%
responden

Hasil perhitungan uji kesukaan respon warna :

No Formula Penilaian (%)


S Ts
1 I 16 4
X100% = 80% X100% = 20%
20 20
2 II 17 3
X100% = 85% X100% = 15%
20 20
3 III 13 7
X100% = 65% X100% = 35%
20 20
Hasil perhitungan uji kesukaan respon aroma :

No Formula Penilaian (%)


S Ts
14 6
1 I x 100% = 70% x 100% = 30%
20 20
18 2
2 II x 100% = 90% x 100% = 10%
20 20
15 5
3 III x 100% = 75% x 100% = 25%
20 20

Hasil perhitungan uji kesukaan respon kehalusan :

No Formula Penilaian (%)


S Ts
1 I 16 4
X100% = 80% X100% = 20%
20 20
2 II 17 3
X100% = 85% X100% = 15%
20 20
3 III 14 6
X100% = 70% X100% = 30%
20 20
LAMPIRAN 4

Gambar pembuatan ekstrak rimpang teki

No Gambar Keterangan

1 Pemilihan rimpang

teki

2 Pencucian rimpang

teki

3 Pengeringan rimpang

teki dengan sinar

matahari langsung

4 Hasil serbuk rimpang

teki
4 Maserasi rimpang teki

5 Ekstrak kental

rimpang teki
LAMPIRAN 5

Pembuatan sediaan bedak padat

No Gambar Keterangan

1 Mengayak bahan-

bahan

2 Menimbang bahan-

bahan yang digunakan

3 Memasukan bahan

kedalam mortir aduk

ad homogen

4 Menambahkan ekstrak

rimpang teki sedikit

demi sedikit, aduk ad

homogeny
5 Menambahkan

sejumlah larutan

pengikat sedikit demi

sedikit dan

menambahkan oleum

rosae kemudian aduk

ad homogeny

6 Mengayak dengan

mesh 60 kemudian

masikan dalam oven

sampai 15 menit
LAMPIRAN 6

Hasil sediaan bedak padat

No Hasil Keterangan

1. Formula I

2. Formula II

3. Formula III
Yayasan Pendidikan Harapan bersama
PoliTekniK Harapan Bersama
PRO G RAM STUD I D I II FARMASI
Kampus I : Jl. Mataram No.9 Tegal 52142 Telp. 0283-352000 Fax. 0283-
353353 Website : mvw.ooltektegal.ac.id Email : parapemikir

oltekJyahoo.com

No .06/DI1IF-PHB/vlV20l9
• K f'i )gan Praktek Labs ¿

SURAT KETERANGAN
Dengan ini menerangkan ; J$q$ .

Nama : Yui wi‹sars


: 16080068
Judul KTI : Fonnulasi dan Uji Sifat Fisik
Rumpiit Teki
t s um DIII Fartjtasi PoliTeknik

Tegal, 29 Jiili 2019

ii, M.Farm .,Apt 12.117

MIPY.09.012.120
71

CURICULUM VITAE

Nama Lengkap : Yuli Widiarti


Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 11 Juli 1998
Email : yulidwianjas@gmail.com
Alamat Lengkap : Gambuhan Rt07/ 03 Kramat – Tegal
Nomor Telepon 081910692915
PENDIDIKAN
SD/MI : SD Negeri Kramat 02
SMP/MTs : SMP Negeri 1 Kramat
SMA/SMK : SMK Harapan Bersama Kota Tegal
Akademi : DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Bedak Padat
Dari Ekstrak Rimpang Rumput
Teki(Cyperus rotundus L)
Nama Orang Tua
Bapak : Nurhadi
Ibu : Koyah
Pekerjaan Orang Tua
Bapak : Petani
Ibu : Petani
Alamat Orang Tua
Bapak : Gambuhan Rt07/03 Kramat – Tegal
Ibu : Gambuhan Rt07/ 03 Kramat – Tegal

Anda mungkin juga menyukai