Di Susun Oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perawatan Untuk
Populasi Rentan pada Lansia, Wanita Hamil, Anak-anak, Orang dengan Penyakit
Kronis, Disabilitas, Sakit Mental”.
2
DAFTAR PUSTAKA
IN\N TKGCNG\NZ................................................................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................. ;
C. Tujuan........................................................................................................................... ;
JNJ AA.................................................................................................................................................................................................................................................................... 5
TKOJN@NRNG......................................................................................................................................................................... 5
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................>3
B. Saran................................................................................................................................................>3
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak
korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempatkerja, ternak, dan
peralatan menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat
bencana, misalnya - ketakutan,kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan
kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan
berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak
psikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi, psikosomatis
(keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidaklangsung:
konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap
kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga akan menyusul, ini
adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam
berbagai golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan
lansia. Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik,
banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan, gangguan
stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak fisik dari
bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka
akan kehilangan semangat hidup, kemampuan social dan merusak nilai-nilai luhur yang
mereka miliki.
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus
mendapatkan perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka
hadapi. Konteks kerentanan merujuk kepada situasi rentan yang setiap saat dapat
mempengaruhi atau membawa perubahan besar dalam penghidupan masyarakat. Setiap
orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan
dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Kelompok masyarakat yang
<
rentan adalah orang lanjut usia, anak-anak, wanita hamil, orang dengan penyakit kronis,
disabilitas, dan sakit mental.
;
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
C. Tujuan
5. Untuk mengetahui perawatan populasi rentan pada orang dengan penyakit kronis
BAB II
PEMBAHASAN
oleh fungsi fisik yang dibawa oleh setiap individu sebelum bencana dan
perubahan lingkungan hidup di tempat pengungsian. Kedua hal ini saling
mempengaruhi, sehingga mengakibtkan penurunan fungsi fisik orang
lansia yang lebih parah lagi.
2) Manajemen penyakit dan pencegahan penyakit sekunder. Lingkungan di
tempat pengungsian mengundang tidak hanya ketidakcocokan dalam
kehidupan sehari-hari bagi orang lansia, tetapi juga keadaan yang serius
pada tubuh. Seperti penumpukan kelelahan karena kurnag tidur dan
kegelisahan.
3) Orang lanjut usia dan perawatan pada kehidupan di rumah sendiri. Lansia
yang sudah kembali ke rumahnya, pertama membereskan perabotannya di
luar dan dalam rumah. Dibandingkan dengan generasi muda, sering kali
lansia tidak bisa memperoleh informasi mengenai relawan, sehingga tidak
bisa memanfaatkan tenaga tersebut dengan optimal.
4) Lanjut usia dan perawatan di pemukiman sementara. Lansia yang masuk
ke pemukiman sementara terpaksa mengadaptasikan/menyesuaikan diri
lagi terhadap lingkungan baru (lingkungan hubungan manusia dan
lingkungan fisik) dalam waktu yang singkat.
5) Mental Care, orang lansia mengalami penurunan daya kesiapan maupun
daya adaptasi, sehingga mudah terkena dampak secara fisik oleh stressor.
Namun demikian, orang lansia itu berkecenderungan sabar dengan diam
walaupun sudah terkena dampak dan tidak mengekspresikan perasaan dan
keluhan.
• Petugas bencana harus memiliki kapasitas untuk menolong korban bumil dan
busui.
c) Pasca bencana
1) Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan nutrisi adekuat, cairan dan
emosional.
2) Melibatkan petugas-petugas kesehatan reproduktif di rumah penampungan
korban bencana untuk menyediakan jasa konseling dan pemeriksaan kesehatan
untuk ibu hamil dan menyusui.
3) Melibatkan petugaspetugas konseling untuk mencegah, mengidentifikasi,
mengurangi risiko kejadian depesi pasca bencana.
>4
bencana.
3) Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan bencana bagi petugas
kesehatan khusus untuk menangani kelompok-kelompok berisiko.
b) Saat bencana
1) Mengintegrasikan pertimbanan pediatric dalam sistem triase standar yang
digunakan saat bencana.
2) Lakukan pertolongan kegawat daruratan kepada bayi dan anak sesuai dengan
tingkat kegawatan dan kebutuhannya dengan mempertimbangkan aspek
>>
sekolah.
2) Monitor status nutrisi anak dengan pengukuran antropometri.
3) Dukung dan berikan semangat kepada orang tua.
4) Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan adekuat, cairan dan emosional.
5) Minta bantuan dari ahli kesehatan anak yang mungkin ada di lokasi evakuasi
sebagai voluntir untuk mencegah, mengidentifikasi, mengurangi resiko
kejadian depresi pada anak pasca bencana.
6) Identifikasi anak yang kehilangan orang tua dan sediakan penjaga yang
12
a) Pra bencana
1) Identifikasi kelompok rentan dari kelompok individu yang cacat dan
berpenyakit kronis.
2) Sediakan informasi bencana yang bisa diakses oleh orang-orang dengan
keterbatasan fisik seperti: tunarungu, tuna netra, dll.
3) Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan kegawatdaruratan bencana
bagi petugas kesehatan khusus untuk menanganni korban dengan kebutuhan
12
1<
1;
peran social. Sedangkan menurut (Maramis, 2010), gangguan jiwa adalah gangguan
alam: cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan
(psychomotor). Dimana para pengidap gangguan jIwa merupakan penyandang
disabilitas atau cacat mental.
Seperti halnya manusia pada umumnya, ketika terjadi suatu bencana akan
timbul beberapa kejadian atau situasi baik psikologis maupun mental yang dialami
oleh korban, termasuk juga penyandang cacat mental seperti kepanikan yang luar
biasa.
Di dalam UU no 24 tahun 2007 tersebut telah disebutkan bahwa dalam
penanganggulangan bencana saat tanggap darurat terdapat perlindungan terhadap
kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan
berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Kelompok rentan tersebut antara lain bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang
15
1) Melakukan evakuasi bagi penyandang disabilitas untuk menjauh dari lokasi
bencana.
2) Mengevakuasi penyandang gangguan mental yang ditinggal oleh keluarganya
saat terjadi bencana.
3) Menampung di pengungsian.
4) Membawa korban ke rumah sakit.
5) Melakukan pendataan dan penilaian.
6) Memberikan konseling.
7) Memberikan terapi.
c) Pasca bencana
1) Konseling bagi penyandang disabilitas untuk meminimalisir trauma.
2) Kebutuhan Rumah Tangga : Air minum, makanan, susu bayi, sanitasi, air
bersih dan sabun untuk MCK (mandi, cuci, kakus/jamban), alat-alat untuk
memasak, pakaian, selimut dan tempat tidur, dan permukiman sementara.
3) Kebutuhan Kesehatan : Kebutuhan kesehatan umum, seperti perlengkapan
medis (obat-obatan, perban, dll), tenaga medis, pos kesehatan dan perawatan
kejiwaan.
4) Kemanan Wilayah : Kebutuhan ketentraman dan stabilitas, seperti keamanan
wilayah.
5) Kebutuhan Air : Kebutuhan sanitasi, air dan tempat pengelolaan limbah dan
sampah.
6) Sarana dan Prasarana : Kebutuhan sarana dan prasarana yang mendesak,
seperti air bersih, MCK untuk umum, jalan ke lokasi bencana, alat komunikasi
dalam masyarakat dan pihak luar, penerangan /listrik, sekolah sementara, alat
angkut/transport, gudang penyimpanan persediaan, tempat permukiman
sementara, pos kesehatan, alat dan bahan-bahan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi
kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat. Pandera
mengkategorikan factor resiko Kesehatan antara lain genetic, usia, karakteristik
biologi, Kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika seseorang dikatakan
rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negative.
Factor pencetusnya berupa genetic, biologi, atau psikososial.
Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok social yang
memiliki peningkatan resiko yang relative atau rawan untuk menerima pelayanan
Kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan
perundang undangan yang mengatur tentang kelompok rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian undang — undang sangat lemah
pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Disamping itu terdapat peraturan perundangan undangan yang belum
sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhungan dengan kebutuhan bagi
perlindungan kelompok rentan. Keberadaan kelompok rentan yang merupakan
mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak — hak dan
ketidakpentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindak legislasi lainnya
B. Saran
Dengan adanya makalah ini maka di harapkan untuk dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ninda Ayu Prabasari P; Linda juwita ; Ira Ayu Maryuti.2017. Pengalaman Keluarga Dalam