Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

RETARDASI MENTAL

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH

Ns. Winarsi Molintao, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Galedhyah Paat (2014201063)
Viki Pinologot (2014201103)
Celin Rompis (2014201060)
Trifena Tambayong (2014201089)
Yulinda Tindige (2014201078)
Virginia Sasoeng (2014201066)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul "Retardasi Mental" tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Keperawatan Anak II dengan dosen pengampu Ns. Winarsi Molintao, S.Kep., M.Kep.
Selain itu, ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
kami. Kami menyadari makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
Makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
A. Definisi Retardasi Mental...............................................................................................3
B. Etiologi Retardasi Mental...............................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................................6
D. Patofisiologi Retardasi Mental........................................................................................6
E. Klasifikasi IQ Retardasi Mental......................................................................................6
F. Diagnosis dan Gejala Klinis............................................................................................6
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................9
H. Pathway.........................................................................................................................11
I. Pencegahan....................................................................................................................12
J. Penatalaksanaan............................................................................................................13
K. Teori Asuhan Keperawatan Astresia Ani......................................................................14
L. Jurnal.............................................................................................................................29
BAB III.....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan
ini.” Kata Kepala Subbagian Pediatri Sosial, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUIRSCM (Dr. Titi Sunarwati Sularyo, Sp.A(K)), Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS), Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM,
Jakarta (Dr. Muzal Kadim).
Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan
masyarakat,kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang
mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh
kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri
merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan
sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental
dapat disebabkan adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun
postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang
harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental, maka
pencegahan yang efektif merupakan pilihan terbaik. Pada zaman dahulu
orang tidak begitu membedakan antara deformitas fisik bawaan seperti
kerdil dan lain-lain dengan retardasi mental. Penderita epilepsi, psikosis,
tuna rungu-wicara sering dicampuradukkan dengan mereka yang
terganggu intelektualnya. Pada kenyataannya memang keadaan-keadaan
tersebut sering menyertai penderita retardasi mental, sehingga menyulitkan
untuk membuat diagnosis klinis. Pada masa kerajaan Yunani di bawah
hukum Lycurgus anak dengan retardasi mental mengalami perlakuan yang
sangat mengenaskan, yang dibolehkan untuk dimusnahkan, atau dibuang
di sungai Eurotes. Di Romawi kuno ada hukum yang membenarkan
pembunuhan pada anak-anak yang cacat atau yang lemah, walaupun

1
kadang-kadang anak cacat tersebut masih dipertahankan hidup bila masih
mampu menghibur para pembesar.
Prevalens retardasi mental pada anak-anak dibawah umur 18 tahun di
negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang
berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus
baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak
retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian
melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana dasar penyakit retardasi mental?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental?
3. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca
mengenai retardasi mental

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Retardasi Mental


American Association on Mental Deficiency(AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber, 1961 (dalam
sunarwati,2000) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata
kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial,
dan masa perkembangan.
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya
(impairment) keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 )
Menurut Crocker AC (1983), retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat
fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam
penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi
pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social

B. Etiologi Retardasi Mental


Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari
1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak
diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung
dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.

3
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan
bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-
kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
a. Faktor organik
Faktor Prakonsepsi
1) Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan
neurocutaneos)
2) Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom
polygenic familial
b. Faktor pranatal
1) Gangguan pertumbuhan otak trimester I
2) Kelainan kromosom (trisomi,mosaic)
3) Infeksi intrauterine,misalnya TORCH,HIV (Human
Immunodeficiency virus )
4) Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi,kokain,logam berat)

4
5) Disfungsi plasenta
6) Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
7) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
8) Ibu:diabetes mellitus,PKU(Phenylketonuria)
9) Toksemia gravidarum
10) Ibu malnutrisi
c. Penyebab perinatal
1) Sangat premature
2) Asfiksia neonatorum
3) Trauma lahir : Perdarahan Intakranial
4) Meningitis
5) Kelainan metabolic : Hipoglikemia,Hiperbilirubinemia
d. Penyebab postnatal
1) Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2) Neuro toksin,misalnya logam berat
3) CVA (Cerebrovascular accident)
4) Anoksia,misalnya tenggelam
5) Metabolic
6) Gizi buruk
7) Kelainan hormonal,misalnya hipotiroid,pseudohipoparatirid
8) Aminoaciduria,misalnya PKU (phenyl ketonuria)
9) Kelainan metabolism karbohidrat,galaktosemia
10) Polisakaridosis,misalnya sindrom Hurler
11) Cerebral lipidosis (Tay Sachs),dengan hepatomegali
(Gaucher)
12) Penyakit degeneratif /metabolic lainnya
13) Infeksi
14) Meningitis,ensefalitis
15) Subakut sklerosing panesefalitis
d. Penyebab non organik
1) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
2) Sosial cultural

5
3) Interaksi anak kurang
4) Penelantaran anak

C. Manifestasi Klinis
1. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
2. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
5. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
7. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
8. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

D. Patofisiologi Retardasi Mental


Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan
kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun )
yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai
75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan
sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan
dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab
retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca
natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-
kanak.

E. Klasifikasi IQ Retardasi Mental


 Retardasi mental ringan: skor IQ 50–69
 Retardasi mental sedang: skor IQ 35–49
 Retardasi mental berat: skor IQ 20–34

6
 Retardasi mental sangat berat: skor IQ <20

F. Diagnosis dan Gejala Klinis


Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital,yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.Dibawah
ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental
yaitu (Swaiman,1989):
1. Kelainan pada mata
1.1. Katarak
a. Sindrom Cockayne
b. Sindrom Lowe
c. Galaktosemia
d. Sindrom down
e. Kretin
f. Rubella prenatal
1.2. Bintik cherry-merah pada daerah macula
a. Mukolipidosis
b. Penyakit niemann-pick
c. Penyakit Tay-Sachs
1.3. Korioretinitis
a. Lues Kongenital
b. Penyakit sitomegalo virus
c. Rubela prenatal
1.4.Kornea keruh
a. Lues Kongenital
b. Sindrom Hunter
c. Sindrom Hurler
d. Sindrom Lowe
2. Kejang
2.1. Kejang umum tonik klonik
a. Defisiensi glikogen shintetase

7
b. Hiperlisinemia
c. Hipoglikemia,terutama yang disertai glycogen
storage disease I,III,IV,VI
d. Phenyl ketonuria
e. Sindrom malabsorbsi methionin
2.2.Kejang pada masa neonatal
a. Arginosuccinic asiduria
b. Hiperammonemia I dan II
c. Laktik asidosis
3. Kelainan kulit
3.1.Bintik café-au-lait
a. Ataksia – telengiektasia
b. Sindrom Bloom
c. Neurofibromatosis
d. Tuberous sclerosis
4. Kelainan rambut
4.1.Rambut rontok
a. Familial laktik asidosis dengan necrotizing
ensefalopatik
4.2. Rambut cepat memutih
a. Atrofi progresif serebral hemisfer
b. Ataksia telangiektasia
c. Sindrom malabsorbsi methionin
4.3.Rambut halus
a. Hipotiroid
b. Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
c. Hidrosefalus
d. Mucopolisakaridase
e. Efusi subdural

8
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-wili
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-spaz

G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang
menderita retardasi mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic
Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
b. Kejang lokal
c. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali

9
5. Serum asam urat (uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
- Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
- Uji perkembangan seperti DDST II
- Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of
the adaptive behaviour scales ).

10
H. Pathway

11
I. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang
baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan
pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak
menolong).
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental

12
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan
sangat individual oleh sebab itu sebaiknya :

a. Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara


individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal
mungkin

b. Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama


kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik
anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang
mungkin ada,pekerja social diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.

c. Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral palsy

d. Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku atau


bila orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga

e. Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang


perkembangan motorik dan sensoriknya

f. Melibatkan ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya


atau untuk merangsang perkembangan bicaranya serta diperlukan guru
pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental.

g. Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan
anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan serta
diperlukan kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar
tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah
dan di rumah,anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar
anak tidak diejek atau dikucilkan

h. Masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar


mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar

i. Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya


mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental

13
ringan dan yang mampu dilatih untuk anak dengan retardasi mental
sedang,

j. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah ini
diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat
mandiri dikemudian hari diajarkan pula tentang baik buruknya suatu
tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan
yang tidak terpuji sperti mencuri,merampas,kejahatan seksual

k. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan


seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring
terhadap tumbuh kembangnya.

l. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian

K. Teori Asuhan Keperawatan Astresia Ani


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan
kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan
bekerja.
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas
atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil
dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal
( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan
terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.

14
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan
Sindrom (distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1),
Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio
plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal
termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cedera kepala,
Infeksi, Gangguan degenerative.
c. Riwayat prenatal
d. Riwayat perinatal
e. Riwayat post natal
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi
mental, terutama dari ibu tersebut.
g. Riwayat sosial
4. Pengkajian pola fungsional gordon
a. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
1) status kesehatan anak sejak lahir
2) pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
3) Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
4) Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok,
dll)
5) Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
6) Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
7) Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan , dll)
b. Nutrisi – Pola Metabolic
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan
menghisap ( bagi yang masih bayi )
2) Selera makan, makanan tidak disukai/disukai

15
3) Masukan makanan selama 24 jam ? makanan tambahan ?
vitamin ?
4) Kebiasaan makan
5) Alat makan yang digunakan
6) Berat badan lahir? Berat badan saat ini?
7) Masalah kulit : rash, lesi, dll Orang tua
- status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?
c. Pola Eliminasi
1) Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan
ada darah/tidak)
2) Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi )
3) Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok
basah/hari, perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Orang tua
- Pola eliminasi ? masalah ?
d. Aktivitas – Pola Latihan
1) Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana, menggunakan
sabun apa?)
2) Kebersihan rutin ( pakaian, dll)
3) Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang
digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll)
4) Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
5) Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah )
6) Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll )
Orang tua
- Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah ?
e. Pola Istirahat – Tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
3) Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
f. Pola Kognitif – Persepsi

16
1) Responsive anak secara umum
2) Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan?
3) Apakah anak mengikuti object dengan matanya ? respon
untuk meraih mainan
4) Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
5) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat,
nomor telepon, dsb
6) Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar,
haus, nyeri, tidak nyaman ?
Orang tua
- Kesulitan membuat keputusan, judgments ?
g. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
1) status mood bayi/anak ( iritabilitas )
2) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll
Anak/Bayi :
a. Status mood?
b. Banyak teman / seperti yang lainnya /
c. Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk menjadi
”baik” )
d. Kesepian ?
e. Takut ?
Orang tua
- Persepsi diri sebagai orang tua
h. Pola Peran – Hubungan
1) struktur keluarga
2) Masalah / Stressor keluarga
3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
5) Anak : ketergantungan?
6) Anak : pola bermain /
7) Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian
sekolah ?

17
Orang tua :
- Peran ikatan ? kepuasan ?
- Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?
i.Sexualitas
j.Koping – Pola Toleransi Stress
1) Apa yang menyebabkan stress pada anak? Level
stress? Toleransi ?
2) Pola penanganan masalah, support system ?
k. Nilai – Pola Keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama Orang tua
- sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality)
semangat untuk masa depan ?
- Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan
?

5. Pemeriksaan fisik
1. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk
simetris)
2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah
putus dan cepat berubah
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar,
ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas,
langit-langit lebar/melengkung tinggi
6. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
7. Telinga : keduanya letak rendah; dll
8. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak
sempurna

18
10. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil
meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.

6. Pengkajian perkembangan anak (Penilaian berdasarkan format


DDST/Denver II ) bagi anak usia 0 – 6 tahun
a. kemandirian dan bergaul
b. Motorik halus
c. Kognitif dan bahasa
d. Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang
secara umum sbb:
1) Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2) Pertumbuhan gigi
- usia tumbuh gigi
- jumlah
- masalah dengan pertumbuhan gigi
e. Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-
kata pertama
f. Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
g. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
h. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, Olahraga,
dsb)

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan tumbuh kembang (D.0106)
Gangguan proses keluarga (D.0120)
Gangguan komunikasi verbal (D.0119)

19
Gangguan interaksi sosial (D.0118)
Defisit perawatan diri (D.0109)
Risiko cedera (D.0136)

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Gangguan tumbuh kembang Status Perkembangan Perawatan
(D.0106) (L.10101) Perkembangan
(I.10339)
Definisi : Kondisi individu Tujuan : Setelah dilakukan
mengalami gangguan tindakan 3x24 jam
kemampuan bertumbuh dan diharapkan Status
Observasi
berkembang sesuai dengan Perkembangan Membaik,
kelompok usia. dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi
pencapaian tugas
1. Keterampilan/perilaku
perkembangan anak
sesuai usia Meningkat
2. Identifikasi isyarat
2. Kemampuan melakukan
perilaku dan fisiologis
perawatan diri Meningkat
yang ditunjukkan bayi
3. Respon Sosial Meningkat
Terapeutik
1. Pertahankan
lingkungan yang
mendukung
perkembangan optimal
2. Motivasi anak
berinteraksi dengan
anak lain
3. Sediakan aktivitas
yang memotivasi anak
berinteraksi dengan
anak lainnya
4. Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan
balik atas usahanya
5. Pertahankan
kenyamanan anak

20
6. Fasilitasi anak
melatih keterampilan
pemenuhan kebutuhan
secara mandiri
Edukasi
1. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
2. Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
3. Ajarkan anak teknik
asertif
Kolaborasi
1. Rujuk untuk
konseling, jika perlu
2 Gangguan Proses Keluarga Proses Keluarga (L.13123) Dukungan Koping
(D.0120) Keluarga (I.09260)
Tujuan : Setelah dilakukan
Definisi : Perubahan dalam tindakan 3x24 jam
hubungan atau fungsi keluarga diharapkan Proses Keluarga
Observasi
Membaik dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi respons
emosional terhadap
1) Adaptasi keluarga
kondisi saat ini
terhadap situasi meningkat
2. Identifikasi
2) Kemampuan keluarga
kesesuaian antara
erkomunikasi secara terbuka
harapan pasien,
di antara anggota keluarga
keluarga, dan tenaga
meningkat
kesehatan
3) Aktivitas mendukung
Terapeutik
pertumbuhan anggota
keluarga 1. Dengarkan masalah,
perasaan, dan
pertanyaan keluarga
2. Diskusikan rencana
medis dan perawatan
.

21
Edukasi
1. Informasikan
kemajuan pasien
secara berkala
2. Informasikan
fasilitas perawatan
kesehatan yang
tersedia
3 Gangguan komunikasi verbal Komunikasi Verbal Promosi komunikasi
(D.0119) ( L.13118 ) defisit bicara (I.
13492)
Definisi : Penurunan, Tujuan : Setelah dilakukan
perlambatan, atau ketiadaan tindakan 3x24 jam Observasi:
kemampuan untuk diharapkan Komunikasi
1. Monitor kecepatan,
menerima,memproses, Verbal Meningkat dengan
tekanan, kuantitas,
mengirim, dan/atau kriteria hasil :
Volume, dan diksi
menggunakan sisitem tombol.
1. Kemampuan berbicara : bicara
Meningkat
2. Monitor kognitif,
2. Pemahaman komunikasi: anatomis, dan
Membaik fisiologis yg berkaitan
dengan bicara ( mis,
3. Gagap : Menurun
memori, pendengaran,
dan bahasa)
3. Identikasi perilaku
emosional dan fisik
sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik:
1. Gunakan metode
komunikasi alternatif
(mis, menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan
komputer
2. Ulangi apa yg
disampaikan pasien
3. Berikan dukungan

22
psikologis
4. Gunakan juru bicara
jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan berbicara
perlahan
2. Anjurkan pada
pasien dan keluarga
proses kognitif,
anatomis, dan
fisiologis yg
berhubungan dengan
kemapuan berbicara
Kolaborasi:
1. Rujuk ke ahli
patologi bicara atau
terapis
4 Gangguan interaksi sosial Interaksi sosial (L. 13115) Modifikasi perilaku
(D.0118) Tujuan : Setelah dilakukan ketrampilan sosial
tindakan 3x24 jam ( I.13484)
Definisi : Kondisi emosi dan
diharapkan Interaksi Sosial
pengalaman subyektif terhadap Observasi:
Meningkat
objek yang tidak jelas dan
1. Identifikasi
spesifik akibat antisipasi dengan kriteria hasil :
penyebab kurangnya
bahaya yang memungkinkan
1. Perasaan nyaman dengan keterampilan sosial
individu melakukan tindakan
situasi sosial : Meningkat
untuk menghadapi ancaman. 2. Identifikasi fokus
2. Perasaan mudah pelatihan keterampilan
menerima atau sosial
mengomunikasikan perasaan
Terapeutik:
: Meningkat
1. Motivasi untuk
3. Minat melakukan kontak
berlatih keterampilan
emosi : Menurun
sosial
2. Beri umpan balik
posistif (mis, pujian
penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
3. Libatkan keluarga
selama latihan sosial,

23
jika perlu
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan
melatih keterampilan
sosial
2. Jelaskan respons
dan konsekuensi
keterampilan sosial
3. Edukasi keluarga
untuk dukungan
keterampilan sosial
4. Latih keterampilan
sosial secara bertahap
5 Defisit perawatan diri Perawatan Diri ( L.11103) Dukungan perawatan
(D.0109) diri (I. 11348)
Tujuan : Setelah dilakukan
Definisi : Kegagalan tindakan 3x24 jam
mempertahankan suhu tubuh diharapkan Perawatan Diri
Observasi:
dalam rentang normal. Meningkat
1. Identifikasi
dengan kriteria hasil :
kebiasaan aktivitas
1. Kemampuan mandi:
2. Monitor tingkat
Meningkat
kemandirian
2. Kemampuan mengenakan
3. Identifikasi
pakaian : Meningkat
kebutuhan alat bantu
3. Verbalisasi keinginan kebersihan diri,
melakukan perawatan diri: berpakaian,berhias,
Meningkat dan makan
4. Minat melakukan Terapeutik:
perawatan diri : Meningkat
1. Sediakan
lingkungan yang
terapeutik( mis,
suasana hangat, rileks,
privasi
2. Siapkan keperluan
pribadi( mis, parfum,
sikat gigi, dan sabun
mandi)
3. Dampingi dalam

24
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
Edukasi:
1. Anjurkan
melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan
6 Risiko cedera (D.0136) Tingkat Cedera ( L. 14136) Pencegahan cedera (I.
14537)
Definisi : Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan 3x24 jam Observasi:
Pengalaman sensorik atau
diharapkan Tingkat Cedera
emosional yang berkaitan 1. Identifikasi area
Menurun
dengan kerusakan jaringan lingkungan yang
aktual atau fungsional, dengan dengan kriteria hasil : berpotensi
onset mendadak atau lamat menyebabkan cedera
1. Kejadian cedera :
dan berintensitas ringan
Meningkat 2. Identifikasi obat yg
hingga berat yang berlangsung
berpotensi
kurang 3 bulan. 2. Luka Lecet: Meningkat
menyebabkan cedera
3. Identifikasi
kesesuaian alas kaki
atau stoking elastis
pada ekstremitas
bawah
Terapeutik:
1. Pastikan roda
tempat tidur atau kursi
roda dalam kondisi
terkunci
2. Diskusikan
mengenai latihan dan
terapi fisik yang di
perlukan
3. Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
4. Tingkatkan
frekuensi ebservasi
dan pengawasan

25
pasien sesuai
kebutuhan
Edukasi:
1. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
dan duduk selama
beberapa menit
sebelum berdiri

4. Implementasi Keperawatan
Dx Implementasi
1 - Mengidentifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
- Mengidentifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi
- Mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- Memotivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Menyediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
- Mendukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan balik
atas usahanya
- Mempertahankan kenyamanan anak
- Memfasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri
- Menganjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
- Mengajarkan anak keterampilan berinteraksi
- Mengajarkan anak teknik asertif
- Merujuk untuk konseling, jika perlu
2 - Mengidentifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
- Mengidentifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan

26
- Mendengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
- Mendiskusikan rencana medis dan perawatan
- Menginformasikan kemajuan pasien secara berkala
- Menginformasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
3 - Memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, Volume, dan diksi bicara
- Memonitor kognitif, anatomis, dan fisiologis yg berkaitan dengan bicara ( mis,
memori, pendengaran, dan bahasa)
- Mengidentikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
- Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis, menulis, mata berkedip,
papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan komputer
- Mengulangi apa yg disampaikan pasien
- Memberikan dukungan psikologis
- Menggunakan juru bicara jika perlu
- Menganjurkan berbicara perlahan
- Menganjurkan pada pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yg berhubungan dengan kemapuan berbicara
- Merujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
4 - Mengidentifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
- Mengidentifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
- Memotivasi untuk berlatih keterampilan sosial
- Memberi umpan balik posistif (mis, pujian penghargaan) terhadap kemampuan
sosialisasi
- Melibatkan keluarga selama latihan sosial, jika perlu
- Menjelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
- Menjelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial
- Mengedukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
- Melatih keterampilan sosial secara bertahap
5 - Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
- Memonitor tingkat kemandirian
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,berhias, dan
makan
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik( mis, suasana hangat, rileks, privasi
- Menyiapkan keperluan pribadi( mis, parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
- Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

27
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
6 - Mengidentifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
- Mengidentifikasi obat yg berpotensi menyebabkan cedera
- Mengidentifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas
bawah
- Memastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
- Mendiskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang di perlukan
- Mendiskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
- Meningkatkan frekuensi ebservasi dan pengawasan pasien sesuai kebutuhan
- Menjelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
- Menganjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri

5. Evaluasi Keperawatan
1. Status perkembangan membaik
2. Proses keluarga membaik
3. Komunikasi verbal meningkat
4. Interaksi sosial meningkat
5. Perawatan diri meningkat
6. Tingkat cedera menurun

28
L. Jurnal

Jurnal yang diambil : Muhajirin, A., & Haryono, Y. (2018). THE RELATIONSHIP
OF COUPING MECHANISM WITH THEFAMILY STRUCTURE AMONG
CHILDREN WITH MENTAL RETARDATION ATBOGOR: HUBUNGAN
MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES ORANG TUA PADA ANAK
YANG RETARDASI MENTAL DI KOTA BOGOR. Jurnal Ilmiah Wijaya, 10(1).

29
Penelitian pada jurnal ini mendapati bahwa adanya tingkat stress pada ibu yang
memiliki anak dengan retardasi mental, dan jurnal ini mencoba mencari tau
hubungan tingkat stress tersebut dengan mekanisme koping yang berupa
perasaan yang dialami orang tua ketika mengetahui anaknya menderita
retardasi mental.
Maka penulis jurnal ini melakukan penelitian pada orang tua di kota bogor.
Dari seluruh hasil penelitian yang didapatkan adalah 25 responden memiliki
mekanisme koping maladaptif yaitu timbulnya stress pada orangtua dan dari 35
responden terdapat 23 yang mendapatkan stress berat.
Ini menunjukkan bahwa secara psikologis orang tua kehilangan harapan untuk
memiliki anak "normal". Ketidakpastian akan perkembangan anaknya akan
membuat orang tua mengalami stress secara psikologis.

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya (impairment)
keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik
dan sosial.
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal.
Diagnosis keperawatan pada retardasi mental yang muncul bisa gangguan tumbuh
kembang, gangguan proses keluarga, gangguan komunikasi verbal, gangguan
interaksi sosial, defisit perawatan diri, dan risiko cedera

B. Saran
Diharapkan perawat anak dapat dengan bijak memberikan asuhan keperawatan
pada anak dengan retardasi mental.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Lilik Saraswati. LP Askep Retardasi Mental

Muhajirin, A., & Haryono, Y. (2018). THE RELATIONSHIP OF COUPING MECHANISM


WITH THEFAMILY STRUCTURE AMONG CHILDREN WITH MENTAL
RETARDATION ATBOGOR: HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN
TINGKAT STRES ORANG TUA PADA ANAK YANG RETARDASI MENTAL DI
KOTA BOGOR. Jurnal Ilmiah Wijaya, 10(1).

33

Anda mungkin juga menyukai