Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL


Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
Dosen pengampu Faleryn Florence Sahuleka S.Kep. M.Kes

Disusun Oleh Kelompok II :


Rielse Kundiman (019656)
Melisa Lomas (019652)

YAYASAN MEDIKA MANDIRI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKARIWO HALMAHERA
(STIKMAH)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (SEMESTER V)
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunianya sehingga asuhan keperawatan ini dapat tersusun hingga
selesai. Harapan kami semoga askep ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi asuhan keperawatan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam asuhan keperawatan ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Tobelo, 08 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I......................................................................................................................1

LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................................1

2.1 Latar Belakang................................................................................1

2.2 Pengertian........................................................................................2

2.3 Etiologi..............................................................................................2

2.4 Patofisiologi......................................................................................3

2.5 Manifestasi Klinis............................................................................4

2.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................5

2.7 Penatalaksanaan..............................................................................5

BAB II KASUS PENGKAJIAN..........................................................................7

2.1 Pengkajian........................................................................................7

2.2 Riwayat Kesehatan..........................................................................7

2.3 Pemeriksaan fisik :..........................................................................9

2.4 Pemeriksaan penunjang...............................................................10

2.5 Diagnosis Keperawatan................................................................10

3
2.6 Rencana Intervensi :.....................................................................10

2.7 Evaluasi..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

4
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Retardasi Mental menurut American Association on Mental
Retardation (AAMR) 1992 : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun) ditandai dengan fs. kecerdasan
dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan
merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat;
kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.

Sedangkan menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan


mental yang tidak mencukupi.

Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas


terdapat fungsi iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala
dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan
retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal


2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18
tahun.

Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:


1. Lemah Pikiran ( feeble-minded)
2. Terbelakang Mental (Mentally Retarded)
3. Bodoh atau Dungu (Idiot)
4. Pandir (Imbecile)
5. Tolol (moron)
6. Oligofrenia (Oligophrenia)
7. Mampu Didik (Educable)

1
8. Mampu Latih (Trainable)
9. Ketergantungan Penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
10. Mental Subnormal
11. Defisit Mental
12. Defisit Kognitif
13. Cacat Mental
14. Defisiensi Mental
15. Gangguan Intelektual

Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri


dari gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan
dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18
tahun.

2.2 Pengertian
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs.
Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar
dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991)

2.3 Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk
mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat
kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor
yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang
dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.

1. Organik
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down
syndrome dan Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit
metabolik, kelainan neuro•cutaneos, dll.)
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan

2
(infeksi, zat teratogen dan toxin, disfungsi plasenta)
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia
neonatorum,
d. Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia,
dll
e. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan
metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA
(Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organik
a. Kemiskinan dan klg tidak harmonis
b. Sosial cultural
c. Interaksi anak kurang
d. Penelantaran anak
3. Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain
(15-20% ; AAP, 1984)

2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup
sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum
usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal
( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan

merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan


sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan ,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja.

Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,


perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak.

3
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai
beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang
kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit
tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering
disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):

1. Kelainan pada mata


2. Kejang
3. Kelainan kulit
4. Kelainan rambut
5. Kepala
6. Perawakan pendek
7. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya,
adalah sebagai berikut:

1. Retradasi Mental Ringan


Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam
tahun-tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit
koognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak
dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.

2. Retradasi Mental Sedang


Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social
dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih
dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.

3. Retradasi Mental Berat


Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada
usia prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin
kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk,
bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.

4
4. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada
masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong
diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan
perawatan orang lain.

Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi
bagian dari gangguan retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi
frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan efektif , perilaku motorik
stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
c. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

2.7 Penatalaksanaan
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk


menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan
gangguan. Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha
terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijakan kesehatan masyarakat , aturan untuk
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal,
dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai kerusakan system
saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.
2. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan
penyakit.
3. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan

5
yang terjadi. Dalam pelaksanaanya kedua jenis pencegahan ini
dilakuakn bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk anak : terapi
perilaku, kognitif dan psikodinamika ; pendidikan keluarga; dan
intervensi farmakologi. Pendidikan untuk anak harus merupakan
program yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif,
sosialn, dan kejuruan. Satu hal yang penting dalam mendidik keluarga
tentang cara meningkatkan kopetensi dan harga diri sambil
mempertahankan harapan yang realistic.

Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat


digunakan naltrekson. Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai
antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan
eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti propranolol dan
buspiron. Adapun untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas dapat
digunakan metilpenidat.

6
BAB II
KASUS PENGKAJIAN
2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien

Nama : An. N

Umur : 2 tahun 2 bulan

JK : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Rukun, Samarinda Sebrang

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. E

Umur : 27 Tahun

JK : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Rukun, Samarinda Sebrang

Hub. Dgn pasien : Ibu

2.2 Riwayat Kesehatan


a. Tanda dan gejala :

1) Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali

2) Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM


seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan
perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama
psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada
kemampuan bahasa dan bicara, dengan kemampuan motorik
normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM ringan
biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan
kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
7
3) Gangguan neurologis yang progresif

4) Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb,


1994)
a) Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun) Karakteristik :
Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp
terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan
aritmatik, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional,
diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak.
Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.

b) Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)


Karakteristik :
Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan
motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana,
dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai
sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu,
berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri
ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
c) Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan
motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa
berespon dalam perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.
Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan,
memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila
dilatih sistematis.
Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas
berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan,
8
kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
d) Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor
minimal, butuh perawatan total.
Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area
perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar,
ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas
pribadi. Usia mental bayi muda.
Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total,
biasanya diikuti dengan kelainan fisik.

2.3 Pemeriksaan fisik :


a. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak
simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung keatas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/
melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tidak normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
9
2.4 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaanurin, serum atau titer virus
c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

2.5 Diagnosis Keperawatan


1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi
Kognitif
2. Kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan
resepsi bahasa.
3. Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol
4. Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
5. Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
6. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian/ berhias, toileting b/d
ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan
perkembangan.

2.6 Rencana Intervensi :


1. Dx : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi
Kognitif Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan berjalan sesuai
tahapan
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi
perkembangan anak yang optimal.
c. Berikan aktivitas stimulasi yang sesuai dengan usia
d. Pantau pola pertumbuhan (tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala dan rujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan intervensi nutrisi)
2. Dx : kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan
ekspresi dan resepsi bahasa.
10
Tujuan : komunikasi terpenuhi sesuai tahap perkembangan anak.
Intervensi :

a. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil


b. Berikan intruksi berulang dan sederhana
c. Beri waktu yang cukup untuk berkomunikasi.
d. Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar contoh
Koran, televises, radio, kalender, jam.
3. Dx : Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak
terkontrol
Tujuan : menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan factor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.

Intervensi :
a. Berikan posisi yang aman dan nyaman.

b. Manajemen perilaku anak yang sulit

c. Batasi aktifitas yang berlebihan.

d. Ambulasi dengan bantuan ; berikan kamar mandi khusus.

4. Dx : Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi


social Tujuan : meminimalkan gangguan interaksi social

Intervensi :

a. Bantu anak dalam mengidentifikasi kekuatan pribadi


b. Beri pengetahuan terhadap orang terdekat anak mengenai
Retardasi Mental
c. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-
anak dan keluarga lain
d. Dorong anak mempertahankan hubungan dengan teman-teman
e. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak

5. Dx : Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM

11
Tujuan : keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak
dan terapinya Intervensi :

a. Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit anak dan rencana


perawatan
b. Tekankan dan jelaskan penjelasan tim kesehatan lain tentang
kondisi anak, prosedur dan terapi yang dianjurkan
c. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman
keluarga tentang penyakit dan terapinya
d. Ulangi informasi sesering mungkin

6. Dx : Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan fisik dan mental/


kurangnya kematangan perkembangan.

Tujuan : melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan


perkembangan anak. Intervensi :

a. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan


sesuai kebutuhan.
b. Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan
gerak fisik, penurunan kognitif.
c. Dorong anak melakukan perawatan sendiri

Pendidikan pada orangtua :


a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
b. Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
c. Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak
yang sulit
d. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll

2.7 Evaluasi
1. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya.
2. Dapat berkomunikasi dengan baik sesuai usia.
3. Perilaku dan pola hidup anak jauh dari risiko cidera.
4. Anak berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga
lain.
12
5. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan
terapinya.
6. Anak melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan

13
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.

KTI.2010. Retardasi Mental ( http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/08/retardasi-


mental.html, diakses tanggal 20 Desember 2010)

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W

14

Anda mungkin juga menyukai