Anda di halaman 1dari 23

Contents

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................5
C. TUJUAN MASALAH...............................................................................6
1. Tujuan Umum........................................................................................6
2. Tujuan Khusus.......................................................................................6
D. MANFAAT PENULISAN........................................................................6
BAB II.....................................................................................................................8
LANDASAN TEORI..............................................................................................8
A. DEFENISI......................................................................................................8
B. ETIOLOGI.....................................................................................................8
1. Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv...........................................................9
2. Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll).....................................9
3. Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)..................................................9
4. Toksemia gravidarum....................................................................................9
5. Disfungsi plasenta..........................................................................................9
6. Ibu malnutrisi.................................................................................................9
C. DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIS........................................................10
D. KOMPLIKASI.............................................................................................12
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................12
F. PENATALAKSANAAN............................................................................13
G. PENCEGAHAN...........................................................................................14
BAB III..................................................................................................................15
KONSEP KEPERAWATAN..............................................................................15
A. PENGKAJIAN........................................................................................15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................16
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................16
D. EVALUASI.............................................................................................19
BAB 4....................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20

1
BAB IV..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
tentang “Asihan Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan “Retardasi mental”.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 17 juli 2019

SUSANTI

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah
70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena
0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan
sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa
Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa
kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai  dengan fase kecerdasan dibawah
normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain. Berikut ini adalah
klasifikasi retardasi mental yang ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika,
2005)
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi
keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah
kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan
berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari maturasi, proses belajar dan
penyesuaian diri secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan
fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan
adaptasi sosial.
Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan
lain pada sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan

4
merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan
dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada
sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan
adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental
lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-
bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi


retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan
kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi
intelektual umum dibawah rerata normal disertai dengan kekurangan atau
hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode
perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan Lourie, 1980).
Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi retardasi mental
terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik
dan pendekatan sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan
pada perubahan-perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan
sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara umum untuk
mengikuti norma-norma yang berlaku.

Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah keterbelakangan


mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna mental. Istilah asing yang sering
digunakan adalah mental deficiency, oligophrenia, amentia, dan mental
subnormality (Rumini, 1987)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Retardasi mental ?

5
2. Apa penyebab dari retardasi mental pada anak ?

3.  Apa saja klasifikasi dari retardasi mental

4.  Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap anak yang mengalami retardasi


mental ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang :

a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.


b. Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
c. Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
d. Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi
Mental.
e. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi
Mental.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang :

a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.


f. Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
g. Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
h. Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi
Mental.
i. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi
Mental.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Retardasi Mental
Dan diharapkan agar menjadi acuan mahasiswa/mahasiswi dalam membuat
asuhan keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Disamping itu juga
sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan jiwa

6
BAB II

LANDASAN TEORI
A. DEFENISI
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut
WHO).
Retradasi mental adalah   suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi
intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia
18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman
M, 1991).
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang
rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap
normal.(Carter CH).
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang
rendah,yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya
timbul pada masa perkembangan.(Crocker AC).

E. ETIOLOGI
Tembok secara berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang
tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap
melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang tuanya, anak autis
tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan
kemudian langsung tertidur (Mujiyanti, 2011).
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun
begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya
retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah
ini :Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :
1.      Non-organik
a)      Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b)      Faktor sosiokultural
c)      Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d)     Penelantaran anak

7
2.       Organik
a) Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,
dll.) Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) – syndromepolygenic
familial.
b) Faktor prenatal
 Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1.      Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
2.      Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus)
3.      Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
4.      Disfungsi plasenta
5.      Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
 Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1.      Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv
2.      Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
3.      Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)
4.      Toksemia gravidarum
5.      Disfungsi plasenta
6.      Ibu malnutrisi
 Faktor perinatal
1.      Sangat premature
2.      Asfiksia neonatorum
3.      Trauma lahir: pendarahan intra cranial
4.      Meningitis
5.      Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
 Faktor post natal
1.      Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2.      Neuro toksin, misalnya logam berat
3.      CVA (Cerebrovascular accident)
4.      Anoksia, misalnya tenggelam
5.      Metabolik
6.      Gizi buruk

8
7.      Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
8.      Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)
9.      Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
10.  Infeksi
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan
social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga
secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya mutasi.
Demikian pula pada keadaan social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab
organik dari retardasi mental.

F. DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIS


Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan
DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera
dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau
gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6
tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan
tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan
pada system susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga
yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana
diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
  Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini
beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1.      Kelainan pada mata :
a)      Katarak
b)      Bintik cherry-merah pada daerah macula
c)      Kornea keruh
2.      Kejang :
a)      Kejang umum tonik klonik
b)      Kejang pada masa neonatal
3.      Kelainan pada kulit :

9
a)      Bintik-café-au-lait
4.      Kelainan rambut :
a)      Rambut rontok
b)      Rambut cepat memutih
c)      Rambut halus
5.      Kepala :
a)      Mikrosefali
b)      Makrosefali
6.      Perawakan pendek :
a)      Kretin
b)      Sindrom prader-willi
7.      Distonia :
a)      Sindrom hallervorden
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1.      Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan
dari kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah
anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya
selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti
orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu
menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2.      Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka
ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya
dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan
tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini
perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri
sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang dapat
mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.
3.      Retardasi mental berat

10
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis
mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai
juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe
klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan pengawasan dan
bimbingan sepanjang hidupnya.
4.      Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah
dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya
sangat minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya.

G. KOMPLIKASI
a.       Serebral palcy
b.      Gangguan kejang
c.       Gangguan kejiwaan
d.      Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e.       Defisit komunikasi
f.       Konstipasi

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah

11
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia                  
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
o. Urin reducing substance’
p. Urin ketoacid
q. Urin asam vanililmandelik

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan
bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut
seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai
perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk
memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau
kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi
terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka
juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan
kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi
keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan
motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan
bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh
pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan
anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-
kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai
keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater.
Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang
tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan anak

12
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian.
Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi
mental,agar mereka dapat menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini
diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri
dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan
tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak
terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang
memerlukan penanganan khusus.

J. PENCEGAHAN
Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling
perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama
kehamilan, dan bersaling pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat
membantu menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan
mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan
pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi
keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya
program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini
dan bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan
perkembangan anak.
Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin,
terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula.
Misalnya diagnosis dini dan terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil
kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental
sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.

13
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengakjian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium,
misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental.
Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan
otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan
otak yang memang tidak adekuat. Penelitian bio kimia menentukan tingkat
dari berbagai bahan metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak
jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia
pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron,
deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:

1. Lakukan pengkajian fisik.


2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan
gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya
yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis,
campak) atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.

14
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif
Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14. Tidak responsive terhadap kontakkontak mata buruk selama menyusui.
15.  Penurunan aktivitas spontan
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18.  Menyusui lambat.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakanfungsi kognitf.
2.   Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita retardasi mental.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik

6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosi


7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitf. Hasil yang ingin dicapai:
·         Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai bayi.
·         Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas
perawatan anak di rumah.

15
·         Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.
·         Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.
Intervensi keperawatan dan rasional.
1.                Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayi
Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak
2.                Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat
catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar
Rasional : agar rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
3.                Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak
Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga
diri.
4.                Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak
Rasional : karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
5.                Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah
anak mencapai kesiapan.
Rasional: untuk mengoptimalkan keterampilan perawatan diri
6.                Kuatkan aktivitas diri
Rasional: untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
7.                Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan
sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
Rasional: agar keluarga tahu tentang program pendidikan yang tepat
8.                Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan
anak lain.
Rasional: agar anak tidak merasa dibedakan sehingga anak percaya diri
dan mau melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.
9.                Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua
tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
Rasional: sehingga orangtua mampu memahami dahulu sebab-sebab
perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak.
10.            Dorong pelatihan optimal.
Rasional: agar anak dan keluarga menjadi aktif terlibat dalam pelaksanaan
program.

16
Diagnosa 2: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai
anak yang menderita retardasi mental.
Hasil yang diharapkan:
·         Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai
kelahiran anak dengan retardasi mental dan impikasinya.
·         Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan mereka.
·         Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.
Intervensi keperawatan / rasional.
1.            Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau
setelah kelahiran.
Rasional ; Agar keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya.
2.            Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian
informasi.
Rasional : Agar orang tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi
mental.
3.            Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan
dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif
residensial sebelum membuat keputusan.
Rasional : Agar mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi
mereka dan anaknya.
4.            Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai
masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
Rasional : sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
5.            Tekankan karakteristik normal anak
Rasional: untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan
kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
6.       Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran Rasional: karena hal itu merupakan bagian dari proses
adaptasi.

17
M. EVALUASI
1.      Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2.      Keluarga mampu menerima keadaan anaknya yang retardasi mental.

18
BAB 4

PENUTUP
Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme
adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-
ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu
bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena
adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada
penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi
yang besar.
Saran

1. Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti


memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi
kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
2. Pemerintah dalam hal ini TIM Kesehatan perlu melakukan langkah
prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat
membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan
menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Philips J. Prevention and Treatment of Mental Retardation.3rd Ed.New York,


London:  Basic Books Inc, 1966.

Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical Psychiatry Philadelphia, London : W.B.
Saunders Co, 1963; pp 275 – 292.

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry.


Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.

Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life,Bombay : D.B.


Taraporevala Sons & Co Private Ltd, 1964; pp 519 – 536.

Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan Retardasi Mental.


Disertasi, gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran, UNAIR, Surabaya. 1972.

Robinson HB et al. Mental Retardation Advanced Child Psychiatry, New York:


Literature Seminar 1974. Feb.

Menolascimo FJ. Emotional Disturbances in Mentally Retardied Child.


Advanced Child Psychiatry, New York : Literature Seminar 1974 Feb

Potter HW. The needs of Mentally Retarded Chidren for child Psychiatry
services, Advanced Child Psychiatry. New York Literature Seminar 1974
Feb.

George Tarjan, Keeran CV. An overview of Mental Retardation, A Psychiatric


Annals reprint, New York : Insight communications Inc, 1974 Feb.

Valente M et al. Etiologic Factors in Mental Retardation A Psychi- atric Annals


reprint. New York : Insight Communications, Inc, 1974 Feb.

Simmons JG et al. Treatment and care of mentally retarded A Psychiatric Annals


reprint.New York : Insight Communications Inc,1974 Feb

20
21
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak
terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi
orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada anak berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang
memiliki anak autisme.

22
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Sacharin, RM. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.
Jakarta: EGC.

Anonim. Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi 1. Jakarta:


Salemba Medika

PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.

Nugraheni,SA. (2012). Menguak Belantara Autisme. Bulettin Psikologi. 20(1-2):


9-17.

Http://www.journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11944/8798

Anda mungkin juga menyukai