Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak
sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai
makhluk unik yang memiliiki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Dengan
demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit,
melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya
dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (famili centred care atau asuhanyang
teurapeutik. Setiap perawat perlu memahami keperawatan pada anak selalu berpegang pada
prinsip dasar ini.

Prespektif keperawatan anak merupakan landasan nerpikir bagi seorang perawat anak
dalam melaksanakan pelayanan keperwatan terhadap klien anak maupun keluarganya. Isi
bahasan prespektif keperawatan anak mencakup perkembangan anak, falsafah keperawatan
anak, dan peran perawat anak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan keperawatan anak
2. Bagaimanakah prinsip keperawatan anak.
3. Bagaimanakah ruang lingkup keperawatan anak
4. Bagaimanakah peran perawat anak.

C. Tujuan dan Manfaat


1. Memahami perkembangan keperawatan anak
2. Mengetahui prinsip keperawatan anak
3. Mengetahui ruang lingkup keperawatan anak
4. Memahami peran perawat anak

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Keperawatan Anak

Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita diajak untuk mempelajari
evolusi kesehatan anak dan keperawatn anak. Sebelum abad ke-19, kesehatan anak kurang
mendapati perhatian dari berbagai pihak. Jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan
sangat sedikit, sementara epidemik terjadi di banyak tempat dan tidak terkontrol. Selain itu,
buku-buku informasi tentang kesehatan anak sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan
untuk anak hanya terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan
perawatan tradisional. Statistik tentang status kesehatan anak tidak ada, padahal wabah
penyakit pada anak banyak terjadi, seperti cacar, flu, difteri, dan terjadi epidemik secara
perlahan, terutama karena penyakit TBC dan gangguan gizi.

Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak (the dark age
of paediatric) sammpai pada pertengahan tahun 1800 mulai ada studi kesehatan anak yang
dilakukan seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang melakukan
penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia memperhatikan kesehatan anak khususnya pada
tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh seorang wanita yang bernama Lilian Wald,
yang menggembangka pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada kegoiatan sosial,
program sosial, dan pendidika khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit.
Selanjutnya, tumbuh upaya kesehatan anak sekolah (UKS) dan berkembang kursus-kursus
kesehatan sekolah.

Awal tahun 1900, perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit menular.
Orang tua dilarang untuk megunjungi anak dan membawa barang-barang atau mainan dari
rumah ke rumah sakit. Akan tetapi pada tahun 1940 ditemukan efek psikologis dari tindakan
isolasi, yaitu anak menjadi stress selam berada dirumah sakit. Karena anak stress dan gelisah
serta tidak tenang berada dirumah sakit tanpa ada orang tua disampingnya, orang tua pun
semakin stress. Akhirnya, orientasi pelayanan keperawatan berubah menjadi rooming, yaitu
orang tua boleh tinggal bersama anaknya selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke
rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan
orang tuanya sebelum dirawat dirumah sakit.

2
Dengan demikian, pendidikan kesehtan untuk orang tua menjadi sangat penting untuk
dilakukan oleh perawat. Kerjasama antara orangtua dan team kesehtan dirasakan besar
manfaatnya dan orang tua didorong untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya dan
orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan
pentingnya keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dirumah sakit. (Darbyshire, 1992
dan Carter & Dearmun, 1995).

Keberadaan orang tua terutama kelompok orang tua yang anaknya mempunyai jenis
penyakit yang sama ternyata dapat membuat orangtua lebih percaya diri dalam merawat
anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga diharapkan dapat berkerjasama
sebagai mitra team kesehatan.

B. Filosofi Keperawatan Anak

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang di miliki perwat
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang berfokus pada keluarga
(Family centered care),pencegahan terhadap trauma (atraumatic care),dan manajemen kasus.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa keperawatan anak teah mengalami


beberapa perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam cara memandang terhadap klien
anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan keperawatan anak.

C. Perawatan Berfokus Pada Keluarga

Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah sakit memerlukan
keterlibatan orang tua (Platt, 1959 dan Farrell, 1992). Waktu kunjungan bagi orang tua
terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan
pendidikan kesehatan pada orang tua yang terprogram secara reguler. Anak membutuhkan
orang tua selama proses hospital.

Terjadi perpisahan antaraorang tua dengan anaknya karena harus dirawat dirumah sakit
dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami kecemasan
tinggi saat dirawat dirumah sakit, orang tua menjadi stress. Hal ini terjadi seperti satu
lingkaran setan. (Supartini, 2000).

3
Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang dirawat
dirumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan
pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan olleh orang tua, dengan bantuan
tenaga keesehatan yang mengemukakan bahwa prinsip pelayanan keperawatan pada anak
harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memnuhi kebutuhan anak dan keluarga.

Karena anak sebagai anggota unit keluarga dalam suatu kultur dan masyarakat, maka
keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan anak itu sendiri, akan tetapi kultur
keluarga dan amsyarakat harus diperhatikan seperti masalah pengetahuan keluarga, budaya,
lingkungan dan lain-lain. Kesemuanya dapat mempengaruhi pada proses pelayanan
keperawatan yang diberikan. Sebagai bagian dari keluarga salah satu aspek yang penting
adalah keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga
bersama-sama dalam memberikan perawatan.

Anak dan remaja membutuhkan pembelaan dari orang dewasa untuk mempertahankan,
meninhgkatkan dan memperbaiki kesehatan, pembelaan tersebut merupakan salah satu dari
hak anak yang harus dibela dan dilindungi dari berbagai perlindungan kesehatan dan
kesejahteraan anak. Dalam penanganan pelayanan kesehatan anak harius didahulukan dalam
penanganan, mengingat anak merupakan salah satu generasi penerus yang harus dilindungi
dari kecacatan. Perlindungan atau pembelaan dari orang dewasa merupakan suatu kewajiban
seseorang yang telah dewasa yang telah mampu mengatasi permasalahan yang ada. Anak
sangat tergantung pada orang dewasa serta lingkungan yang ada di sekitarnya yang dapat
memfasilitasi dalam segala pemenuhan kebutuhannya baik keluarga, orang yang berada di
sekitarnya .

Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu fasilitas
keterlibatan orangtua dalam keperawatan dan peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting untuk memfasilitasi hubungan orangtua
dan anaknya selama dirumah sakit. Harus diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara
orang tua dan anaknya dirumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasinya hubungan
antara orangtua dengan anaknya, orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk
mmeneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama dirumah sakit. Perawat juga
mempunyai peran penting untuk meningkatkan kemampuan oorang tua dalam merawat
anaknya. Orang tua dipandang sebagai subjek yang punya potensi untuk anaknya dirumah
sakit, terjadi proses belajar pada orang, baik dalam hal peningkattan pengetahuan maupun

4
keterampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Dengan demikian, pada saat
anak diperoleh kan pulang ke rumah, orang tua sedah memiliki seperangkat ilmu
pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan anaknya. Misalnya, pada saat seorang ibu
yang mempunyai anak sakit panas dan dirawat dirumah sakit, jika pada awal masuk rumah
sakit orang tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar dari rumah sakit
mmereka sudah dapat memberikan kompres hangat dan mengukur suhu dengan
termometernya sendiri secara benar. Untuk itu, pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh
perawat menjadi begitu penting untuk dilaksanakan. Proses perawatan anak dirumah sakit
harus memberikan kesempatan belajar pada orangtua untuk merawat anak. Kkesabaran
perawat orangtua merawat anak sesuai dengan kapasitasnya.

Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan pemberi rasa
aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan keperawatan anak dirumah
sakit sehingga asuhan keperawatan pada anak dirumah sakit harus berpusat dpada konsep
anak sebagai bagian dari keluarga dan keluarga sebagai pemberi dukungan yang paling baik
bagi anak selama proses hospitalisasi (Departement of Health, 1991).

Keluarga merupakan unsur penting dalam perwatan anak meningat anak bagian dari
keluarga. Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan
anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak ( Wong, Perry & Hockenberry, 2002). Sebagai perawat, dalam memberikan
pelayanan keperawatan anak, harus mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk
pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun
pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak harus
memperhatian kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga karena tingkat sosial,
budaya ,dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya
dalam kehidupan di masyarakat.

Perawat bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya berfokus pada


keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan
sebab kekuatan dan kelemahan,dari keluarga tersebut dapat dijadika acuan dalam pemberian
playanan keperawatan.Kekuatan dan kelemahan keluarga tersebut dapat juga berupa fasilitas
keluarga dalam merawat anak, tingkat pengetahuan,tingkat ekonomi, peran atau bentuk
keluarga itu sendiri.

5
Kemudian kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaanya bentuk dukungan dari
keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangan baik maka pertumbuhan
dan perkembangan anak relatif stabil,tetapi apabila dukungan keluarga pada anak kurang
baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis
anak.

Dengan demikian dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan keterlibatan


keluarga.Hal ini sangat penting mengingat anak selalu embutuhkan orang tua selama dirumah
sakit seperti dalam aktivitas bermain atau program perawatan lainnya seperti pengobatan.
Pentingnya keterlibatan keluarga dapat mempengaruhi proses ini dan dapat mempengaruhi
kesembuhan anak, seringkali dapat di temukan dampak yang cukup bagi anak apabila anak
ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan bahkan menjadi stres. Apabila
hal tersebut dibiarkan terus upaya penyembuhan sulit tercapai. Jika demikian halnya kerja
sama atau keterlibatan orang tua dengan tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit selama
anak dalam perawatan sangatn diperlukan.Keterlibatan keluarga dan kemampuan keuarga
dalam merawat merupakan dasar dari asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga.
Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan pada anak yang
sakit selama dirumah sakit. Harapan terbentuknya kerjasama yang utuh antara perawat dan
fungsi orang tua dengan peran dan fungsi perawat dalam pemberian perawatan. Jangan
sampai terjadi pemutusan dalam program perawatan. Demikian juga proses perpisahan antara
orang tua dan anak masih fokus dalam perhatian perawatan,karena dapat juga berdampak
besar dalam program perawatan anak , kerja sama tersebut dapat terjalin hingga program
perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam perawatan anak
seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan dalam pemberian kompres dingin / hangat.

Elemen Pokok Asuhan yang Berpusat Pada Keluarga :

1. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon terhadapp
sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda pula. Demikian pula orangtua
mempunyai latarbelakang individu yang berbeda dalam berespon terhadap kondisi
anak dan perawatan dirumah sakit.
2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya. Telah
terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan merasa aman apabila berada
disamping orangtuanya, terlebih lagi pada saat menghadapi situasi menakutkan seperti

6
dilakukan prosedur invasif. Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan
baik apabila ada kerjasama yang baik antara perawat dan orang tua.
3. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep dasar
asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan asuhan keluarga dan
keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada kondisi tertentu ketika orang tua
harus meninggalkan anak sesaat (misalnya, membeli obat, ke kamar kecil), perawat
harus siap menggantikannya (misalnya, bayi menangis, perwat perlu menggendong,
meninabobokan). Sebaliknya, orangtua harus belajar melakukan tindakan
keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau mengobservasi
gejala panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan yang diberikan perawat.
4. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk
mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk menggunakan
pendekatan famili centred tidak cukup hannya dari perawat, tetapi juga seluruh
petugas kesehatan yang ada.

D. Atraumatic care

Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak menimbulkan
adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut difokuskan dalam pencegahan
terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus pada
anak .

Beberapa khasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat
menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah,nyeri,dan lain-lain. Apabila hal tersebut
dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak dan tentunya akan mengganggu
perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care sebagai bentuk perawatan trapeutik
dapat diberikan pada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan,seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan
melihat prosedur tindakan atu aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.
Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain:

7
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti


kecemasan,ketakutan, kekurangan kasih sayang gangguan ini akan menghambat proses
penyembuan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol dalam perawatan pada anak.

Melalui kontrol peningkatan orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan dalam hal
kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.

3. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis).

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan


anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan
tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknis misalnya distraksi, relaksasi,imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Respon emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada usia dan
pencapaian tugas perkembangan anak. Beberapa respon ini dilihat anak, mulai dari
perkembangan bayi hingga remaja. Seperti pada masa bayi mempunyai respon emosi
yang berbeda dalam menghadapi masalah seperti perpisahan dengan orang tua, maka
respon anak akan menangis, berteriak, menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu
diam. Apabila tubuh merasa nyeri reaksi yang akan dialami pada si anak adalah
menangis dan reaksi tubuh unytuk mobilisasi (tidak mau bergerak sama sekali). Masa
balaita mempunyai respon emosi terhadap penyakit atau situasi yang tidak
menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti menangis sambil mencari ibunya, berhenti
bicara, kehilangan keterampilan baru yang di milikinya. Apabila terjadi perubahan
rutinitas dan ritual dalam dirinya maka anak akan mempunyai reaksi seperti menyerang
dan menunjukan tingkah laku protes. Pada anak masa pra sekolah, reaksi terhadap
penyakit atau masalah dirinya seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau
lingkungan yang asing, hilangnya kasih sayang, body image maka akan bereaksi seperti
regresi yaitu hilangnya control spingter, represi, proyeksi, displacement, agresi
(menyangkal), identifikasi, menarik diri, tingkah laku protes, selain itu juga seperti lebih

8
peka dan pasif seperti menolak makan dan lain-lain. Pada masa sekolah respon terhadap
dirinya seperti perpisahan , sakit pada tubuhb dan respon emosinya adalah tingkah laku
protes, bosan, kesepian, prustasi, regresi, menarik diri, mencari informasi, merengek,
mengertakan gigi, menggerang, bertridak berani dan lain-lain. Pada masa remaja respon
emosi terjadi apabila kehilangan identitas, cedera tubuh, perpisahan dengan kelompok
sebayanya takut pada kehidupan kematian, maka reaksi yang di timbulkan pada masa
remaja adalah sebagai berikut tidak kooperatif, menafik diri, menuntut, agresi,
kepercayaan yang berlebihan, depresi, kesepuan dan bosan.

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti
dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses tumbuh kembang
maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan
kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.

5. Modifikasi lingkungan fisik

Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan


keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu
berkembangan nyaman di lingkungan.

E. Manajemen Kasus

Pengelola khasus secara komperhensif adalah bagian utama dalam pemberian asuhan
keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun kronis.Pendekatan
psikologis yang dilakukan dengan mempersiapkan secara fisik, memberikan kesempatan
orang tua dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua dan prinsif
dalam upaya pencegahan ,peningkatan kesehatan merupakan tanggung jawab perawat.

Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu berdampak dalam proses
penyembuhan pada anak, meningkatkan anak memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda
satu sama lain. Keterlibatan orang tua dalam pengelolaaan kasus juga dibutuhkan, karena
proses perawatan dirumah adalah bagian tanggung jawabnya dalam meneruskan program
perawatan dirumah sakit . Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada anak selama

9
dirumah sakit, akan mampu memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga(orang tua)
(Wong,D.L,1995).

F. Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman
dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya,mengingat ada
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Diantara prinsip dalam asuhan
keperawatan anak tersebut adalah pertama, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai
individu yang unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh
memandak anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proese
kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran,bukan hanya bentuk fisiknya saja
tetapi kemampuan dan kematanganya.

Kedua, anak sebagai individu yang unik yang mempuyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki kebutuhan yang berbagai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seprti kebutuhan nutrisi dan caitan,
aktivitas, eliminasi, istirahat,tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut ,anak
juga sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis,sosial,spiritual. Hal tersebut
dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat bersamaan perlu memandang
tingkat kebutuhan yang khusus yang di alami oleh anak.

Ketiga, pelayanan keperawatan berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan


peningkatan derajat kesehatan ,bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan
penyakitbdan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

Kempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komperhensif dalam
memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak, keperawatan selalu
mementingkan anak. Anak dikatakan sejahtera berarti anak tidak merasakan gangguan
psikologis ,seperti rasa cemas, takut dan lainya. Mereka selalu menikmati masa-masa kecil
dengan penuh kesenangan dan kasih sayang. Kemudian dalam upaya mensejahterakan anak

10
tersebut, tidak lepas dari peran keluarga,sehingga dalam memperbaiki mutu keperawatan
selalu melibatkan keluarga.

Kelima, praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah,mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai aspek moral(etik) dan aspek hukum(legal).
Sebagai bagian dari keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal
ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.

Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam
konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan pada anak adalah selalu
memperhatikan lingkungan yang ada, baik anak sebagai individu maupun anak sebagai
bagian dari masyarakat.

Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada
ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang aka mempelajari aspek
kehidupan anak.

G. Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Anak

Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan yang memiliki, lingkup yang
dilakukan selama batas keprofesiannya. Sedangkan praktik keperawatan ini sendiri
merupakan tindakan mandiri perawatan professional dengan melalui kerja sama secara
kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun
(Gartinah, dkk 1999). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan
kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh, asih, dan
asuh (Sularyo, 1993).

 Kebutuhan asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan gizi

11
atau nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan
mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit,
kebutuhan akan tempat atau perlindungan yang layak, kebutuhan hygiene
perseorangandan santitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan
kesehatan jasmanidan akan rekreasi, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi pada anak dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak.
 Kebutuhan asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak
ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di dalamnya adanya perasaan
kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang di sekelilingnya karena
akan memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan
mengingatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust
(rasa percaya yang kuat).

 Kebutuhan asuh

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak, untuk mencapai
perkembangan dan pertumbuhan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh
kembang. Pemenuhan kebutuhan asuh (stimulasi mental) akan memperbaiki
perkembangan anak sejak dini sehingga perkembangan psikososial, kecerdasan,
kemandirian, dan kreativitas pada anak akan sesuai dengan harapan atau usia
perkembangan dan pertumbuhan.

Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu diutamakan, mengingat


kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses kematangan yang berada dengan
pelayanan keperawatan pada orang dewasa . Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa
perbedaan antara anak dan dewasa, di antaranya :

Pertama , struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukurang besarnya
hingga aspek kematangan fisik, perbedaan tersebut dilihat dari ukuran bahwa anak lebih kecil
disbanding dengan orang dewasa yang cenderung lebih besar , demikian juga ketahanan fisik
anak lebih rentan ketahanannya, relatif rendah disbanding kan dengan orang dewasa yang
mempunyai ketahanan fisik yang baik.

12
Kedua , proses fisiologis anak dengan oranh orang dewasa mempunyai perbedaan dalam
fungsi tubuh . Orang dewasa cenderung fungsi tubuh sudah mencapai kematangan,
sedangkan anak masaih dalam proses menuju kematangan , sehingga dalam memberikan
pelayanan keperawatan anak selalu memperhatikan usia tumbuh kembang.

Ketiga , kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa juga berbeda, dimana orang
dewasa cendeung lebih tersisitematik ( sudah baik ) dibanding dengan anak sebab fungsi otak
orang dewasa lebih matang sedangkan pada anak cenderung masih dalam proses
perkembangan.

Keempat , tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada orang dewasa dan anak
mempunyai perbedaan , padac anak cenderung kepada dmpak psikologis , apabila
pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang mendukung , yang berdampak pada tumbuh
kembang anak , sedangkan orang dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping
yang baik dan matang.

H. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu
keperawatan anak. Tanpa ini batasan dan lingkup keperawatan tidak mudah dipahami secara
jelas.Penggunaan paradigma keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma
keperawatan secara umum yang merupakan cara pandang dalam suatu ilmi, landasan berpikir
tersebut terdiri dari empat komponen ,diantaranya manusia dalam hal ini adalah anak,
keperawatan, sehat-sakit, dan lingkungan yang daoat digambarkan sebagai berikut.

13
an u
M si(A
a ak)
n

Se h
at-S aki t gk u
Lin n gan

ep raw atn
K

Komponen paradigma keperawatan anak


1. Anak

Dalam keperawatan anak ,yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah
anak,anak diartikan sebagai seserorang yang berusia kurang dari 18th dalam masa
tumbung kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik , sosiologis, sosial,
dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang di mulai dari bayi (0-1 th) usia bermain / olddler (1-2,5thn), pra
sekolah (2,5-5thn), usia sekolah(5- 11thn),hingga remaja (11-18thn). Rentang ini
berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada
anak terdapat rentang perubahan ,pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat
dan lambat. Dalam proses berkembang dan perkembangan yaitu rentang cepat dan
lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif , konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial.

Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetap
mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan
kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Ada kalanya anak dengan
perkembangan kognitif yang cepat dan ada juga perkembangan kognitif yang lambat.

14
Hal tersebut juga di pengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami
perkembangan seiring dengan pertumbuhan usia pada anak. Demikian juga pola koping
yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bhawa pola
koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi
anak menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti
bagai mana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya , dan lain sebagainya.

Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk
mulai bayi. Pada masa bayi prilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti
bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak, dengan menunjukan
keceriaan (tidak menangis). Hal tersebut sudah mulai menunjukan terbentuknya oerilaku
sosial yang seiring perkembangan usian. Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah
sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan
kelompoknya yaitu anak-anak.

2. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma kjeperawatan yang di maksud adalah lingkungan


eksternal maupun internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak ,
seperti keturunan , jenis kelami , emosi dan lain-lain . Contoh lingkungan internal yang
dapat berperan dalam perubahan status kesehatan , seperti pada anak lahir dengan
memiliki kasus penyakin bawaan maka dikemudian hari akan mengalami perubahan
status kesehatan cenderung mudah sakit. Kemudian contoh factor lingkungan eksternal
yang berperan dalam status kesehatan anak adalah gizi anak, peran orang tua , saudara ,
teman sebaya atau masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut juga memiliki
potensi untuk mempengaruhi status kesehatan anak seperti apabila lingkungan anak
tidak ada dukungan untuk berkembang selalu tertekan , diberikan tanpa control yang
jelas , tidak aman dan tanpa adanya kasih sayang , maka status kesehatan anak tidak
dapat mencapai tingkat kesejahteraan, dan bahkan anak cenderung mudah terjadi sakit.

3. Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keparawatan yang diberikan pada anak
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan
keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan, dan upaya dalam rujukan ke
tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.

15
Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan secara langsung pada keluarga
mengingat keluarga merupakan system terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara
efektif, dan dalam keperawatan anak keluarga sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan asuhan keperawatan, disamping keluarga sendiri mempunyai peran yang
sangat penting bagi perlindungan anakdan mempunyai peran untuk memenuhi
kebutuhan anak , keluarga juga mempunyai peran seperti peran dalam mempertahankan
kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan
memsejahteraan anak untuk mencapai masa depan yang lebih baik, melalui interaksi
tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak (Wong, 1995).

4. Sehat-Sakit

Rentang sehat–sakit merupakan batasan yang dapat di berikan bantuan pelayanan


keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang
meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini
suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap
waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik
secara langsun g maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada dalam rentang
sehat maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf
kesejahteraan baik fisik, sosoal maupun spiritual. Demikian sebaiknya, apabila anak
dalam kondisi krisis atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan
dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan
yang sempurna baik fisik , mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan (WHO, 1974) yang memiliki ciri sebagai berikut : Memiliki kemampuan
merefleksikan perhatian induvidu sebagai manusia, memiliki pandangan terhadap sehat
dalam konteks lingkungan baik secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup
yang kreatif dan produktif.

I. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak ,perawat mempunyai peran dan fungsi
sebagai perawat anak di antaranya :

16
 Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keparawatan anak, sebagai
perawat anak , pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi
kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan asuh.

 Sebagai advocate keluarga

Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak , pearawat juga mampu menjadi
advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam
menentukan haknya sebagai klien.

 Pendidikan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak , perawat harus mampu menjadi
peran pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada anak atau
keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan
yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat.

 Pencegah penyakit

Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga


setiap dalam melakukan asuhan keperawatan yang harus selalu mengutamakan
tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit
atau masalah yang diderita.

 Konseling

Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan waktu


untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun keluarga.
Berbagai masalah tersebut dihararapkan mampu diatasai dengan cepat dan harapan
pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.
Konseling ini dapat memberikankemandirian keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.

 Kolaborasai

17
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan
perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan tidak akan dapat
dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan
lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain-lain, mengingat anak merupakan
induvidu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan.

 Pengambilan keputusan etik

Dalam mengambil keputusan , perawat mempunyai peran yang sangat penting, sebab
perawat selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam selalu di samping anak,
maka peran sebagai pengambilan keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti
akan melakukan pelayanan keperawatan.

 Peneliti

Peran ini sangan penting dimiliki oleh semua perawat anak. Sebagai peneliti perawat
harus melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk
perkembangan teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti dapat dilakukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak (Wong, D.L, 1995).

J. Konsep Keperawatan Anak

Contoh konsep keperawatan anak pada kasus BBLR


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).
Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:

18
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-
6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

19
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-
obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif

2.        Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)

Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus
dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi
neonatus yang baik.

20
Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60
kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia
A, 1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan
pasien (Effendi Nasrul, 1995).

1.      Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanugo dan verniks.
2.      Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
3.      Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera
tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
4.      Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5.      Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6.      Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7.      Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8.      Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi
bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
9.      Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada garis papila
mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10.  Umbilikus

21
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali
pusat.
11.  Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
12.  Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
13.  Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
14.  Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
(Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau
kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl

Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


     Pernafasan tidak teratur, Produksi surfactan yang Gangguan pertukaran gas
pernafasan cuping hidung,  belum optimal
cyanosis, ada lendir pada
hidung dan mulut, tarikan
inter-costal, abnormalitas
gas darah arteri.
2.Akral dingin,  cyanosis pada-    lapisan lemak dalam kulit Resiko terjadinya
ekstremmitas, keadaan tipis hipotermia
umum lemah, suhu tubuh
dibawah   normal
3.Keadaan umum  lemah,-    Reflek  menghisap  Resiko gangguan

22
reflek menghisap lemah, lemah pemenuhan kebutuhan
masih terdapat retensi  pada nutrisi.
sonde
4.Suhu tubuh diatas normal, -     Sistem Imunitas yang Resiko terjadinya infeksi
tali pusat   layu, ada tanda- belum sempurna
tanda infeksi, abnormal-    Ketuban mekonial
kadar leukosit, kulit kuning,- Adanya tali pusat yang
riwayat persalinan dengan belum kering
ketuban mekoncal
5.Akral dingin -    Metabolisme meningkat Resiko terjadinya
Ekstremitas pucat, cyanosis,-    Intake yang kurang. hipoglikemia
hipotermi, distrostik rendah
atau dibawah harga  normal.
6.Bayi dirawat di dalam Perawatan intensif Gangguan hubungan
inkubator di ruang intensif, interpersonal antara ibu
belum ada kontak antara ibu dan bayi.
dan bayi

b. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:

1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.

3. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus


4. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
5. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum
sempurna, ketuban meconial
6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat
terpisah.

c. Perencanaan

No Dx. Tujuan Intervensi Rasional

23
dan
Kriteria
1 1.Letakkan bayi terlentang 1.  Memberi rasa nyaman dan
dengan alas yang   data, kepala mengantisipasi flexi leher yang
lurus, dan leher sedikit dapat mengurangi  kelancaran
tengadah/ekstensi dengan jalan nafas.
meletakkan bantal atau selimut
diatas bahu bayi sehingga bahu
terangkat 2-3 cm
2.  Bersihkan jalan nafas, mulut, 2.  Jalan nafas harus tetap
hidung bila perlu. dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas
yang sempurna.
3.  Observasi gejala kardinal dan3.  Deteksi dini adanya kelainan.
tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
3.     Kolaborasi dengan team medis 4.  Mencegah terjadinya
dalam pemberian O2 dan hipoglikemia
pemeriksaan kadar gas darah
arteri

2.     Letakkan bayi terlentang diatas


1.  Mengurangi kehilangan panas
pemancar panas (infant warmer pada suhu lingkungan sehingga
meletakkan bayi menjadi hangat
    2. Singkirkan kain yang sudah    Mencegah kehilangan tubuh
dipakai untuk mengeringkan melalui konduksi.
tubuh, letakkan bayi diatas
tubuh, letakkan bayi diatas
handuk / kain yang kering dan
hangat.
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.3.  Perubahan suhu tubuh bayi dapat 
menentukan tingkat hipotermia
4.  Kolaborasi dengan team medis
4.  Mencegah terjadinya
untuk pemberian Infus Glukosa hipoglikemia
5% bila ASI tidak mungkin
diberikan.
3. 1.  Lakukan observasi BAB dan 1.  Deteksi adanya kelainan pada 

24
BAK jumlah dan frekuensi eliminasi bayi dan segera
serta konsistensi. mendapat tindakan / perawatan
yang tepat.
2.  Monitor turgor dan mukosa 2.  Menentukan derajat dehidrasi dari
mulut. turgor dan mukosa mulut.
3.   Monitor intake dan out put.
3.  Mengetahui keseimbangan cairan
tubuh (balance)
4.   Beri ASI/PASI sesuai 4.  Kebutuhan nutrisi terpenuhi
kebutuhan. secara adekuat.
5.  Lakukan control berat badan 5.  Penambahan dan penurunan berat
setiap hari. badan dapat di  monito
5.  Lakukan control berat badan 5.  Penambahan dan penurunan berat
setiap hari. badan dapat di  monito
4. 1.  Lakukan teknik aseptik dan 1.  Pada bayi baru lahir daya tahan
antiseptik dalam memberikan tubuhnya kurang / rendah.
asuhan keperawatan
2.  Cuci tangan sebelum dan 2.  Mencegah penyebaran infeksi
sesudah melakukan tindakan. nosokomial.
3.   Pakai baju khusus/ short 3.  Mencegah masuknya bakteri dari
waktu masuk ruang isolasi baju petugas ke bayi
(kamar bayi)
4.   Lakukan perawatan  tali 4.  Mencegah terjadinya infeksi dan
pusat dengan triple dye 2 kali memper-cepat pengeringan tali
sehari. pusat karena  mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5.  Jaga  kebersihan (badan, 5.  Mengurangi media untuk
pakaian) dan  lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6.  Observasi tanda-tanda infeksi6.  Deteksi dini adanya kelainan
dan gejala kardinal
7.   Hindarkan bayi kontak 7.  Mencegah terjadinya penularan
dengan sakit. infeksi.
8.   Kolaborasi dengan team 8.  Mencegah infeksi dari pneumonia
medis untuk pemberian
antibiotik.
9.   Siapkan pemeriksaan 9.  Sebagai pemeriksaan penunjang
laboratorat  sesuai advis dokter
yaitu pemeriksaan DL, CRP.
5. 1.  Berikan nutrisi secara adekuat1.  Mencega pembakaran glikogen

25
dan catat serta monitor setiap dalam tubuh dan untuk
pemberian nutrisi. pemantauan intake dan out put.
2.  beri selimut dan bungkus bayi2.  Menjaga kehangatan agar tidak
serta perhatikan suhu terjadi proses pengeluaran suhu
lingkungan yang berlebihan sedangkan suhu
lingkungan berpengaruh pada
suhu bayi.
3.  Observasi gejala kardinal 3.  Deteksi dini adanya kelainan.
(suhu, nadi, respirasi)
4.  Kolaborasi dengan team medis
4.  Untuk mencegah terjadinya 
untuk pemeriksaan laborat hipoglikemia lebih lanjut dan
yaitu distrostik. kompli-kasi yang ditimbulkan
pada organ - organ tubuh yang
lain.
6. 1.  Jelaskan para ibu / keluarga 1.  Ibu mengerti keadaan bayinya dan
tentang keadaan bayinya mengura-ngi kecemasan serta
sekarang. untuk kooperatifan ibu/keluarga.
2.  Bantu orang tua / ibu 2.  Membantu memecah-kan
mengungkapkan perasaannya. permasalahan yang dihadapi.
3.  Orientasi ibu pada lingkungan3.  Ketidaktahuan memperbesar
rumah sakit. stressor.
4.  Tunjukkan bayi pada saat ibu4.  Menjalin kontak batin antara ibu
berkunjung (batasi oleh kaca dan bayi walaupun hanya melalui
pembatas).      kaca pembatas.
5.  Lakukan rawat gabung jika 5.  Rawat gabung merupakan upaya
keadaan ibu dan bayi jika mempererat hubungan ibu dan
keadaan bayi memungkinkan. bayi/setelah bayi diperbolehkan
pulang.

d. Tahap Pelaksanaan Tindakan


             Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).

26
e. Tahap Evaluasi
            Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995). Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia
sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan
keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, yaitu
munculnya orientasi pelayanan dari perawatan isolasi menjadi rooming in, dengan
diterimanya familiy centred care atauu asuhan yang berpusat pada keluarga sebagai satu
pendekatan dalam merawat anak.

Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik,
yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang. Anak bukanlah miniatur orang dewasa,
melainkan individu yang sedang berada dalam proses tumbuh-kembang dan mempunyai
kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat
baik secara langsung maupun tidak langsung ssehingga tumbuh-kembangnya dapat terus
berjalan. Orang tua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam
memberikan perawatan anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sedangkan perawat
memberikan bantuan apabila keluarga tidak mampu melakukannya.

Peran penting seorang perawat profesional dalam menjalankan asuhan keperrawatan


adalah sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, perencana
kesehatan, dan peneliti.

B. Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan
masalah kesehatan anak dengan memahami masalah keperawatan anak yang ada serta upaya
penanganannya dengan baik.

28
29
Daftar Pustaka

http://dianhusadasriwahyunib.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-pada-anak.html

Gartinah T, dkk. 1999. Keperawatan dan Praktik Keperawatan. Jakarta: PPNI

Sularyo Ts (1993), Pertumbuhan Linier (stature) anak dalam upaya pemantauan dengan
minat pada keperawatan pendek disampaikan dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.
Jakarta: FKUI

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

30

Anda mungkin juga menyukai