Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN RETARDASI MENTAL

Oleh :
Kelompok 11:
Andriyanto Gunawan - 14201.14.22053
Devid Trio Issadikin - 14201.14.22059
Dwi Maryanti - 14201.14.22066
Hela Setyapratiwi - 14201.14.22077
Kurnia Agung - 14201.14.22083
Reni Anggun Putri - 14201.14.22092

MAHASISWA PRODI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022

i
DAFTAR ISI

Halaman
MAKALAH.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1 Pengertian...............................................................................................................3
2.2 Etiologi....................................................................................................................3
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................5
2.4 Penanganan Reterdasi Mental..............................................................................5
2.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................7
3.1 Pengkajian..............................................................................................................7
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................9
3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan..........................................................................9
3.4 Implementasi........................................................................................................11
3.1 Evaluasi.................................................................................................................11
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................................13
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
4.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retardasi Mental (RM) merupakan suatu gangguan dimana fungsi intelektual
dibawah normal (IQ dibawah 70) dimana seseorang mengalami gangguan perilaku
adaptif sosial sehingga membuat penderita memerlukan pengawasan, perawatan, dan
kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut Diagnostic and Statistical Manual
(DSM IV-TR) Retardasi Mental dikategorikan menjadi 4, yaitu: RM ringan (IQ 50-70),
RM sedang (IQ 50- 55), RM berat (IQ 20-40), dan RM sangat berat dengan (IQ dibawah
20-25).
Menurut Sondakh (dikutip Rahmanto A, 2010) bahwa didunia RM merupakan
masalah dengan implikasi yang besar terutama di negara berkembang. Diperkirakan
terdapat 3% dari total populasi di dunia yang mengalami RM, tetapi hanya 1-1,5% yang
terdata.
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak RM di Indonesia
sekitar 7-10% dari total jumlah anak. Pada tahun 2003 jumlah anak RM 679.048 atau
21,42%, dengan perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40%. Dengan kategori RM
sangat berat (Ideot) 25%, kategori berat 2,8%, RM cukup berat (Imbisil debil profound)
2,6%, dan RM ringan 3,5% (Kemenkes RI , 2010).1
Sebagai makhluk individu dan sosial, seseorang yang mengalami retardasi mental
tentu memiliki hasrat seperti halnya anak normal, namun upaya individu sering
mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan (Efendi, 2008).
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama untuk anak sehingga memberi pengaruh
besar bagi perkembangannya. Orang tua juga dianggap sebagai mentor terkemuka bagi
anak-anak untuk kehidupan nantinya, dimana orang tua sangat terlibat atau berpartisipasi
dalam setiap bagian dari pendidikan, pelatihan bagi anak-anak mereka yang kini tidak
ada batasnya (Mohsin et al., 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari retardasi mental ?
2. Bagaimana etiologi dari retardasi mental ?
3. Bagaimana klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Bagaimana penanganan retardasi mental ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk retardasi mental ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan retardasi mental ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari retardasi mental
2. Menjelaskan etiologi dari retardasi mental
3. Menjelaskan klasifikasi dari retardasi mental
4. Menjelaskan penanganan retardasi mental
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk retardasi mental
6. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan retardasi mental

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang retardasi mental
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat menulis
c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah didapati
2. Bagi Institusi
a. Makalah dapat menjadi audit internal
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi
retardasi mental
3. Bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang retardasi mental

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah
intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo=kurang
atau sedikit dan fren=jiwa) atau tuna mental (Muhith, 2015).
Retardasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis maupun sosial.
Kelainan ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh gangguan yang
bermakna dalam intelegensia terukur dan perilaku penyesuaian diri (adaptif). Retardasi
mental juga mencakup status sosial, hal ini dapat lebih menyebabkan kecacatan dari pada
cacat khusus itu sendiri. Karena batas-batas antara normalitas dan retardasi mental
seringkali sulit digambarkan, identifikasi pediatric, evaluasi, dan perawatan anak dengan
kesulitan kognitif serta keluarganya memerlukan tingkat kecanggihan teknis maupun
sensitivitas interpersonal yang besar (Behman, 2008).

2.2 Etiologi
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam
penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai
ciri-ciri sebagai
a. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
b. Tampak sejak lahir atau usia dini
c. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
d. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
e. Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut

3
a. Biasanya merupakan retardasi mental ringan
b. Diketahui pada usia sekolah
c. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
d. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
e. Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih
merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental
di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Secara garis besarnya faktor penyebab dapat dibagi empat golongan, yaitu
(Soetjiningsih dalam Mutaqin, 2008) :
1. Faktor Genetik
Akibat kelainan kromosom :
- Kelainan jumlah kromosom, misalnya trisomi-21 atau dikenal dengan Mongolia
atau Down Syndrom.
- Kelainan bentuk kromosom.
2. Faktor pranatal
Faktor pranatal adalah keadaan tertentu yang telah diketahui sebelum atau pada saat
kelahiran, tetapi penyebabnya belum diketahui secara pasti.
3. Penyebab perinatal
- Proses kelahiran yang lam misalnya plasenta previa, ruptur tali umbilikus
- Posisi janin yang abnormal seperti letak bokong atau melintang, anomali uterus,
dan kelainan bentuk jalan lahir.
- Kecelakaan pada waktu lahir dan distress fatal
4. Penyebab postnatal
- Infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis dan infeksi)
- Trauma kapitis dan tumor otak
- Kejang lama
- Kelainan tulang tengkorak
- Kelainan endokrin dan metabolik, keracunan pada otak, serta faktor sosio-budaya.

4
2.3 Klasifikasi
Menurut (Muhith, 2015), berdasarkan tingkat Intelligence Quotient (IQ) karakteristik
retardasi mental dibedakan menjadi:
1. Retardasi mental ringan (IQ = 50 – 70, sekitar 85% dari orang yang terkena retardasi
mental)
2. Retardasi mental sedang (IQ = 35-55, sekitar 10% orang yang terkena retardasi
mental)
3. Retardasi mental berat (IQ = 20-40, sebanyak 4% dari orang yang terkena retardasi
mental)
4. Retardasi mental berat sekali (IQ = 20-25, sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang
terkena retardasi mental).

2.4 Penanganan Reterdasi Mental


Penanganan terhadap penderita reterdasi mental bukan hanya tertuju pada penderita,
melainkan juga pada orang tua. Siapapun pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak
ringan jika anaknya menderita reterdasi mental, apalagi jika termasuk kategori berat dan
sangat berat.oleh karena itu agar orangtua dapat berperan secara baik dan benar maka
mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu
mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi beban psiko-sosial pada
dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis reterdasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari
orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan pertumbuhan serta
perkembangan anak, dan lakuka pemeriksaan laboratorium bila perlu.
1. Pentingnya pendidikan dan latiahn untuk penderita reterdasi mental
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita reterdasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal
antara lain karena perhatian penderita reterdasi mental mudah terinterupsi. Untuk

5
mengikat perhatian mereka tindakann yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
2. Jenis-jenis pelatihan untuk penderita reterdasi mental
a. Latihan di rumah : belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian
sendiri, dst
b. Latihan di sekolah : belajar keterampilan untuk sikap social
c. Latihan teknis : latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita
d. Latihan moral : latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang
baik dan burk secara moral.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeiksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita reterdasi
mental yaitu :
1. Kromosom Kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat
6. Laktat dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
8. Serum seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organik
12. Plasma ammonia

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Jenis kelamin
3. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga akan mengakibatkan kurangnya kasih
sayang yang diterima, ditambah lagi jika jarak kelahiran yang terlalu dekat
4. Penanggung jawab
a. Nama orang tua sebagai penanngung jawab
b. Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua adalah faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena
dengan pendidikan yang lebih baik maka orang tua dapat menerima informasi
tentang kesehatan anaknya dengan baik juga
c. Pendapatan keluarga
pendapatan orang tua yang memadai dapat menunjang tumbuh kembang anak
karena kebutuhan anak dapat terpenuhi
d. Alamat
Alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu waktu dibutuhkan untuk
berbagai kepentingan
5. Riwayat kesehatan anak masa lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu
pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu
hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
6. Riwayat parental (riwayat kesehatan ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu
hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi,
abortus, dan lain-lain.
7. Riwayat kelahiran

7
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur
yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah
dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan
dapat meninggalkan cacat yang permanen.
8. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada
bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang
9. Riwayat tumbuh kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh
kembang anak baik fisik, mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap
kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta
mencegah dan mencari penyebabnya
10. Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakitpenyakit
tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum
umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi lengkap.
11. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi/gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
b. Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5- 3 tahun
berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti
mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu dimulai,
supaya evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah
kelancaran pemberian makanan)

8
c. Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan
fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun, kebutuhan tidur anak
sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam
pada saat malam hari
d. Olahraga dan rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
e. Personal hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat
dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku 1
kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
f. Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi kognitif
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi
bahasa
3. Gangguan interaksi sosial b.d kesulitan bicara atau kesulitan adaptasi sosial
4. Gangguan proses keluarga b.d memiliki anak retardasi mental
5. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian/berhias, toileting b.d
ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan
6. Risiko cedera b.d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol

3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan


1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi kognitif
Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan berjalan sesuai tahapan
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

9
b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan
anak yang optimal
c. Berikan aktivitas stimulasi yang sesuai dengan usia
d. Pantau pola pertumbuhan (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan rujuk ke
ahli gizi untuk meendapatkan intervensi nutrisi)
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi
bahasa
Tujuan : komunikasi terpenuhi sesuai tahap perkembangan anak
Intervensi :
a. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
b. Berikan intruksi berulang dan sederhana
c. Beri waktu yang cukup untuk berkomunikasi
d. Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar conth koran, televisi, radio,
kalender, jam
3. Gangguan interaksi sosial b.d kesulitan bicara atau kesulitan adaptasi sosial
Tujuan : maminimalkan gangguan interaksi sosial
Intervensi :
a. Bantu anak dalam mengidentifikan kekuatan pribadi
b. Beri pengetahuan terhadap orang terdekat anak mengenai reterdasi mental
c. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan
keluarga lain
d. Dorong anak mempertahankan hubungan dengan teman-teman
e. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
4. Gangguan proses keluarga b.d memiliki anak retardasi mental
Tujuan : keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya
Intervensi :
a. Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit anak dan rencana perawatan
b. Tekankan dan berikan penjelasan tim kesehatan lain tentang kondisi anak, proses,
dan terapi yang dianjurkan
c. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang
penyakit dan terapinya

10
d. Ulangi informasi sesering mungkin
5. Defisit perawatan diri: makan,mandi, berpakaian / berhias, toileting b.d
ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan
Tujuan : melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan anak
Intervensi :
a. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan
b. Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik,
penurunan kognitif
c. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
6. Risiko cedera b.d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol
Tujuan : menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
risiko dan melindungi diri dari cedera
Intervensi :
a. Berikan posisi yang aman dan nyaman
b. Manajemen perilaku anak yang sulit
c. Batasi aktifitas yang berlebihan
d. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus

3.4 Implementasi
Menururt Mufidaturrohmah (2017) Implementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.

3.1 Evaluasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat
dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang diberikan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap perawatan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa

11
evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif adalah hasil dari
umpan balik selama proses keperawatan berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan
memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan.

12
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari
fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga
muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, organ, atau sistem
kejiwaan mental
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu/manusia karena adanya
faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderta
retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusianasi seta delusi yang besar

4.2 Saran
Disarankan kepada para ibu agar tetap memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan
buruk seperti minum minuman keras dan merokok. Dalam hal ini, departemen kesehtan
perlu melakukan langkah prefentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat
membahayakan kesehatan anak dan remaja dengan menggalakkan penyuluhan tentang
retardasi mental kepada masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Rahmanto. 2010. Hubungan Locus of Control dengan Kematangan Karir.


Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Behman. (2008). Ilmu Keperawatan Anak Nelson Vol.1. Jakarta: EGC.
Efendi, Mohammad. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta : Bumi Aksara
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Penanganan Kasus Rujukan
Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Mufidaturrohmah. (2017). Dasar-Dasar keperawatan (1st ed.; Turi, ed.).
Yogyakarta: Penerbit Giva Media
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Andi.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai