Anda di halaman 1dari 55

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PSIKOLOGIS DENGAN TINGKAT

STRESS REMAJA DI PESANTREN KABUPATEN MAGELANG TAHUN


2020

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan Pada Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang

Disusun Oleh:
NANDA FERLITA MURTI
NPM : 16.0603.0025

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020

i
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PSIKOLOGIS DENGAN TINGKAT


STRESS REMAJA DI PESANTREN KABUPATEN MAGELANG TAHUN
2020

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan tim penguji skripsi program studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang

Magelang, 9 April 2020


Pembimbing I

Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep


NIDN. 0613097601

Pembimbing II

Ns. Retna Tri Astuti, M.Kep


NIDN. 0602067801

ii
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Nanda Ferlita Murti
NPM : 16.0603.0025
Program Studi : Ilmu Keperawatan (S1)
Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Psikologis Dengan Tingkat Stress
Remaja Di Pesantren Kabupaten Magelang Tahun 2020

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan pada program studi ilmu keperawatan universitas
Muhammadiyah magelang
DEWAN PENGUJI

Penguji l : Ns. Reni Mareta, M.Kep (…………………….)

Penguji ll : Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep (…………………….)

Penguji lll : Ns. Retna Tri Astuti, M.Kep (…………………….)

Mengetahui,
Dekan

Dr. Heni Setyowati E.R., S.Kp., M.Kes


NIDN: 0625127002

Ditetapkan di : Magelang
Tanggal : 1 September 2020

iii
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Magelang, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama :Nanda Ferlita Murti
NPM : 16.0603.0025
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Janis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Magelang. Hak Bebas Royalty Non- Eksklusif
(Non Exclusive Royalty-Fee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan Karakteristik Psikologis Dengan Tingkat Stress Remaja Di Pesantren
Kabupaten Magelang Tahun 2020. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalty Non Exclusive ini Universitas Muhammadiyah
Magelang berhak menyimpan, mengalih media, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa
meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan sama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Magelang
Pada Tanggal : 8 September 2020
Yang menyatakan,

Nanda Ferlita Murti


16.0603.0025

iv
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya yang saya sendiri dan
bukan merupakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya kecuali
dalam kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya seni ini atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini maka saya siap menanggung
segala resiko/sanksi yang berlaku.

Nama : Nanda Ferlita Murti

NPM : 16.0603.0025

Tanggal : 8 September 2020

Yang Menyatakan

Nanda Ferlita Murti

(16.0603.0025)

v
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN MOTTO

MOTTO

“La Tahla”
(Hei Jangan Mengeluh!)
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupan
(QS. Al Baqarah (2): 286)

“Wahai gunung-gunung dan burung-burung,


bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud” dan Kami telah melunakkan besi untuknya
(Surah Saba‟; 34: 10)

“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan
lepaskan lah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”
(QS. Thoha: 25-28)

“Hidupkanlah” hidupmu
Jangan terbebani banyak pikiran, karena Allah punya rencana terbaik untukmu
(Syaikh Dr. Ahmad „Isa Al Ma‟sharawy)

vi
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :


Ayahku Mugiyono, Ibuku Hartatik
Adikku Diva Atfal Prayoga, adikku Devina Elviana Dini

Dosen pembimbing 1 : Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep


Dosen pembimbing 2 : Ns. Retna Tri Astuti, M.Kep

Sahabat-sahabatku serta orang terkasih :


Umi, Wina, Yana, Rizky Juli Ardana, Sefi, Putri, Aprilia, Novita, Mbak Evi, Nikita

Keluarga besar S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2016 dan teman-teman yang


tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Terimakasih atas doa dan dukungannya.

Terimakasih atas semua kesetiaan, kesabaran, dan pengertiannya Almamater


Universitas Muhammadiyah Magelang

Fakultas Ilmu Kesehatan


Prodi S1 Ilmu Kesehatan

vii
Universitas Muhammadiyah Magelang
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga pada penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir program
S1 Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Magelang, dengan judul
Skripsi “Hubungan Karakteristik Psikologis Dengan Tingkat Stress Remaja Di
Pesantren Kabupaten Magelang Tahun 2020”. Di dalam penyusunan skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan serta adanya dorongan dari berbagai
pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Heni Setyowati E.R., S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Ns. Sigit Priyanto, M.Kep., selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
3. Ibu Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep, selaku Pembimbing I yang banyak
memberikan motivas, masukan, semangat, serta memberikan nasehat pada
penulis semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya.
4. Ibu Ns. Retna Tri Astuti, M.Kep., selaku Pembimbing II yang banyak
memberikan bimbingan motivasi, masukan serta adanya nasehat pada penulis
semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang yang telah membantu memperlancar proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta serta saudara penulis yang senantiasa memberikan
semangat serta doa yang tidak pernah putus untuk kelancaran dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Rekan-rekan S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2016 Universitas
Muhammadiyah Magelang.

viii
Universitas Muhammadiyah Magelang
8. Semua pihak yang belum penulis cantumkan, terima kasih atas dukungannya
dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal kebaikannya diterima disisi
Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT.
Pada penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa
mendatang. Akhir kata semoga skripsi yang sederhana dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penulis

ix
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
ABSTRACT ............................................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup .............................................................................................4
1.6 Keaslian Penelitian .......................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Remaja ..........................................................................................................7
2.2 Ciri – Ciri Remaja ......................................................................................10
2.3 Karakteristik Psikologis Remaja ................................................................13
2.4 Konsep Stres ...............................................................................................17
2.5 Kerangka Teori ...........................................................................................24
2.6 Hipotesis .....................................................................................................25
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 26

x
Universitas Muhammadiyah Magelang
xi

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................26


3.2 Kerangka Konsep .......................................................................................26
3.3 Definisi Operasional Penelitian ..................................................................26
3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................27
3.5 Tempat dan Waktu .....................................................................................30
3.6 Instrumen dan Pengumpulan Data .............................................................30
3.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...............................................................32
3.8 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data ...............................................32
3.9 Etika Penelitian ..........................................................................................34
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 43
5.1 Kesimpulan.................................................................................................43
5.2 Saran ...........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR TABEL
Table 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................. 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................................ 27
Tabel 3.2 Pembagian sampel menurut Simple Random Sampling ....................... 29
Tabel 3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 30

xii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 24
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 26

xiii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Nama : Nanda Ferlita Murti
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Psikologis Dengan Tingkat Stress
Remaja Di Pesantren Kabupaten Magelang 2020

ABSTRAK
Latar Belakang : Remaja menjadi generasi penerus bangsa yang harus diberi
perhatian dari sisi perkembangan mental serta perkembangan emosional remaja
tersebut. Jika ada kesenjangan pada perkembangan seseorang remaja, dapat
memicu krisis atau dampak buruk pada nilai yang bisa saja berpengaruh pada
tingkah laku remaja pada lingkungan sekitarnya. Sama halnya pada remaja yang
memasuki pesantren yang berasal dari luar kota maupun luar provinsi, maka dari
itu mereka langsung berhadapan dengan kondisi yang berbeda dengan lingkungan
sekitar mereka sebelumnya, yang paling utama adalah remaja yang tinggal di
asrama pondok pesantren, yang mewajibkan remaja harus dapat menyesuaikan
diri pada lingkungan tempat baru, pada teman satu kamar asrama, serta adanya
faktor lainnya. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan karakteristik psikologis dengan tingkat stress remaja di pesantren.
Metode : penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional,
dengan teknik pengambilan sampel Simple Random Sampling sebanyak 87
remaja. Instrument yang digunakan pada Karakteristik psikologis menggunakan
Self Reporting Questionnare (SRQ) sebanyak 20 item dan untuk mengukur tingkat
stress menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) sebanyak 10 item. Hasil
Penelitian : Hasil dari uji Spearman Rank menunjukkan bahwa ada Hubungan
Karakteristik Psikologis dengan Tingkat Stress Remaja dengan nilai r = 0.787
dengan p-value = 0.000 (p<0.05). Kesimpulan : terdapat hubungan karakteristik
psikologis dengan tingkat stress remaja di pesantren.
Kata Kunci (Keyword) : karakteristik psikologis, tingkat stress, remaja

xiv
Universitas Muhammadiyah Magelang
Nama : Nanda Ferlita Murti
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Relationship between Psychological Characteristics and
Adolescent Stress Levels in Islamic Boarding Schools in
Magelang Regency 2020

ABSTRACT
Background: Adolescents are the nation's next generation who must be given
attention in terms of mental development and emotional development of these
adolescents. If there is value in the development of a teenager, it can run a crisis
or have a negative impact on the adolescent's behavior in the surrounding
environment. It is the same with adolescents who enter Islamic boarding schools
who come from outside the city or outside the province, therefore they
immediately face different conditions from their previous surroundings, most
importantly adolescents who live in boarding school dormitories, which require
teenagers to adapt to their environment. a new place, in a dorm roommate, as well
as other factors. Objective: This study aims to determine the psychological
relationship with the stress level of adolescents in Islamic boarding schools.
Methods: The study used a cross sectional research design, with a simple random
sampling technique of 87 adolescents. The instrument used in psychological
understanding uses 20 items of Self Reporting Questionnaire (SRQ) and 10 items
to measure stress levels using the Perceived Stress Scale (PSS). Results: The
results of the Spearman Rank test showed that there was a psychological
relationship with the Adolescent Stress Level with a value of r = 0.787 with p-
value = 0.000 (p <0.05). Conclusion: there is a psychological relationship with
adolescent stress levels in Islamic boarding schools.

Keywords: psychological characteristics, stress levels, adolescence

xv
Universitas Muhammadiyah Magelang
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja menjadi generasi penerus bangsa yang harus diberi perhatian dari sisi
perkembangan mental serta perkembangan emosional remaja tersebut (Gunardi
dalam Haryanti et al., 2016). Tahap remaja yaitu tahap kritis pada siklus
perkembangan individu untuk mempersiapkan memasuki tahap dewasa. Pada
tahap perkembangan remaja menjadi rawan dikarenakan adanya konflik antara
diri remaja dengan diri sendiri ataupun dengan lingkungan sekitar remaja tersebut.
Jika konflik ini tidak dapat diselesaikan dengan tepat dapat memberikan dampak
negatif pada perkembangan individu remaja sendiri, termasuk pada perkembangan
emosionalnya (IDAI, 2010; Haryanti et al., 2016).

Remaja juga berhadapan dengan tugas perekembangan yang harus diselesaikan,


jadi jika remaja mampu menyelesaikan tugas perkembangannya dengan tepat
maka mendapat kepuasan serta kebahagian, dan hal ini akan mendapatkan dampak
baik pada keberhasilan seorang remaja dalam memenuhi tugas perkembangannya.
Terdapat perbedaan perkembangan pada individu remaja seperti perkembangan
psikoseksualitas serta emosi yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu
yang pada masa sebelumnya tidak muncul pada masa remaja mulai adanya
perubahan. Jika ada kesenjangan pada perkembangan seseorang remaja, dapat
memicu krisis atau dampak buruk pada nilai yang bisa saja berpengaruh pada
tingkah laku remaja pada lingkungan sekitarnya (Gunarsa, 2010; Novianti, 2014).

Lingkungan pada pendidikan menjadi pengaruh yang besar pada remaja, dimana
orang tua memiliki peran penting pada tahap ini, karena orang tua menginginkan
di lingkungan pendidikan anaknya yang tepat dan baik bagi remaja sendiri dan
lingkungan sekitar remaja tersebut. Harapan orang tua bagi pendidikan anaknya
yaitu dapat menguasai pelajaran dengan baik di bidang agama maupun sosial,

1
Universitas Muhammadiyah Magelang
2

maka dari itu orang tua kebanyakan lebih memilih pendidikan anaknya di Pondok
Pesantren (Dinarti & Aryani; Zakiyah, 2010; Millasari & Jannah, 2019).

Pada lembaga pondok pesantren di Jawa Tengah berjumlah 4.276 (15,70%). Ada
lebih dari 10 pondok pesantren yang berdiri di daerah Kabupaten Magelang, dan
hanya 3 pesantren yang akan diambil dengan jumlah keseluruhan 401 santri,
pemilihan tempat berdasarkan dari fasilitas kesehatan yang kurang memadai, serta
bimbingan konseling yang belum diterapkan dari pihak pesantren. Dari hasil
penelitian (Maghfiroh et al., 2013) bahwa adanya remaja di pesantren yang
mengalami stress ringan 19,3%, stress sedang 29,8%, sedangkan stress berat
sebanyak 57,9%. Adapun beberapa penyebab stress pada remaja pada saat berada
dipondok pesantren seperti adanya perlakuan pembullyan terhadap temannya,
adanya masalah dengan keluarganya, serta santri tidak dapat membagi waktu
antara belajar mengerjakan tugaas sekolah dengan melakukan tugas di pesantren.

Pesantren mempunyai sistem pembelajaran yang berbeda dari institusi pendidikan


lainnya, kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pagi hingga malam hari
(Mawaddah & Titiani, 2016). Pada dasarnya penyesuaian diri dapat melibatkan
seorang individu terhadap lingkungannya, penyesuaian diri adalah sebuah proses
dapat melibatkan respon mental seseorang dan perilaku yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi berusaha menanggulangi kebutuhan, tegangan, frustasi, adanya
konflik, serta adanya tuntutan untuk segera dilakukan. Pada seseorang individu
memasuki lingkungan yang baru maka akan menimbulkan masalah pada diri
individu sendiri karena terdapat perbedaan dari lingkungan sebelumnya dari segi
fisik maupun sosial. Setiap seseorang berada di lingkungan yang baru adanya
usaha untuk melakukan penyesuaian diri pada lingkungan tersebut. Sama halnya
pada remaja yang memasuki pesantren yang berasal dari luar kota maupun luar
provinsi, maka dari itu mereka langsung berhadapan dengan kondisi yang berbeda
dengan lingkungan sekitar mereka sebelumnya, yang paling utama adalah remaja
yang tinggal di asrama pondok pesantren, yang mewajibkan remaja harus dapat
menyesuaikan diri pada lingkungan tempat baru, pada teman satu kamar asrama,

Universitas Muhammadiyah Magelang


3

masyarakat sekitar lingkungan pesantren, maupun pada keadaan suhu tempat


tersebut atau penyesuaian diri lainnya (Semiun, 2006; Handono & Bashori, 2013).

Dari yang dialami masalah – masalah pada remaja selama di pondok pesantren
ini, dapat memberikan dampak positif ataupun dampak negatif pada individu yang
dapat menyebabkan stress pada remaja. Hal tersebut yang menjadi penelitian ini
penting untuk dilakukan agar dapat mengerti perubahan karakteristik psikologis
yang berkembang pada remaja dengan munculnya tingkat stress.

1.2 Rumusan Masalah


Di tahap perkembangan remaja menjadi rawan dikarenakan adanya konflik antara
diri remaja sendiri ataupun dengan lingkungan sekitar remaja tersebut. Jika ada
kesenjangan pada perkembangan seseorang remaja, dapat memicu krisis pada
nilai yang bisa saja berpengaruh pada tingkah laku remaja, lingkungan sekitar.
Pada seseorang individu memasuki lingkungan yang baru maka akan
menimbulkan masalah pada diri individu sendiri karena terdapat perbedaan dari
lingkungan sebelumnya dari segi fisik maupun sosial. Dari uraian tersebut
masalah yang dapat dirasakan pada remaja yaitu stress, stress yang dapat
diakibatkan dari interaksi yang didapat saat interaksi sosial dari teman sebaya
ataupun dari orang lain, atau adapun masalah tentang pelajaran yang sulit,
lingkungan sekitar, tuntutan keluarga, serta dari segi ekonomi. Dan dapat
disimpulkan peneliti ingin mengetahui apakah adanya hubungan dari karakteristik
psikologis dengan tingkatan stress pada remaja.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis hubungan
karakteristik psikologis dengan tingkat stres remaja di Pesantren Kabupaten
Magelang.

Universitas Muhammadiyah Magelang


4

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi karakteristik remaja
b. Mengidentifikasi karakteristik psikologis pada remaja
c. Mengidentifikasi tingkat stres remaja
d. Mengidentifikasi hubungan karakteristik psikologis dengan tingkat stres
remaja di Pesantren Kabupaten Magelang

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil dari penelitian dapat menjadi bahan masukan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan jiwa yang khusus pada remaja yang mengalami stres dari perubahan
karakteristik psikologis pada saat di pesantren.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Hasil dari penelitian dapat menjadi bahan dalam menambah wawasan pada
pondok pesantren atau instansi pendidikan lainnya mengenai karakteristik
psikologis remaja dengan tingkat stress.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Lingkup Masalah
Permasalahan dalam penelitian hubungan karakteristik psikologis dengan tingkat
stress remaja berada di pondok pesantren.
1.5.2 Lingkup Subyek
Subyek pada penelitian ini pada remaja dengan usia 12 – 17 tahun yang sedang
mengalami stress maupun tidak.
1.5.3 Lingkup Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di 3 pondok pesantren di Kabupaten
Magelang. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus tahun 2020.

Universitas Muhammadiyah Magelang


5

1.6 Keaslian Penelitian


1Table 1.1
Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan
1. Oki Tri Hubungan Penelitian ini Hasil analisis Variabel
Handono, Antara menggunakan menunjukkan bebas adalah
Khoiruddin Penyesuaian pendekatan adanya hubungan karakteristik
Bashori, Diri Dan Kuantitatif. Meneliti negative yang psikologis,
2016 Dukungan hubungan antara signifikan antara variabel
Sosial hubungan penyesuaian diri terikatnya
Terhadap penyesuaian diri dan dan dukungan adalah tingkat
Stres dukungan sosial social dengan stress stress remaja.
Lingkungan terhadap stres lingkungan. Penelitian ini
Pada Santri lingkungan pada Semakin tinggi menggunakan
Baru santri baru. Subjek penyesuaian diri design cross
dalam penelitian ini dan dukungan sectional.
adalah santri baru di sosial maka Yang
pondok pesantren, semakin rendah berlokasi di
kelas satu stress lingkungan Pesantren
Tsanawiyah dan dan semakin rendah Kabupaten
kelas satu Aliyah. penyesuaian diri Magelang.
dan dukungan
sosial maka
semakin tinggi stres
lingkungan.
2. Meidiana Penyesuaian Desain penelitian ini Hasil dari Variabel
Pritaningrum Diri Remaja kualitatif. Metode penelitian ini, bebas pada
Wiwin yang Tinggal penelitian kualitatif, peneliti penelitian ini
Hendriani, di Pondok dimana peneliti menemukan bahwa adalah
2013 Pesantren adalah sebagai bentuk penyesuaian karakteristik
Modern instrumen kunci, diri pada kedua psikologis,
Nurul Izzah teknik pengumpulan subjek adalah variabel
Gresik Pada data dilakukan adaptasi, yaitu terikatnya
Tahun secara triangulasi mengubah tingkah adalah tingkat
Pertama (gabungan), analisis laku agar sesuai stress remaja.
data bersifat induktif, dengan lingkungan. Penelitian ini
dan hasil penelitian Kedua subjek pada menggunakan
kualitatif lebih penelitian ini design cross
menekankan makna mengubah tingkah sectional.
dari pada laku mereka agar Menggunakan
generalisasi dapat analisa data
menyesuaikan diri berupa
dengan lingkungan. spearmen.
Yang
berlokasi di
Pesantren
Kabupaten
Magelang
3. Rahmawati Hubungan Penelitian ini Hubungan antara Variabel
Dwi Antara menggunakan religiusitas dengan bebas adalah
Anggraeni, Religiusitas metode psychological well karakteristik
2011 Dan Stres kuantitatif being yang bernilai psikologis,
Dengan korelasional. Metode 0,559 menunjukkan variabel

Universitas Muhammadiyah Magelang


6

No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


Psychological korelasional arah hubungan terikatnya
Well Being dimaksud untuk yang positif, artinya adalah tingkat
Pada Remaja mencari hubungan sebesar 55, 9% dari stress remaja.
Pondok diantara variasI Penelitian ini
Pesantren variabel-variabel psychological well menggunakan
yang diteliti dan being dapat design cross
bertujuan diprediksikan sectional.
untuk meneliti melalui religiusitas. Penelitian ini
sejauh mana variabel Arah hubungan menggunakan
pada satu positif berarti metode
faktor berkaitan bahwa semakin kuantitatif.
dengan variasi pada tinggi religiusitas Lokasi
faktor individu maka penelitian
lainnya semakin tinggi pula berada di
psychological well Pesantren
being-nya. Begitu Kabupaten
pula sebaliknya, Magelang
semakin rendah
religiusitas maka
semakin rendah
pula psychological
well being.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja adalah individu yang sedang beranjak dari masa anak – anak menuju
masa dewasa dan sedang mengenal hal yang benar maupun salah, sudah
mengetahui lawan jenis, paham dengan peran sosialnya, dapat menjalankan jati
diri yang dianugerahkan oleh Allah SWT, dan mampu menjalankan potensi yang
ada dalam diri sendiri. Pada masa remaja ini harus dan mampu menghadapi segala
tantangan yang ada didalam hidup individu remaja. Masa remaja yaitu masa yang
sangat kritis dikehidupan seorang individu, pada masa peralihan dari usia anak
kemudian remaja dan dapat menentukan umur dewasa yang matang (Jannah,
2016).
Pada tahun 1994, G.Stanley hall dalam John W.santrock (2012:402) memberikan
pernyataan “badai-dan stress (storm-and-stress) memperjelas pernyataannya yaitu
pada masa remaja adalah masa yang masih labil dengan diwarnai berbagai konflik
dan adanya suasana hati yang berubah-ubah (mood) (Fhadila, 2018).
Remaja ini dapat dikatakan kelompok penduduk yang berada di usia 10 – 19
tahun menueut WHO. Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan dibagi
menjadi tiga tahap, adalah remaja tahap awal dari usia 11 – 14 tahun, remaja tahap
pertengahan dari usia 14 – 17 tahun, serta remaja tahaap akhir dari usia 17 – 20
tahun (Wulandari, 2014).

2.1.2 Tahap Perkembangan


Erikson mengembangkan teori dari perkembangan psikososial yang memiliki
kaitan dengan beberapa prinsip dari perkembangan psikologi dan sosial. Teori
erikson ini ditekankan pada aspek budaya serta aspek pada sosial, erikson sendiri
membagi tahapan perkembangan psikososial menjadi delapan tahapan, sebagai
berikut (Rahayu, 2018) :

7
Universitas Muhammadiyah Magelang
8

1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)


Pada tahapan ini seseorang dengan usia 0 – 1 tahun atau 1 tahun (infancy).
Dengan memiliki karakteristik seperti seorang ibu tidak dapat memberikan
kepuasan pada bayinya, tidak adanya rasa hangat serta tidak memberikan rasa
nyaman pada bayi. Maka bayi tersebut akan mengembangkan rasa tidak percaya
dan merasa curiga pada orang lain.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu – Ragu
Pada tahapan perkembangan ini dengan usia 1 – 3 tahun (early childhood).
Memiliki karakteristik seperti pada orang tua yang selalu membatasi kegiatan
lingkungan dan kemandiriannya. Maka anak akan merasa mudah menyerah
karena merasa dirinya tidak mampu atau tidak melakukan sendirian saat
melakukan kegiatan, serta dalam perkembangan anak tersebut menjadi pemalu
dan ragu – ragu untuk melakukan sesuatu.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Tahapan perkembangan ini pada usia 4 – 5 tahun (preschool age). Adapun
karakteristik seperti saat anak berada pada periode pola asuh yang salah akan
menyebabkan anak tersebut selalu merasa bersalah dan lebih berdiam diri agar
dapat menghindari suatu kesalahan.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Pada tahap perkembangan ini dengan usia 6 – 12 tahun (school age).
Karakteristiknya seperti pada usia anak ini banyak tuntutan agar anak dapat
merasakan rasanya berhasil. Dari tuntutan tersebut dapat mengembangkan sikap
rajin pada anak, namun jika anak tidak dapat melakukan tuntutan tersebut mereka
merasa tidak mampu (inferioritas), maka anak dapat mengembangkan sikap
rendah diri.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap perkembangan ini dengan rentang usia 12 – 18 tahun (Tahap adolesen atau
remaja). Yang memiliki karakteristik seperti jika pada kecenderungan identitas
ego kuat, maka tidak ada toleransi pada masyarkat yang hidup bersama dalam
lingkungannya (fanatisme). Jika kekacauan identitas kuat (pengingkaran)
merupakan seseorang yang mengingkari keanggotaanya pada dunia dewasa atau

Universitas Muhammadiyah Magelang


9

masyarakat, akan mencari identitas di kelompok lain yang dapat menerimanya.


Pada saat identitas dan kekacauan identitas seimbang maka kesetiaan memiliki
arti tersendiri merupakan kemampuan pada hidup yang memiliki standar berlaku
pada tengah – tengah masyarakat yang terlepas dari segala kekurangan,
kelemahan, serta tidak konsestennya.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap perkembangan ini masuk pada masa dewasa awal dengan usia sekitar 18
atau 20 – 30 tahun (young adult). Memiliki karakteristik seperti kecenderungan
diantara keintiman dengan isolasi harus berjalan seimbang sehingga guna untuk
memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Cinta memiliki arti kemampuan untuk
mengesampingkan segala perbedaan dan keangkuhan melalui perasaan yang
saling membutuhkan.
7. Generativitas vs Stagnasi
Perkembangan ini memasuki masa dewasa dengan usia 20 – 55 tahun.
Karakteristik pada tahapan ini seperti harapan pada tahapan ini yaitu kepedulian.
8. Integritas vs Keputusasaan
Perkembangan ini memasuki tahapan usia senja atau lanjut. Memiliki karakteristik
seperti tahapan ini sulit untuk dilalui karena seseorang merasa terasingkan dari
lingkungan pada kehidupannya.

2.1.3 Penggolongan Remaja


Menurut WHO, remaja adalah warga yang berumur dari usia 10 – 19 tahun, dari
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju
masa dewasa. Pada tahap ini mengalami perkembangan begitu pesat baik dari segi
fisik ataupun mental seseorang. Dan dapat dikelompokkan remaja dari tahapan
berikut ini (Diananda, 2018):

Universitas Muhammadiyah Magelang


10

a. Usia Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)


Untuk anak laki-laki yang berusia 12, 13 atau 14 tahun. Banyak beranggapan
bahwa anak laki – laki di usia ini adalah usia yang negatif, karena dari tingkah
lakunya banyak memperlihatkan sifat negatif. Masa dimana sulit untuk anak
dan orang tua berkomunikasi dengan baik. Fungsi dari tubuh juga berkembang
dan menjadi terganggu karena adanya perubahan, salah satunya perubahan
pada hormonal sehingga dapat merubahnya mood remaja. Remaja juga
menunjukkan reflektivitas mereka meningkat.
b. Usia Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Berada di fase dimana perubahan remaja menjadi sangat pesat. Emosi yang
tidak seimbang serta banyak yang tidak stabil. Di masa ini remaja sedang
mencari jati diri mereka karena di masa ini statusnya belum jelas. Hubungan
sosial mereka mulai berbeda. Sudah hampir mirip dengan orang dewasa,
karena remaja merasa meliliki hak untuk memberikan keputusan. Di usia ini
sudah adanya pencapaian dan menentukan indentitas diri sudah menonjol,
semkin bisa berpikir dengan logis, dan jarang ada waktu dengan keluarganya.
c. Usia Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Di usia imi remaja ingin menjadi pusat perhatian, remaja ingin terlihat
menonjol dari yang lainnya. Di usia ini remaja lebih ke idealis, memiliki cita –
cita yang besar, memiliki semangat dan berkeinginan yang besar. Remaja ini
lebih memantapkan identitas pada diri mereka sendiri dan ingin
menghilangkan rasa emosional mereka.

2.2 Ciri – Ciri Remaja


2.2.1 Biologis
Adanya perubahan yang terlihat dari segi fisik remaja yaitu berubahnya hormon
seks, dan adanya perubahan sikap serta hubungan pada lingkungan sekitarnya.
Perubahan yang ada di dalam diri remaja jika tidak diperhatikan dengan baik dan
teliti dapat menjadi kelainan dan penyakit tertentu pada diri remaja. Maturasi
seksual berlangsung secara bertahap sehingga remaja dapat melakukan dan siap
dengan fungsi fertilitasnya, laki – laki yang sudah dewasa siap dengan

Universitas Muhammadiyah Magelang


11

spermatogenesis, perempuan yang sudah dewasa juga siap dengan ovarium


(Jannah, 2016).
Otak remaja ketika berkembang dapat sangat cepat terjadi di usia 10-12 atau 13
dan 14- 16 atau 17 tahun. Pada perempuan pertumbuhan otak mereka berlangsung
dengan begitu sangat cepaat, pada saat usia 11 tahun, jika pada laki – laki
perkembangan otak mereka berlangsung 2 kali lebih cepat saat berumur 15 tahun
(Fatmawaty, 2017).
Perkembangan dan pertumbuhan meningkat secara signifikan pada fase remaja
ini. Di masa remaja awal dari usia 11 – 14 tahun ciri seks sekunder sudah mulai
terlihat, misalnya remaja putri payudara sudah mulai tumbuh, pada remaja putra
adanya pembesaran pada testis mereka, sudah mulai muncul rambut di ketiak,
atau rambut pada kemaluan mereka. Ciri seks sekunder ini mengalami
pertumbuhan dengan baik mencapai pada masa remaja tengah antara usia 14 – 17
tahun dan dapat mencapai pada masa remaja akhir usia 17 – 20 tahun
perkembangan dan pertumbuhan secara reproduktif telah mencapai kematangan
segi fisik (Wulandari, 2014).
Dikarenakan pada hormon sex remaja sudah dapat berfungsi, remaja mulai ada
rasa ketertarikan dengan lawan jenis, maka remaja terlihat cemas atau takut jika
penampilannya terlihat tidak bagus. Sehingga mereka menutupi penampilan
mereka yang kurang bagus dengan segala cara agar tetap terlihat sempurna. Di
masa remaja yang sedang pubertas ini mereka selalu tampil dengan penampilan
yang baik agar tidak ada rasa minder atau malu pada saat bergaul bersama teman
– temannya. Di masa remaja ini adanya rasa Preokupasi atau perhatian dengan
citra tubuh mereka itu terlihat kuat. Walaupun demikian rasa ragu pada remaja
masih sangat terlihat pada wajah, terutama pada saat sedang berbicara pada ornag
yang sudah dewasa (Diananda, 2018).

2.2.2 Sosial
Sosial Kognition adalah sebagai memahami pernyataan dari orang lain. Remaja
sendiri mampu memahami orang lain dengan kepribadian yang sangat unik,
bersangkutan dengan sifat pribadinya, mulai berminat untuk menilai yang

Universitas Muhammadiyah Magelang


12

dirasakannya. Pemikiran ini lebih mendorong mereka untuk mengenal hubungan


sosialnya, menjadi lebih akrab, seperti teman dekat mereka (Fatmawaty, 2017).
Di tahap awal remaja ini ketertarikan dengan kelompok teman sebaya dapat
ditunjukkan dengan menerima kelompok tersebut atau menolaknya. Remaja
sendiri sedang mencoba segala perannya, berusaha mengubah citra tubuh mereka,
lebih mencintai diri sendiri, adanya dunia khayalan mereka, menjadi idealistis.
Harga diri yang stabil dan makna citra tubuh serta adanya peran pada masing –
masing gender akan menetap ketika remaja sudah memasuki pada tahap remaja
akhir (Wulandari, 2014).
Remaja yang memasuki lingkungan baru seperti sekolah baru atau masuk di
pondok pesantren dapat menjadi penyebab berbagai masalah muncul, yang
menjadi salah satunya adalah penyesuaian diri pada remaja tersebut. Remaja yang
belum mampu menyesuaikan diri biasanya, memberikan respon perilaku misalnya
sering di kamar tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar, lebih suka
menyendiri, terkadang terlihat menangis dan melamun, tidak nafsu makan, tidak
mengikuti pelajaran atau kegiatan di pesantren, tidak dapat kerja sama dengan
teman lainnya, adanya perasaan rindu terhadap keluarga, dan tidak dapat
melakukan yang sudah menjadi tanggung jawabnya (Pritaningrum, 2013).

2.2.3 Psikologis
Adanya perubahan dalam psikososial remaja terdapat perubahan di perilaku,
hubungan sosial dengan lingkungan dan sudah mulai tertarik dengan lawan jenis.
Hal yang berubah tersebut dapat menjadi hubungan antara remaja dengan orang
tua menjadi renggang, karena orang tua tidak dapat memahami remaja, dan remaja
tidak ingin terbuka (Jannah, 2016).
Emosi pada remaja ini mengalami perkembangan lebih signifikan dari pada anak
– anak. Ini dikarenakan remaja kebanyakan berada dibawah tekanan dari
lingkungan sosial dan merasa belum terbiasa dengan kehidupan baru. Walaupun
emosi anak remaja emosinya hampir sama dengan masa anak – anak namun
penyebab emosinya tak sama (Fatmawaty, 2017).

Universitas Muhammadiyah Magelang


13

Di tahap perkembangan pada manusia pastinya disertai dengan perkembangan


psikologisnya yang wajib terpenuhi. Sama halnya dengan tahapan remaja, yang
mendapat tuntutan seperti remaja dapat menerima kondisi fisik mereka serta dapat
memanfaatkannya dengan baik, dapat kebebasan emosi dari orang tua mereka,
remaja dapat bermain dengan teman sebayanya, dapat tahu dan bisa menerima
kemampuan pada dirinya sendiri, dapat memperkuat saat penguasaan diri sendiri
yang berdasarkan skala niali dan norma (Ramadhan, 2013).
Pada remaja yang ingin menemukan identitas dirinya, mereka akan berada di
situasi yang mewajibkan mereka harus dapat menyesuaikan dirinya pada
lingkungan sekitar, sehingga remaja mampu berinteraksi dengan baik pada
lingkungan sekitarnya (Kumalasari, 2012).
Remaja yang memasuki lingkungan pesantren terdapat adanya rasa kesepian yang
dapat dikarenakan remaja mengalami kesulitan saat mencari teman di pesantren.
Remaja yang merasakan kesepian dapat memperlihatkan berbagai perilaku
misalnya sikap rendah diri, menutup diri, peraturan yang dilanggar, agresif, tidak
dapat bekerja sama, serta dapat membuat remaja tersebut kabur dari pesantren
(Maghfur, 2015).

2.3 Karakteristik Psikologis Remaja


Karakteristik psikologis mendefinisikan seseorang yang mampu menerima diri
sendiri dengan apa adanya, dapat menciptakan hubungan dengan baik pada orang
lain, adanya kemandirian didalam menangani tekanan sosial, adanya tujuan pada
hidup (Ryff, 1989 dalam Prabowo, 2016).
Karakter adalah tempat dari segala macam karakteristik psikologis yang dapat
membimbing individu agar dapat menyesuaikan diri dengan segala variasi
lingkungan. Karakter yaitu keutuhan dari seluruh perilaku psikis dari hasil
pengaruh dari faktor endogen (genetik) serta faktor ekstrogen (lingkungan), yang
berada di dalam diri sendiri guna untuk membedakan individu atau kelompok
individu satu dengan yang lainnya (Semiawan, 2009 dalam Rahayu, 2018).
Menurut (Ryff 1989, dalam Prabowo, 2016), dapat dijelaskan sebagai berikut :

Universitas Muhammadiyah Magelang


14

1. Penerimaan Diri
Penerimaan diri ini dapat ditunjukkan pada setiap individu yang mampu
mengevaluasi secara baik pada diri sendiri saat ini dengan diri sendiri pada masa
lampau. Seseorang pada hal ini dapat mempertahankan sikap baik serta mampu
sadar atas keterbatasan yang sudah ada di diri sendiri. Dapat dikatakan seseorang
yang sudah mampu menerima dirinya merupakan seseorang yang mempunyai
kapasitas mengetahui serta mampu menerima kekuatan dan kelemahan pada diri
sendiri, ini merupakan karakteristik serta keberfungsian psikologis yang positif.
Seseorang yang mempunyai penerimaan diri ini menunjukkan karakteristik seperti
sikap yang positif pada diri sendiri, mengetahui serta dapat menerima dari
berbagai bagian pada diri sendiri yang memiliki sifat baik maupun buruk serta
bisa memiliki perasaan yang positif pada masa lalunya.
Sedangkan pada seseorang yang belum dapat menerima dirinya memiliki
karakteristik seperti merasa tidak pernah puas pada diri sendiri, selalu menyesal
atas kehidupan pada masa lalu, adanya hambatan pada kualitas di kepribadian diri
sendiri serta selalu memiliki perasaan yang berbeda dari yang ada di dirinya
sendiri.
2. Hubungan Positif dengan Orang Lain
Seseorang yang dapat membangun hubungan dengan orang lain secara baik,
bermanfaat, serta memiliki rasa percaya satu sama lain sehingga dapat merasakan
kepuasan. Selain itu, jika memiliki hubungan yang baik dengan orang lain maka
dapat ditandai dengan kedekatan serta memiliki hubungan yang penting pada
orang yang tepat.
Ada beberapa karakter yang diperlihatkan dengan individu tersebut saat memiliki
hubungan yang baik dengan orang lain seperti memiliki sikap saling baik serta
kepuasan, adanya hubungan yang berlandaskan saling percaya, rasa perhatian
pada kesejahteraan hidup orang lain, adanya kedekatan satu sama lain, serta saling
memberi dan menerima di suatu hubungan tersebut.
Lalu karakteristik pada seseorang yang tidak mampu membangun hubungan
positif pada orang lain seperti ditandai dengan memiliki sedikit hubungan yang
akrab serta kurangnya kepercayaan dengan orang lain, adanya pikiran bahwa diri

Universitas Muhammadiyah Magelang


15

sendiri memiliki sifat yang susah untuk akrab, tidak mudah terbuka, tidak adanya
rasa peduli terhadap orang lain, dan tidak ada keinginan untuk memiliki
kesepakatan atau kompromi untuk berkaitan dengan orang lain.
3. Kemandirian
Seseorang yang mampu melakukan perilaku secara mandiri, dan ada keyakinan
diri sendiri, sehingga mampu mencapai suatu prestasi dengan baik.
Seseorang yang memiliki kemadirian ditunjukkan dengan karakteristik seperti
mampu melakukan sesuatu dengan menunjukkan tidak selalu bergantung dengan
orang lain, dapat bertahan adanya tekanan sosial sehingga dapat berpikir serta
bertindak dengan cara mengatur perilaku yang sudah ditentukan dalam dirinya,
serta dapat mengevaluasi pribadi sendiri dengan pendapat sendiri.
Pada individu yang belum mendapat kemandirian ditandai dengan karakteristik
seperti masih sangat bergantung pada orang lain dan belum dapat mengevaluasi
diri sendiri dengan baik, selalu mengikuti pendapat orang lain pada pemberian
pendapat, dan jika adanya tekanan sosial individu selalu menyesuaikan pola pikir.
4. Penguasaan Terhadap Lingkungan
Memiliki upaya mengatur yang efektif untuk mengatur kehidupan serta
lingkungan sekitarnya. Sehingga individu dapat menyesuaikan diri pada
lingkungan sekitar agar dapat menjalankan kebutuhan atau tuntutan – tuntutan
yang ada didalam kehidupan. Pada teori perkembangan, untuk penguasaan
lingkungan ditandai dengan kemampuan pada individu pada saat adaptasi serta
melakukan penyesuaian pada lingkungan yang berubah dengan cara melakukan
aktivitas fisik maupun aktivitas mental.
Karakteristik pada pribadi ini yaitu dapat memberikan penguasaan lingkungan
yang baik seperti mampu beradaptasi pada lingkungan sekitar, dapat
memanfaatkan kesempatan yang ada secara efektif, serta dapat memilih
kebutuhan pribadi yang sesuai pada diri sendiri, dan menyesuaikan diri pada nilai
– nilai atau aturan yang berada di lingkungan sekitar.
Pada seseorang yang belum dapat menguasai lingkungan akan ditunjukkan
dengan karakteristik seperti merasa sulit untuk mengatur kehidupannya sehari –
hari, tidak ada kemampuan untuk beradaptasi atau merubah sesuatu pada

Universitas Muhammadiyah Magelang


16

sekitarnya, kurangnya memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan


sekitarnya, serta tidak dapat mengikuti aturan atau nilai – nilai yang ada disekitar.
5. Tujuan Hidup
Berhasilnya pada saat menemukan arti serta tujuan di segala usaha maka diartikan
seseorang tersebut sudah dapat memiliki tujuan pada hidupnya. Pada teori
perkembangan, tujuan hidup mengarahkan pada berbagai adanya perubahan di
kehidupan seseorang yaitu menjadikan individu lebih produktif serta dapat
mengembangka pola pikir ataupun dapat mengontrol emosionalnya pada masa
yang akan datang.
Karakteristik pada seseorang yang sudah mempunyai tujuan hidup seperti sudah
adanya tujuan serta kehidupan yang akan terarah, adanya perasaan jika adanya arti
padaa kehidupan saat ini ataupun masa lampau, serta memiliki keyakinan pada
kehidupan.
Sedangkan karakteristik individu yang belum mempunyai tujuan pada hidupnya
seperti perasaan yang kurang pada arti kehidupan, hidup yang kurang terarah,
tidak memiliki kemampuan untuk melihat tujuan pada kehidupan di masa lampau,
dan tidak adanya harapan atau keyakinan yang memberikan arti pada
kehidupannya.
6. Pertumbuhan Pribadi
Fungsi dari aspek psikologis yang baik memiliki syarat tidak hanya pada individu
yang telah mencapai karakteristik sebelumnya, namun adanya keberlanjutan serta
perkembangan pada potensi yang ada umtuk terus berkembang menjadi individu
yang utuh.
Karakteristik yang ditunjukkan pada seseorang yang sudah adanya pertumbuhan
pribadi seperti adanya perasaan pada perkembangan yang berlanjut, sudah dapat
melihat bahwa diri sendiri sudah menjadi individu yang berkembangan dan
tumbuh, mampu terbuka untuk menambahkan pengalaman baru, sudah menyadari
jika potensi yang dimiliki selalu berkembang, perubahan pada pengetahuan
pribadi, serta mampu memahami perubahan perilaku pada diri sendiri.
Karakter yang tidak mewakili seseorang yang sudah mengalami pertumbuhan
pribadi seperti memiliki perasaan yang terhenti, perasaan yang kurang untuk

Universitas Muhammadiyah Magelang


17

bertumbuh dan berkembang, adanya perasaan bosan pada hidup dan merasa tidak
akan mampu mengembangkan sikap yang baru.

2.3.1 Alat Ukur Self Reporting Questionnare (SRQ)


Kuesioner SRQ merupakan alat ukur yang telah dikembangkan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 1994 yang digunakan untuk skrinning gangguan
psikiatri dan telah digunakan oleh Kemenkes RI. Gangguan mental emosional
dinilai dengan kuisioner yang terdiri dari 20 butir pertanyaan SRQ-20, yang telah
dilakukan pemahaman serta pengisian oleh responden. Apabila pertanyaan berikut
yang mungkin anda alami selama 30 hari terakhir berilah tanda (√) pada kolom
“Ya”, sebaliknya jika anda tidak mengalami selama 30 hari terakhir berilah tanda
(√) pada kolom “Tidak” (Kemenkes RI, 2018). Setiap pertanyaan memiliki dua
pilihan jawaban yaitu “ya” atau “tidak”, pada responden yang menjawab “ya”
maka diberikan nilai 1 dan pada responden menjawab “tidak” maka diberikan
nilai 0 (Prasetio et al., 2019).

2.4 Konsep Stres


2.4.1 Definisi Stres
Videbeck (2011) dalam Towsend (2014) Stres adalah individu yang merespon
ketika ada kesulitan dan suatu masalah yang sulit untuk diselesaikan yang
diakibatkan dari adanya perubahan fisik, perubahan mental, serta adanya
perubahan pada emosi pada individu alami, yang dapat menyebabkan emosi dan
fisik individu tersebut menjadi tegang (Budiarto & Afriani, 2017).
Lazarus & Folkman (1984) dalam Maryam (2017) Stres merupakan hubungan
antara diri individu dengan lingkungan sekitar yang dapat memberikan respon
pada individu yang berupa sebagai tuntutan atau melebihi kapasitas diri individu
yang dapat membahayakan individu tersebut (Millasari & Jannah, 2019).
Keadaan lingkungan yang berbeda dari sebelumnya akan membuat individu
mengalami perubahan serta penyesuaian lingkungan yang baru ditempatinya,
maka dari itu individu akan mengalami permasalahan yang dapat membuat
individu tersebut menjadi stress (Handono & Bashori, 2013).

Universitas Muhammadiyah Magelang


18

2.4.2 Dampak Stress


Sebenarnya stress tidak hanya memberikan dampak negatif saja, karena stress
juga dapat memberikan dampak positif pada individu. Stress yang berdampak
positif yaitu Eustress, sedangkan stress yang berdampak negatif yaitu Distress.
a. Eustress
Menurut Kupriyanov dan Zhdanov dalam Gaol (2016), menyimpulkan jika hasil
reaksi stress pada tubuh terhadap sumber stress merupakan Eustress. Di saat
Eustress yang berdampak baik dialami individu, maka dapat meningkatkan
kemampuan dan kesehatan pada individu (Greenberg, 2006; Gaol, 2016).
Menurut Yerkes-Dodson Curve, Le Fevre, Matheny dan Kolt dalam Gaol (2016),
bahwa stress yang dapat memberikan dampak positif (Eustress) pada kesehatan
serta kemampuan saat stress sendiri melebihi pada tingkat maksimal.
Di lingkungan akademik telah ditemukan stress sendiri dapat memberikan
dampak positif pada siswa. Stress dapat berdampak positif jika jumlah stress
tersebut mencapai batasan normal (Gaol, 2016). Menurut Rafidah, et al, dalam
Gaol (2016), mengatakan bahwa stress dapat memberikan pengaruh pada proses
belajar siswa dan memberikan memori pada seseorang. Didalam proses belajar
siswa, dampak positif stress dapat dirasakan jika jumlah stress tidak melebihi
kapasitas para siswa, jumlah stress yang cukup atau normal sangat berpengaruh
karena dapat mengaktifkan kemampuan pada otak.
Menurut Schwabe dan Wolf, dalam Gaol (2016), menemukan bahwa stress dapat
mempengaruhi fungsi otak seperti sistem memori. Setelah seseorang mendapatkan
sinyal stress, maka sistem yang bernama corpus striatum adalah pusat syaraf yang
terletak didalam otak hemisphere berada didekat thalamus ini mampu mentransfer
sistem hippocampus adalah bagian sistem limbik yang memiliki tugas
penyimpanan memori untuk memberikan bantuan melaksanakan tugas – tugas
yang berada di otak. Dengan adanya stress yang dirasakan, kinerja sistem – sistem
yang berada di otak dapat bekerja secara optimal.

Universitas Muhammadiyah Magelang


19

b. Distress
Stress yang dirasakan berlebihan atau dapat melebihi tingkat maksimal dapat
memberikan dampak negatif (Distress). Disaat seseorang mengalami Distress
yang berdampak buruk, maka dapat berakibat pada semakin buruk kemampuan,
kesehatan, serta adanya gangguan hubungan pada seseorang (Gaol, 2016).
Dampak negatif stress dilingkungan akademik dapat dirasakan oleh siswa pada
saat siswa tersebut merasakan melebihi kinerja mereka. Stress dapat berdampak
negatif pada proses belajar dan kognitif siswa sendiri (Gaol, 2016). Menurut
Palmer, dalam Gaol (2016), mengatakan bahwa adanya hubungan kelelahan dan
stress pada siswa. Dengan hubungan tersebut, maka terdapat juga pengaruh yang
menumbulkan negatif pada proses belajar mereka serta berkurangnya kemampuan
pada kognitif para siswa.

2.4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi


Menurut pendapat Puspita W (2013) dalam Barseli et al., (2017), aktor yang dapat
mempengaruhi stress seorang remaja yaitu ada faktor dari internal dan eksternal :
a. Faktor Internal
1. Pola pikir
Seseorang yang memiliki pikiran tidak dapat mengelola keadaan atau situasi akan
lebih mudah mengalami stress yang lebih berat. Jika seseorang tersebut dapat
mengelola pikirannya dan dapat mengendalikan situasi maka akan semakin kecil
seseorang tersebut mengalami stress yang dialami pada individu remaja tersebut.
2. Kepribadian
Pribadi atau karakter seseorang dapat mempengaruhi tingkatan stress. Pada remaja
yang memiliki pribadi yang optimis maka lebih kecil tingkat stress tersebut
dibandingkan dengan remaja yang memiliki pribadi yang pesimis.
3. Keyakinan
Keyakinan atau pemikiran individu remaja dapat menyebabkan tingkat stress.
Keyakinan individu pada diri sendiri saat melaksanakan peran penting dalam
memahami situasi sekitar, penilain remaja yang memiliki keyakinan dapat

Universitas Muhammadiyah Magelang


20

mempengaruhi pola pikir yang sudah diyakini jangka panjang maka dapat
menyebabkan stress secara psikologis.
b. Faktor Eksternal
1. Pelajaran lebih padat
Dalam sistem pendidikan memiliki kurikulum yang standarnya semakin lebih
tinggi. Maka mengakibatkan adanya persaingan yang semakin ketat, waktu untuk
belajar menjadi bertambah, dan beban remaja semakin meningkat. Beberapa
alasan tersebut menjadi penting untuk perkembangan pada pendidikan di negara
ini, namun banyak yang tidak peduli jika hal ini dapat meningkatkan stress yang
dirasakan remaja.
2. Tekanan untuk berprestasi tinggi
Para remaja selalu ditekan untuk memiliki prestasi yang baik pada saat ujian
sehingga dapat memicu tingkat stress. Tekanan dapat datang dari orang tua, guru,
teman sebaya, bahkan diri sendiri.
3. Dorongan status sosial
Pada pendidikan selalu memiliki simbol pada status sosial. Pada orang yang
memiliki pendidikan tinggi maka akan dipandang baik pada masyarakat jika
hanya berpendidikan rendah biasanya dipandang rendah pada masyarakat. Jika
pada remaja memiliki capaian nilai akademik maka lebih cenderung dipuji, dan
dapat dikenal oleh masyarakat, sebaliknya jika remaja tersebut gagal dalam
capaian akademiknya maka akan dibully, dimarahi orang tua, dan diabaikan oleh
teman sebayanya.

Pendapat dari Maulana (2013) dalam Shelma et al., (2018) ada faktor lain yang
dapat terjadi munculnya stress yaitu dari intensitas lamanya belajar yang dapat
meliputi dari kebiasaan belajar remaja, bagaimana proses belajar, lingkungan
sekitar yang baru, serta bagaimana hubungan remaja dengan guru dan teman
sebayanya. Tetapi, tidak setiap orang dapat beradaptasi dan mampu mengatasi
penyebab dari stress tersebut, maka dari itu dapat mengakibatkan dampak pada
remaja seperti timbulnya stress, cemas, serta depresi.

Universitas Muhammadiyah Magelang


21

2.4.4 Penyebab Stres


Pendidikan adalah hal yang wajib diperhatikan, dari pendidikan dapat
mempengaruhi nilai seseorang tersebut. Pesantren adalah pendidikan yang lebih
fokus dalam nilai agama yang tinggi. Remaja yang baru memasuki lingkungan
pesantren tidak hanya dari lingkungan pesantren saja namun ada yang dari daerah
luar pesantren tersebut. Remaja yang berasal dari luar kota dapat menempatkan
diri pada lingkungannya, maka dari itu banyak remaja yang mengalami jenuh,
bingung, serta adanya perilaku stress pada remaja. Jalan hidup yang baru bagi
remaja di pesantren adalah peralihan dari remaja yang dulunya sering bergantung
dengan orang tua menjadi mandiri dan adanya identitas diri yang harus diraih bagi
remaja tersebut. Saat remaja berada di pesantren memiliki tuntutan agar mandiri,
dapat bertanggung jawab, bersikap dewasa, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar secara baik, memiliki prestasi serta bisa menyelesaikan tugas
yang diberikan secara baik. Namun tidak setiap tuntutan tersebut dapat dilakukan
dengan baik bagi remaja, sehingga hal tersebut dapat menjadi tekanan yang
memunculkan stress (Handono & Bashori, 2013).
Remaja yang memasuki lingkungan baru menjadi santri dapat menjadi salah satu
penyebab berbagai permasalahan dapat muncul, permasalahan tersebut adalah
penyesuaian diri. Remaja yang baru saja memasuki pesantren atau baru mengenal
lingkungan pesantren memiliki karakteristik yang bertolak belakang pada saat
remaja dirumah dengan lingkungan pondok pesantren. Sehingga remaja harus
diwajibkan mampu menyesuaikan diri agar dapat melakukan kegiatan selama di
pesantren dan segera bisa menyelesaikan tugas – tugasnya dengan baik dan cepat.
Permasalahan remaja selama di pesantren adalah pada saat rindu dengan
keluarganya, teman – temannya dirumah, serta ada beberapa remaja yang tidak
betah saat tinggal selama di pesantren (Pritaningrum, 2013).
Pendapat Widiastono (2001) Adanya perubahan pada lingkungan sekitar remaja
terutama pada lingkungan pesantren dapat menimbulkan stres saat masuk awal
sekolah. Keadaan berada di asrama dengan keadaan di rumah sangatlah jauh
berbeda yang dapat menjadi tekanan (stressor) sehingga dari tekanan tersebut
dapat menyebabkan stres pada seorang individu. Menurut Rumiani dalam Naily

Universitas Muhammadiyah Magelang


22

(2010) akibat buruk dari stres yaitu menjadi kelelahan pada individu hingga
menjadi turunnya produktifitas dalam melakukan kegiatan atau belajar. Adapun
permasalahan yang dirasakan remaja saat pertama kali memasuki lingkungan
pesantren adalah disaat remaja rindu dengan orang tua, keluarga terdekat, dan
teman sebayanya yang berada di lingkungan rumah (Pritaningrum, 2013).

2.4.5 Gejala Stress


Menurut pendapat (Hernawati, N, 2006; Inayatillah, V, 2005) dalam Barseli et al.,
(2017), seseorang yang mengalami stress akan mengalami gejala yang muncul
dari segi emosional, fisik, perilaku antara lain :
a. Gejala Emosional
Remaja yang mengalami stress dari segi emosional akan memiliki gejala seperti
gelisah pada hal – hal kecil, cemas, sedih, depresi karena adanya tuntutan dari
keluarga, cepat marah, murung, mudah menangis, panic, serta memiliki perasaan
menurunnya harga diri atau perasaan kurang mampu untuk melakukan tuntutan
dari pendidikan.
b. Gejala Fisik
Adapun gejala dari segi fisik yang dapat ditandai seperti sakit kepala, jantung
berdebar-debar, sulit tidur sehingga pola tidur remaja tidak teratur, sakit pada
punggung, mencret, lelah, serta dapat kehilangan semangat untuk belajar.
c. Gejala perilaku
Gejala pada perilaku yaitu tindakan agresif, lebih cenderung menyendiri, ceroboh,
sering menyalahkan orang lain, melamun, tertawa dengan nada tinggi namun
terlihat gelisah, serta adanya perubahan perilaku sosial pada remaja tersebut.

2.4.6 Alat Ukur Perceived Stress Scale (PSS)


Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10) yang dibuat oleh Sheldon Cohen pada
tahun 1988. Instrument ini merupakan self report questinnare yang mempunyai 10
item ini dibuat dari pengalaman individu tentang yang dirasakan pada kehidupan
seseorang. Instrument ini terdiri dari 10 item dengan 6 item favorable dan 4 item
unfavorable. Penilaian pada instrument ini menggunakan skala likert dengan 5

Universitas Muhammadiyah Magelang


23

alternatif dari pilihan jawaban seperti 0 = tidak pernah, 1 = hampir tidak pernah, 2
= kadang – kadang, 3 = cukup sering, hingga 4 = sangat sering, jika dijumlahkan
seluruhnya yaitu 0 – 40. Cara pengukuran dari PSS ini menggunakan skor dengan
kategori menjadi 0 – 7 = Normal, 8 – 11 = stress ringan, 12 – 15 = stress sedang,
16 – 20 = stress berat, ≥ 21 = stress cukup berat (Saraswati, 2017).

Universitas Muhammadiyah Magelang


24

2.5 Kerangka Teori


Tahap perkembangan :

1. Trust vs mistrust
2. Otonomi vs perasaan
Karakteristik psikologis remaja
malu dan ragu-ragu
3. Inisiatif vs kesalahan - Penerimaan diri
4. Kerajinan vs inferioritas - Hubungan positif dengan orang
5. Identitas vs kekacauan lain
Remaja
identitas - Kemandirian
6. Keintiman vs isolasi - Penguasaan terhadap lingkungan
7. Generativitas vs stagnasi - Tujuan hidup
8. Integritas vs - Pertumbuhan pribadi
keputusasaan
Faktor yang
mempengaruhi stress Faktor penyebab di
pondok pesantren
- Faktor internal :
- Pola pikir
Stress
- Lingkungan sekitar
- Kepribadian - Teman sebaya
- Keyakinan
- Tuntutan keluarga
- Faktor eksternal :
- Pelajaran padat
- Tekanan prestasi
- Dorongan status
sosial

Eustress Distress

- Dapat melaksanakan tugas dengan Mempengaruhi proses belajar dan


baik. kemampuan kognitif para siswa
- Stress yang diterima mampu
menggerakan system otak yang
dapat bekerja dengan optimal
: Diteliti
: Tidak Diteliti

1Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Prabowo, 2016; Barseli et al., 2017; Gaol, 2016; Handono & Bashori,
2013; Pritaningrum, 2013

Universitas Muhammadiyah Magelang


25

2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu dugaan, ide, atau pemikiran yang muncul dari suatu
fenomena, hubungan, atau pemikiran menceritakan suatu kejadiaan yang belum
mengetahui bahwa itu benar atau tidak (Asra, 2015).
Ha : Ada hubungan karakteristik psikologis dengan tingkat stress remaja di
Pondok Pesantren Kabupaten Magelang.
Ho : Tidak ada hubungan karakteristik psikologis dengan tingkat stress remaja di
Pondok Pesantren Kabupaten Magelang.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian pada penelitian ini yaitu menggunakan penelitian Deskriptif
Kuantitatif adalah data yang didapatkan dari sampel populasi yang kemudian
dianalisis dengan sesuai metode statistik dilaksanakan. Metode penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini akan
dilaksanakan untuk mengetahui adanya hubungan karakteristik psikologis dengan
tingkat stress pada remaja di pondok pesantren Kabupaten Magelang, yang akan
dilaksanakan penyebaran kuesioner pada responden.

3.2 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian merupakan suatu penjabaran dan menggambarkan
hubungan atau kaitan pada satu konsep dengan konsep yang lain, atau antara
variabel bebas dengan variabel terikat sesuai dengan masalah pada penelitian yang
diteliti. Variabel penelitian adalah suatu ciri, atau kepribadian, atau penilaian dari
orang lain. Obyek atau suatu kegiatan yang memiliki variasi sehingga peneliti
tertarik untuk diteliti yang berguna untuk dipelajari dan membuat kesimpulannya
(Sugiyono, 2015).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Karakteristik Psikologis Tingkat stress remaja

2Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Definisi Operasional Penelitian


Definisi operasional penelitian merupakan pengertian yang berdasarkan
kekhususan agar dapat diamati dan dapat diukur oleh peneliti, dapat diamati yang
merupakan penelitian ini bisa melakukan pengamatan atau pengukuran dengan

26
Universitas Muhammadiyah Magelang
27

cermat di objek atau fenomena yang dapat dilakukan kembali dengan orang lain
(Sugiyono, 2015).

2Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
Variabel Karakteristik Self Reporting Mengelompokkan skor Nominal
bebas psikologis Questionnare kedalam 2 kategori
Karakteristik merupakan wadah (SRQ) menurut Kemenkes :
psikologis karakter individu 0 = tidak 0-5 = sehat
dari berbagai faktor 1 = ya >6 = risiko gangguan
endogen serta
ekstrogen seperti
seorang individu
yang dapat
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
serta dapat menerima
diri sendiri. Sehingga
dapat membedakan
individu satu dengan
lainnya.
Variabel Tingkat stress Perceived Total skor dengan Ordinal
terikat didefinisikan respon Stress Scale kategori
Tingkat tubuh saat adanya (PSS) 0-13 : Stress rendah
stress remaja perubahan, 0 : Tidak pernah 14-26 : Stress sedang
penyesuain 1 : Hampir tidak 27-40 : Stress yang
lingkungan, pernah dirasakan tinggi
kesulitan, atau 2 : Kadang-
adanya masalah yang kadang
sulit diselesaikan 3 : Cukup
sehingga dapat sering
menyebabkan emosi 4 : Sangat
dan fisik menjadi sering
tegang.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Di penelitian ini yang menjadi target penelitian adalah remaja pondok pesantren
Kabupaten Magelang sebanyak 401 remaja dari 3 pondok pesantren yang berada
di Kabupaten Magelang.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan beberapa dari seluruh individu yang menjadi obyek atau
subyek pada penelitian yang akan diteliti (Sugiyono, 2015). Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Simple Random Sampling yang merupakan

Universitas Muhammadiyah Magelang


28

pengambilan sampel dari populasi yang akan dilakukan secara acak tanpa melihat
tingkatan yang ada didalam populasi (Sugiyono, 2015). Di dalam menentukan
jumlah sampel antara lain:

n=
( )

Keterangan:
n : Jumlah partisipan
Z : Standar normal devisiasi (1,96)
N : Perkiraan besar populasi
p : Proporsi jika tidak diketahui 50% (0,5)
q : Proporsi selain kejadian yang diteliti q = 1-p (0,5)
Berdasarkan pada rumus diatas, maka diketahui bahwa jumlah sampelnya yaitu
antara lain :

n=
( )

n=

n = 77,6

Dibulatkan menjadi 78 remaja.


Disaat keadaan yang tidak menentu, peneliti mengadakan antisipasi adanya Drop
Out, maka diperlukan koreksi besar pada sampel dengan menambah 10% dari
jumlah responden agar sampel tetap dapat terpenuhi dengan memakai rumus,
sebagai berikut:

n=
( )

Keterangan :
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop out
Dengan rumus tersebut didapatkan hasil, sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Magelang


29

n=

n=

n = 86,6

Dibulatkan menjadi 87 remaja.


Dengan memakai teknik Simple Random Sampling diperoleh jumlah sampel yang
sebanyak 87 responden. Jadi, dari rumus diatas diperoleh sampel sebesar 87
remaja. Adapun perhitungan sampel yang berdasarkan dengan Simple Random
Sampling, antara lain:

3Tabel 3.2
Pembagian sampel menurut Simple Random Sampling
No. Nama Pondok Pesantren Perhitungan Jumlah
Sampel
1. Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Hikmah 18
Borobudur (Putri)
2. Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Falah 19
Mertoyudan
3. Pondok Pesantren Al – Husna Payaman 50

Total 87
Hasil dari perhitungan pembagian sampel diatas peneliti ingin mencari responden
menggunakan teknik Simple Random Sampling.

3.4.2.1 Kriteria Inklusi


a. Remaja yang bersedia menjadi responden.
b. Remaja yang berjenis kelamin perempuan.
c. Remaja yang tinggal di pondok pesantren.
d. Remaja dengan usia 12 – 17 tahun.

Universitas Muhammadiyah Magelang


30

3.4.2.2 Kriteria Eksklusi


a. Remaja yang mengalami kecacatan pada fisik sehingga tidak dapat mengisi
kuesioner sendiri ataupun kecacatan pada mental.

3.5 Tempat dan Waktu


Penelitian dilakukan di 3 pondok pesantren yang berada di 3 kecamatan yaitu
Kecamatan Mertoyudan, Borobudur, dan Secang. Penelitian telah dilakukan pada
bulan Agustus tahun 2020.

3.6 Instrumen dan Pengumpulan Data


3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan data
demografi seperti nama, usia, kuesioner kekuatan dan kesulitan, serta kuesioner
stress. Kuesioner ini adalah teknik untuk mengumpulkan data yang dilaksanakan
dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan yang sudah disiapkan agar
responden dapat menjawab. Kuesioner untuk mengetahui karakteristik psikologis
pada remaja menggunakan Self Reporting Questionnare (SRQ) untuk mengetahui
adanya masalah atau gangguan pada remaja yang telah dikembangkan oleh WHO
pada tahun 1994 menurut Kemenkes RI . Kuisioner untuk tingkat stress pada
remaja Perceived Stress Scale (PSS) menggunakan kuisioner ini dikarenakan
lebih efektif untuk mengetahui tingkat stress pada individu remaja (Saraswati,
2017).

4Tabel 3.3
Instrumen Pengumpulan Data
Variabel Indikator Butir No Item pertanyaan uji coba Total
Pertanyaan Pertanyaan

Karakteristik Perubahan 20 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16, 20


psikologis perilaku pertanyaan 17,18,19,20 pertanyaan
dan
emosional
pada
remaja

Universitas Muhammadiyah Magelang


31

Tingkat Stress 10 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10


stress pada pertanyaan pertanyaan
Perceived remaja
Stress Scale
(PSS)

3.6.2 Metode Pengumpulan Data


Metode dalam pengumpulan data untuk penelitian ini yaitu menggunakan
kuesioner yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti lalu akan diberikan pada
responden. Metode pengumpulan data ini ada beberapa tahap, antara lain :
a. Mengajukan surat ijin studi pendahuluan dari program studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitan Muhammadiyah
Magelang, setelah itu mengajukan surat studi pendahuluan dari Fakultas Ilmu
Kesehatan menuju ke pondok pesantren yang akan dituju guna mengetahui
data awal.
b. Setelah mendapatkan ijin dari pihak pondok pesantren, peneliti menyiapkan
alat ukur yaitu mengukur karakteristik psikologis menggunkan kuesioner Self
Reporting Questionnare (SRQ) serta mengukur tingkat stress menggunakan
kuesioner Perceived Stress Scale (PSS), yang telah dilakukan validitas pada
penelitian sebelumnya.
c. Selanjutnya mengajukan surat surat permohonan ijin penelitian yang
ditujukan pada Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik lalu menuju ke Kepala
Penanaman Modaldan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten
Magelang, setelah itu menuju BAPEDA, dan yang terakhir Pesantren yang
akan dilakukan penelitian.
d. Berkoordinasi pada Pengurus pesantren untuk mengetahui data responden,
serta menjelaskan maksut dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,
namun dikarenakan adanya masalah pandemi covid-19 ini maka peneliti
menjelaskan pada pengurus pondok pesantren untuk menyampaikan cara
mengisi lembar informed consent untuk responden.
e. Setelah itu menentukan responden sesuai dengan kirteria inklusi dan eksklusi
yang sudah ditentukan. Cara pengambilan data pada penelitian ini yaitu

Universitas Muhammadiyah Magelang


32

dengan cara acak atau secara diundi dengan sesuai yang sudah ditetapkan
oleh peneliti.
f. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner melalui daring atau google form
yang telah disiapkan sebelumnya, serta menitipkan kuesioner berupa hard file
pada pengurus pondok pesantren.

3.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


3.7.1 Uji Validitas
Kuisioner akan dikatakan valid jika nilai dalam pertanyaan dapat memiliki nilai
yang signifikan dengan mencapai <0,05 serta menghasilkan nilai yang korelasi
berupa positif. Alat ukur pada penelitian ini untuk mengetahui variabel
karakteristik psikologis menggunakan kuesioner SRQ-20 yang telah dilakukan uji
validitas oleh Prasetyo (2019) dengan hasil nilai uji validitas menggunakan
comparative fit index dengan nilai 0,941, yang berarti dari seluruh item SRQ-20
ini dapat untuk menganalisa faktor. Sedangkan untuk mengukur tingkat stress
remaja peneliti menggunakan kuesioner PSS-10 yang dibuat oleh Cohen telah
dilakukannya uji validitas menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil 0,960
maka seluruh item pada kuesioner ini dapat digunakan.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Alat ukur SRQ-20 dengan keseluruhan memiliki nilai realibilitas yang baik 0,796
menggunakan Alpha Cronbach, yang berarti dari seluruh item pada SRQ-20 dapat
digunakan untuk menganalisa faktor. Sedangkan untuk instrument alat ukur PSS
yang dibuat oleh Cohen, telah dilakukannya dengan mendapatkan hasil realibilitas
dengan sebesar 0,804, maka seluruh item pada PSS ini dapat digunakan.

3.8 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data


3.8.1 Metode Pengolahan Data
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan pada data instrument kuesioner tingkat stress,
karakteristik psikologis, maupun karakteristik pada responden, dan melakukan
editing jika ada kesalahan.

Universitas Muhammadiyah Magelang


33

b. Coding
Pemberian kode pada penelitian yaitu suatu cara memberikan tanda pada jawaban
yang sudah dikumpulkan untuk diobservasi lebih lanjut dan dilakukan analisa
pada hasil observasi yang telah dilaksanakan. Pengkodean dilakukan yang
pertama pada karakteristik responden seperti :: Pendidikan, dan Usia remaja.
Setelah itu pengkodean untuk karakteristik psikologis seperti : (0) Tidak, (1) Ya.
Setelah itu coding untuk tingkat stress remaja seperti : (0) Tidak pernah, (1)
Hampir tidak pernah, (2) Kadang – kadang, (3) Cukup sering, (4) Sangat sering.
c. Entry Data
Peneliti melakukan pemindahan data ke dalam SPSS untuk dilakukan analisa yang
selanjutnya berada di software SPSS, yang dipindahkan seperti karakteristik
responden, karakteristik Psikologis, dan tingkat stress remaja sesuai dengan
coding yang sudah dilakukan sebelumnya.
d. Cleanning
Peneliti melakukan penghapusan atau pembersihan pada data – data yang berada
di jawaban responden yang tidak sesuai dengan yang diperlukan pada penilitian.

3.8.2 Analisa Data


a. Analisa Univariat
Analisa Univariat merupakan teknik untuk menjelaskan atau menganilisis
karakteristik pada setiap variabel serta hasil penelitian. Analisa univariat akan
digunakaan untuk mengetahui karakteristik responden seperti usia, dan
pendidikan. Sedangkan pada instrumen kuesioner untuk mengetahui skor pada
kuesioner karakteristik psikologis dan tingkat stress pada remaja menggunakan
data nominal dan ordinal yaitu akan diukur dengan pemfokusan data seperti
mengaplikasikan standar deviasi, maksimum, minimum, mean, serta median.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariate sendiri memiliki arti yaitu dilakukan pada analisa antara dua
variabel yang berhubungan atau tidak adanya hubungan pada variabel. Di
penelitian ini melakukan uji statistik spearman, dikarenakan pada penelitian ini
memiliki tujuan agar mengetahui hubungan antara satu variabel dan variabel

Universitas Muhammadiyah Magelang


34

lainnya yaitu varibel karakteristik psikologis dengan variabel tingkat stress remaja
yang tidak memiliki kelompok berpasangan. Uji korelasi dari spearmen ini
digunakan untuk dapat mengetahui adanya hubungan karakteristik psikologis
dengan tingkat stress pada remaja.

3.9 Etika Penelitian


Seluruh penelitian melibatkan individu lainnya sebagai subjek yang harus
diterapkan prinsip etika penelitian, antara lain :
3.9.1 Kerahasiaan (Confidentiality)
Seluruh informasi yang diterima oleh peneliti akan dijaga kerahasiaannya, hanya
data tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil penelitian ini seperti
menggunakan nama inisial, pendidikan, serta tidak mencantumkan alamat
responden.

3.9.2 Tanpa Nama (Anonimity)


Peneliti ini menerapkan etika penelitian dengan cara tidak menggunakan nama
lengkap responden, dan hanya menggunakan nama inisial.

3.9.3 Informed Consent


Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner peneliti menjelaskan tentang tujuan,
manfaat, serta tata cara pengisisan dalam instrument informed consent pada
pengurus pondok. Peneliti juga memberikan informasi tentang hak dan tanggung
jawab dalam penelitian serta dokumentasinya. Peneliti menjelaskan kepada
responden jika responden bersedia maka dapat menandatangani lembar informed
consent. Tetapi jika calon responden tidak berkenan maka peneliti harus
menghormati hak pasien dengan tidak memaksakan kehendak.

3.9.4 Prinsip Keadilan


Peneliti tidak membeda – bedakan responden satu dengan lainnya. Seluruh remaja
di ponpes memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel, dan akan
dilakukan secara acak pada hasil akhir nantinya.

Universitas Muhammadiyah Magelang


35

3.9.5 Beneficience (Manfaat)


Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan etika penelitian untuk mendapatkan
hasil yang bermanfaat pada penelitian ini.

3.9.6 Non Maleficience


Peneliti tidak melakukan tindakan yang membahayakan atau tindakan yang tidak
memiliki manfaat baik bagi responden ataupun peneliti. Peneliti menggunakan
prosedur yang sesuai dengan etika penelitian sehingga dapat mengurangi
ketidakamanan atau ketidak manfaatan pada peneliti ini.

3.9.7 Respect Of Human Dignity


Jika responden menolak, atau mengundurkan diri maka memiliki hak dan peneliti
tidak memaksa responden, responden juga memiliki hak jika kurang mengerti
dengan kuesioner yang disediakan atau hal lain yang kurang dimengerti dapat
ditanyakan pada peneliti.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini mengenai korelasi dan hubungan dari karakteristik psikologis
dengan tingkat stress remaja di pesantren Kabupaten Magelang, yang dapat
diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:
5.1.1 Teridentifikasi karakteristik responden dalam hal usia dan pendidikan
terhadap tingkat stress remaja. Usia remaja pada penelitian ini dari rentang
12 – 17 tahun dengan jumlah 87 orang, tingkat pendidikan pada penelitian
ini lebih banyak pada pendidikan SMA.
5.1.2 Teridentifikasi karakteristik psikologis pada remaja menggunakan kuesioner
SRQ yang menghasilkan kategori sehat lebih tinggi sebesar 59 (67.8%).
5.1.3 Teridentifikasi tingkat stress remaja pada remaja menggunakan kuesioner
PSS yang menghasilkan kategori rendah lebih banyak sebesar 44 (74.6%).
5.1.4 Teridenifikasi adanya hubungan karakteristik psikologis dengan tingkat
stres remaja di Pesantren Kabupaten Magelang.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang sudah didapatkan adapun
beberapa hal sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Peneliti diharapkan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan jiwa pada remaja di pondok pesantren, sehingga dapat memberikan
edukasi pada pengurus pesantren untuk mencegah karakteristik psikologis yang
memiliki resiko dengan tingkat stress pada remaja.

43
Universitas Muhammadiyah Magelang
44

5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan


Peneliti diharapkan menjadi bahan dalam menambah wawasan pada pondok
pesantren mengenai karakteristik psikologis pada remaja sehingga dapat
meminimalisir tingkat stress.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk data awal sebelum
melakukan penelitian selanjutnya, sehingga dapat memperoleh data serta
gambaran yang lengkap dengan tujuan penelitian. Penelitian selanjutnya
disarankan dapat meneliti seberapa lama santri yang tinggal di pondok pesantren
sehingga dapat mengetahui hubungan antara karakteristik psikologis dengan
tingkat stress yang dialami oleh remaja, serta dapat meneliti faktor lain seperti
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan
terhadap lingkungan, tujuan hidup, pertumbuhan pribadi.

Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR PUSTAKA

Barseli, M., Ifdil, I., & Nikmarijal, N. (2017). Konsep Stres Akademik Siswa.
Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 5(2005), 143–148.

Budiarto, E., & Afriani, T. (2017). Analisis Manajemen Stres Berbasis Aplikasi.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).

Diananda, A. (2018). PSIKOLOGI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA.


ISTIGHNA, 1(1), 116–133.

El-Azis, Khamidatul Mauliah. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI STRESS REMAJA PADA TAHUN PERTAMA DI
PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA.
Yogyakarta

Fatmawaty, R. (2017). Fase-fase Masa Remaja. Jurnal Reforma, VI(02), 55–65.

Fhadila, K. D. (2018). Menyikapi perubahan perilaku remaja. Jurnal Penelitian


Guru Indonesia, 2(2).

Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres : Stimulus , Respons , dan Transaksional.


Buletin Psikolog, 24(1), 1–11. https://doi.org/10.22146/bpsi.11224.

Hafifah, N., Widiani, E. (2017). PERBEDAAN STRESS AKADEMIK PADA


MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BERDASARKAN JENIS KELAMIJ DI FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG. Nursing
News, 2(3)

Handono, O. T., & Bashori, K. (2013). HUBUNGAN ANTARA


PENYESUAIAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES
LINGKUNGAN PADA SANTRI BARU. Jurnal Fakultas Psikologi, 1(2),
79–89.

Haryanti, D., Pamela, E. M., & Susanti, Y. (2016). MENTAL EMOTIONAL


DEVELOPMENT OF ADOLESCENTS IN ORPHANAGES. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 4(2008), 97–104.

Istiqomah. (2017). Parameter Psikometri Alat Ukur Strengths and Difficulties


Questionnaire ( SDQ ). PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 251–
264. https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1756.

45
Universitas Muhammadiyah Magelang
46

Jannah, M. (2016). REMAJA DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGANNYA


DALAM ISLAM ADOLESENCE ’ S TASK AND DEVELOPMENT IN
ISLAM. Jurnal Psikoislamedia, 1(April), 243–256.

Kemenkes, RI. (2018). Sehatkah Jiwa Anda, Bagaimana Mengetahui Tingkat


Kesehatan Jiwa Kita?. Artikel. dipublish pada tanggal 26 Feb 2018.
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-sehatkah-jiwa-anda-bagaimana-
mengetahui-tingkat-kesehatan-jiwa-kita-3656.html.

Kumalasari, F. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian


Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1).

Maghfiroh, I. L., Martini, D. E., & Amalia, A. (2013). HUBUNGAN TINGKAT


STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORRHEA PADA
SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN TAHUN 2013. SURYA, 03(X).

Millasari, S., & Jannah, S. R. (2019). HUBUNGAN ANTARA SISTEM


PEMBELAJARAN DENGAN TINGKAT STRESS CORRELATION
BETWEEN LEARNING SYSTEM AND STRESS AND ADAPTATION
LEVEL OF STUDENTS AT ISLAMIC BOARDING SCHOOL. JIM FKep,
IV(2), 83–89.

Nasrani, L., Purnawati, S. 2017. PERBEDAAN TINGKAT


STRESSNANTARAB LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA PESERTA
YOGA DI KOTA DENPASAR. Universitas udayana. Denpasar.

Novianti, E. (2014). MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN POTENSIAL


PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA DENGAN PENDEKATAN
MODEL HEALTH PROMOTION DI KELURAHAN KATULAMPA
BOGOR TIMUR. Jurnal Keperawatan Widya Gantari, 1(1).

Prabowo, A. (2016). KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA DI


SEKOLAH. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 04(02), 246–260.

Prasetio, C. E., Rahman, T. A., & Triwahyuni, A. (2019). Gangguan Mental


Emosional dan Kesepian pada Mahasiswa Baru. MEDIAPSI, 5(2), 97–107.

Pritaningrum, M. (2013). Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok


Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama. Jurnal Psikologi
Kepribadian Dan Sosial, 02(03).

Ramadhan, Y. A. (2013). Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri Penghafal


Al-Quran. PSIKOLOGIKA, 17(1), 27–38.

Universitas Muhammadiyah Magelang


47

Riendravi, Scania. (2015). Perkembangan Psikososial Anak. Universitas Udayana:


Denpasar.

Saraswati, K. D. H. (2017). Perilaku Kerja , Perceived Stress, dan Social Support


pada Mahasiswa Internship. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan
Seni, 1(1), 216–222.

Setiadi. (2017). Konsep dan Penelitian Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabet.

Shelma, Y., & Ridwan, A. (2018). INTENSITAS BELAJAR DENGAN


TINGKAT STRES PADA SISWA LEARNING INTENSITY AND
STRESS LEVEL OF STUDENTS AT THE ISLAMIC BOARDING
SCHOOL. JIM, III(3), 125–130.

Wulandari, A. (2014). TERHADAP MASALAH KESEHATAN DAN


KEPERAWATANNYA. Jurnal Keperawatan Anak, 2(1), 39–43.

Universitas Muhammadiyah Magelang

Anda mungkin juga menyukai