Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN


DI RSJ. DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
Adhita Widya Sastia
NIM. 172303102186

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
2020
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RSJ. DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pembelajaran di Program Studi Ilmu Keperawatan (DIII) dan
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh
Adhita Widya Sastia
NIM. 172303102186

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
2020

ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RSJ. DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pembelajaran di Program Studi Ilmu Keperawatan (DIII) dan
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh
Adhita Widya Sastia
NIM. 172303102186

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
2020
LEMBAR PERSEMBAHAN

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terselesaiakan.
Isi pikiran yang tersampikan dalam karya ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua saya (bapak dan ibu), terima kasih kalian selalu
memberikan saya kekuatan dalam menjalani studi ini, selalu mendoakan
saya dalam segala hal, memberi motivasi agar tidak selalu mengeluh
dalam melakukan hal apapun, dan tidak lupa untuk tetap bersyukur.
2. Terima kasih kepada bapak ibu dosen yang selalu membimbing saya
dalam penyelesaian tugas akhir dan masukan serta saran yang dapat
membangun untuk penyelesaian tugas akhir saya
3. Terima kasih kepada defri maulana yang telah mememberikan semangat
dan dukungan serta waktu untuk saya di saat saya merasa menyerah dalam
mengerjakan tugas akhir.
4. Terima kasih kepada sahabat saya (Grup wanita perindu surga) kalian
yang selalu memberikan kekuatan, dan dukungan, semoga dilancarkan
semua yang kalian inginkan. (Daftar bareng lulus bareng) Amiin.
5. Teman-temanku seangkatan terima kasih kalian telah melalui hal yang
sama dan kita bersama-sama menjalani studi, penyelesaian tugas akhir
sehingga berada di titik ini semoga menjadi kelulusan yang memuaskan.

iv
MOTTO

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas
(terjemahan Surat Al-A’raf ayat 7)

“Keberhasilan itu hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri bukan orang lain”

“Keberhasilan bukanlah berapa banyak yang kita dapatkan tetapi berapa banyak
yang kita berikan serta berarti untuk orang lain”

v
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yangbertandatangan di bawahini :

Nama : Adhita Widya Sastia

NIM : 172303102186

Institusi : Program Studi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Jember


Kampus Kota Pasuruan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul


“AsuhanKeperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Penglihatan di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang”
adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta
bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini
tidak benar.

Pasuruan,11 Mei 2020


Yang Menyatakan,

Adhita Widya Sastia


NIM.172303102186

vi
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RSJ. DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Oleh
Adhita Widya Sastia
NIM. 172303102186

Pembimbing
Dosen Pembimbing : Nurul Huda, S.Psi, S.Kep, Ns, M.Si.

vii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia


dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan di RSJ Dr Radjiman
Wediodiningrat Lawang telah disetujui pada :
hari, tanggal : Senin, 11 Mei 2020
tempat : Program Studi DIII Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas
Jember Kampus Kota Pasuruan

Dosen Pembimbing

Nurul Huda, S.Psi,Skep.Ns.M.Si


NIP. 19700924199302 1 001

viii
PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien


Skizofrenia dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan di RSJ Dr
Radjiman Wediodiningrat Lawang” Karya Adhita Widya Sastia telah diuji dan
disahkan pada :
hari, tanggal : Senin, 11 Mei 2020
tempat : Program Studi DIII Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas
Jember Kampus Kota Pasuruan

Tim Penguji
Ketua,

Nurul Huda, S.Psi,Skep.Ns.M.Si


NIP. 19700924199302 1 001

Anggota I, Anggota II,

Bagus Dwi Cahyono,SST.M.Kes Evy Aristawati, S.Kep.Ns,.M.Kep


NIP. 197506082006041000 NIP. 760019047

Mengesahkan,
Koordinator Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus Kota Pasuruan

Nurul Huda, S.Psi, S.Kep. Ns., M.Si


NIP. 19700924199302 1 001

ix
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul
“Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial: Menarik Diri Pada Pasien Skizofrenia Di
RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Kabupaten Malang” sesuai waktu yang
ditentukan. Pada penyusunan karya tulis ilmiah mendapat bantuan dari berbagai
pihak secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng selaku Rektor Program Sudi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Pasuruan
2. Ibu Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep, M. Kes selaku Dekan Program Studi
D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus
Pasuruan.
3. Ns. Nurul Huda, S.Kep.,M.si. selaku Koordinator Program Studi D3
Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Pasuruan dan Dosen
Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian
dalam membimbing serta mengarahkan dalam pembuatan Laporan Tugas
Akhir Studi Kasus ini.
4. Bapak, ibu dan saudara tercinta yang telah memberi semangat dan
motivasi dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir.
5. Kepada bapak, ibu responden yang telah membantu saya dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Kepada warga RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang yang telah
membantu memberi tempat penelitian dan membantu dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir .
7. Kepada teman-teman mahasiswa Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Kota Pasuruan dan
seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini.

x
Harapan penulis semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi
dunia keperawatan di Indonesia.

Pasuruan, 11 Mei 2020


Yang menyatakan

ADHITA WIDYA SASTIA


NIM 172303102186

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM......................................................................................... i
LEMBAR JUDUL.......................................................................................... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN......................................................................... iv
MOTTO........................................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ vi
LEMBAR LAPORAN TUGAS AKHIR....................................................... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... viii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ix
PRAKATA....................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xviii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah............................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan............................................................................ 3
1.4.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus...................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan.......................................................................... 4
1.5.1 Teoritis.................................................................................. 4
1.5.2 Praktis................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5


2.1 Konsep Skizofrenia........................................................................ 5
2.1.1 Definisi Skizofrenia.............................................................. 5
2.1.2 Etiologi................................................................................. 5

xii
2.1.3 Patofisiologi.......................................................................... 7
2.1.4 Tanda Dan Gejala................................................................. 7
2.1.5 Tipe Dan Klasifikasi Skizofrenia......................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan.................................................................... 11
2.2 Konsep Halusinasi......................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Halusinasi........................................................... 15
2.2.2 Etiologi................................................................................. 15
2.2.3 Tanda dan Gejala Halusinasi................................................ 16
2.2.4 Rentang Respon.................................................................... 17
2.2.5 Fase Halusinasi..................................................................... 19
2.2.6 Jenis dan Tanda-Tanda Halusinasi....................................... 20
2.2.7 Penatalaksanaan.................................................................... 21
2.2.8 Pohon Masalah..................................................................... 23
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................ 23
2.3.1 Pengkajian............................................................................ 23
2.3.2 Masalah Keperawatan.......................................................... 26
2.3.3 Prioritas Masalah.................................................................. 27
2.3.4 Intervensi.............................................................................. 27
2.3.5 Implementasi........................................................................ 32
2.3.6 Evaluasi................................................................................ 32
2.3.7 SP Halusinasi........................................................................ 34
2.4 Hasil Jurnal Penelitian................................................................... 35
2.4.1 Pengaruh terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi
sesi 1-2 terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien skizofrenia di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa
Menur : Surabaya (Halawa,2014)........................................ 35

BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................. 37


3.1 Desain Penelitian........................................................................... 37
3.2 Batasan Istilah................................................................................ 37
3.3 Partisipan....................................................................................... 38

xiii
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 38
3.5 Pengumpulan Data......................................................................... 38
3.6 Uji Keabsahan Data....................................................................... 39
3.7 Analisa Data................................................................................... 39
3.8 Etik Penilaian................................................................................. 40

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 42


4.1 Hasil penelitian............................................................................... 42
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Darah................................ 42
4.1.2 Pengkajian............................................................................ 42
4.1.3 Analisa Data......................................................................... 51
4.1.4 Daftar Diagnosa Keperawatan............................................. 52
4.1.5 Intervesi Keperawatan......................................................... 53
4.1.6 Implementasi Keperawatan.................................................. 56
4.1.7 Evaluasi................................................................................ 56
4.2 Pembahasan................................................................................. 64
4.2.1 Pengkajian.......................................................................... 64
4.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................... 66
4.2.3 Intervensi ........................................................................... 66
4.2.4 Implementasi...................................................................... 67
4.2.5 Evaluasi.............................................................................. 69

BAB 5 KUMPULAN DAN SARAN.............................................................. 71


5.1 Kesimpulan.................................................................................. 71
5.1.1 Pengkajian Keperawatan................................................... 71
5.1.2 Diagnosa Keperawatan...................................................... 71
5.1.3 Intervensi Keperawatan..................................................... 71
5.1.4 Implementasi Keperawatan............................................... 71
5.1.5 Evaluasi.............................................................................. 72
5.2 Saran .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 73

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Farmakoterapi Skizofrenia.................................................................. 11


Tabel 2.2 Obat Neuroleptika............................................................................... 21
Tabel 4.1 Identitas Klien..................................................................................... 43
Tabel 4.2 Alasan Masuk...................................................................................... 43
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit................................................................................ 44
Tabel 4.4 Pola Kesehatan.................................................................................... 44
Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik............................................................................... 45
Tabel 4.6 Status Mental....................................................................................... 46
Tabel 4.7 Pengkajian social................................................................................. 50
Tabel 4.8 Masalah Psikososial dan Lingkungan................................................. 50
Tabel 4.9 Aspek Medis....................................................................................... 51
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 51
Tabel 4.11 Analisa Data Klien 1......................................................................... 51
Tabel 4.11 Analisa Data Klien 2......................................................................... 52
Tabel 4.12 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................... 55
Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien 1............................ 59
Tabel 4.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien II............................ 63

xv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Rentang Respon Halusinasi........................................................................... 17


2.2 Pohon Masalah.............................................................................................. 23

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian............................................................. 74


Lampiran 2 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden.................................. 75
Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden I (Informed Concent).................. 76
Lampiran 4 Persetujuan Menjadi Responden II (Informed Concent)................. 77
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan........................................................ 78

xvii
18

DAFTAR SINGKATAN

IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi


MAO : Mono Amino Oksidasi
SPTK : Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SOAP : Suvjektif, Objektif, Analisa, Planning
TAK : Terapi Aktifitas Kelompok
TAKS : Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi
TUK : Tujuan Khusus
TUM : Tujuan Umum
WOD : Wawancara, Observasi, Dokumentasi

xviii
19
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan
dan perilaku, dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan
perasaannya. Secara spesifik, Skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan
emosi, pikiran dan perilaku (Prabowo, 2016). Diperkirakan 90% klien Skizofrenia
mengalami halusinasi penglihatan. Halusinasi penglihatan merupakan gangguan
stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambaran kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.
Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan (Yosep, 2012). Klien skizofrenia
yang mengalami halusinasi penglihatan ditangani dengan menggunakan terapi
modalitas yaitu terapi kelompok sehingga dapat mengurangi halusinasinya bahkan
bisa disembuhkan. Namun, jika klien skizofrenia tidak ditangani dengan baik
maka klien bisa merasa ketakutan dan tidak dapat mengendalikan emosinya
sehingga bisa melukai diri sendiri serta orang-orang yang ada disekitarnya.
Namun pada kenyataannya sebagian besar penderita halusinasi pengelihatan
tidak bisa disembuhkan dalam waktu yang singkat. Penderita halusinasi
penglihatan membutuhkan waktu cukup lama dalam masa pemulihannya,
sehingga individu tersebut harus menjalani kesehariannya untuk mendapatkan
perhatian khsusus seperti pemberian terapi modalitas kelompok. Menurut Data
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016 jumlah gangguan jiwa di
Indonesia mencapai 550 juta dan 2,1% diantaranya mengalami gangguan persepsi
sensori halusinasi penglihatan. Menurut data diRSJ Dr Radjiman Wediodiningrat
Lawang pada tahun 2016 jumlah gangguan jiwa mencapai 700 klien dan 72 klien
diantaranya mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.
Gangguan jiwa dapat menghampiri segala usia karena gangguan jiwa
terjadidi dalam otak, terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel
menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel
yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia disebut
neurotransmitters membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung

1
2

sambungan sel yang lain. Pada otak klien schizophrenia, sinyal-sinyal dikirim
mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang
dituju. Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun klien tidak
menyadari ada sesuatu yang tidak beres di dalam otaknya dalam kurun waktu
lama. Kerusakan perlahan-lahan akhirnya menjadi Skizofrenia yang tersembunyi
dan berbahaya. Gejala timbul secara perlahan ini bisa menjadi Skizofrenia akut.
Periode Skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, meliputi
penyesatan pikiran (delusi), kegagalan berpikir dan halusinasi (Yosep, 2012).
Pada gangguan jiwa skizofrenia, halusinasi penglihatan merupakan hal yang
sering terjadi seperti berbicara pada dinding karena merasa yakin disana ada
seseorang dan merasa mampu berkomunikasi dengan mahkluk “yang ada” di
dinding tersebut bahkan mempengaruhi tingkah laku sehingga mempengaruhi
respon tertentu. Masalah halusinasi penglihatan jika tidak segera ditangani maka
klien bisa marah dan tidak dapat mengendalikan emosinya sehingga melukai diri
sendiri dan orang lain di sekitarnya. Beberapa penderita halusinasi penglihatan
akan mengalami gangguan seumur hidup seperti dikucilkan, menderita depresi
yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dalam
lingkungannya.
Peran perawat mengenai klien Skizofrenia yang mengalami halusinasi
penglihatan yaitu membantu klien mengenai halusinasinya dengan terapi
modalitas, bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Adapun jenis-jenis terapi modalitas
yang akan diterapkan dala melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
persepsi sensori: halusinasi penglihatan adalah terapi aktivitas kelompok yang
mengacu pada terapi stimulus sensori. Berdasarkan uraian di atas, penulis
mengangkat masalah ini dalam membuat proposal “Asuhan Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang”
3

1.2 Batasan Masalah


Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan keperawatan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pengelihatan pada pasien skizofrenia di RSJ dr.
Radjiman Wediodiningrat.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang?

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui Gambaran Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi
Sensori: halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian analisa data Gangguan Persepsi
Sensori: halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ
dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi
Sensori: halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
c. Menggambarkan perencanaan Gangguan Persepsi Sensori:
halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang
d. Menggambarkan tindakan keperawatan Gangguan Persepsi
Sensori: halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
4

e. Menggambarkan evaluasi Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi


penglihatan pada klien skizofrenia di RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Teoritis
Proposal ini diharapkan sebagai kerangka pikir ilmiah dalam
perkembangan ilmu di bidang keperawatan jiwa khususnya pada
Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi penglihatan pada klien
skizofrenia.
1.5.2 Praktis
a. Rumah sakit
Dapat memberikan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan masalah pada Gangguan Persepsi Sensori:
halusinasi penglihatan pada klien skizofrenia.
b. Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang
c. Klien dan keluarga
Dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, mampu
menangani masalah, serta mengetahui cara penyelesaian masalah
tentang Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi penglihatan pada
klien skizofrenia.
BAB 2. TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Skizofrenia


2.1.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia atau schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah antara
pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai
dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik skizofrenia adalah orang yang
mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku (Prabowo, 2014).
Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pda fungsi otak. Menurut
Videbeck (2008) dalam Broken Brai, The Biological Revolution in Psychiatry,
bahwa terbukti terkini tentang serangan Skizofrenia merupakan suatu hal yang
melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur
fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik (Yosep, 2012).
2.1.2 Etiologi
Menurut Prabowo (2014) faktor penyebab skizofrenia :
a. Faktor biologi
1) Komplikasi kelahiran
Bayi laki-laki yang mengalami komplikasi kelahiran saat dilahirkan
sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan
kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.
2) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah
dilaporkan pada orang dengan skizofrenia. Peneliti mengatakan bahwa
terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan
meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.
3) Hipotesis dopamin
Dopamin merupakan neurotransmitters pertama yang berkontribusi
terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal
maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya
transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.
Gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.

5
6

4) Hipotesis serotin
Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic
acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran
agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat ini menyebabkan keadaan
psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotin berperan pada
Skizofrenia kembali mengemuka karena obat antipsikotin atipikal
clozapine yang mempunyai afinitas terhadap reseptor seritin 5-HT lebih
tinggi dibandingkan reseptor dopamin D2.
5) Struktur otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik
dan ganglia baalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit
berbeda dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan
masa abu-abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan
aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak
ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada
masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada
trauma otak setelah lahir.
b. Faktor genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa Skizofrenia diturunkan, 1%
dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyi hubungan
derajat pertama seperti orang laki-laki tua, kakak laki-laki maupun
perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang memiliki hubungan derajat
kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek dan sepupu dikatakan lebih sering
dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang
menderita Skizofrenia dibandingkan dengan kembar dizigotik hanya 12%.
Anak dan kedua orang tua yang Skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua
12%

2.1.3 Patofisiologi
Di dalam otak, terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel
menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel
yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut
7

neurotransmitters yang membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke
ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang skizofrenia, terdapat
kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut (Yosep, 2012).
Bagi keluarga dengan penderita schizoprhenia di dalamnya, akan mengerti
dengan jelas apa yang dialami penderita schizoprhenia dengan membandingkan
otak dengan telepon. Pada orang yang normal, sistem switch pada otak bekerja
dengan normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan
sempurna tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran dan
akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak klien
schizoprhenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak
berhasil mencapai sambungan sel yang dituju. Skizofrenia terbentuk secara
bertahap dimana keluarga maupun klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak
beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama (Yosep, 2012).

2.1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Prabowo (2014) tanda dan gejala skizofrenia dapat dibagi
menjadi 2 kelompok :
a. Gejala primer
1) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran)
Pada skizofrenia, inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran
yang terganggu terutama ialah asosiasi, kadang-kadang satu ide belum
selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Seseorang dengan skizofrenia
juga mempunyai kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, kadang-
kadang pikiran seakan-akan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan “blocking” biasanya berlangsung beberapa detik, tetapi
kadang-kadang sampai beberapa hari.

2) Gangguan efek dan emosi


Gangguan ini pada skizofrenia berupa :
(1) Kedangkalan efek dan emosi (emotional blunting)
(2) Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan
gembira, pada penderita timbul rasa sedih dan marah.
8

(3) Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi


menangis. Kadang-kadang emosi dan efek serta ekspresinya tidak
mempunyai kesatuan, misalnya sesudah membunuh anaknya
penderita menangis berhari-hari tetapi mulutnya tertawa.
(4) Emosi berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat seperti
sedang bermain sandiwara.
(5) Yang penting juga pada Skizofrenia adalah hilangnya kemampuan
untuk mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional rapport).
Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang
berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, seperti mencintai dan
membenci satu orang yang sama atau menangis dan tertawa tentang
satu hal yang sama. Hal ini dinamakan ambivalensi pada efek.
3) Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan Skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan.
Mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam
suatu keaadaan. Mereka selalu memberikan alasan tidak jelas atau tidak
tepat, atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu
diterangkan.
4) Gejala psikomotor
Gejala ini dinamakan gejala katatonik atau gangguan perbuatan
kelompok. Gejala ini oleh Bleuker dimasukkan ke dalam kelompok
gejala Skizofrenia yang sekunder. Sebab didapati juga pada penykit lain.
b. Gejala sekunder
1) Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali. Mayer-gross
membagi waham dalam 2 kelompok:
Waham primer timbul dalam keadaan tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab apa-apa dari luar.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya. Dapat diikuti dan
merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
Skizofrenia lain.
9

2) Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal
ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan
lain. Paling sering pada skizofrenia ialah halusinasi pendengaran (aditif
atau akustik). Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktoris),
halusinasi cita rasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktik) dan
halusinasi penglihatan (visual).

2.1.5 Tipe dan Klasifikasi Skizofrenia


Menurut Prabowo (2014) pembagian skizofrenia :
a. Skizofrenia simplex
Sering timbul pada masa pubertas, gejala utama pada jenis simplex
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses
berpikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang sekali terdapat
b. Skizofrenia hibefrenik
Permulaannya perlahan-lahan/sub akut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok ialah gangguan
proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi/double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism yaitu perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia hibefrenik, waham
dan halusinasi banyak sekali.
c. Skizofrenia katatonik
Timbul pertama kali pada usia 15-30 tahun dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stres emosional, mungkin terjadi gaduh gelisah
katatanik/stupor katatonik. Pada stupor katatonik penderita tidak
menunjukkan perhatian sama sekali terhadap lingkungannya.
Emosinya sangat dangkal, gejala yang paling penting adalah gejala
psikomotor seperti :
1) Multisme, kadang-kadang dengan mata tertutup
2) Muka tanpa mimik seperti topeng
10

3) Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang


lama, beberapa hari bahkan beberapa bulan. Bila diganti posisinya,
penderita menentang negativisme
4) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga meleleh ke luar,
air seni dan fases ditahan
5) Terdapat grimas dan katalepsi
d. Gaduh gelisah katatonik
Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disetai dengan emosi yang
semestinya tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Penderita terus
berbicara/bergerak saja, ia menunjukkan stereotopi, menerisme, grimas
dan neologisme. Ia tidak dapat tidur, tidak makan dan minum sehingga
mungkin terjadi dehidrasi/kolabs dan kadang-kadang kematian.
e. Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam
jalannya penyakit, hibefrenik dan katatonik sering lama-kalamaan
menunjukkan gejala-gelaja Skizofrenia simplex, atau gejala-gejala
hibefrenik dan katatonik percampuran tidak demikian halnya dengan
Skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan.
Gejala-gejala yang paling menyolok ialah :
Waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi
baru dengan pemeriksaan yang ternyata adanya dangguan proses
berpikir, gangguan efek, emosi dan kemauan. Jenis Skizofrenia ini
sering mulai sesudah umur 30 tahun, permulaannya mungkin sub akut,
tetapi mungkin juga akut, kepribadian penderita sebelum sakit sering
dapat digolongkan skizoid. Mereka mudah tersinggung, juga
menyendiri agak congak, dan kurang percaya diri pada orang lain.
f. Skizo-aktif (Skizofrenia Skizo Afektif)
Disamping gejala-gejala skizofrenia terdapat meninjol secara
bersamaan juga gejala-gejala depresi (Skizo-depresif) atau gejala-gejala
(Skizo-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek,
tetapi mungkin juga timbul lagi serangan.
11

2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Nurjanah (2010) penatalaksanaan pada klien gangguan jiwa
dengan halusinasi yaitu :
a. Farmakoterapi
1) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menaun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat
Kelas kimia Nama Generik Dosis Harian
(Dagang)
Fenotiazin 1) Azetofenazin (Tidal) 60-120 mg
2) Klopromazin 30-300 mg
(Thorazine) 1-40 mg
3) Flufenazine 30-400 mg
(Prolixine,Permiti) 12-64 mg
4) Mesoridasin (Serentil)
5) Perfenazim (Trilafon)
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzonediazepi Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
n
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-1

Tabel 2.1 Farmakoterapi Skizofrenia

b. Terapi individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan
terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui
hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan (Prabowo, 2014).
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
12

meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang


sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (Prabowo, 2014).
Menurut Prabowo (2014) tahapan hubungan dalam terapi individual
meliputi:
1) Tahapan orientasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi
dengan klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya
sangat penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia
mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama
untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat.
Setelah klien mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien
bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang
munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan
yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara
perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam
hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Tahapan kerja
Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai
perawat sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien
melakukan eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya.
Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan
tetapi harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat
menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat
mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi
dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah
perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
3) Tahapan terminasi
Setelah kedua pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah
yang mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih
13

terkendali maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien.


Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila klien telah
merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan,
serta yang lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.
c. Terapi kelompok
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Kondisi yang terjadi dalam kelompok adalah munculnya dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif (Prabowo, 2014).
Menurut Prabowo (2014) tahapan terapi kelompok meliputi:
1) Fase permulaan
Fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase
ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi,
kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran
dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas dan
halusinasi yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok menurut
jenis halusinasi masing-masing, dan memfasilitasi interaksi di antara
anggota kelompok.
2) Fase kerja
Di fase kerja perawat membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan
berfokus pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-
masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase
permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi
kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk
mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara
satu sama lain anggota kelompok.
3) Fase terminasi
14

Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan


dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah
mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik,
dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir
dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani
dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.
d. Terapi bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai
bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan
perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang
mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga
terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca
trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan
(Prabowo, 2014).

2.2 Konsep Halusinasi


2.2.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai perubahan sensori persepsi, apabila tidak ditangani akan menyebabkan
individu menjadi produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar. Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling
15

sering adalah halusinasi penglihatan (Visual-seeing persons or things),


pendengaran (Audotry-hearing voice or sounds), penciuman (Olvactorysmeling
odors), pengecapan (Gustatory-experiecing testes). Pasien merasakan stimulus
yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus
suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut. Membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak
merasakan sensasi serupa. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun
dalam permuhaan kulit (Prabowo, 2014).

2.2.2 Etiologi
a. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2012) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah:
1) Faktor perkembangan
Tugas pasien perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang akan bersifat halusnorgenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab, mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh terhadap
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
16

5) Faktor genetik dan pola asuh


Penelitian membuktikan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
Skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap sterss yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dala menghadapi stress.

2.2.3 Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Kusumawati (2012) perilaku pasien yang berkaitan dengan
Halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain.
d. Tidak dapat membedakan antara kenyataan dan keadaan yang tidak nyata.
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya)
serta takut., sulit berhubungan dengan orang lain.
17

h. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.


i. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
j. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.

2.2.4 Rentang Respon


Persepsi mengacu pada identifikasi dan gangguan interpretasi awal dari
suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis,
persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi dan isolasi sosial.

Respon Respon
Adaptive maladaptive

Pikiran logis Distorsi pikiran Waham


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Menarik diri Sulit berespon
Perilaku sesuai Reaksi emosi Perilaku
Hubungan sosial Perilaku tidak biasa disorgansasi
Ketidakteraturan. Isolasi sosial

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi (Stuart, 2009)

a. Respon Adaptif
1) Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima oleh akal.
2) Perseps akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu perstiwa secara cermat.
3) Perilaku sesuai
18

Kegiatan indvidu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut


diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan tidak bertentangan
dengan moral.
4) Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan oranglain dalam pergaulan ditengah-
tengah masyarakat.
b. Respon transisi
1) Distorsi fikiran
Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil keputusan.
2) Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulasi sensori.
3) Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
4) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap tidak sesuai.
5) Perilaku aneh atau tidak sesuai
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan,
membingungkan dan tidak kenal orang lain.
c. Respon maladaptif
1) Waham atau delusi
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentengan dengan realita sosial.
2) Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsangan.
3) Sulit berespon
Ketidakmampuan atau menurunya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, kebahagian, dan kedekatan.
4) Perilaku disorganisasi
Ketidak selarasan antar perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi sosial
19

Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain


menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

2.2.5 Fase Halusinasi


Menurut Kusumawati (2014) halusinasi berkembang melalui empat fase,
yaitu sebagai berikut:
a. Fase yang pertama yaitu fase comfirting atau fase menyenangkan.
Pada tahap ini termasuk dalam golongan nonpsikotik dimana klien
mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian
yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Pada klien Skizofrenia
yang mengalami halusinasi penglihatan menunjukkan perilaku
pergerakan bola mata yang cepat dan suka menyendiri.
b. Pada fase ke dua, disebut dengan fase condemming atau ansietas berat.
Pada tahap ini halusinasi menjadi menjijikkan yang termasuk dalam
psikotik ringan dimana klien mengalami peningkatan kecemasan,
melamun dan berpikir sendiri menjadi dominan. Pada klien Skizofrenia
yang mengalami halusinasi penglihatan, mengalami meningkatnya sistem
saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
Klien akan asik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
realitas.
c. Pada fase ke tiga, yaitu fase controlling atau ansietas berat
Pengalaman sensori menjadi berkuasa dan termasuk kedalam gangguan
psikotik. Halusinasi semakin menonjol dan menguasai klien. Tanda-tanda
fisik berupa berkeringat, tremor dan klien tidak dapat mematuhi perintah.
d. Pada fase yang terakhir yaitu fase conquering atau panik
Klien lebur dengan halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat.
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien. Pada klien Skizofrenia yang mengalami halusinasi penglihatan
akan menunjukkan perilaku teror akibat panik, merasa ketakutan dengan
20

apa yang mereka lihat sehingga berpotensi untuk bunuh diri, menarik diri
atau katatonik, serta tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

2.2.6 Jenis dan Tanda-Tanda Halusinasi


Tanda-tanda halusinasi adalah menarik diri, tersenyum sendiri, duduk
terpaku, bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, dan
gelisah (Kusumawati, 2014).
Menurut kusumawati (2014) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau
bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
b. Halusinasi pendengaran
Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang
jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara
klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu.
c. Halusinasi penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, fases, parfum,
atau bau yang lain. Ini terjadi pada seseorang pasca serangan stroke,
kejang, atau dimensia.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti, darah, fases, urine, atau yang lainnya
e. Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum, atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas.

2.2.7 Penatalaksanaan
21

Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, di sini peran keluarga sangat


penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh
pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting di dalam hal
merawat pasien menciptakan lingkungan yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo, 2014).
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menahun hasilnya yang lebih banyak jika diberi dalam 2 tahun.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
psikomotorik yang meningkat.

Kelas kimia Nama Generik (Dagang ) Dosis Harian


Fenotiazin Asetofenazin (tidal) 60 - 120 mg
Klopromazin (thorazine) 30 - 800 mg
Flufenazine (prolixine, permiti) 1 – 40 mg
Mesoridazine (serentil) 30 – 400 mg
Perfenazin (trilafon) 12 – 64 mg
Proklorperazin (kompazine) 15 – 150 mg
Promazin (sparine) 40 – 1200 mg
Tiodazine (mellaril) 150 – 800 mg
Trifluroperazine (stelazine) 2 – 40 mg
Trifluopromazine (vesprin) 60 – 150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (tarctan) 75 – 600 mg
Tiotiksen (navane) 8 – 30 mg
Butirofenon Haloperidol (haldol) 1 – 100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (klorazil) 300 – 900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (loxitane) 20 – 150 mg
Dihidroindolon Molindone (moban) 225 mg

Tabel 2.2 Obat Neuroleptika

b. Terapi Kejang Listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
dapat diberikan pada Skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik.

c. Psikoterapi dan Rehabilitasi


22

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu


karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan
pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain, perawat dan
dokter, maksudnya agar pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri
dari:
1) Terapi aktivitas
a) Terapi musik
Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu
menikmati relaksasi musik yang disukai pasien.
b) Terapi seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan, melalui berbagai
perasaan seni.
c) Terapi menari
Fokus pada : ekspresi perasaan melalu gerakan tubuh.
d) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif,
meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam
kehidupan.
2) Terapi sosial
Pasien belajar dengan pasien lain
3) Terapi kelompok
a) Terapi grup (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjungtive group activity therapy)
c) TAK stimulus persepsi : halusinsi
(a) Sesi 1 : mengenal halusinasi
(b) Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik
(c) Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
23

(d) Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap


(e) Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
d) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga
( home like atmosphere)

2.2.8 Pohon Masalah

effect
Resiko perilaku kekerasan

Cor
Perubahan sensori persepsi :
problem
halusinasi

Isolasi social : menarik diri causa

Gambar 2.2 Pohon masalah (Prabowo, 2014)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Lebih dari separuh penderita skizofrenia adalah laki-laki, umur puncak
untuk terjadinya skizofrenia antara 15-25 tahun.
2) Keluhan utama/alasan klien masuk Rumah Sakit Jiwa
Klien datang ke Rumah sakit jiwa diantar oleh keluarganya, menurut
keluarganya klien sering mengamuk tanpa sebab, kurang tidur,
menghancurkan benda, sering takut pada benda mati atau pada sesuatu
yang tidak terlihat, tiba-tiba tergagap, keluar ruang lain secara tiba-tiba.
24

3) Tanyakan pada klien atau keluarga


Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah
melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
limgkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat
dilakukan pengajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SPP, pertumbuhan, dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak
c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan).
4) Aspek fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Klien dengan halusinasi
penglihatan terjadi keluhan fisik yaitu tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat (Yosep , 2012).
5) Aspek psikososial
a. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-
16% skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68%, saudara tiri
kemungkinan 0,9-1,8%, saudara kembar 2-15% dan saudara kandung
7-15%.
b. Konsep diri
1. Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai atau tidak disukai
25

2. Identitas diri : status dan posisinya klien sebelum dirawat, kepuasan


klien terhadap status dan kepuasanya klien sebagai laki-laki/
perempuan
3. Peran : tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut
4. Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, lingkungan dan
penyakitnya
5. Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
penggungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
a. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat
b. Spritul mengenai nilai keyakinan dan kegiatan ibadah
6) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih,takut,khawatir),
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadara, memori, tingkat konsentrasi.
7) Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga klien mengenai masalah yang dimiliki klien
8) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki disimpulkan dalam masasalah
9) Aspek medik
Terapi yang diterima klien seperti terapi kelompok, terapi keluarga,
terapi kejang listrik, terapi spritual, terapi pengobatan.
10) Perilaku halusinasi
a) Jenis halusinasi
26

Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa yaitu


halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi
penghidung, halusinasi pengecap, halusinasi perabaan, halusinasi
sinestik dan kinestika
b) Isi halusinasi
Dapat dikaji dengan menanyakan bentuk bayangan apa yang dilihat
oleh klien
c) Waktu, frekuensi dan situasi pencetus halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami klien. Hal ini dilakukan untuk menentukan
ntervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari
situas yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga klien tidak
larut dengan halusinasnya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
halusinasi dan menentukan jika klien perlu diperhatikan saat
mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada
klien kapan pengalaman halusinasi muncul, beberapa kali sehari.
d) Respon pasien saat halusinasi
Dapat dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan klien saat
mengalami halusinasi. Apakah klien dapat mengontrol halusinasi
atau tidak berdaya lagi terhadap halusinasi

2.3.2 Masalah Keperawatan


1) Resiko mencederai diri b/d halusinasi penglihatan
2) Halusinasi penglihatan b/d menarik diri
3) Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah

2.3.3 Prioritas Masalah


Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
27

2.3.4 Intervensi
Menurut Yosep (2014) rencana asuhan keperawatan jiwa yaitu : klien dapat
mengontrol halusinasi yang dialaminya
a) Diagnosa keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi
penglihatan
b) Tujuan
TUM TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada
perawat :
(1) Ekspresi wajah bersahabat
(2) Menunjukkan rasa senang
(3) Ada kontak mata
(4) Mau berjabat tangan
(5) Mau menyebut nama
(6) Mau menjabat salam
(7) Mau duduk berdampingan dengan perawat
(8) Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
(1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
(2) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
(3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien
(4) Buat kontrak yang jelas
(5) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
(6) Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
(7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
(8) Tanyakan perasaan klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
Rasional :
28

Hubungan saling percaya menciptakan dasar untuk kelancaran


hubungan interaksi selanjutnya.
c) TUK 2 klien dpat mengenal halusinasinya
Kriteria evaluasi :
(1) Setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan :
(a) Isi
(b) Waktu
(c) Frekuensi
(d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
(2) Setelah 1 kali interaksi klien menyatakan perasaan dan responnya saat
mengalami halusinasi :
(a) Marah
(b) Takut
(c) Sedih
(d) Senang
(e) Cemas
(f) Jengkel
Intervensi :
(1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
(2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi penglihatannya
(3) Bantu klien mengenal halusinasinya :
(a) Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu halusinasi
(b) Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
(c) Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
(d) Katakan bahwa ada klien lain mengalami hal sama yang sama
(e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
(4) Jika klien sedang tidak berhalusinasi klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :
29

(a) Isi waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam, sering atau kadang-kadang)
(b) Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi
Rasional :
(1) Kontak sering tapi singkat selain membantu hubungan saling percaya,
juga dapat memutuskan halusinasi
(2) Mengenal perilaku paada saat halusinasi timbul, memudahkan perawat
dalam melakukan intervensi
(3) Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor
pencetus timbulnya halusinasi
(4) Dengan mengetahui isi, waktu dan frekuensi munculnya halusinasi
mempermudah tindakan keperawatan klien yang akan dilakukan
perawat
(5) Untuk mengidentifikasi pengaruh kalusinasi klien
d) TUK 3 klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria evaluasi
(1) Setelah 1 kali interaksi, klien menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
(2) Setelah 1 kali interaksi, klien menyebutkan cara baru mengontrol
halusinasi
(3) Setelah 1 kali interaksi, klien dapat memilih dan memperagakan
cara mengatasi halusinasi
(4) Setelah 1 kali interaksi, klien melaksanakan cara yang telah dipilih
untuk mengendalikan halusinasinya
(5) Setelah 1 kali pertemuan, klien mengikuti aktivitas kelompok

Intevensi :
30

(1) Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, menyibukkan diri, dll)
(2) Diskusikan cara yang digunakan klien
(a) Jika cara yang digunakan adaptif maka beri pujian kepada
klien
(b) Jika cara yang dilakukan maladaptif, diskusikan kerugian cara
tersebut
(3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontol timbulnya
halusinasi
(a) Katakan pada diri sendiri ini tidak nyata “saya tidak mau
melihat kamu” (pad saat halusinasi terjadi)
(b) Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya
(c) Membuat dan menjelaskan jadwal kegiatan sehari-hari yang
telah disusun
(d) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tampak sedih
(e) Bantu klien memilih cara untuk memutuskan halusinasinya
secara bertahap
(f) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih
Rasional :

(1) Upaya untuk memutus siklus halusinasinya sehingga tidak


berlanjut
(2) Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien
(3) Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi
(4) Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih cara mengendalikan halusinasinya
(5) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba cara yang dipilih
(6) Stimulus persepsi dapat mempengaruhi perubahan intepretasi
realitas akibat halusinasi
31

e) TUK 4 klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol


halusinasinya
Kriteria evaluasi :
(1) Setelah 1 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju
untuk mengikuti pertemuan dengan perawat
(2) Setelah 1 kali interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda
dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi
Intervensi :
(1) BHSP dengan menyebutkan nama, tujuan dengan sopan dan ramah
(2) Anjurkan klien untuk menceritakan halusinasinya kepada keluarga
(3) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung
(a) Pengertian halusinasi
(b) Gejala halusinasi yang mendalam
(c) Cara yang dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasinya
(d) Cara merawat klien halusinasi di rumah, misalnya diberi
kegiatan dan jangan dibirkan sendiri
Rasional :
(1) Sebagai dasar untuk memperlancar interaksi selanjutnya
(2) Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam halusinasinya
(3) Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang informasi
halusinasi
f) TUK 5 klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria evaluasi :
(1) Setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan :
(a) Mafaat minum obat
(b) Kerugian tidak minum obat
(c) Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
(2) Setelah 1 kali interaksi, klien mendemontrasikan penggunaan obat
dengan benar
32

(3) Setelah 1 kali interaksi, klien menyebutkan akibat berhenti minum


obat tanpa konsultasi ke dokter
Intervensi :
(1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, cara efek terapi, dan efek
samping penggunaan obat
(2) Pantau klien saat penggunaan obat
(3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efej
samping obat yang dirasakan
(4) Diskusikan akibat berhenti konsultasi dengan dokter
Rasional :
(1) Meningkatkan kesadaran pasien akan pentingnya minum obat
(2) Diharapkan klien melaksanakan program pengobata. Menilai
kemampuan klien dalam pengobatan sendiri
(3) Dengan mengetahui efek samping obat, klien akan tahu apa yang
harus dilakukan selin minum obat.
(4) Program pengobatan berjalan sesuai rencana
(5) Dengan mengetahui prinsip pengguanaan obat, maka kemandirian
klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan

2.3.5 Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakankeperawatan yang
sudah direncanakan perawat pelu memvalidasi rencana tindakan keperawatan
yang masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Tawi, 2010).

2.3.6 Evaluasi
Menurut Tawi (2010) evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang
sudah perawat lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Klien mempercayai perawatnya sebagai terapis, ditandai dengan :
a) Klien mau menerima perawat sebagai perawatnya
33

b) Klien mau menceritkan masalah yang dia hadapi kepada perawatnya,


bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain
c) Klien mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang perawat
berikan ditaati oleh klien.
2) Klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi, ditandai dengan :
a) Klien mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
b) Klien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya
c) Klien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi
d) Klien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
e) Klien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi
yangdialaminya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan :
a) Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinsi
b) Klien menerapkan empat cara mengontrol halusinasi
(1) Menghardik halusinasi
(2) Berbicara dengan orang lain di sekitarnya bila halusinasi muncul.
(3) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai
mau tidur pada malam hari selama tujuh hari dalam satu minggu dan
melaksanakan jadwal tersebut secaa mandiri
(4) Mematuhi program pengobatan
4) Keluarga mampu merawat klien di rumah, ditandai dengan :
a) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh
klien
b) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat klien di rumah
c) Keluarga mapu memperagakan cara bersikap terhadap klien
d) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehan yang dapat digunkn
e) Keluarga melaporkan keberhasilan merawat klien

2.3.7 SP Halusinasi
1) SP pasien
34

SP 1 :
a) Membantu klien untuk mengenal halusinsinya
b) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
c) Mengajarkan kepada klien cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
SP 2 :
Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
SP 3 :
Melatih klien mengontrol halusinasi dan melaksanakan aktivitas
kelompok yang terjadwal
SP 4 :
Melatih klien minum obar secara teratur
2) SP 1 keluarga
SP1 :
Memberikan health educatoin tentang pengertian, jenis, tanda dan
gejala serta cara merawat klien halusinasi .
SP 2 :
a) Melatih keluarga praktek merawat klien langsung di hadapan klien
b) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempergerakkan,
cara merawat klien halusinasi langsung di hadapan klien
SP 3 :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

2.4 Hasil Jurnal Penelitian


2.4.1 Pengaruh terapi aktivitas kelompok : stimulasi persepsi sesi 1-2
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di
Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur : Surabaya (Halawa,
2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Halawa (2014) yang berjudul pengaruh
terapi aktivitas kelompok : stimulasi persepsi sesi 1-2 terhadap kemampuan
35

mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di Ruang Flamboyan RSJ Menur


Surabaya. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian
TAK stimulasi persepsi terhadap mengontrol halusinasi pada klien Skizofrenia di
Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebelum dan sesudah
melakukan TAK.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang digunakan adalah Pra-
Eksperimen dengan menggunakan one group pre-post test design yang bertujuan
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat pada satu kelompok subjek yang
akan diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi (Notoatmojo, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
Skizofrenia yang mengalami halusinasi penglihatan di Ruang Flamboyan Rumah
Sakit Jiwa Menur Surabaya sejumlah 10 responden Kriteria populasi pada
penelitian ini yaitu pasien dengan halusinasi penglihatan sampai tahap 4 dan
memiliki kemampuan verbal baik dan mampu berkomunikasi dengan baik serta
masih dapat sharing (bertukar pendapat) serta bersedia untuk diteliti. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien halusinasi dengan panik dan amuk.
Instrument penelitian ini menggunakan observasi. Lembar observasi ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi sebelum dan
sesudah dilakukannya TAK. Responden dipilih melalui probability sampling
dimana teknik yang memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Sampling yang digunakan yaitu simple random sampling.
Proses pengumpulan data peneliti melakukan observasi tentang kemampuan
mengontrol halusinasi, yaitu mengenal halusinasi, selanjutnya pasien akan
diberikan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi I dan Sesi II.
Hasilnya kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol halusinasi
pendengaran sebelum pemberian Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi
Sesi 1-2 didapatkan bahwa pasien yang mampu mengontrol halusinasi sebanyak 3
orang (33.3%). Kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol halusinasi
penglihatan setelah pemberian Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi
Sesi 1-2 didapatkan sebagian besar responden mampu mengontrol halusinasi
sebanyak 8 orang (88.9%). Ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi
36

Persepsi Sesi 1-2 terhadap kemampuan mengontrol halusinasi penglihatan pada


pasien skizofrenia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh pemberian TAK stimulasi
persepsi sesi 1-2 terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
Skizofrenia di ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
BAB 3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015). Pada bab ini dapat disajikan desain
penelitian, batasan istilah, partisipan, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan
data, uji keabsahan data, analisis data, dan etik penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi pelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir dimana penlitian dilaksanakan
(Nursalam, 2015). Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yaitu studi yang
mengeksplorasi secara mendalam suatu masalah/fenomena dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai
sumber informasi. Desain ini dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu.
Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi maasalah asuhan keperawatan
pada pasien Skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
penglihatan di RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.

3.2 Batasan Istilah


Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut sebagai definisi
operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang
menjadi fokus studi kasus.
Skizofrenia merupakan gangguan metal yang terjadi dalam jangka panjang.
Skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang nampak tidak
berhubungan dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak teratur, dan
penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari sehingga kesulitan dalam
berkonsentrasi dan mengingat.
Halusinasi penglihatan merupakan seseorang yang melihat sesuatu hal
seolah-olah nyata tetapi orang lain tidak mampu melihatnya. Halusinasi

37
38

penglihatan bisa berupa gambaran menyenangkan, menakutkan bahkan


menyedihkan. Ditandai dengan klien merasa ketakutan pada sesuatu atau objek
yang dilihat. Jika tidak dapat mengontrol halusinasinya bisa saja mereka merasa
dirinya terancam ataupun dapat melukai dirinya sendiri bahkan orang lain.

3.3 Partisipan
Unit analisis atau partisipan dalam penelitian ini subjek yang digunakan
adalah dua klien dengan masalah keperawatan dan diagnosa gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan pada pasien skizofrenia.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.4.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSJ.DR.Radjiman Wideodiningrat Lawang.
3.4.2 Waktu penelitian
Pelaksanaan asuhan keperawatan akan dilakukan pada November 2018.

3.5 Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjen dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2015).
Langkah awal yang dilakukan penelitian adalah mendapatkan suatu
rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan ijin terlebih dahulu
kepada institusi tempat penelitian, setelah itu mengajukan permohonan ijin untuk
memperoleh data yang dibutuhan. Setelah ijin diperoleh, penelitian menentukan
subjek, kemudian melakukan pendekatan kepada partisipan dengan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian. Setelah memperoleh partisipan untuk studi kasus,
peneliti melakukan asuhan keperawatan mulai pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi selama tiga hari pada pasien Skizofrenia
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan di RSJ. DR.Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
Metode pengumpulan data yang digunakan :
39

1) Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien serta keluhan


utama atau alasan pasien masuk rumah sakit, sumber data dari klien,
keluarga, perawat lainnya).
2) Melakukan observasi tertutup respon perilaku pasien. Melakukan secara
langsung kepada pasien.
3) Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data
lain yang relevan.

3.6 Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi
yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping
integritas penelitian (karena penelitian menjadi instrumen utama), uji keabsahan
data dilakukan dengan :
1) Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan
2) sumber informasi tambahan menggunakan trigulasi dari tiga sumber data
utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang terkait dengan masalah
yang diteliti (Nursalam, 2014).

3.7 Analisa Data


Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada
danselanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang
digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari basil
interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:
1) Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).
40

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam


bentuk transkrip (catatan terstruktur).
2) Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data
subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan
diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3) Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari Pasien dijamin dengan jalan mengaburkan
identitas dari Pasien.
4) Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Data yang dikumpulkan terkait dgn data pengkajian, diagnosis,
prencanaan, tindakan, dan evaluasi

3.8 Etika Penelitian


Sebelum dilakukan pengambilan data, diperlukan surat pengantar dari
institusi pendidikan untuk diserahkan ke tempat penelitian. Setelah mendapat
surat pengantar dan diijinkan oleh tempat penelitian selanjutnya informed consent
dan penandatanganan persetujuan dengan keluarga, dimana responden akan
mendapatkan perlindungan akan hak-haknya antara lain (Nursalam, 2015) :
1) Informed consent
Memberikan penjelasan sebelum meminta persetujuan. Lembar
persetujuan ini dimaksudkan agar seluruh objek selidik mengetahui
maksid dan tujuan penelitian, jika bersedia menjadi responden, maka
diminta untuk menandatangani persetujuan tersebut, tetapi bila tidak
bersedia tetap akan dihargai.
2) Confidentiality (kerahasiaan)
41

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin


rahasianya.
3) Anonymity (tanpa nama)
Responden boleh tidak mencantumkan namanya dalam lembar dalam
pengumpulan data
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya dibuat

pembahasan sesuai dengan kaidah pembahasan:

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Rumah Sakit Jiwa Lawang memiliki rawat inap kelas 1.2 dan 3 untuk laki-
laki dan perempuan ruangan tersebut antara lain ruangan wijaya kusuma, ruang
jalak, kenari, perkutut, kutilang,cucak rowo, parkit, garuda, bangau, sedap malam,
melati, nusa indah. Ruangan penelitian dilakukan diruang cucak rowo atas
rekomendasi pihak RSJ Lawang dengan jumlah perawat 12 orang. Sedangkan
jumlah ruang perawatan ada 2 berjumlah 24 tempat tidur, terdapat 3 kamar mandi,
dan ventilasi memadai. Ruang kenari adalah ruang khusus klien laki-laki. Jumlah
klien laki-laki berjumlah ± 30 orang.

4.1.2 Pengkajian
Pengkajian kasus 1 dan 2 dilaksanakan pada hari kamis, 10 Oktober 2019di
ruang Cucak rowo di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Berikut ini hasil anamnese klien dengan masalah halusinasi penglihatan di ruang
Cucak rowo Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Pengkajian
terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan terapi
medis.
Ruang perawatan : Ruang Cucak Rowo
Tanggal MRS : 07 Juli 2019
Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2019

42
43

1 Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN KIEN 1 KLIEN 2
Nama Tn. S Tn. Y
Umur 42 Tahun 29 Tahun
Alamat Madiun Blitar
Pendidikan SD SMA
Agama Islam Islam
Status Sudah menikah Sudah menikah
Pekerjaan Swasta Tidak bekerja
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki

Tabel 4.1 Identitas Klien

2. Alasan Masuk
Alasan
Klien 1 Klien 2
masuk
Data Dari data rekam medis keluarga Dari data rekam medis keluarga
Perimer klien mengatakan klien mengatakan
klien masuk rumah sakit karena klien masuk rumah sakit karena
klien mengatakan dibawa kesini sering melihat sosok yang
karena bicara sendiri dan suka menyuruh untuk membunuh
tertawa sendiri dan menangis seseorang dengan pisau.
ketika menyendiri seperti
ditakuti oleh seseorang.
Data klien sering keluyuran sekali kali Klien sering marah-marah,
Sekunder diam dan bicara sendiri. memecahkan peralatan rumah
tangga, memukul, suka
menyendiri, cemas.
Keluhan Klien tidak menjawab Klien sering menyendiri, dan
utama saat berbicara sendiri.
pengkajian

Tabel 4.2 Alasan Masuk

3. Riwayat Penyakit
Riwayat
Klien 1 Klien 2
Penyakit
Riwayat Klien rawat ulang dengan Klien megatakan pernah
Penyakit gejala keluyuran, teriak-teriak, mengalami gangguan jiwa pada
Sekarang bicara sendiri, menangis, tahun 2012, menikah dan
(factor pernah memukul istrinya mempunyai dua anak laki-laki dan
Presipitasi) dengan kayu hingga tangannya perempuan, klien pernah bekerja
patah. Kontrol rutin di RSJ tapi di konveksi Malang, kemudian
tidak rutin dalam meminum dapat empat bulan bekerja klien di
obat. PHK oleh perusahaan, dan
menjadi kuli bangunan di daerah
rumahnya. Klien bekerja sama
44

dengan temannya, setelah dapat


tiga bulan ada masalah di
rumahnya, rumah klien klien
kemalingan dan dua minggu
kemudian ibu klien meninggal
dunia. Akhirnya klien syok,
marah-marah, cemas, bigung,
setelah itu klien dibawa ke RSJ
Radjiman Wedyodiningrat
Lawang.
Riwayat Klien mengatakan saat ini Klien mengatakan pernah
Penyakit masuk RSJ untuk yang kelima mengalami gangguan jiwa di
Dahulu (Faktor kali, dan klien sakit pada tahun tahun 2012. Klien mengatakan
Predisposisi) 2007 silam. pernah melihat orang yang
menyuruh untuk membunuh
dengan pisau.
Riwayat Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
Penyakit keluarga yang terkena keluarga yang terkena gangguan
Keluarga gangguan jiwa sebelumnya. jiwa sebelumnya.

Tabel 4.3 Riwayat Penyakit

4. Pola Kesehatan
Pola
Kien 1 Klien 2
Kesehatan
Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari (pagi Makan 3 kali sehari (pagi 07.00),
07.00), (siang 12.00), (Malam (siang 12.00), (Malam 17.00)
17.00) mandiri dan selalu habis mandiri dan selalu habis
Pola Eliminasi Toileting baik, mampu BAK Klien mampu melakukan toileting
dan BAB secara tepat dan secara mandiri
mandiri BAK : lebih dari 3 x sehari
BAB : 2 x sehari atau lebih
Pola Istirahat Tidur siang (12.00-15.00) Tidur siang (13.00-15.00)
dan tidur Tidur malam (19.30-04.30) Tidur malam (19.90-06.00)

Tabel 4.4 Pola Kesehatan

5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2
Keadaan Umum Cukup, mondar-mandir, Cukup, tampak lesu, gelisah,
sering menyendiri, terlihat sering memejamkan mata,
bingung seing termenung, gelisah.
Kesadaran Composmentis (456) Composmentis (456)
Observasi TTV
- Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit 82 x/menit
45

- Suhu 37,4 c 36,5 c


- Respirasi 22 x/menit 20 x/menit
- Berat Badan 60 kg 65 kg
- Tinggi Badan 169 cm 159 cm

Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik

6. Status Mental
Status Mental Klien 1 Klien 2
Penampilan Penampilan kurang rapi, kusut, Penampilan klien cukup rapih,
rambut acak-acakan, tidak mau badan tidak bau.
bersisir.
Pembicaraan Nada pelan, terkadang keras, Nada bicara pelan kalimat dapat
gaya bicara terkadang melolot. dipahami.
Aktivitas Klien merasa gelisah, mondar- Klien kurang bersemangat, sering
motorik mandir, tiba-tiba melamun. diam, klien tampak lemah dan
lesu.
Mood Dan Klien sering sendiran diruangan, Labil bingung, perasaan klien
Afek klien terlihat tidak ada rasa mudah berubah-ubah.
gembira dengan wajah sering
menunduk
Interaksi Kontak Mata Kurang Kontak Mata Kurang
Klien diajak bicara kontak mata Pada saat dilakukan wawancara
kurang dengan kepala klien menjawab tiba-tiba
menunduk, klien kurang memalingkan pandangan saat ada
kooperatif di ruangan, klien perawat lain yang lewat dan
banyak mondar-mandir, gelisah. menjawab dengan baik..

Persepsi Klien mengatakan mendengar Klien mengatakan mendengar


bisikan suara masih ada, bisikan bisikan seperti untuk membunuh
suara tersebut sering datang saat orang, bisikan itu sering muncul
klien sendirian. saat klien sendirian.
Proses Pikir Arus pikir : koheren kalimat Arus pikir : Blocking,
atau pembicaraan klien dapat pembicaraan berhenti ketika klien
dipahami dengan baik. diberi pertanyaan oleh perawat
Isi pikir : Obsesif, klien klien menjawab lalu diam dan
mengatakan bahwa suara itu melanjutkannya lagi.
membuatnya tidak nyaman. Isi pikir : Rendah diri, klien malu
Bentuk pikir : Non realistik dengan keadaannya sekarang.
Bentuk pikir : realistik, klien
hidup dalam pikirannya sendiri
tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya.
Kesadaran Klien baik, klien masih bisa Ketika ditanya perawat klien bisa
mengenal waktu, klien berkata menjawab, lalu sering tiba-tiba
“sekarang sore, jam 5” diam.
Memori Klien dapat mengingat masa Klien masih ingat kejadian jangka
lalu yang menurut dia itu panjang.
pengalaman yang tidak disukai
dan klien mampu mengingat
kegiatan yang baru saja dia
46

lakukan.
Tinkat Konsentrasi : Konsentrasi :
Konsentrasi Klien mudah beralih saat diajak Klien kurang mampu
dan berhitung bicara. berkonsentrasi, sering diam.
Berhitung : klien dapat Berhitung : klien dapat berhitung
berhitung denjgan baik meskiun denjgan baik meskiun lama dalam
lama dalam menjawabnya. menjawabnya.
Kemampuan Gangguan ringan: klien Klien mampu memilih
Penilaian mengatakan bahwa melihat kemampuannya dengan baik
sosok yang menyuruh untuk
membunuh.
Daya Tilik Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa dirinya
Diri dirinya dibawa ke RSJ karena mengalami gangguan jiwa.
sakit dan butuh pengobatan.
Mekanisme Klien jika melihat dan Klien mengatakan jika ada
Koping mendengar suara selalu masalah tidak memberitahukan
memejamkan mata dan menutup pada orang lain.
telinganya.

Tabel 4.6 Status Mental


47

7. Status Mental
a. Genogram Klien 1

Tn. S

Penjelasan :
Klien merupakan anak tunggal, beliau tinggal bersama dengan ibu, istri
dan ketiga anaknya. Saat di rumah klien paling dekat dengan istrinya
karena setiap ada masalah selalu bercerita dengan istrinya. Komunikasi
pasien dengan keluarga cukup baik.

Diagnosa keperawatan : -
48

b. Genogram Klien 2

Tn. Y
49

Penjelasan :

Klien mengatakan dirinya adalah anak ke dua dari dua bersaudara, klien
sejak kecil diasuh oleh kedua orang tuanyaklien sudah menikah. Klien
tinggal bersama istri, ibu dan kedua anaknya. Klien mengatakan
komunikasi dengan keluarganya baik. Hubungan dengan keluarganya juga
baik.

Diagnosa Keperawatan :-

Psikosisial Klien 1 Klien 2


1. Citra diri Klien mengatakan tidak suka Klien mengatakan mnyukai
dengan dirinya yang sekarang semua anggota tubuhnya,
karena tubuhnya semakin dan mengatakn tidak ada
kurus. kekurangan pada semua
anggota tubuhnya.

2. Identitas Klien mengatakan namanya S Klien mengatakan namanya


umurnya 46 tahun, pendidikan Y, umurnya 29 tahun,
terakhir SMP, dan sudah pendidikan terakhir SMA,
menikah. dan sudah menikah.
3. Peran Saat dirumah klien Bekerja di konveksi Malang
mengatakan tinggal dirumah dan sekarang bekerja
dengan istri, anaknya dan sebagai tukang bangunan,
ayahnya, saat dirumah sakit, saat di RSJ tamPak Sktif,
klien mengatakan bahwa klien sering mengikuti kegiatan
di RSJ dalam proses rutin, mengikuti bersih-
pengobatan. bersih ruangan, dan
mengikuti TAK.

4. Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat Klien ingi menjadi


sembuh dan ingin segera pengusaha tapi ia tidak
pulang untuk bersama mampu karena keterbatasna
keluarganya. biaya, dan semua barang
berharganya di curi maling.

5. Harga diri Klien mengatakan bahwa dia Klien tidak merasa minder
malu dengan keadaannya yang di hadapan orang lain
sekarang, dan tidak bisa disekitarnya.
berkumpul dengan keluarga.
6. Orang terdekat Klien mengatakan adalah Klien mengatakan adalah
istrinya istrinya
7. Peran serta dalam Saat dirumah klien Klien mengatakan sering
masyarakat mengatakan sering berkumpul mengikuti kegiatan
dengan masyarakat, gotong berkelompok di area
royong rumahnya dulu.
50

8. Hambatan dalam Klien mengatakan suka Klien mengatakan jarang


berhubungan bercakap-cakap dengan orang bergaul dengan orang lain
dengan orang lain lain saat dirinya sendiri. dan jarang bercakap-cakap.
9. Nilai dan Klien mengatakan bahwa Klien beragama islam
keyakinan dirinya beragama Islam, klien
percaya bahwa klien akan
sembuh dari penyakit yang di
deritanya.
10. Kegiatan Klienmengatakan saat dirumah Klien tidak pernah
beribadah dia rajin sholat. beribadah

Tabel 4.7 Pengkajian social

8. Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah psikososial
Klien 1 Klien 2
dan lingkungan
Masalahdengan Ketika ditanya apakah klien Ketika ditanya apakah klien
dukungan kelompok mempunyai masalah dengan mempunyai masalah dengan
dukungan keluarga ? klien dukungan keluarga ? klien
menggelengkan kepala tidak ada masalah

Masalah dengan Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak suka
Lingkungan masalah berhubungan dengan berkumpul dengan orang lain
lingkungan karena merasa orang lain
tidak ingin bergaul dengan
dirinya.
Masalah dengan Klien tidak bekerja Klien mengatakan menjadi
Pekerjaan tukang
Masalah dengan Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak ada
Perumahan pernah ada masalah dalam masalah, klien mengatakan
lingkungan tetangganya tinggal serumah bersama
istrinya
Masalah dengan Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan bahwa
ekonomi penghasilan semua kebutuhan cukup

Tabel 4.8 Masalah Psikososial dan Lingkungan

9. Aspek Medis
Diagnosa Klien 1 Klien 2
multi axis Axis 1 : F.25.0 skizofrenia Axis 1 :F.20.14 depresi paskah
afektif tipe manik skizofrenia
Axis 2 : tertutup Axis 2 : Pendiam
Axis 3 : - Axis 3 : -
Axis 4 : - Axis 4: -
Axis 5 : GAF scalp 30-21 Axis 5: -
Terapi Haloperidol 5 mg/ oral 1-0-1 Haloperidone 15 mg/ ora 1-0-1
media Frimanize 200 mg/ oral 1-0-1 CPZ 100 mg/ oral 0-0-1
THD 2mg/ ora 1-0-1 Ikalep 200mg/ ora 1-0-1
51

Tabel 4.9 Aspek medis

10. Diagnosa Keperawatan


Daftar Klien 1 Klien 2
Diagnosa 1. Gangguan persepsi sensori 1. Gangguan persepsi sensori
keperawatan (halusinasi penglihatan ) (halusinasi penglihatan )
yang muncul 2. Harga diri rendah 2. Resiko perilaku kekerasan.
3. Resiko perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial : menarik diri

Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan

4.1.3 Analisa Data


DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS : Klien mengatakan dibawa kesini karena Gangguan Persepsi
bicara sendiri saat ada bisikan dan suka tertawa Sensori : Halusinasi
sendiri dan menangis ketika menyendiri. penglihatan
DO :
a. Klien sering berbicara sendiri
b. Sering melamun
c. Saat interaksi klien sering mengalihkan
pandangan.
2 DS : Klien mengatakan merasa malu dengan Harga Diri Rendah
sendirinya sekarang
DO :
a. Klien kontak mata cukup
b. Bicara ngelantur
c. Klien bicara sendiri saat interaksi
3 DS : Klien mengatakan ingin marah-marah jika ada Resiko Prilaku Kekerasan
yang berisik dan pernah memukul istrinya.
DO :
a. Klien terlihat gelisah
b. Nada bicara bicara klien keras dan pelan

Tabel 4.11 Analisa Data Klien 1

4.1.4 Daftar Diagnosa Keperawatan


DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS : Klien mengatakan sering melihat seseorang Gangguan Persepsi
yang menyuruhnya membunuh orang dengan Sensori : Halusinasi
pisau. penglihatan
DO :
a. Klien tampak sering menyendiri dan berbicara
sendiri
b. Klien kurang berinteraksi dengan orang lain
52

c. Saat bicara sering menunduk


2 DS : Klien mengatakan ingin marah marah, Prilaku Kekerasan
memukul orang lain, suka menyendiri
DO :
a. Klien tampak marah-marah
b. Klien tampak gelisah
c. Klien tampak cemas
3 DS : Klien mengatakan tidak mau bercakap-cakap Isolasi sosial : Menarik diri
dan berkenalan dengan orang lain, suka
menyendiri
DO :
a. Klien lebih sering diam
b. Klien sering menyendiri
c. Klien sering melamun

Tabel 4. 11 Analisa Data Klien 2


4.1.5 Intervensi Keperawatan
Nama klien : Tn. S dan Tn Y Ruang : Cucak Rowo
Jenis kelamin : Laki-laki No. Reg :
Diagnosa Perencanaan
Tgl Rencana tidakan keperawatan
Keperawatan Tujuan Kreteria Hasil
Gangguan sensori TUM : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
persepsi : menunjukkan tanda-tanda percaya mengungkapkan prinsip komunikasi
halusinasi Klien dapat mengontrol kepada/terhadap perawat teraupeutik
(lihat/dengar/raba/ halusinasi yang dialaminya. a. Sapa klien dengan ramah baik
kecap) Dengan kreteria : verbal maupun non verbal.
TUK 1 1. Ekspresi wajah bersahabat. b. Perkenalkan nama, nama
2. Menunukkan rasa senang. panggilan dan tujuan perawat
Klien dapat membina 3. Ada kontak mata. berkenalan.
hubungan saling percaya. 4. Mau berjabat tangan. c. Tanyakan nama lengkap dan
5. Mau menyebutkan nama. nama panggilan yang disukai
6. Mau menjawab salam. klien.
7. Mau duduk berdampingan dengan d. Buat kontrak yang jelas.
perawat. e. Tunjukkan sikap yang jujur dan
8. Berusaha mengungkapkan masalah menepati janji setiap kali
yang dihadapi. interaksi.
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya.
g. Tanyakan pada klien masalah apa
yang dihadapi oleh klien.
h. Rasional.
TUK 2 1. Setelah 1x interaksi klien dapat 1. Intervensi :
menyebutkan : a. Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat mengenal a. Isi secara bertahap.
halusinasinya b. Waktu b. Obeservasi tingkah laku klien terkait
c. Frekuensi dengan halusinasinya

53
d. Situasi dan kondisi yang (dengar/lihat/raba/penghidu/kecap)
54

menimbulkan halusinasi. c. Bantu klien mengenal halusinasinya.


2. Setelah 1x interaksi klien dapat d. Jika klien tidak sedang berhalusinasi
menyebutkan perasaan dan responnya klarifikasi tentang adanya
daat halusinasi : pengalaman halusinasi, diskusikan
a. Marah dengan klien.
b. Takut e. Diskusikan dengan klien apa yang
c. Sedih disarankan jika terjadi halusinasi dan
d. Senang beri kesempatan untuk
e. Cemas mengungkapkan perasaannya.
f. Jengkel
TUK 3 Kriteria evaluasi : Intervensi :
1. Setelah 1 kali interaksi klien a. Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan yang tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasinya. biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
mengendalikan halusinasi. menyibukkan diri dll).
2. Setelah 1 kali interaksi klien b. Diskusikan dengan cara yang
menyebutkan cara baru digunakan klien.
mengontrol halusinasi. c. Diskusikan cara baru untuk
3. Setelah 1 kali interaksi klien dapat memutus/mengontrol timbulnya
memilih dan memperagakan cara halusinasi.
mengatasi halusinasi. d. Bantu klien memilih cara yang sudah
4. Setelah 1 kali interaksi klien dianjurkan dan latih untuk
melaksanakan cara yang telah mencobanya.
dipilih untuk mengendalikan e. Beri kesempatan untuk melakukan
halusinasinya. cara yang dipilih dan dilatih.
5. Setelah 1 kali pertemuan klien f. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih
mengikuti terapi aktivitas dan dilatih.
kelompok. g. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi, realita,
stimulasi persepsi.
TUK 4 Kriteria evaluasi : Intervensi :
1. Setelah 1 kali pertemuan a. Buat kontrak dengan keluarga untuk
Klien dapat dukungan dari keluarga, keluarga pertemuan.
keluarga dalam mengontrol menyatakan setuju untuk b. Diskusikan dengan keluarga (pada

5
55

halusinasinya. mengikuti pertemuan dengan saat pertemuan keluarga / kunjungan


perawat rumah)
2. Setelah 1 kali interaksi
keluarga pengertian, tanda
dan gejala, proses terjadinya
halusinasi dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
TUK 5 Kriteria evaluasi : Intervensi :
1. Setelah 1 kali interaksi klien a. Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan manfaat minum manfaat dan kerugian tidak minum
obat dengan baik. obat, kerugian tidak minum obat.
obat, nama warna dosis obat. b. Pantau klien saat minum obat.
2. Setelah 1 kali interaksi klien c. Anjurkan klien bicara dengan dokter
mendemonstrasikan tentang manfaat dan efek samping
penggunaan obat dengan obat yang dirasakan.
benar. d. Diskusikan akibat berhenti minum
3. Setelah 1 kali interaksiklien obat tanpa konsultasi dokter.
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter.

Tabel 4.12 Rencana Asuhan Keperawatan

5
56

4.1.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : Tn. S Ruangan : Cucak Rowo
No Register : Dx. Medis :
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan SP 1 S: Klien mengatakan
persepsi sensori : 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi. a. Selamat siang.
Halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi. b. Nama saya Bapak S sering dipanggil Pak S
penglihatan 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi. berasal dari Situbondo.
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi. c. Saya sering mendengar suara-suara bisikan suara
5. Mengidentifikasi situasi yang kyai yang terdengar menyuruh untuk sholat,
menimbulkan halusinasi. dzikir, dan mendoakan semua orang. Suara itu
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap muncul saat melamun dan ketika menyendiri.
halusinasi. d. Pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan itu
7. Mengajarkan pasien menghardik muncul saya menadji ketakutan, berbicara sendiri
halusinasi. dan sering marah-marah.
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara e. Saya mau diajarkan menjghardik suara-suara
menghardik halusinasi kedalam jadwal yang meneror saya.
kegiatan harian.
O:
a. Pasien sudah bisa mengidentifikasi,jenisj, isi,
waktu, situasi, frekuensi, respon, terhadap
halusinasi, cara mrnghardik dan memsukkan
kedalam adwalj kegiatan.
b. Pasien mau menjawab pertanyaan.
c. Kontak mata baik.
d. Pasien memperagakan cara menghardik
halusinasi yang muncul.
A:
a. Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi,
frekuensi, situasi, respon terhadap halusinasi, cara

56
menghardik dan memasukkan kedalam jadwal
57

kegiatan.
b. Pasien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik bila halusinasi muncul.
Lanjutkan SP 2
Gangguan SP2 S:
persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. Pasien masih mendengarkan suara-suara bisikan
Halusinasi pasien. yang menyuruhnya untuk sholat, berdzikir, dan
penglihatan 2. Melatih mengendalikan halusinasi mendoakan semua orang.
dengan bercakap-cakap dengan orang b. “Saya sudah mencoba mengontrol halusinasi
lain. dengan mengobrol dengan temannya.
3. Menganurkan pasien memasukkan
kegiatan bercakap-cakap dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan.
O:
a. Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain.
b. Pasien memasukkan latihan bercakap-cakap
kedalam jadwal kegiatan harian.
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan pasien lain.
b. Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain kedalam jadwal kegiatan.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien menggunakan cara menghardik
dan bercakap-cakap saat suara tak terwujud itu
muncul.
b. Anjurkan pasien latihan cara menghardik dan
bercakap-cakap dan memasukkan dalam jadwal

5
58

kegiatan.
Perawat:
Lanjutkan SP 3
Gangguan SP 3 S : Pasien mengatakan
persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien. a. Melakukan aktivitas terjadwal menyapu dan
Halusinasi 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi mengepel dan disaat sendirian berbicara dan
penglihatan dengan melakukan kegiatan. mengobrol dengan temannya.
3. Menganjurkan pasien memasuk-kan b. Terkadang klien uga menutupi telinganya.
kejadwal kegiatan harian.
O:
a. Pasien mau membantu membersihkan ruangan
seperti menyapu dan mengepel.
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara melakukan aktivitas terjadwal.
P:
Pasien :
a. Anjurkan sering aktivitas diruangan.
Perawat :
Lanjutkan ke SP 4
Gangguan SP 4 S : Pasien mengatakan
persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. Setelah minum obat suara-suara itu sedikit
Halusinasi pasien. berkurang.
penglihatan 2. Memberikan pendidikan kesehatan b. Obatnya ada tida macam dan harus rutin
mengenai penggunaan obat secara diminum.
teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
pengguanaan obat secara teratur kedalam
jadwal kegiatan harian.
O:
a. Pasien meminta obat pada perawat atas
inisiatifnya sendiri.
b. Pasien meminum obat yang sudah diberikan.
c. Pasien memasukkan penggunaan obat secara

5
59

teratur kedalam jadwal kegiatan harian.


A:
a. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
b. Pasien mempu memasukkan penggunaan obat
secara teratur kedalam jadwal kegiatan harian.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai
jadwal minum obat secara teratur dan rutin.
Perawat :
Pertahankan SP 4, latih pasien minum obat secara teratur
dan anjurkan untuk mengikuti TAK.

Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien 1

5
60

Nama Pasien : Tn. Y Ruangan : Cucak Rowo


No Register : Dx Medis :
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan SP 1 S: Klien mengatakan
Persepsi sensori : 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi. a. “Selamat siang”
Halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi. b. “Nama dipanggil Tn. Y, umur saya 29 tahun, saya
Penglihatan 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi. berasal dari Blitar”
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi. c. “Saya dulu pernah ke rumah sakit ini mbak”
5. Mengidentifikasi situasi yang d. “Saya sering mendengar suara-suara laki-laki yang
menimbulkan halusinasi. menyuruh saya untuk sholat dan zakat”
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap e. “Suara itu muncul ketika saya sendiri dan ketika
halusinasi. melamun”
7. Mengajarkan pasien menghardik f. “Pada saat ketika suara itu muncul saya menjadi
halusinasi. ingin bicara dengan suara it, suara itu menyuruh
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara saya untuk sholat, kadang saya tanggapi dengan
menghardik halusinasi kedalam jadwal senyum,”
kegiatan harian. g. “ Terkadang saya jarang menuruti suara itu”
h. “Saya mau diajarkan cara menghardik sesuatu yang
tidak nyata ketika muncul”
O:
a. Pasien sudah bisa mengidentifikasi, jenis, isi,
waktu, situasi, frekuensi, respon terhadap
halusinasi, cara menghardik dan memasukkan
kedalam jadwal kegiatan.
b. Pasien mau menjawab pertanyaan.
c. Kontak mata ada.
d. Pasien memperagakan cara menghardik
halusinasi bila muncul.
A:
a. Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi,
frekuensi, situasi, respon, terhadap halusinasi, cara

60
menghardik dan memasuukan kedalam jadwal
61

kegiatan.
b. Pasien mampu memperagakan cara mengahardik
halusinasi.
P:
Pasien :
c. Anjurkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik bila halusinasi muncul.
Lanjutkan SP 2

Gangguan SP2 S :
persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. “Tadi malam saya masih mendengar suara laki-laki
Halusinasi pasien. itu, saat saya sendiri dan sunyi.”
penglihatan 2. Melatih mengendalikan halusinasi dengan b. “Saya sudah mencoba mengontrol halusinasi
bercakap-cakap dengan orang lain. dengan mengobrol sama teman-teman.”
3. Menganurkan pasien memasukkan
kegiatan bercakap-cakap dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan.
O:
a. Kontak mata ada.
b. Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain.
c. Pasien memasukkan latihan bercakap-cakap
kedalam jadwal kegiatan harian.
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan pasien lain.
b. Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain kedalam jadwal kegiatan.
P:
Pasien :
c. Anjurkan pasien menggunakan cara menghardik
dan bercakap-cakap saat suara tak terwujud itu
muncul.

6
62

d. Anjurkan pasien latihan cara menghardik dan


bercakap-cakap dan memasukkan dalam jadwal
kegiatan.
Perawat:
Lanjutkan SP 3
Gangguan SP 3 S :
persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien. a. “Semalam swaktu saya mau tidur saya yang
Halusinasi 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi mendengar suara yang memanggil saya lagi mas.”
penglihatan dengan melakukan kegiatan. b. “Tadi pagi sehabis makan, saya mencuci piring-
3. Menganjurkan pasien memasukkan piring kotor.”
kejadwal kegiatan harian.
O:
a. Pasien mauj membersihkan piring-piring kotor.
A:
b. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktivitas terjadwal.
P:
Pasien :
c. Anjurkan sering aktivitas diruangan.
Perawat :
Lanjutkan ke SP 4
Gangguan SP 4 S : Pasien mengatakan
persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. “Kalau saya sudah minum obat, saya menjadi lebih
Halusinasi pasien. tenang dan mampu menghardik suara-suara
penlihatan 2. Memberikan pendidikan kesehatan tersebut”
mengenai penggunaan obat secara b. “Obat yang saya minum tadi malam ada 3 macam.”
teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
pengguanaan obat secara teratur kedalam
jadwal kegiatan harian.
O:
d. Pasien meminta obat pada perawat atas
inisiatifnya sendiri.
e. Pasien meminum obat yang sudah diberikan.

6
63

f. Pasien measukkan penggunaan obat secara teratur


kedalam jadwal kegiatan harian.
A:
c. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
d. Pasien mempu memasukkan penggunaan obat
secara teratur kedalam jadwal kegiatan harian.
P:
Pasien :
b. Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai jadwal
minum obat secara teratur dan rutin.
Perawat :
Pertahankan SP 4, latih pasien minum obat secara teratur
dan anjurkan untuk mengikuti TAK.

Tabel 4.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien II

6
64

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan pada Tn. S dan
Tn. Y dengan halusinasi penglihatan, maka pada bab ini akan menjelaskan antara
hasil pengkajian dan teori.
4.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data obyektif dan subyektif dari pasien.
Adapun data yang terkumpul mencakup identitas klien, informasi klien dan
keluarga (Nursalam, 2014).
Data yang dikumpulkan dari klien Tn. S dan Tn. Y meliputi identitas pasien,
keluhan utama, alasan masuk, faktor predisposisi, faktor presipitasi. Aspek fisik,
aspek biologis, aspek psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial, lingkungan, pengetahuan serta aspek
anamnese atau pengkajian langsung pada pasien atau anamneses pada orang lain.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi masalah keperawatan
Pengkajian adalah pengumpulan data objektif dan data subjektif dari klien
adapun data yang terkumpul mencakup identitas klien, informasi klien, keluarga
klien. (Nursalam, 2011).
Menurut Yosep (2012) dalam faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap
adanya gangguan jiwa. Adanya setres yang berlebihan dialami seseorang. Akibat
setres berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmiter otak. Fakta
yang didapatkan dari pengkajian didapatkan data bahwa klien Tn. S suka bicara
sendiri, suka tertawa sendiri dan menangis ketika menyendiri seperti ditakuti oleh
seseorang. Karena halusinasinya itu terkadang pasien susah mengontrol emosi
sampai-sampai memukul istrinya. Saat diajak interaksi, Tn. Y cenderung
menghindari kontak mata serta sibuk berinteraksi dengan sosok yang tidak
perawat lihat. Dan pada pengkajian Tn. Y didapatkan data bahwa Tn. Y melihat
sosok membawa pisau yang menyuruhnya untuk membunuh seseorang. Tn, Y
selalu merasa ketakutan dan berteriak sendiri sembari mengusir sosok yang
dilihatnya itu. Karena halusinasinya itu membuat pasien selalu ingin marah dan
memukul orang lain.
65

Menurut Yosep, faktor predisposisi adalah faktor resiko yang


mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress. Faktor penyebab pada faktor predisposisi ditandai dengan
faktor genetik yang dianggap mempengaruhi transmisi gangguan efektif melalui
riwayat keluarga dan keturunan.
Data yang ditemukan penulis tidak sesuai dengan teori hal ini bisa terjadi
karena faktor predisposisi bukan hanya terdiri dari satu faktor resiko untuk
mencetus faktor stress, meskipun pada klien tidak memiliki riwayat keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, support sistem keluarga yang diberikan pada klien
masih baik, keluarga masih memberikan perhatian dan peduli dengan klien,
namun bisa saja ini terjadi karena koping proyeksi.
Menurut (Kusumawati, 2012), Tanda dan gejala halusinasi penglihatan
adalah klien terlihat tersenyum dan berbicara sendiri, menggerakkan bibir tanpa
suara, respon non verbal yang lambat, tidak dapat membedakan kenyataan dan
keadaan yang tidak nyata, sulit berhubungan dengan orang lain, merusak orang
lain, diri sendiri dan lingkungannya, ekspresi muka tegang, jengkel dan sering
marah serta tampak tremor dan berkeringat, perilaku panic, agitasi dan kataton.
Menurut penulis, pengkajian pada Tn. S didapatkan data bahwa Tn.S selalu
berbicara sendiri dan tertawa sendiri, hal ini merupakan tanda bahwa Tn. S
mengalami halusinasi penglihatan. Tn. S juga mengatakan bahwa ia malu
terhadap dirinya yang sekarang dengan keadaannya yang seperti ini. Dapat dilihat
dari sikapnya yang selalu merendahkan dirinya sendiri. Selain itu, Tn S juga kerap
kali meluapkan emosi dengan marah-marah dan memukul istrinya. Pada
pengkajian pada Tn. Y, klien mengeluhkan ada sosok memegang pisau
menyuruhnya untuk membunuh seseorang. Penulis juga sering menjumpai bahwa
Tn. Y sering menyendiri, berbicara sendiri, dan enggan berkumpul dengan pasien
lainnya. Ekspresi wajah Tn. Y tampak kurang bersahabat seperti gelisah, cemas
dan tegang. Tn. Y juga sering marah-marah ketika halusinasinya kambuh.
66

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnose keperawatan.
Diagnosis keperawatanmelibatkan proses berpikirkkomplekstentang data yang
dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medic, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain (Nursalam, 2014).
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dan data yang menunjang. Maka
Tn. S dan Tn. Y terdapat 4 diagnosa yaitu gangguan persepsi halusinasi
penglihatan, harga diri rendah, isolasi sosial, dan risiko perilaku kekerasan.
Menurut Trimelia (2012), pohon masalah pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi penglihatan yaitu harga diri menjadi cause: menarik
diri sehingga menjadi core problem: halusinasi penglihatan, dan menimbulkan
affect: melukai diri sendiri, orang lain, lingkungan dan kebersihan diri.
Pada Tn. Y didapatkan isolasi sosial sedangkan pada Tn. S tidak didapatkan
diagnosa isolasi sosial. Secara teori pada klien halusinasi penglihatanterdapat
diagnosa isolasi sosial dengan manifestasi klinis mnyendiri, melamun, dan
gelisah. Tetapi Tn. S tidak terdapat diagnosa isolasi sosial karena tanda dan
gejalanya tidak muncul.
Pada Tn. S didapatkan diagnosa harga diri rendah sedangkan Tn. Y tidak
didapatkan diagnosa harga diri rendah. Secara teori pada klien halusinasi tidak
didapatkan diagnosa harga diri. Tetapi pada Tn. S terdapat tanda seperti malu
dengan keadaannya sekarang.
Pada Tn. S didapatkan diagnosa respon pasca trauma sedangkan pada Tn. Y
tidak didapatkan diagnosa respon pasca trauma. Secara teori diagnosa tersebut
tidak muncul. Tetapi pada Tn. S terdapat faktor predisposisi yang dapat
mengangkat diagnosa respon pasca trauma.

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Berdasarkan intervensi yang sudah direncanakan, terdapat kesamaan antara
konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn. S dan Tn. Y karena
mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan-tahapan perencanaan yang ada
67

pada kasus Tn. S dan Tn. Y sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien, serta
dalam rencana keperawatan pada fakta sudah memasukkan tiga aspek dalam
perencanaan yang meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan
keperawatan. Tujuan khusus pada rencana tidakan keperawatan pada pasien
gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut tujuan khusus
pertama klien dapat membina hubungan saling percaya yang bertujuan untuk
meningkatkan kepercayaan hubungan antara pasien dan perawat, tujuan khusus
kedua klien dapat mengenal halusinansinya, mengenal halusinasinya
kemungkinan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasinya, tujuan
khusus ketiga pasien dapat mengontrol halusinasinya, tujuan khusus keempat
klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasiya, tujuan khusus
kelima klien dapat memanfaatkan obat yang baik mencegah terjadinya resiko
kekambuhan.
Menurut WHO (2013), menetapkan hubungan terapeutik, kontak sering dan
singkat secara bertahap, peduli, empati, jujur, menepati janji, dan memenuhi
kebutuhan dasar klien pada umumnya melindungi diri dari perilaku yang
membahayakan, tidak membenarkan ataupun menyalahkan halusinasi klien,
melibatkan klien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan
keperawatan dan mempertahankan perilaku keselarasan verbal dan nonverbal.
Intervensi keperawatan halusinasi dalam bentuk strategi pelaksanaan yaitu TUM :
Klien dapat meningkatkan harga diri rendah, TUK 1 : Membina hubungan saling
percaya, TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya, TUK 3 : Mengontrol
halusinasinya, TUK 4 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya, TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. TUM :
Klien mampu mempunyai realitas yang baik.
Menurut penulis semua direncanakan sesuai dengan teori, dalam
perencanaan ditetapkan prioritas masalah, tujuan, criteria hasil dan evaluasi.

4.2.4 Implementasi Keperawatan


Berdasarkan implementasi yang dilakukan dalam satu interaksi dalam tujuh
hari pertemuan, pada interaksi tersebut sudah dilakukan tidakan keperawatan
68

untuk mengatasi tujuan khusus pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, sesuai
dengan strategi pelaksanaan yang penulis buat. Tindakan yang terlaksana adalah
membina hubungan saling percaya, menanyakan apa pasien masih melihat sosok-
sosok orang yang sudah meninggal pada Tn. S seperti mengajaknya mengobrol,
mengancam klien dan apakah ada yang menakuti klien, perawat percaya namun
perawat tidak melihat ataupun mendengarnnya, mengatakan bahwa perawat akan
membantu pasien mengontrol halusinasinya, mengobservasi perilaku pasien
terkait dengan halusinasinya, membantu mengenal halusinasiya, menanyakan
tidakan yang pasien ketika suara tersebut muncul, mendiskusikan dengan pasien
situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi, mendiskusikan
waktu dan frekuensi terjadi halusinasi, mendiskusikan cara baru untuk mengontrol
halusinasinya, membanu pasien memilih dan melatih cara mengotrol halusinasi
yang pertama yaitu menghardik, memberikan kesempatan pasienuntuk
mempraktekkan cara yang teah diajarkan, memberi pujian jika berhasil,
menganjurkan pasien untuk memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian,
mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan, memberikan pendidikan kesehatan penggunaan obat
secara teratur, menganjurkan klien memasukkan obat secara teratur kedalam
jadwal kegiatan harian. Tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan
yang telah ditetapkan mulai dari SP 1 sampai dengan SP 5, yang mana dari SP 1,
SP 2, SP 3, dan SP 5 dilaksanakan tanpa adanya hambatan dan direspon oleh
pasien dengan tindakan yang positif, namun pada SP 4 dilaksanakan sebanyak tiga
kali, karena klien belum dapat merespon dengan baik. Untuk pelaksanaan tujuan
umum yang mengacu pada tujuan umum yang mengacu pada tujuan khusus dalam
tindakan keperawatan tidak mengalami hambatan dan semua prosedur telah sesuai
dengan kriteria hasil yang diharapkan.
Menurut Potter (2005) implementasi merupakan inisiatif rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Pada masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi penglihatan terdapat 2 jenis SP, yaitu SP kliendan SP keluarga. SP
69

klien terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi


halusinasi (jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, respon), mengajarkan cara
menghardik, memasukkan kedalam jadwal; SP 2 (mengevaluasi SP 1,
mengajarkan cara bercakap-cakap ketika halusinasi muncul, memasukkan
kedalam jadwal; SP 3 (mengevaluasi SP 1 dan SP 2, mengajarkan untuk
melakukan kegiatan untuk menghindari halusinasi muncul, memasukkan kedalam
jadwal); SP 4 (mengevaluasi SP 1,2 dan 3, mengajarkan tentang minum obat,
memasukkan kedalam jadwal). SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina
hubungan saling percaya, mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat klien, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya, menjelaskan cara merawat
klien halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien
dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien
halusinasi); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning), menjelaskan follow up klien setelah
pulang.
Menurut penulis masih ditemukan kesulitan saat menjalankan SP 1 sampai 4
karena pasien kurang kooperatif. Untuk SP keluarga penulis menemukan
hambatan yaitu penulis tidak dapat bertemu dengan keluarga klien, karena
keluarga klien tidak menjenguk klien.

4.2.5 Evaluasi
Evaluasi pada hari ke-3 Tn. S sudah sampai SP 3, sedangkan Tn. Y evaluasi
pada hari ke-4 sudah sampai SP 4.Menurut Yosep (2010) kriteria evaluasi dari SP
3 adalah setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinansinya, klien menyebutkan cara baru
mengontrol halusinasi, klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi
halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), klien melaksanakan cara yang telah
dipilih untuk mengendalikan halusinasinya, klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok. Kriteria evaluasi dari SP 4 adalah setelah 1 kali pertemuan keluarga,
keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga
70

menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasinya dan


tindakan untuk mengendalikan halusinasi. Menurut penulis, Tn. S sudah sampai
SP 3 karena pasien mampu mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara
baru mengontrol halusinasi, klien dapat memilih dan memperagakan cara
mengatasi halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), klien melaksanakan cara
yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya, klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok sehingga bisa dilanjutkan ke SP 4 karena keluarga menyatakan
setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan
pegertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi sehingga bisa dilanjutkan ke SP 5.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis membahas tentang kesenjangan dan persamaan antara


tinjauan pustaka pada bab dua dan tinjauan kasus pada bab empat dengan kasus
Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan pada
klien skizofrenia di Ruang Cucakrowo RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang sebagai penulis akan menyimpulkan dan menyampaikan saran dengan
tujuan perbaikan asuhan keperawatan yang akan datang.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ini dilakukan dengan menggunakan 2 klien dengan kasus yang
sama yaitu gangguan persepsi sensori; halusinasi penglihatan, yang didapatkan
bahwa Tn. S sering berbicara, tertawa sendiri dan menangis ketika menyendiri.
Sedangkan pada Tn.Y ditemukan data Tn.Y sering melihat sosok yang
menyuruhnya untuk membunuh seseorang dengan pisau.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan


Pada pengkajian yang tidak sama dengan teori adalah sering melihat sosok
yang menyuruhnya untuk membunuh seseorang dengan pisau.

5.1.3 Intervensi Keperawatan


Pada perencanaan keperawatan tidak terdapat perbedaan antara teori dari
kasus.

5.1.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi pada Tn.S dan Tn. Y yaitu SP 1 sampai SP 5 tetapi pada SP 4
dilaksanakan sebanyak tiga kali karena kedua klien belum dapat merespon dengan
baik. Sedangkan pada SP 5 tidak biasa dilakukan.

71
72

5.1.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi pada Tn. S dan Tn. Y padahari ke-4 bisa dilakukan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi yang lebih berespon Tn. Y karena klien mampu
berinteraksi dengan klien lainnya.

5.2 Saran
5.2.1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien jiwa dengan
seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan


Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan ketrampilannya dalam melalui prakikklinik dan pembuatan laporan.

5.2.3. Bagi Pasien dan Keluarga


Meningkatkan perkembangan afektif dan psikomotorik pada pasien dan
meningkatkan kesadaran keluarga untuk terus memberikan semangat melalui cara
yang telah diajarkan oleh perawat sehingga membantu pasien dalam proses
penyembuhan.
73

DAFTAR PUSTAKA

Budi, A dan Keliat. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Carpenito. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Farida, Kusumawati dan Hartono Yudi. 2012. Buku Ajar Keperawatan


Jiwa.Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Medika

Nurjanah. 2010. Psychaiatric Nursing : Biological and Behavioral concept.


Jakarta : EGC.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(edisi 4). Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakart : Nuha Medika

Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 2,
Penerbit: Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2010 Buku Saku KeperawatanJiwa, edisi 3,


Penerbit: Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Yosep & Sutini. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Yosep, Iyus 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Edisi revisi). PT. Refika
Aditama; Bandung.
74

Lampiran 1

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

Nomor :-
Lampiran : -
Perihal : PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Kepada :
Yth. RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang
Di tempat,

Sehubungan dengan akan dilakukannya Ijin penulisan KTI bagi


Mahasiswa tingkat III Universitas Jember Kampus Pasuruan. Maka kami mohon
agar dapat mahasiswa berikut ini untuk mengambil data penelitian di RSJ Dr
Radjiman Wediodiningrat Lawang
Nama : Adhita Widya Sastia
NIM : 172303102186
Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan Ganggun
Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang
Demikian atas bantuan dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

Koordinator Program Studi DIII


Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Jember
Kampus Kota Pasuruan

Ns. Nurul Huda, S.Psi,


S.Kep., M.Si.
NIP 197009241993021001
75

Lampiran 2

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

PERMINTAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa Universitas Jember
Kampus Kota Pasuruan :
Nama : Adhita Widya Sastia
NIM : 172303102186
Akan mengadakan penelitian dengan judul Asuhan Keperawatan pada
Pasien Skizofrenia dengan Ganggun Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan di
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Sehubungan dengan hal
menandatangani lembar persetujuan saya menjamin kerahasiaan identitas dan
informasi yang akan diberikan.
Atas kehadiran, partisipasi dan bantuan anda, saya ucapkan terima kasih.

Pasuruan, Mei 2020


Hormat saya

Adhita Widya Sastia


NIM 172303102186
76

Lampiran 3

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN I


(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Tn S
Umur : 42 Tahun
Alamat : Madiun
Pendidikan Terakhir : SD
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta manfaat dilakukannya
asuhan keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia
dengan Ganggun Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang”. Menyatakan (SETUJU/TIDAK SETUJU) diikut
sertakan dalam penelitian, dengan catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan
dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya.

Pasuruan, Mei 2020


Responden

(……………………..)

Keterangan : *Coret yang tidak perlu


77

Lampiran 4

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN II


(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Tn Y
Umur : 29 Tahun
Alamat : Blitar
Pendidikan Terakhir : SMA
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta manfaat dilakukannya
asuhan keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak pada Pasien CVA di RSUD dr. R. Soedarsono Kota
Pasuruan”. Menyatakan (SETUJU/TIDAK SETUJU) diikut sertakan dalam
penelitian, dengan catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk
apapun berhak membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya.

Pasuruan, Maret 2020


Responden

(……………………..)

Keterangan : *Coret yang tidak perlu


78

Lampiran 5

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

KONSULTASI BIMBINGAN

Nama : Adhita Widya Sastia


NIM : 172303102186
Pembimbing : Ns. Nurul Huda, S.Psi, S.Kep., M.Si.
Judul Studi Proposal KTI : “Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia
dengan Gangguann Persepsi Sensori : Halusinasi
Penglihatan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang”.
Tanggal
Data Konsultasi Tanda Tangan
Konsultasi
02 Maret 2020 Konsul judul + Acc judul Lanjut BAB 1 1.

09 Maret 2020 BAB 1 Introduction, Justifikasi, 2.


Kronologi, Solusi
16 Maret 2020 Revisi BAB 1 Introduction, Justifikasi, 3.
dan Kronologi
09 April 2020 Revisi BAB 1 Solusi 4.

16 April 2020 Revisi Tujuan 5.

22 April 2020 ACC BAB 1 Lanjut BAB 2 6.

06 Mei 2020 Revisi BAB 2 penulisan + tabel + gambar 7.

12 Mei 2020 Revisi BAB 2 Patway + Intervensi 8.

15 Mei 2020 Revisi BAB 2 diagnosa keperawatan 9.

18 Mei 2020 ACC BAB 2 lanjut BAB 3 10.

20 Mei 2020 Revisi BAB 3 desain penelitian + ACC 11.


79

Anda mungkin juga menyukai