Anda di halaman 1dari 79

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.E DAN AN.I DENGAN RISIKO


PERILAKU KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA
DI RUANG KEMUNING RSUD R.SYAMSUDIN,SH
KOTA SUKABUMI

Muhammad Fauzi
32722001D20058

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2023

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.E DAN AN.I DENGAN RISIKO


PERILAKU KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA
DI RUANG KEMUNING RSUD R.SYAMSUDIN,SH
KOTA SUKABUMI

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Karya tulis ilmiah


Pada Program Studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Muhammad Fauzi
32722001D20058

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2023

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhamad Fauzi


NIM : 32722001D20058
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang


saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya
akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.

Sukabumi, juli 2023


Pembuat Pernyataan

Muhammad Fauzi
32722001D20058

Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

Judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.E dan An.I Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia di Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin
SH Kota Sukabumi”
Nama : Ridwan Firdaus
NIM : 32722001D20080

KARYA TULIS ILMIAH

KTI ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan


Tim penguji KTI Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi
Sukabumi, Juli 2023
Menyetujui :

Pembimbing Utama

Lia Noviantiy,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN : 0419118202

Pembimbing Pendamping

Waqid Sanjaya,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN : 0401069401

USULAN SIDANG KTI


Nama : Ridwan Firdaus
Nim : 32722001D20080
Judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.E dan An.I Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hibefrenik di Ruang Kemuning RSUD R.
Syamsudin SH Kota Sukabumi

Rencana Ujian
Tanggal : Mei 2023
Tempat : STIKes Kota Sukabumi
Waktu : 13:00 WIB

Rencana penguji
Penguji I : Lia Novianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep.
Penguji II : Waqid Sanjaya, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Penguji III: Ns,Rita Rahayu,M.Kep.Sp,Kep.J

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lia Noviantiy,S.Kep.,Ners.,M.Kep Waqid


Sanjaya,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN : 0419118202 NIDN : 0401069401

Mengetahui /Menyetujui
Ketua Prodi Diploma III Keperawatan

Yeni Yulianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN.0427108
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
memberikan rahmat serta kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar yakni
Nabi Muhammad SAW.
Allhamdulilah dengan segala kemampuan yang dimiliki dan berkat
kamudahan yang diberikan oleh Allah SWT serta dukungan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn.H dan An.B Dengan Risiko Perilaku Kekerasan
Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning RSUD R.Syamsudin,Sh Kota
Sukabumi Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program Pendidikan DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kota Sukabumi..
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan maupun isi karya tulis ilmiah
ini jauh dari kata baik dan apabila terdapat banyak kekuragan pada karya tulis
ilmiah ini, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki.Tetapi berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya
proposal ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1) Bapak. H. Iwan Permana, S.KM.,S.Kep,M.Kep.,Ph.D Selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.
2) Ibu Yeni Yulianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.
3) Ibu Lia Novianty, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku Pembimbing utama, yang telah
berkenan memberikan masukan, kritik dan meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dalam menyusun Karya tulis ilmiah ini.
4) Seluruh Dosen dan karyawan di Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sukabumi.
5) Terimakasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua saya yang sudah
menjadi penyemangat saat saya rapuh dan lelah saat ketika menyusun Karya
Tulis Imiah ini, yang tidak pernah mengeluh untuk menafkahi anak nya yang
selalu menyusahkan, terimakasih banyak untuk mamah yang sudah
mengorbankan semua tenaga, kasih sayang, dan keringatnya untuk
membesarkan anak yang hebat ini semoga apa yang sudah mamah berikan
oleh allah dengan balas surganya nanti. Dan untuk ayah terimakasih juga
untuk doa dan kasih sayangnya, kerja kerasnya dan perjuangannya yang
sudah berjuang memberikan yang terbaik untuk anaknya ini yang belum bisa
membalas pengorbanannya karna ayah yang tidak pernah menyerah membuat
saya sadar bahwa seberapapun lelah dan cape nya saya tetap tidak ada apa –
apanya di banding kalian yang sudah membesarkan anak cikalmu ini
terimakasih banyak mamah dan bapak semoga anakmu ini menjadi orang
sukses , Karya Tulis Ilmiah ini di persembahkan untuk kedua orang tua saya
yang hebat.
6) Rekan-rekan dan seseorang yang telah banyak membantu memberikan
semangat, dorongan ,dukungan dan kerjasama yang baik yang tidak bisa
disebutkan satu persatu karena kalian semua telah menjadi bagiann dari
perjalanan hidup penulis.
7) Serta semua pihak yang telah turut anbil dalam memberikan dukungan, baik
moral maupun material. Sehingga terlaksananya Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan penulis, semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap semoga proposal
penelitian ini bisa bermanfaat untuk semua khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya untuk mendapat ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
keperawatan.

Sukabumi, Juli 2023


Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ii
USULAN SIDANG KTI iii
MOTO v
ABSTRAK vi
ABSTRCK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Rumusan Masalah 6
C Tujuan Penulisan 6
1. Tujuan Umum 6
2. Tujuan Khusus 6
D Manfaat Penulisan 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan 9
1. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan 9
2. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala perilaku kekerasan 10
3. Etiologi 12
4. Proses terjadinya perilaku kekerasan 15
5. Rentang Respon Marah 16
6. Pohon Masalah 17
7. Perilaku yang Berkaitan dengan Masalah Risiko Perilaku Kekerasan 17
8. Sumber Koping 18
9. Mekanisme Koping 19
10. Penanganan Krisis Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan 20
11. Penatalaksanaan 23
B Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan: 30
1. Pengkajian 30
2. Diagnosa Keperawatan 37
3. Rencana Tindakan Keperawatan 38
4. Implementasi Keperawatan 40
5. Evaluasi Keperawatan 41
BAB III METODE PENELITIAN 42
A Rancangan Studi Kasus 42
B Subjek Studi Kasus 42
C Fokus Studi 42
D Definisi Operasional 43
E Lokasi dan Waktu Studi Kasus 43
F Metode Pengumpulan Data 43
G Analisa Data dan Penyajian Data 44
H Etik Studi Kasus 45
1. Informed consent (Persetujuan menjadi klien) 45
2. Anonimity (Tanpa nama ) 46
3. Confudentiality (Kerahasiaan) 46
4. Justice (Keadilan bagi seluruh subjek pengambilan kasus) 46
5. Beneficience ( Etika berbuat baik ) 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48
A. Hasil 48
1. Gambaran Lokasi studi Kasus 48
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien 1) 48
3. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien 2) 48
4. Data Asuhan Keperawatan 49
B. Pembahasan 81
1. Pengkajian 81
2. Diagnosa Keperawatan 87
3. Intervensi Keperawatan 88
4. Implementasi Keperawatan 90
5. Evaluasi 93
6. Keterbatasan 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 100
A. Kesimpulan 100
1. Pengkajian Keperawatan 100
2. Diagnosa Keperawatan 101
3. Intervensi Keperawatan 101
4. Implementasi Keperawatan 103
5. Evaluasi Keperawatan 107
B. Saran 113
1. Bagi Keluarga 113
2. Bagi Ruang Kemuning 113
3. Bagi Penulis Selanjutnya 114
DAFTAR PUSTAKA xvi

DAFTAR TABEL
A.Data 3 bulan Terakhir Ruang Kemuning RSUD R,Syamsudin ,SH…………3
A. Rentan Respon Marah 15
B. Pohon Masalah 16
C. Penanganan Krisis Pada Paien Risiko Perilaku kekerasan 20
A. Sp Risiko Perilaku Kekerasan 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Pembimbing Utama ...............................................
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Pembimbing Pendamping
......................................
Lampiran 3 Bukti Persetujuan Pengambilan Kasus ..................................................
Lampiran 4 Surat Pengantar Ekstra Dinas STIKes sukabumi ..................................
Lampiran 5 Permohonan Menjadi Partisipan
......................../...................................
Lampiran 6 Persetujuan Menjadi Partisipan ((Informed Consent) Tn. E..................
Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Partisipan ((Informed Consent) An.I ...................
Lampiran 8 Jenis – Jenis Obat Psikiatrik...................................................................
Lampiran 9 Format Pengkajian Jiwa
.........................................................................
Lampiran 10 Teknis Pengisian Format Pengkajian Jiwa ..........................................
Lampiran 11 Strategi Pelaksanaan Klien Dan Keluarga ...........................................
Lampiran 12 Proposal Terapi Ativitas Kelompok.....................................................
Lampiran 13 Daftar nama pasien 3 bulan kebelakang……..……………………….
Lampiran 14 Dokumentasi Kegiatan ........................................................................
Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup
..........................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu
kesehatan merupakan hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi
oleh undang-undang. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi
modal terbesar untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan
pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya
manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Di negara berkembang
seperti Indonesia (Ardinata,2020). Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan World Health Organization (WHO, 2015).
Undang-Undang nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan jiwa adalah
kondisi seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya (Undang-Undang No.18 tahun 2014).
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan
fungsi jiwa dan sanggup menghadapi masalah dalam hidup, merasa bahagia,
dan mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan disi sendiri,
orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko,
sosial, dan
1

spiritual yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling
memengaruhi (Stuart dan Sundeen, 2013; Stuart, G.W., Keliat, B., A.,&
Pasaribu, 2016).
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan secara global
bagi setiap negara dan tidak hanya di Indonesia saja. Kesehatan jiwa di
akibatkan oleh psikotik/Skizofrenia, kecemasan, depresi dan penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) juga menjadi masalah
kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan data menurut Prevalensi
gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO pada tahun 2019,
terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita
gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang
jiwa mengalami Skizofrenia (WHO,2019)
Menurut data Riskedas (2018) di Indonesia dari jumlah penduduk 260
juta sejak usia >15 tahun (70%) untuk jumlah depresi mencapai (6,1%) atau
sekitar 11.102.000 juta orang, untuk jumlah Skizofrenia/psikosis di
Indonesia sebanyak (0.18%) atau sekitar 468.000 Ribu, untuk Gangguan
Mental Emosional (GME) ada (9,8%) atau sekitar 17.836.000 juta dan di
Jawa Barat itu sendiri dari jumlah penduduk 48.270.000 juta untuk GME
(12,11%) >15 tahun berjumlah sekitar 4.091.847 juta, untuk depresi (7,75%)
>15 tahun 2.618.647 juta ,untuk Skizofrenia /psikosis (0,05%) 24.135 Ribu.
Berdasarkan data di atas meskipun prevalensi Skizofrenia tercatat
dalam jumlah yang relative lebih rendah dibandingkan prevalensi jenis
gangguan jiwa lainnya berdasarkan National Institute of Mental Health
(NIMH) Skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab besar
kecacatan di seluruh dunia, orang dengan Skizofrenia memiliki
kecendrungan lebih besar peningkatan risiko bunuh diri (NIMH, 2019).
Data American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita Skizofrenia
RSUD R. Syamsudin, SH adalah Rumah Sakit yang berada di Kota
Sukabumi yang memiliki pelayanan dan perawatan psikiatrik. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Rekam Medik 3 bulan kebelakang untuk pasien
rawat inap pada tahun 2023.
Tabel A.Data 3 bulan Terakhir Ruang Kemuning RSUD R,Syamsudin ,SH
LAKI - Skizofrenia Skizofrenia Depresi
NO BULAN
LAKI
PEREMPUAN Bipolar GMO
paranoid Hebefrenik berat
1 Januari 36 14 17 26 2 1
2 Febuari 25 8 15 15 1 1 1
3 Maret 31 7 8 27 3
JML 92 29 40 68 3 4 2

Berdasarkan data dari ruang kemuning pada saat pengelolaan kasus di


akhir bulan maret di dapatkan 13 orang yang mengalami gangguan jiwa
diantaranya 9 laki laki dan 4 perempuan salah satu dari pasien tersebut ada 3
orang yang mengalami Risiko Perilaku Kekerasan
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan
hilanngya dengan nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini
karena jiwa yang tergangangu maka di butuhkan adalah terapi, rehabilitasi
serta dengan konseling. Upaya terbesar untuk penangan penyakit
gangguan jiwa terletak pada keluarga dan masyarakat, dalam hal ini terapi
terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam mencegah kambuhnya
penyakit Skizofrenia (Pitayanti, & Hartono, 2020).
Tanda dan gejala yang timbul akibat Skizofrenia berupa gejala positif
dan negatif seperti perilaku kekerasan. Risiko perilaku kekerasan
merupakan salah satu respon marah yang diespresikan dengan melakukan
ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain. Pada aspek fisik
tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, marah,
mudah tersinggung, mengamuk dan bisa mencederai diri sendiri.
Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis, afektif, hingga perilaku dan
sosial hingga menyebabkan risiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data
tahun 2017 dengan risiko perilaku kekerasan sekitar 0,8% atau dari 10.000
orang menunjukkan risiko perilaku kekerasan sanggatlah tinggi
(Pardede,2020)
Dampak Perilaku kekerasan jika tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan berbagai dampak seperti menyakiti diri sendiri, memukul
bahkan menyakiti orang lain dan merusak lingkungan. Hal ini dapat terjadi
karena ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan amarahnya
dengan baik (Prabowo, 2014).
Penderita perilaku kekerasan dianggap sangat membahayakan orang-
orang disekitarnya dan lingkungannya. Masyarakat Indonesia beranggapan
bahwa kejiwaan khususnya penderita perilaku kekerasan tidak dapat
disembuhkan sehingga bagi penderitanya layak untuk dikucilkan.
Minimnya pengetahuan tentang kesehatan kejiwaan membuat masyarakat
Indonesia memberikan penilaian bahwa penderita jiwa berbeda dengan
para penderita sakit fisik yang dapat disembuhkan maupun sulit
disembuhkan (Dermawan & Rusdi, 2013).
Beberapa tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan perilaku
kekerasan yaitu, muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatup
rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, bicara kasar, suara tinggi,
menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau
memukul benda/ orang lain, merusak barang atau benda dan tidak
mempunyai kemampuan mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan (Rusdi
2013).
Peran perawat dalam menghadapi pasien Risiko perilaku kekerasan
yaitu menggunakan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Yang pertama yaitu menggunakan upaya promotive : perawat kesehatan
jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien
meningkatkan atau memulihkan kembali kemampuan koping individu dan
koping keluarga yang dimiliki sebelumnya. Yang kedua menggunakan cara
preventif : perawat kesehatan jiwa mempertahankan lingkungan yang
terapeutik bekerja sama dengan pasien dan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan yang lain. Yang ketiga menggunakan cara kuratif : perawat
kesehatan jiwa menyusun intervensi sekitar aktivitas keseharian pasien
untuk mengembangkan kemampuan perawat diri serta kesehatan fisik
danmental. Yang terakhir yaitu menggunakan cara rehabilitatif : perawat
kesehatan jiwa menggunakan psikoterapi, kelompok, keluarga, dan
penanganan terapeutik lainnya untuk membantu pasien mencegah penyakit
jiwa dalam meningkatkan status kesehatan mental.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis terterik untuk
melakukan studi kasus yang berjudul ‘‘Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn.E Dan An.I Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia
Hebefrenik Di Ruang Kemuning RSUD R.Syamsudin,SH Kota
Sukabumi”
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Risiko
Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik Di Ruang Kemuning
RSUD R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi?
C Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Risiko Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia
Hebefrenik Di Ruang Kemuning RSUD R.Syamsudin,SH Kota
Sukabumi
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning RSUD
R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
2) Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning
RSUD R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
3) Membuat intervensi pada pasien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning RSUD
R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
4) Melaksanakan implementasi pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning
RSUD R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
5) Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien Dengan Risiko
Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning
RSUD R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
D Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis Selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat memberikan gambaran
terhadap perbandingan antara konsep dan yang ada di lapangan
sehingga penulis selanjutnya dapat mengembangkan metode
penulisan pemilihan tempat, pemilihan pasien, dan pemilihan
tindakan asuhan keperawatan dengan pasien gangguan jiwa.
2. Bagi STIKes Sukabumi
Karya tulis imiah ini di harapkan Dapat menambah referensi
untuk pengembangan ilmu dan menjadi gambaran dalam
penerapan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan
Risiko Perilaku Kekerasan akibat Skizofrenia Hebefrenik di Ruang
Kemuning RSUD R Syamsudin S.H.
3. Bagi Ruang Kemuning RSUD R Syamsudin S.H
Karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat digunakan dalam
penulisan dan meningkatkan terhadap strategi pelaksanaan, proses
komunikasi terapeutik, terapi aktivitas kelompok dan asuhan
keperawatan bagi pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan
1. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan
Risiko Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi,
perasaan frustasi, benci atau marah.Hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019).
Risiko Perilaku kekerasan adalah respons maladaptif terhadap
kemarahan, yang mengakibatkan kemarahan atau kepanikan yang
ekstrem. Perilaku kekerasan yang terjadi pada klien Skizofrenia diawali
dengan perasaan tidak berharga, ketakutan, dan penolakan dari
lingkungan, sehingga individu menarik diri dari hubungan interpersonal
dengan orang lain (Pardede, Keliat & Wardani, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Risiko
perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan
bahwa individu dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau
9

41

lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal. Risiko


perilaku kekerasan terbagi menjadi dua yaitu Risiko perilaku terhadap
diri sendiri dan Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain.
2. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala perilaku kekerasan
Menurut (Budi Anna Keliat,2019) tanda dan gejala perilaku kekerasan
diantaranya yaitu:
a Tanda Gejala Mayor
1) Subjektif
a) Mengatakan Benci /Kesal dengan orang lain
b) Mengatakan ingin memukul orang lain
c) Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
d) Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiri,orang
lain,dan merusak lingkungan
2) Objektif
a) melotot
b) Pandangan tajam
c) Tangan mengepal,rahang mengatup
d) Gelisah dan mondar-mandir
e) Tekanan darah meningkat
f) Nadi meningkat
g) Pernafasan meningkat
h) mudah tersinggung.
i) Nada suara tinggi dan bicara kasar
j) Mendominasi pembicaraan
k) Sarkasme
l) Merusak Lingkungan
m) Memukul orang lain
b Tanda Gejala Minor
1) Subjektif
a) Mengatakan tidak senang
b) Menyalahkan orang lain
c) Mengatakan diri berkuasa
d) Merasa gagal mencapai tujuan
e) Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis dan minta
dipenuhi
f) Suka mengejek dan mengeritik
2) Objektif
a) Disorientasi
b) Wajah merah
c) Postur tubuh kaku
d) Sinis
e) Bermusuhan
f) Menarik diri
3. Etiologi
Masalah perilaku kekerasan disebabkan oleh adanya faktor
predisposisi faktor yang melatar belakangi munculnya masalah dan
faktor yang memicu adanya masalah (Stuart.2013).
a Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
a) Neurotransmeiter yang sering dihubungkan dengan
perilaku agresif dimana faktor pendukungnya ialah
masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, sering
mengalami fenomena yang tidak menyenangkan/
kegagalan, kehidupan yang dipenuhi tindakan agresif
dan lingkungan yang tidak kondusif.
2) Faktor Psikologis
a) Teori Agresif Frustasi “Frustasion aggression theory”
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil akumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat
mendorong individu untuk berperilaku agresif karena
perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
b) Teori Perilaku “Behaviororal theory” Kemarahan
merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat
dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang
mendukung. Reinforcement yang diterima saat
melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan di
dalam maupun di luar rumah.
c) Teori Eksistensi “Existential theor” Salah satu kebutuhan
dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui
perilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi
kebutuhannya melalui perilaku destruktif
3) Faktor sosial budaya
a) Faktor sosial budaya Pada umumnya seseorang
akan marah apabila dirinya merasa terancam,
baik berupa kekerasan secara fisik, psikis maupun
ancaman terhadap konsep dirinya. Seseorang akan
mengalami peningkatan emosional jika mendapatkan
penghinaan, kekerasan,kehilangan seseorang yang
berarti, konflik dengan teman maupun keluarga, dan
Ketika merasa terancam baik permasalahan internal
maupun eksternal.
4) Faktor lingkungan
a) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Norma kebudayaan
dapat mendukung individu untuk berespon asrtif/ kasar
(agresif).
b) Perilaku agresif dapat diperlajari secara langsung
maupun imitasi dari proses sosialisasi contohnya
mengejek.
b Faktor Presipitasi
1) Secara umum seseorang akan mengeluarkan respon marah
apabila dirinya terasa terancam.Ancaman tersebut berupa
luka secara psikis atau lebih di kenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri sesorang.Mungkin dia tidak
menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kelemahannya.Baik perawat maupun klien harus Bersama
sama mengidentifikasinya.Ancaman dapat Berupa internal
maupun eksternal.stresor eksternal secara psikis,kehilangan
hubungan yang di anggap bermakna,dan adanya kritikan
dari orang lain.Sedangkan contah dari internal:merasa gagal
dalam bekerja,merasa kehilangan orang yang di cintai dan
ketakuta terhadap penyakit yang di derita bila dilihat dari
sudut perawat-klien,maka factor yang mencetuskan yang
terjadi perilaku kekerasan terbagi menjadi dua yakni :
a) Klien :Kelemahan fisik, ketidakpuasan,
ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan :Ribut,kehilangan orang atau objek yang
berharga,konflik interaksi sosial.
4. Proses terjadinya perilaku kekerasan
Menurut Muhith (2015), tindakan kekerasan timbul karena
kombinasi antar frustasi dan rangsangan dari luar sebagai pemicu. tiap
insan bisa saja melakukan perilaku kekerasan. Namun pada
kenyataannya, ada orang-orang yang mampu menghindari kekerasan
walau balakangan ini semakin banyak orang yang cendrung berespon
agresif. Prilaku kekerasan ialah respons kemarahan yang paling
maladaptif dengan ditandai perasaan marah dan rasa bermusuhan yang
tidak bisa dihindari serta diikuti hilangnya kontrol penuh,individu dapat
merusak diri sendiri, dan orang lain, serta lingkungan.
Prilaku kekerasan adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa
cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan. Respons marah dapat diekspresikan secara internal
atau eksternal. Dilihat dari dalam dapat berupa perilaku tidak asertif dan
merusak diri, sedangkan secara luar dapat berupa perilaku destruktif
agresif.
Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterimaa tanpa
menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu Apabila
perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang,
biasanya dilakukan karena ia merasa kuat (Yusuf, dkk,2015).
5. Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang respon
adaptif dan maladaftif.(Sutart, 2013).
Tabel A. Rentan Respon Marah
Rentan Respon marah

Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan


atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi
kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
Frustasi adalah respons yang terjadi akibat gagal mencapai
tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses
pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif
lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan dan terlihat pasif.
Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan
perasaannya, klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara
karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa muka masam, bicara
kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
6. Pohon Masalah
Mengidentifikasi pohon masalah perilaku kekerasan sebagai
berikut Menurut (Stuart dan Sundeen ,2013)
Tabel B. Pohon Masalah

7. Perilaku yang Berkaitan dengan Masalah Risiko Perilaku


Kekerasan
Menurut Prastya, & Arum (2017):
a Menyerang atau Menghindar Pada keadaan ini respon fisiologis
timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urin dan
saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat,
disertai ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b Menyatakan Secara Asertif Perilaku yang sering ditampilkan
perilaku kekerasan
individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan
perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara
yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan
dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan
diri.
c Memberontak Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan
akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
d Perilaku Kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang
ditunjukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
8. Sumber Koping
Menurut (Stuart.2013) Sumber koping dapat berupa asset
ekonomi, kemapuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan
sosial dan motofasi. Hubungan antara individu, keluarga kelompok
dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini. Sumber
koping lainnya termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual,
keyakinan positif dan material kesejahteraan fisik keyakinan spiritual
dan melihat ciri positif dapat berfungsi sebagai dasar harapan dan
dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasai hal yang paling
buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan
alternative dan melaksanakan rencana tindakkan ketrampilan sosial
memfasilitasi penyelesaian masalh yang melibatkan orang lain,
meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama dan
dukungan diri orang lain ain, dan memberikan control sosial individu
yang lebih besar. Akhirnya asset materi berupa barang dan jasa yang
bisa dibeli dengan uang. Sumber koping sangat meningkatkan
pilihan seseorang mengatasi di hamper semua siuasi stress,
pengetahuan dan kecerdasaan yang lain dalam menghadapi sumber
daya yang memungkinkan orang untuk melihat cara yang berbeda
dalam menghadapi stress. Akhirnya sumber koping juga termasuk
kekuatan ego untuk mengidentifikasi jaringan sosial, stabilitas
budaya, orientasi pencegahan kesehatan dan konstitusional
9. Mekanisme Koping
mekanisme koping yang dipakai pada pasien perilaku
kekerasan untuk melindungi diri antara lain : Menurut (Eko
Prabowo.2014)

a Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyalurannya secara normal.
b Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik.
c Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar.
d Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan.
e Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya membangkitkan emosi.
10. Penanganan Krisis Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan
perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk
mencegah dan manajemen perilaku kemarahan. Intervensi dapat
melalui rentang intervensi keperawatan (Sutart,2013).

Tabel C. Rentang Tindakan Keperawatan Terhadap Perilaku Kekerasan (Sumber :


Stuart, 2013)
Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan
1.kesadaran diri 4. Komunikasi 8.Managemen Kritis
2.Kendidikan klien 5. Perubahan Lingkungan 9. Seclusion
3. Latihan Asertif 6. Tindakan Perilaku 10.Restrain
7. Psikofarmakologi
a Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat merasa
letih, cemas, marah, atau apatis makan akan sulit baginya untuk
membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri
dipenuhi dengan masalah, maka energi yang dimilikinya bagi klien
menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat
harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi
dan masalah klien
b Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai cara
berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat.
Banyak klien yang mengalami kesulitasn mengekspresikan
perasaanya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan
berkomunikasi diharapakan agar klien mau mengekspresikan
perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan
klien adaptif atau maladaptif, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan terapi menggambar, sehingga klien dapat
mengekpresikan perasaannya melalui gambar.
c Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat,
meliputi: Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang,
mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan, Sanggup
melakukan komplain, mengekspresikan penghargaan dengan tepat
d Komunikasi
Strategi komunikasi dengan klien perilaku kemarahan, yaitu:
Bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara
menghakimi, bicara netral dan dengan cara yang konkrit, tunjukkan
respek pada klien, hindari intensitas kontak mata langsung,
demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan,
fasilitasi pembicaraan klien, dengarkan klien, jangan buru-buru
menginterprestasikan, jangan buat janji yang tidak dapat ditepati.
e Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya penyediakan berbagai aktivitas
seperti: membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku
klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosial.
f Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai
perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,
konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja
kontribusi perawat selama perawatan.
g Psikofarmakologi
Pengobatan yang diberikan meliputi obat-obatan golongan anti
ansietas dan hipnotik sedatif, antidepresi, stabilasi mood,
antipsikotik dan obatobatan golongan lainnya.
h Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka
diperlukan intervensi yang lebih aktif dengan penanganan
kedaruratan psikiatri dengan pimpinan tim krisis yang bertanggung
jawab selama 24 jam
i Seclusion
Pengekangan fisik merupakan tindakan yang terakhir, dimana
pengekangan ada dua macam pengekangan fisik secara mekanik
atau dengan isolasi klien.
j Restrain
Merupakan terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
11. Penatalaksanaan
a Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen perilaku kekerasan juga dapat dilakukan dengan
upaya pengendalian diri. Pengekangan adalah pengendalian
secara langsung tekanan tubuh pada seseorang, tanpa izin
individu, untuk menaklukkan kebebasan bergerak,obat ini
termasuk penggunaan gadget mekanik atau panduan untuk
membatasi mobilitas tubuh pasien. Terapi pengenndalian diri
dapat digunkn untuk melindungi pasien atau orang lain dari
cidera pada saat pasien sedng marah ataupun amuk (Hastuti,
2019).
1) Terapi Modalitas
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu
bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat
sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung
yang ada ketika menjalani terapi (Nasir & Muhit). Jenis-jenis
terapi modalitas adalah :
a) Psikoterapi
Psikoterapi Merupakan suatu cara pengobatan terhadap
masalah emosional terhadap pasien yang dilakukan oleh
seseorang yang terlatih dan sukarela. Psikoterapi dilakukan
agar klien mengalami tingkah lakunya dan mengganti
tingkah laku yang lebih konstruktif melalui pemahaman-
pemahaman selama ini kurang baik dan cenderung
merugikan baik diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
sekitar.

b) Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,
terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu
sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, bermain
catur. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan nya program
kegiatannya.
c) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana untuk membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian :
(1) Bina hubungan saling percaya
(2) Jangan memancing emosi klien
(3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
(4) Memberikan kesempatan klien dalam mengemukakan
pendapat
(5) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah
yang dialami
(6) Mendengarkan keluhan klien
(7) Membantu memecahkan masalah yang dialami klien
(8) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung
perasaan klien
(9) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung
memvonis 20
(10) Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah :
bawa klien ketempat yang tenang dan aman, hindari
benda tajam, lakukan fiksasi sementara, rujuk ke
pelayanan kesehatan (Aznuhaji, 2015)
d) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan membantu individu untuk
mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain dan
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Jenis
terapi lingkungan antara lain terapi rekreasi dengan cara main
basket, main karambol dan sebagainya, terapi kreasi seni
dengan cara menari, terapi musik, terapi menggambar, dan
literatur.
e) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam
praktik kesehatan jiwa, bahkan merupakan hal yang terpenting
dari keterampilan terapeutik dalam ilmu keperawatan. Jenis
terapi aktivitas kelompok yang digunakan pada klien dengan
perilaku kekerasan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi atau kognitif. Terapi yang bertujuan untuk membantu
klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristiknya yaitu
pada penderita persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai,
menarik diri dari realitas dan inisiasi atau ide-ide negative.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok
ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi
kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat
kekerasan.
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi
dalam 5 sesi, yaitu:
Sesi 1 : Mencegah perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan verbal
Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan sosial
Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan spiritual
Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh
mengonsumsi obat.
Tim terapis dalam TAK yaitu :
(1) Leader:
(a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
(b) Memimpin jalannya terapi kelompok
(c) Memimpin diskusi
(2) Co-leader:
(a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
(b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang
menyimpang.
(c) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
(d) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
(3) Observer
(a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan
dengan waktu, tempat dan jalannya acara.
(b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
angota kelompok denganevaluasi kelompok.
(4) Fasilitator
(a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
(b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan
(c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
(d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
(e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
(f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi
masalah.
f) Penatalaksanaan Medik
(1) Terapi Farmakologi
Pasien dengan perilaku kekerasan perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan
neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya: Clorphomazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah contohnya Trifluoperazine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
Transquilizer bukan obat antispikotik seperti neuroleptika,
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti
tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
(2) Terapi Somatik
Menurut Depkes RI (2014) menerangkan bahwa terapi
somatik terapi yang diberikan kepada pasien dengan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi
adalah perilaku pasien.

(3) Terapi Kejang Listrik


(ECT) Terapi kejang listrik atau electronic convuldive
therapy (ECT) adalah bentuk terapi yang diberikan kepada
pasien dengan menimbulkan kejang dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan di pelipis
pasien. Terapi ini awalnya untuk menangani Skizofrenia
Hebefrenik membutuhkan 20- 30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah 2-3 kali sehari dalam seminggu
(seminggu 2 kali).
B Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan:
1. Pengkajian
Pengkajian Menurut (Direja, 2011). Pengkajian adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
a Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang : nama perawat, nama klien, tujuan, waktu,
tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2) Usia dan nomor rekam medik

b Alasan Masuk
Alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit yaitu
pasien sering mengungkapkan kalimat yang bernada ancaman, kata-
kata kasar, ungkapan ingin memukul serta memecahkan perabotan
rumah tangga. Pada saat berbicara wajah pasien terlihat memerah
dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, mengepalkan tangan. Biasanya tindakan keluarga pada saat itu
yaitu dengan mengurung pasien atau memasung pasien. Tindakan
yang dilakukan keluarga tidak dapat merubah kondisi ataupun
perilaku pasien.
c Faktor Predisposisi
Pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya pernah
mendapat perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan
masih meninggalkan gejala sisa, sehingga pasien kurang beradaptasi
dengan lingkungannya. Biasanya gejala sisa timbul merupakan
akibat trauma yang dialami pasien berupa penganiayaan fisik,
kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan, tindakan kriminal
yang pernah disaksikan, dialami ataupun melakukan kekerasan
tersebut.
d Pemeriksaan Fisik
saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan akan cepat
ketika pasien marah, mata merah, mata melotot, pandangan mata
tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang mengancam, kasar dan
kata-kata kotor, tangan mengepal, rahang mengatup serta postur
tubuh yang kaku.
e Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan tentang garis keturunan keluarga pasien,
apakah anggota keluarga ada yang mengalami jiwa seperti yang
dialami oleh pasien.
f Konsep Diri
1) Citra Tubuh
Gambaran diri, identitas diri, ideal diri, peran diri
dan harga diri.
2) Identitas Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan merupakan anggota dari
masyarakat dan keluarga. Tetapi karena pasien mengalami jiwa
dengan perilaku kekerasan maka interaksi antara pasien dengan
keluarga maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
3) Peran Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat melakukan
peran dan tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga dalam
masyarakat.

4) Ideal Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan ingin diperlakukan
dengan baik oleh keluarga ataupun masyarakat sehingga pasien
dapat melakukan perannya sebagai anggota keluarga atau
anggota masyarakat dengan baik.
5) Harga Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa
dikucilkan di lingkungan sekitanya.
6) Hubungan Sosial Biasanya
Orang yang berarti dalam hidup klien, peran serta dalam
masyarakat dan hambatan dalam berhubungan sosial.
7) Spiritual
a) Nilai Keyakinan
Orang yang berarti dalam hidup klien, peran serta
dalam masyarakat dan hambatan dalam berhubungan
sosial.
b) Kegiatan Ibadah
Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah.
8) Status Mental Penampilan
Berpenampilan kurang rapi, rambut acak-acakan, mulut dan gigi
kotor, badan pasien bau.

9) Pembicaraan
Berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi, dan berteriak
(menggebu-gebu).
10) Aktivitas Motorik
Terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan tangan yang
mengepal dan geraham yang mengatup, mata yang merah dan
melotot.
11) Alam Perasaan
Pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
dengan penyebab marah yang tidak diketahui.
12) Afek
Mengalami perubahan roman muka jika diberikan stimulus yang
menyenangkan dan biasanya pasien mudah labil dengan emosi
yang cepat berubah. Pasien juga akan bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat.
13) Interaksi Selama Wawancara
Memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif, bermusuhan,
serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam serta
pandangan yang melotot. Pasien juga akan berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
14) Persepsi
Mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu yang tidak
nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak nyata.
15) Proses atau Arus Pikir
Berbicara dengan bloking yaitu pembicaraan yang terhenti tiba-
tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa eksternal
kemudian dilanjutkan kembali.
16) Isi Pikir
Dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau ketakutan
patologis atu tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
17) Tingkat Kesadaran
Dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya yaitu stupor
dengan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang,
anggota tubuh pasien dalam sikap yang canggung serta pasien
terlihat kacau.
18) Memori
Klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang
konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk
menutupi yang dialaminya.
19) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu berkonsentrasi,
pasien selalu meminta agar pernyataan diulang/ tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan. Biasanya pasien pernah
menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki masalah dalam
berhitung (penambahan maupun pengurangan).
20) Kemampuan Penilaian
Pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti jika
disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan atau
mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi terlebih
dahulu.
21) Daya Tilik Diri
Pasien suka menyadari bahwa ia berada dalam masa pengobatan
untuk mengendalikan emosinya yang labil.
22) Kebutuhan Kesiapan Pulang.
Kemampuan memenuhi kebutuhan, kegiatan hidup
sehari-hari, penggunaan obat, makan BAB atau BAK,
kebersihan diri,pemeliharaan kesehatan, aktivitas
didalam rumah dan diluar rumah
23) Mekanisme Koping
Data yang didapat melalui wawancara pada pasien/ keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi
masalah :
a) Koping adaptif
(1) Bicara dengan orang lain
(2) Mampu menyelesaikan masalah
(3) Teknik relokasi
(4) Aktivitas konstruktif
(5) Olahraga

b) Koping maladaptive
(1) Minum alcohol
(2) Reaksi lambat/ berlebihan.
(3) Bekerja berlebihan
(4) Menghibur
(5) Mencederai diri
24) Masalah Psikososial dan Lingkungan Biasanya pasien dengan
perilaku kekerasan memiliki masalah dengan psikososial dan
lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi
dengan keluarga atau masyarakat karena perilaku pasien yang
membuat orang sekitarnya merasa ketakutan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan dasar
pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perawat yang bertanggung jawab (Muhith, 2015).
a Waham
b Curiga pada orang lain
c Halusinasi
d Berencana bunuh diri
e Kerusakan kognitif
f Disorientasi atau konfuusi
g Kerusakan kontrol inplus
h Depresi
i Penyalahgunaan NAPZA
j Gangguan konsep diri
k Isolasi sosial
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut (Budi Anna Keliat,2019) Rencana Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan perilaku kekerasan mengacu pada strategi
pelaksanaan pasien perilaku kekerasan sebagai berikut:
Tabel A. Sp Risiko Perilaku Kekerasan
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
Latih klien untuk melakukan Pendidikan kesehatan tentang
relaksasi.nafas dalam pengertian Risiko Perilaku Kekerasan,
1. Kaji penyebab,tanda dan gejala tanda dan gejala pasien Risiko Perilaku
Risiko perilaku kekerasan Kekerasan dan cara-cara merawat
2. Diskusikan kerugian dari cara yang pasien Risiko perilaku kekerasan
di lakukan,Kemampuan mengatasi 1. Kaji masalah klien yang di rasakan
masalah serta akibatnya keluarga dalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian.penyebab,tanda dan
3. Jelaskan diagnosa keperawatan dan gejala serta proses terjadinya risiko
proses terjadinya risiko perilaku
perilaku kekerasan yang di alami
kekerasan
klien
4. Latih klien umtuk melakukan 3. diskusikan cara merawat risiko perilaku
relaksasi: Tarik nafas dalam,pukul kekerasan dan memutuskan cara
bantal dan Kasur.senam dan jalan- merawat yang sesuai dengan kondisi
jalan. klien
5. Minta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
6. Berikan reinforcement positif.
7. Masukan ke dalam jadwal kegiatan
8. Lakukan rencana tindak lanjut
9. Lakukan kontrak yang akan
datang:Memberikan
reinforcement positif

SP 2 SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan Melatih keluarga cara merawat risiko
baik perilaku kekerasan klien
1. Evaluasi SP. 1 1. Hindari penyebab terjadinya risiko
2. Latih Klien untuk bebicara dengan perilaku kekerasan.
baik: Mengungkapkan 2. Bimbing klien melakukan Latihan cara
perasaan,meminta dengan baik dan mengendalikan perilaku kekerasan
.menolak dengan baik sesuai dengan yang di latih perawat
pada klien .
3. Latih deklarasi secara verbal maupun
3. Berikan pujian atas keberhasilan klien..
tertulis.
4. Simpulkan isi pembicaraan klien.
5. Berikan reinforcement positif.
6. Evaluasi respon pasien terhadap
tindakan (Data Subjektif dan Data
Objektif).
7. Lakukan rencana tindak lanjut.
8. Lakukan kontrak yang akan datang

SP 3 SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan Membuat perencanaan pulang bersama
ibadah sesuai dengan agama dan keluarga
kepercayaan yang di anut 1. Libatkan seluruh anggota keluarga
(solat,berdo’a dan kegiatan ibadah untuk menciptakan suasana keluarga
yang lainnya yang nyaman:mengurangi stress di
1. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2. dalam keluarga dan memberi
2. Latih Klien untuk sholat yang motivasi pada klien .
baik dan benar 2. Jelaskan tanda dan gejala perilaku
kekerasan yang memerlukan rujukan
3. Latih klien berdo’a dengan baik
segera serta memerlukan follow up
dan benar.
ke pelayanan Kesehatan secara
4. Berikan reinforcement positif. teratur.
5. Evaluasi respon pasien terhadap
tindakan (Data Subjektif dan
Data Objektif).
6. Lakukan rencana tindak lanjut.
7. Melakukan kontrak yang akan
datang.

SP 4
latih klien minum obat dengan prinsip
8 benar
1. Evaluasi SP. 1 , SP. 2,SP 3
2. Latih klien minum obat dengan
prinsip 8 benar : benar nama
klien, benar nama obat, benar
manfaat obat, benar dosis obat,
benar frekuensi, benar cara,
benar tanggal kadaluarsa dan
benar dokumentasi.
3. Bantu klien dalam mengendalikan
risiko perilaku kekerasan jika
klien mengalami kesulitan
4. Diskusikan manfaat yang didapat
setelah memperaktikan latihan
mengendalikan risiko perilaku
kekerasan.
5. Simpulkan isi pembicaraan klien
6. Berikan reinforcement positif
7. Evaluasi respon pasien terhadap
tindakan ( Data Subjektif dan
Data Objektif)
8. Lakukan rencana tindak lanjut

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implemetasi
seringkali jauh berbeda dengan rencana (direja, 2011 dalam halifah,
2016).
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi, apakah rencana
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat
ini. Perawat juga mesti perlu menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan intelektual, interpersonal dan tehnikal untuk melakukan
tindakan penilaian apakah aman atau tidak untuk klien. Setelah
semuanya jelas, baru perawat membuat kontrak dengan klien yang
isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang di
harapkan dari klien, kemudian dokumentasikan tindakan yang
dilaksanakan beserta respon klien (Kusumawati & Hartono, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus
– menerus untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan evaluasi dapat di bagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a Evaluasi proses ( formatif ) yang di lakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan.
b Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan
respon klien dengan tujuan yang di tentukan.
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan
keperawatan yang telah di laksanakan
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau
muncul masalah yang baru
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon
9

47

BAB III
METODE PENELITIAN
A Rancangan Studi Kasus
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dimana penulisannya adalah
deskriftif dalam bentuk studi kasus.Studi kasus ini tidak mengeksplorkan
masalah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik Di Ruang Kemuning RSUD
R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi. menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
B Subjek Studi Kasus
Subjek peneltian adalah subjek yang di tuju untuk di teliti oleh
peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti
(arikunto,2006).
Subjek penelitian ini adalah pasien dengan diagnose Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik sebanyak dua responden yang di
rawat di RSUD R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
C Fokus Studi
Fokus studi kasus pada pengelolaan kasus ini yaitu :
1. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik.Melalui pendekatan yang
meliputi tahap pengkajian, penegakan diagnose keperawatan,
menetapkan perencanaa keperawatan dan di akhiri dengan mengevaluasi
respon pasien
2. Pemberian Tindakan keperawatan terhadap klien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik.
D Definisi Operasional
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik yang komprehensif meliputi
aspek-aspek baik bio-psiko-sosial dan spiritual, berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan secara Pendidikan.
Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal
di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu
keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah.Hal
ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi
secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai
karena penggunaan koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019).
E Lokasi dan Waktu Studi Kasus
1. Waktu Studi kasus ini dilakukan dirumah sakit selama 3 hari, dimulai
dari tanggal 29 Maret 2023 sampai dengan 31 Maret 2023
2. Lokasi Pengambilan kasus dilaksanakan di Ruang Kemuning RSUD
R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
F Metode Pengumpulan Data
Penyusunan bagian awal instrumen dituliskan karakteristik respon :
Identitas klien,umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan lain-lain.
Jenis instrumen yang digunakan pada ilmu keperawatan di klasifikasikan
menjadi 5 bagian, tetapi yang digunakan pada penelitian ini hanya 4 poin
(Nursalam,2014), yaitu:
1. Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis
manusia, baik inviro maupun inviotro).
2. Observasi (terstuktur dan tidak terstruktur) Pemeriksaan fisik dengan
pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) Observasi
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa model instrumen,
antara lain :
a Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa
b Buku catatan kecil dan alat tulis
3. Wawancara terstruktur atau tidak terstruktur (hasil anamnesis berisi
tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dahulu, keluarga, dan lain-lain).
4. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relevan).
G Analisa Data dan Penyajian Data
1. Analisa data didasarkan pada data yang terkumpul dengan cara
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya data tersebut
dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
direkomendasikan dalam intervensi, hasil data yang terkumpul dalam
bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif
untuk menunjang penentuan masalah keperawatan.
2. Analisa pada studi kasus menggunakan pendekatan PES (problem,
etiologi dan symptom) yang dituangkan dalam bentuk bagan sedangkan
pada pendekatan terapan digunakan analisis deskriptif.
3. Penyajian dapat dilakukan pada tabel, gambar, bagan, maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan mengaburkan identitas
dari klien.
4. Kesimpulan akan dilakukan dengan metode induksi data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
H Etik Studi Kasus
Menurut Sari & Sasmiyanto (2020) etika yang mendasari penyusunan studi
kasus terdiri dari :
1. Informed consent (Persetujuan menjadi klien)
Informed consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti
dengan subjek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi subjek
penelitian.Pada studi kasus ini responden dalam penelitian ini
responden telah menandatangani lembar persetujuan (Informed
Consent) yang artinya telah bersedia untuk dijadikan subjek dalam
studi kasus.
2. Anonimity (Tanpa nama )
Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan subjek penelitian adalah
tidak mencantumkan nama subjek penelitian dalam penyajian hasil
penelitian.Pada studi kasus ini untuk menjaga kerahasiaan klien
maka tidak dicantumkan nama klien
3. Confudentiality (Kerahasiaan)
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, data lain yang
dianggap rahasia oleh subjek penelitian maka peneliti harus menjaga
kerahasian data tersebut. Pada studi kasus ini semua data dan
informasi yang didapat dari responden dalam penelitian ini tidakakan
dipublikasikan untuk umum, melainkan hanya digunakan untuk
kepentingan laporan hasil penelitian.
4. Justice (Keadilan bagi seluruh subjek pengambilan kasus)
Kewajiban memperlakukan setiap manusia secara baik dan benar,
memberikan apa yang menjadi haknya, tidak membebani dengan apa
yang bukan menjadi kewajibannya dan memperlihatkan masalah
kerentanan (vulnerability). Pada studi kasus tanpa deskriminasi dan
diberikan penanganan yang sama dan menghormati seluruh
persetujuan persetujuan yang di sepakati dan memberikan
penanganan terhadap masalah yang muncul selama partisipasi.
5. Beneficience ( Etika berbuat baik )
Peneliti mampu melaksanakan pengambilan kasus dan sekaligus
mampu menjaga kesejahteraan subjek pengambilan kasus tanpa
menentang kesengajaan yang dapat merugikan subjek pengambil
kasus mampu berbuat baik kepada klien dan perawat di ruangan

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Gambaran Lokasi studi Kasus
Studi Kasus Dilakukan Di Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin,
S.H. Kota Sukabumi.
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien 1)
Nama : Tn.H
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 39 Tahun
No RM : R002XXXXX
Alamat : Kp.Cisarua
Pendidika : SMA
Agama : Islam
Status : Kawin
Diagnosa Medis : Psikosis Akut
3. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien 2)
Nama :An.B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 17 Tahun
No RM : R002XXXXX
48

64

Alamat : Kp. Cipetey


Pendidika n : SD
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Diagnosa Medis : Psikosis Akut
4. Data Asuhan Keperawatan
Pengkajian Tanggal Pengkajian Pada Klien 1: 17 Juni 2023 Jam
09:00 WIB
Pengkajian Tanggal Pengkajian Pada Klien 2: 17 Juni 2023 Jam
09:30 WIB
Oleh : Muhamad Fauzi
I. IDENTITAS KLIEN
IDENTITAS
KLIEN 1 KLIEN 2
KLIEN
Nama Tn.H An.B
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki
Umur 39 Tahun 17 Tahun
No.CM R.0028xxx R.0028xxx
Tanggal Masuk RS 29 mei 2023 01Juni 2023
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan Petani Tidak Bekerja
Status Perkwinan Kawin Belum Kawin
Diagnosa Medis
Adaftif Psikosis Akut Psikosis Akut Maladaftif

II. ALASAN MASUK As fru Pa Ag Amuk


DATA ertif stasi 1
KLIEN sif resfKLIEN 2
Klien mengatakan di bawa Klien mengatakan di bawa
oleh keluarganya ke rumah oleh keluarganya ke rumah
sakit RSUD R.Syamsudin, sakit RSUD R.Syamsudin,
SH 4 hari yang lalu karena SH 1 hari yang lalu karena
klien sering mengamuk di klien sering mengamuk di
rumahnya dan sering rumahnya dan sering mondar
mondar mandir,gelisah mandir,gelisah.
mengacam, kepada orang Pada saat di lakukan
lain klien juga mengatakan pengkajian pada tanggal 17
pernah membakar rumah juni 2023 klien mengatakan
karena kesal. sering marah – marahdan
ALASAN MASUK Pada saat di lakukan kesal karena tidak di belikan
pengkajian pada tanggal 17 batu akik sama orang tuanya.
juni 2023 klien mengatakan Klien juga mengatakan
sering marah - marah dan pernah merusak motor dan
kesal kepada orang-orang memukul kaca dan klien juga
karena tidak mempercayai Nampak gelisah-mondar
dirinya sudah sembuh dan mandir, bicara cepat, nada
klien juga Nampak tinggi dan labil
mondar-mandir dan gelisah
dan bicara
Risiko mencederai denganorang
diri sendiri, nadalain, dan lingkungan
tinggi

Masalah Risiko Perilaku Risiko Perilaku Kekerasan


Keperawatan Risiko perilaku kekerasan
Kekerasan

III. PAKTOR PREDISPOSISI


FAKTOR
KLIEN 1 KLIEN 2
PREDISPOSISI
Ya: Klien mengatakan Ya: Klien mengatakan
sudah 4x mengalami sudah 3x mengalami
gangguan jiwa dan di gangguan jiwa dan di
rawat di rumah sakit rawat di rumah sakit
RSUD R. Syamsudin, SH RSUD R. Syamsudin, SH
pada tahun pada tahun 2021,2022,
2018,2020,2021, dan dan sekarang pada tahun
sekarang pada tahun 2023 2023 dengan gangguan
dengan gangguan jiwa jiwa yang sama yaitu
yang sama yaitu sering sering mondar-mandir,
mondar mengamuk dan merusak
mandir,mengamuk dan barang-barang.
mengancam orang lain Pada tahun 2021 klien
Pada tahun 2018 klien mengatakan mendapatkan
Pernah mengalami
mengatakan pernah di bully oleh temannya
gangguan jiwa di masa
bully oleh temannya dan sehingga klien mengurung
lalu
klien juga pernah di PHK diri di kamar,pada tahun
oleh majikannya saat 2022 tidak terkaji.
bekerja sehingga klien
selalu menyendiri dan
kurang berinteraksi
dengan orang-orang, Pada
tahun 2020 tidak
terkaji,pada tahun 2021
klien mengatakan kesal
dan membakar rumah
karena orang orang tidak
mempercayai bahwa
dirinya sudah sembuh

Kurang berhasil : klien Kurang berhasil : klien


mengatakan mengatakan
pengobatannya kurang pengobatannya kurang
berhasil karena tidak berhasil karena tidak
Pengobatan sebelumnya meminum obat selama 2 meminum obat selama 4
bulan karena klien hari..
meraasa bahwa dirinya
sudah sembuh.

Aniaya fisik sebagai Aniaya fisik sebagai


pelaku: Klien pernah korban: Klien mengatakan
melakukan aniaya fisik pernah di pukul oleh
Trauma
berupa kekerasan kepada orang lain menggunakan
orang lain karena kesal bambu pada umur 10
pada umur 36 tahun tahun
Tidak ada : Klien Tidak ada : Klien
mengatakan tidak ada mengatakan tidak ada
Anggota keluarga yang anggota keluarga yang anggota keluarga yang
gangguan jiwa memiliki penyakit memiliki penyakit
gangguan jiwa . gangguan jiwa .

Klien mengatakan pernah Klien mengatakan pernah


di bully oleh tmennya di bully karena suaranya
karena memakai sendal seperti perempuan
jepit dan temenya
mengatakan kamu tidak
akan mampu membeli
sendal bagus karena
miskin klien juga pernah
di PHK pada saat bekerja
dan klien mengurung diri
sehingga klien selalu
menyendiri dan kurang
Pengalaman masa lalu
berinteraksi dengan orang-
yang tidak orang
menyenangkan
Klien juga mengatakan
merasa kehilangan,
karena ibunya meninggal
dan klien juga
mengatakan belum bisa
membahagiakan ibunya
dan merasa kehilangan
salah satu keluarganya
klien Nampak matanya
berkaca-kaca dan sambil
menunduk
1. Risiko perilaku Risiko perilaku
kekerasan kekerasan
Masalah Keperawatan
2. Berduka
Disfungsional

IV. FAKOR PRESIPITASI


DATA KLIEN 1 KLIEN 2
Klien mengatakan di
Klien mengatakan di
kembalikan lagi ke ruang
kembalikan lagi ke ruang
kemuning karena tidak
kemuning karena tidak
patuh meminum obat
patuh meminum obat
selama 4 hari karena klien
selama 2 bulan karena
merasa sudah sembuh dan
klien merasa sudah
klien juga tidak melakukan
sembuh dan klien juga
kontrol secara rutin
FAKTOR tidak melakukan kontrol
PRESIPITASI secara rutin
Pada tahun 2023 klien
mengatakan ingin
pada tahun 2023 klien
memiliki batu akik akan
mengatakan membakar
tetapi oleh orangtuanya
rumahnya karena kesal di
tidk di berikan dan klien
sebabkan orang orang
marah-marah dan merusak
mengira dirinya belum
barang barang di
sembuh
kamarnya
1. Risiko Perilaku 1. Risiko Perilaku
Kekerasan Kekerasan
Masalah Keperawatan 2. Regiment 2. Regiment terapeutik
terapeutik tidak tidak efektif
efektif

V. PEMERIKSAAN FISIK
DATA KLIEN 1 KLIEN 2
TD : 130/90 mmHg TD: 125/90 mmHg
S : 36,7 ⁰C S : 36,2 ⁰C
PEMERIKSAAN
RR : 20 x/Menit RR : 20 x/Menit
FISIK
HR : 100 x/Menit HR : 112 x/Menit
BB: 56 Kg TB: 163 CM BB: 45 Kg TB: 167 CM
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
KELUHAN FISIK
ada keluhan fisik. ada keluhan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
DATA KLIEN 1 KLIEN 2

: laki-laki : laki-laki
: Perempuan : Perempuan
: Klien : Klien
: Meninggal / :Meninggal
: Garis Turunan : Garis Turunan
: Tinggal Serumah : Tinggal Serumah

Interpretasi Interpretasi
Genogram klien anak ke satu dari klien anak bungsu/anak ke
enam bersaudara,Klien lima dari lima
tinggal bersama istri dan bersaudara,Klien tinggal
anaknya , klien memiiki 3 bersama ibu, ayahnya dan
anak semuanya laki laki kakanya yang ke 4 klien
pola komunikasi klien memiiki 4 kaka 2
baik, pola asuh klien baik, perempuan dan 2 laki-laki
dan keluarga selalu pola komunikasi klien
dilibatkan dalam baik, pola asuh klien baik,
pengambilan keputusan dan keluarga selalu
melibatkan dalam
pengambilan keputusan

Konsep Diri KLIEN 1 KLIEN 2


Klien mengatakan Klien Mengatakan
menyukai bagian Menyukai bagian
Citra Tubuh
jenggotnya karena Hidungnya karena
mengikuti sunah rassul mancung
Klien mengatakan anak ke Klien mengatakan anak ke
1 dari 6 bersaudara, klien 5 dari 5 bersaudara, klien
Identitas
menyadari bahwa dirinya menyadari bahwa dirinya
sebagai seorang laki-laki sebagai seorang laki-laki
Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa
klien sebagai seorang klien sebagai seorang
kepala keluarga, dan saat anak, dan saat ini klien
Peran ini klien tidak bekerja tidak bekerja dikarnakan
dikarnakan kondisi klien kondisi klien yang tidak
yang tidak memungkinkan memungkinkan untuk
untuk bekerja. bekerja.
Pada saat sebelum sakit Pada saat sebelum sakit
klien berharap bisa klien berharap bisa
menjadi bapak yang menjadi anak yang baik
berguna dan bisa menjadi dan bisa membahagiakan
Ideal Diri kepala keluarga yang baik, kedua orangtuanya,
dan saat ini setelah klien setelah klien sakit klien
sakit klien hanya berharap hanya berharap ingin
ingin segera sembuh dan segera sembuh dan ingin
ingin segera pulang segera pulang
Klien mengatakan merasa Klien mengatakan malu
hidup nya sangat berarti dan dirinya tidak berarti.
Harga Diri dan ingin segera pulang
untuk membahagiakan
keluarganya kembali
Tidak ada masalah Harga Diri Rendah
Masalah Keperawatan
Hubungan Sosial KLIEN 1 KLIEN 2
Klien mengatakan orang Klien mengatakan orang
yang berarti/terdekat yang berarti/terdekat
Orang yang berarti
dalam hidupnya yaitu dalam hidupnya yaitu
anaknya. ayahnya
Klien mengatakan selalu Klien mengatakan suka
Peran serta dalam
mengikuti kegiatan gotong nongkrong di warung
kegiatan
royong dan pos ronda di dengan warga sekitar
kelompok/masyarakat
lingkungan masyarakat
Hambatan dalam Klien mengatakan mudah Klien mengatakan mudah
berhubungan dengan bergaul dengan siapa saja, bergaul dengan siapa saja,
orang lain dan sering berkomunikasi. dan sering berkomunikasi.
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan
Spiritual KLIEN 1 KLIEN 2
Klien mengatakan Klien mengatakan
beragama islam,klien tidak beragama islam
Nilai dan keyakinan pernah melakukan
Tindakan yang dilarang
agama
Klien mengatakan selalu Klien mengatakan selalu
menjalankan sholat 5 menjalankan sholat 5
Kegiatan Ibadah
waktu, mengaji dan waktu
berdoa.
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah

VII. Status Mental


DATA KLIEN 1 KLIEN 2
Klien berpenampilan rapi Rambut dan pakaian Klien
akan tetapi kukunya kotor berpenampilan tidak rapi
Penampilan
dan panjang dan klien juga mengatakan
belum mandi selama 2 hari
Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan diri
Masalah Keperawatan
Pada saat pengkajian klien Pada saat pengkajian klien
berbicara dengan nada berbicara dengan nada
Pembicaraan tinggi. tinggi, mata melotot dan
sesekali klien berpindah
topik pembicaraan.
Risiko Perilaku Risiko perilaku
Masalah Keperawatan Kekerasan Kekerasan

Klien sedikit gelisah, dan Klien sedikit labil,


Aktivitas Motorikselalu bilang ingin segera mondar-mandir dan selalu
pulang bilang ingin segera pulang
Risiko Perilaku Risiko Perilaku
Masalah Keperawatan
Kekerasan kekrasan
Pada saat pengkajian klien Klien terlihat tidak
terlihat khawatir karena bergairah dan sering
Alam Perasaan takut di pasung seperti tiduran dikasur.
yang pernah dialaminya
pada tahun 2018
Risiko Perilaku
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Kekerasan

Sesuai: karena pada saat Pada saat pengkajian


diajak bercerita hal yang jawaban klien selalu
Afek lucu klien tertawa dan berbeda-beda dan emosi
pada saat diajak senyum klien cepat berubah-ubah
klien pun ikut tersenyum. (Labil)
Tidak ada masalah Risiko Perilaku
Masalah Keperawatan Kekerasan

Klien kooperatif karena Ketika klien di ajak


mau menjawab semua berbicara mudah
Interaksi selama pertanyaan - pertanyaan tersinggung kurang
wawancara yang diajukan dan kooperatif dan tampak
jawabannya sesuai dengan bermusuhan
apa yang ditanyakan.
Tidak ada masalah Risiko Perilaku
Masalah Keperawatan Kekerasan

Klien tidak mengalami Klien tidak mengalami


Persepsi halusinasi/ilusi
halusinasi. halusinasi.
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pikiran untuk melakukan Klien tidak memiliki
perilaku kekerasan pada keyakinan-keyakinan akan
orang-orang yang tidak sesuatu hal yang tidak
Isi pikir
mempercayai dirinya wajar
bahwa dirinya sudah
sembuh
Pada saat klien ditanya, Pada saat berbicara klien
klien langsug menjawab seringkali mengulangi
Proses pikir
pertanyaan yang sudah kalimat yang telah di
diajukan dengan baik. ucapkan sebelumnya
Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan
Tingkat kesadaran klien Tingkat kesadaran klien
Tingkat Kesadaran baik baik

Masalah Keperawatan Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah


Tidak ada gangguan daya Tidak ada gangguan daya
ingat karena klien mampu ingat karena klien mampu
menceritakan kejadian menceritakan kejadian 3
Memori
yang tidak diinginkan tahun kebelakang
dalam hidupnya 5 tahun
kebelakang
Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan
Tingkat konsentrasi klien Tingkat konsentrasi klien
baik dan mampu berhitung baik dan mampu berhitung
Tingkat konsentrasi dan
pada saat di beri pada saat di beri
berhitung
pertanyaan perkalian dan pertanyaan perkalian dan
pengurangan. pengurangan.
Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan
Gangguan ringan : Klien Gangguan ringan : Klien
mampu mengambil mampu mengambil
Kemampuan Penilaian keputusan sesuai dengan keputusan sesuai dengan
logika, meskipun harus logika, meskipun harus
dibantu dibantu
Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan
Pada saat pengkajian klien Pada saat pengkajian klien
menyadari bahwa dirinya menyadari bahwa dirinya
sedang berada di ruang sedang berada di ruang
Daya tilik diri
kemuning dan sadar kemuning dan sadar
mengenai kondisi yang mengenai kondisi yang
dialaminya dialaminya
Masalah Keperawatan Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah

VIII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


Kemampuan klien KLIEN 1 KLIEN 2
memenuhi kebutuhan
Klien mengatakan bisa Klien mengatakan bisa
menyiapkan makanan menyiapkan makanan
secara mandiri klien secara mandiri klien
Makanan mampu memakai baju mampu memakai baju
sendiri dan bisa sendiri dan bisa
menggunakan transportasi menggunakan transportasi
umum. umum.
Klien mampu memakai Klien mampu memakai
Berpakaian
baju sendiri baju sendiri
Klien mengatakan bisa Klien mengatakan bisa
Transportasi menggunakan transportasi menggunakan transportasi
umum umum
Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan
Kegiatan sehari-hari KLIEN 1 KLIEN 2
Klien mengatakan mandi Klien mengatakan mandi
2x sehari sekali di waktu 2x sehari sekali di waktu
Mandi pagi dan sore setiap mandi pagi dan sore setiap mandi
klien suka menggosok gigi klien suka menggosok gigi
secara mandiri. secara mandiri.
Klien Nampak bersih dan Klien Nampak bersih.
rapih saat berpakaian akan Akan tetapi rambutnya
Kebersihan
tetapi kukunya kotor dan acak acakandan kukunya
panjang kotor dan panjang
Klien mengatakan makan Klien mengatakan makan
3x sehari secara mandiri, 3x sehari secara mandiri,
Makan minum tidak menentu minum tidak menentu
kadang sampai 10 gelas kadang sampai 10 gelas
dalam satu hari. dalam satu hari.
Klien BAB 1x sehari, Klien BAB 1x sehari,
BAK/BAB BAK ± 4x sehari secara BAK ± 4x sehari secara
mandiri. mandiri.
Klien mengatakan genti Klien mengatakan genti
Ganti pakaian
pakaian 2x sehari pakaian 2x sehari
Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan
Klien mengatakan puas Klien mengatakan puas
dengan pola makannya dengan pola makannya
Frekwensi makan sehari : Frekwensi makan sehari :
Nutrisi 3x sehari 3x sehari
frekwensi kedapan : 2x frekwensi kedapan : 2x
dalam sehari Nafsu makan dalam sehari Nafsu makan
: Baik : Baik
Berat Badan : 55 kg Berat Badan : 45 kg
Klien mengatakan BB Klien mengatakan BB
Menurun karna banyak Menurun karna banyak
pikiran pikiran
BB terendah : 53 BB terendah : 40
BB tertinggi : 57 BB tertinggi : 47

Klien mengatakan nafsu Klien mengatakan nafsu


makannya kadang makannya kadang
meningkat kadang meningkat kadang
menurun, menurun,
berat badan klien 55 kg, berat badan klien 45 kg,
berat terendah 53 kg dan berat terendah 40 kg dan
berat badan tertinggi 57 berat badan tertinggi 47
kg. kg.
Tidur KLIEN 1 KLIEN 2
Apakah ada masalah Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
tidur ada masalah tidur ada masalah tidur
Klien mengatakan selalu Klien mengatakan selalu
Apakah merasa segar
segar setiap kali bangun segar setiap kali bangun
setelah bangun tidur
tidur. tidur.
Klien mengatakan selalu Klien mengatakan selalu
Apakah ada kebiasaan
tidur siang, dan lama tidur tidur siang, dan lama tidur
tidur siang Klien
siang kurang lebih 2 jam. siang kurang lebih 3 jam.
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
ada gangguan tidur, klien ada gangguan tidur, klien
Apakah ada gangguan
tidur malam pukul 21:00 tidur malam pukul 22:00
tidur
WIB sampai 05:00 WIB, WIB sampai 05:00 WIB,
dan lama tidur 8 jam. dan lama tidur 7 jam.
Klien membutuhkan Klien membutuhkan
Penggunaan obat
bantuan obat minimal bantuan obat minimal
Sistem Pendukung : klien Sistem Pendukung : klien
memerlukan perawatan memerlukan perawatan
Pemeliharaan kesehatan lanjutan, dan memerlukan lanjutan, dan memerlukan
sistem pendukung dari sistem pendukung dari
orang tua dan keluarganya. orang tua dan keluarganya.
Klien mengatakan bisa Klien mengatakan bisa
mencuci mencuci pakaian,
Aktivitas di dalam pakaian,menyiapkan menyiapkan makanan
rumah makanan secara mandiri secara mandiri Ketika
Ketika istri klien sedang orangtuanya sedang tidak
tidak ada di rumah. ada di rumah
Klien mengatakan suka Klien mengatakan bekerja
Aktivitas Di Luar membantu ayahnya ke seorang bangunan di luar
Rumah kebun bertani kota.
menggunakan transportasi.
Masalah Keperawatan Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah

IX. Mekanisme Koping


KLIEN 1 KLIEN 2
Adaftif : Jelaskan: klien mengatakan Maladaptif : klien suka menghindar
bisa berkomunikasi dengan orang yang Ketika di tanya terkait masalah
ada disekelilingnya, dan bisa kesehatannya dan klien mengatakan
menyelesaikan masalah tanpa bantuan Ketika marah suka memukul atau
orang lain. menendang pintu.
Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan: Mekanisme
Masalah koping tidak efektif

X. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


DATA KLIEN 1 KLIEN 2
Masalah dengan Klien mengatakan keluarga Klien mengatakan keluarga
dukungan kelompok/ selalu mendukung untuk selalu mendukung untuk
keluarga meningkatkan kesehatan meningkatkan kesehatan
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
Masalah berhubungan memiliki masalah yang memiliki masalah yang
dengan lingkungan berhubungan dengan berhubungan dengan
lingkungan lingkungan
Klien mengatakan pernah Klien mengatakan memiliki
masuk kuliah akan tetapi masalah saat sekolah yaitu
Masalah dengan
tidak tamat karena faktor sering di bully oleh teman-
pendidikan
ekonomi jadi klien hanya temannya karena suaranya
tamat sampai SMA mirip perempuan
Klien mengatakan tidak Klien tidak memiliki
Masalah dengan
bekerja hanya membantu masalah dengan pekerjaan
pekerjaan
orang tuanya Bertani.
Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
Masalah dengan
masalah dan klien tinggal masalah dan klien tinggal
perumahan
bersama anak dan istrinya. bersama anak dan istrinya.
Masalah dengan Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa
ekonomi ekonominya kurang cukup ekonominya kurang cukup
Masalah dengan Klien tidak meminum obat Klien tidak meminum obat
pelayanan kesehatan selama 2 bulan. selama 4 hari.
Masalah Keperawatan Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah

XI. Aspek Medik


DATA KLIEN 1 KLIEN 2
Diagnosa Medik Psikosis Akut Psikosis Akut
1. Haloperidol 1. Haloperidol
2. Chlorpromazine 2. Chlorpromazine
3. Trihexyphenidyl 3. Trihexyphenidyl

XII. Daftar Masalah Keperawatan


No KLIEN 1 KLIEN 2
1 Risiko Perilaku Kekerasan Risiko Perilaku Kekerasan
2 Berduka Disfungsional Harga Diri Rendah
3 Regiment terapeutik Tidak Efektif Regiment terapeutik Tidak Efektif
4 Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
5 Mekanisme Koping Tidak Efektif

XIII. Analisa Data


No DATA MASALAH KEPERAWATAN
KLIEN 1
DS
• Klien mengatakan sering marah-
marah
• klien mengatakan masih kesal
kepada orang-orang karena
tidak mempercayai dirinya
sudah sembuh
DO
1 • Bicara dengan nada tinggi Risiko Perilaku Kekerasan
• Klien nampak mondar-mandir
• Klien nampak gelisah

TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,7 ⁰C
RR : 20 x/Menit
HR : 100 x/Menit
DS
• Klien mengatakan merasa
kehilangan karena ibunya
sudah meninggal dan klien juga
mengatakan belum bisa
membahagiakan ibunya dan
2 merasa kehilangan salah satu Berduka Disfungsional
keluarganya

DO
• Klien nampak sedih dan mata
berkaca – kaca.
• Klien Nampak menunduk
DS
• Klien mengatakan di kembalikan
lagi ke ruang kemuning karena
tidak patuh meminum obat
selama 2 bulan karena klien
merasa sudah sembuh dan klien
juga tidak melakukan kontrol
3 secara rutin Regiment terapeutik tidak efektif
• Klien mengatakan bahwa dirinya
salah kerena tidak patuh
meminum obat
DO
• Klien nampak nunduk saa
menceritakan dirinya tidak pauh
minum obat
DS
• Klien mengatakan belum
menggunting kukunya sudah 2
minggu
4 DO Defisit Perawatan Diri
• Kuku klien Nampak kotor
• Kuku klien Nampak Panjang

KLIEN 2
DS
• Klien mengatakan sering marah-
marah
• klien sering merasa kesal
• klien mengatakan mudah
tersinggung
DO
• Bicara cepat dengan nada tinggi
• Klien Nampak gelisah
1 • Klien nampak mondar-mandir Risiko Perilaku Kekerasan
• Klien kurang kooperatif, emosi
labil

TTV
TD : 135/90 mmHg
S : 36,2 ⁰C
RR : 20 x/Menit
HR : 112 x/Menit
2 DS
• Klien mengatakan di kembalikan
lagi ke ruang kemuning karena
tidak patuh meminum obat
selama 4 hari.
• Klien mengatakan bahwa dirinya Regiment terapeutik tidak efektif
salah kerena tidak patuh
meminum obat
DO
• Klien Nampak seperti sedang
berfikir
3 DS
• Klien mengatakan malu
• Klien mengatakan dirinya tidak
berarti
Gangguan Konsep Diri
DO
Harga Diri Rendah
• Ketika klien tidur suka terpisah
dengan teman sekamarnya
• Klien jarang bercerita dengan
teman sekamarnya
4 DS
• Klien mengatakan Belum mandi
selama dua hari karena di
kurung di ruang iso
• Klien mengatakan belum
menggunting kuku sedah 1
minggu Defisit Perawatan Diri

DO
• Rambut dan pakaian Klien
berpenampilan tidak rapi
• Kuku klien Nampak kotor dan
Panjang
5 DS
• Klien mengatakan Ketika marah
suka memukul atau menendang
pintu

DO Mekanisme Koping Tidak Efektif


• Pada saat klien marah terdengar
klien memukul pintu
• klien suka menghindar Ketika di
tanya terkait masalah
kesehatannya

XIV. Diagnosa Keperawatan Klien 1 dan Klien 2


1. Risiko Perilaku Kekerasan

48

80

XV. Perencanaan (Intervensi)


KLIEN 1
No Diagnosa Paraf
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Risiko Klien mampu : Setelah 2x pertemuan SP 1
Perilaku a. Mengenal klien dapat Latih klien untuk
Kekerasan menyebutkan dan melakukan
perilaku melakukan: relaksasi.nafas dalam
kekerasan a. Penyebab a. Kaji
b. Mengontrol perilaku penyebab,tanda dan
perilaku kekerasan gejala Risiko
kekerasan b. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. krugian dari b. Diskusikan
c. Mengikuti
perilaku kerugian dari cara
program yang di
kekerasan
pengobatan lakukan,Kemampuan
d. Memperagakan
mengatasi masalah
teknik
serta akibatnya
relaksasi dan
c. Jelaskan diagnosa
Latihan fisik
keperawatan dan
proses terjadinya
risiko perilaku Fauzi
kekerasan
d. Latih klien umtuk
melakukan relaksasi:
Tarik nafas
dalam,pukul bantal
dan Kasur.senam
dan jalan-jalan.
e. Minta klien untuk
mengulangi dan
memperaktekannya
f. Berikan
reinforcement
positif.
g. Masukan ke dalam
jadwal kegiatan
h. Lakukan rencana
tindak lanjut

Setelah 2x pertemuanSP 2
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan berbicara dengan baik
melakukan a. Evaluasi SP. 1
a. Menyebutkan b. Latih Klien untuk
kegiatan yang bebicara dengan baik:
sudah Mengungkapkan
dilakukan perasaan,meminta
b. Melakukan cara dengan baik dan
berbicara .menolak dengan baik
dengan baik c. Latih deklarasi secara
verbal maupun
tertulis.
d. Simpulkan isi
pembicaraan klien. Fauzi
e. Memberikan
reinforcement positif.
f. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
g. Lakukan rencana
tindak lanjut.
h. Lakukan kontrak
yang akan datang
Setelah 2x pertemuan SP 3
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan melakukan kegiatan
melakukan ibadah sesuai dengan
a. Menyebutkan agama dan kepercayaan
kegiatan yang yang di anut (solat,berdo’a
sudah dan kegiatan ibadah yang
dilakukan lainnya
b. Melakukan a. Evaluasi SP. 1 dan
kegiatan SP. 2.
ibadah b. Latih Klien untuk
sholat yang baik dan
benar
c. Latih klien berdo’a
dengan baik dan benar.
d. Memberikan Fauzi
reinforcement positif.
e. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
f. Lakukan rencana
tindak lanjut.
g. Melakukan kontrak
yang akan datang.

Setelah 2x pertemuan SP 4
klien dapat latih klien minum obat
menyebutkan dan dengan prinsip 8 benar
melakukan a. Evaluasi SP. 1 , SP.
a. Menyebutkan 2,SP 3
kegiatan yang b. Latih klien minum
sudah obat dengan prinsip 8
dilakukan benar : benar nama
b. Paham cara klien, benar nama
meminum obat obat, benar manfaat
dengan prinsip 8 obat, benar dosis obat,
benar
benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal
kadaluarsa dan benar
dokumentasi.
c. Bantu klien dalam
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan
jika klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat
yang didapat setelah Fauzi
memperaktikan latihan
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi
pembicaraan klien
f. Berikan
reinforcement positif
g. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan ( Data
Subjektif dan Data
Objektif)
h. Lakukan rencana
tindak lanjut

Setelah 1x pertemuan Lakukan terapi aktivitas


klien mampu kelompok (TAK) stimulasi
mengikuti terapi persepsi pasien perilaku
aktivitas kelompok kekerasan
(TAK) sampai dengan
selesai dengan
kriteria hasil:
a. Klien mampu
mengenal
perilaku
kekerasan yang
biasa
dilakukan
b. Klien mampu
mencegah
perilaku
kekerasan
secara fisik Fauzi
c. Klien mampu
mencegah
perilaku
kekerasan
secara sosial
d. Klien mampu
mencegah
perilaku
kekerasan
secara spiritual
Klien mampu
mencegah perilaku
kekerasan dengan
cara patuh minum
obat
KLIEN 2
No Diagnosa Paraf
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Risiko Klien mampu : Setelah 2x pertemuan SP 1
Perilaku a. Mengenal klien dapat Latih klien untuk
Kekerasan menyebutkan dan melakukan
perilaku melakukan: relaksasi.nafas dalam
kekerasan a. Penyebab a. Kaji penyebab,tanda
b. Mengontrol perilaku dan gejala Risiko
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
kekerasan b. Tanda dan b. Diskusikan
c. Mengikuti gejala kerugian dari cara
yang di
program c. krugian dari
lakukan,Kemampuan
pengobatan perilaku
mengatasi masalah
kekerasan
serta akibatnya
d. Memperagakan c. Jelaskan diagnosa
teknik keperawatan dan
relaksasi dan proses terjadinya
Latihan fisik risiko perilaku
kekerasan
d. Latih klien umtuk Fauzi
melakukan relaksasi:
Tarik nafas
dalam,pukul bantal
dan Kasur.senam
dan jalan-jalan.
e. Minta klien untuk
mengulangi dan
memperaktekannya
f. Berikan
reinforcement
positif.
g. Masukan ke dalam
jadwal kegiatan
h. Lakukan rencana
tindak lanjut

Setelah 2x pertemuanSP 2
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan berbicara dengan baik
melakukan a. Evaluasi SP. 1
a. Menyebutkan b. Latih Klien untuk
kegiatan yang bebicara dengan baik:
sudah Mengungkapkan
dilakukan perasaan,meminta
b. Melakukan cara dengan baik dan
berbicara .menolak dengan baik
dengan baik c. Latih deklarasi secara
verbal maupun
tertulis.
d. Simpulkan isi
pembicaraan klien.
e. Berikan Fauzi
reinforcement positif.
f. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
g. Lakukan rencana
tindak lanjut.
h. Lakukan kontrak
yang akan datang
Setelah 2x pertemuan SP 3
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan melakukan kegiatan
melakukan ibadah sesuai dengan
a. Menyebutkan agama dan kepercayaan
kegiatan yang yang di anut (solat,berdo’a
sudah dan kegiatan ibadah yang
dilakukan lainnya
b. Melakukan a. Evaluasi SP. 1 dan
kegiatan SP. 2.
ibadah b. Latih Klien untuk
sholat yang baik
dan benar
c. Latih klien berdo’a
dengan baik dan
benar.
Fauzi
d. Berikan
reinforcement
positif.
e. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
f. Lakukan rencana
tindak lanjut.
g. Lakukan kontrak
yang akan datang.

Setelah 2x pertemuan SP 4
klien dapat latih klien minum obat
menyebutkan dan dengan prinsip 8 benar
melakukan a. Evaluasi SP. 1 , SP.
a. Menyebutkan 2,SP 3
kegiatan yang b. Latih klien minum
sudah obat dengan prinsip 8
dilakukan benar : benar nama
b. Paham cara klien, benar nama
meminum obat obat, benar manfaat
dengan prinsip 8 obat, benar dosis obat,
benar
benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal
kadaluarsa dan benar
dokumentasi.
c. Bantu klien dalam
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan jika
klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat
yang didapat setelah
Fauzi
memperaktikan latihan
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi
pembicaraan klien
f. Berikan
reinforcement
positif
g. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan ( Data
Subjektif dan Data
Objektif)
h. Lakukan rencana
tindak lanjut

Setelah 1x pertemuan a. Lakukan terapi


klien mampu aktivitas kelompok
mengikuti terapi (TAK) stimulasi
aktivitas kelompok persepsi pasien
(TAK) sampai dengan perilaku kekerasan
selesai dengan
kriteria hasil:
e. Klien mampu
mengenal
perilaku
kekerasan yang
biasa
dilakukan
f. Klien mampu
mencegah
perilaku
kekerasan
secara fisik
g. Klien mampu Fauzi
mencegah
perilaku
kekerasan
secara sosial
h. Klien mampu
mencegah
perilaku
kekerasan
secara spiritual
i. Klien mampu
mencegah
perilaku
kekerasan
dengan cara
patuh minum
obat

XVI. Implementasi
KLIEN 1
Tanggal/ Paraf
No Implementasi Evaluasi
Waktu
17 Juni SP 1 17 Juni 2023
2023 Melatih klien untuk melakukan 08:20 WIB
08:00 relaksasi.nafas dalam S:
WIB a. Mengkaji penyebab,tanda • Klien mengatakan sedikitmengerti Fauzi
dan gejala Risiko perilaku tentang perilaku kekerasan
kekerasan seperti penyebab dan tanda
b. Mendiskusikan kerugian gejala
dari cara yang di • Klien sedikit mengatakan mengerti
lakukan,Kemampuan yang di ajarkan mahasiswa dan
mengatasi masalah serta bisa melakukan relaksasi nafas
akibatnya dalam dan latihan fisik
c. Menjelaskan diagnosa
keperawatan dan proses
O:
terjadinya risiko perilaku
• Klien Nampak senang saat di
kekerasan
d. Melatih klien umtuk lakukan sp 1
1 melakukan relaksasi: Tarik • Klien Nampak sedikit mengerti apa
nafas dalam,pukul bantal yang sudah di ajarkan
dan Kasur.senam dan
jalan-jalan.
• Klien Nampak rileks
e. Meminta klien untuk • Klien mampu mengulangi apa
mengulangi dan yang sudah di ajarkan meskipun
memperaktekannya di bantu/di bimbing
f. Memberikan
reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam A:
jadwal kegiatan • SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan
h. Melakukan rencana Teratasi Sebagian
tindak lanjut P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1

17 JuniSP 2 17 Juni 2023


2023 Latih klien untuk berbicara 15:22 WIB
dengan baik S:
15:00 a. Mengevaluasi SP. 1 • Klien mengatakan sedikit mengerti
Fauzi
WIB b. Melatih Klien untuk tentang Berbicara dengan baik
bebicara dengan baik: • Klien mengatakan sedikit mengerti
Mengungkapkan yang di ajarkan mahasiswa.yaitu
perasaan,meminta dengan meminta dengan baik, menolak
baik dan .menolak dengan dengan baik dan
baik mengungkapkan dengan baik
c. Melatih deklarasi secara O:
verbal maupun tertulis. • Klien Nampak senang saat di
d. Menyimpulkan isi lakukan sp 2
pembicaraan klien. • Klen kooperatif
2 • Klien Nampak rileks
e. Memberikan reinforcement
positif. • Klien sedikit mampu mengulangi
f. Mengevaluasi respon apa yang sudah di ajarkan
pasien terhadap tindakan meskipun di bantu
(Data Subjektif dan Data
Objektif). A:
g. Melakukan rencana tindak • SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan
lanjut. Teratasi Sebagian
h. Melakukan kontrak yang
akan datang
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
18 Juni SP 3 18 Juni 2023
2023 Latih klien untuk melakukan 15:25 WIB Fauzi
15:00 kegiatan ibadah sesuai dengan S:
WIB agama dan kepercayaan yang di • Klien mengatakan mengerti cara
anut (solat,berdo’a dan kegiatan melakukan kegiatan beribadah
ibadah yang lainnya dan berdo’a
a. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2. • Klien mengatakan mengerti yang
b. Latih Klien untuk sholat di ajarkan mahasiswa.yaitu solat
yang baik dan benar 5 waktu dan berdo’a
c. Latih klien berdo’a dengan
baik dan benar. O:
d. Berikan reinforcement • Klien Nampak senang saat di
positif. lakukan sp 3
e. Evaluasi respon pasien • Klen kooperatif
3 terhadap tindakan (Data • Klien Nampak rileks
Subjektif dan Data • Klien mampu mengulangi apa
Objektif). yang sudah di ajarkan meskipun
f. Lakukan rencana tindak di bantu
lanjut. • Klien Nampak suka solat 5 waktu
g. Lakukan kontrak yang dan rajin berdo’a
akan datang. • Klien suka adzan

A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan
Teratasi

P:
• Intervensi di hentikan
18 Juni a. Melakukan terapi aktivitas 18 Juni 2023 Fauzi
2023 kelompok (TAK) 14:27 WIB
14:00 stimulasi persepsi pasien S :
WIB perilaku kekerasan • Klien mengatakan bisa dan
mengerti cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
4 • Klien mampu memperagakan cara
mencegah risiko perilaku
kekerasan

A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan

KLIEN 2
Tanggal/ Paraf
No Waktu Implementasi Evaluasi
18 Juni SP 1 18 Juni 2023
2023 Melatih klien untuk 16:50 WIB
16:30 melakukan relaksasi.nafas S:
Fauzi
WIB dalam • Klien mengatakan sedikit belum
a. Mengkaji penyebab,tanda tentang perilaku kekerasan
dan gejala Risiko perilaku seperti penyebab tanda dan
kekerasan gejala
b. Mendiskusikan kerugian • Klien mengatakan belum mengerti
dari cara yang di yang di ajarkan mahasiswa dan
lakukan,Kemampuan bisa melakukan relaksasi nafas
mengatasi masalah serta dalam dan latihan fisik
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa
O:
keperawatan dan proses
• Klien Nampak senang saat di
terjadinya risiko perilaku
kekerasan lakukan sp 1
1 • Klien Nampak bingung apa yang
d. Melatih klien umtuk
melakukan relaksasi: Tarik sudah di ajarkan
nafas dalam,pukul bantal
dan Kasur.senam dan • Klien belum mampu mengulangi
jalan-jalan. apa yang sudah di ajarkan
e. Meminta klien untuk
mengulangi dan A:
memperaktekannya • SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan
f. Memberikan
belum Teratasi
reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam
jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana P:
tindak lanjut • Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
18 JuniSP 2 18 Juni 2023
2023 Latih klien untuk berbicara 16:34 WIB
16:20 dengan baik S:
WIB a. Mengevaluasi SP. 1 • Klien mengatakan sedikit mengerti
b. Melatih Klien untuk tentang Berbicara dengan baik
bebicara dengan baik: • Klien mengatakan sedikit mengerti Fauzi
Mengungkapkan yang di ajarkan mahasiswa.yaitu
perasaan,meminta dengan meminta dengan baik, menolak
baik dan .menolak dengan dengan baik dan
baik mengungkapkan dengan baik
c. Melatih deklarasi secara O:
verbal maupun tertulis. • Klien Nampak senang saat di
d. Menyimpulkan isi lakukan sp 2
2 pembicaraan klien. • Klen kooperatif
e. Memberikan reinforcement • Klien Nampak rileks
positif. • Klien sedikit mampu mengulangi
f. Mengevaluasi respon apa yang sudah di ajarkan
pasien terhadap tindakan meskipun di bantu
(Data Subjektif dan Data
Objektif). A:
g. Melakukan rencana tindak • SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan
lanjut. Teratasi Sebagian
h. Melakukan kontrak yang
akan datang
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
18 Juni a. Melakukan terapi aktivitas 18 Juni 2023
2023 kelompok (TAK) stimulasi 14:27 WIB Fauzi
persepsi pasien perilaku S:
14:00 kekerasan • Klien mengatakan bisa dan
WIB mengerti cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
O:
3 • Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara
mencegah risiko perilaku
kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan

XVII. Catatan Perkembangan


Strategi Paraf
No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan
Pelaksanaan
1 Klien 1
SP 1 19 Juni 2023 S:
Melatih klien 14:15 WIB • Klien mengatakan sudah paham tentang
untuk melakukan perilaku kekerasan seperti penyebab dan
relaksasi.nafas tanda gejala
dalam dan Latihan • Klien mengatakan mengerti yang di
Fauzi
fisik ajarkan mahasiswa dan bisa melakukan
relaksasi nafas dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak mengerti apa yang sudah di
ajarkan

• Klien Nampak rileks


• Klien mampu mengulangi apa yang sudah
di ajarkan tanpa di bantu

A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
P:
• Intervensi di Hentikan Lanjut SP 2
SP 2 19 Juni 2023 S:
Latih klien untuk 14:10 WIB • Klien mengatakan mengerti tentang Fauzi
berbicara dengan Berbicara dengan baik
baik • Klien mengatakan mengerti yang di
ajarkan mahasiswa.yaitu meminta
dengan baik, menolak dengan baik dan
mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah
di ajarkan secara mandiri

A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
Sebagian

P:
• Intervensi di hentikan Lanjut SP 3

2 Klien 2
20 Juni 2023 S: Fauzi
15:32 WIB • Klien mengatakan sudah sedikit mengerti
tentang perilaku kekerasan seperti
penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang
di ajarkan mahasiswa dan bisa
melakukan relaksasi nafas dalam dan
latihan fisik meskipun di bantu

O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak mengerti apa yang sudah di
ajarkan

• Klien Nampak rileks


• Klien belum mampu mengulangi apa yang
19 Juni 2023 sudah di ajarkan

16:03 WIB A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan belum
Teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
I:
Melatih klien untuk melakukan relaksasi.nafas
dalam dan Latihan fisik
• Klien mengatakan sudah paham tentang
perilaku kekerasan seperti penyebab dan tanda
gejala
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
E:
Masalah Teratasi
R:
Intervensi dihentikan lanjut SP 2
20 Juni 2023 S:
13:00 WIB • Klien mengatakan mengerti tentang
Berbicara dengan baik Fauzi
• Klien mengatakan mengerti yang di
ajarkan mahasiswa.yaitu meminta
dengan baik, menolak dengan baik dan
mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah
di ajarkan secara mandiri

A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
Sebagian

P:
• Intervensi di hentikan

48

99

B. Pembahasan
Dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.H dan An.B
dengan Risiko Perilaku kekerasan akibat Skizofrenia Hibefrenik, di Ruang
Kemuning RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi, penulis
memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan konsep asuhan
keperawatan jiwa terutama dalam menerapkan konsep asuhan keperawatan
jiwa. Selanjutnya penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang
terjadi antara teori dengan pengaplikasiannya dilapangan serta kendala
yang ditemukan oleh peneliti selama pelaksanaan asuhan keperawatan
jiwa pada Tn.H dan An.B dengan Risiko Perilaku Kekerasan dengan
menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan, meliputi
pengkajian, penegakan diagnosa, penyusunan intervensi, implementasi dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian keperawatan jiwa penulis terlebih
dahulu melakukan informed consent kepada klien agar terjalin
hubungan percaya terhadap penulis, terjamin kerahasiaan dan
memudahkan dalam pengambilan data. Penulis dalam melakukan
pengumpulan data diperoleh dari klien, perawat dan keluarga klien
yaitu data subjektif dan objektif..
Pengumpulan data didapatkan dari klien dan keluarga. Penulis
melakukan pendekatan kepada klien dan keluarga melalui komunikasi
terapeutik. Secara umum pengkajian yang terdapat di dalam teori
dengan pengkajian yang terdapat dalam tinjauan kasus terdapat
banyak kesamaan, namun ada beberapa perbedaan yang timbul antara
landasan teoritis dengan tinjauan kasus, khususnya yang terdapat pada
landasan teoritis tetapi tidak terdapat pada tinjauan kasus, dimana
secara teoritis ditemukan tanda dan gejala minor dan mayor seperti
berupa mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal dan Rahang
mengatup, wajah memerah.,Postur tubuh kaku, mengancam dan
mengumpal dengan kata-kata kotor, suara keras, bicara kasar, ketus,
menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, merasa dirinya berkuasa dan amuk/agresif.
a. Pengkajian Tanggal Pengkajian Pada Klien 1: 17 Juni 2023 Jam
09:00 WIB
b. Pengkajian Tanggal Pengkajian Pada Klien 2: 17 Juni 2023 Jam
09:30 WIB
c. Oleh : Muhamad Fauzi
Data Tn.H An.B
Klien mengatakan di bawa Klien mengatakan di
oleh keluarganya ke rumah bawa oleh keluarganya
sakit RSUD R.Syamsudin, ke rumah sakit RSUD
SH 4 hari yang lalu karena R.Syamsudin, SH 1
klien sering mengamuk di hari yang lalu karena
rumahnya dan sering klien sering mengamuk
mondar mandir,gelisah di rumahnya dan sering
mengacam, kepada orang mondar mandir,gelisah.
lain klien juga mengatakan Pada saat di lakukan
pernah membakar rumah pengkajian pada
karena kesal. tanggal 17 Juni 2023
Pada saat di lakukan klien mengatakan
Persamaan Alasan Masuk pengkajian pada tanggal 17 sering marah –
Juni 2023 klien marahdan kesal karena
mengatakan sering marah - tidak di belikan batu
marah dan kesal kepada akik sama orang
orang-orang karena tidak tuanya. Klien juga
mempercayai dirinya sudah mengatakan pernah
sembuh dan klien juga merusak motor dan
Nampak mondar-mandir memukul kaca dan
dan gelisah dan bicara klien juga Nampak
dengan nada tinggi gelisah-mondar
mandir,bicara
cepat,nada tinggi dan
labil
Risiko Perilaku Risiko Perilaku
Masalah
Kekerasan Kekerasan
Ya: Klien mengatakan Ya: Klien mengatakan
sudah 4x mengalami sudah 3x mengalami
gangguan jiwa dan di rawat gangguan jiwa dan di
di rumah sakit RSUD R. rawat di rumah sakit
Syamsudin, SH pada tahun RSUD R. Syamsudin,
2018,2020,2021, dan SH pada tahun
sekarang pada tahun 2023 2021,2022, dan
dengan gangguan jiwa yang sekarang pada tahun
sama yaitu sering mondar 2023 dengan gangguan
mandir,mengamuk dan jiwa yang sama yaitu
mengancam orang lain sering mondar-mandir,
Pernah Pada tahun 2018 klien mengamuk dan
mengalami mengatakan pernah di bully merusak barang-
gangguan jiwa oleh temannya dan klien barang.
di masa lalu juga pernah di PHK oleh Pada tahun 2021 klien
majikannya saat bekerja mengatakan
sehingga klien selalu mendapatkan bullyan
menyendiri dan kurang oleh temannya
berinteraksi dengan orang- sehingga klien
orang, Pada tahun 2020 mengurung diri di
tidak terkaji,pada tahun kamar,pada tahun 2022
2021 klien mengatakan tidak terkaji.
kesal dan membakar rumah
karena orang orang tidak
mempercayai bahwa
dirinya sudah sembuh
Kurang berhasil : klien Kurang berhasil : klien
mengatakan pengobatannya mengatakan
kurang berhasil karena pengobatannya kurang
Pengobatan tidak meminum obat berhasil karena tidak
sebelumnya selama 2 bulan karena klien meminum obat selama
meraasa bahwa dirinya 4 hari.
sudah sembuh.

Aniaya fisik sebagai Aniaya fisik sebagai


pelaku: Klien pernah korban: Klien
melakukan aniaya fisik mengatakan pernah di
Trauma
berupa kekerasan kepada pukul oleh orang lain
orang lain karena kesal menggunakan bambu
pada umur 36 tahun pada umur 10 tahun
Tidak ada : Klien Tidak ada : Klien
mengatakan tidak ada mengatakan tidak ada
Anggota anggota keluarga yang anggota keluarga yang
keluarga yang memiliki penyakit memiliki penyakit
gangguan jiwa gangguan jiwa . gangguan jiwa .

Klien mengatakan pernah Klien mengatakan


di bully oleh tmennya pernah di bully karena
karena memakai sendal suaranya seperti
jepit dan temenya perempuan
mengatakan kamu tidak
Pengalaman akan mampu membeli
masa lalu yang sendal bagus karena miskin
tidak klien juga pernah di PHK
menyenangkan pada saat bekerja dan klien
mengurung diri sehingga
klien selalu menyendiri dan
kurang berinteraksi dengan
orang-orang

Risiko Perilaku Risiko Perilaku


Masalah
Kekerasan Kekerasan
Klien mengatakan di
kembalikan lagi ke
ruang kemuning karena
Klien mengatakan di
tidak patuh meminum
kembalikan lagi ke ruang
obat selama 4 hari
kemuning karena tidak
karena klien merasa
patuh meminum obat
sudah sembuh dan
selama 2 bulan karena klien
klien juga tidak
merasa sudah sembuh dan
melakukan kontrol
klien juga tidak melakukan
FAKTOR secara rutin
kontrol secara rutin
PRESIPITASI
Pada tahun 2023 klien
pada tahun 2023 klien
mengatakan ingin
mengatakan membakar
memiliki batu akik
rumahnya karena kesal di
akan tetapi oleh
sebabkan orang orang
orangtuanya tidk di
mengira dirinya belum
berikan dan klien
sembuh
marah-marah dan
merusak barang barang
di kamarnya
1. Risiko Perilaku 1. Risiko Perilaku
Kekerasan Kekerasan
Masalah 2. Regiment 2. Regiment
terapeutik tidak terapeutik tidak
efektif efektif
Klien berpenampilan rapi Klien rambut
akan tetapi kukunya kotor berpenampilan tidak
Penampilan dan panjang rapi dan klien juga
mengatakan belum
mandi selama 2 hari
Defisit Perawatan
Masalah Defisit Perawatan Diri
Diri
Pengalaman Klien juga mengatakan
masa lalu yang merasa kehilangan, karena
tidak ibunya meninggal dan klien
menyenangkan juga mengatakan belum
Perbedaan Tidak Ada Masalah
bisa membahagiakan
ibunya dan merasa
kehilangan salah satu
keluarganya.
Masalah Berduka Disfungsional Tidak adada
Klien mengatakan merasa Klien mengatakan
hidup nya sangat berarti malu dan dirinya tidak
Harga Diri dan ingin segera pulang berarti.
untuk membahagiakan
keluarganya kembali
Masalah Tidak Ada Harga Diri Rendah
Sesuai: karena pada saat Pada saat pengkajian
diajak bercerita hal yang jawaban klien selalu
Afek
lucu klien tertawa dan pada berbeda-beda dan
saat diajak senyum klien emosi klien cepat
pun ikut tersenyum. berubah-ubah (Labil)
Risiko Perilaku
Masalah Tidak ada masalah Kekerasan

Klien kooperatif karena Ketika klien di ajak


mau menjawab semua berbicara mudah
Interaksi selama pertanyaan - pertanyaan tersinggung kurang
wawancara yang diajukan dan kooperatif dan
jawabannya sesuai dengan Bermusuhan
apa yang ditanyakan.
Risiko Perilaku
Masalah Tidak ada masalah Kekerasan

Adaftif : Jelaskan: klien Maladaptif : klien


mengatakan bisa suka menghindar
berkomunikasi dengan Ketika di tanya terkait
Mekanisme orang yang ada masalah kesehatannya
Koping disekelilingnya, dan bisa dan klien mengatakan
menyelesaikan masalah Ketika marah suka
tanpa bantuan orang lain. memukul atau
menendang pintu.
Mekanisme koping
Masalah Tidak ada Masalah
tidak efektif

Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang


menunjukan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain
atau lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal
(Sutejo, 2017).
Menurut penulis berdasarkan kasus nyata dan teori ada
kesenjangan antara kasus nyata dan teori dimana pada kasus nyata ada
beberapa tanda dan gejala yang tidak muncul pada Tn.H yaitu unuk
tanda gejala mayor mengatakan ingin memukul orang lain,
mengungkapkan ingin menyakiti diri sendiri untuk objektif penulis
tidak menemukan mata melotot, tangan mengepal, rahang mengatup,
pernafasan meningkat mudah tersinggung, mendominasi pembicaraan,
sarkasme, merusak lingkungan, memukul orang lain. Untuk tanda
gejala minor penulis tidak menemukan subjektif mengatakan tidak
senang, menyalahakan orang lain, mengatakan diri berkuasa, merasa
gagal mencapai tujuan, mengungkapkan keinginan yang tidak
realistis, untuk objektif disorientasi, wajah memerah, postur tubuh
kaku, sinis, bermusuhan, menarik diri karena pasien sudah dirawat
tiga hari sudah mendapatkan pengobatan terapi modalitas, psikoterapi
dan terapi farmakologi sehingga tanda dan gejala pasien sudah mulai
berkurang.
Pada An.B untuk tanda gejala yang tidak muncul pada An.B
untuk mayor objektif penulis tidak menemukan mengatakan benci,
mengatakan keinginan menyakiti diri sendiri. Untuk Objektif: tangan
mengepal dan rahang mengatup, nadi meningkat, nafas meningkat,
mendominasi pembicaraan, sarkasme, merusak lingkungan, memukul
orang lain dan untuk minor untuk objektif penulis tidak menemukan
mengatakan tidak senang, menyalahkan orang lain, mengatakan diri
berkuasa, merasa gagal mencapai tujuan, mengungkapkan keinginan
yang tidak realistis, suka mengejek dan mengeritik dan terakhir untuk
objektif penulis tidak menemukan disorientasi dan sinis..karena klien
sudah di rawat 2 hari dan sudah mendapatkan pengobatan terapi
modalitas, psikoterapi dan terapi farmakologi sehingga tanda dan
gejala sudah berkurang
2. Diagnosa Keperawatan
Teori mengenai gangguan Risiko perilaku kekerasan menurut
Muhith, 2015. Diagnosa yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan Risiko perilaku kekerasan, yaitu : Perilaku kekerasan,
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perubahan
persepsi sensori : halusinasi, harga diri rendah kronis, isolasi sosial
dan berduka disfungsional
No Tn.H An.B
1 Risiko Perilaku Kekerasan Risiko Perilaku Kekerasan
2 Berduka Disfungsional Harga Diri Rendah
3 Regiment terapeutik Tidak Efektif Regiment terapeutik tidak efektif
4 Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
5 Mekanisme Koping Tidak Efektif

Diagnosa prioritas yang diangkat yaitu risiko perilaku kekerasan,


pada saat pengkajian keluhan utama, tanda dan gejala pada pasien
yang paling menonjol adalah data yang menunjukan pasien dengan
Risiko perilaku kekerasan.
Menurut penulis ada kesenjangan antara kasus teori dan kasus
nyata karena pada saat di lapangan yang terdapat pada Tn.H Empat
dan Sedangkan An.I Hanya lima diagnosa sedangkan pada kasus teori
ada sebelas diagnosa seperti Waham,Curiga pada orang
lain,Halusinasi. Berencana bunuh diri. Kerusakan kognitif.
Disorientasi atau konfusi. Kerusakan kontrol inplus, Depresi,
Penyalahgunaan NAPZA, Gangguan konsep diri.Isolasi sosial.
Kesenjangan tersebut ada karena pada kasus nyata pasien belum ada
keluhan atau belum terlihat data yang mendukung untuk mengangkat
diagnosa yang ada pada kasus teori.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam proses perencanaan keperawatan penulis melibatkan klien
saja dalam merencanakan tindakan. Rencana tindakan yang akan
diberikan hanya satu yang paling aktual sesuai diagnosa yang muncul
yaitu risiko perilaku kekerasan.
Intervensi
SP 1
Latih klien untuk melakukan relaksasi.nafas
dalam
a. Kaji penyebab,tanda dan gejala Risiko
perilaku kekerasan
b. Diskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Jelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Latih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam
dan jalan-jalan.
e. Minta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Berikan reinforcement positif.
g. Masukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Lakukan rencana tindak lanjut
SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Evaluasi SP. 1
b. Latih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik
dan .menolak dengan baik
c. Latih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Simpulkan isi pembicaraan klien.
e. Berikan reinforcement positif.
f. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Lakukan rencana tindak lanjut.
Lakukan kontrak yang akan dating

SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang di
anut (solat,berdo’a dan kegiatan ibadah yang
lainnya
a. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2.
b. Latih Klien untuk sholat yang baik dan benar
c. Latih klien berdo’a dengan baik dan benar.
d. Berikan reinforcement positif.
e. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan
(Data Subjektif dan Data Objektif).
f. Lakukan rencana tindak lanjut.
g. Lakukan kontrak yang akan datang.
SP 4
latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar
a. Evaluasi SP. 1 , SP. 2,SP 3
b. Latih klien minum obat dengan prinsip 8
benar : benar nama klien, benar nama obat,
benar manfaat obat, benar dosis obat, benar
frekuensi, benar cara, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi.
c. Bantu klien dalam mengendalikan risiko
perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat yang didapat setelah
memperaktikan latihan mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi pembicaraan klien
f. Berikan reinforcement positif
g. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (
Data Subjektif dan Data Objektif)
h. Lakukan rencana tindak lanjut
a. Lakukan terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi pasien perilaku kekerasan

Pada pasien Tn.H dan An.B dengan risiko perilaku kekerasan


intervensi yang diberikan mengacu pada teori intervensi keperawatan,
klien dengan gangguan risiko perilaku kekerasan, pada proses
intervensi ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara konsep
dasar teori dengan kasus nyata.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan
berdasarkan strategi pelaksanaan yang sesuai dengan masing-masing
masalah utama. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien
sesuai dengan rencana yang telah direncanakan.
Implementasi Tn.H
SP 1
Melatih klien untuk melakukan relaksasi.nafas dalam
a. Mengkaji penyebab,tanda dan gejala Risiko perilaku
kekerasan
b. Mendiskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Melatih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam dan jalan-
jalan.
e. Meminta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Memberikan reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana tindak lanjut

SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Mengevaluasi SP. 1
b. Melatih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik dan
.menolak dengan baik
c. Melatih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Menyimpulkan isi pembicaraan klien.
e. Memberikan reinforcement positif.
f. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Melakukan rencana tindak lanjut.
h. Melakukan kontrak yang akan datang
SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang di anut
(solat,berdo’a dan kegiatan ibadah yang lainnya
a. mengvaluasi SP. 1 dan SP. 2.
b. melatih Klien untuk sholat yang baik dan benar
c. melatih klien berdo’a dengan baik dan benar.
d. Memerikan reinforcement positif.
e. Mengvaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
f. Melakukan rencana tindak lanjut.
g. Melakukan kontrak yang akan datang.
a. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi pasien perilaku kekerasan

Implementasi An.B
SP 1
Melatih klien untuk melakukan relaksasi.nafas dalam
a. Mengkaji penyebab,tanda dan gejala Risiko perilaku
kekerasan
b. Mendiskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Melatih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam dan jalan-
jalan.
e. Meminta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Memberikan reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana tindak lanjut

SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Mengevaluasi SP. 1
b. Melatih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik dan
.menolak dengan baik
c. Melatih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Menyimpulkan isi pembicaraan klien.
e. Memberikan reinforcement positif.
f. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Melakukan rencana tindak lanjut.
h. Melakukan kontrak yang akan datang
a. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi pasien perilaku kekerasan

Menurut penulis ada kesenjangan antara konsep teori dengan


kasus nyata karena pada konsep teori implementasi yang
dilaksanakan harus sampai dengan strategi pelaksanaan 4 sedangkan
pada kasus nyata Tn.H hanya Mampu Sampai SP 3 karena Tn.Hmasih
terlihat canggung dan masih tertutup karena belum terjalin saling
percaya antara penulis dengan responden dan pada saat itu juga klien
baru di keluarkan dari ruang isolasi dan pada saat melakukan strategi
pelaksanaan klien sering lupa dan harus di bimbing sehingga penulis
keterbatasan waktu pada saat memberikan implementasi strategi
pelaksanaan.
Pada An.B hanya mampu sampai SP 2 karena klien kurang
kooperatif. Pada saat melakukan implementasi strategi pelaksanaan
klien pernah meninggalkan penulis dan klien tampak bermusuhan
karena klien belum terjalin saling percaya dengan penulis dan pada
saat itu juga klien masih di fase akut (baru di keluarkan dari ruang
isolasi) sehingga penulis memiliki keterbatasan waktu pada saat
memberikan implementasi sehingga penulis harus terus membimbing
dan mengevaluasi strategi pelaksanaan pada klien
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan
terus menerus untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi
Formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
keperawatan, dan evaluasi Sumatif dilakukan dengan cara
membandingkan respon klien dengan tujuannya yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir. Masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan
pada Tn. H dan An.B dapat teratasi didapatkan hasil setelah dilakukan
asuhan keperawatan pada Tn. H dan An.B dengan rIsiko perilaku
kekerasan yaitu :

Evaluasi Tn.H
19 Juni 2023
08:20 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikitmengerti tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak sedikit mengerti apa yang sudah di
ajarkan
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu/di bimbing
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
19 Juni 2023
15:22 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2

19 Juni 2023
15:25 WIB
S:
• Klien mengatakan mengerti cara melakukan kegiatan
beribadah dan berdo’a
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu solat 5 waktu dan berdo’a
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 3
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu
• Klien Nampak suka solat 5 waktu dan rajin berdo’a
• Klien suka adzan
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi

P:
Intervensi di hentikan
19 Juni 2023
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi

P:
Intervensi dihentikan

Evaluasi An.b
20 juni 2023
16:50 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit belum tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab tanda dan gejala
• Klien mengatakan belum mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik

O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak bingung apa yang sudah di ajarkan
• Klien belum mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan belum Teratasi
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
20 juni 2023
16:34 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
20 juni 2023
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Terdapat kesenjangan antara Tn.H dan An.B dimana Tn.h


sangat kooperatif dan mudah mengingat apa yang sudah di jelaskan
dan di ajarkan oleh penulis sedangkan An.B sedikit tidak
kooperatif sehingga harus di ajarkan atau di evaluasi terus menerus.
6. Keterbatasan
Penulis kurang pengalaman dalam merawat orang dengan
gangguan jiwa yang masih dalam fase akut dan menyelesaikan
studi kasus, keterbatasan dalam waktu perawatan pasien, penulis
kesulitan dalam melakukan strategi pelaksaan kepada An.B karena
klien pernah meninggalkan penulis pada saat melakukan
implementasi
48

114

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan pengelolaan kasus Asuhan keperawatan pada
Pasien dengan Risiko perilaku kekerasan akibat skizofrenia hibefrenik, di
Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi. Selama 4
hari pada 17 Juni 2023 Sampai 20 Juni 2023, dapat diambil kesimpulan
berdasarkan proses keperawatan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Keperawatan Hasil pengkajian pada Tn.H dan didapatkan data
subjektif klien mengatakan sering marah-marah dan sering merasa
kesal karena orang orang tidak mempercayai dirinya sembuh dan klien
juga mengatakan pernah membakar rumahnya, data objektif yang
didapat bicara dengan nada tinggi serta emosi labil.mondar
mandir,tekanan darah meningkat dan nadi meningkat
Keperawatan Hasil pengkajian pada An.B dan didapatkan data
subjektif klien mengatakan sering marah-marah dan sering merasa
kesal karena tidak di belikan batu akik oleh orangtuanya dan klien
jugamengatakan pernah memukul orang lain karena kesal, data
objektif yang didapat bicara dengan nada tinggi serta emosi
labil,mudah tersinggung,mata melotot,menarik diri,postur tubuh kaku
dan mudah tersinggung
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Risiko perilaku kekerasan yang
ditemukan pada Tn.H dan An.B yaitu :
No Tn.H An.B
1 Risiko Perilaku Kekerasan Risiko Perilaku Kekerasan
2 Berduka Disfungsional Harga Diri Rendah
3 Regiment terapeutik Tidak Efektif Regiment terapeutik tidak efektif
4 Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
Mekanisme Koping Tidak Efektif

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan masalah
yang ditemukan pada klien saat dilakukan pengkajian dan
perencanaan keperawatan tersebut disusun dengan mengacu pada
sumber teori serta disesuaikan dengan permasalahan yang ada,
kemampuan klien, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang
ada. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan Risiko perilaku
kekerasan
Intervensi
SP 1
Latih klien untuk melakukan relaksasi.nafas
dalam
a. Kaji penyebab,tanda dan gejala Risiko
perilaku kekerasan
b. Diskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Jelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Latih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam
dan jalan-jalan.
e. Minta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Berikan reinforcement positif.
g. Masukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Lakukan rencana tindak lanjut

SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Evaluasi SP. 1
b. Latih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik
dan .menolak dengan baik
c. Latih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Simpulkan isi pembicaraan klien.
e. Berikan reinforcement positif.
f. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Lakukan rencana tindak lanjut.
Lakukan kontrak yang akan datang
SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang di
anut (solat,berdo’a dan kegiatan ibadah yang
lainnya
a. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2.
b. Latih Klien untuk sholat yang baik dan benar
c. Latih klien berdo’a dengan baik dan benar.
d. Berikan reinforcement positif.
e. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan
(Data Subjektif dan Data Objektif).
f. Lakukan rencana tindak lanjut.
g. Lakukan kontrak yang akan datang.
SP 4
latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar
a. Evaluasi SP. 1 , SP. 2,SP 3
b. Latih klien minum obat dengan prinsip 8
benar : benar nama klien, benar nama obat,
benar manfaat obat, benar dosis obat, benar
frekuensi, benar cara, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi.
c. Bantu klien dalam mengendalikan risiko
perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat yang didapat setelah
memperaktikan latihan mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi pembicaraan klien
f. Berikan reinforcement positif
g. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (
Data Subjektif dan Data Objektif)
h. Lakukan rencana tindak lanjut
a. Lakukan terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi pasien perilaku kekerasan

4. Implementasi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan masalah
yang ditemukan pada klien saat dilakukan pengkajian dan
perencanaan keperawatan tersebut disusun dengan mengacu pada
sumber teori serta disesuaikan dengan permasalahan yang ada,
kemampuan klien, situasi dan kondisi, serta sarana dan prasarana yang
ada.seperti pada klien yaitu.
Evaluasi Tn.H
19 Juni 2023
08:20 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikitmengerti tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak sedikit mengerti apa yang sudah di
ajarkan
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu/di bimbing
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
19 Juni 2023
15:22 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2

20 juni 2023
15:25 WIB
S:
• Klien mengatakan mengerti cara melakukan kegiatan
beribadah dan berdo’a
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu solat 5 waktu dan berdo’a
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 3
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu
• Klien Nampak suka solat 5 waktu dan rajin berdo’a
• Klien suka adzan
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
P:
Intervensi di hentikan
20 juni
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi

P:
Intervensi dihentikan

Implementasi An.B
SP 1
Melatih klien untuk melakukan relaksasi.nafas dalam
a. Mengkaji penyebab,tanda dan gejala Risiko perilaku
kekerasan
b. Mendiskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Melatih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam dan jalan-
jalan.
e. Meminta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Memberikan reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana tindak lanjut
SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Mengevaluasi SP. 1
b. Melatih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik dan
.menolak dengan baik
c. Melatih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Menyimpulkan isi pembicaraan klien.
e. Memberikan reinforcement positif.
f. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Melakukan rencana tindak lanjut.
h. Melakukan kontrak yang akan datang
a. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi pasien perilaku kekerasan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan oleh penulis dari setiap tindakan yang
diberikan Pada Tn.H dan An.B, untuk mengetahui tercapai tidaknya
perkembangan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam
perencanaan keperawatan. Masalah-masalah yang terjadi kepada klien
pada umumnya dapat teratasi Sebagian dengan tindakan keperawatan
yang diberikan.
Evaluasi Tn.h
20 Juni 2023
08:00 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak sedikit mengerti apa yang sudah di
ajarkan
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu/di bimbing
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
20 Juni 2023
15:00 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu

A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
20 Juni 2023
15:00 WIB
S:
• Klien mengatakan mengerti cara melakukan kegiatan
beribadah dan berdo’a
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu solat 5 waktu dan berdo’a
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 3
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu
• Klien Nampak suka solat 5 waktu dan rajin berdo’a
• Klien suka adzan
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
P:
Intervensi di hentikan
20 Juni 2023
13:00 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan

O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Evaluasi An.B
20 Juni 2023
16:50 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit belum tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab tanda dan gejala
• Klien mengatakan belum mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik

O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak bingung apa yang sudah di ajarkan

• Klien belum mampu mengulangi apa yang sudah di


ajarkan
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan belum Teratasi
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
20 Juni 2023
16:34 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
20 Juni 2023
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Pada tanggal 20 Juni 2023 pukul 08:00 Wib di lakukan pada Tn.H sp
1 yaitu pengkajian, relaksasi nafas dalam dan latihan fisik, klien mampu
melakukan apa yang di ajarkan penulis meskipun di bantu sehingga harus
di evaluasi kembali Sp 1. Setelah di evaluasi Sp 1 ternyata Tn.H mampu
apa yang penulis tanyakan maka Sp 1 tercapai di lanjut Sp 2 pada tanggal
20 Juni 2023 pukul 15:00 wib klien dapat mengikuti ketika di ajarkan cara
mengontrol marah marah dengan cara berbicara dengan baik
(mengungkapkan, meminta dan menolak),klien mampu mempraktekan
cara mengontrol marah dengan cara yang kedua Sp 2 tercapai,di lanjutkan
sp 3 pada tanggal 20 Juni 2023 pukul 13:00 klien mampu mengontrol
marah marah dengan kegiatan ibadah sesuai dengan kepercayaan sp 3
tercapai,tidak di lanjut ke sp 4 karena ketika klien di kasih tau terkait patuh
minum obat dengan prinsip 8 benar klien terlihat bingung dan lupa akan
tetapi penulis memberi tahu cukup hafalkan saja ketika di kasih obat cukup
lihat nama,jenis obat,benar tanggal kadaluarsa
Pada tanggal 20 Juni 2023 pukul 06:30 Wib di lakukan pada An.B Sp
1 yaitu pengkajian, relaksasi nafas dalam dan latihan fisik,klien belum
mampu melakukan apa yang di ajarkan penulis sehingga harus di evaluasi
kembali sp . Setelah di evaluasi kembali sp 1 ternyata An.B mampu
menjawab apa yang penulis tanyakan dan An.I juga mampu
mempraktekan apa yang sudah penulis ajarkan maka Sp 1 tercapai di
lanjut Sp 2 pada tanggal 20 Juni 2023 pukul 16:20 wib ,klien dapat
mengikuti ketika di ajarkan cara mengontrol marah marah yaitu dengan
cara berbicara dengan baik (mengungkapkan,meminta dan menolak), klien
belum mampu mempraktekan cara mengontrol marah dengan cara yang
kedua seperti berbicara dengan baik,mengungkapkan dengan baik dan
menolak dengan baik sehingga harus di evaluasi kembali Sp 2.Setelah di
evaluasi kembali Sp.2 ternyata An.B mampu mempraktekan cara
mengontrol marah dengan cara yang kedua seperti berbicara dengan
baik,mengungkapkan dengan baik dan menolak dengan baik Sp2 tercapai,
tidak di lanjutkan Sp 3 karena klien terlihat kebingungan dan kurang
kooperatif sehingga penulis sulit untuk melakukan sp kepada An.B.
Pada 20 Juni 2023 pukul 13:00 dilakukan TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Di Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin, S.H Kota
Sukabumi selama 30 menit pada Tn.H, An.I dan Tn.B Dengan masalah
kesehatan Risiko perilaku kekerasan
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
memberikan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk semua
pihak yang terlibat, saran tersebut antara lain :
1. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga Tn.H dan An. B untuk dapat memberikan
motivasi, dukungan, perhatian yang lebih dan kesabaran yang ekstra
karena hal tersebut merupakan hal mendasar yang dapat menguatkan
klien sehingga klien bisa menjadi lebih kuat, lebih baik dan lebih
bersemangat karena adanya dukungan dari keluarga.
2. Bagi Ruang Kemuning
Diharapkan dapat melanjutkan pembinaan dan memberikan
berbagai kegiatan keterampilan untuk klien dengan gangguan jiwa
terutama gangguan jiwa dengan Risiko perilaku kekerasan guna
membantu dalam pemulihan melalui berbagai kegiatan, lebih
mengutamakan pelayanan yang mampu membina hubungan yang
saling percaya dan hubungan terapeutik guna membangun rasa
nyaman dan keterbukaan sehingga masalah cepat teratasi.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis selanjutnya bisa melakukan komunikasi
yang terapeutik kepada klien ataupun keluarga, melaksanakan strategi
pelaksanaan mulai dari strategi pelaksanaan satu sampai dengan enam,
melakukan terapi aktivitas kelompok sesi satu sampai dengan sesi
lima dengan tuntas pada pasien Risiko perilaku kekerasan.

48

xvii
DAFTAR PUSTAKA
Ardinata, M. (2020). Tanggung Jawab Negara terhadap Jaminan Kesehatan dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Jurnal HAM, 11(2), 319.
https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.319-332

Dalami, Ermawati, Dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Jiwa.


Jakarta: Trans Media

Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: Konsep dan kerangka asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

Dwi Prastya, F., & Arum Pratiwi, S. K. (2017). Di akses pada tanggal 20 Febuari
2023 Mekanisme Koping Pada Pasien Perilaku Kekerasan Dengan Risiko
Menciderai Orang Lain Dan Lingkungan (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52420

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika

Hafizuddin, D. T. M. (2021). Mental Nursing Care on Mr, A With Hearing


Hallucination Problems.

Hastuti, R. Y., Agustina, N., & Widiyatmoko, W. (2019). Pengaruh restrain


terhadap penurunan skore panss EC pada pasien Skizofrenia Hebefrenik
dengan perilaku kekerasan. Jurnal keperawatan Jiwa 7(2),135-144.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):1-10 Di akses pada tanggal
07 September 2023 file:///C:/Users/hp/Downloads/ifransiska,+716-1511-1-
PB.pdf

Kandar K & Iswanti D Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa (2019) 2(3) 149 Di akses
09 september 2023 Faktor Predisposisi dan Prestipit... preview & related info
| Mendeley

Keliat,Budi Anna, Dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC


Keliat, Budi Anna dan Akeat.2019. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok.Jakarta:EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2016.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia; 2016.

Kusumawati & Hartono (2011). Buku Ajar Keperawatan, Jakarta : Salemba

Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis Tanda
dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia Hebefrenik.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 65.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478

Muhith,A. & Nasir, A.(2013). Dasar-Dasar Keperawatan iwa.Jakarta:Salemba


Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko


Perilaku. Kekerasan.
Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M. (2018).Di akses pada tanggal 20
Febuari 2023 Asuhan Keperawatan Perilaku
Kesehatan.https://www.academia.edu/37678637/asuhan_keperawatan_perilak
u_kekerasan
Riset Kesehatan Nasional Kesehatan Jiwa Di jawa barat MAS RR 2018

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. (2023). Panduan Penyusunan Karya


Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi Diploma III Keperawatan.

Stuart, G.W & Sundeen S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: IGC

48

xvii

LAMPIRAN

48

xvii

48

xvii

48

xvii

Lampiran 8
JENIS – JENIS OBAT PSIKIATRIK
1. Obat Antipsikotik
a. Chlorpromazine
b. Haloperidol
c. Trihexyphenidyl
d. Perphenazine
e. Thloridazine
f. Thiotixwnw
g. Fluepenthixol
h. Trifluoperazine
i. Aripiprazole
j. Clozapine
k. Lurasidone
l. Olanzapine
m. Paliperidone
n. Quetlapine
o. Risperidone
p. Zotepine
q. Ziprasidon
2. Obat Antidepresan
a. Selective sorotin reuptake inhibitors ( SSRIs )
b. ricyclic Antidepresants ( TCAs )
c. Monoamine oxidase inhibitors ( MAOIs )

3. Obat Anti Cemas dan hipnotika


a. Alprazolam
b. Chlordiazepam
c. Nitrazepam
d. Tempazepam
e. Eszopiclone
f. Zolpidem
g. Zeleplon
h. zopiclone

4. Obat Mood Stabilizers


a. Lithium carbonate
b. Carbamazepine
c. Oxcarbazepine
d. Oxcarbamzepin
e. Asam valproate
f. Lamotrigine
g. Gabapentin
h. Pregablin
i. Topiramate
j. Olanzepine

5. Obat Stimulan
a. Methylphenidate
b. Dexmethylphenidate
c. Mixed amphetamine salts
d. Dextroamphetamine
e. Lisdexamphetamine
f. Methamphetamin
48

xvii

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RISIKO PERILAKU


KEKERASAN DI RUANG KEMUNING RSUD. R SYAMSUDIN, SH
KOTA SUKABUMI

Disusun Oleh :
Muhammad Fauzi
32722001D20058
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI

2023

48

xvii

1. TOPIK

Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan


A. Latar Belakang
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki
hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan
mempunyai norma yang sama (stuart dan laraia, 2001). Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menenmukan cara menyelesaikan
masalah.
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan
masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial
pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan sensori persepsi:
Halusinasi dan merupakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari
halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan
klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri.
Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi
Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi
halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah
psikoterapi dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama.
Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien dapat belajar
kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai
dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-
hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan
yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memunculkan kemampuan pasien terhadap pengendalian
amarahnya atau dapat mengontrol amarahnya

2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara
patuh minum obat
C. LANDASAN TEORI
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi,
perasaan frustasi, benci atau marah.Hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019).
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri merupakan
perilaku yang rentan dimana seorang individu bisa menunjukan atau
mendemonstrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,
baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama
berlaku juga untuk resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain,
hanya saja ditujukan kepada orang lain.
Perilaku kekerasan timbul karena kombinasi antar frustasi dan
rangsangan dari luar sebagai pemicu. tiap insan bisa saja melakukan
perilaku kekerasan. Namun pada kenyataannya, ada orang-orang
yang mampu menghindari kekerasan walau balakangan ini semakin
banyak orang yang cendrung berespon agresif..
1. Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan
a. Melotot
b. Pandangan tajam
c. Tangan mengepal, rahang mengatup
d. Gelisah dan mondar mandir
e. Mudah tersinggung
f. Nada suara tinggi dan bicara kasar
g. Merusak lingkungan
h. Memukul orang lain
2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi
a. Cara mengontrol marah dengan melakukan
relaksasi nafas dalam, pukul bantal dan kasur,
senam, dan jalan-jalan
b. Cara mengontrol marah dengan berbicara
dengan baik : mengungkapkan perasaan,
meminta dengan baik dan menolak dengan
baik
c. Cara mengontrol marah dengan melakukan
kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut (sholat, berdoa, dan
kegiatan ibadah yang lainnya.
d. Cara mengontrol marah dengan patuh minum
obat dengan cara 8 benar (benar nama klien,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar
waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi)
D. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien
dengan Risiko perilaku kekerasan, yaitu
1. Hari/Tanggal : 20 juni 2023

2. Waktu : Pkl. 13:00 – selesai

3. Alokasi waktu :
a. Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
b. Fase Kerja (25 menit)
c. Penutup (5 menit)

4. Tempat : Ruang Kemunig

5. Jumlah Klien : 3
orang Tim Terapi :
a) Leader : muhamad fauzi
Uraian tugas :
1. Menyiapkan proposal kegiatan TAK
2. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi
aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3. Menjelaskan permainan.
4. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
kclompok dan memperkenalkan dirinya.
5. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan
baik dan tertib
6. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

b) Co-leader : Dalia nurhayati

Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas

c) Observer : wildan

d) tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan
dengan waktu, tempat, dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
anggota kelompok dengan evaluasi kelompok
e) Fasilitator : Jamas
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi, perasaan setelah
kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok untuk melaksanakan kegiatan
4. Membimbing selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
f) Setting tempat :
SKEMA

Keterangan :
: Leader
:Co-lider
: Peserta TAK
: Fasilitator
:Observer

No Nama Peserta Ruang

1. Tn.h Kemuning

2. An.b Kemuning

E. Kriteria Klien
1. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang sudah
kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Klien bisa tulis dan baca
4. Klien yang bersedia mengikuti TAK
F. Antisipasi Masalah
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi
kesempatan kepada setiap peserta untuk BAB dan BAK
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan
diri dari tempat kegiatan

TATA TERTIB
1. Peserta dan therapist harus hadir 10 menit sebelum acara dimulai
2. Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, beri kesempatan sebelum
acara dimulai
3. Selama kegiatan berlangsung,semua anggota kelompok tidak
diperbolehkan meninggalkan ruangan
4. Selama kegiatan berlangsung kemua kelompok tidak
menganggu anggota lainnya
5. Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak
diperkenankan makan, minum dan merokok
6. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap
mengacungkan tangan dan berbicara apabila dipersilahkan
oleh leader
7. Setiap anggota tidak diperkenankan meninggalkan sebelum
acara dimulai.
G. Proses Pelaksanaan
• Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
a) Tujuan :

1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab


kemarahannya.
2. Klien dapa ien dapat menyebutkan respons yang
dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat
marah (prilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
b) Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c) Alat :
1. Kertas HVS
2. Buku catatan dan pulpen
3. steropom
4. Sound music
5. Nametag
d) Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e) Langkah Kegiatan :
1. Persiapan :

a.Memilih klien perilaku kekerasan yang


sudah kooperatif
b.Membuat kontrak dengan klien Membuat
kontrak dengan klien
c.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a.Salam teraupetik :
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan Perkenalkan nama
panggilan panggilan terapis terapis
kepeda klien (pakai papan nama).
c) Menanyakan nama panggilan semua
klien (beri papan nama).
b.Evaluasi /validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
c) Kontrak :
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu
mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakuk perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
o Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
o Lama kegiatan 45 menit.
o Setiap klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai.
o
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
whiteboard

b. Mendiskusikan tanda Mendiskusikan tanda dan


gejala dan gejala yang dirasakan yang dirasakan
klien saat klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar
oleh penyebab (tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/wh
hart/whiteboard

c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah


dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan,
menciderai/memukul orang lain, dan memukul
diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/wh
hart/whiteboard
d. Mendiskusikan dampak/akibat peri at perilaku
kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis /flipchart/wh
hart/whiteboard
e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua
klien terlibat
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari
car ari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan
4. Tahap Terminasi
1) Evaluasi :
a.Terapis menanyakan perasaan klien sete an
perasaan klien setelah mengik lah
mengikuti TAK.
b.
Memberikan reinforcement positif terhada
p terhadap perilaku perilaku klien yang
positif.
2) Tindak Lanjut :
a.Menganjurkan klien memulai dan
mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
yaitu tanda dan gejala, perilaku perilaku
kekerasan kekerasan yang terjadi, terjadi,
serta akibat perilaku perilaku kekerasan.
b.Menganjurkan klien mengingat penyebab,
penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum
diceritakan.
3) Kontrak yang akan datang :
a.Menyepakati belajar cara baru yang sehat
untuk mencegah perilaku kekerasan.
b.Menyepakati waktu dan tempat TAK
berikutnya.

3. ROUNDOWN ACARA
Jenis Tahapan Waktu Keterangan
acara
Pembukaa Fase orientasi 5 Menit - Leader membuka kegiatan dan
n memperkenalkan tim
perawatlainnya
- Leader memotivasi peserta untuk
memperkenalkan diri secara
bergantian
- Leader menjelaskan topik dan
tujuan kegiatan
- Evaluasi Kemampuan pasien dan
tanyakan kesiapan pasien
- Kontrak waktu
- Leader menyampaikan tata tertib dan
berd’oa
Isi Fase kerja 25 Menit - Leader menjelaskan materi
- Fasilitator mendampingi klien untuk tetap
memperhatikan leader
- Leader membuka sesi tanya jawab
- Co-leader memulai untuk bermain game
- Fasilitator mendampingi klien untuk aktif
bermain game
Penutup Fase 5 Menit - Fasilitator meminta klien untuk
terminasi mengekspresikan apa yang
dirasakan setelah mengikuti TAK
- Observer menyampaikan hasil TAK
yang sudah dilaksanakan.

f) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab
perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1
TAK
Stimulasi
Perilaku
No. Nama Klien Penyebab PK Perilaku Akibat
Kekerasan perilaku
marah

1.
2.
3.
4.

A. Penutup
1. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah
Pasien dilatih mempersiapkan Stimulus yang disediakan atau
Stimulus yang pernah dialami. Tujuan dari Terapi Aktivitas untuk
memantau dan meningkatkan Hubungan Interpersonal antar anggota.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan atau Alternatif
Penyelesaian masalah. (Maulana, hernawati & Syalahuddin, 2021).
Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan resiko
perilaku kekerasan adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi
Persepsi, dimana TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) merupakan salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok pasien dengan
Resiko perilaku kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan
menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat,
2015).
Setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok resiko perilaku
kekerasan, pasien terapi aktivitas kelompok di yayasan pemenang jiwa
sumatera utara terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman tentang cara
mengontrol resiko perilaku kekerasan dan tahu bagaimana cara
melakukannya. Peningkatan pengetahuan diketahui bahwa pasien mampu
mengingat sp 1 - 5 dari permainan terapi aktivitas kelompok.
2. Saran
Diharapkan bagi Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan
masalah gangguan jiwa khususnya pasien Resiko Perilaku Kekerasan
karena menurut hasil penelitian (Putri, 2017). TAK Stimulasi
persepsi yang diberikan pada Pasien Resiko perilaku kekerasan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
mengenal dan mengontrol resiko perilaku kekerasan baik secara fisik
maupun secara sociaL
Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
A. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
B. Setting :
1. Terapis dan klien dapat duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat :
1. Papan tulis / flipchart/ whiteboard
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
F. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, memukul diri
sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran /simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan
akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta
akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab ; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1,
kemampun yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku,
mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Formlir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1: TAK
Simulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis
Nama
No Penyebab PK Memberi tanggapan tentang
Klien
Tanda& Gejala Perilaku
Akibat PK
PK Kekerasan

Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilakuk kekerasan, tanda dan gejala dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda x jika klien tidak mampu.
G. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala
yang dirasakan (“geregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa
ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika
semua dirasakan selama dirumah sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


A. Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan
B. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat:
1. Kasur / kantong tinju/ gendang
2. Papan tulis/ flipchart/ witheboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
F. Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada pasien
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.\
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : tarik napas dalam, menjemur/memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul
bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Terapis mempraktikan
2) klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Meyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif
2) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
G. Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2,
kemampuan yang di harapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku
kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 2
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
Mempraktikan cara fisik Mempraktikan cara
No Nama Klien
yang pertama fisik yang kedua
1
2

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda ajika klien
mampu dan tanda rjika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik
napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
A. Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

C. Alat
1. Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan,
yaitu “Saya perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan
untuk...”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara pada poin c.
e. Ulangi d. sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan ...”
atau “Saya tidak menerima dikatakan ...” atau “Saya kesal dikatakan
seperti ...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosil yang asertif , jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial
yang asertif secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

G. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku
kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

Memperagakan Memperagakan Memperagakan cara


Nama
No. cara meminta cara menolak mengungkapkan
klien
tanpa paksa yang baik kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan pencegahan
perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik
, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda centang jika klien
mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta
tanpa paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan
klien mempraktikan di ruang rawat ( buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual


A. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
B. Setting
1. Terapis dan k lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangannyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader :
2. Co-leader :
3. Observer :
4. Fasilitator :
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran /simulasi
F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluas/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a.Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
a. Lama kegiatan 45 menit
b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing
masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social
yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum
obat teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
G. Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan
ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual

Mempraktikkan Mempraktikkan
No Nama Klien
Kegiatan ibadah pertama Kegiatan ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda centang jika klien mampu dan
tanda silang klien tidak mampu.
3. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4 , TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua
cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan( buat
jadwal).
Sesi 5 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi
Obat
A. Tujuan :
1. Umum : Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan
patuh mengkonsumsi obat.
2. Khusus :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
B. Setting :
1. Terapis dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
E. Pengorganisasian :
1. Leader :
2. Co-leader :
3. Fasilitator :
4. Observer :
E. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Menjelaskan tentang prinsip 5 benar dan meminta klien menyebutkan
lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan peranan klien jika teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Member pujian setiap kali klien benar.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.

G. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
keraj. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5,
kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 5 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
Menyebutkan
Menyebutkan
Nama Menyebutkan lima akibat tidak
No keuntungan
Klien benar minum obat patuh minum
minum obat
obat

Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda v jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada cartatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima benar cara
minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat
tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikan lima benar cara minum
obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak
minum obat
xvii

Lampiran 14
Daftar Nama Pasien Gangguan jiwa 3 bulan ke belakang

No Bulan Nama Klien Diagnosa Medis


1 JANUARI Tn.S SR PARANOID
2 Ny.S SR HEBEFRENIK
3 Tn.R SR PARANOID
4 Tn.R SR PARANOID
5 Ny.C SR HEBEFRENIK
6 Ny.S SR HEBEFRENIK
7 Tn.YOGI SR PARANOID
8 Tn.N SR HEBEFRENIK
9 Tn.D SR HEBEFRENIK
10 Tn.A SR PARANOID
11 Tn.O SR HEBEFRENIK
12 Tn.R BIPOLAR
13 Tn.S SR HEBEFRENIK
14 Tn.K SR HEBEFRENIK
15 Ny.I DEPRESI BERAT
16 Tn.W SR PARANOID
17 Ny.S SR PARANOID
18 Ny.R BIPOLAR
19 Tn.Y SR PARANOID
20 Tn.O SR HEBEFRENIK
21 Tn.D DEPRESI BERAT
22 Ny.A SR HEBEFRENIK
23 Ny.N SR HEBEFRENIK
24 Ny.E DEPRESI BERAT
25 Tn.I SR HEBEFRENIK
26 Ny.C DEPRESI BERAT
27 Tn.M SR PARANOID
28 Tn.R DEPRESI BERAT
29 Ny.R SR HEBEFRENIK
30 Ny.S SR HEBEFRENIK
31 Tn.S SR HEBEFRENIK
32 Tn.A SR HEBEFRENIK
33 Tn.J SR PARANOID
34 Tn.D SR HEBEFRENIK
35 Tn.A SR HEBEFRENIK
36 Tn.B SR PARANOID
37 Tn.N SR HEBEFRENIK
38 Ny.E SR HEBEFRENIK
39 Tn.R SR PARANOID
40 Ny.Y GMO
41 Ny.M SR PARANOID
42 Ny.A SR PARANOID
43 Tn.J SR PARANOID
44 Tn.E SR HEBEFRENIK
45 Tn.K SR HEBEFRENIK
46 Tn.G DEPRESI BERAT
47 Ny.S SR HEBEFRENIK
48 Tn.R SR PARANOID
49 Tn.J SR PARANOID
50 Tn.Y SR HEBEFRENIK
51 Tn.B SR HEBEFRENIK
52 Tn.D SR HEBEFRENIK
1 FEBUARI Tn.K GMO
2 Ny.I SR PARANOID
3 Tn.A SR PARANOID
4 Tn.U SR HEBEFRENIK
5 Tn.D SR HEBEFRENIK
6 Ny.R SR HEBEFRENIK
7 Tn.M BIPOLAR
8 Tn.C DEPRESI BERAT
9 Tn.K SR HEBEFRENIK
10 Tn.T SR PARANOID
11 Tn.I SR HEBEFRENIK
12 Ny.E SR PARANOID
13 Tn.I SR HEBEFRENIK
14 Ny.R SR HEBEFRENIK
15 Tn.I SR PARANOID
16 Tn.U SR PARANOID
17 Tn.I SR HEBEFRENIK
18 Ny.N SR PARANOID
19 Tn.D SR HEBEFRENIK
20 Tn.R SR PARANOID
21 Tn.L SR PARANOID
22 Tn.L SR PARANOID
23 Tn.A SR HEBEFRENIK
24 Ny.Y SR PARANOID
25 Tn.R SR HEBEFRENIK
26 Ny.S SR HEBEFRENIK
27 Tn.W SR PARANOID
28 Tn.D SR HEBEFRENIK
29 Tn.S SR PARANOID
30 Tn.R SR PARANOID
31 Ny.S SR PARANOID
32 Tn.L SR HEBEFRENIK
33 Tn.K SR HEBEFRENIK

Tn. M SR HEBEFRENIK

MARET
2 Tn. I SR HEBEFRENIK
3 Tn. H SR HEBEFRENIK
4 Ny. E SR PARANOID
5 Tn. H SR HEBEFRENIK
6 Tn. J SR PARANOID
7 Ny. N SR HEBEFRENIK
8 Tn. M SR PARANOID
9 Tn. C SR PARANOID
10 Tn. P DEPRESI BERAT
11 Tn. S SR PARANOID
12 Tn. R SR HEBEFRENIK
13 Tn. A SR PARANOID
14 Ny. E SR HEBEFRENIK
15 Tn. Y SR HEBEFRENIK
16 Ny. S SR HEBEFRENIK
17 Tn. S SR HEBEFRENIK
18 Tn. I SR HEBEFRENIK
19 Tn. K SR HEBEFRENIK
20 Tn. N SR HEBEFRENIK
21 Tn. A SR HEBEFRENIK
22 Tn. N SR HEBEFRENIK
23 Tn. H SR HEBEFRENIK
24 Ny. S DEPRESI BERAT
25 Tn. O SR HEBEFRENIK
26 Tn. F SR PARANOID
27 Tn. N SR HEBEFRENIK
28 Ny. S SR HEBEFRENIK
29 Tn. R SR HEBEFRENIK
30 Ny. A SR HEBEFRENIK
31 Ny. Y DEPRESI BERAT
32 Ny. W SR HEBEFRENIK
33 Tn. U SR HEBEFRENIK
34 Tn. A SR HEBEFRENIK
35 Tn. M SR PARANOID
36 Tn. A DEPRESI BERAT

xvii

xvii

Anda mungkin juga menyukai