Muhammad Fauzi
32722001D20058
Muhammad Fauzi
32722001D20058
ii
Muhammad Fauzi
32722001D20058
Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
ii
Judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.E dan An.I Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia di Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin
SH Kota Sukabumi”
Nama : Ridwan Firdaus
NIM : 32722001D20080
Pembimbing Utama
Lia Noviantiy,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN : 0419118202
Pembimbing Pendamping
Waqid Sanjaya,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN : 0401069401
Rencana Ujian
Tanggal : Mei 2023
Tempat : STIKes Kota Sukabumi
Waktu : 13:00 WIB
Rencana penguji
Penguji I : Lia Novianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep.
Penguji II : Waqid Sanjaya, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Penguji III: Ns,Rita Rahayu,M.Kep.Sp,Kep.J
Menyetujui,
Mengetahui /Menyetujui
Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
Yeni Yulianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN.0427108
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
memberikan rahmat serta kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar yakni
Nabi Muhammad SAW.
Allhamdulilah dengan segala kemampuan yang dimiliki dan berkat
kamudahan yang diberikan oleh Allah SWT serta dukungan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn.H dan An.B Dengan Risiko Perilaku Kekerasan
Akibat Skizofrenia Di Ruang Kemuning RSUD R.Syamsudin,Sh Kota
Sukabumi Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program Pendidikan DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kota Sukabumi..
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan maupun isi karya tulis ilmiah
ini jauh dari kata baik dan apabila terdapat banyak kekuragan pada karya tulis
ilmiah ini, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki.Tetapi berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya
proposal ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1) Bapak. H. Iwan Permana, S.KM.,S.Kep,M.Kep.,Ph.D Selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.
2) Ibu Yeni Yulianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.
3) Ibu Lia Novianty, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku Pembimbing utama, yang telah
berkenan memberikan masukan, kritik dan meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dalam menyusun Karya tulis ilmiah ini.
4) Seluruh Dosen dan karyawan di Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sukabumi.
5) Terimakasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua saya yang sudah
menjadi penyemangat saat saya rapuh dan lelah saat ketika menyusun Karya
Tulis Imiah ini, yang tidak pernah mengeluh untuk menafkahi anak nya yang
selalu menyusahkan, terimakasih banyak untuk mamah yang sudah
mengorbankan semua tenaga, kasih sayang, dan keringatnya untuk
membesarkan anak yang hebat ini semoga apa yang sudah mamah berikan
oleh allah dengan balas surganya nanti. Dan untuk ayah terimakasih juga
untuk doa dan kasih sayangnya, kerja kerasnya dan perjuangannya yang
sudah berjuang memberikan yang terbaik untuk anaknya ini yang belum bisa
membalas pengorbanannya karna ayah yang tidak pernah menyerah membuat
saya sadar bahwa seberapapun lelah dan cape nya saya tetap tidak ada apa –
apanya di banding kalian yang sudah membesarkan anak cikalmu ini
terimakasih banyak mamah dan bapak semoga anakmu ini menjadi orang
sukses , Karya Tulis Ilmiah ini di persembahkan untuk kedua orang tua saya
yang hebat.
6) Rekan-rekan dan seseorang yang telah banyak membantu memberikan
semangat, dorongan ,dukungan dan kerjasama yang baik yang tidak bisa
disebutkan satu persatu karena kalian semua telah menjadi bagiann dari
perjalanan hidup penulis.
7) Serta semua pihak yang telah turut anbil dalam memberikan dukungan, baik
moral maupun material. Sehingga terlaksananya Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan penulis, semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap semoga proposal
penelitian ini bisa bermanfaat untuk semua khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya untuk mendapat ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
keperawatan.
DAFTAR TABEL
A.Data 3 bulan Terakhir Ruang Kemuning RSUD R,Syamsudin ,SH…………3
A. Rentan Respon Marah 15
B. Pohon Masalah 16
C. Penanganan Krisis Pada Paien Risiko Perilaku kekerasan 20
A. Sp Risiko Perilaku Kekerasan 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Pembimbing Utama ...............................................
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Pembimbing Pendamping
......................................
Lampiran 3 Bukti Persetujuan Pengambilan Kasus ..................................................
Lampiran 4 Surat Pengantar Ekstra Dinas STIKes sukabumi ..................................
Lampiran 5 Permohonan Menjadi Partisipan
......................../...................................
Lampiran 6 Persetujuan Menjadi Partisipan ((Informed Consent) Tn. E..................
Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Partisipan ((Informed Consent) An.I ...................
Lampiran 8 Jenis – Jenis Obat Psikiatrik...................................................................
Lampiran 9 Format Pengkajian Jiwa
.........................................................................
Lampiran 10 Teknis Pengisian Format Pengkajian Jiwa ..........................................
Lampiran 11 Strategi Pelaksanaan Klien Dan Keluarga ...........................................
Lampiran 12 Proposal Terapi Ativitas Kelompok.....................................................
Lampiran 13 Daftar nama pasien 3 bulan kebelakang……..……………………….
Lampiran 14 Dokumentasi Kegiatan ........................................................................
Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup
..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu
kesehatan merupakan hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi
oleh undang-undang. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi
modal terbesar untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan
pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya
manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Di negara berkembang
seperti Indonesia (Ardinata,2020). Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan World Health Organization (WHO, 2015).
Undang-Undang nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan jiwa adalah
kondisi seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya (Undang-Undang No.18 tahun 2014).
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan
fungsi jiwa dan sanggup menghadapi masalah dalam hidup, merasa bahagia,
dan mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan disi sendiri,
orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko,
sosial, dan
1
spiritual yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling
memengaruhi (Stuart dan Sundeen, 2013; Stuart, G.W., Keliat, B., A.,&
Pasaribu, 2016).
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan secara global
bagi setiap negara dan tidak hanya di Indonesia saja. Kesehatan jiwa di
akibatkan oleh psikotik/Skizofrenia, kecemasan, depresi dan penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) juga menjadi masalah
kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan data menurut Prevalensi
gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO pada tahun 2019,
terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita
gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang
jiwa mengalami Skizofrenia (WHO,2019)
Menurut data Riskedas (2018) di Indonesia dari jumlah penduduk 260
juta sejak usia >15 tahun (70%) untuk jumlah depresi mencapai (6,1%) atau
sekitar 11.102.000 juta orang, untuk jumlah Skizofrenia/psikosis di
Indonesia sebanyak (0.18%) atau sekitar 468.000 Ribu, untuk Gangguan
Mental Emosional (GME) ada (9,8%) atau sekitar 17.836.000 juta dan di
Jawa Barat itu sendiri dari jumlah penduduk 48.270.000 juta untuk GME
(12,11%) >15 tahun berjumlah sekitar 4.091.847 juta, untuk depresi (7,75%)
>15 tahun 2.618.647 juta ,untuk Skizofrenia /psikosis (0,05%) 24.135 Ribu.
Berdasarkan data di atas meskipun prevalensi Skizofrenia tercatat
dalam jumlah yang relative lebih rendah dibandingkan prevalensi jenis
gangguan jiwa lainnya berdasarkan National Institute of Mental Health
(NIMH) Skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab besar
kecacatan di seluruh dunia, orang dengan Skizofrenia memiliki
kecendrungan lebih besar peningkatan risiko bunuh diri (NIMH, 2019).
Data American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita Skizofrenia
RSUD R. Syamsudin, SH adalah Rumah Sakit yang berada di Kota
Sukabumi yang memiliki pelayanan dan perawatan psikiatrik. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Rekam Medik 3 bulan kebelakang untuk pasien
rawat inap pada tahun 2023.
Tabel A.Data 3 bulan Terakhir Ruang Kemuning RSUD R,Syamsudin ,SH
LAKI - Skizofrenia Skizofrenia Depresi
NO BULAN
LAKI
PEREMPUAN Bipolar GMO
paranoid Hebefrenik berat
1 Januari 36 14 17 26 2 1
2 Febuari 25 8 15 15 1 1 1
3 Maret 31 7 8 27 3
JML 92 29 40 68 3 4 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan
1. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan
Risiko Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi,
perasaan frustasi, benci atau marah.Hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019).
Risiko Perilaku kekerasan adalah respons maladaptif terhadap
kemarahan, yang mengakibatkan kemarahan atau kepanikan yang
ekstrem. Perilaku kekerasan yang terjadi pada klien Skizofrenia diawali
dengan perasaan tidak berharga, ketakutan, dan penolakan dari
lingkungan, sehingga individu menarik diri dari hubungan interpersonal
dengan orang lain (Pardede, Keliat & Wardani, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Risiko
perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan
bahwa individu dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau
9
41
a Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyalurannya secara normal.
b Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik.
c Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar.
d Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan.
e Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya membangkitkan emosi.
10. Penanganan Krisis Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan
perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk
mencegah dan manajemen perilaku kemarahan. Intervensi dapat
melalui rentang intervensi keperawatan (Sutart,2013).
b) Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,
terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu
sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, bermain
catur. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan nya program
kegiatannya.
c) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana untuk membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian :
(1) Bina hubungan saling percaya
(2) Jangan memancing emosi klien
(3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
(4) Memberikan kesempatan klien dalam mengemukakan
pendapat
(5) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah
yang dialami
(6) Mendengarkan keluhan klien
(7) Membantu memecahkan masalah yang dialami klien
(8) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung
perasaan klien
(9) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung
memvonis 20
(10) Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah :
bawa klien ketempat yang tenang dan aman, hindari
benda tajam, lakukan fiksasi sementara, rujuk ke
pelayanan kesehatan (Aznuhaji, 2015)
d) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan membantu individu untuk
mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain dan
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Jenis
terapi lingkungan antara lain terapi rekreasi dengan cara main
basket, main karambol dan sebagainya, terapi kreasi seni
dengan cara menari, terapi musik, terapi menggambar, dan
literatur.
e) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam
praktik kesehatan jiwa, bahkan merupakan hal yang terpenting
dari keterampilan terapeutik dalam ilmu keperawatan. Jenis
terapi aktivitas kelompok yang digunakan pada klien dengan
perilaku kekerasan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi atau kognitif. Terapi yang bertujuan untuk membantu
klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristiknya yaitu
pada penderita persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai,
menarik diri dari realitas dan inisiasi atau ide-ide negative.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok
ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi
kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat
kekerasan.
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi
dalam 5 sesi, yaitu:
Sesi 1 : Mencegah perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan verbal
Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan sosial
Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan spiritual
Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh
mengonsumsi obat.
Tim terapis dalam TAK yaitu :
(1) Leader:
(a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
(b) Memimpin jalannya terapi kelompok
(c) Memimpin diskusi
(2) Co-leader:
(a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
(b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang
menyimpang.
(c) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
(d) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
(3) Observer
(a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan
dengan waktu, tempat dan jalannya acara.
(b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
angota kelompok denganevaluasi kelompok.
(4) Fasilitator
(a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
(b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan
(c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
(d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
(e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
(f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi
masalah.
f) Penatalaksanaan Medik
(1) Terapi Farmakologi
Pasien dengan perilaku kekerasan perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan
neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya: Clorphomazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah contohnya Trifluoperazine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
Transquilizer bukan obat antispikotik seperti neuroleptika,
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti
tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
(2) Terapi Somatik
Menurut Depkes RI (2014) menerangkan bahwa terapi
somatik terapi yang diberikan kepada pasien dengan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi
adalah perilaku pasien.
b Alasan Masuk
Alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit yaitu
pasien sering mengungkapkan kalimat yang bernada ancaman, kata-
kata kasar, ungkapan ingin memukul serta memecahkan perabotan
rumah tangga. Pada saat berbicara wajah pasien terlihat memerah
dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, mengepalkan tangan. Biasanya tindakan keluarga pada saat itu
yaitu dengan mengurung pasien atau memasung pasien. Tindakan
yang dilakukan keluarga tidak dapat merubah kondisi ataupun
perilaku pasien.
c Faktor Predisposisi
Pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya pernah
mendapat perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan
masih meninggalkan gejala sisa, sehingga pasien kurang beradaptasi
dengan lingkungannya. Biasanya gejala sisa timbul merupakan
akibat trauma yang dialami pasien berupa penganiayaan fisik,
kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan, tindakan kriminal
yang pernah disaksikan, dialami ataupun melakukan kekerasan
tersebut.
d Pemeriksaan Fisik
saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan akan cepat
ketika pasien marah, mata merah, mata melotot, pandangan mata
tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang mengancam, kasar dan
kata-kata kotor, tangan mengepal, rahang mengatup serta postur
tubuh yang kaku.
e Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan tentang garis keturunan keluarga pasien,
apakah anggota keluarga ada yang mengalami jiwa seperti yang
dialami oleh pasien.
f Konsep Diri
1) Citra Tubuh
Gambaran diri, identitas diri, ideal diri, peran diri
dan harga diri.
2) Identitas Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan merupakan anggota dari
masyarakat dan keluarga. Tetapi karena pasien mengalami jiwa
dengan perilaku kekerasan maka interaksi antara pasien dengan
keluarga maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
3) Peran Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat melakukan
peran dan tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga dalam
masyarakat.
4) Ideal Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan ingin diperlakukan
dengan baik oleh keluarga ataupun masyarakat sehingga pasien
dapat melakukan perannya sebagai anggota keluarga atau
anggota masyarakat dengan baik.
5) Harga Diri
Pasien dengan perilaku kekerasan memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa
dikucilkan di lingkungan sekitanya.
6) Hubungan Sosial Biasanya
Orang yang berarti dalam hidup klien, peran serta dalam
masyarakat dan hambatan dalam berhubungan sosial.
7) Spiritual
a) Nilai Keyakinan
Orang yang berarti dalam hidup klien, peran serta
dalam masyarakat dan hambatan dalam berhubungan
sosial.
b) Kegiatan Ibadah
Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah.
8) Status Mental Penampilan
Berpenampilan kurang rapi, rambut acak-acakan, mulut dan gigi
kotor, badan pasien bau.
9) Pembicaraan
Berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi, dan berteriak
(menggebu-gebu).
10) Aktivitas Motorik
Terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan tangan yang
mengepal dan geraham yang mengatup, mata yang merah dan
melotot.
11) Alam Perasaan
Pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
dengan penyebab marah yang tidak diketahui.
12) Afek
Mengalami perubahan roman muka jika diberikan stimulus yang
menyenangkan dan biasanya pasien mudah labil dengan emosi
yang cepat berubah. Pasien juga akan bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat.
13) Interaksi Selama Wawancara
Memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif, bermusuhan,
serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam serta
pandangan yang melotot. Pasien juga akan berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
14) Persepsi
Mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu yang tidak
nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak nyata.
15) Proses atau Arus Pikir
Berbicara dengan bloking yaitu pembicaraan yang terhenti tiba-
tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa eksternal
kemudian dilanjutkan kembali.
16) Isi Pikir
Dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau ketakutan
patologis atu tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
17) Tingkat Kesadaran
Dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya yaitu stupor
dengan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang,
anggota tubuh pasien dalam sikap yang canggung serta pasien
terlihat kacau.
18) Memori
Klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang
konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk
menutupi yang dialaminya.
19) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu berkonsentrasi,
pasien selalu meminta agar pernyataan diulang/ tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan. Biasanya pasien pernah
menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki masalah dalam
berhitung (penambahan maupun pengurangan).
20) Kemampuan Penilaian
Pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti jika
disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan atau
mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi terlebih
dahulu.
21) Daya Tilik Diri
Pasien suka menyadari bahwa ia berada dalam masa pengobatan
untuk mengendalikan emosinya yang labil.
22) Kebutuhan Kesiapan Pulang.
Kemampuan memenuhi kebutuhan, kegiatan hidup
sehari-hari, penggunaan obat, makan BAB atau BAK,
kebersihan diri,pemeliharaan kesehatan, aktivitas
didalam rumah dan diluar rumah
23) Mekanisme Koping
Data yang didapat melalui wawancara pada pasien/ keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi
masalah :
a) Koping adaptif
(1) Bicara dengan orang lain
(2) Mampu menyelesaikan masalah
(3) Teknik relokasi
(4) Aktivitas konstruktif
(5) Olahraga
b) Koping maladaptive
(1) Minum alcohol
(2) Reaksi lambat/ berlebihan.
(3) Bekerja berlebihan
(4) Menghibur
(5) Mencederai diri
24) Masalah Psikososial dan Lingkungan Biasanya pasien dengan
perilaku kekerasan memiliki masalah dengan psikososial dan
lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi
dengan keluarga atau masyarakat karena perilaku pasien yang
membuat orang sekitarnya merasa ketakutan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan dasar
pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perawat yang bertanggung jawab (Muhith, 2015).
a Waham
b Curiga pada orang lain
c Halusinasi
d Berencana bunuh diri
e Kerusakan kognitif
f Disorientasi atau konfuusi
g Kerusakan kontrol inplus
h Depresi
i Penyalahgunaan NAPZA
j Gangguan konsep diri
k Isolasi sosial
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut (Budi Anna Keliat,2019) Rencana Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan perilaku kekerasan mengacu pada strategi
pelaksanaan pasien perilaku kekerasan sebagai berikut:
Tabel A. Sp Risiko Perilaku Kekerasan
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
Latih klien untuk melakukan Pendidikan kesehatan tentang
relaksasi.nafas dalam pengertian Risiko Perilaku Kekerasan,
1. Kaji penyebab,tanda dan gejala tanda dan gejala pasien Risiko Perilaku
Risiko perilaku kekerasan Kekerasan dan cara-cara merawat
2. Diskusikan kerugian dari cara yang pasien Risiko perilaku kekerasan
di lakukan,Kemampuan mengatasi 1. Kaji masalah klien yang di rasakan
masalah serta akibatnya keluarga dalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian.penyebab,tanda dan
3. Jelaskan diagnosa keperawatan dan gejala serta proses terjadinya risiko
proses terjadinya risiko perilaku
perilaku kekerasan yang di alami
kekerasan
klien
4. Latih klien umtuk melakukan 3. diskusikan cara merawat risiko perilaku
relaksasi: Tarik nafas dalam,pukul kekerasan dan memutuskan cara
bantal dan Kasur.senam dan jalan- merawat yang sesuai dengan kondisi
jalan. klien
5. Minta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
6. Berikan reinforcement positif.
7. Masukan ke dalam jadwal kegiatan
8. Lakukan rencana tindak lanjut
9. Lakukan kontrak yang akan
datang:Memberikan
reinforcement positif
SP 2 SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan Melatih keluarga cara merawat risiko
baik perilaku kekerasan klien
1. Evaluasi SP. 1 1. Hindari penyebab terjadinya risiko
2. Latih Klien untuk bebicara dengan perilaku kekerasan.
baik: Mengungkapkan 2. Bimbing klien melakukan Latihan cara
perasaan,meminta dengan baik dan mengendalikan perilaku kekerasan
.menolak dengan baik sesuai dengan yang di latih perawat
pada klien .
3. Latih deklarasi secara verbal maupun
3. Berikan pujian atas keberhasilan klien..
tertulis.
4. Simpulkan isi pembicaraan klien.
5. Berikan reinforcement positif.
6. Evaluasi respon pasien terhadap
tindakan (Data Subjektif dan Data
Objektif).
7. Lakukan rencana tindak lanjut.
8. Lakukan kontrak yang akan datang
SP 3 SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan Membuat perencanaan pulang bersama
ibadah sesuai dengan agama dan keluarga
kepercayaan yang di anut 1. Libatkan seluruh anggota keluarga
(solat,berdo’a dan kegiatan ibadah untuk menciptakan suasana keluarga
yang lainnya yang nyaman:mengurangi stress di
1. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2. dalam keluarga dan memberi
2. Latih Klien untuk sholat yang motivasi pada klien .
baik dan benar 2. Jelaskan tanda dan gejala perilaku
kekerasan yang memerlukan rujukan
3. Latih klien berdo’a dengan baik
segera serta memerlukan follow up
dan benar.
ke pelayanan Kesehatan secara
4. Berikan reinforcement positif. teratur.
5. Evaluasi respon pasien terhadap
tindakan (Data Subjektif dan
Data Objektif).
6. Lakukan rencana tindak lanjut.
7. Melakukan kontrak yang akan
datang.
SP 4
latih klien minum obat dengan prinsip
8 benar
1. Evaluasi SP. 1 , SP. 2,SP 3
2. Latih klien minum obat dengan
prinsip 8 benar : benar nama
klien, benar nama obat, benar
manfaat obat, benar dosis obat,
benar frekuensi, benar cara,
benar tanggal kadaluarsa dan
benar dokumentasi.
3. Bantu klien dalam mengendalikan
risiko perilaku kekerasan jika
klien mengalami kesulitan
4. Diskusikan manfaat yang didapat
setelah memperaktikan latihan
mengendalikan risiko perilaku
kekerasan.
5. Simpulkan isi pembicaraan klien
6. Berikan reinforcement positif
7. Evaluasi respon pasien terhadap
tindakan ( Data Subjektif dan
Data Objektif)
8. Lakukan rencana tindak lanjut
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implemetasi
seringkali jauh berbeda dengan rencana (direja, 2011 dalam halifah,
2016).
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi, apakah rencana
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat
ini. Perawat juga mesti perlu menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan intelektual, interpersonal dan tehnikal untuk melakukan
tindakan penilaian apakah aman atau tidak untuk klien. Setelah
semuanya jelas, baru perawat membuat kontrak dengan klien yang
isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang di
harapkan dari klien, kemudian dokumentasikan tindakan yang
dilaksanakan beserta respon klien (Kusumawati & Hartono, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus
– menerus untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan evaluasi dapat di bagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a Evaluasi proses ( formatif ) yang di lakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan.
b Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan
respon klien dengan tujuan yang di tentukan.
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan
keperawatan yang telah di laksanakan
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau
muncul masalah yang baru
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon
9
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A Rancangan Studi Kasus
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dimana penulisannya adalah
deskriftif dalam bentuk studi kasus.Studi kasus ini tidak mengeksplorkan
masalah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik Di Ruang Kemuning RSUD
R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi. menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
B Subjek Studi Kasus
Subjek peneltian adalah subjek yang di tuju untuk di teliti oleh
peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti
(arikunto,2006).
Subjek penelitian ini adalah pasien dengan diagnose Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik sebanyak dua responden yang di
rawat di RSUD R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
C Fokus Studi
Fokus studi kasus pada pengelolaan kasus ini yaitu :
1. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik.Melalui pendekatan yang
meliputi tahap pengkajian, penegakan diagnose keperawatan,
menetapkan perencanaa keperawatan dan di akhiri dengan mengevaluasi
respon pasien
2. Pemberian Tindakan keperawatan terhadap klien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik.
D Definisi Operasional
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Risiko Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia Hebefrenik yang komprehensif meliputi
aspek-aspek baik bio-psiko-sosial dan spiritual, berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan secara Pendidikan.
Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal
di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu
keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah.Hal
ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi
secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai
karena penggunaan koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019).
E Lokasi dan Waktu Studi Kasus
1. Waktu Studi kasus ini dilakukan dirumah sakit selama 3 hari, dimulai
dari tanggal 29 Maret 2023 sampai dengan 31 Maret 2023
2. Lokasi Pengambilan kasus dilaksanakan di Ruang Kemuning RSUD
R.Syamsudin,SH Kota Sukabumi.
F Metode Pengumpulan Data
Penyusunan bagian awal instrumen dituliskan karakteristik respon :
Identitas klien,umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan lain-lain.
Jenis instrumen yang digunakan pada ilmu keperawatan di klasifikasikan
menjadi 5 bagian, tetapi yang digunakan pada penelitian ini hanya 4 poin
(Nursalam,2014), yaitu:
1. Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis
manusia, baik inviro maupun inviotro).
2. Observasi (terstuktur dan tidak terstruktur) Pemeriksaan fisik dengan
pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) Observasi
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa model instrumen,
antara lain :
a Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa
b Buku catatan kecil dan alat tulis
3. Wawancara terstruktur atau tidak terstruktur (hasil anamnesis berisi
tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dahulu, keluarga, dan lain-lain).
4. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relevan).
G Analisa Data dan Penyajian Data
1. Analisa data didasarkan pada data yang terkumpul dengan cara
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya data tersebut
dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
direkomendasikan dalam intervensi, hasil data yang terkumpul dalam
bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif
untuk menunjang penentuan masalah keperawatan.
2. Analisa pada studi kasus menggunakan pendekatan PES (problem,
etiologi dan symptom) yang dituangkan dalam bentuk bagan sedangkan
pada pendekatan terapan digunakan analisis deskriptif.
3. Penyajian dapat dilakukan pada tabel, gambar, bagan, maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan mengaburkan identitas
dari klien.
4. Kesimpulan akan dilakukan dengan metode induksi data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
H Etik Studi Kasus
Menurut Sari & Sasmiyanto (2020) etika yang mendasari penyusunan studi
kasus terdiri dari :
1. Informed consent (Persetujuan menjadi klien)
Informed consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti
dengan subjek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi subjek
penelitian.Pada studi kasus ini responden dalam penelitian ini
responden telah menandatangani lembar persetujuan (Informed
Consent) yang artinya telah bersedia untuk dijadikan subjek dalam
studi kasus.
2. Anonimity (Tanpa nama )
Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan subjek penelitian adalah
tidak mencantumkan nama subjek penelitian dalam penyajian hasil
penelitian.Pada studi kasus ini untuk menjaga kerahasiaan klien
maka tidak dicantumkan nama klien
3. Confudentiality (Kerahasiaan)
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, data lain yang
dianggap rahasia oleh subjek penelitian maka peneliti harus menjaga
kerahasian data tersebut. Pada studi kasus ini semua data dan
informasi yang didapat dari responden dalam penelitian ini tidakakan
dipublikasikan untuk umum, melainkan hanya digunakan untuk
kepentingan laporan hasil penelitian.
4. Justice (Keadilan bagi seluruh subjek pengambilan kasus)
Kewajiban memperlakukan setiap manusia secara baik dan benar,
memberikan apa yang menjadi haknya, tidak membebani dengan apa
yang bukan menjadi kewajibannya dan memperlihatkan masalah
kerentanan (vulnerability). Pada studi kasus tanpa deskriminasi dan
diberikan penanganan yang sama dan menghormati seluruh
persetujuan persetujuan yang di sepakati dan memberikan
penanganan terhadap masalah yang muncul selama partisipasi.
5. Beneficience ( Etika berbuat baik )
Peneliti mampu melaksanakan pengambilan kasus dan sekaligus
mampu menjaga kesejahteraan subjek pengambilan kasus tanpa
menentang kesengajaan yang dapat merugikan subjek pengambil
kasus mampu berbuat baik kepada klien dan perawat di ruangan
47
BAB IV
64
V. PEMERIKSAAN FISIK
DATA KLIEN 1 KLIEN 2
TD : 130/90 mmHg TD: 125/90 mmHg
S : 36,7 ⁰C S : 36,2 ⁰C
PEMERIKSAAN
RR : 20 x/Menit RR : 20 x/Menit
FISIK
HR : 100 x/Menit HR : 112 x/Menit
BB: 56 Kg TB: 163 CM BB: 45 Kg TB: 167 CM
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
KELUHAN FISIK
ada keluhan fisik. ada keluhan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
DATA KLIEN 1 KLIEN 2
: laki-laki : laki-laki
: Perempuan : Perempuan
: Klien : Klien
: Meninggal / :Meninggal
: Garis Turunan : Garis Turunan
: Tinggal Serumah : Tinggal Serumah
Interpretasi Interpretasi
Genogram klien anak ke satu dari klien anak bungsu/anak ke
enam bersaudara,Klien lima dari lima
tinggal bersama istri dan bersaudara,Klien tinggal
anaknya , klien memiiki 3 bersama ibu, ayahnya dan
anak semuanya laki laki kakanya yang ke 4 klien
pola komunikasi klien memiiki 4 kaka 2
baik, pola asuh klien baik, perempuan dan 2 laki-laki
dan keluarga selalu pola komunikasi klien
dilibatkan dalam baik, pola asuh klien baik,
pengambilan keputusan dan keluarga selalu
melibatkan dalam
pengambilan keputusan
TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,7 ⁰C
RR : 20 x/Menit
HR : 100 x/Menit
DS
• Klien mengatakan merasa
kehilangan karena ibunya
sudah meninggal dan klien juga
mengatakan belum bisa
membahagiakan ibunya dan
2 merasa kehilangan salah satu Berduka Disfungsional
keluarganya
DO
• Klien nampak sedih dan mata
berkaca – kaca.
• Klien Nampak menunduk
DS
• Klien mengatakan di kembalikan
lagi ke ruang kemuning karena
tidak patuh meminum obat
selama 2 bulan karena klien
merasa sudah sembuh dan klien
juga tidak melakukan kontrol
3 secara rutin Regiment terapeutik tidak efektif
• Klien mengatakan bahwa dirinya
salah kerena tidak patuh
meminum obat
DO
• Klien nampak nunduk saa
menceritakan dirinya tidak pauh
minum obat
DS
• Klien mengatakan belum
menggunting kukunya sudah 2
minggu
4 DO Defisit Perawatan Diri
• Kuku klien Nampak kotor
• Kuku klien Nampak Panjang
KLIEN 2
DS
• Klien mengatakan sering marah-
marah
• klien sering merasa kesal
• klien mengatakan mudah
tersinggung
DO
• Bicara cepat dengan nada tinggi
• Klien Nampak gelisah
1 • Klien nampak mondar-mandir Risiko Perilaku Kekerasan
• Klien kurang kooperatif, emosi
labil
TTV
TD : 135/90 mmHg
S : 36,2 ⁰C
RR : 20 x/Menit
HR : 112 x/Menit
2 DS
• Klien mengatakan di kembalikan
lagi ke ruang kemuning karena
tidak patuh meminum obat
selama 4 hari.
• Klien mengatakan bahwa dirinya Regiment terapeutik tidak efektif
salah kerena tidak patuh
meminum obat
DO
• Klien Nampak seperti sedang
berfikir
3 DS
• Klien mengatakan malu
• Klien mengatakan dirinya tidak
berarti
Gangguan Konsep Diri
DO
Harga Diri Rendah
• Ketika klien tidur suka terpisah
dengan teman sekamarnya
• Klien jarang bercerita dengan
teman sekamarnya
4 DS
• Klien mengatakan Belum mandi
selama dua hari karena di
kurung di ruang iso
• Klien mengatakan belum
menggunting kuku sedah 1
minggu Defisit Perawatan Diri
DO
• Rambut dan pakaian Klien
berpenampilan tidak rapi
• Kuku klien Nampak kotor dan
Panjang
5 DS
• Klien mengatakan Ketika marah
suka memukul atau menendang
pintu
48
80
Setelah 2x pertemuanSP 2
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan berbicara dengan baik
melakukan a. Evaluasi SP. 1
a. Menyebutkan b. Latih Klien untuk
kegiatan yang bebicara dengan baik:
sudah Mengungkapkan
dilakukan perasaan,meminta
b. Melakukan cara dengan baik dan
berbicara .menolak dengan baik
dengan baik c. Latih deklarasi secara
verbal maupun
tertulis.
d. Simpulkan isi
pembicaraan klien. Fauzi
e. Memberikan
reinforcement positif.
f. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
g. Lakukan rencana
tindak lanjut.
h. Lakukan kontrak
yang akan datang
Setelah 2x pertemuan SP 3
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan melakukan kegiatan
melakukan ibadah sesuai dengan
a. Menyebutkan agama dan kepercayaan
kegiatan yang yang di anut (solat,berdo’a
sudah dan kegiatan ibadah yang
dilakukan lainnya
b. Melakukan a. Evaluasi SP. 1 dan
kegiatan SP. 2.
ibadah b. Latih Klien untuk
sholat yang baik dan
benar
c. Latih klien berdo’a
dengan baik dan benar.
d. Memberikan Fauzi
reinforcement positif.
e. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
f. Lakukan rencana
tindak lanjut.
g. Melakukan kontrak
yang akan datang.
Setelah 2x pertemuan SP 4
klien dapat latih klien minum obat
menyebutkan dan dengan prinsip 8 benar
melakukan a. Evaluasi SP. 1 , SP.
a. Menyebutkan 2,SP 3
kegiatan yang b. Latih klien minum
sudah obat dengan prinsip 8
dilakukan benar : benar nama
b. Paham cara klien, benar nama
meminum obat obat, benar manfaat
dengan prinsip 8 obat, benar dosis obat,
benar
benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal
kadaluarsa dan benar
dokumentasi.
c. Bantu klien dalam
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan
jika klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat
yang didapat setelah Fauzi
memperaktikan latihan
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi
pembicaraan klien
f. Berikan
reinforcement positif
g. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan ( Data
Subjektif dan Data
Objektif)
h. Lakukan rencana
tindak lanjut
Setelah 2x pertemuanSP 2
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan berbicara dengan baik
melakukan a. Evaluasi SP. 1
a. Menyebutkan b. Latih Klien untuk
kegiatan yang bebicara dengan baik:
sudah Mengungkapkan
dilakukan perasaan,meminta
b. Melakukan cara dengan baik dan
berbicara .menolak dengan baik
dengan baik c. Latih deklarasi secara
verbal maupun
tertulis.
d. Simpulkan isi
pembicaraan klien.
e. Berikan Fauzi
reinforcement positif.
f. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
g. Lakukan rencana
tindak lanjut.
h. Lakukan kontrak
yang akan datang
Setelah 2x pertemuan SP 3
klien dapat Latih klien untuk
menyebutkan dan melakukan kegiatan
melakukan ibadah sesuai dengan
a. Menyebutkan agama dan kepercayaan
kegiatan yang yang di anut (solat,berdo’a
sudah dan kegiatan ibadah yang
dilakukan lainnya
b. Melakukan a. Evaluasi SP. 1 dan
kegiatan SP. 2.
ibadah b. Latih Klien untuk
sholat yang baik
dan benar
c. Latih klien berdo’a
dengan baik dan
benar.
Fauzi
d. Berikan
reinforcement
positif.
e. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan (Data
Subjektif dan Data
Objektif).
f. Lakukan rencana
tindak lanjut.
g. Lakukan kontrak
yang akan datang.
Setelah 2x pertemuan SP 4
klien dapat latih klien minum obat
menyebutkan dan dengan prinsip 8 benar
melakukan a. Evaluasi SP. 1 , SP.
a. Menyebutkan 2,SP 3
kegiatan yang b. Latih klien minum
sudah obat dengan prinsip 8
dilakukan benar : benar nama
b. Paham cara klien, benar nama
meminum obat obat, benar manfaat
dengan prinsip 8 obat, benar dosis obat,
benar
benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal
kadaluarsa dan benar
dokumentasi.
c. Bantu klien dalam
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan jika
klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat
yang didapat setelah
Fauzi
memperaktikan latihan
mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi
pembicaraan klien
f. Berikan
reinforcement
positif
g. Evaluasi respon
pasien terhadap
tindakan ( Data
Subjektif dan Data
Objektif)
h. Lakukan rencana
tindak lanjut
XVI. Implementasi
KLIEN 1
Tanggal/ Paraf
No Implementasi Evaluasi
Waktu
17 Juni SP 1 17 Juni 2023
2023 Melatih klien untuk melakukan 08:20 WIB
08:00 relaksasi.nafas dalam S:
WIB a. Mengkaji penyebab,tanda • Klien mengatakan sedikitmengerti Fauzi
dan gejala Risiko perilaku tentang perilaku kekerasan
kekerasan seperti penyebab dan tanda
b. Mendiskusikan kerugian gejala
dari cara yang di • Klien sedikit mengatakan mengerti
lakukan,Kemampuan yang di ajarkan mahasiswa dan
mengatasi masalah serta bisa melakukan relaksasi nafas
akibatnya dalam dan latihan fisik
c. Menjelaskan diagnosa
keperawatan dan proses
O:
terjadinya risiko perilaku
• Klien Nampak senang saat di
kekerasan
d. Melatih klien umtuk lakukan sp 1
1 melakukan relaksasi: Tarik • Klien Nampak sedikit mengerti apa
nafas dalam,pukul bantal yang sudah di ajarkan
dan Kasur.senam dan
jalan-jalan.
• Klien Nampak rileks
e. Meminta klien untuk • Klien mampu mengulangi apa
mengulangi dan yang sudah di ajarkan meskipun
memperaktekannya di bantu/di bimbing
f. Memberikan
reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam A:
jadwal kegiatan • SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan
h. Melakukan rencana Teratasi Sebagian
tindak lanjut P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan
Teratasi
P:
• Intervensi di hentikan
18 Juni a. Melakukan terapi aktivitas 18 Juni 2023 Fauzi
2023 kelompok (TAK) 14:27 WIB
14:00 stimulasi persepsi pasien S :
WIB perilaku kekerasan • Klien mengatakan bisa dan
mengerti cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
4 • Klien mampu memperagakan cara
mencegah risiko perilaku
kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
KLIEN 2
Tanggal/ Paraf
No Waktu Implementasi Evaluasi
18 Juni SP 1 18 Juni 2023
2023 Melatih klien untuk 16:50 WIB
16:30 melakukan relaksasi.nafas S:
Fauzi
WIB dalam • Klien mengatakan sedikit belum
a. Mengkaji penyebab,tanda tentang perilaku kekerasan
dan gejala Risiko perilaku seperti penyebab tanda dan
kekerasan gejala
b. Mendiskusikan kerugian • Klien mengatakan belum mengerti
dari cara yang di yang di ajarkan mahasiswa dan
lakukan,Kemampuan bisa melakukan relaksasi nafas
mengatasi masalah serta dalam dan latihan fisik
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa
O:
keperawatan dan proses
• Klien Nampak senang saat di
terjadinya risiko perilaku
kekerasan lakukan sp 1
1 • Klien Nampak bingung apa yang
d. Melatih klien umtuk
melakukan relaksasi: Tarik sudah di ajarkan
nafas dalam,pukul bantal
dan Kasur.senam dan • Klien belum mampu mengulangi
jalan-jalan. apa yang sudah di ajarkan
e. Meminta klien untuk
mengulangi dan A:
memperaktekannya • SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan
f. Memberikan
belum Teratasi
reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam
jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana P:
tindak lanjut • Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
18 JuniSP 2 18 Juni 2023
2023 Latih klien untuk berbicara 16:34 WIB
16:20 dengan baik S:
WIB a. Mengevaluasi SP. 1 • Klien mengatakan sedikit mengerti
b. Melatih Klien untuk tentang Berbicara dengan baik
bebicara dengan baik: • Klien mengatakan sedikit mengerti Fauzi
Mengungkapkan yang di ajarkan mahasiswa.yaitu
perasaan,meminta dengan meminta dengan baik, menolak
baik dan .menolak dengan dengan baik dan
baik mengungkapkan dengan baik
c. Melatih deklarasi secara O:
verbal maupun tertulis. • Klien Nampak senang saat di
d. Menyimpulkan isi lakukan sp 2
2 pembicaraan klien. • Klen kooperatif
e. Memberikan reinforcement • Klien Nampak rileks
positif. • Klien sedikit mampu mengulangi
f. Mengevaluasi respon apa yang sudah di ajarkan
pasien terhadap tindakan meskipun di bantu
(Data Subjektif dan Data
Objektif). A:
g. Melakukan rencana tindak • SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan
lanjut. Teratasi Sebagian
h. Melakukan kontrak yang
akan datang
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
18 Juni a. Melakukan terapi aktivitas 18 Juni 2023
2023 kelompok (TAK) stimulasi 14:27 WIB Fauzi
persepsi pasien perilaku S:
14:00 kekerasan • Klien mengatakan bisa dan
WIB mengerti cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
O:
3 • Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara
mencegah risiko perilaku
kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
Sebagian
P:
• Intervensi di hentikan Lanjut SP 3
2 Klien 2
20 Juni 2023 S: Fauzi
15:32 WIB • Klien mengatakan sudah sedikit mengerti
tentang perilaku kekerasan seperti
penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang
di ajarkan mahasiswa dan bisa
melakukan relaksasi nafas dalam dan
latihan fisik meskipun di bantu
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak mengerti apa yang sudah di
ajarkan
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
Sebagian
P:
• Intervensi di hentikan
48
99
B. Pembahasan
Dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.H dan An.B
dengan Risiko Perilaku kekerasan akibat Skizofrenia Hibefrenik, di Ruang
Kemuning RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi, penulis
memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan konsep asuhan
keperawatan jiwa terutama dalam menerapkan konsep asuhan keperawatan
jiwa. Selanjutnya penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang
terjadi antara teori dengan pengaplikasiannya dilapangan serta kendala
yang ditemukan oleh peneliti selama pelaksanaan asuhan keperawatan
jiwa pada Tn.H dan An.B dengan Risiko Perilaku Kekerasan dengan
menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan, meliputi
pengkajian, penegakan diagnosa, penyusunan intervensi, implementasi dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian keperawatan jiwa penulis terlebih
dahulu melakukan informed consent kepada klien agar terjalin
hubungan percaya terhadap penulis, terjamin kerahasiaan dan
memudahkan dalam pengambilan data. Penulis dalam melakukan
pengumpulan data diperoleh dari klien, perawat dan keluarga klien
yaitu data subjektif dan objektif..
Pengumpulan data didapatkan dari klien dan keluarga. Penulis
melakukan pendekatan kepada klien dan keluarga melalui komunikasi
terapeutik. Secara umum pengkajian yang terdapat di dalam teori
dengan pengkajian yang terdapat dalam tinjauan kasus terdapat
banyak kesamaan, namun ada beberapa perbedaan yang timbul antara
landasan teoritis dengan tinjauan kasus, khususnya yang terdapat pada
landasan teoritis tetapi tidak terdapat pada tinjauan kasus, dimana
secara teoritis ditemukan tanda dan gejala minor dan mayor seperti
berupa mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal dan Rahang
mengatup, wajah memerah.,Postur tubuh kaku, mengancam dan
mengumpal dengan kata-kata kotor, suara keras, bicara kasar, ketus,
menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, merasa dirinya berkuasa dan amuk/agresif.
a. Pengkajian Tanggal Pengkajian Pada Klien 1: 17 Juni 2023 Jam
09:00 WIB
b. Pengkajian Tanggal Pengkajian Pada Klien 2: 17 Juni 2023 Jam
09:30 WIB
c. Oleh : Muhamad Fauzi
Data Tn.H An.B
Klien mengatakan di bawa Klien mengatakan di
oleh keluarganya ke rumah bawa oleh keluarganya
sakit RSUD R.Syamsudin, ke rumah sakit RSUD
SH 4 hari yang lalu karena R.Syamsudin, SH 1
klien sering mengamuk di hari yang lalu karena
rumahnya dan sering klien sering mengamuk
mondar mandir,gelisah di rumahnya dan sering
mengacam, kepada orang mondar mandir,gelisah.
lain klien juga mengatakan Pada saat di lakukan
pernah membakar rumah pengkajian pada
karena kesal. tanggal 17 Juni 2023
Pada saat di lakukan klien mengatakan
Persamaan Alasan Masuk pengkajian pada tanggal 17 sering marah –
Juni 2023 klien marahdan kesal karena
mengatakan sering marah - tidak di belikan batu
marah dan kesal kepada akik sama orang
orang-orang karena tidak tuanya. Klien juga
mempercayai dirinya sudah mengatakan pernah
sembuh dan klien juga merusak motor dan
Nampak mondar-mandir memukul kaca dan
dan gelisah dan bicara klien juga Nampak
dengan nada tinggi gelisah-mondar
mandir,bicara
cepat,nada tinggi dan
labil
Risiko Perilaku Risiko Perilaku
Masalah
Kekerasan Kekerasan
Ya: Klien mengatakan Ya: Klien mengatakan
sudah 4x mengalami sudah 3x mengalami
gangguan jiwa dan di rawat gangguan jiwa dan di
di rumah sakit RSUD R. rawat di rumah sakit
Syamsudin, SH pada tahun RSUD R. Syamsudin,
2018,2020,2021, dan SH pada tahun
sekarang pada tahun 2023 2021,2022, dan
dengan gangguan jiwa yang sekarang pada tahun
sama yaitu sering mondar 2023 dengan gangguan
mandir,mengamuk dan jiwa yang sama yaitu
mengancam orang lain sering mondar-mandir,
Pernah Pada tahun 2018 klien mengamuk dan
mengalami mengatakan pernah di bully merusak barang-
gangguan jiwa oleh temannya dan klien barang.
di masa lalu juga pernah di PHK oleh Pada tahun 2021 klien
majikannya saat bekerja mengatakan
sehingga klien selalu mendapatkan bullyan
menyendiri dan kurang oleh temannya
berinteraksi dengan orang- sehingga klien
orang, Pada tahun 2020 mengurung diri di
tidak terkaji,pada tahun kamar,pada tahun 2022
2021 klien mengatakan tidak terkaji.
kesal dan membakar rumah
karena orang orang tidak
mempercayai bahwa
dirinya sudah sembuh
Kurang berhasil : klien Kurang berhasil : klien
mengatakan pengobatannya mengatakan
kurang berhasil karena pengobatannya kurang
Pengobatan tidak meminum obat berhasil karena tidak
sebelumnya selama 2 bulan karena klien meminum obat selama
meraasa bahwa dirinya 4 hari.
sudah sembuh.
SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang di
anut (solat,berdo’a dan kegiatan ibadah yang
lainnya
a. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2.
b. Latih Klien untuk sholat yang baik dan benar
c. Latih klien berdo’a dengan baik dan benar.
d. Berikan reinforcement positif.
e. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan
(Data Subjektif dan Data Objektif).
f. Lakukan rencana tindak lanjut.
g. Lakukan kontrak yang akan datang.
SP 4
latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar
a. Evaluasi SP. 1 , SP. 2,SP 3
b. Latih klien minum obat dengan prinsip 8
benar : benar nama klien, benar nama obat,
benar manfaat obat, benar dosis obat, benar
frekuensi, benar cara, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi.
c. Bantu klien dalam mengendalikan risiko
perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat yang didapat setelah
memperaktikan latihan mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi pembicaraan klien
f. Berikan reinforcement positif
g. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (
Data Subjektif dan Data Objektif)
h. Lakukan rencana tindak lanjut
a. Lakukan terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi pasien perilaku kekerasan
SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Mengevaluasi SP. 1
b. Melatih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik dan
.menolak dengan baik
c. Melatih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Menyimpulkan isi pembicaraan klien.
e. Memberikan reinforcement positif.
f. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Melakukan rencana tindak lanjut.
h. Melakukan kontrak yang akan datang
SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang di anut
(solat,berdo’a dan kegiatan ibadah yang lainnya
a. mengvaluasi SP. 1 dan SP. 2.
b. melatih Klien untuk sholat yang baik dan benar
c. melatih klien berdo’a dengan baik dan benar.
d. Memerikan reinforcement positif.
e. Mengvaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
f. Melakukan rencana tindak lanjut.
g. Melakukan kontrak yang akan datang.
a. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi pasien perilaku kekerasan
Implementasi An.B
SP 1
Melatih klien untuk melakukan relaksasi.nafas dalam
a. Mengkaji penyebab,tanda dan gejala Risiko perilaku
kekerasan
b. Mendiskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Melatih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam dan jalan-
jalan.
e. Meminta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Memberikan reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana tindak lanjut
SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Mengevaluasi SP. 1
b. Melatih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik dan
.menolak dengan baik
c. Melatih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Menyimpulkan isi pembicaraan klien.
e. Memberikan reinforcement positif.
f. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Melakukan rencana tindak lanjut.
h. Melakukan kontrak yang akan datang
a. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi pasien perilaku kekerasan
Evaluasi Tn.H
19 Juni 2023
08:20 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikitmengerti tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak sedikit mengerti apa yang sudah di
ajarkan
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu/di bimbing
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
19 Juni 2023
15:22 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
19 Juni 2023
15:25 WIB
S:
• Klien mengatakan mengerti cara melakukan kegiatan
beribadah dan berdo’a
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu solat 5 waktu dan berdo’a
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 3
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu
• Klien Nampak suka solat 5 waktu dan rajin berdo’a
• Klien suka adzan
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
P:
Intervensi di hentikan
19 Juni 2023
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Evaluasi An.b
20 juni 2023
16:50 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit belum tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab tanda dan gejala
• Klien mengatakan belum mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak bingung apa yang sudah di ajarkan
• Klien belum mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan belum Teratasi
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
20 juni 2023
16:34 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
20 juni 2023
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
114
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan pengelolaan kasus Asuhan keperawatan pada
Pasien dengan Risiko perilaku kekerasan akibat skizofrenia hibefrenik, di
Ruang Kemuning RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi. Selama 4
hari pada 17 Juni 2023 Sampai 20 Juni 2023, dapat diambil kesimpulan
berdasarkan proses keperawatan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Keperawatan Hasil pengkajian pada Tn.H dan didapatkan data
subjektif klien mengatakan sering marah-marah dan sering merasa
kesal karena orang orang tidak mempercayai dirinya sembuh dan klien
juga mengatakan pernah membakar rumahnya, data objektif yang
didapat bicara dengan nada tinggi serta emosi labil.mondar
mandir,tekanan darah meningkat dan nadi meningkat
Keperawatan Hasil pengkajian pada An.B dan didapatkan data
subjektif klien mengatakan sering marah-marah dan sering merasa
kesal karena tidak di belikan batu akik oleh orangtuanya dan klien
jugamengatakan pernah memukul orang lain karena kesal, data
objektif yang didapat bicara dengan nada tinggi serta emosi
labil,mudah tersinggung,mata melotot,menarik diri,postur tubuh kaku
dan mudah tersinggung
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Risiko perilaku kekerasan yang
ditemukan pada Tn.H dan An.B yaitu :
No Tn.H An.B
1 Risiko Perilaku Kekerasan Risiko Perilaku Kekerasan
2 Berduka Disfungsional Harga Diri Rendah
3 Regiment terapeutik Tidak Efektif Regiment terapeutik tidak efektif
4 Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
Mekanisme Koping Tidak Efektif
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan masalah
yang ditemukan pada klien saat dilakukan pengkajian dan
perencanaan keperawatan tersebut disusun dengan mengacu pada
sumber teori serta disesuaikan dengan permasalahan yang ada,
kemampuan klien, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang
ada. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan Risiko perilaku
kekerasan
Intervensi
SP 1
Latih klien untuk melakukan relaksasi.nafas
dalam
a. Kaji penyebab,tanda dan gejala Risiko
perilaku kekerasan
b. Diskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Jelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Latih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam
dan jalan-jalan.
e. Minta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Berikan reinforcement positif.
g. Masukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Lakukan rencana tindak lanjut
SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Evaluasi SP. 1
b. Latih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik
dan .menolak dengan baik
c. Latih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Simpulkan isi pembicaraan klien.
e. Berikan reinforcement positif.
f. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Lakukan rencana tindak lanjut.
Lakukan kontrak yang akan datang
SP 3
Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang di
anut (solat,berdo’a dan kegiatan ibadah yang
lainnya
a. Evaluasi SP. 1 dan SP. 2.
b. Latih Klien untuk sholat yang baik dan benar
c. Latih klien berdo’a dengan baik dan benar.
d. Berikan reinforcement positif.
e. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan
(Data Subjektif dan Data Objektif).
f. Lakukan rencana tindak lanjut.
g. Lakukan kontrak yang akan datang.
SP 4
latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar
a. Evaluasi SP. 1 , SP. 2,SP 3
b. Latih klien minum obat dengan prinsip 8
benar : benar nama klien, benar nama obat,
benar manfaat obat, benar dosis obat, benar
frekuensi, benar cara, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi.
c. Bantu klien dalam mengendalikan risiko
perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
d. Diskusikan manfaat yang didapat setelah
memperaktikan latihan mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
e. Simpulkan isi pembicaraan klien
f. Berikan reinforcement positif
g. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan (
Data Subjektif dan Data Objektif)
h. Lakukan rencana tindak lanjut
a. Lakukan terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi pasien perilaku kekerasan
4. Implementasi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan masalah
yang ditemukan pada klien saat dilakukan pengkajian dan
perencanaan keperawatan tersebut disusun dengan mengacu pada
sumber teori serta disesuaikan dengan permasalahan yang ada,
kemampuan klien, situasi dan kondisi, serta sarana dan prasarana yang
ada.seperti pada klien yaitu.
Evaluasi Tn.H
19 Juni 2023
08:20 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikitmengerti tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak sedikit mengerti apa yang sudah di
ajarkan
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu/di bimbing
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
19 Juni 2023
15:22 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
20 juni 2023
15:25 WIB
S:
• Klien mengatakan mengerti cara melakukan kegiatan
beribadah dan berdo’a
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu solat 5 waktu dan berdo’a
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 3
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu
• Klien Nampak suka solat 5 waktu dan rajin berdo’a
• Klien suka adzan
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
P:
Intervensi di hentikan
20 juni
14:27 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Implementasi An.B
SP 1
Melatih klien untuk melakukan relaksasi.nafas dalam
a. Mengkaji penyebab,tanda dan gejala Risiko perilaku
kekerasan
b. Mendiskusikan kerugian dari cara yang di
lakukan,Kemampuan mengatasi masalah serta
akibatnya
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dan proses
terjadinya risiko perilaku kekerasan
d. Melatih klien umtuk melakukan relaksasi: Tarik
nafas dalam,pukul bantal dan Kasur.senam dan jalan-
jalan.
e. Meminta klien untuk mengulangi dan
memperaktekannya
f. Memberikan reinforcement positif.
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
h. Melakukan rencana tindak lanjut
SP 2
Latih klien untuk berbicara dengan baik
a. Mengevaluasi SP. 1
b. Melatih Klien untuk bebicara dengan baik:
Mengungkapkan perasaan,meminta dengan baik dan
.menolak dengan baik
c. Melatih deklarasi secara verbal maupun tertulis.
d. Menyimpulkan isi pembicaraan klien.
e. Memberikan reinforcement positif.
f. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan (Data
Subjektif dan Data Objektif).
g. Melakukan rencana tindak lanjut.
h. Melakukan kontrak yang akan datang
a. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi pasien perilaku kekerasan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan oleh penulis dari setiap tindakan yang
diberikan Pada Tn.H dan An.B, untuk mengetahui tercapai tidaknya
perkembangan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam
perencanaan keperawatan. Masalah-masalah yang terjadi kepada klien
pada umumnya dapat teratasi Sebagian dengan tindakan keperawatan
yang diberikan.
Evaluasi Tn.h
20 Juni 2023
08:00 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab dan tanda gejala
• Klien sedikit mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak sedikit mengerti apa yang sudah di
ajarkan
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu/di bimbing
A:
• SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 1
20 Juni 2023
15:00 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit mengerti tentang Berbicara
dengan baik
• Klien mengatakan sedikit mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan dengan baik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 2
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien sedikit mampu mengulangi apa yang sudah di
ajarkan meskipun di bantu
A:
• SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi Sebagian
P:
• Intervensi di lanjutkan
1.Evaluasi Kembali Sp 2
20 Juni 2023
15:00 WIB
S:
• Klien mengatakan mengerti cara melakukan kegiatan
beribadah dan berdo’a
• Klien mengatakan mengerti yang di ajarkan
mahasiswa.yaitu solat 5 waktu dan berdo’a
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 3
• Klen kooperatif
• Klien Nampak rileks
• Klien mampu mengulangi apa yang sudah di ajarkan
meskipun di bantu
• Klien Nampak suka solat 5 waktu dan rajin berdo’a
• Klien suka adzan
A:
• SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan Teratasi
P:
Intervensi di hentikan
20 Juni 2023
13:00 WIB
S:
• Klien mengatakan bisa dan mengerti cara mencegah
risiko perilaku kekerasan
O:
• Klien tampak paham
• Klien mampu memperagakan cara mencegah risiko
perilaku kekerasan
A:
Risiko perilaku kekerasan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Evaluasi An.B
20 Juni 2023
16:50 WIB
S:
• Klien mengatakan sedikit belum tentang perilaku
kekerasan seperti penyebab tanda dan gejala
• Klien mengatakan belum mengerti yang di ajarkan
mahasiswa dan bisa melakukan relaksasi nafas
dalam dan latihan fisik
O:
• Klien Nampak senang saat di lakukan sp 1
• Klien Nampak bingung apa yang sudah di ajarkan
48
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Ardinata, M. (2020). Tanggung Jawab Negara terhadap Jaminan Kesehatan dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Jurnal HAM, 11(2), 319.
https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.319-332
Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: Konsep dan kerangka asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dwi Prastya, F., & Arum Pratiwi, S. K. (2017). Di akses pada tanggal 20 Febuari
2023 Mekanisme Koping Pada Pasien Perilaku Kekerasan Dengan Risiko
Menciderai Orang Lain Dan Lingkungan (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52420
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Kandar K & Iswanti D Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa (2019) 2(3) 149 Di akses
09 september 2023 Faktor Predisposisi dan Prestipit... preview & related info
| Mendeley
Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis Tanda
dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia Hebefrenik.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 65.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478
Stuart, G.W & Sundeen S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: IGC
48
xvii
LAMPIRAN
48
xvii
48
xvii
48
xvii
Lampiran 8
JENIS – JENIS OBAT PSIKIATRIK
1. Obat Antipsikotik
a. Chlorpromazine
b. Haloperidol
c. Trihexyphenidyl
d. Perphenazine
e. Thloridazine
f. Thiotixwnw
g. Fluepenthixol
h. Trifluoperazine
i. Aripiprazole
j. Clozapine
k. Lurasidone
l. Olanzapine
m. Paliperidone
n. Quetlapine
o. Risperidone
p. Zotepine
q. Ziprasidon
2. Obat Antidepresan
a. Selective sorotin reuptake inhibitors ( SSRIs )
b. ricyclic Antidepresants ( TCAs )
c. Monoamine oxidase inhibitors ( MAOIs )
5. Obat Stimulan
a. Methylphenidate
b. Dexmethylphenidate
c. Mixed amphetamine salts
d. Dextroamphetamine
e. Lisdexamphetamine
f. Methamphetamin
48
xvii
Disusun Oleh :
Muhammad Fauzi
32722001D20058
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2023
48
xvii
1. TOPIK
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara
patuh minum obat
C. LANDASAN TEORI
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi,
perasaan frustasi, benci atau marah.Hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019).
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri merupakan
perilaku yang rentan dimana seorang individu bisa menunjukan atau
mendemonstrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,
baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama
berlaku juga untuk resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain,
hanya saja ditujukan kepada orang lain.
Perilaku kekerasan timbul karena kombinasi antar frustasi dan
rangsangan dari luar sebagai pemicu. tiap insan bisa saja melakukan
perilaku kekerasan. Namun pada kenyataannya, ada orang-orang
yang mampu menghindari kekerasan walau balakangan ini semakin
banyak orang yang cendrung berespon agresif..
1. Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan
a. Melotot
b. Pandangan tajam
c. Tangan mengepal, rahang mengatup
d. Gelisah dan mondar mandir
e. Mudah tersinggung
f. Nada suara tinggi dan bicara kasar
g. Merusak lingkungan
h. Memukul orang lain
2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi
a. Cara mengontrol marah dengan melakukan
relaksasi nafas dalam, pukul bantal dan kasur,
senam, dan jalan-jalan
b. Cara mengontrol marah dengan berbicara
dengan baik : mengungkapkan perasaan,
meminta dengan baik dan menolak dengan
baik
c. Cara mengontrol marah dengan melakukan
kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut (sholat, berdoa, dan
kegiatan ibadah yang lainnya.
d. Cara mengontrol marah dengan patuh minum
obat dengan cara 8 benar (benar nama klien,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar
waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi)
D. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien
dengan Risiko perilaku kekerasan, yaitu
1. Hari/Tanggal : 20 juni 2023
3. Alokasi waktu :
a. Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
b. Fase Kerja (25 menit)
c. Penutup (5 menit)
5. Jumlah Klien : 3
orang Tim Terapi :
a) Leader : muhamad fauzi
Uraian tugas :
1. Menyiapkan proposal kegiatan TAK
2. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi
aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3. Menjelaskan permainan.
4. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
kclompok dan memperkenalkan dirinya.
5. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan
baik dan tertib
6. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas
c) Observer : wildan
d) tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan
dengan waktu, tempat, dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
anggota kelompok dengan evaluasi kelompok
e) Fasilitator : Jamas
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi, perasaan setelah
kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok untuk melaksanakan kegiatan
4. Membimbing selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
f) Setting tempat :
SKEMA
Keterangan :
: Leader
:Co-lider
: Peserta TAK
: Fasilitator
:Observer
1. Tn.h Kemuning
2. An.b Kemuning
E. Kriteria Klien
1. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang sudah
kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Klien bisa tulis dan baca
4. Klien yang bersedia mengikuti TAK
F. Antisipasi Masalah
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi
kesempatan kepada setiap peserta untuk BAB dan BAK
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan
diri dari tempat kegiatan
TATA TERTIB
1. Peserta dan therapist harus hadir 10 menit sebelum acara dimulai
2. Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, beri kesempatan sebelum
acara dimulai
3. Selama kegiatan berlangsung,semua anggota kelompok tidak
diperbolehkan meninggalkan ruangan
4. Selama kegiatan berlangsung kemua kelompok tidak
menganggu anggota lainnya
5. Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak
diperkenankan makan, minum dan merokok
6. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap
mengacungkan tangan dan berbicara apabila dipersilahkan
oleh leader
7. Setiap anggota tidak diperkenankan meninggalkan sebelum
acara dimulai.
G. Proses Pelaksanaan
• Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
a) Tujuan :
3. ROUNDOWN ACARA
Jenis Tahapan Waktu Keterangan
acara
Pembukaa Fase orientasi 5 Menit - Leader membuka kegiatan dan
n memperkenalkan tim
perawatlainnya
- Leader memotivasi peserta untuk
memperkenalkan diri secara
bergantian
- Leader menjelaskan topik dan
tujuan kegiatan
- Evaluasi Kemampuan pasien dan
tanyakan kesiapan pasien
- Kontrak waktu
- Leader menyampaikan tata tertib dan
berd’oa
Isi Fase kerja 25 Menit - Leader menjelaskan materi
- Fasilitator mendampingi klien untuk tetap
memperhatikan leader
- Leader membuka sesi tanya jawab
- Co-leader memulai untuk bermain game
- Fasilitator mendampingi klien untuk aktif
bermain game
Penutup Fase 5 Menit - Fasilitator meminta klien untuk
terminasi mengekspresikan apa yang
dirasakan setelah mengikuti TAK
- Observer menyampaikan hasil TAK
yang sudah dilaksanakan.
f) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab
perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1
TAK
Stimulasi
Perilaku
No. Nama Klien Penyebab PK Perilaku Akibat
Kekerasan perilaku
marah
1.
2.
3.
4.
A. Penutup
1. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah
Pasien dilatih mempersiapkan Stimulus yang disediakan atau
Stimulus yang pernah dialami. Tujuan dari Terapi Aktivitas untuk
memantau dan meningkatkan Hubungan Interpersonal antar anggota.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan atau Alternatif
Penyelesaian masalah. (Maulana, hernawati & Syalahuddin, 2021).
Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan resiko
perilaku kekerasan adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi
Persepsi, dimana TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) merupakan salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok pasien dengan
Resiko perilaku kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan
menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat,
2015).
Setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok resiko perilaku
kekerasan, pasien terapi aktivitas kelompok di yayasan pemenang jiwa
sumatera utara terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman tentang cara
mengontrol resiko perilaku kekerasan dan tahu bagaimana cara
melakukannya. Peningkatan pengetahuan diketahui bahwa pasien mampu
mengingat sp 1 - 5 dari permainan terapi aktivitas kelompok.
2. Saran
Diharapkan bagi Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan
masalah gangguan jiwa khususnya pasien Resiko Perilaku Kekerasan
karena menurut hasil penelitian (Putri, 2017). TAK Stimulasi
persepsi yang diberikan pada Pasien Resiko perilaku kekerasan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
mengenal dan mengontrol resiko perilaku kekerasan baik secara fisik
maupun secara sociaL
Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
A. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
B. Setting :
1. Terapis dan klien dapat duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat :
1. Papan tulis / flipchart/ whiteboard
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
F. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, memukul diri
sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran /simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan
akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta
akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab ; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1,
kemampun yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku,
mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Formlir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1: TAK
Simulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis
Nama
No Penyebab PK Memberi tanggapan tentang
Klien
Tanda& Gejala Perilaku
Akibat PK
PK Kekerasan
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilakuk kekerasan, tanda dan gejala dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda x jika klien tidak mampu.
G. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala
yang dirasakan (“geregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa
ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika
semua dirasakan selama dirumah sakit.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda ajika klien
mampu dan tanda rjika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik
napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
A. Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan,
yaitu “Saya perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan
untuk...”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara pada poin c.
e. Ulangi d. sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan ...”
atau “Saya tidak menerima dikatakan ...” atau “Saya kesal dikatakan
seperti ...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosil yang asertif , jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial
yang asertif secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
Mempraktikkan Mempraktikkan
No Nama Klien
Kegiatan ibadah pertama Kegiatan ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda centang jika klien mampu dan
tanda silang klien tidak mampu.
3. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4 , TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua
cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan( buat
jadwal).
Sesi 5 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi
Obat
A. Tujuan :
1. Umum : Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan
patuh mengkonsumsi obat.
2. Khusus :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
B. Setting :
1. Terapis dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
E. Pengorganisasian :
1. Leader :
2. Co-leader :
3. Fasilitator :
4. Observer :
E. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Menjelaskan tentang prinsip 5 benar dan meminta klien menyebutkan
lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan peranan klien jika teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Member pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.
Sesi 5 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
Menyebutkan
Menyebutkan
Nama Menyebutkan lima akibat tidak
No keuntungan
Klien benar minum obat patuh minum
minum obat
obat
Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda v jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada cartatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima benar cara
minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat
tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikan lima benar cara minum
obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak
minum obat
xvii
Lampiran 14
Daftar Nama Pasien Gangguan jiwa 3 bulan ke belakang
Tn. M SR HEBEFRENIK
MARET
2 Tn. I SR HEBEFRENIK
3 Tn. H SR HEBEFRENIK
4 Ny. E SR PARANOID
5 Tn. H SR HEBEFRENIK
6 Tn. J SR PARANOID
7 Ny. N SR HEBEFRENIK
8 Tn. M SR PARANOID
9 Tn. C SR PARANOID
10 Tn. P DEPRESI BERAT
11 Tn. S SR PARANOID
12 Tn. R SR HEBEFRENIK
13 Tn. A SR PARANOID
14 Ny. E SR HEBEFRENIK
15 Tn. Y SR HEBEFRENIK
16 Ny. S SR HEBEFRENIK
17 Tn. S SR HEBEFRENIK
18 Tn. I SR HEBEFRENIK
19 Tn. K SR HEBEFRENIK
20 Tn. N SR HEBEFRENIK
21 Tn. A SR HEBEFRENIK
22 Tn. N SR HEBEFRENIK
23 Tn. H SR HEBEFRENIK
24 Ny. S DEPRESI BERAT
25 Tn. O SR HEBEFRENIK
26 Tn. F SR PARANOID
27 Tn. N SR HEBEFRENIK
28 Ny. S SR HEBEFRENIK
29 Tn. R SR HEBEFRENIK
30 Ny. A SR HEBEFRENIK
31 Ny. Y DEPRESI BERAT
32 Ny. W SR HEBEFRENIK
33 Tn. U SR HEBEFRENIK
34 Tn. A SR HEBEFRENIK
35 Tn. M SR PARANOID
36 Tn. A DEPRESI BERAT
xvii
xvii