LITERATUR REVIEW
OLEH :
WIGGHY SUGESTHI
NIM 16631566
2020
i
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa Literature Review ini adalah hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
Yang Menyatakan
Wigghy Sugesthi
NIM. 16631566
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Wigghy Sugesthi
Oleh :
Pembimbing I
NIDN. 0714127901
Pembimbing II
NIDN. 0731058601
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
iii
MOTTO
1. Selagi mata masih bisa melihat dan segala fungsi masih bisa berguna. Why
2. Rencanakan dan lakukan yang terbaik saat ini juga. Karena belum tentu
esok kamu dapat melakukan dan merencanakan apa yang ingin kamu
lakukan.
3. Apa yang kita dapatkan adalah apa yang kita cari. Kalau tidak ada yang
4. Secapek – capeknya saya, setidaknya saya capek di dunia yang saya sukai.
iv
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim…
Izzati, yang berkat rahmat dan karunianya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
berupa literatur review ini. Tujuan penyusunan skripsi literatur review ini adalah
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjanan Keperawatan
Pengetahuan Pendaki tentang Acute Mountain Sickness dan Sikap Pendaki dalam
pengalaman dan kemampuan penulisan, Literatur Review ini tidak luput dari
literatur review ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi semua
Pada proses penyususnan Skripsi Literatur Review ini tidak terlepas dari
literatur review ini. Selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih sebesar –
besarnya kepada :
v
1. Bapak Mugiana, Ibu Sumilah dan Mogga Sugesthi selaku Support System
4. Ibu Lina Ema Wati selaku Wali Kelas dan Motivator selama belajar di
Rizal Andreas, Ayu Endah Dwi Kartika, Henni Purnama, Nauva Erza, Eko
Pramadita, Alif Ratih Purwasih, Dian Maya Erianti, Siska Fitri Rahmadani
9. Mbak Lilik, Mbak Mimin, dan Mas Dendi selaku pemilik Wiffi tetangga
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
literatur review ini. Semoga amal ibadah, dan dorongan serta do’a yang
vi
senantiasan diberikan kepada penulis dengan tulus mendapatkan Rahmat dan
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ponorogo, Juli 2020
Penulis,
vii
ABSTRAK
tahun 2015 sampai tahun 2020 dan berbahasa Indonesia dan Inggris. Data didapat
dari database yang meliputi PubMeds, Proquest, Wiley, Science Direct, Scopus,
Elsefier dan Google Schoolar. Hasil : Pendaki yang memiliki pengetahuan yang
baik maka angka insiden kejadian AMSnya rendah serta dapat diperoleh dari jenis
informasi yang digunakan. Didapatkan sikap negatif para pendaki yang ditandai
AMS rendah, serta timbulnya sikap meremehkan medan atau lingkungan yang
tentang Acute Mountain Sickness dan sikap pendaki dalam pencegahan Acute
Mountain Sickness.
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap pendaki ….. 20
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
mampuan tubuh dalam beradaptasi dengan ditandai adanya sakit kepala atau
yang terjadi pada individu yang tidak terjadi aklimatisasi saat pendakian dan
disertai satu atau lebih gejala – gejala sebagai berikut : masalah Gastro-
dan telah dilaporkan beberapa juta orang mengalami AMS di setiap tahunya.
1
Indonesia meningkatnya minat para pendaki untuk mendaki gunung tidak
sebanding dengan informasi mengenai AMS atau masih sedikit studi yang
siapa saja, dari berbagai tingkatan usia, karena secara alamiah proses
ketinggian lebih dari 2.400 Mdpl dengan melakukan pendakian terlalu cepat
(Pratikto 2011) . Sehingga dalam hal ini, jika meningkatnya para pendaki
maka akan berdampak kepada gejala parah yang lain seperti terjadinya
edema serebral diikuti oleh peningkatan tekanan intra kranial sehingga dapat
menyebabkan ataxia, stupor dan kelemahan saraf kranial III dan IV.
Sehingga apabila dibiarkan atau tidak dapat dicegah ataupun tidak tahu cara
2
gambaran hubungan pengetahuan pendaki tentang Acute Mountain Sickness
dan sikap pendaki dalam pencegahan Acute Mountain Sickness. Maka dari
itu memiliki pengetahuan yang baik penting bagi pendaki dalam mencegah
tentunya akan berimbas baik terhadap bagaimana sikap para pendaki dalam
pepatah lama bahwasanya ”Berilmu tanpa beriman itu rapuh, dan beriman
tanpa berilmu itu buta” maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti dan
pendaki akan diingatkan kembali bahwa ilmu itu penting dimiliki sebelum
kita melakukan sesuatu atau dalam penelitian ini melakukan pendakian. Dan
1.3 Tujuan
3
BAB 2
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur review.
review ini melalui Website Jurnal Nasional dan Internasional seperti PubMeds,
diperoleh dari sumber data jurnal atau artikel terkait yang dilakukan peneliti
terdahulu. Berikut cara pencarian artikel dalam penulisan literatur review ini:
2. Science Direct
internasional => article type : reshearc article => acces tipe :open
4
5. PubMeds,
Kertas AND Kertas Kerja AND Blog, Podcast, & Situs Web) => 5
Tahun Terakhir
5
Language Bahasan Indonesia Diluar bahasa
Bahasa Inggris indonesia dan Inggris
Jenis Literatur Jurnal Ilmiah, Review Artikel non penelitian,
Jurnal yang membahas dan jenis literatur yang
mengenai AMS, tidak membahas
Pengetahuan, Sikap, mengenai topik.
Pencegahan AMS
N = 321
N=9
6
BAB 3
HASIL
Tabel 3.1 di bawah ini merupakan hasil penemuan 9 artikel jurnal yang masuk dalam kriteria inklusi dan metode penelitian dari
masing – masing artikel jurnal beragam. Metode penelitian tersebut diantara lain Cross Sectional, Literature Review, Studi Kasus,
Penelitian, Langsung, Survey Anonim dan Pemberian quesioner selama 12 hari berturut – turut, tetapi mayoritas menggunakan metode
Cross Sectional. Terdapat macam – macam sampel pada penelitian diantaranya Pendaki gunung yang telah mendaki diatas ketinggian 2400
Mdpl, Atlet Pelari Maraton di Everest, Pengangkut Barang atau Porter, Pendaki Everest, Pendaki yang berusia diatas 18 tahun dan pernah
mendaki di ketinggian 8000 Kaki, Pemandu Gunung, dan Pihak Militer baik Tentaranya ataupun petugas kesehatanya. Penelitian –
penelitian tersebut dilakukan di Indonesia, Nepal, Colorado / Amerika Serikat, dan Swiss.
7
Utara Sickness (AMS) pengetahuan pernah mendaki gunung sudah mengetahui AMS
Indonesia Pada Mahasiswa pendaki gunung diatas ketinggian 2400 dengan baik (54,2%)
Sumatera Utara yang merupakan Mdpl, sejumlah 96 Selain itu, kelompok
(USU) Mahasiswa USU Orang dengan metode berpengetahuan kurang
tentang AMS Consequtive Sampling hanya sedikit (8,3%).
V : Pengetahuan Kejadian AMS
Pendaki tentang Acute berdasarkan gambaran
Mountain Sickness pengetahuan tersebut
I : Kuesioner menunjukkan bahwa
A : Program aplikasi hanya sebesar 32,7%.
analisis statistik Namun, pada kelompok
berpengetahuan kurang
kejadian AMS sebesar
50%.
2 Abigail 2016 Acute Mountain untuk D: Pemberian kuesioner Mayoritas (86%; 43dari PubMed
Letchford, Sickness (AMS) mengetahui penilaian diri sebelum 50) peserta memperoleh
MBChB; Knowledge pengetahuan lomba di mulai dan informasi tentang AMS
Rudra Among High pelari maraton pengisian kuesioner LSS sebelum maraton,
Paudel, Altitude tentang AMS setiap hari selama 12 sedangkan (50%; 25
MD; Owen Marathon Hari perjalanan. dari 50)memperolehnya
D. Thomas, Runners S: 50 peserta pelari dari Internet secara
MBChB Competing in the lomba Maraton Di umum.
(Hons); Everest Everest
Adam S. Marathon V: Pengetahuan Pelari 92% (46 dari 50)
Booth, Maraton tentang AMS peserta pelari maraton
MRGP; I: Kuesioner memiliki pengetahuan
Christopher A: SPSS yang Baik.
8
H.E. Imray,
FRCS / Namun, 48% (24 dari
Nepal 50) peserta tidak tahu
bahwa jika naik dengan
memiliki gejala AMS
ringan maka hal
tersebut tidak aman,
dan 66% (33 dari 50)
berpikir bahwa hal
tersebut dinilai aman
untuk naik lebih tinggi
apabila terdapat gejala
akan hilang dengan
meminum obat.
9
MD,DiMM, Knowledge, pengetahuan dan pengangkut barang muda, membawa
DMEM; Practice, and menilai V: Pengetahuan, Praktek, banyak barang, dan
Seth E. Attitudes of pengetahuan, dan Sikap tentang kesulitan untuk
Wolpin, Porters in Nepal praktik, dan penyakit ketinggian mengidentifikasi
PhD, MPH, sikap tentang I: Wawancara dengan gejala penyakit
RN,WEMT; penyakit Teknik Delphi ketinggian tinggi, dan
Janet T. ketinggian di A : Penghitungan kurang dari 20% porter
Peterson, antara kuli di frekuensi dan ukuran mampu
DrPH, lembah Khumbu kecenderungan sentral mengidentifikasi
NDTR, Nepal. dengan benar tindakan
WEMT, pencegahan untuk
FACSM / penyakit ketinggian
Nepal tinggi.
4 Andrew M. 2019 Medication Use Mengumpulkan D: Survei anonim Kurang dari setengah PubMed
Luks, Among Mount informasi terhadap individu Pendaki Gunung
Colin Everest tentang S: 187 Pendaki Gunung Everest menggunakan
Grissom, Climbers: penggunaan obat Everest obat-obatan selama
Luanne Practice and dan sikap V: Praktek dan Sikap ekspedisi mereka,
Freer, Attitudes terhadap pendaki dalam dengan obat utama yang
and Peter pengobatan dan penggunaan obat digunakan adalah
Hackett / penggunaan I: Kuesioner Survey acetazolamide, untuk
Everest oksigen Anonim pencegahan penyakit
tambahan A: Standart Deviasi ketinggian.
saat mendaki
gunung.
5 Tatiana 2015 Understanding of Untuk D: Penelitian Langsung Porter dan pemandu PubMed
Havryliuk, Altitude Illness mengetahui S: 970 Para porter dan Gunung di Nepal
10
MD, and Use presentasi pemandu pendaki memiliki insiden gejala
Bhuwan of pengetahuan gunung di Nepal Acute Mountain
Acharya, Pharmacotherapy Porter tentang V: Pengetahuan tentang Sickness (AMS) yang
Emily Among Trekkers presentasi AMS dan Penggunaan lebih rendah daripada
Caruso, and Porters penyakit Farmako Terapi para trekker. Kedua
MSPH, in the Annapurna ketinggian, trakker dan porter kelompok memiliki
and Tracy Region of Nepal pencegahan, dan I : Kuesioner pengetahuan yang
Cushing, perawatan, serta A: Analisis statistik Baik tentang AMS,
MD, MPH / praktik dilakukan dengan tetapi kurangnya
Nepal farmakoterapi menggunakan SAS pengetahuan tentang
mereka. Enterprise Guide 4.3 kondisi yang lebih
(SAS Institute, Inc., berbahaya yaitu High-
Cary, NC) Altitude Cerebral
Edema (HACE) dan
High - Altitude
Pulmonary Edema
(HAPE), sedangkan
orang Nepal
menunjukkan
kecenderungan ke arah
pengetahuan yang
kurang.
Subjek kami
melaporkan bahwa
penggunaan signifikan
obat herbal seperti
bawang putih dan
11
homeopati coca untuk
mencegah penyakit
ketinggian.
Secara keseluruhan,
trekker dan portir
terlalu khawatir dalam
kemampuan mereka
untuk mengenali dan
mengobati penyakit
ketinggian dan
diperlukan pendidikan
yang lebih ketat untuk
menjaga para pendaki
tetap aman di Himalaya
Nepal.
6 Layne Dylla 2017 Assessing the Untuk D: Cross-sectional 56,9% Pendaki pernah PubMed
/ Colorado average hikers’ mengetahui S : 51 Pendaki yang mengalami Altitude
knowledge of pengetahuan berusia > 18 Tahun, Sickness (AS), hanya
altitude sickness pendaki tentang Pernah mendaki gunung saja 35,3% Pendaki
penyakit di ketinggian > 8000 yang khawatir tentang
ketinggian. Kaki. Altitude Sickness (AS)
V : Pengetahuan Pendaki
tentang AMS
I : Wawancara dengan
direkam audio
A : Peninjauan Manual
12
7 Pierre Me´ 2019 Swiss Mountain Untuk D : cross-sectional Pemandu gunung lebih PubMed
trailler / Guides: mengevaluasi S : 467 Pemandu terpapar pada patologi
Swiss Medical pengetahuan Gunung spesifik ketinggian,
Education, pemandu V : Pendidikan, seperti Acute Mountain
Knowledge, and gunung secara Pengetahuan dan Praktik Sickness (AMS), High-
Practice subyektif dan panduan mendaki Altitude Pulmonary
obyektif tentang gunung Edema (HAPE), and
pencegahan dan I : Kuesioner High-Altitude Cerebral
pengobatan A : Chi-square atau Edema (HACE) dari -
penyakit terkait Fisher exact test pada kondisi medis
ketinggian. umum, karena mereka
menghabiskan ±10
malam di atas 4000
meter setiap tahun.
Mayoritas peserta
(khususnya pemandu
HA) menganggap
pengetahuan medis
terkait ketinggian
penting tetapi menilai
pendidikan mereka
sendiri tidak memadai.
Mayoritas pemandu
gunung sadar akan
tindakan pencegahan
nonfarmakologis dan
13
mampu mengenali
penyakit terkait
ketinggian.
Pemandu gunung
menyatakan diri mereka
sangat yakin dalam
mengobati penyakit
terkait ketinggian.
14
unik pada saat I: PubMed dan sumber korban selama masa
perang gunung artikel yang berkaitan perang.
A: Merangkum dan
menganalisa secara
manual
9 Nicholas R. 2017 Inappropriate Meningkatkan D: Laporan Kasus Saat ini, prevalensi PubMed
Haslam, / Dexamethasone kesadaran di S: Studi tunggal Trekker penggunaan
Nepal Use by a Trekker kalangan atau pendaki gunung deksametason dan
in Nepal: profesional V: Pengetahuan tentang penyalahgunaan di
A Case Report kesehatan penyakit ketinggian, antara Pendaki gunung
tentang pencegahan penyakit di Nepal tidak
kemungkinan ketinggian dan diketahui. Kami
penggunaan obat Penggunaan menyarankan bidang ini
dexametason Dexametason memerlukan penelitian
oleh pendaki dan I: kasus nyata lebih lanjut untuk
mempromosikan A: menganalisis kasus menilai apakah kasus
pengetahuan secara manual ini unik atau mewakili
tentang potensi fenomena yang sedang
komplikasi. berkembang.
15
Dari tabel hasil jurnal diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Hasil dari penelitian ini menunjukkan kejadian AMS sebesar 34,4%. Untuk
baik (54,2%) Selain itu, kelompok berpengetahuan kurang hanya sedikit (8,3%).
Dan hasil dalam penelitian ini menyebutkan bahwa mayoritas (86%; 43dari 50)
25 dari 50) memperolehnya dari Internet secara umum. 92% (46 dari 50) peserta
pelari maraton memiliki pengetahuan yang Baik. Namun, 48% (24 dari 50)
peserta tidak tahu bahwa jika naik dengan memiliki gejala AMS ringan maka hal
tersebut tidak aman, dan 66% (33 dari 50) berpikir bahwa hal tersebut dinilai
aman untuk naik lebih tinggi apabila terdapat gejala akan hilang dengan
meminum obat. Hanya 50% (25 dari 50) yang tahu AMS dapat terjadi dari 2500
m. 38% (19 dari 50) peserta mengalami AMS selama melakukan aklimatisasi, dan
16
Didapatkan hasil penelitian bahwa, banyak porter memulai pekerjaanya pada usia
penyakit ketinggian tinggi, dan kurang dari 20% porter mampu mengidentifikasi
Medication Use Among Mount Everest Climbers: Practice and Attitudes (Luks
et al. 2019)
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kurang dari setengah Pendaki Gunung
2015)
Hasilnya, Porter dan pemandu Gunung di Nepal memiliki insiden gejala Acute
Mountain Sickness (AMS) yang lebih rendah daripada trekker. Kedua kelompok
(HACE) dan High - Altitude Pulmonary Edema (HAPE), sedangkan orang Nepal
melaporkan bahwa penggunaan signifikan obat herbal seperti bawang putih dan
dan portir terlalu khawatir dalam kemampuan mereka untuk mengenali dan
17
mengobati penyakit ketinggian dan diperlukan pendidikan yang lebih ketat untuk
Assessing the average hikers’ knowledge of altitude sickness (Dylla et al. 2017)
Sickness (AS), hanya saja 35,3% Pendaki yang khawatir tentang Altitude Sickness
(AS).
Artikel jurnal ini menghasilkan penemuan bahwa pemandu gunung lebih terpapar
pada patologi spesifik ketinggian, seperti Acute Mountain Sickness (AMS), High-
dari -pada kondisi medis umum, karena mereka menghabiskan ‡ 10 malam di atas
pendidikan mereka sendiri tidak memadai. Mayoritas pemandu gunung sadar akan
18
Pada penelitian ini dijelaskan bahwa faktor lingkungan adalah hal terpenting dari
Hasil penelitian terhadap laporan kasus ini menjelaskan bahwa saat ini, prevalensi
Nepal tidak diketahui. Kami menyarankan bidang ini memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk menilai apakah kasus ini unik atau mewakili fenomena yang sedang
berkembang.
Total 9 100
Sampel Penelitian
Pendaki Gunung 4 44,44
Pelari Maraton 1 11,11
Porter/Kuli Angut Barang 1 11,12
Pemandu Gunung 2 22,22
Petugas Militer (Tenaga 1 11,11
Kesehatannya &
Tentaranya)
Total 9 100
Instrumen Penelitian
Kuesioner 5 55,55
Wawancara 2 22,23
Literature Review 1 11,11
Studi Kasus 1 11,11
19
Total 9 100
Desain Penelitian
Cross Sectional 4 44,44
Literature Review 1 11,11
Studi Kasus 1 11,11
Penelitian Langsung 1 11,11
Survey Anonim 1 11,11
Pemberian quesioner 1 11,12
selama 12 hari berturut –
turut
Total 9 100
Kategori Jurnal
Pengetahuan Pendaki 3 33,33
Tentang AMS
didapatkan adalah penemuan jurnal dari tahun 2015 – 2019, sampel terbanyak
kategori jurnal pada artikel jurnal ini seimbang bobotnya yakni 3 jurnal
pengetahuan dan sikap pendaki gunung serta 3 jurnal membahas mengenai sikap
20
Usia, Jenis Kelamin, Pengalaman Havryliuk et al. 2015
Mendaki, Sumber Informasi,
Pendidikan
Usia, Jenis Kelamin, Asal Daerah, Dylla et al. 2017
Pendidikan, Pengalaman Mendaki
Usia,Pengalaman Mendaki, Pekerjaan, Education et al. 2019
Pendidikan
Pendidikan Haslam, Garth, dan Kelly 2017
Lingkungan,Pengaruh Kebudayaan, Lechner, Küpper, dan Tannheimer 2018
pengalaman pribadi
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Sikap Pendaki dalam pencegahan
AMS :
Pendidikan, Menunda pencegahan Koirala dan Wolpin 2018
AMS, Pengalaman
Usia, Jenis Kelamin, Pengalaman Luks et al. 2019
Pribadi Mendaki, Kebudayaan (Negara
Asal)
Usia, Jenis Kelamin, Pengalaman Havryliuk et al. 2015 ; Education et al.
Mendaki 2019
Pengaruh Kebudayaan, pengalaman Lechner, Küpper, dan Tannheimer 2018
pribadi
Ketidak patuhan (pengaruh orang lain) Haslam, Garth, dan Kelly 2017
21
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan hasil artikel jurnal pada studi literatur ini didapatkan
Sikap pendaki dalam pencegahan Acute Mountain Sickness yang dimana jika
pendaki memiliki pengetahuan yang baik tentang Acute Mountain Sickness maka
insiden kejadian AMS dapat diminimalisir. (Sma, Manado, dan Kundre 2014)
yang dimana sikap terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut
Sickness (AMS) yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh semakin baik
pengetahuan dan sikap. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kadek Putri
tinjauan jurnal penelitian ini hasil penelitian didapatkan sama dengan teori
22
Maka dari itu dengan senantiasa meningkatkan pengetahuan pendaki
pelatihan dan memperoleh informasi secara umum dari internet tentang AMS.
Hal ini juga berkaitan erat dengan faktor – faktor yang memperngaruhi
merupakan data yang diolah menjadi sebuah bentuk yang lebih bermanfaat
Selain itu didapatkan pada artikel jurnal (Koirala dan Wolpin 2018) bahwa
pada usia muda sehingga pada saat penelitian dilaksanakan mereka kesulitan
bahwa kurang dari 20% porter yang mampu dalam mengidentifikasi tindakan
dalam hal ini pendaki gunung yang memiliki usia diatas 18 tahun dinilai
sudah cukup umur (Iswadi 2020). Maka dari itu dengan menaati peraturan
yang ada pada saat pendakian merupakan prosedur keselamatan yang utama.
23
Pada Artikel jurnal ke lima ini didapatkan bahwa porter memiliki
insiden kejadian AMS yang lebih rendah daripada pendaki gunung yang
temuan pada artikel jurnal ini berkaitan dengan teorinya (Nursalam 2014)
(Anugerah, Rita & Silfi 2016). Dengan memiliki pengalaman mendaki lebih
dari tiga kali merupakan syarat untuk mendaki gunung agar dapat
aman. Hal ini berkaitan erat dengan faktor pendidikan, informasi dan
24
menangani penyakit ketinggian dapat memicu pula dengan sikap para pendaki
dalam melakukan penggunaan obat – obatan tersebut. Maka dari itu selain
empat ini berkaitan erat dengan teori sikap menurut Notoatmojo (2014) yakni
sikap adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial atau
tindakan suatu perilaku. Dan pada artikel ke empat ini penyebab kurang dari
faktor sifat itu sendiri yang diataranya Umur, Jenis Kelamin, Pengalaman
pelatihan, dan Faktor Emosional itu sendiri (Wawan dan Dewi, 2017).
Artikel jurnal ke lima ini Pencegahan yang dilakukan para porter di Nepal
yakni menggunakan pengobatan herbal yang signifikan, namun hal ini tetap
dan mengobati gejala AMS dan membutuhkan pendidikan lebih mengenai hal
25
tersebut. Faktor pendidikan oleh porter itu sendiri, yakni semakin tinggi
ini bahwa pengetahuan pendaki yang baik akan mempengaruhi sikap yang
Pada artikel jurnal ke enam ini ditemukan dari 56,9 % kasus AMS,
Pendaki yang memiliki sifat khawatir tentang AMS hanya 35,5% pendaki
saja. Hal ini berkaitan erat dengan komponen sikap tentang kehidupan
dan emosi dalam bertindak, termasuk memiliki sifat khawatir akan hal
unik yakni mencakup aparatur negara yakni pihak militer yang diperoleh dari
baik tentang medan dan memiliki sikap yang baik adalah termasuk dalam
perang itu sendiri. Kejadian pada artikel jurnal kedelapan ini menuju juga
pada sikap negatif para militer yakni meremehkan yang dimana sikap negatif
26
banyaknya korban jiwa. Hal ini sangat berkaitan erat tentang hubungan
pendaki mengenai penggunaan obat secara aman. Pada temuan jurnal kali ini
ketinggian dapat memicu pula dengan sikap para pendaki dalam melakukan
27
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
pengetahuan pendaki tentang Acute Mountain Sickness dan Sikap pendaki dalam
orang lain).
28
5.2 SARAN
tidak gampang dan mempunyai resiko yang tinggi apalagi sebagai pemandu
gunung tidak hanya dirinya sendiri yang harus diselamatkan tetapi para
memiliki skill yang baik pula terhadap resiko atau bahaya penyakit ketinggian
perlu dimiliki oleh seorang pemandu gunung atau harus adanya sertifikasi
tentunya menjadi seorang atlet lari maraton harus memenuhi standar kesiapan
secara fisik dan psikis. Peningkatan pengetahuan pelari maraton ini sangat
29
menjalani aklimatisasi dan memiliki strategi lagi di medan gunung seperti ini
5. Bagi Tentara
yang positif dalam segala situasi dan kondisi merupakan pencegahan yang
baik dalam perang gunung ataupun dalam pencegahan AMS itu sendiri.
Sangatlah penting dalam memiliki pengetahuan yang baik akan isu – isu
8. Pentingnya menjalin kolaborasi antara peran tenaga medis dan para pendaki
ataupun porter.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, Rita & Silfi, Alfiati. 2016. “Pengaruh pengalaman audit dan
pengetahuan audit terhadap keahlian dalam bidang auditing pada badan
pemeriksaan keuangan RI Provinsi Riau.”
Dylla, Layne et al. 2017. “PT US CR.”
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2017.10.011.
Education, Medical et al. 2019. “Swiss Mountain Guides :” 00(00): 1 –11.
Haslam, Nicholas R, Rachel Garth, dan Nicola Kelly. 2017. “Inappropriate
Dexamethasone Use by a Trekker in Nepal : A Case Report.” Wilderness and
Environmental Medicine 28(4): 318–21.
http://dx.doi.org/10.1016/j.wem.2017.06.007.
Havryliuk, Tatiana, Bhuwan Acharya, Emily Caruso, dan Tracy Cushing. 2015.
“Understanding of Altitude Illness and Use of Pharmacotherapy Among
Trekkers and Porters in the Annapurna Region of Nepal.” 16(3): 236–43.
Horiuchi, Masahiro et al. 2016. “Prevalence of acute mountain sickness on Mount
Fuji : A pilot study.” : 1–5.
Iswadi, Agus. 2020. “Pendaki usia di bawah 18 tahun dilarang naik gunung lawu,
ini alasannya.” Tribun Jateng.
https://jateng.tribunnews.com/2020/07/10/pendaki-usia-di-bawah-18-
dilarang-naik-gunung-lawu-ini-alasanya.
Khoiri, Ahmad Masaul. 2020. “Gunung Lawu larang pendaki berumur kurang
dari 18 tahun.” detiktravel. https://m.detik.com/travel/travel-news/d-
5088821/gunung-lawu-larang-pendaki-berumur-kurang-dari-18-tahun.
Koirala, Pranawa, dan Seth E Wolpin. 2018. “High Altitude Illness : Knowledge ,
Practice , and Attitudes of Porters in Nepal.” Wilderness & Environmental
Medicine 29(4): 431–36. https://doi.org/10.1016/j.wem.2018.06.002.
Kristo, Fino Yuriko. 2019. “Kenapa Banyak Orang Meninggal di Gunung
Everest?” detikinet. https:m.detik.com/inet/science/d-4567960/kenapa-
banyak-orang-meninggal-di-gunung-everest (Mei 28, 2019).
Lechner, Raimund, Thomas Küpper, dan Markus Tannheimer. 2018. “Challenges
of Military Health Service Support in Mountain Warfare.” Wilderness and
31
Environmental Medicine 29(2): 266–74.
http://dx.doi.org/10.1016/j.wem.2018.01.006.
Letchford, Abigail et al. 2016. “Acute Mountain Sickness ( AMS ) Knowledge
Among High Altitude Marathon Runners Competing in the Everest
Marathon.” Wilderness and Environmental Medicine 27(1): 111–16.
http://dx.doi.org/10.1016/j.wem.2015.09.021.
Luks, Andrew M et al. 2019. “Wilderness Medical Society Clinical Practice
Guidelines for the Prevention and Treatment of Acute Altitude Illness : 2019
Update.” Wilderness & Environmental Medicine 30(4): S3–18.
https://doi.org/10.1016/j.wem.2019.04.006.
Nursalam. 2014. “Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.”
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta.ed. Peni Puji Lestari. Salemba Medika.
Pratikto, Nungki Irma Nurmala. 2011. Perempuan Merah Putih. ed. Ryan.
Mulyono Pradana. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sakina, Andriani, Universitas Sumatera. 2015. “Gambaran pengetahuan pendaki
gunung tentang.”
Sma, D I, Negeri Manado, dan Rina Kundre. 2014. “Hubungan Pengetahuan
dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswi Kelas
X Di SMA Negeri 1 Manado.”
Wawan, A dan M, Dewi. 2017. Teori & Pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia dilengkapi dengan contoh kuesioner.
32
LAMPIRAN
33