Anda di halaman 1dari 12

HAL YANG HARUS DIHINDARI DALAM BERPUASA

marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak makan dan minum) maupun
memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk.
Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW menyatakan, banyak orang yang berpuasa, tetapi
tidak menghasilkan apa pun dari puasanya, selain lapar dan haus. (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, dan Al-Hakim).
Hadis ini mengisyaratkan secara tegas bahwa hakikat shaum (puasa) itu, sesungguhnya,
bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri dari
ucapan dan perbuatan kotor yang merusak dan tidak bermanfaat. Termasuk juga kemampuan
untuk mengendalikan diri terhadap cercaan dan makian orang lain. Itulah sebagian dari pesan
Rasulullah SAW terhadap kaum Muslimin yang ingin puasanya diterima Allah SWT.
Pada umumnya, orang yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum, dari terbit
fajar sampai terbenam matahari, sehingga puasanya sah secara hukum syariah. Akan tetapi,
banyak yang tidak mampu (mungkin juga kita) mengendalikan diri dari hal-hal yang mereduksi,
bahkan merusak pahala puasa yang kita lakukan.
Pertama, ghibah, menyebarkan keburukan orang lain, tanpa bermaksud untuk
memperbaikinya. Hanya agar orang lain tahu bahwa seseorang itu memiliki aib dan keburukan
yang disebarkan di televisi dan ditulis dalam surat kabar dan majalah, lalu semua orang
mengetahuinya. Penyebar keburukan orang lain pahalanya akan mereduksi sekalipun ia
melaksanakan puasa, bahkan mungkin hilang akibat perbuatan ghibah yang dilakukannya.
Kedua, memiliki pikiran-pikiran buruk dan jahat, dan berusaha melakukannya, seperti ingin
memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri, terus-menerus melakukan
korupsi, mengurangi takaran dan timbangan, mempersulit orang lain, dan melakukan suap-
menyuap. Jika hal itu semua dilakukan, perbuatan tersebut pun dapat mereduksi pahala puasa,
bahkan juga dapat menghilangkan pahala serta nilai-nilai puasa itu sendiri.
Ketiga, sama sekali tidak memiliki empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain yang
sedang mengalami kelaparan atau penderitaan, miskin, dan tidak memiliki apa-apa. Orang yang
berpuasa, akan tetapi tetap berlaku kikir dan bakhil, nilai puasanya akan direduksi atau
dihilangkan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak makan dan
minum) maupun memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk. Latihlah pikiran dan
hati kita untuk selalu lurus dan jernih, disertai dengan kepekaan sosial yang semakin tinggi.
Berusahalah membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan hidup. Wallahu a’lam
bish-shawab.
ENAM KEUTAMAAN DI BULAN RAMADHAN
Ramadhan adalah bulan berkah, bulan sejuta hikmah, dan bulan kemuliaan yang lebih baik dari
seribu bulan. Pendek kata, beruntunglah orang-orang yang bertemu dengan Ramadhan dan
bisa berbuat kebajikan di dalamnya. Kemuliaan dan keberkahan Ramadhan telah disampaikan
oleh Allah dan Rasul-Nya.
“Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah, bulan
yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah
menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai
sunah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan itu setara dengan
orang mengerjakan 70 kewajiban.
Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga. Ramadhan
merupakan bulan santunan, bulan yang di mana Allah melapangkan rezeki setiap hamba-Nya.
Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan
diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan pahala setimpal
dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut.” (HR
Khuzaimah).
Dari hadis di atas, ada beberapa keutamaan Ramadhan. Pertama, syahrul azhim (bulan yang
agung). Azhim adalah nama dan sifat Allah. Namun, juga digunakan untuk menunjukkan
kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Ramadhan mulia dan agung, karena
Allah sendiri telah mengagungkan dan memuliakannya.
Kedua, syahrul mubarak. Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan bermanfaat. Detik demi
detik, waktu yang berjalan pada bulan suci ini, ia bagaikan rangkaian berlian yang sangat
berharga bagi orang beriman. Karena semuanya diberkahi dan amal ibadahnya dilipatgandakan.
Ketiga, syahru shiyam. Pada bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari
lima rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Keempat, syahru nuzulil
qur’an. “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk
bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan (pembeda).” (Al-Baqarah [2]: 185).
Kelima, syahrul musawwah (bulan santunan). Di bulan Ramadhan sangat dianjurkan bagi setiap
Muslim untuk saling bederma, berkasih sayang dengan sesamanya yang keadaannya jauh
memprihatinkan daripada kita.
Keenam, syahrus shabr (bulan sabar). Bulan Ramadhan melatih jiwa Muslim untuk senantiasa
sabar tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan
mental, spiritual, dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan
orang-orang yang sabar adalah surga. Semoga semua bisa memanfaatkan momentum
Ramadhan ini untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Amin.
Keutamaan Orang Jujur

Ciri utama seorang muslim adalah jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati jika seorang
masih berbohong dan menipu. Rasulullah saw dalam kehidupannya sehari – hari dikenal
sebagai orang yang dapat dipercaya. Karena itu jujur merupakan akhlak yang sangat baik dan
indah menurut pandangan Allah

Sesungguhnya jika kita hidup di dunia ini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan
dapat dirasakan oleh umat manusia. Orang – orang yang selalu bersikap jujur dalam setiap
tindakan dan ucapan, maka ia termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di
dunia dan beruntung di akhirat

Kita semua tentu sangat setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia.
Kejujuran dapat membimbing manusia menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan
mampu menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju ke surgabukankah
Rasulullah swa telah bersabda: “Sesungguhnya kejujuran membimbing kea rah kebaikan. Dan
kebaikan itu membimbingnya ke surge. Sesorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan
menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta membimbing orang pada
kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke neraka. Sesorang yang biasa berdusta, maka hingga
di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta”.  (HR Bukhari Muslim

Orang yang suka berterus terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia
termasuk memiliki sifat kenabian. Sebab tentu saja orang – orang yang jujur ini suka sekali
dengan kebenaran. Karena sukanya. Maka ia selalu memelihara akhlaknya diri dari dusta.
Karena itu ia cenderung untuk melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran agama

Allah berfirman : Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Ibrahim, bahwa ia adalah
seseorang yang benar dan jujur, lagi pula seorang nabi. (Q. S. Maryam ayat 41)

Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang disenangi Allah.
Jika Allah senang, maka pastilah dia akan mengasihi. Dan hambaNya yang jujur, maka kelak di
hari kiamat akan disediakan tempat yang menyenangkan yaitu surga.

Saya kira itu kultum dari saya tentang Keutamaan orang jujur. Saya minta maaf apabila
dalam penyampaian saya tadi ada kesalahan atau hal lain yang dapat menyinggung perasaan
hadirin maupun teman-teman karena saya adalah manusia. Setiap manusia pasti bisa
melakukan kekhilafan.
Wabillahitaufil wal hidayah wassala mualaikum wr. Wb.
BERDOA DI BULAN RAMADHAN
Aturan untuk shoum di bulan Ramadhan telah ditetapkan Allah SWT dalam surat Al Baqarah
dari ayat 183 sampai ayat 187. Hampir seluruh ayat tersebut terdapat kata-kata shoum:
  (Al Baqarah 183)
 Al Baqarah 184)
  (Al Baqarah 185)
 Al Baqarah 187)
Hanya ayat 186 yang tidak mengandung kata shoum:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Peletakan ayat ini diantara ayat-ayat tentang shoum Ramadhan bukan tanpa maksud. Kalau
ditilik dari asbabun nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui
kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat
munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW
terdiam, hingga turunlah ayat ini. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu
Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lain).
Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah
kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman ‘Ud’uni astajib lakum’
(berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya)” (QS 40:60). Berkatalah salah seorang
di antara mereka:“Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau
bagaimana?” Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir yang
bersumber dari Ali.)
Menurut Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran, Allah menjawab langsung tentang
keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung berfirman bahwa Dia akan mengabulkan
segala doa kita. Dalam ayat ini juga terdapat tiga syarat untuk diterimanya suatu doa. Pertama,
doa tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi janganlah kita berdoa kepada
mahluk Allah seperti jin, makam atau pohon. Dan kalaupun berdoa akan lebih baik apabila doa
tersebut diucapkan secara langsung kepada-Nya. Syarat kedua dalam berdoa adalah kita harus
memenuhi segala perintah Allah SWT. Seperti ketika seorang anak sebaiknya mengikuti
nasehat/perintah orang tuanya untuk mendapatkan yang diinginkannya. Sedang syarat ketiga
adalah kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima.
Walaupun ayat 186 ini tidak mengandung kata shoum, tapi penempatan ayat ini menunjukkan
pentingnya kita berdoa pada bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadits nabi SAW:

“Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka.” (Diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud)

Atau dalam hadits lain, nabi SAW bersabda:


“Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang
berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang dianiaya. Doa mereka diangkat oleh Allah di
bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman,
‘Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu waktu’” (Riwayat Imam
Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Wallahua’lam bish showab.


ORANG YANG PANDAI
Teringat ketika kita masih kecil, maka orang tua kita sering mendoakan kita menjadi orang yang
pandai atau pintar. Memang kepandaian merupakan satu hal yang menjadi tolok ukur
kesuksesan seseorang. Tapi apakah kepandaian itu? Mungkin dari kita ada yang menghitung
berdasarkan IQ. Tapi kasihan juga orang yang ditakdirkan dilahirkan dengan IQ yang rendah,
mereka tidak akan pernah menjadi orang pintar. Bahkan kepintaran dijadikan iklan obat anti
masuk angin.
Yang menarik dalam Islam, kepandaian itu dapat diraih oleh setiap orang, walaupun IQ nya
tidak tinggi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal
untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia
berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Jadi ada dua parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan
melakukan amal untuk persiapan setelah meninggal.
Muhasabah
Muhasabah dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan
aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres aktifitas dan
menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal evaluasi itu perlu dilakukan, agar kita
bisa bernafas dan menata ulang kehidupan kita.

Al Quran menyuruh kita untuk muhasabah [QS. Al-Hasyr 18]:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Sahabat Umar r.a. berkata:
”Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian
untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada
hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.”
Pernyataan sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan
muhasabah maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil
akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan atau tahunan.
Muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill Gates,
seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk beristirahat seminggu atau “think week” dalam
enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft. Dia akan beristirahat disuatu
tempat yang sunyi dan membaca buku sekitar 18 jam sehari. Dari kesempatan untuk
berkontemplasi tersebut, muncul ide-ide segar dalam pengembangan software.
Keutamaan Sholat Dhuha

Shalat dhuha merupakan salah satu shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wassalam. Banyak sekali penjelasan hadits yang menyebutkan berbagai
keutamaan, manfaat atau keistimewaan shalat dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya.
Keutamaan dan keistimewaan sholat dhuha menurut beberapa hadits Rasulullah Muhammad
Shallahu ‘alaihi wassalam antara lain:
1. Bentuk terima kasih dan rasa syukur kita kepada Allah
Sholat dhuha merupakan ekspresi terimakasih kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas
nikmat sehat dan bugarnya setiap sendi tubuh kita. menurut Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wassalam, setiap sendi ditubuh kita berjumlah 360 sendi yang setiap harinya harus kita beri
sedekah sebagai makanannya. Dan sholat dhuha adalah makanan bagi sendi-sendi tersebut.
“Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan
(pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya.” Lalu, para sahabat bertanya:” Ya Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wassalam, siapa yang sanggup melakukannya? ” Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wassalam menjelaskan:
“Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat
mencelakakan orang) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka sholat dhuha dua raka’at,
dapat menggantikannya” (H.R. Ahmad bin Hanbal dan Abu Daud)
2. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra., ia berkata bahwa Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wassalam
bersabda:
“Di setiap sendi seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah
sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan
lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah
sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala”
(HR Muslim).
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam
surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad Shallahu ‘alaihi wassalam:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia
akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami’: 634)
4. Memperoleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam berkata:
Allah ta’ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka
Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam riwayat lain juga disebutkan: Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak
Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore
harimu”.
5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat
wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk
melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan ‘umrah…”
(Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi Shallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai)
duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia
mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih
al-Jami’: 6346).
6. Mendapatkan Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh
Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).
Itulah beberapa kutipan hadist mengenai Keutamaan dan Keistimewaan Shalat Dhuha. Semoga
bisa membuat kita lebih giat lagi dalam menjalankan shalat dhuha, dan bagi yang belum
melaksanakannya mungkin bisa sesegera mungkin untuk memulai menjalankannya… Aamiin…
Walaupun banyak sekali keutamaan dan manfaat sholat dhuha, namun kita harus tetap
menjaga niat kita. Alangkah baiknya jika kita melakukannya dengan ikhlas tanpa pamrih, hanya
mengharap ridho dan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya saya mohon maaf.
Billahitaufik walhidayah.. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuuh..
Menuju Muslim Progresif dengan Menjaga Kehormatan dan Harga Diri

Secara literal, progresif berarti maju. Term ini digunakan untuk menunjukkan adanya
perkembangan dan kemajuan sesuatu. Muslim progresif merupakan istilah yang disandang oleh
para umat Islam yang gagah berani membawa panji Islam bergerak menuju Islam yang lebih
selaras dan sesuai dengan tuntutan kemajuan dan modernitas saat ini. Istilah tersebut
merupakan turunan dari Islam progresif.[4]

Islam progresif menawarkan metode ber-islam yang menekankan terjadinya keseimbangan


dan keadilan sosial. Jika diperhatikan, benih kemunculan semangat menegakkan keadilan dan
keseimbangan telah muncul beriringan dengan kemunculan agama Islam itu sendiri. Islam
agama yang ramah, santun dan selalu menghormati kehormatan dan harga diri setiap individu. 

Sebagai qudwah, Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu saling
menghargai satu sama lain. Tidak hanya itu, beliau juga menganjurkan kepada umatnya untuk
selalu menjaga kehormatan, keselamatan dan perkembangan dirinya dan para generasinya.
Allah SWT berfirman: 

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. 

Ayat tersebut seakan memberikan kobaran api bagi umat muslim untuk selalu
memperhatikan kekuatan dan kemampuan dirinya dan generasinya. Islam tidak mewariskan
budaya malas, menyerah dan lemah pada generasinya. Seorang muslim harus berani maju
menyurakan agama Allah dan dapat menjaga harga diri agamanya dengan baik. Seorang muslim
yang selalu memperjuangkan harga diri, baik bagi dirinya maupun harga diri seseorang akan
selalu berusaha untuk tetap berlaku adil dan selaras sehingga mempunyai prospek maju dan
berkembang. Kpribadian muslim semacam inilah yang seharusnya tumbau pada setiap
sanubari. 

Sikap progresif tumbuh dalam hati seorang muslim yang benar-benar beriman kepada
Allah, mempunyai semangat tinggi memperjuangkan agamanya. Seseorang tidak cukup
memperhatikan pada masanya saja, prospek masa depan harus ditata sedemekian rupa
sehingga dapat menelurkan bibit-bibit muda yang unggul yang memepunyai orientasi jelas
dalam membela keadilan, memperjuangkan kehormatan dan harga diri. 
Kiat-kiat meningkatkan harga diri
Tidak hanya dilindungi, seorang muslim harus meningkatkan harga dirinya, bukan karena
prestice, upaya untuk meningkatkan harga diri telah dianjurkan oleh agama melalui ayat-ayat
al-Qur’an ataupun hadits Nabi. 
Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang dalam meningkatkan harga dirinya,
diantaranya: 

1. Mengenali diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kadang- kadang kita tidak
memiliki harga diri yang tinggi karena kurang mengenali kelebihan dan kekurangan yang kita
miliki. Sering kali orang merasa kurang memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan bagi dirinya,
padahal setiap orang lahir dengan banyak potensi diri. salah satu cara untuk mengenal diri
sendiri adalah dengan cara bercermin, baik dengan kaca atau menulis di kertas, mana potensi-
potensi yang bisa kita kembangkan atau tunjukan ke orang lain, dan mana yang harus kita
tinggalkan. 

2. menerima diri seperti apa adanya. Orang yang dapat menerima diri sendiri apa adanya tidak
akan menyesali segala yang terjadi dalam menghadapi kenyataan. Kalau kita mampu menerima
diri kita, tentu saja kita mampu menghadapi lingkungan secara baik dan dapat menghadapi
perosalan- persoalan dengan besar hati. Yang harus dipahami, kadang kita menganggap sesuatu
yang ada pada diri kita jelek, tetapi orang lain tidak. Artinya, apa yang ada pada diri kita harus
diterima dan dikembangkan. Begitu juga sebaliknya. 

3. Memanfaatkan kelebihan. Kelebihan yang kita miliki harus dikenali terlebih dahulu,
selanjutnya digunakan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. 

4. meningkatkan keahlian yang dimiliki. Kemampuan, keahlian dan keterampilan yang kita miliki
memberikan sumbangan untuk meningkatkan harga diri kita. Selanjutnya akan berpengaruh
psitif pada semua aspek kehidupan kita. 

5. memperbaiki kekurangan. Tidak dapat dipungkiri, setiap manusia mempunyai kekurangan,


kekurangan seseorang berbeda dengan yang lainnya. Kita harus mengenal kekurangan yang ada
pada diri kita. Kalau kita tidak mengenalinya, maka keinginan untuk memotivasi dan
mengembangkan diri kita ke arah yang lebih baik akan sulit direalisasikan. Dengan mengenal
kekurangan, kita dapat belajar dari kekurangan tersebut dan selanjutnya memperbaikinya
dengan segala sesuatu yang lebih baik. 

6. percaya dan mengembangkan pemikiran bahwa kita sama dan sederajat denagn rang lain.
Setiap orang berbeda, perbedaan itu bisa ada pada sektor ekonomi ataupun strata sosial.
Tetapi, semuanya mempunyai posisi yang sama pada wilayah hak dan kesempatan. Pemikiran
itulah yang harus selalu dikembangkan dan dilestarikan demi menumbuhkan sifat optimisme
yang kuat.
Urgensi menjaga kehormatan dan Harga diri 
Dalam menghadapi dunia yang modern ini, ada sebagian orang yang hanyut di dalamnya.
Modernitas seakan mengharuskan adanya sikap dan gaya hidup yang serba materialistik dan
hedonistik. Bekerja keras dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya seakan menjadi
tuntutan yang harus segera terpenuhi bahkan tidak sedikit dari mereka yang mendewakan
harta benda yang notabene merupakan hiasan dunia saja. Kemulian dan nilai manusia sering
kali di ukur melalui harta yang dimiliki, pangkat dijadikan tujuan hidup dan diyakini sebagai
kenikmatan yang selamanya dan tidak akan hangus begitu saja. 

Anggapan keliru tersebut sering kali menyebabkan manusia memaksakan diri untuk
mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan. Mereka tidak menyadari adanya kelemahan pada
dirinya yang kemudian menyebabkan pada sikap yang tidak profesional bahkan mugkin juga ia
akan terperosok di jurang kehinaan dan tidak mengenal harga diri. Tidak mengherankan jika
ditemukan di wilayah sekitar kita beberapa fenomena menggelikan bahkan membuat kita harus
mengelus dada seakan tidak dapat melakukan apa-apa. sumber mata pencaharian yang
seharusnya bersih dari kehinaan berbalik menjadi pusat pengumpulan harta yang menjijikkan
sekaligus menjadi tempat mengekplorasikan nafsu birahi semata. Sebut saja PSK, mereka
terbawa arus modernitas yang mengharuskan mereka untuk melakukan segala sesuatu demi
mendapatkan beberapa lembaran uang dari para hidung belang yang tidak bertanggung jawab.
Sebagaian dari mereka melakukan pekerjaan mesum ini dengan alasan kebutuhan ekonomi
yang mendesak. Bagaimanapun alasannya, pekerjaan semacam ini dilarang oleh syari’at agama.
Agama memang mengajak umatnya untuk selalu berusaha keras dalam bekerja dan beramal
agar dapat mempertahankan hidup dan keturunannya, tetapi agama juga memberikan
pelajaran dan bimbingan kepada uamatnya untuk memcari rizeki dengan cara yang benar tanpa
menurunkan harkat, martabat dan derajat. Rasulullah SAW telah lama memberikan rambu-
rambu kepada umatnya untuk selalu menjaga kehormatan dan harga dirinya baik ketika
mencari penghidupan maupun dalam kndisi apapun. Beliau bersabda: 
‫أطلبوا الحوائج بعزة النفس فإن اآلمور تجري بالمقادر‬
Mintalah kebutuhan dengan menjaga harga diri, karena semua urusan berlangsung menurut
takdir ilahi. 
Sebagaimana telah dipaparkan diatas, Biasanya orang bersedia merendahkan diri sendiri dan
mau diperlakukan tidak hormat hanya disebabkan oleh salah satu dari dua alasan: yatu ingin
mendapatkan rizeki atau karena takut binasa. Yang mengherankan, pada hakikatnya manusia
telah mengetahui baik umur, jodoh dan rizeki semuanya berada di tangan Allah SWT, Tetapi hal
ini acap kali dilupakan. Yang selanjutnya menyebabkan kelalain mereka yang berujung menjadi
ketakutan yang dasyat yang mengancam kehidupan mereka. Saking takutnya, mereka berkenan
untuk menjual harga dirinya dengan berbagai macam cara. 
Seorang yang memiliki harga diri akan lebih bersemangat, lebih mandiri, lebih mampu dan
berdaya, sanggup menerima tantangan, lebih percaya diri, tidak mudah menyerah dan putus
asa, mudah memikul tanggung jawab, mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik, dan
merasa sejajar dengan orang lain. 
Kehormatan dan Harga Diri sebagai fitrah 

Tidak bisa dipungkiri, manusia lahir di muka bumi ini dengan kondisi yang bersih.
Terlahir dengan jiwa yang suci dan dihiasi dengan penciptaan yang sempurna. Wujud manusia
telah dibentuk sedemikian cantik dan indah. tidak heran bila al-Qur’an menyebutkan bahwa
manusia merupakan ahsanu Khuluqan. Tidak hanya berkutat pada masalah lahir, dalam diri
manusia terdapat dua hal yang tidak dimiliki makhluk yang lainnya. Allah hanya memberikannya
pada khalifah fi al-Ardhi sebagai titipan yang harus dijaga dan dilestarikan. Keduanya adalah
akal adalah hawa nafsu. Keduanya mempunyai peran yang fundamental dalam membentuk
karakteristik dan kepribadian seseorang. Sebagaimana telah disinggung di muka, mansia
terlahir dalam kondisi yang sama. Mereka terlahir dalam kesucian dan bersih dari dosa. Fitrah
manusia yang seperti ini, juga didukung dengan adanya akal dan nafsu. Seseorang harus
memanage keduanya demi mempertahankan ke-fitrahannya. 

Fitrah manusia mencakup beberapa hal yang sangat banyak. Paling tidak ada dua aspek
kefitrahan manusia yang harus dilestarikan. Seseorang tidak diperkenankan hanya
memperhatikan salah satu dari keduanya. Keduanya harus dijaga dan dilestarikan seacara
berbarengan. Pertama, aspek lahir dan yang kedua adalah aspek batin.aspek lahir merupakan
segala sisi kehidupan manusia sebai makhluk yang lahir dan tampak. Dalam diri manusia
terdapat hal-hal indah yang harus senantiasa diperhatikan dan dikembangkan sebagai wujud
tanggung jawab dan rasa syukur kepada Tuhan yang memberikan anugerah-Nya. Mata harus
senantiasa dipakai untuk memandang serta menatap hal-hal yang menjadikannya dekat kepada
Allah, mencari jalan demi mendapatkan ridha-Nya. Telinga harus selalu dimanfaatkan untuk
mendengarkan berbagai nasihat dan mauidhah yang mengarahkannya kepada jalan lurus sesuai
dengan syariat Islam. Begitu juga dengan kedua kaki, seseorang harus berjalan dan mengarungi
dunia dengan penuh semangat dan harapan tinggi demi mendapatkan cahaya Ilahi yang
selanjutnya membimbingnya mendapatkan kebahagian di dunia maupun di akhirat. Dan begitu
juga dengan beberapa aspek lahir yang lain.sedangkan aspek batin mencakup segala sesuatu
yang berhubungan dengan jati diri manusia. Harkat, derajat dan mrtabat manusia harus
diperjuangkan demi menjaga kehormatan dan kemuliaannya sebagai makhluk yang diberi
kekuatan oleh Allah . 

Rasa diri terhormat (baca: kehormatan diri), tidak sudi untuk tunduk kepada
gemerlapnya dunia dan terjerumus dalam jurang kehinaan termasuk sifat-sifat yang menonjol
yang diserukan oleh agama islam, ditanamkam dalam lubuk hati setiap sanubari, dan dipelihara
kesuburannya dengan akidah dan ajaran-ajaran syari’at .[1]

Umar bin Khattab R.A. pernah mengatakan: “Aku menyukai orang yang bila menghadapi
perlakuaan semena-mena ia menolak dan dengan tegas mengatakan:Tidak”. Ungakapan ini
mengandung Ibroh yang harus dipahami dan direalisasikan dengan cerdas. Secara eksplisit, ini
menunjukkan sikap ketegasan dan keberanian seorang muslim dalam menolak serta
memerangi kebatilan. Di sisi lain, secara implist ungkapat ini menganjurkan kepada segenap
umat Islam utuk menjaga kehormatan dan harga diri. Seseorang tidak boleh merelakan
kehormatan dirinya dijajah oleh kebatilan baik yang dilakukan orang lain kepada maupun yang
dilakukannya sendiri yang menyebabkan turun dan hancurnya kehormatan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai