وال َّ
ان اأْل َ ْك َماَل ِنَ ،علَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد َولَ ِد َع ْدنَانَ ، اأْل َتَ َّم ِ
صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن ،أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَّل إِلهَ َو َعلَى آلِ ِه َو َ
ك لَهَُ ،وأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ
ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي ي بَ ْع َدهُ .أَ َّما بَ ْع ُد ،فَإِنِّي أُوْ ِ َو َرسُوْ لُهُ ،اَل نَبِ َّ
بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْالقَ ِدي ِْر ْالقَائِ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه :إِ َّن الَّ ِذينَ
قَالُوا َربُّنَا هَّللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َماَل ئِ َكةُ أَاَّل تَخَافُوا
َواَل تَحْ َزنُوا َوأَ ْب ِشرُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنتُ ْم تُو َع ُدونَ (فصلت:
)٣٠
1
konsisten dalam ketaatan dan kepatuhan
kepada Allah ta’ala. Orang yang istiqamah
adalah orang yang senantiasa konsisten
taat kepada Allah, melaksanakan segenap
kewajiban dan meninggalkan berbagai
perkara haram. Orang yang berhasil
istiqamah dalam kataatan kepada Allah,
maka surga-lah tempatnya di akhirat.
Allah ta’ala berfirman:
ُإِ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َربُّنَا هَّللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َماَل ئِ َكة
َأَاَّل تَخَ افُوا َواَل تَحْ زَ نُوا َوأَ ْب ِشرُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنتُ ْم تُو َع ُدون
)٣٠ w:(فصلت
“Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’,
kemudian mereka istiqamah, maka
malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu
takut dan janganlah merasa sedih, dan
gembirakanlah mereka dengan surga
2
yang telah dijanjikan Allah kepadamu’,”
(QS Fushshilat: 30).
3
mengikuti hawa nafsu mereka" (QS asy-
Syura: 15)
Salah seorang sahabat pernah berkata
kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, katakan
kepadaku tentang Islam sebuah perkataan
sehingga aku tidak perlu bertanya lagi
kepada siapa pun setelahnya.” Rasulullah
menjawab:
ت بِاهللِ ثُ َّم ا ْستَقِ ْم (رواه مسلم
ُ قُلْ آ َم ْن
4
dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Karena
dengan hilangnya istiqamah, moral akan
rusak, perbuatan keji dan hina akan
menyebar, kerusakan akan merajalela,
kekacauan akan merata dan umat akan
dihantui oleh rasa hasud, dengki dan
permusuhan.
Sebaliknya istiqamah akan memberikan
buah yang manis di tengah-tengah umat
yang berpegang teguh dengannya. Seorang
warga atau individu yang istiqamah akan
hidup tenang, damai, taat dan tunduk
kepada Allah, tidak menyakiti orang lain,
bersabar ketika disakiti orang lain, selalu
berperan serta dalam melakukan
perbaikan-perbaikan di tengah masyarakat
dan membimbing orang yang tersesat ke
jalan yang benar.
Jamaah Shalat Jum’at yang berbahagia,
Jadi istiqamah adalah suatu keniscayaan
5
bagi setiap individu dari sebuah umat atau
bangsa, lebih-lebih para pemimpin.
Pemimpin dalam skala besar ataupun
kecil. Pemimpin dalam lingkup yang luas
ataupun unit yang paling kecil. Mulai dari
pemimpin suatu negara, pemimpin daerah,
pemimpin perusahaan, sampai kepala
rumah tangga. Imam Rifa’i pernah
menyatakan:
َك ْيفَ يَ ُكوْ ُن الظِّلُّ ُم ْستَقِ ْي ًما،ك
َ ك يَ ْستَقِ ْم بِهَا َغ ْي ُر َ اِ ْستَقِ ْم بِنَ ْف ِس
َو ْالعُوْ ُد أَ ْع َو ُج
“Istiqamahkan dirimu maka orang lain
akan menjadi istiqamah karenamu,
bagaimana mungkin bayangan sebuah
benda akan lurus jika bendanya bengkok?”
Oleh karenanya sebuah komunitas,
perkumpulan atau institusi apa pun yang
berharap baik dan merindukan kesuksesan
dan kejayaan haruslah dimulai dari
istiqamah pemimpinnya. Jika pemimpin
6
dan yang dipimpin istiqamah, guru dan
murid istiqamah, suami dan istri
istiqamah, direktur dan karyawan
istiqamah, pejabat dan rakyat istiqamah
dan seluruh lapisan masyarakat di semua
bidang dan ini senantiasa istiqamah, maka
kebaikan dan kesalehan akan merata di
tengah masyarakat kita.
Saudara-saudaraku seiman
rahimakumullah, Marilah kita selalu
istiqamah di jalan Allah meski zaman
berubah, walaupun tahun telah berganti.
Kita manfaatkan masa-masa hidup yang
sementara ini untuk taat kepada Allah.
Kehidupan kita di dunia ini adalah nikmat
yang harus disyukuri dengan berupaya
meraih kebaikan dunia dan akhirat. Kita
diberi amanah berupa nikmat waktu, agar
kita beramal tanpa ditunda-tunda lagi,
tanpa kebingungan dan kehilangan arah.
7
Hari-hari kita hidup di dunia, itulah umur
kita.
Orang yang tidak memanfaatkan umurnya
maka umur itu yang akan melindasnya
tanpa ia bisa meraih apa pun dari
kehidupan yang fana ini. Al-Hasan al-
Bashri pernah mengatakan:
ك ُ َب بَ ْع
َ ض َ ُكلَّ َما َذه، إِنَّ َما أَ ْنتَ أَيَّا ٌم،ا ْبنَ آ َد َم
َ َذه،َب يَوْ ٌم
“Wahai manusia, engkau tidak lain adalah
hari-hari yang terus berjalan, setiap lewat
suatu hari maka sebagian dari dirimu telah
hilang dan lenyap.” Bahkan al-Khalil bin
Ahmad al-Farahidi sangat menyayangkan
waktu yang berlalu begitu saja hanya
untuk makan. Ia mengatakan: “Waktu
yang sangat aku sayangkan pergi begitu
saja adalah saat aku makan.” Kita
mungkin tidak bisa mencapai tingkatan
beliau. Tapi setidaknya apa yang beliau
sampaikan menjadi cambuk bagi kita
8
untuk selalu memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita terus istiqamah. Kita rawat
dan jaga keimanan kita dari hal-hal yang
merusak dan memutuskannya. Kita
konsisten dalam taat kepada Allah.
Ketaatan kepada Allah adalah cahaya di
alam kubur, penyelamat di atas jembatan
shirath di hari kemudian dan
keberuntungan di hari kebangkitan.
Marilah kita berdoa di hari yang penuh
barakah ini. Mudah-mudahan kita
dianugerahi kemampuan oleh Allah untuk
istiqamah, melakukan semua jenis
kebaikan dan menjauhi segenap dosa dan
kemaksiatan di sepanjang kehidupan.
Sehingga kita menjadi insan-insan yang
shaleh dan layak menjadi pilar-pilar
masyarakat madani yang kita cita-citakan.
9
Marilah kita berdoa dengan do’a Imam al-
Hasan al-Bashri:
َ اللهم أَ ْنتَ َربُّنَا فَارْ ُز ْقنَا ااْل ْستِقَا َمة
10