Disusun oleh :
Nama : DIAN SURAHMAT
NIM : 130411033
Kelas : Idi
(UNSAM)
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sejarah Daerah Aceh. Kami sampaikan terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang
senantiasa membantu demi kelancaran makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat sederhana dan belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pihak manapun
senantiasa akan kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga
makalah ini mendapat perhatian dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umunya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran……………….……………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenai tokoh-tokoh dari ajaran tasawuf di Indonesia ini. Tasawuf terus mengalami
Islam di wilayah tersebut hingga hari ini. Akan tetapi selama beberapa abad permulaan
sejarah itu terutama pada abad ke-10 H/ 16 M dan ke-11/ 17 m tasawuf memainkan
terbesar dan paling menentukan dalam membentuk pandangan religius, spiritual, dan
Pada masa itu tasawuf memainkan peranan penting dalam proses islamisasi di
satu tokoh ulama tasawuf di Indonesia yang sekaligus penyebar tarekat syattariyah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka dapat kami ambil rumusan
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
a. Mengetahui Riwayat Hidup Abdur Rauf As- Singkil
2
BAB II
PEMBAHASAN
Syeh Abdurrauf adalah sebuah gelar kebesaran yang diberikan kepada seorang
ulama Aceh yang menjadi Qadhi Malik al-Adil pada masa pemerintahan
dilahirkan pada tahun 1001 H (1593 M) dari keluarga ulama. Ayahnya syekh Ali
Fansuy ulama terkenal yang membangun dan memimpin Dayah Simpang Kanan di
pedalaman singkel.[2]
para ahli sejarah karena tidak ada bukti yang kongkrit tentang tahun kelahiran beliau,
ada yang menetapkan tahun 1615 M sebagai tahun kelahiran Syeh Abdurrauf, hal ini
didasarkan atas informasi yang menyebutkan bahwa pada tahun 1642 M Syeh
membuat alasan bahwa seseorang baru mampu merantau jauh pada umur 25-30
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Van Hoeve, Peonoeh Daly bahwa
tahun kelahiran Syeh Abdurrauf adalah 1620 M, bahkan oleh Ali Hasyimi
mengatakan 1593 M sebagai tahun kelahiran Syeh Abdurrauf. Ketiga penulis ini tidak
mengemukakan atas dasar apa mereka menetapkan tahun tersebut sebagai tahun
3
kelahiran Abdurrauf.[3]Mengenai tempat kelahiran Abdurrauf para ahli bersilang
pendapat, dilihat dari pennisbahan yang terdapat pada namanya ”al-Jawi al-Fansuri
Fansuri), atau Singkil (as-Singkili), untuk mengatasi silang pendapat di atas penulis
merupakan satu desa yang terdapat di Singkil dan Singkil merupakan wilayah ujung
Syeh Abdurrauf adalah sosok yang sangat dimuliakan oleh rakyat Aceh sejak
dahulu hingga sekarang, banyak legenda yang terus hidup dan dikenal rakyat Aceh
maka sebagai kenang-kenangan untuknya Universitas Negeri yang ada di Aceh telah
sepeninggal beliau nama beliau lebih mudah diingat dengan tengku di Kuala atau
Syiah Kuala, karena ia mengambil tempat untuk mengajar di tepi muara (kuala)
sungai (krueng) Aceh dan di sana pula ia dikuburkan,[5] pada hari Senin tanggal 23
Syawal 1106 H/1965 M beliau pulang ke rahmatullahh dalam usia 105 tahun.[6] dan
pada batu nisannya tertulis Al Waliyul Malki Syeh Abdurrauf bin Ali, sebutan
Waliyul Mulki menunjukkan betapa besarnya peranan beliau dalam kerajaan Aceh
waktu itu.[7]
Abdur Rauf mendapat pendidikan dari beliau, ia belajar bahasa arab, ilmu-
ilmu agama, sejarah, mantik, filsafat, sastra arab/melayu dan juga bahasa persia.
4
Dari Simpang kanan, Abdur Rauf pindah ke Samudera pasai melanjutkan
pindah ke Banda Aceh, karena tlah diangkat oleh sultan Iskandar Muda menjadi
Qadli Malikul Adil, maka Abdur Rauf pun bertolak ke luar negeri, yaitu ke Mekkah
Syeikh abdur rauf meneap di mekkah dan negeri-negeri arab lainnya selama
19 tahun, waktu yang cukup lama untuk mengarungi lautan ilmu. Sebagai seorang
ahli hukum kenamaan, beliau menguasai segala bidan ilmu hukum, disamping
beliau sampai ke tanah Haram, belajar di Jeddah, Mekkah, dan Madinnah, selama ia
belajar di Yaman dan tanah Haram, Syeh Abdurrauf membekali dirinya dengan dua
model ilmu, yaitu dengan ilmu zahir[9]. dan ilmu bathin. Syeh Abdurrauf belajar
ilmu batin ini tidak sendirian tetapi bersama seorang temannya Syeh Abdullah Arief
yang lebih dikenal dengan Syeh Madinah atau disebut juga Tuanku Madinah di
Tapakis, Pariaman, ia belajar thariqat pada Syeh Ahmad Qushasi (1583-1661) dan
rohaninya, beliau boleh memakai “khirqah”, yaitu sebagai pertanda telah lulus dalam
pengujian secara suluk.ia diberi selendang berwarna putih oleh gurunya sebagai
pertanda pula ia telah dilantik sebagai khalifah mursyid dalam orde tarekat
5
syattariyah[11],yang berarti boleh membai’at orang lain. sehingga berhak
tasauf yang berbeda sebagai warisan ulama terdahulu Hamzah Fansuri, Syamsuddin
menjadi ”penyejuk” bagi perbedaan yang tajam antara dua aliran wahdatul wujud dan
antara ulama yang berorientasi pada syariat dengan para sufi yang berorientasi pada
makrifat. Diskursus rekonsiliasi antara tasawuf dan syariat. Dari ini ajaran
menganut paham satu-satunya wujud hakiki, yakni Allah. Sedangkan alam ciptaan-
Nya bukanlah merupakan Wujud hakiki, tetapi bayangan dari yang hakiki.
Sinkili, merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa.
Dengan zikir inilah hati selalu mengingat Allah. Tujuan zikir ialah mencapai fana’
6
(tidak ada wujud selain wujud Allah), berarti wujud hati yang berzikir dekat dengan
wujud-Nya.
pertama, martabat ahadiyyahatau la ta’ayyun, yang mana alam pada waktu itu masih
Kedua, martabat wahdah atau ta’ayyun awwal, yang mana sudah tercipta haqiqat
atau ta’ayyun tsani, yang disebut juga dengana’ayyan al-tsabitah dan dari sinilah
alam tercipta. Menurutnya, tingkatan itulah yang dimaksud Ibn’ Arabi dalam sya’ir-
sya’nya.[13]
D. Corak Pemikiran
dapat diamati dari tiga pilar corak pemikirannya dalam bidang tasauf, ketiga pokok
pemikiran tersebut adalah ketuhanan dan hubungan dengan alam, insan kamil, dan
satu-satunya yang wujud hakiki adalah Allah, Alam ciptaannya adalah wujud
b. Insan kamil adalah sosok manusia ideal[15], Syeh Abdurrauf memahami insan
7
tujuh yang telah ditulis oleh Syeh Abdullah al-Burhanpuri dalam kitab Tuhfah
Syeh Abdurrauf sangat kentara sekali ketika ia menjelaskan tauhid dan zikir
Sejalan dengan kepatuhan total pada syariat, Abdul Rauf berpendapat bahwa dzikir
penting bagi orang yang menempuh jalan tasawuf, di mana dasar dari tasawuf adalah
Dalam berdzikir ada dua metode yang diajarkannya, yaitu dzikir keras dan
dzikir pelan. Dzikir keras seperti pengucapan "La ilaha illa Allah" sebagai penegasan
akan keesaan Sang Pencipta. Dzikir menurut dia bukanlah membayangkan kehadiran
gambar Tuhan melainkan melatih untuk memusatkan diri. Di samping itu, Abdul
Rauf berpandangan bahwa tauhid menjadi pusat dari ajaran tasawuf. Pandangan-
pandangan dasar Abdul Rauf tentang tasawuf ini tertera dalam kitab Tanbih Al-
Masyi. La ilaha illa Allah menurut dia, memiliki empat tingkatan tauhid: penegasan,
pengesahan ketuhanan Allah, mengesahkan sifat Allah dan mengesahkan dzat Tuhan.
Syekh Abdurrauf selain dikenal sebagai tokok tasawuf aliran Syattariyah dan
tokoh fiqh yang membolehkan wanita manjadi hakim, beliau juga dikenal sebagai
Hamid dalam bukunya” 100 Tokoh Islam yang paling berpengaruh di Indonesia”,
8
jumlah karya tulis Syeh Abdurrauf as-Singkili berjumlah 21 buku, yang terdiri dari 1
kitab tafsir, 2 kitab hadits, 3 kitab fiqh dan kitab-kitab tasauf[18], karya-karya beliau
tersebut adalah :
dalam bahasa melayu, kitab ini ditulis oleh Syeh Abdurrauf sekembalinya dari negeri
Arab.
kitab fiqh yang ditulis olehnya atas permintaan Sulthanah Tajul Alam Safiyatuddin
Syah, isi kitab ini adalah kajian tentang muamalat, termasuk dalam kitab ini adalah
5. ’Umdat al Muhtajin ila suluk maslak al-Mufridin, kitab tasauf yang isinya terdiri
atas tujuh bab, di akhir kitab ini Syeh Abdurrauf menguraikan silsilah tarekat
7. Daqaiqul Huruf, yang isinya terhadap beberapa bait syair Ibn Arabi
9
8. Bayan Tajalli, kitab ini berisi tentang penjelasan Abdurrauf tentang zikir yang
11. Mawaizil Badiah, berisi tiga puluh dua hadits beserta syarahnya yang
15. Risalah Mukhtasar fi Bayan Syurut as-Syeh wa al-Murid, yang berisi tentang
10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
beliau Bahwa Tuhan adalah tuhan, manusia adalah manusia, tidak dapat disatukan
antara Tuhan dengan manusia. Tetapi manusia memiliki sifat potensi Tuhan yang
dapat kita dapati dalm pendekatan diri terhadap sang penciptanya. Posisi manusia
pandangan al-Sinkili mempunyai konsep melalui zikir untuk mengingat Tuhan yang
selalu dekat dengan kita. Tujuannya agar manusia tidak lalai atau lupa, untuk sampai
menuju fana’. Dalam wujud hati yang selalu berzikir akan dengan Tuhan antara ada
dan Tiada. Secara umum dan mudah dipahami bahwa Abdul Rauf ingin mengajarkan
tentang harmoni antara syariat dan sufisme. Keduanya harus bekerja sama. Hanya
melalui kepatuhan pada syariat maka seorang yang berada di jalan sufi bisa
B. Saran
` Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah
tersebut.
11
Daftar Pustaka
Nusantara,2003
DR Syahrizal, Syeh Abdurrauf dan Corak Pemikiran Hukum Islam, Banda Aceh,
Solihin, M, dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011
http://sabdakhairuss.blogspot.com/2012/04/syeikh-abdurrauf-as-singkili.html
Zakaria Ahmad, sekitar Kerajaan Aceh dalam tahun 1520-1675,(Memora :medan, t,t)
Utama,1992/1993),
http://www.sufinews.com/index.php?subaction=showfull&id=1078317860&archive=
&start_from=&ucat=8&go=tarekat
http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=53590:
hujjatul-islam-syekh-abdul-rauf-al-singkili-harmonisasi-syariat-dan-
tasawuf&catid=45:tokoh&Itemid=357
12