Nama beliau adalah Uwaimir bin Amir bin Mlik bin Zaid bin Qais bin
Umayyah bin Amir bin Adi bin Ka`b bin Khazraj bin al-Harits bin Khazraj.
Ibunya bernama Mahabbah binti Wqid bin Amir bin Ithnbah. Beliau
termasuk Sahabat yang akhir masuk Islam. Akan tetapi, beliau termasuk
Sahabat yang bagus keislamannya, seorang faqih, pandai dan bijaksana.
Rasulullh Shallallahu alaihi wa sallam mempersaudarakannya dengan
Salman al-Frisi . Nabi Shallallahualaihi wa sallam mengatakan, Uwaimir
adalah hakmul ummah (seorang yang sangat bijaksana).
BELIAU ADALAH SAHABAT YANG ZUHUD DAN RAJIN BERIBADAH
Suatu ketika Salman Al Farisi datang ke rumah Abu Darda, Dia melihat
Ummu Darda memakai pakaian kerja dan tidak mengenakan pakaian yang
bagus. Salman bertanya kepadanya, Wahai Ummu Darda`, kenapa engkau
berpakaian seperti itu?, Ummu Darda` menjawab, Saudaramu Abu Darda`
sedikit pun tidak perhatian terhadap istrinya. Di siang hari dia berpuasa dan
di malam hari dia selalu shalat malam. Lantas datanglah Abu Darda` dan
menghidangkan makanan kepadanya seraya berkata, Makanlah (wahai
saudaraku), sesungguhnya aku sedang berpuasa Salman menjawab, Aku
tidak akan makan hingga engkau makan. Lantas Abu Darda` pun ikut
makan. Tatkala malam telah tiba, Abu Darda pergi untuk mengerjakan
shalat. Akan tetapi, Salman menegurnya dengan mengatakan, tidurlah dan
dia pun tidur. Tak lama kemudian dia bangun lagi dan hendak shalat, dan
Salman berkata lagi kepadanya, tidurlah. (dia pun tidur lagi-pen) Ketika
malam sudah lewat Salman berkata kepada Abu Darda`, Wahai Abu Darda`,
sekarang bangunlah. Maka keduanya pun mengerjakan shalat Setelah
selesai shalat, Salman berkata kepada Abu Darda`, sungguha Rabbmu
mempunyai hak atas dirimu, badanmu mempunyai hak atas dirimu dan
keluargamu (istrimu) juga mempunyai hak atas dirimu. Maka, tunaikanlah
hak mereka. (selanjutnya) Abu Darda` mendatangi Rasulullh Shallallahu
alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut kepadanya.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Salman benar [HR. al-Bukhri
no. 1867]
Dalam suatu riwayat Abu Darda` mengatakan, Aku senang seandainya aku
bisa berdagang di jalan dekat pintu masjid, setiap harinya aku bisa
memperoleh 300 dinar dan aku bisa mengerjakan shalat lima waktu di
masjid. Aku tidaklah mengatakan, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Akan tetapi aku lebih
senang menjadi orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli
dari beribadah kepada Allah Azza wa Jalla . [Al-Hilyah 1/20 / Ash-Shahabah
hlm. 463]