Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu khazanah keilmuan Islam adalah literatur tafsir yang
begitu banyak dengan keragaman metode, pendekatan, corak, visi dan
paradigmanya mulai dari masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Hidup, masa sahabat, tabiin, tabi al-tabiin hingga era modern saat ini.
Urgensi tafsir al-Quran mulai tumbuh sejak masa Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam sebagai salah satu kebutuhan hidup ummat dalam memahami
pedoman hidupnya. Namun al-Quran yang sarat akan rahmatan li
al-alamin tersebut tidak sepenuhnya dapat secara langsung dipahami
oleh umat.
Melalui otoritas Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai mubayyin,
maka segala persoalan yang muncul pada saat itu (berkaitan dengan alQuran) dapat segera terselesaikan. Kita sadari semua bahwa persoalan
memahami al-Quran tidak pernah berhenti setelah Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam wafat, bahkan persoalan tersebut semakin kompleks,
oleh karenanya tafsir menjadi salah satu kebutuhan umat dalam
memahami al-Quran sebagai pedoman hidupnya tersebut.
Thameem

Ushama

mengutip

pendapat

al-Suyuthi

yang

menyebutkan bahwa ada sekitar sepuluh orang sahabat terkemuka yang


memiliki kredibilitas dalam bidang tafsir semasa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam hidup dan sepeninggalnya beliau. Di antaranya adalah
empat khulafa alrashidin (Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin al-Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib), kemudian Ibn Abbas, Ibn Masud,
Ubay bin Kaab, Zaid bin Sabit, Abu Musa alAshari dan Abd Allah bin
Zubair.1
Salah seorang tokoh tafsir di kalangan sahabat ini adalah Ibn Abbas
yang diakui oleh banyak kalangan sebagai pemimpin para mufassir (rais
1 Thameem Ushama, Methodologies of the Quranic Exegesis, (Kuala Lumpur:
A.S. Noordien,1995), h. 13-14

al-mufassirin) sebagaimana ditulis Manna` al-Qattan,2 juga Bapak Tafsir


(abu al-tafsir).3 Demikian pentingnya sosok Ibn `Abbas dalam konstelasi
sejarah tafsir di dunia Islam, hingga terasa kurang absah seandainya ada
tafsir yang tidak melibatkan penafsiran Ibn `Abbas ini di dalamnya. Oleh
karenanya, menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana metode
penafsirannya. Salah satu himpunan tafsir dari karya Ibn Abbas ini adalah
kitab Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn Abbas karya al-Fairuzabadi yang
akan dibahas secara khusus dalam bahasan berikut ini mulai dari biograf
Ibn Abbas sebagai penafsir dan al-Fairuzabadi sebagai penghimpun
tafsirnya, dan untuk selanjutnya analisis terhadap kitab Tanwir al-Miqbas
Min Tafsir Ibn Abbas itu sendiri.

2 Manna al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, (Jakarta: Pustaka alKautsar, 1994), h 382
3 Mustafa al-Shallallahu Alaihi Wasallami al-Juwaini, Manahij fi al-Tafsir, (Iskandariyah: alMaarif, tth.), h. 21

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibn Abbas Radhilallahu Anhu
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib
bin Hasyim bin Abdi Manaf al Qursyi al Hasyimi. Beliau adalah anak
paman Rasul Abbas bin Abdul Muthallaib. Ibundanya adalah Lubabah al
Kubra binti al Harits bin Hazan al Hilaliyah. Ibnu Abbas lahir di kota
Mekkah 3 tahun sebelum Rasul Hijrah ke kota Madinah. Kelahiran beliau
bertepatan dengan tahun pemboikotan Bani Hasyim oleh orang-orang
Quraisy.4
Nama

Abdullah

ibn

Abbas

tidak

dapat

ditinggalkan

ketika

seseorang membicarakan tafsir al-Quran, karena dialah yang secara


terangterangan mendapatkan doa khusus dari Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam. (kalau boleh penulis nyatakan ia telah mendapat legitimasi
langsung dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.) menjadi salah seorang
yang mampu memahami dan menafsirkan al-Quran (allahumma faqqihhu
fi al-din wa allimhu al-tawil).5

4 Manna al-Qattan, Pengantar..., h 382

Ia pernah diangkat menjadi gubernur Basrah pada masa Usman dan


pada masa Ali. Kemudian setelah masa terbunuhnya Ali, Ibn Abbas
mengangkat Abd Allah bin al-Haris sebagai penggantinya. Dalam
perjalanan hidupnya, Ibn Abbas banyak berdialog dengan Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam. sekalipun ia masih muda, bahkan saat ia
berumur sekitar 13-15 tahun ia ditinggal Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam.

berpulang

ke

rahmatullah,

artinya

semasa

hidup

Nabi

Shallallahu Alaihi Wasallam. ia masih sangat muda sekali. Kemudian ia


sendiri wafat pada tahun 68 H. dengan umur 71 tahun, di kota Taif dan
dikuburkan di sana pula.6
Ketenaran Ibn Abbas di bidang tafsir bahkan keilmuannya secara
umum menjadikan ia banyak dikenal dengan beberapa gelar antara lain:
bahr al-Ilm (lautan ilmu), habr al-ummah (ulama umat), turjuman alQuran (juru tafsir al-Quran), rais al-mufassirin (pemimpin para mufassir),
al-bahr (lautan)7, dan juga habr al-Quran (ulama al-Quran).8
Julukan-julukan di atas sebagai pengakuan umat atas ilmunya yang
banyak, ijtihadnya yang agung, dan marifatnya terhadap maknamakna
al-Quran di samping akhlaknya yang mulia, hingga ia banyak dijadikan
sandaran sahabat dalam tafsir maupun fatwa. Di akhir usianya, Ibnu
Abbas mengalami kebutaan,.namun hal itu tidak membuat kendurnya
semangat beliau untuk menggali nilai-nila yang terkandung di dalam al
Quran serta terus bersikap kritis terhadap setiap perkembangan.
Di antara sahabat yang mengakui kemampuan dan juga bersandar
kepada Ibn Abbas dalam bidang tafsir ini adalah Umar bin al-Khattab. Di
5 Thameem Ushama, Methodologies ..., h. 13-14
6 Ibid. lihat juga Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Beirut:
Dar al-Kutub al-Hadisah, 1976), juz 1, h. 65
7 Ibid.
8 Abd al-Halim al-Najjar, Mazahib al-Tafsir al-Islami lil al-Alam al-Mustashriq
Ignas Golziher, (Mesir: Maktabah al-Khanji, 1955), h. 83

antara sebab keunggulan dan kemasyhurannya di bidang ilmu khususnya


bidang tafsir ini, menurut sebagian ulama antara lain:9
a. Doa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. khusus terhadapnya:
allahumma allimhu alkitab wa al-hikmah, dalam riwayat lain
dikemukakan: allahumma faqqihhu f al-din wa allimhu al-tawil.
b. Masa pertumbuhannya di kediaman Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam. sehingga banyak mendengar dari Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam. berikut menyaksikan berbagai peristiwa yang
terkait dengan nuzul al-Quran.
c. Hubungan dia dengan sahabat besar setelah Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam. wafat sekaligus banyak meriwayatkan dari
mereka, memahami tempattempat nuzul al-Quran, tarikh tashri,
asbab al-nuzul dan beberapa hal yang terkait dengan al-Quran.
d. Upaya sungguh-sungguh memelihara bahasa Arab, memahami
gharib, adab, khasais dan asalib-nya.
e. Ia telah mencapai maqam ijtihad dan keberaniannya dalam
menjelaskan apa yang ia yakini benar.
Dua karakter khas dari pengutipan Ibn Abbas dalam menafsirkan alQuran:10
pertama,

menggunakan

syair-syair

Arab

kuno

sebagai

unsur

pembuktian dan membantu pemahaman makna lafadz yang gharib dari


al-Quran, dan untuk menguatkan alasan ini ia mengatakan: Bila dalam
al-Quran terdapat sesuatu yang sulit dimengerti maknanya, carilah
keterangannya dari syair-syair kuno.
Kedua, merujuk kepada orang-orang Ahl al-Kitab yang telah memeluk
agama Islam seperti Kaab al-Akhbar al-Yahudi, Abd Allah bin Salam, dan
ahl al-Kitab, dengan dasar apa yang dikutipnya tersebut memiliki
kesesuaian dengan ajaran al-Quran dan pengutipan inipun dalam wilayah
yang sangat terbatas.
9 Al-Zahabi, ..., 67-68
10 Ahmad al-Shirbasi, Sejarah Tafsir Quran, terj. Team Pustaka Firdaus, (ttp:
Pustaka Firdaus, 1994), Cet III. h. 72

Beberapa catatan penting tentang Ibn Abbas ini antara lain:11

Ibn Abbas dianggap sebagai orang pertama yang mendirikan


perguruan tafsir di mana ilmu bahasa dan syair-syair kuno

diajarkan sebagai mata pelajaran pelengkap.


Ibn Abbas tidak hanya menggunakan fkiran semata dalam
menafsirkan ayat, ia juga melandaskan kepada riwayat, bahkan
diketahui hadis riwayat Ibn Abbas seluruhnya berjumlah 660
hadis, 95 hadis di antaranya disepakati oleh al-Bukhari dan
Muslim, secara terpisah al-Bukhari menetapkan 120 hadis dan
Muslim menetapkan 49 buah.

B. Biografi Al-Fairuzabadi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yaqub bin Muhammad bin
Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakr bin Idris ibn Fadl Allah bin al-Shaikh
Abi Ishaq Sahib pengarang kitab al-Tanbih al-Shaikh Majd al-Din Abu alTahir

al-Shairazi

al-Fairuzabadi

Shahib

al-Qamus. 12

Fairuzabadi

merupakan penghinpun tafsir a1-Qurran yaag dinisbatkan kepada lbnu


Abbas. Tafsir ini dicetak beberapa kali di Mesir dengan diberi nama Tafsir
Tanwirul Miqbas min Tafsiril Ibn Abbas yang jumlahnya satu jilid besar. AlFairuzabadi juga pengarang

kamus yang terkenal deagan nama kamus

a1-Muhit.13 Dengan nama kamus tersebut mengangkat namanya sehingga


nama aI-Fairuzabadi lebih dikenal dl kalangan umat Islam pada masa ltu.
Nama aI-Fairuzabadi terpampang dalam kamus aL-Muhit yang menjadi
sebuah kanus yang termasyhur dan terkenal.

11 Al-Zahabi, ...., h. 72-73.


12 Al-Hafz Shams al-Din Muhammad bin Ali Ibn Ahmad al-Dawudi, Tabaqat alMufassirin, (ttp: Maktabah Wahbah Abidin, 1992), juz 2, h. 274-276.
13 Manna al-Qattan, Pengantar..., h. 493.

Al-Fairuzabadi14 lahir pada Rabi al-akhir, ada yang menyatakan


Jumad al-Akhir tahun 729 di Kazrun sebuah kota di Persi antara al-Bahr
dan Shairaz. Ia tumbuh dan menghafal Quran pada saat berada di Kazrun
tersebut, saat umur 7 tahun ia menghafal al-Quran.15
Kemudian setelah pindah ke Shairaz, ia belajar bahasa serta adab
dari ayahnya sendiri di samping kepada Qawam al-Din Abd Allah bin
Mahmud dan lainnya. Selanjutnya ia ke Baghdad, dan di kota ini ia belajar
kepada Taj alDin Muhammad bin al-Sabbak, kemudian menuju Damaskus,
ia belajar

kepada lebih dari 100 guru, selanjutnya ke Quds yang

membawanya kepada kemasyhuran, karena di kota inilah ia mulai


mengajar dan menerbitkan karyakaryanya. Kemudian

dilanjutkan ke

Kaero dan belajar kepada al-Jamal al-Asnawi, Ibn Hisham, alBaha bin
Uqail dan beberapa ulama lain. Perjalanan ilmiah al-Fairuzabadi ini
berlangsung terus hingga mencapai wilayah Tenggara menuju Roma, India
dan beberapa kota lainnya.16
Di antara karyanya di bidang tafsir, hadis, tarikh, bahasa antara
lain:17
1. Basair zawai al-Tamyiz f Lataif alKitab al-Aziz,
2. Tanwir al-Miqbas f Tafsir Ibn Abbas,
3. al-Dur al-Nudum al-Murshid ila Fadail al-Quran al-Adim dan
beberapa karya bidang tafsir lainnya,
4. Shawariq al-Asrar al-Ulyah f Sharh Mashariq al-Anwar alNubuwwah,
dan beberapa karya bidang hadis lainnya,
5. Nuzhah al-Azhan f Tarikh Asbihan,
6. Raudah al-Nadir f Tarjamah alShaikh Abd al-Qadir, dan kara bidang
tarikh lainnya,
14 Al-Fairuzabadi dinasabkan kepada daerah yang bernama Fairuzabad sebuah
kota di Persi dekat Shairaz, saat ini daerah tersebut menjadi bagian dari wailayah
Azarbaijan.
15 Al-Dawudi, ..., h. 274-276.
16 Ibid.
17 Ahmad al-Shirbasi,..., h. 74.

7. al-Luma al-Muallim al-Ajab alJami bain al-Muhkam wa alAbab,


8. Maqsud zawai al-Albab f Ilm alArab, dan beberapa karya lainnya di
bidang bahasa.
Demikian

banyak

karya

al-Fairuzabadi

seimbang

dengan

kesibukannya menuntut ilmu ke beberapa ulama di beberapa kota. AlFairuzabadi meninggal pada tanggal 20 Syawwal 818 di daerah Zabid.18

C. Kitab Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn Abbas


Kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, menurut al- Ustaz Amin
al-Khauli merupakan kitab yang ditulis oleh Majd al-Din al-Fairuzabadi
yang juga penyusun kamus al-Muhit19, sehingga kitab tersebut bukanlah
susunan Ibn `Abbas sendiri melainkan riwayat beliau yang dikutip oleh
serangkaian jalur periwayatan yang sampai kepada al-Fairuzabadi.
Di dalam bagian awal kitab ini dikemukakan jalur sanad yang
dijadikan sandaran al-Fairuzabadi mengutip tafsiran Ibn Abbas yaitu:
Al-Fairuzzabadi berkata: Abd Allah al-Siqah bin al-Mamun al-Harawi
telah menyampaikan riwayat kepada kami; ia (Abdullah) berkata: Ayahku
telah menyampaikan riwayat kepada kami, ia (ayahku) berkata: Abu Abd
Allah telah menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Abu Abdullah)
berkata: Abu Ubaid Allah Mahmud bin Muhammad al-Razi menyampaikan
riwayat kepada kami; Ia (Abu Ubaid) berkata: Ammar bin Abdullah almajid
al-Harawi telah menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Ammar) berkata:
Ali bin Ishaq alSammarqandi telah menyampaikan riwayat kepada kami
dari Muhammad bin Marwan dari al-Kalby dari Abi Salih dari Ibn Abbas ia
berkata:

18 Al-Dawudi,..., h. 274-276.
19 Abu Tahir bin Yaqub al-Fairuzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbs,
(Beirut: Dar al-Fikr, tth.), h.2

Jalur sanad di atas merupakan salah satu di antara jalur sanad yang
meriwayatkan secara khusus tafsir Ibn Abbas di samping jalur lain yang
banyak jumlahnya. Dari beberapa jalur tersebut ada yang menyatakan
bahwa sanad yang paling baik adalah yang melalui Ali bin Abi Talhah alHashimi dari Ibn Abbas20 sebagaimana jalur ini dipedomani Imam alBukhari dalam kitab Shahih-nya. Sedangkan sanad yang dinilai cukup baik
(jayyid) adalah sanad yang melalui Qais bin Muslim al-Kuf dari Atha bin
alSaib.21
Setelah Rasulullah wafat, timbullah beberapa masalah, yang mana
pada waktu Rasulullah hidup belum diterangkan secara luas dan
mendetail, sahabat sebagai generasi setelah Rasulullah, secara tidak
langsung dituntut untuk menghadapi persoalan-persoalan yang muncul
pada waktu itu. Di antara sahabat-sahabat yang banyak mengerti tentang
tafsir al-Quran adalah sababat Ibnu Abbas. Beliau dijiuluki Tarjumanul
Quran. Adapun latar belakang timbulnya tafsir yang disandarkan kepada
Ibn Abbas antara lain:
1. Ibnu Abbas sebagai pencetus Ilmu Tafsir berusaha mengungkapkan
makna-makna

ayat

al-Quran

serta

menjelasakan

rahasia-

rahasianya sesuai dengan kemampuan nalarnya. Memang diakui


akan reputasinya pada masa shahabat karena beliaulah tempat
bertanya segala masalah yang menyangkut tentang tafsir-tafsir alQuran, serta ayat-ayat yang belum mereka pahami termasuk
shahabat Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu yang mengakui
kehebatan
mengatakan

ibn

Abbas.

sesuatu

Beliau
yang

pernahy

berkata,

mengherankan

atas

Aku

telah

keberanian

20 Mengutip dari tulisan al-Zahabi bahwa Imam Ahmad menyatakan:


sesungguhnya di Mesir terdapat satu sahifah tafsir yang diriwayatkan oleh Ali
bin Abi Talhah; beberapa ulama yang memegangi jalur ini antara lain: Ibn Jarir
alTabari, Ibn Abi Hatim, Ibn al-Munzir, termasuk Muslim dan Ashab al-Sunan
berhujjah kepada jalur Ali bin Abi Talhah ini. K.H. Munawar Khalil, Al-Quran dari
Masa ke Masa, (Ramadhani, Solo, 1985), h. 188-189.
21 Manna al-Qattan,..., h. 383.

10

IbuAbbas dalam menafsirkan al-Quran maka aku tau bahwa dia


telah di beri ilmu.22
2. Para sahabat Nabi adalah orang yang semasa dengan nabi dan
mengerti akan kehidupan sehari-hari beliau. Ibn Abbas termasuk
shahabat yang sangat dekat dengan nabi, dia banyak menerima
hadits-hadits tentang tafsir al-Quran sehingga menjadikannya
sebagai shahabat ke-4 yang paling banyak meriwayatkan hadits
Nabi Shalallahu Alahi Wassalam dan menafsirkan al-Quran.
3. Dalam usia muda Ibn Abbas telah memperoleh kedudukan istimewa
di kalangan para shahabat, mengingat ilmu dan ketajamaan
pemahaaman sebagai realisasi doa Rasulullah kepadanya. Dalam
sebuah hadits yang berasal dari Ibn Abbas dijelaskan Nabi pernah
merangkul dan mendoakannya agar menjadi ahli hikmah.23
4. Ibn Abbas sahabat yang paling banyak diterima tafsirnya. Beliau
wafat setelah wafatnya para shahabat-shahabat besar lantarkan
hingga beliau menemukan manyarakat yang memerlukan ilmunya.
Ia pun mulai melaksanakan dakwah, dan memberikan pelajaranpelajaran yang jauh dari dari pehamaman politik dan kenegaraan. 24
5. Karena keterlibatan dan andilya beliau dalam tafsir al-Quran sangat
mendominasi

dan

banyaknya

periwayatan

yang

disandarkan

kepadanya, yaitu menafsirkan al-Quran sesuai dengan urutan


dalam mushaf.
6. Banyaknya murid Ibn Abbas baik dari kalangan shahabat sendiri
maupun dari para tabiin yang meriwayatkan hadits

tentang

tafsiran ayat-ayat al-Quran dari ibn Abbas. Dan banyak pula


diantara mereka yang menjadi ahli tafsir terutama mereka yang
menetap di Mekkah serta mendirikan madzab-madzab tafsir di
berbagai daerah untuk mengkaji tafsir al-Quran yang bersumber

22 Mutraronad AIyas-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Quran, terj. Muhammad Qadirun


nur, (Pustaka Amani: Jakarta, 1988), h. 100.
23 Manna al-Qattan, Pengantar..., h. 517
24 TM. Hasby ash-Shiddiqiey, Ilmu-Ilmu al-Quran, (Bulan Bintang: Jakarta, 1976),
h. 199-200.

11

dari Ibn Abbas karena tokoh utamanya adalah mereka para murid
Ibn Abbas sendiri.

D. Motede dan Corak Penafsiran Tafsir Tanwir al-Miqbas Min


Tafsir Ibn Abbas
Nama kitab tafsir karya al-Fairuzabadi tersebut adalah

Tanwir al-

Miqbas min tafsir Ibn Abbas, ada juga yang menyebutnya dengan Tanwir
al-Miqbas f tafsir Ibn Abbas (dengan kata fi bukan min. Penamaan
awal (menggunakan min) dapat disaksikan pada halaman judul kitab
tafsir ini yang diterbitan Dar al-Fikir juga terdapat dalam beberapa kitab
seperti al-tafsir wa al-mufassirun karya al-Zahabi serta umumnya jumhur
ulama. Sementara penamaan yang kedua dapat dijumpai dalam kitab
Sazrat al-Zahab karya Abu al-Falah dan al-Dawudi dalam kitabnya
thabaqat al-Mufassirin.25
Umumnya, para ulama memasukkan Tanwir al-Miqbas ke dalam
kelompok tafsir bi al-masur26, dengan alasan sumber penafsirannya
adalah riwayat Ibn Abbas. Terlepas dari penilaian tersebut, penulis
melihat ada trend di masa itu untuk menghidangkan tafsir al-Quran yang
simple (sederhana), ringkas dan padat. Hal ini menurut hemat penulis
sebagai wujud penafsiran yang global dan memudahkan pembaca berikut
membiarkan

pembaca

mengembangkan

sendiri

seluas-luasnya

pemahaman terhadap al-Quran.


Ditinjau dari metode yang digunakan di dalamnya, tafsir ini
menggunakan manhaj (metode) ijmali atau global method, mengingat
penafsiran dilakukan kalimat-perkalimat, ayat-per ayat, surat-persurat
25 Al-Zahabi,...., h. 81
26 Penafsiran yang berbentuk riwayat atau apa yang sering disebut
dengan tafsir bi al-matsur adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam
sejarah kehadiran tafsir dalam khazanah intelektual Islam. Tafsir ini sampai
sekarang masih terpakai dan dapat di jumpai dalam kitab-kitab tafsir
seumpama tafsir al-Thabari, Tafsir ibn Katsir, dan lain-lain.

12

secara berurutan dari awal surat hingga akhir surat dengan tafsiran global
atau thariqah al-mujmal. Bahkan kalau boleh dinyatakan, tafsir ini mirip
polanya dengan Jalalain yaitu mencari makna padanan, apakah padanan
itu

diambil

dari

bahasa

ataukan

riwayah.

Tentunya

al-Fairuzabadi

bermaksud hanya mencarikannya dari riwayat khususnya kepada Ibn


Abbas, sesuai dengan penamaan kitabnya Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn
Abbas.
Ditinjau dari sisi al-laun (warna) corak tafsirnya, sulit ditentukan
secara pasti, mengingat orientasi dan wacana mufassirnya kurang begitu
nampak, hal ini dikarenakan orientasi awal dari al-Fairuzabadi dalam
tafsirnya ini adalah menyandarkan pada riwayat Ibn Abbas, bukan
hendak mengedepankan sisi kebahasaannya, ayat hukumnya, nilai
flosofsnya,

ilmu

kalamnya, sejarahnya,

tasawufnya

ataupun

yang

lainnya.
E. Setting Sosial dan Pengaruh Penafsiran
Muallif kitab ini adalah al-Fairuzabadi yang hidup di luar Jazirah
Arab, namun wilayahwilayah tetangganya merupakan basis tempat
berkembangnya hadis Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. seperti Bukhara,
Samarqand dan beberapa kota lainnya, sehingga penulis berasumsi
bahwa tafsir yang dihimpun al-Fairuzabadi dengan sandaran periwayatan
ini tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan tersebut. Terlebih
perjalanan ilmiah al-Fairuzabadi yang demikian luas, yaitu ke beberapa
kota basis ilmuan dan ulama sekaligus banyak berguru kepada ulamaulama besar yang ada di dalamnya mendorong dirinya untuk berkiprah di
dunia ilmu.
Lingkungan keluarga yang ilmiah dan diniyah terut membentuknya
sebagai ulama, terbukti pendidikan yang diberikan ayahnya sejak kecil
dari hafalan al-Quran. Ilmu bahasa dan adab dan beberapa ilmu lainnya.
Masa hidupnya yang semasa dengan al-Mahalli dan al-Suyuti (w.
911) yang juga muhaddis (keduanya penulis tafsir Jalalain) menampakkan
kemiripan dalam cara menafsirkan al-Quran yaitu pola yang sederhana

13

dengan menampilkan makna kata, hanya saja pada Tanwir al-Miqbas


ditampakkan

jalur

sanadnya

(sekalipun

dinilai

lemah

oleh

ulama)

sementara Jalalain tidak demikian.


F. Sistematika Penulisan dan Contoh Penafsiran
Format umum pada setiap awal surat, dalam hal ini al-Fairuzabadi
mengawali penafsirannya dengan ungkapan sebagai berikut: wa bi
isnadihi an Ibn Abbas. Artinya, penafsiran ayat-ayat yang akan ia
sampaikan tersebut disandarkan kepada sanad yang telah tertera dalam
muqaddimah tafsir, yaitu riwayat Abd Allah al-Siqah bin al-Mamun
alHarawi, dari al-Mamun, dari Abu Abd Allah, dari Abu Ubaid Allah
Mahmud bin Muhammad al-Razi, dari Ammar bin Abd al-Majid alHarawi,
dari Ali bin Ishaq alSamarqandi, dari Muhammad bin Marwan, dari alKalbi, dari Abu Shalih, dari Ibn Abbas. Jalur inilah yang dijadikan sandaran
pokok al-Fairuzabadi menafsirkan ayat.
Pada surat tertentu, penafsiran al-Fairuzabadi disandarkan kepada
jalur periwayatan yang sedikit berbeda dari jalur periwayatan yang pokok
(pernyataan diatas). Contoh: pada saat mengawali tafsir surat al-Baqarah,
al-Fairuzabadi menggunakan sandaran riwayat sebagai berikut: wa bi
isnadihi an Abd Allah bin al-Mubarak qala haddasana Ali bin Ishaq
alSamarqandi an Muhammad bin Marwan an al-Kalbi an Abi Salih an Ibn
Abbas.

Artinya,

penaf-siran

ayat-ayat

dalam

surat

al-Baqarah

ini

disandarkan pada riwayat Abd Allah al-Siqah bin al-Mamun al-Harawi,


dari alMamun, dari Abu Abd Allah, dari Abu Ubaid Allah Mahmud bin
Muhammad al-Razi, dari Abd Allah bin al-Mubarak (pada jalur pokok
diriwayatkan Ammar bin Abd al-Majid alHarawi), dari Ali bin Ishaq
alSamarqandi, dari Muhammad bin Marwan, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih,
dari Ibn Abbas.
Penyandaran riwayat dalam setiap surat di atas merupakan upaya
al-Fairuzabadi menafsirkan al-Quran sesuai dengan riwayat Ibn Abbas.
Namun demikian, ada beberapa penafsiran al-Fairuzabadi dalam kitab
Tanwir al-Miqbas ini yang tidak diriwayatkan Ibn Abbas.

14

Contoh: Penafsiran kata wa shahidin wa mashhud (Qs alBuruj)


dengan makna hari Jum`ah dan hari `Arafah.
Penafsiran tersebut -setelah dilakukan penelusuran kepada kitab
Jami` al-Usul f Ahadis al-Rasul karya Ibn al-Asir27 merupakan riwayat Abu
Hurairah. Contoh lainnya adalah penafsiran kata tabaqan `an tabaq (Qs
al-Insyiqaa: 19) yang diartikan sebagai halan ba`da halin (keadaan demi
keadaan

yaitu

kematian

kemudian

kehidupan,

kematian

kemudian

kehidupan lagi dan seterusnya). Penafsiran ini merupakan riwayat Ibn


`Umar dan bukan riwayat Ibn Abbas.
Bahkan tak jarang riwayat Ibn Abbas yang terdapat di dalam kitab
Jami al-Usul (sebagai kitab himpunan dari kitab-kitab hadis mutabar,
seperti Sahih alBukhari, Sahih Muslim, Sunan alTirmizi, Sunan Abi Dawud,
dan beberapa kitab hadis lain) tidak dimasukkan dalam kitab penafsiran
al-Fairuzabadi

ini.

menafsirkannya

Contoh:

dengan

kalimat

mumituka

inni

mutawaffika

sebagaimana

Ibn

Abbas

diriwayatkan

al-

Bukhari.28 Dan banyak lagi contoh lainnya.


Termasuk dalam hal Qiraat riwayat Ibn Abbas, oleh al-Fairuzabadi
tidak disinggung sama sekali, seperti bacaan tambahan Ibn Abbas pada
surat al-Baqarah ayat 19: laisa alaikum junahun an tabtaghu fadlan min
rabbikum f mawasim al-hajj,30 di mana kata f mawasim al-hajj
merupakan tambahan dari Ibn Abbas. Demikian juga lafad alsalama
dipendekkan lam fathahnya dalam surat al-Nisa ayat 90, dibaca al-salam
dengan dipanjangkan lam fathahnya: wala taqulu liman alqa ilaikumus
salama lasta mumina, qaraa Ibn Abbas al-salama (Riwayat Bukhari dan
Muslim).29

27 Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad ibn al-Asir al-Jazari, Jami al-Usul fi


Ahadis al-Rasul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), juz 2, h. 426
28 Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad Ibn al-Asir al-Jazari,.., h. 68
29 Ibid.

15

Pada penafsiran ayat tertentu yang menunjuk kepada seseorang


atau kelompok orang, Ibn Abbas menunjuk nama orang yang ada pada
masanya. Contoh: tafsir ayat

wa bil akhirati hum yuqinun (Qs 2: 4):

dan terhadap hari kebangkitan setelah kematian serta kenikmatan surga


mereka meyakininya, yang di maksud mereka ini adalah Abd Allah bin
Salam wa ashabih (nama ini sering disebut di samping nama Abu Bakar
untuk mewakili orang yang beriman). Sebaliknya, untuk menggambarkan
orang yang inkar dari kalangan Yahudi, Ibn Abbas sering menyebut nama
Kaab bin Ashraf dan teman-temannya; dan untuk menggambarkan orang
yang ingkar dari kalangan musyrikin, Ibn Abbas menyebut nama Utbah,
Shaibah dan Walid. Contoh: tafsir ayat wa lahum azabun adim (Qs 2:
7): bagi mereka siksa yang pedih, mereka ini orang-orang Yahudi yaitu
Kaab bin al-Ashraf

dan temantemannya, juga mereka ini adalah

kelompok musyrik penduduk Mekah seperti Utbah, Shaibah dan Walid.


Pada

setiap

awal

surat

diberikan

keterangan

makiyyah

madaniyahnya, kemudian jumlah ayat serta jumlah hurufnya.


G. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Tanwir al-Miqbas Min Tafsir
Ibn Abbas
1. Kelebihan
Kitab Tanwir al-Miqbas ini, disamping memuat penafsiran yang
disandarkan

kepada

Rasulullah

Shallallahu

Alaihi

Wasallam.,

juga

menggunakan ijtihad atau renungan mendalam Ibn Abbas, bahkan


beberapa penafsirannya ia sandarkan kepada cerita ahl alKitab. Contoh :
Tafsir ayat qulna ihbitu minha jamian (Qs 2: 38) : Kami berkata kepada
Adam, Hawa, ular, burung dan iblis: keluarlah kalian semua dari langit.
Mashadir atau sumber penafsiran Ibn Abbas lainnya adalah pada
syair-syair kuno. Contoh: Tafsir kata al-wasilah dalam Qs 5: 35
ditafsirkan dengan derajat yang tinggi atau jalan terdekat yaitu dengan
amal shalih. Dalam kutipan al-Zahabi terhadap penafsiran ayat di atas,
Ibn Abbas menyertakan sebuah syair untuk memperjelas makna, yaitu:
Inna

al-rijala

lahum

ilaika

wasilah

an

yakhuzuka

takhaly

wa

16

takhdaby,Sesungguhnya para pria memiliki hajat kepadamu, bila mereka


menghendakimu maka kamu bercelak dan memakai warna-warni.
2. Kekurangan
Salah satu kekurangan tersebut adalah tidak digunakannya jalur
yang dipegangi jumhur ulama dan sahib alsunan, sehingga sering kali
penafsiran Ibn Abbas yang dituangkan dalam Tanwir alMiqbas berbeda
dengan riwayat Ibn Abbas yang terhimpun di dalam
mutabar.

kitab hadis

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibn Abbas dalam sejarah tafsir dikenal sebagai pemimpin para
mufassir dan telah mendapatkan restu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
di bidang ini. Penafsiran Ibn Abbas ini banyak dikutip oleh mufassir,
demikian pula ulama yang menghimpun secara khusus tafsirnya melalui
beberapa jalur sanad. Masingmasing jalur periwayatan yang disandarkan
kepada Ibn Abbas ini memiliki kekuatan dan kelemahan, sehingga ada
yang benar-benar otentik dari Ibn Abbas, ada pula yang tidak otentik lagi.
Salah satu kitab himpunan Tafsir Ibn Abbas adalah Tanwir alMiqbas
min Tafsir Ibn Abbas karya al-Fairuzabadi yang hidup sekitar 6 abad
setelah Ibn Abbas wafat sehingga terdapat tenggang waktu yang cukup
panjang

dan

tidak

mustahil

terjadi

perubahan-perubahan

dalam

periwayatannya.
Dalam menafsirkan ayat, Ibn Abbas merujuk kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam., nalar ijtihad-nya, syair-syair kuno serta
beberapa keterangan ahl al-Kitab yang telah memeluk agama Islam.
Namun setelah ditelaah secara mendalam terhadap kitab Tanwir al-Miqbas
yang disandarkan muallifnya kepada tafsir Ibn Abbas- ternyata di
dalamnya memuat beberapa riwayat yang disandar-kan kepada selain Ibn
Abbas, seperti riwayat Abu Hurairah dan Ibn Umar, bahkan ada yang
tidak memiliki sandaran riwayat sama sekali, sehingga dimung-kinkan
dalam kitab tafsir ini (Tanwir al-Miqbas) memuat ijtihad al-Fairuzabadi
sendiri dengan pendekatan kebahasaan semata.
Namun demikian, penulis tetap mengakui bahwa kitab tafsir ini
secara global menggunakan pendekatan riwayah. Dalam hal manhaj al-

18

tafsir, al-Fairuzabadi menggunakan manhaj ijmali yaitu penafsiran ayat


secara utuh sesuai urutan mushaf secara global. Mengingat penafsiran
yang dituangkan dari keinginan awal al-Fairuzabadi ini berdasarkan
riwayah, maka tidak nampak corak khusus dalam tafsirnya, apakah corak
bahasa, hukum, kalam, tasawuf dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim
Abd al-Halim al-Najjar, Mazahib al-Tafsir al-Islami li al-Alam
alMustashriq Ignas Golziher, Maktabah al-Khanji, Mesir, 1955
Abu al-Falah Abd al-Hayy bin al-Imad al-Hanbali, Shazrat alzahab fi
akhbar min zahab, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, tth.
Abu Tahir bin Yaqub al-Fairuzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn
Abbs, Dar al-Fikr, Beirut, tth
Ahmad al-Shirbasi, Sejarah Tafsir Quran, terj. Team Pustaka Firdaus,
Pustaka Fitdaus, cet III, 1994
Al-Hafd Syams al-Din Muhammad bin Ali Ibn Ahmad al-Dawudi,
Tingkatan Para Mufassir. Maktabah Wahbah, Abidin, 1992
Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad ibn al-Asir al-Jazari, Jami alUsul fi Ahadis al-Rasul, Dar al-Fikr, Beirut, 1983
Farid

Abd

al-Aziz

al-Jundi,

Mujam

al-Buldan,

Dar

al-Kutub

alIlmiyyah, Beirut, 1990.


Jalal al-Din al-Mahalli, Jalal al-Din al-Suyuti, Tafsir al-Quran al-Adim
(Jalalain), Dar al-Fikr, Beirut, 1981
Mustafa

al-Sawi

al-Juwaini,

Manahij

fi

al-Tafsir,

al-Maarif,

Iskandariyah, tth.
Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Dar alKutub al-Hadisah, Beirut, 1976
Thameem Ushama, Methodologies of the Quranic Exegesis, A.S.
Noordien, Kuala Lumpur, 1995
Manna al-Qattan,
Pustaka al-Kautsar, 1994.

Pengantar Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, Jakarta,

19

TM. Hasby ash-Shiddiqiey, Ilmu-Ilmu al-Quran, Bulan Bintang,


Jakarta, 1976.
Mutraronad AIyas-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Quran, terj. Muhammad
Qadirun nur, Pustaka Amani, Jakarta, 1988 .

20

COVER KITAB

Anda mungkin juga menyukai