Murid
Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Wahidi, (w.
468 H.). Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali al-
Wahidi, (w. 478 H.). Abu Sa'id Ahmad bin Muhammad bin Ali bin
Namir al-Khwarazmi, (w. 448 H.). Ahmad bin Khalaf al-Syirazi.
Abu Sa'id Muhammad bin Sa'id bin Muhammad al-Furkhuradi,
atau Al-Farakhwari al-Tusi
s
latar belakang
penyusunan kitab
s
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi •
Pada ayat 22 yang memiliki arti “wajah-wajah (orang mukmin) pada
hari itu”, disini al-Tsa’labi, memberikan makna pada saat hari
kiamat. Dan ada ayat ( )َناِض َرٌة, memaknainya dengan mengambil
beberapa riwayat, salah satunya dari riwayat Ibnu Abbas RA yang
mengartikan indah, kemudian dari Mujahid dengan arti Bahagia,
dan riwayat dari al-Farra' dan al-Akhfash, yang memaknai dengan
makna “Allah menyinari wajah seseorang dengan pandangan yang
cerah, maka wajahnya bersinar dengan sinar dan kecerahan. Serta
memaknainya dengan menghubungkan pada surah al-Muthaffifin
ayat 24: ﴿ ﴾َتْع ِرُف ِفى ُو ُجوِه ِه ْم َنْض َرَة اْلَّنِع ْي ِم. Yang memiliki arti “Kamu
dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh
dengan kenikmatan”. Lalu dari Rasulullah ﷺyang bersabda: “Allah
menyinari wajah seseorang yang mendengar perkataanku, lalu
memahaminya.
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi •
Pada ayat 23, al-Tsa’labi memaknai maksud dari ayat ini dengan
menukil pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu yang berkata:
“Dan kebanyakan mufassir berpendapat melihat Tuhan mereka
secara langsung.” Serta dari al-Husain bin Waqid yang bersal
Ikrimah dan Isma'il bin Abi Khalid serta beberapa ulama dari
penduduk Kufah yang berkata maksud ayat ini yaitu “Melihat Tuhan
secara langsung.” Kemudian dari Atiyyah al-Awfi berkata: Mereka
melihat Allah Ta'ala, tidak dapat dicapai pandangan mata mereka
terhadap-Nya karena keagungan-Nya, dan pandangan-Nya meliputi
mereka. Ini sesuai dengan firman-Nya pada surah al-An’am ayat
103: ﴿ ﴾اَل ُتْد ِرُكُه اَأْلْبَص اُر َو ُه َو ُيْد ِرُك اَأْلْبَص اَر, dimana maksud pada ayat
tersebut Manusia tidak dapat melihat Allah ketika di dunia sedang
di kiamat dapat melihat Allah.
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi
•
Selain itu al-Tsa’labi dalam menafsirkan ayat 23 ini, menyebutkan
beberapa dalil dari takwilnya, pertama yaitu dari al-Husain bin
Fanjawaih mengabarkan kepada saya, dia berkata: Ahmad bin al-Hasan
bin Majah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Ja'far Muhammad
bin Mundhir al-Isfahani mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al-
Husain bin Hafs mengabarkan kepada kami, dia berkata: Isra'il bin Yunus
mengabarkan kepada kami, dari Thuwair bin Abi Fakhtah, dia berkata:
Saya mendengar Ibn Umar tabaraka wa ta’ala berkata: Rasulullah ﷺ
bersabda: “Orang yang paling rendah tingkatannya di surga adalah
orang yang melihat tempat penyimpanan harta, istri-istrinya, tempat
tidurnya, dan nikmatnya orang dalam perjalanan seribu tahun, dan
orang-orang yang paling mulia di sisi Allah Ta'ala adalah orang yang
dapat melihat wajah-Nya setiap pagi dan petang.” Lalu Rasulullah ﷺ
membaca ayat: ﴿) ِإىَل َرِّبَه ا َناِظ َرٌة٢٢( ﴾ُو ُجوٌه َيْو َم ِئٍذ َناِض َرٌة.
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi
•Kedua, dari Ibn Fanjawaih diberitahukan kepada kami, dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abu al-Fath Muhammad bin al-Husain al-Azdi al-
Musilli, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Isa bin al-Sakin
dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Umar bin
Yunus al-Yamami, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Razzaq, dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Rabi'ah bin Zaid al-Sun'ani, dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibn Juraij, dia berkata: Telah
menceritakan kepadaku Ziyad bin Sa'ad, bahwa Abu al-Zubair, mengabarkan
kepadanya dari Jabir bin Abdullah ra. bahwa Rasulullah ﷺbersabda: "Tuhan
kita akan menampakkan diri kepada kami sehingga kami dapat melihat wajah-
Nya, lalu kami akan bersujud kepada-Nya. Dan Allah akan berkata, “Angkatlah
kepalamu, karena ini bukanlah hari ibadah.”
Kemudian yang ketiga, dari Hasan meriwayatkan dari “Ammar bin Yasir, dia berkata:
"Salah satu doa Nabi ﷺadalah, “Aku memohon pada-Mu untuk melihat wajah-Mu dan
kerinduan bertemu dengan-Mu, dalam keadaan tanpa kesulitan yang merugikan atau
cobaan yang menyesatkan.”
referensi
Abū Ishāq Ahmad bin Muhammad bin Ibrāhīm al-Ŝa’labī,
“al-Kasyf wa al-Bayan ‘an Tafsir al-Qur’an”. Jilid 1.
(Jeddah: Dar al-Tafsir, 1436 H / 2015 M).