Anda di halaman 1dari 18

TAFSIR SUNNI:

Al-Kasyf Wa Al-Bayan ’An


Tafsir al-Qur’an
Karya al-al-Tha’labī
Kelompok 12
Safira Dewi Muharromah
(07020321078)
Uliyatul Masruro
(07010321025)
BIOGRAFI MUFASIR
Nama Lengkap: Abū Ishāq Ahmad bin Muhammad bin
Ibrāhīm al-Naisābūrī
Asal: Kota Nisabur, Provinsi Khurasan
Wafat: 427 H. / 1035 M.
Profesi: Qari’, Mufassir, Khatib, Ahli Sastra
Mazhab Fikih: asy-Syafi’i
Teologi: Sunni (Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah) Asy’ariyah
GURU DAN MURID
Guru
Ibrahim bin Ahmad bin Abdullah bin Ja'far, lebih dikenal sebagai
Abu Ishaq al-Mustamli al-Muqri al-Hamdani al-A'war. (w. 355 H).
Ibrahim bin Ahmad bin Abdullah bin Ja'far, lebih dikenal sebagai
Abu Ishaq al-Mustamli al-Muqri al-Hamdani al-A'war (w. 355 H).
Abu al-Hasan al-Shamati. Abu al-Hasan al-Abduri, al-Abdusi.
Abu al-Hasan bin Mihran. Abu al-Qasim al-Samri. Abu Dharr bin
Abi al-Husayn bin Abi al-Qasim al-Mudhakkir. Abu Abdullah bin
Muhammad bin Ja'far al-Asudi. Abu Ali bin Abi Amr al-Hayri al-
Jurashi. Abu Muhammad bin Abi al-Qasim bin al-Mu'mal. Ahmad s
bin Ibrahim bin Abdulwah bin Sados Abu al-Hasan al-Abdawi al-
Hadhli (w. 385 H.), dll
GURU DAN MURID

Murid
Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Wahidi, (w.
468 H.). Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali al-
Wahidi, (w. 478 H.). Abu Sa'id Ahmad bin Muhammad bin Ali bin
Namir al-Khwarazmi, (w. 448 H.). Ahmad bin Khalaf al-Syirazi.
Abu Sa'id Muhammad bin Sa'id bin Muhammad al-Furkhuradi,
atau Al-Farakhwari al-Tusi
s
latar belakang
penyusunan kitab

Beberapa alasan Atha’labi dalam menulis kitab Al-Kasyaf wa Al-Bayan:


1. Karena ia tidak menemukan kitab yang lengkap dalam bidang tafsir
2. Karena keinginan masyarakat untuk mempelajari ilmu tafsir, namum
minimnya upaya dari mereka untuk mencarinya
3. Permintaan sejumlah ulama untuk menuliskan sebuah kitab dalam
bidang tafsir
4. Dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai kewajiban
untuk mensyukurinya yaitu dengan menyebarkan ilmunya.
s
Keunggulan dan
Keunggulan : kekurangan kitab
1. Mengandalkan penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an sendiri
2. Menggunakan hadis-hadis sebagai penjelasan
3. Mencakup sejumlah besar dari ucapan sahabat Nabi
4. Mencakup sejumlah besar dari ucapan tabi’in
5. Tafsir ini merupakan kumpulan atau rangkuman yang jarang ditemukan dalam
tafsir lainnya, mengingat banyak karya ulama yang hilang serta untuk menjaga
keasliannya
6. Mencakup banyak variasi bacaan Al-Qur’an (qiro’at)
7. Mengandalkan bahasa rab serta memuat masalah fiqh
8. Gaya penulisan yang baik dan metode yang teratur dalam menampilkan
masalah yang terkait dengan tafsir ayat
9. Banyaknya sumber yang digunakan dalam memperkaya materi keilmuan
Kekurangan : termasuk yang tak dapat membedakan mana yang benar dan yang
salah (Hâtib al-Lail) sehingga banyak memasukkan riwayat-riwayat yang sangat
lemah, bahkan palsu ke dalam tafsirnya, termasuk riwayat israiliyyat.
METODE DAN CORAK
• Metode yang dipakai dalam tafsir ini adalah metode analitik
(tahlili). Menafsiri al-Qur’an mulai awal Surat al-Fâtihah sampai
akhir Surat al-Nâs
• Corak yang terdapat dalam tafsir ini adalah Fiqhi/Fikih.
• Langkah penafsiran :
a. Di setiap surat al-Qur’an diawali dengan menjelaskan
klasifikasi Surat, apakah termasuk Surat Makkiyyah ataukah
Madaniyyah.
b. Menjelaskan jumlah ayat dan huruf dalam Surat tersebut
c. menjelaskan keutamaan membacanya
d. menjelaskan tafsirnya secara analitik, baik dari segi makna,
kandungannya dan kisah-kisah yang termuat di dalamnya secara
terperinci.
METODE DAN CORAK
• tafsir ini menggabungkan antara tafsir bi al-Mà šûr dan bi al-
Rà yi, akan tetapi yang lebih menonjol adalah tafsir bi al-
Mà šûr. Ia banyak mengetengahkan riwayat-riwayat yang ia
ketahui yang berhubungan dengan suatu ayat, tanpa
memperhatikan apakah riwayat tersebut valid ataukah tidak.
• Kitab ini juga banyak mengulas masalah fiqih dan Qirà at jika
memang ayat yang sedang dikaji memiliki lebih dari satu varian
Qirà at. Ciri yang sangat menonjol dari kitab tafsir ini yaitu
menjelaskan kisah-kisah al-Qur’an secara terperinci tanpa
melihat apakah rincian tersebut berasal dari sumber yang bisa
diterima ataukah tidak.
Sistematika penulisan
kitab
Sistematika Penulisan Kitab Al-Kasyf wa al-Bayan :
Terdiri dari 4 subbab dalam kitab ini:
1. Judul kitab dan penjelasannya
2. Sumber-sumber yang digunakan penulis dalam kitabnya
a. Kelebihan dalam sumber tersebut
b. Membahas sumber tersebut secara rinci. Sumber-sumbernya ialah
tafsir Ibnu Abbas, tafsir para tabi’in dan imam tafsir, kitab-kitab
ma’ani Al-Qur’an, kitab mu’jam Al-Qur’an, kitab ta’wil muskhil Al-
Qur’an, kitab maghazi, sirah dan tarikh.
3. Metode penulisan dalam kitabnya
a. Metode penulisan dari pengantarnya meliputi : alasan penulisan
kitab, deskripsi kitab, metode tafsir, dan sumber dalam kitabnya
Sistematika penulisan
kitab
Sistematika Penulisan Kitab Al-Kasyf wa al-Bayan :
b. Metode penulisan secara rinci dari kitabnya yang mencakup :
penerapan metode tafsir (tafsir Al-Qur’an dengan quran, Al-Qur’an
dengan sunnah, pendapat sahabat, tabi’in dll), ulum Al-Qur’an(nama-
nama surah, Makkiyah madaniyah, nasikh mansukh, qiraat, dll),
pendekatan hadits dan riwayat, akidah, aspek fiqh, bahasa arab,
sejarah
4. Pentingnya kitab serta nilai ilmiahnya
a. Keberhasilan ulama atas kitab tersebut
b. Keistimewaan penafsiran
c. Perhatian ulama serta manfaatnya
d. Penjelasan penafsiran dalam kitab “Al-Kasyaf wa Al-Bayan” dan
diskusinya.
contoh penafsiran
QS. Al-Qiyamah [75]: 22-23 :
‫ٌۙة‬
ۚ‫ُو ُجْو ٌه َّيْو َم ِٕى ٍذ َّناِض َر < ِاىٰل َر ِّبَه ا َناِظ َر ٌة‬
Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
(karena) memandang Tuhannya.

s
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi •
Pada ayat 22 yang memiliki arti “wajah-wajah (orang mukmin) pada
hari itu”, disini al-Tsa’labi, memberikan makna pada saat hari
kiamat. Dan ada ayat (‫ )َناِض َرٌة‬, memaknainya dengan mengambil
beberapa riwayat, salah satunya dari riwayat Ibnu Abbas RA yang
mengartikan indah, kemudian dari Mujahid dengan arti Bahagia,
dan riwayat dari al-Farra' dan al-Akhfash, yang memaknai dengan
makna “Allah menyinari wajah seseorang dengan pandangan yang
cerah, maka wajahnya bersinar dengan sinar dan kecerahan. Serta
memaknainya dengan menghubungkan pada surah al-Muthaffifin
ayat 24: ﴿ ‫﴾َتْع ِرُف ِفى ُو ُجوِه ِه ْم َنْض َرَة اْلَّنِع ْي ِم‬. Yang memiliki arti “Kamu
dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh
dengan kenikmatan”. Lalu dari Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bersabda: “Allah
menyinari wajah seseorang yang mendengar perkataanku, lalu
memahaminya.
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi •
Pada ayat 23, al-Tsa’labi memaknai maksud dari ayat ini dengan
menukil pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu yang berkata:
“Dan kebanyakan mufassir berpendapat melihat Tuhan mereka
secara langsung.” Serta dari al-Husain bin Waqid yang bersal
Ikrimah dan Isma'il bin Abi Khalid serta beberapa ulama dari
penduduk Kufah yang berkata maksud ayat ini yaitu “Melihat Tuhan
secara langsung.” Kemudian dari Atiyyah al-Awfi berkata: Mereka
melihat Allah Ta'ala, tidak dapat dicapai pandangan mata mereka
terhadap-Nya karena keagungan-Nya, dan pandangan-Nya meliputi
mereka. Ini sesuai dengan firman-Nya pada surah al-An’am ayat
103: ﴿‫ ﴾اَل ُتْد ِرُكُه اَأْلْبَص اُر َو ُه َو ُيْد ِرُك اَأْلْبَص اَر‬, dimana maksud pada ayat
tersebut Manusia tidak dapat melihat Allah ketika di dunia sedang
di kiamat dapat melihat Allah.
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi

Selain itu al-Tsa’labi dalam menafsirkan ayat 23 ini, menyebutkan
beberapa dalil dari takwilnya, pertama yaitu dari al-Husain bin
Fanjawaih mengabarkan kepada saya, dia berkata: Ahmad bin al-Hasan
bin Majah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Ja'far Muhammad
bin Mundhir al-Isfahani mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al-
Husain bin Hafs mengabarkan kepada kami, dia berkata: Isra'il bin Yunus
mengabarkan kepada kami, dari Thuwair bin Abi Fakhtah, dia berkata:
Saya mendengar Ibn Umar tabaraka wa ta’ala berkata: Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: “Orang yang paling rendah tingkatannya di surga adalah
orang yang melihat tempat penyimpanan harta, istri-istrinya, tempat
tidurnya, dan nikmatnya orang dalam perjalanan seribu tahun, dan
orang-orang yang paling mulia di sisi Allah Ta'ala adalah orang yang
dapat melihat wajah-Nya setiap pagi dan petang.” Lalu Rasulullah ‫ﷺ‬
membaca ayat: ﴿‫) ِإىَل َرِّبَه ا َناِظ َرٌة‬٢٢( ‫﴾ُو ُجوٌه َيْو َم ِئٍذ َناِض َرٌة‬.
Penjelasan ayat dalam
Tafsir al-Tha’labi
•Kedua, dari Ibn Fanjawaih diberitahukan kepada kami, dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abu al-Fath Muhammad bin al-Husain al-Azdi al-
Musilli, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Isa bin al-Sakin
dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Umar bin
Yunus al-Yamami, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Razzaq, dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Rabi'ah bin Zaid al-Sun'ani, dia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibn Juraij, dia berkata: Telah
menceritakan kepadaku Ziyad bin Sa'ad, bahwa Abu al-Zubair, mengabarkan
kepadanya dari Jabir bin Abdullah ra. bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Tuhan
kita akan menampakkan diri kepada kami sehingga kami dapat melihat wajah-
Nya, lalu kami akan bersujud kepada-Nya. Dan Allah akan berkata, “Angkatlah
kepalamu, karena ini bukanlah hari ibadah.”
Kemudian yang ketiga, dari Hasan meriwayatkan dari “Ammar bin Yasir, dia berkata:
"Salah satu doa Nabi ‫ ﷺ‬adalah, “Aku memohon pada-Mu untuk melihat wajah-Mu dan
kerinduan bertemu dengan-Mu, dalam keadaan tanpa kesulitan yang merugikan atau
cobaan yang menyesatkan.”
referensi
Abū Ishāq Ahmad bin Muhammad bin Ibrāhīm al-Ŝa’labī,
“al-Kasyf wa al-Bayan ‘an Tafsir al-Qur’an”. Jilid 1.
(Jeddah: Dar al-Tafsir, 1436 H / 2015 M).

Abū Ishāq Ahmad bin Muhammad bin Ibrāhīm al-Ŝa’labī,


“al-Kasyf wa al-Bayan ‘an Tafsir al-Qur’an”. Jilid 28.
(Jeddah: Dar al-Tafsir, 1436 H / 2015 M).
terima
kasih
s

Anda mungkin juga menyukai